• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN PROGRAM CABRI 3D.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN PROGRAM CABRI 3D."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

i

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

PERNYATAAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Definisi Operasional... 9

F. Hipotesis Penelitian... 11

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Berpikir Kritis Matematis... 12

B. Berpikir Kreatif Matematis... 15

C. Pembelajaran Berbasis Masalah... 18

(2)

ii

E. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis melalui Pembelajaran Berbasis Masalah

Berbantuan Cabri 3D... 29

F. Pembelajaran Konvensional... 30

G. Teori Belajar Van Hiele... 32

H. Penelitian yang Relevan... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Disain Penelitian... 35

B. Populasi dan Sampel... 35

C. Instrumen Penelitian... 36

D. Analisis Data... 46

E. Prosedur Penelitian... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 57

1. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis... 57

a. Kemampuan Awal Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa... 58

b. Kemampuan Akhir Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa... 62

(3)

iii

Kreatif Matematis Siswa... 72 2. Hasil Skala Sikap... 74 a. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Matematika... 75 b. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Berbasis

Masalah... 78 c. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Berbantuan

Program Cabri 3D... 81 d. Sikap Siswa terhadap soal-soal Berpikir Kritis dan

Kreatif Matematis... 83 B. Pembahasan... 86 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 94 B. Saran... 96

(4)

iv

DAFTAR TABEL

Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah... 21

Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Ter Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis... 37

Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Validitas... 39

Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis... 39

Tabel 3.4 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas... 40

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda... 41

Tabel 3.6 Pertimbangan Koefisien Daya Pembeda... 42

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Daya Pembeda Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis... 42

Tabel 3.8 Klasifikasi Indeks Kesukaran... 43

Tabel 3.9 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis... 43

Tabel 3.10 Skor Gain Ternormalisasi... 49

Tabel 3.11 Pemberian Skor Item Skala Sikap... 52

Tabel 3.12 Hasil Angket Skala Sikap... 52

Tabel 3.13 Skor Z... 52

(5)

v

Matematis... 58 Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol... 59 Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Pretes Kemampuan

Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa Kelas

Eksperimen dan Kontrol... 59 Tabel 4.4 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pretes Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis Siswa... 61 Tabel 4.5 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pretes Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis Siswa... 61 Tabel 4.6 Deskripsi Hasil Skor Postes Kemampuan Berpikir Kritis dan

Kreatif Matematis ... 62 Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Postes Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis... 63 Tabel 4.8 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Postes Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis... 64 Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Gain Ternormalisasi Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis ... 65 Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Varians Gain Ternormalisasi

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 66 Tabel 4.11 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Gain Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis... 67 Tabel 4.12 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Gain Kemampuan

(6)

vi

Tabel 4.13 Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen dan Kontrol... 69 Tabel 4.14 Rekapitulasi Gain Ternormalisasi pada Indikator Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas Eksperimen... 71 Tabel 4.15 Rekapitulasi Gain Ternormalisasi pada Indikator Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas Kontrol... 71 Tabel 4.16 Rekapitulasi Gain Ternormalisasi pada Indikator Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen... 72 Tabel 4.17 Rekapitulasi Gain Ternormalisasi pada Indikator Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 72 Tabel 4.18 Perbandingan Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol... 73 Tabel 4.19 Koefisien Korelasi antara Berpikir Kritis dan Kreatif

Matematis Siswa Kelas Eksperimen... 74 Tabel 4.20 Koefisien Korelasi antara Berpikir Kritis dan Kreatif

Matematis Siswa Kelas Kontrol... 74 Tabel 4.21 Koefisien Korelasi antara Berpikir Kritis dan Kreatif

Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol... 75

Tabel 4.22 Distribusi Skor Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Program Cabri 3D... 77 Tabel 4.23 Sikap Siswa terhadap Matematika... 78 Tabel 4.24 Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Berbasis Masalah... 80 Tabel 4.25 Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Geometri Berbantuan

(7)

vii

Tabel 4.26 Sikap Siswa terhadap Soal Berpikir Kritis dan Kreatif

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR DAN DIAGRAM

Judul Halaman

Gambar 1.1 Pemecahan masalah dengan Program Cabri 3D... 6

Gambar 2.1 Kemungkinan Kesalahan Pemahaman terhadap Gambar... 25

Gambar 2.2 Tampilan Awal dan Menu Toolbar... 26

Gambar 2.3 Tiga Bidang yang Saling Berpotongan... 27

Gambar 2.4 Bidang di dalam Limas yang Sejajar Salah Satu Rusuknya 27 Gambar 4.1 Rata-Rata Gain Ternormalisasi Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa... 70

Gambar 4.2 Diskusi dalam Pembelajaran berbantuan Cabri 3D... 91

Gambar 4.3 Presentasi dalam Pembelajaran berbantuan Cabri 3D... 91

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Judul Halaman Lampiran A Rencana Pembelajaran , LKS, dan Modul Cabri 3D... 103 Lampiran B Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif

Matematis ... 157 Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis 158 Kunci Jawaban... 161 Lampiran C Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 167

Hasil Uji Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis... 168 Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Tes Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis ....………... 168 Uji Validitas dan Reliabilitas Item Tes Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis ...……....………... 169 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Berpikir

Kritis Matematis...

171

Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis... 172 Perhitungan Daya Pembeda Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis... 173 Perhitungan Daya Pembeda Tes Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis...

