MAKALAH
SISTEM PEMERINTAHAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mapel PKN
Disusun oleh: 1. Dimas Noviansyah
2. Eni Astini
SMK CENDEKIA WANASARI
Teknik Kejuruan Komputer dan Jaringan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufk dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Sistem Pemerintahan dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
Kami sangat berhaap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai sistem pemerintahan yang ada di Indonesia serta memahami seluruh isi dan maksud dari makalah ini. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab it, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
i
Daftar Isi
Kata Pengantar
... i
Daftar Isi
... ii
BAB I : PENDAHULUAN
a. Latar Belakang b. Tujuan
c. Sistematika Penulisan
BAB II : PEMBAHASAN
a. Pengertian Sistem Pemerintahan b. Sistem Pemrintahan Indonesia
c. Pelaksanaan Sistem Pemerintahan di Indonesia d. Asas Sistem Pemerintahan
e. Etika Pemerintahan di Indonesia
BAB III : PENUTUP
a. Kesimpulan b. Saran
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifk dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, oleh karena itu ia disebut juga sebagai Nusantara. Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih langsung. Ibukota negara ialah Jakarta. Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta berbagai kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli
perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra.
Setelah berada di bawah penjajahan Belanda, Indonesia menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II.
dan tantangan dari bencana alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang pesat. Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan agama yang berbeda. Suku Jawa adalah grup etnis terbesar dan secara politis paling dominan. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk negara. Jati diri suatu bangsa bukan saja dapat kita lihat dari bagaimana karakter pokok dari para warga bangsa, tetapi juga dari pilihan ideologi dan sistem pemerintahan yang dipilih oleh bangsa tersebut.
Setiap negara memiliki sistem untuk menjalankan kehidupan permerintahannya. Sistem tersebut adalah sistem pemerintahan. Ada beberapa macam sistem pemerintahan di dunia ini seperti presidensial dan parlementer. Setiap sistem pemerintahan
memiliki kelebihan dan kekurangan, karakteristik, dan perbedaan masing-masing. Sejak tahun 1945 Indonesia pernah berganti sistem pemerintahan. Indonesia pernah menerapkan kedua
sistem pemerintahan ini. Selain itu terjadi juga perubahan pokok-pokok sistem pemerintahan sejak dilakukan amandemen UUD 1945. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia adalah negara yang menerapkan sistem pemerintahan presidensial. Namun dalam perjalannannya, Indonesia pernah menerapkan sistem pemerintahan parlementer karena kondisi dan alasan yang ada pada waktu itu. Berikut adalah sistem pemerintahan
Indonesia dari 1945 hingga sekarang.
Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan negara itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana penerapannya kebanyakan sudah mendarah daging dalam
sistem pemerintahan yang statis dan absolut maka hal itu akan berlangsung selamanya sehingga adanya desakan kaum
minoritas untuk memprotes hal tersebut. Secara luas, sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga
tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan, ekonomi dan keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontinu dan bersifat demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa turut andil dalam pembangunan sistem pemerintahan
tersebut. Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara menyeluruh. Secara sempit, sistem pemerintahan hanya sebagai sarana
kelompok untuk menjalankan roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan mencegah
adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu sendiri. Pokok-pokok sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci pokok sistem
pemerintahan negara. Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial. Sistem
pemerintahan ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Suharto. Ciri dari sistem
jatuh atau berganti. Konfik dan pertentangan antar pejabat negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak merugikan bangsa dan negara
daripada keuntungan yang didapatkanya.
Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang konstitusional atau
pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi. Dalam
menjalankan sistem pemerintahan perlu memperhatikan asas pemerintahan. Asas adalah dasar, pedoman atau sesuatu yang dianggap kebenaraannya, yang menjadi tujuan berpikir dan prinsip yang menjadi pegangan. Jadi dengan demikian yang menjadi asas ilmu pemerintahan adalah dasar dari suatu sistem pemerintahan seperti ideologi suatu bangsa, flsafah hidup dan konstitusi yang membentuk sistem pemerintahannya. Ilmu pemerintahan itu sama sebagaimana ilmu-ilmu kenegaraan
lainnya yang banyak berkonotasi pada masalah kekuasaan, maka di khawatirkan timbul kecenderungan pada
kesewenang-wenangan, oleh karena itu diperlukan etika yang berakhir dari moral dan norma agama.