(10)

x

Lampiran D Data Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas Eksperimen... 175 Data Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas Kontrol... 176 Data Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas Eksperimen... 177 Data Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas Kontrol... 178 Data Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas Eksperimen... 179 Data Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas Kontrol... 180 Data Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas Eksperimen... 181 Data Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas Kontrol... 182 Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas

Eksperimen... 183 Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas Kontrol 184 Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas

(11)

xi

Uji Normalitas Skor Pretes pada Kelas Kontrol... 189

Uji Normalitas Skor Gain pada Kelas Eksperimen... 191

Uji Normalitas Skor Gain pada Kelas Kontrol... 194

Uji Homogenitas Pretes... 196

Uji Perbedaan Rata-rata Pretes Kelas Kontrol dan Eksperimen... 197 Uji Perbedaan Rata-rata Postes Kelas Kontrol dan Eksperimen... 199 Uji Perbedaan Rata-rata Gain Kelas Kontrol dan Eksperimen... 201

Uji Korelasi... 207

Lampiran E Kisi-kisi Skala Sikap Siswa... 208

Skala Sikap Siswa... 209

Tabel Hasil Angket Siswa... 211

Pemberian Skor Butir Skala Sikap... 212

Uji Validitas... 213

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua perserta didik mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta mempunyai kemampuan bekerja sama (Permendiknas, 2006). Mengembangkan kemampuan berpikir tersebut menjadi fokus para pendidik matematika di kelas. Menurut Sabandar (2008:1), belajar matematika berkaitan erat dengan aktivitas dan proses belajar serta berpikir karena karakteristik matematika merupakan suatu ilmu dan human activity, yaitu bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis, yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat.

(13)

kreatif berkembang pada seseorang, maka akan mengasilkan banyak ide, membuat banyak kaitan, mempunyai banyak perspektif terhadap suatu hal, membuat dan melakukan imajinasi, dan peduli akan hasil.

Pada penerapan proses pembelajaran matematika di kelas, umumnya para guru matematika masih cenderung berkonsentrasi pada latihan penyelesaian soal yang bersifat prosedural dan mengakomodasi pengembangan kemampuan berpikir tingkat rendah dan kurang dalam mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Seperti dinyatakan oleh Silver (Turmudi, 2009) bahwa pada pembelajaran tradisional, aktivitas siswa sehari-hari umumnya menonton gurunya menyelesaikan soal-soal di papan tulis kemudian meminta siswa bekerja sendiri dalam buku teks atau lembar kerja siswa (LKS) yang disediakan. Proses pembelajaran seperti ini menjadi hal yang biasa dilakukan sampai sekarang dengan berbagai alasan yang menjadi dasar tetap diberlakukannya proses belajar dengan cara ini.

(14)

siswa melalui proses berpikir, dan bukan dikenalkan sebagai suatu produk jadi. Seperti dinyatakan Sabandar (2007:4) bahwa diperlukan adanya langkah-langkah ataupun tindakan yang tepat untuk membuat proses pembelajaran matematika ataupun proses menyelesaikan suatu soal matematika di kelas menjadi suatu lingkungan belajar dimana siswa dapat meningkatkan ketrampilan berpikirnya. Sehingga kemampuan berpikir tingkat tinggi para siswa diharapkan bisa meningkat.

Salah satu pembelajaran yang direkomendasikan oleh Depdiknas dan para ahli pendidikan adalah pembelajaran berbasis masalah. Moffit (Permana, 2004), mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa menjadi aktif secara optimal, memungkinkan siswa melakukan investigasi, pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai sisi. Pendekatan ini meliputi penyimpulan informasi sekitar masalah, melakukan sintesis dan merepresentasikan apa yang didapat kepada orang lain. Sementara Seng (2000) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

(15)

dan pengalaman belajar sebelumnya, kemudian melaksanakan langkah-langkah penyelesaian. Setelah selesai, memeriksa kembali hasil-hasil yang didapat, sehingga dengan mengalami sendiri kegiatan pembelajarannya, para siswa diharapkan akan memperoleh beberapa konsep dan ide matematika baru yang akan terkonstruksi dan mampu mengendap lebih lama dalam struktur berpikirnya. Untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir matematis dalam pembelajaran, guru juga perlu mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi, bertanya serta menjawab pertanyaan, berpikir secara kritis, menjelaskan setiap jawaban yang diberikan, serta mengajukan alasan untuk setiap jawaban yang diajukan (Sumarmo, 2000). Peranan guru dalam melibatkan keaktifan siswa bisa membantu memahami materi yang masih dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Salah satu materi pelajaran matematika yang dianggap sulit dan sangat lemah diserap oleh siswa di sekolah adalah geometri dimensi tiga. Penelitian yang dilakukan beberapa ahli menunjukkan bahwa siswa pada tingkat SMA pun memiliki pengetahuan atau pengalaman yang sedikit sekali mengenai sifat-sifat bangun ruang geometri (Jiang, 2008). Kesulitan materi geometri dimensi tiga ini tidak hanya dialami para siswa saja tetapi juga guru dalam mengajarkannya. Tanpa alat peraga cukup sulit merangsang daya visualisasi siswa, sementara dari siswa sendiri untuk memahami dan memvisualisasikan apa yang diterangkan guru merupakan hal yang tidak mudah.

(16)

geometri serta penggolongan-penggolongan diantara bangun-bangun tersebut. Karena itu perlu disediakan kesempatan dan media yang memadai agar siswa dapat mengobservasi, mengeksplorasi, mencoba serta menemukan prinsip prinsip geometri lewat aktivitas informal untuk kemudian meneruskannya dengan kegiatan formal dan menerapkannya apa yang dipelajari. Aktivitas siswa ini bisa lebih baik jika dilakukan dengan bantuan komputer. Kusumah (2007) menyatakan bahwa konsep-konsep dan keterampilan tingkat tinggi yang memiliki keterkaitan antara satu unsur dan satu unsur lainnya sulit diajarkan melalui buku semata, karena buku mempunyai keterbatasan media yang dihadirkan. Dan pemahaman konsep dalam suatu pembelajaran matematika akan lebih cepat jika dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas dikenalkan pada komputer, yang didayagunakan secara efektif.

(17)

Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif pada materi geometri dimensi tiga dapat dilakukan dengan bantuan program komputer. Salah satu program komputer untuk pembelajaran geometri dimensi tiga adalah Cabri 3D yaitu suatu program komputer yang bisa menampilkan variasi bentuk geometri dimensi tiga. Software ini merupakan pengembangan dari Cabri Geometry II yang dipakai untuk materi geometri dimensi dua. Dengan bantuan program Cabri 3D ini, guru bisa mendorong para siswa untuk berpikir kritis dan kreatif matematis melalui eksplorasi, investigasi, interpretasi dan memecahkan masalah matematika dengan software yang cukup interaktif (Oldknow and Tetlow, 2008). Menurut Petrovici, et al. (2010), siswa yang diajarkan geometri dimensi tiga dengan program Cabri 3D dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam mengkaitkan antara teori dan penerapannya.

Sumber : (Oldknow and Tetlow, 2008) Gambar 1.1 Pemecahan masalah dengan program Cabri 3D

(18)

lebih mudah untuk memunculkan daya visual siswa serta memungkinkan untuk mengkonstruksi bentuk ruang sehingga bisa berpengaruh pada penalaran matematis siswa. Sementara Oldknow and Tetlow (2008) menyatakan bahwa penggunaan Cabri 3D selain dapat meningkatkan daya visualisasi siswa, juga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas siswa.

Dari uraian diatas, maka diduga ada peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D melalui kegiatan konstruksi, eksplorasi, investigasi, interpretasi dan memecahkan masalah matematika yang didukung fasilitas laboratorium komputer. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Program Cabri 3D”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa permasalahan yang menjadi perhatian penulis untuk dikaji dan dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini, yaitu: pembelajaran berbasis masalah dengan bantuan program Cabri 3D dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa. Untuk itu dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

(19)

2. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional?

3. Apakah ada hubungan antara kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa?

4. Bagaimana sikap siswa terhadap pendekatan pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menelaah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D dan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

2. Menelaah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D dan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

3. Menelaah hubungan antara kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa.

4. Mendeskripsikan sikap siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D.

D. Manfaat Penelitian

(20)

1. Merupakan model pembelajaran alternatif yang dapat digunakan dalam mengajarkan geometri dimensi tiga di kelas, khususnya dalam usaha meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah dengan bantuan program komputer.

2. Memberikan motivasi kepada para guru matematika untuk memanfaatkan perkembangan teknologi pembelajaran dengan media komputer dalam proses pembelajaran di kelas.

E. Definisi Operasional

Definisi dari istilah yang dipakai adalah sebagai berikut : 1. Kemampuan berpikir kritis matematis

Kemampuan berpikir kritis matematis yang dimaksud pada penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk membuktikan suatu masalah dengan menggunakan teori-teori yang telah dipelajari sebelumnya (Pembuktian); menghasilkan pola atas persoalan yang dihadapi untuk kategori yang lebih luas (Generalisasi); dan mengidentifikasi unsur yang diketahui, yang ditanyakan, menyusun model matematika dan menyelesaikannya (Pemecahan Masalah). 2. Kemampuan berpikir kreatif matematis

(21)

(Keaslian); serta mengembangkan suatu gagasan untuk memecahkan masalah secara rinci (Elaborasi).

3. Pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D

Pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyiapkan masalah-masalah yang relevan dengan konsep yang akan dipelajari. Untuk menyelesaikan masalah tersebut siswa harus bekerja secara berkelompok dengan menggunakan alat bantu komputer dengan program Cabri 3D, kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan hasilnya, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator.

4. Program Cabri 3D

Program Cabri 3D adalah software yang dipergunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran geometri dimensi tiga.

5. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional yang dimaksud pada penelitian ini adalah pembelajaran dengan guru berperan aktif dalam menjelaskan materi pelajaran dan siswa mendengarkan, mencatat, mengerjakan latihan serta bertanya jika tidak mengerti.

6. Peningkatan

Peningkatan dalam penelitian ini diperoleh dari skor pretes dan postes kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa yang dinyatakan dalam skor gain ternormalisasi sebagai berikut:

Gain ternormalisasi (g)

preT T

max

preT postT

(22)

Kualitas peningkatan dapat dilihat berdasarkan kriteria gain ternormalisasi yaitu:

0,70 (tinggi), 0,30 0,70 (sedang), 0,30(rendah). 7. Sikap Siswa

Sikap siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap positif dan negatif siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbantuan program Cabri 3D dan soal-soal berpikir kritis dan kreatif matematis.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:

1. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

2. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang dilakukan pada dua kelompok siswa yang memiliki kemampuan setara dengan pendekatan pembelajaran yang berbeda. Pada kelompok eksperimen diberikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D, sedangkan kelompok kontrol diberikan pembelajaran konvensional. Adapun desain penelitian berbentuk kuasi-eksperimen (Sugiyono, 2008:116) adalah sebagai berikut :

Kelas Eksperimen : O X O Kelas Kontrol : O O Keterangan :

O : Pretes dan postes

X : Pendekatan pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D

B. Populasi dan Sampel

(24)

peneliti berasumsi bahwa kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis pada kelas X ini masih kurang.

Dari beberapa SMA Negeri yang ada, SMA Negeri yang terpilih termasuk tingkat sedang sebagai tempat lokasi penelitian dan memiliki fasilitas laboratorium komputer yang dapat dipakai yang sebagai sarana penelitian menggunakan program Cabri 3D.