Dengan demikian kita perlu memperhatikan semua aspek yang berhubungan dengan sistem pemerintahan agar sistem pemerintahan di Indonesia dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan konstitusi negara Indonesia.
B.
Tujuan
Untuk mengkaji makalah ini ada beberapa tujuan yang akan dicapai, yaitu:
3. Memahami pelaksanaan sistem pemerintahan negara Indonesia.
4. Memahami sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945.
C.Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika pembahasan yang meliputi:
BAB I: PENDAHULUAN, Menyajikan latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan.
BAB II: PEMBAHASAN, Membahas tentang sistem pemerintahan yang meliputi: Pengertian Sistem Pemerintahan, Sistem
Pemrintahan Indonesia, Pelaksanaan Sistem Pemerintahan di Indonesia, Asas Sistem Pemerintahan, Etika Pemrintahan di Indonesia
BAB III : PENUTUP, Menyajikan Kesimpulan dan Saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sistem Pemerintahan
bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Sistem berarti suatu keseluruhan yang terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional. Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada di negara tersebut. Kata „sistem‟ banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan pada banyak bidang pula, sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah
sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka. Dari penjabaran pengertian tentang sistem di atas bisa kita ambil kesimpulan bahwa sistem itu memang kompleks dan sangat terkait dengan hal yang ada di dalamnya, karena sistem tidak akan jalan apabila salah satu elemen sistem tersebut tidak jalan. Atau dapat juga dikatakan bahwa pengertian sistem adalah sekumpulan unsur atau elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan
kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan. Pemerintah merupakan kemudi, dalam bahasa Latin asalnya
Gubernaculum. Dalam bahasa Indonesia, kata dasar pemerintah adalah perintah, kemudian ditambahkan
Imbuhan em dan an. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia perintah adalah perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuatu; pemerintah adalah kekuasaan yang
memerintah suatu wilayah, daerah, atau, negara;
memerintah. Pemerintah adalah organisasi yang mencakup aparatur negara yang meliputi semua organ-organ, badan atau lembaga, alat kelengkapan negara memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan dalam bentuk (penerapan hukum dan undang-undang) di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada di bawah kekuasaan mereka. Kekuasaan dalam suatu negara menurut Montesquieu diklasifkasikan menjadi tiga, yaitu kekuasaan eksekutif yang berarti
kekuasaan menjalankan undang-undang atau kekuasaan menjalankan pemerintahan; kekuasaan legislatif yang berarti kekuasaan membentuk undang-undang; dan kekuasaan
yudikatif yang berarti kekuasaan mengadili terhadap pelanggaran atas undang-undang. Komponen-komponen tersebut secara garis besar meliputi lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Pemerintah berbeda dengan pemerintahan. Pemerintah merupakan organ atau alat
Dari pengertian di atas, maka dalam melakukan
pembahasan mengenai pemerintahan negara titik tolak yang dipergunakan adalah dalam konteks pemerintahan dalam arti luas. Yaitu meliputi pembagian kekuasaan dalam negara. Dengan demikian, jika pengertian pemerintahan tersebut dikaitkan dengan pengertian sistem, maka yang dimaksud dengan sistem pemerintahan adalah suatu tatanan atau
susunan pemerintahan yang berupa suatu struktur yang terdiri dari organ- organ pemegang kekuasaan di dalam negara dan saling melakukan hubungan fungsional di antara organ-organ tersebut baik secara vertikal maupun horisontal untuk
mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. Jadi, sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga negara, hubungan antar lembaga-lembaga negara, dan bekerjanya lembaga negara dalam mencapai tujuan pemerintahan negara yang bersangkutan. Tujuan
pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan negara. Misalnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Lembaga-lembaga yang berada dalam satu sistem pemerintahan Indonesia bekerja secara bersama dan saling menunjang untuk terwujudnya tujuan dari pemerintahan di negara Indonesia.
Menurut ruang lingkup, pengertian sistem pemerintahan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Sistem pemerintahan dalam arti sempit
Berdasarkan kajian ini dibedakan dua model pemerintahan yakni, system parlementer dan system presidensial .