Sampel pada penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas eksperimen dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D dan sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik ’Purposive Sampling’, karena pengambilan anggota sampel dilakukan dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008: 124). Pengambilan sampel kelas ini ditentukan oleh pihak sekolah.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes dan non-tes. Instrumen tes berupa soal kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis yang berbentuk uraian. Sedangkan instrumen non-tes berupa skala sikap mengenai pendapat siswa terhadap pendekatan pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D selama proses pembelajaran.

1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Matematis

(25)

para siswa. Pengembangan instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis dimulai dengan membuat kisi-kisi soal tes yang akan diberikan. Kisi-kisi soal dibuat dengan terlebih dahulu menetapkan indikator kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta menentukan pedoman penskoran. Adapun pedoman pemberian skor yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif

Skor Indikator

4 Jawaban lengkap dan benar

Ilustrasi dan indikator yang diukur sempurna Pekerjaannya ditunjukkan dan dijelaskan Membuat sedikit kesalahan

3 Jawaban benar tetapi belum sempurna Ilustrasi dan indikator yang diukur baik Pekerjaannya ditunjukkan dan atau dijelaskan Membuat beberapa kesalahan

2 Jawaban belum lengkap

Ilustrasi dan indikator yang diukur cukup (fair) Penyimpulan belum akurat

Muncul beberapa keterbatasan dalam pemahaman konsep Membuat agak banyak kesalahan

1 Memunculkan masalah dalam ide matematika tetapi tidak dapat dikembangkan

Ilustrasi dan indikator yang diukur kurang (poor) Banyak kesalahan operasi yang muncul

Terdapat sedikit pemahaman matematika yang diilustrasikan Membuat banyak kesalahan

0 Keseluruhan jawaban tidak tampak Tidak muncul indikator yang diukur

Sama sekali tidak muncul arah penyelesaian Ada indikasi mencoba-coba (guessing)

Tidak menjawab sama sekali masalah yang diberikan

(26)

untuk kemampuan berpikir kreatif matematis siswa meliputi kemampuan kelancaran, keluwesan, keaslian, dan elaborasi

2. Analisis Hasil Uji Coba Tes

Untuk mengukur validitas dan reliabilitas instrumen tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis, sebelum diberikan kepada siswa pada saat penelitian, soal-soal tersebut diuji cobakan terlebih dahulu terhadap siswa SMA yang telah memperoleh materi geometri dimensi tiga. Adapun analisis instrumennya sebagai berikut :

a. Validitas Instrumen

Menurut Arikunto (2009:69), bahwa sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, artinya memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki kontribusi yang besar terhadap skor total. Perhitungan validitas butir soal menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson. Tetapi dalam perhitungannya, peneliti menggunakan SPSS 17.0. Koefisien korelasi yang diperoleh kemudian diinterpretasikan ke dalam kategori pada Tabel 3.2. Jika rxy > rtabel maka butir soal yang diuji berarti valid.

Tabel 3.2. Klasifikasi Koefisien Validitas

Nilai rxy Interpretasi

0,80 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup

0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah

0,00 < rxy ≤ 0,20 Sangat rendah

(27)

Rekapitulasi hasil uji validitas tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis disajikan pada Tabel 3.3 sebagai berikut :

Tabel 3.3. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis

1 4 0,789 0,297 Valid Tinggi

2 4 0,854 0,297 Valid Sangat Tinggi

3 4 0,884 0,297 Valid Sangat Tinggi

2 Berpikir Kreatif Matematis

4 4 0,849 0,297 Valid Sangat Tinggi

5 4 0,742 0,297 Valid Tinggi

6 4 0,828 0,297 Valid Sangat Tinggi

7 4 0,668 0,297 Valid Sedang

8 4 0,837 0,297 Valid Sangat Tinggi

b. Reliabilitas

Reliabilitas instrumen adalah untuk mengukur sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan suatu skor yang ajeg atau konsisten. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas pada tes yang berbentuk uraian digunakan rumus Alpha (Arikunto, 2009:109). Dalam perhitungannya peneliti menggunakan program SPSS 17.0. Adapun interpretasi koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

(28)

Untuk mengetahui signifikansi koefisien reliabilitas pada taraf signifikansi 5% dan rtabel = 0,297 yaitu jika r11 > rtabel maka data tersebut reliabel dan sebaliknya.

Hasil perhitungan reliabilitas tes untuk kemampuan berpikir kritis, r11 =

0,792 dan kemampuan berpikir kreatif r11 = 0,840. Hasil perhitungan

menunjukkan r11 > rtabel untuk kemampuan berpikir kritis yang termasuk kategori

tinggi dan kemampuan berpikir kreatif matematis termasuk kategori sangat tinggi. Artinya, derajat reliabilitas tes tersebut akan memberikan hasil yang relatif sama jika diujikan kembali kepada subjek yang sama pada waktu berbeda. Hasil perhitungan secara lengkap uji reliabilitas tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis dapat dilihat pada Lampiran C.

c. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2009:211). Daya pembeda dihitung dengan membagi siswa menjadi dua kelas, yaitu: kelas atas yang merupakan siswa yang tergolong pandai dan kelas bawah yang tergolong rendah. Pembagiannya 27% untuk kelas atas dan 27% kelas bawah (Surapranata, 2006: 40). Penghitungan daya pembeda (D) menggunakan rumus berikut:

A B A

J B B

DP=

(Arikunto, 2009:213)

DP = daya pembeda

BA = jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah

BB = jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah

(29)

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasikan dengan klasifikasi pada tabel dibawah :

Tabel 3.5. Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Interpretasi 0,00 < DP ≤ 0,20 Kurang Baik

Tabel 3.6. Pertimbangan Koefisien Daya Pembeda

Daya Pembeda Keputusan

DP > 0,3 Diterima 0,10 ≤ DP ≤ 0,3 Direvisi

DP < 0,10 Ditolak (Surapranata, 2006: 47)

Rekapitulasi hasil perhitungan daya pembeda tes kemampuan koneksi dan komunikasi matematik disajikan pada Tabel 3.7. sebagai berikut:

Tabel 3.7. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Daya Pembeda Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis

(30)

d. Tingkat Kesukaran

Bermutu tidaknya butir-butir soal pada instrumen dapat diketahui dari derajat kesukaran yang dimiliki oleh masing-masing butir soal tersebut. Untuk menentukan indeks kesukaran digunakan rumus sebagai berikut (Surapranata, 2006):

maks S n

x P

.

=

Keterangan :

P = indeks kesukaran

x = jumlah siswa yang menjawab soal itu dengan benar n = jumlah siswa peserta tes

Smaks = skor maksimal dari butir soal yang diolah

Hasil perhitungan tingkat kesukaran ini diinterpretasikan pada tabel berikut :

Tabel 3.8. Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Interprestasi

0,00 ≤ P ≤ 0,30 Sukar

0,30 < P ≤ 0,70 Sedang

0,70 < P ≤ 1,00 Mudah

(Arikunto, 2009: 210)

Berdasarkan hasil uji coba instrumen yang menguji validitas, reliabilitas,

tingkat kesukaran dan daya pembeda soal tes kemampuan berpikir kritis dan

kreatif matematis, menunjukkan instrumen tes ini tergolong baik. Pada uji

validitas, semua butir soal (8 soal) berkategori valid, dengan 5 butir soal

(31)

sedang. Kemudian untuk daya pembeda soal terdapat 4 butir soal (50 %) berkategori baik, dan 4 butir soal (50%) berkategori cukup. Untuk tingkat kesukaran soal terdapat 3 butir soal (37,5%) soal sukar, 3 butir soal (37,5%) soal sedang dan 2 butir soal (25%) soal mudah. Dari 8 butir soal tersebut, ada dua butir soal yang mengukur indikator yang sama yaitu soal nomor 7 dan nomor 8 yang mengukur kemampuan kelancaran dengan tingkat kesukaran nomor 7 termasuk mudah dan nomor 8 termasuk kategori sukar. Dengan pertimbangan masukan dari pembimbing berdasarkan jumlah indikator berpikir kritis dan kreatif matematis yaitu 7 indikator, maka soal nomor 8 yang berkategori sukar, tidak dipakai. Sehingga untuk kepentingan penelitian ini, 7 butir soal dipakai sebagai instrumen tes pretes dan postes untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa.

Rekapitulasi hasil perhitungan tingkat kesukaran tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis seperti pada Tabel 3.9 berikut:

(32)

3. Skala Sikap Siswa

Skala sikap yang digunakan adalah Skala Likert. Skala sikap digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D yang diberikan. Skala sikap diberikan kepada siswa pada kelas eksperimen setelah semua kegiatan pembelajaran berakhir, yaitu setelah diadakan postes. Skala sikap pada penelitian ini terdiri atas 25 butir pernyataan dengan empat pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Empat pilihan ini, berguna untuk menghindari sikap ragu-ragu atau rasa aman untuk tidak memihak pada suatu pernyataan yang diajukan. Pernyataan-pernyataan disusun dalam bentuk pernyataan tertutup, tentang pendapat siswa yang terdiri dari pernyataan-pernyataan positif dan negatif. Hal ini dimaksudkan, agar siswa tidak menjawab asal-asalan karena suatu kondisi pernyataan yang monoton membuat siswa lebih cenderung malas berpikir. Adanya pernyataan positif dan negatif menuntut siswa harus membaca dengan lebih teliti atas pernyataan yang diajukan, sehingga hasil yang diperoleh dari pengisian siswa terhadap skala sikap diharapkan lebih akurat.

(33)

Menurut Sumarmo (dalam Putri, 2006) butir skala sikap yang diambil untuk dianalisis, diseleksi dengan menggunakan seleksi butir skala sikap dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menentukan skor tiap subjek.

2) Menentukan kelompok tinggi dan kelompok rendah (sekitar 25% atau 30%).

3) Menentukan mean skor kelompok tinggi (x ) dan kelompok rendah (T x ). R 4) Tentukan variansi sT2 dsan sR2.

5) Hitung t dengan rumus:

)

x = rata-rata kelompok atas

R

x = rata-rata kelompok bawah

n = banyaknya siswa kelompok atas atau kelompok bawah

Selanjutnya validitas butir diestimasi dengan membandingkan nilai thitung dengan

nilaittabel . Jika thitung > ttabel maka butir skala sikap tersebut mempunyai validitas

isi yang baik sehingga dapat digunakan.