2) Sistem pemerintahan dalam arti luas
Sistem pemerintahan adalah suatu kajian pemerintahan negara yang bertolak dari hubungan antara semua organ negara,
termasuk hubungan antara pemerintah pusat dengan bagian-bagian yang ada didalam negara. Sistem pemerintahan negara dibedakan menjadi negara kesatuan, negara serikat (federal), dan negara konfederasi.
3) Sistem pemerintahan dalam arti sangat luas
Sistem pemerintahan adalah suatu system pemerintahan yang menitik beratkan hubungan antara negara dan rakyat. Sistem ini dibedakan menjadi system pemerintahan monarki,
pemerintahan aristokrasi, dan pemerintahan demokrasi.
Menurut para ahli, sistem pemerintahan dapat diklasifkan sebagai berikut:
1) Aristoteles Menurut jumlah orang yang memerintah dan sifat pemerintahannya dibagi menjadi enam, yakni monarki, tirani, aristokrasi, oligarki, republik (politea) dan demokrasi.
2) Polybius Menurut jumlah orang yang memerintah serta sifat pemerintahannya dibedakan menjadi enam jenis
pemerintahan, yakni monarki, tirani, aristokrasi, oligarki, demokrasi, dan anarki (oklokrasi).
3) Kranenburg Adanya ketidakpastian penggunaan istilah monarki dan republik untuk menyebutkan bentuk negara atau pemerintahan.
yang kepala negaranya diangkat lewat pemilihan dan sistem monarki yang kepala negaranya diangkat secara turun
menurun.
5) Jellinec Membagi bentuk pemerintahan menjadi dua, yakni republik dan monarki. Sistem pemerintahan negara-negara di dunia ini berbeda-beda sesuai dengan keinginan dari negara yang bersangkutan dan disesuaikan dengan keadaan bangsa dan negaranya. Sistem pemerintahan presidensial dan sistem pemerintahan parlementer merupakan dua model sistem pemerintahan yang dijadikan acuan oleh banyak negara. Amerika Serikat dan Inggris masing-masing dianggap pelopor dari sistem pemerintahan presidensial dan sistem
pemerintahan parlementer.
Dari dua model tersebut, kemudian dicontoh oleh negara-negara lainnya. Sistem pemerintahan suatu negara-negara berguna bagi negara lain. Salah satu kegunaan penting sistem
pemerintahan adalah sistem pemerintahan suatu negara menjadi dapat mengadakan perbandingan oleh negara lain. Suatu negara dapat mengadakan perbandingan sistem
pemerintahan yang dijalankan dengan sistem pemerintahan yang dilaksakan negara lain. Negara-negara dapat mencari dan menemukan beberapa persamaan dan perbedaan antarsistem pemerintahan. Tujuan selanjutnya adalah negara dapat
mengembangkan suatu sistem pemerintahan yang dianggap lebih baik dari sebelumnya setelah melakukan perbandingan dengan negara-negara lain. Mereka bisa pula mengadopsi sistem pemerintahan negara lain sebagai sistem pemerintahan negara yang bersangkutan. Dengan demikian, sistem
negara yang menganut sistem pemerintahan presidensial dan parlementer seara ideal. Sistem pemerintahan dari kedua negara tersebut selanjutnya banyak ditiru oleh negara-negara lain di dunia yang tentunya disesuaikan dengan negara yang bersangkutan.
Sesuai dengan kondisi negara masing-masing, sistem
pemerintahan dibedakan menjadi dua klasifkasi besar, yaitu:
1. Sistem Pemerintahan Presidensial
Sistem presidensial (presidensiil), atau disebut juga dengan sistem kongresional, merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif. Sistem pemerintahan ini dianut oleh Amerika Serikat, Filipina, Indonesia dan sebagian besar negara-negara Amerika Latin dan Amerika Tengah. Menurut Rod Hague, pemerintahan presidensiil terdiri dari 3 unsur yaitu: i) Presiden yang dipilih rakyat memimpin
pemerintahan dan mengangkat pejabat-pejabat pemerintahan yang terkait. ii) Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang tetap, tidak bisa saling menjatuhkan. iii) Tidak ada status yang tumpang tindih antara badan eksekutif dan badan legislatif. iv) Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak dapat dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik.
Namun masih ada mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden melakukan pelanggaran konstitusi,
Ciri-ciri pemerintahan presidensial yaitu:
i) Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala negara.
ii) Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.
iii) Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non- departemen.
iv) Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan eksekutif (bukan kepada kekuasaan legislatif).
v) Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
vi) Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif.