(34)

Untuk pernyataan positif :

Tabel 3.10. Aturan Pemberian Skor Item Skala Sikap

Pernyataan positif

3. Proporsi Kumulatif

(35)

Pernyataan no 1 (Pernyataan positif)

Analisis data yang digunakan, yaitu data tes berupa hasil tes kemampuan

berpikir kritis dan kreatif matematis siswa, sedangkan data non-tes berupa skala

(36)

1. Data Tes

Teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis perbedaan dua rata-rata. Untuk menentukan uji statistik yang digunakan, terlebih dahulu diuji normalitas data dan homogenitas varians. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Hipotesis ke-1 yang diuji adalah:

H0: Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat

pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D sama dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional

H1: Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

Hipotesis statistik sebagai berikut: H0 : µe = µk

H1 : µ e µk

b. Hipotesis ke-2 yang diuji adalah:

H0: Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang

mendapat pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D sama dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

H1: Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang

(37)

3D lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

Hipotesis statistik sebagai berikut: H0 : µe = µk

H1 : µ e µk

Hipotesis ke-1 dan ke-2 diuji dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis ke-3 diuji dengan mengunakan uji korelasi.

c. Menghitung indeks gain (g) ternormalisasi. Interpretasi indeks gain ternormalisasi dilakukan berdasarkan kriteria indeks gain dalam Hake (1999). Dengan rumus sebagai berikut:

maxT preT preT postT

g

− − =

Keterangan :

g = gain ternormalisasi postT = skor postes

preT = skor pretes maxT = skor ideal

Dengan kriteria indeks gain seperti pada Tabel 3.8 dibawah ini:

Tabel 3.11. Skor Gain Ternormalisasi

No Skor Gain Interpretasi

1 g > 0,7 Tinggi

2 0,3 < g ≤ 0,7 Sedang

(38)

d. Menguji normalitas data skor pretes, postes dan gain dengan menggunakan SPSS 17.0 uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. (Uyanto, 2009: 37).

Hipotesis statistik yang diuji pada pengujian normalitas ini adalah: H0 : Data berdistribusi normal.

H1 : Data tidak berdistribusi normal.

Kriteria pengujian adalah terima H0 apabila Sig. > taraf signifikansi (

0,05).

e. Menguji homogenitas varians dilakukan dengan Uji Levene. Hipotesis yang diuji adalah :

H0 :

2 2

k e σ

σ = varians kedua kelompok homogen

H1 :

2 2

k e σ

σ ≠ varians kedua kelompok tidak homogen

Uji statistik menggunakan Uji Levene dengan kriteria pengujian adalah terima H0 apabila Sig. Based on Mean taraf signifikansi ( 0,05).

f. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan uji perbedaan dua rata-rata (Independent Samples t-Test).

Pengajuan hipotesis statistik berikut: H0 : µ e = µ k

H1 : µ e > µk

Jika sebaran data normal dan homogen, dilakukan dengan Independent Samples t-Test (uji-t) dengan kriteria pengujian terima H0 jika Sig. Equal

(39)

Sig. Equal Variances Not Assumed > dari taraf signifikan ( =0,05) dan jika sebaran data tidak normal dan tidak homogen, dilakukan dengan uji uji non-parametrik U. Mann Whitney (2-independent Samples). Perhitungan lengkap disajikan pada lampiran D.

g. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa, dilakukan Uji Korelasi. Jika sebaran data berdistribusi normal, dilakukan dengan uji korelasi Product Moment Pearson, dan jika sebaran data tidak normal dilakukan uji korelasi Spearman.

2. Data Non-Tes

Pada penelitian ini data non tes yang dianalisis adalah data hasil skala sikap siswa terhadap pembelajaran yang diberikan, yaitu pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D. Data dianalisis dengan menggunakan pemberian skor butir skala sikap model Likert. Penskoran respon pada tiap pernyataan dinyatakan secara tidak seragam, yaitu dengan berdasarkan sebaran respon siswa pada suatu butir pernyataan (Azwar, 2003). Pemberian skor pada item skala sikap dilakukan seperti pada pernyataan 1 dalam Tabel 3.11. Setelah dilakukan pemberian skor pada tiap butir pernyataan, maka dilakukan validasi terhadap tiap item dengan menggunakan kelompok atas dan kelompok bawah subjek yang disusun berdasarkan peringkat. Masing-masing 25% dari ukuran sampel merupakan kelompok atas dan kelompok bawah.

(40)

skor sikap suatu pernyataan terhadap skor netralnya. Hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada Lampiran E

E. Prosedur Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Desember 2010 sampai dengan Juni 2011. Terdiri dari dari tiga tahap, yaitu: 1) tahap persiapan; 2) tahap pelaksanaan; dan 3) tahap penyusunan laporan. Uraian ketiga tahap tersebut adalah:

1. Tahap persiapan

a. Pembuatan proposal bulan Desember 2010 b. Seminar proposal Januari 2011

c. Perbaikan proposal Januari - Februari 2011

d. Membuat instrumen penelitian, Rancangan Pembelajaran, modul dan lembar Kerja Siswa Maret- April 2011

e. Melaksanakan uji coba instrumen penelitian dan analisis dari hasil uji coba instrumen April 2011.

2. Tahap Pelaksanaan

(41)

selesai, dilakukan postes. Selanjutnya, semua data yang terkumpul dianalisis dan dilakukan penarikan kesimpulan.

Data yang diperoleh dari hasil tes baik pretes maupun postes serta angket skala sikap siswa dianalisis secara statistik. Diagram alur penelitian disajikan pada Diagram 3.1.

3. Tahap penyusunan laporan bulan Juni 2011.

Diagram 3.1. Alur Pelaksanaan Penelitian

Kelas Eksperimen Pembelajaran Berbasis Masalah

Berbantuan Program Cabri 3D Kelas Kontrol

Pembelajaran Konvensional

Postes Identifikasi masalah

Studi Kepustakan Penyusunan Proposal

Penentuan sampel, penyusunan instrumen, ujicoba, revisi, dan pengesahan

Pretes

Pengisian angket

Analisis data

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian sebelumnya mengenai peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa yang mendapat pendekatan pembelajaran berbasis masalah berbantuan Cabri 3D dan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional, serta sikap siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah berbantuan Cabri 3D, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat pendekatan pembelajaran berbasis masalah berbantuan Cabri 3D lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

2. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat pendekatan pembelajaran berbasis masalah berbantuan Cabri 3D lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

3. Terdapat hubungan yang cukup signifikan antara kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik siswa pada pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D. Tingkat korelasi antara kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis ini berada pada kategori sedang.

(43)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi guru matematika, sebaiknya pembelajaran geometri dimensi tiga dengan

pendekatan pembelajaran berbasis masalah berbantuan Cabri 3D digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas sebagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa. Guru disarankan untuk mempersiapkan bahan ajar berbasis masalah yang baik, fasilitas komputer yang memadai dan menjadi fasilitator yang dapat memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam proses belajar di kelas.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Accacina, G and Rogora, E. (2005). Using Cabri 3D : First Impressions. [Online]. Tersedia : http://www.dmmm.uniroma1.it/~accascina/Pubblicazioni [10 Desember 2010].

Accacina, G and Rogora, E. (2006). Using Cabri 3D Diagrams For Teaching Geometry. [Online].Tersedia: http://www.didmatcofin05.unimore.it/on-line/Home/Prodotti/Prodotti2006/documento [10 Desember 2010]

Anderson, T., Garrison, D.R., dan Archer, W.(2004). Critical Thinking, Cognitive Presence, Computer Conferencing in Distance Learning. [Online].Tersedia: http://www.communityofinquiry.com [15 Desember 2010]

Appelbaum, P. (2004). Critical Thinking and Learning. [Online]. Tersedia: http: //gargoyle. arcadia.edu/appelbaum [3 Januari 2011]

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Azwar, S. (2003). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cotton, K. (1991). Teaching Thinking Skills. [Online]. Tersedia :

http://www.ames.spps.org/sites [15 Desember 2010].

Crowley, L.M. (1987) "The Van Hiele Model of the Development of Geometric Thought," in Learning and Teaching Geometry, K-12. National Council of Teachers of Mathematics.

Dahan, J. (2008). Modelling with Cabri 3D to Enhance A More Constructivist Approach to 3D Geometry. [Online]. Tersedia : http://atcm. mathandtech. org/EP2008/papers_full [10 Desember 2010].

Darminto,P.B. (2009). Studi Perbandingan Model-Model Pembelajaran Berbasis Komputer Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Calon Guru Di Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Disertasi SPs UPI. Bandung: Tidak Dipublikasikan.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

(45)

Ennis, R.H. (1995). Critical Thinking. New York: Prentice Hall.

Fisher, A. (2009). Critical Thinking: An Introduction. London: Cambridge University Press.

Glazer, E. (2004). Using Web Sources to Promote Critical Thinking in High School Mathematics. [Online].Tersedia: http://math.unipa.it/ ~grim [11 Desember 2010]

Grai, D. (2000). Creativity and Mathematics [Online]. Tersedia: http://www.uh. edu /hti/cu/2000/v02/02.htm. [11 Desember 2010]

Hake. R. (1999). Analyzing Change/Gain Score. [Online].Tersedia: http://www. physics.indiana.edu/~sdi/AnalysingChange-Gain.pdf. [15 Desember 2010]

Harris, R. (1998). Introduction to Creative Thinking. [Online]. Tersedia: http://www.virtualsalt.com/crebook1.htm [10 Desember 2010].

Hasrattudin. (2010). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kecerdasan Emosional siswa SMP Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi SPs UPI. Bandung : Tidak Dipublikasikan

Hendrayana, A.(2008) Pengembangan Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif siswa SMP Dalam Matematika. Tesis SPs UPI Bandung. Tidak Dipublikasikan.

Herman, T. (2006). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama. Disertasi pada PPs UPI. Bandung: Tidak Dipublikasikan.

Ibrahim, M., dan Nur, M.(2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press.

Innabi, H. (2003). Assessing Critical Thinking in Secondary School. Instruction for Accountability: A need for Rubrics. [Online]. Tersedia: http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal [2 Januari 2011].

Jiang, Z. (2008), Explorations and Reasoning in the Dynamic Geometry Environment. [Online]. Tersedia: http://atcm.mathandtech.org/EP2008/ papers_full [10 Januari 2011]

(46)

Krismiati, A. (2009). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif Geometri Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Program Cabri Geometry II. Tesis SPs UPI. Bandung: Tidak dipublikasikan.

Kusumah, Y.S.(2007).“Peningkatan Kualitas Pembelajaran dengan Courseware Interaktif. Makalah pada seminar DUE-like, Semarang.

Kusumah, Y.S. (2010). Enhanching The Quality of Education Through Application of Information And Communicationa Technology. Makalah pada Wokshop for RSBI Teachers, Garut.

Laborde, C. (2009). Understand With Cabri 3D Dynamic Geometry How Coordinates Equations and Geometry Interconnect. [Online]. Tersedia : http://idisk.mac.com/katemackrell-Public [12 Desember 2010]. Livingston, J.A. (1997). Metacognition. [Online]. Tersedia: http://www.gse.

buffalo.edu/fas/shuell/cep564/Metecog.htm. [14 Desember 2010]. LTSIN. (2004). Learning Thinking. Scotland: Learning and Teaching Scotland. Mithalal, L. (2009). 3D Geometry and Learning of Mathematical Reasoning.

[Online]. Tersedia : http://www.inrp.fr/publications/edition-electronique /cerme6/ wg5-13-mithalal.pdf [12 Desember 2010].

Munandar, S.C.U. (1999). Kreativitas dan Keterbakatan. Jakarta: Gramedia. Mulyana, T. (2008). Pembelajaran Analitik Sintetik untuk Menungkatkan

Kemampuan berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi.SPs UPI Bandung. Tidak dipublikasikan.

Nasution, N. (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta: Bina Aksara.

NCTM, (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Virginia: NCTM.

Oldknow, A. and Tetlow, L. (2008). Using Dynamic Geometry Software to Encourage 3D Visualisation and Modelling. [Online]. Tersedia : http://php.radford.edu/~ejmt/Stuff [10 Desember 2010]

(47)

Permendiknas. (2006). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Mendiknas.

Permendiknas. (2006). Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Mendiknas.

Petrovici, A. et all. (2010). Cabri 3D-The Instrument to Make The Didactic Approach More Efficient. [Online]. Tersedia : http://anale-informatica. tibiscus.ro/download/lucrari/8-2-21- Petrovici.pdf. [1 Desember 2010] Putri, E. H. (2006). Pembelajaran Kontekstual Dalam Upaya Meningkatkan

Kemampuan Komunikasi dan koneksi Matematik Siswa SMP. Tesis Magister Pada SPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Ramdhani, N. (2009). Pembentukan dan Perubahan Sikap. Tersedia: http:/neila.staff.ugm.ac.id/wordpress/wp-content/uploads/2009/09/bab2a1- attitude.pdf.[5 April 2011]

Roh, K.H. (2003). Problem-Based Learning in Mathematics. [Online]. Tersedia: http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/recordDetail?accno= ED482725. [2 Januari 2011].

Sabandar, J. (2002). Pembelajaran Geometry dengan Menggunakan Cabry Geometri II. Jurnal Matematika atau Pembelajarannya. ISSN : 0852-7792 Tahun VIII, Edisi Khusus, Juli 2002.

Sabandar, J. (2007). Berpikir Reflektif. Proseding Seminar Nasional Matematika Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI.

Sabandar, J. (2008). Thinking Classroom dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah. Makalah Pada Seminar Matematika. Bandung.

Schafersman, S.D. (1991). An Introduction to Critical Thinking. [Online]. Tersedia:http://www.smartcollegeplanning.org/wp-content/uploads/2010/ 03 [15 Desember 2010]

Seng, T.O. (2000). Thinking Skills, Creativity and Problem-Based Learning. [Online]. Tersedia : http://pbl.tp.edu.sg/others/articles [22 Januari 2011] Shannon, A.G. (2008). Creative Thinking in Problem Solving. [Online]. Tersedia :

http:/unsw.edu.au/others/articles/Creativ.pdf. [26 Desember 2010]

Soenarto. (2006). Metodelogi Penelitian Pengembangan untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran. DIKTI-Depdiknas.

(48)

Stepien, W.J. (1997). Design Problem-based Learning Unit. Journal for The Education of The Gifted. 20(4), 380-400.

Suherman, E., dkk.(2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA FPMIPA UPI.

Sukmadinata, N.S. (2005), Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosda. Sumarmo, U., et. al. (1998, 1999, 2000). Pengembangan Model Pembelajaran

Matematika untuk meningkatkan Kemampuan Intelektual Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Dasar. Laporan Penelitian. Bandung: Lembaga Penelitian. . (2002). Alternatif Pembelajaran Matematika dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah Seminar Nasional FPMIPA UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

. (2006). Berpikir Matematika Tingkat Tinggi, Apa, Mengapa, dan Bagaimana, Dikembangkan pada Siswa Sekolah Menengah dan Mahasiswa Calon Guru”. Makalah pada Seminar Pendidikan Matematika, Bandung.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan.Yogyakarta: Kanisius.

Surapranata, S. (2006). Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Torrance, E.P. (1969). Creativity What Research Says to the Teacher. Washington DC: National Education Association.

Trianto. (2007). Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Turmudi. (2009). Landasan Filsafat dan Teori pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif dan Investigative). Jakarta: PT. Leuser Cita Pustaka.

University of Southern California. (2001). Problem Based Learning. Tersedia: http://www.usc.edu/dept/education/science-edu [5 Januari 2011].

Uyanto. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu. Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran: Pelengkap

Gambar

Tabel 4.27   Perbandingan Rata-rata Skor Gain Ternormalisasi....................
Gambar   2.1 Kemungkinan Kesalahan Pemahaman terhadap Gambar......
Tabel Hasil Angket Siswa.....................................................
Gambar 1.1  Pemecahan masalah dengan program Cabri 3D
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari kemampuan berpikir tinggi yang perlu ditanamkan sejak Sekolah Dasar sebagaimana yang dikemukakan oleh Sumarmo (dalam

J_ Judul Penelitian Hibah :Pengembangan Perangkat Pembelajaran Geometri Berbantuan Program Cabri-30 untuk Meningkatkan Kemampuan Spasial dan Disposisi Matematis Siswa

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah pengaruh penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis (KBKM),

Hipotesis penelitian ini bertujuan untuk melihat peningkatan kemampuan Berpikir Kritis matematis siswa berdasarkan pendekatan pembelajaran yaitu: “Peningkatan kemampuan

ABSTRAK. Penelitian ini mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif konsep geometri siswa yang didasarkan pada tiga aspek kemampuan berpikir kreatif, yaitu kelancaran,

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) terdapat perbedaan signifikan dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa antara yang pembelajarannya menggunakan

Hipotesis penelitian ini bertujuan untuk melihat peningkatan kemampuan Berpikir Kritis matematis siswa berdasarkan pendekatan pembelajaran yaitu: “Peningkatan kemampuan

Penerapan Pendekatan Open-Ended Berbantuan Software Geogebra Untuk Meningkatkan Kemampuan Spasial Matematis Dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Sri Wahyuni Utami uni