Kelebihan sistem pemerintahan presidensial yaitu:
a. Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada parlemen.
b. Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya, masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Filipina adalah enam tahun dan Presiden Indonesia adalah lima tahun.
c. Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa jabatannya.
Kekurangan sistem pemerintahan presidensial yaitu:
a. Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat menciptakan kekuasaan mutlak.
b. Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
c. Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar antara eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas
d. Pembuatan keputusan memakan waktu yang lama.
2. Sistem Pemerintahan Parlementer
Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen memiliki peranan penting dalam
pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda dengan sistem
presidensiil, di mana sistem parlemen dapat memiliki seorang presiden dan seorang perdana menteri, yang berwenang
terhadap jalannya pemerintahan. Dalam presidensiil, presiden berwenang terhadap jalannya pemerintahan, namun dalam sistem parlementer presiden hanya menjadi simbol kepala negara saja. Sistem parlementer dibedakan oleh cabang eksekutif pemerintah tergantung dari dukungan secara
langsung atau tidak langsung cabang legislatif, atau parlemen, sering dikemukakan melalui sebuah veto keyakinan. Oleh
beberapa yang merasa kurangnya pemeriksaan dan keseimbangan yang ditemukan dalam sebuah republik kepresidenan. Sistem parlemen dipuji, dibanding dengan sistem presidensiil, karena kefeksibilitasannya dan
tanggapannya kepada publik.
Kekurangannya adalah dia sering mengarah ke
pemerintahan yang kurang stabil, seperti dalam Republik Weimar Jerman dan Republik Keempat Perancis. Sistem parlemen biasanya memiliki pembedaan yang jelas antara kepala pemerintahan dan kepala negara, dengan kepala pemerintahan adalah perdana menteri, dan kepala negara ditunjuk sebagai dengan kekuasaan sedikit atau seremonial. Namun beberapa sistem parlemen juga memiliki seorang
presiden terpilih dengan banyak kuasa sebagai kepala negara, memberikan keseimbangan dalam sistem ini. Negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer adalah Inggris, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura dan sebagainya.
Ciri-ciri pemerintahan parlementer yaitu:
i) Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan kepala negara dikepalai oleh presiden/raja.
ii) Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja diseleksi berdasarkan undang-undang.
iii) Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non- departemen.
v) Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
vi) Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.
Kelebihan sistem pemerintahan parlementer:
a. Membuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi partai.
b. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.
c. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi berhati-hati dalam
menjalankan pemerintahan.
Kekurangan sistem pemerintahan parlementer:
a. Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan parlemen sehingga sewaktu-waktu
kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
b. Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan berakhir sesuai dengan masa jabatannya
karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
d. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya.
B.
Sistem Pemerintahan Indonesia
Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk
pemerintahannya adalah republik. Selain bentuk negara
kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan.
Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.” Dengan
demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial.
Kekuasaan pemerintahan negara Indonesia menurut UUD pasal 1 sampai dengan pasal 16, pasal 19 sampai dengan pasal 23 ayat (1) dan ayat (5), serta pasal 24 adalah:
b) Kekuasaan memberikan pertimbangan kenegaraan kepada pemerintah atau kekuasaan konsultatif yang dilakukan oleh DPA.
c) Kekuasaan membentuk perundang–undangan negara atau kekuasaan legislatif yang dilakukan oleh DPR.
d) Kekuasaan mengadakan pemeriksaan keuangan negara atau kekuasaan eksaminatif atau kekuasaan inspektif yang dilakukan oleh BPK.
e) Kekuasaan mempertahankan perundang–undangan negara atau kekuasaan yudikatif yang dilakukan oleh MA.
Berdasarkan ketetapan MPR nomor III/MPR/1978 tentang kedudukan dan hubungan tata kerja lembaga tertinggi negara dengan atau antara lembaga – lembaga Tinggi Negara ialah sebagai berikut.
i) Lembaga tertinggi negara adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat. MPR sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara dengan pelaksana kedaulatan rakyat memilih dan mengangkat presiden atau mandataris dan wakil presiden untuk melaksanakan Garis–garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan putusan–putusan MPR lainnya. MPR dapat pula
diberhentikan presiden sebelum masa jabatan berakhir atas permintaan sendiri, berhalangan tetap sesuai dengan pasal 8 UUD 1945, atau sungguh–sungguh melanggar haluan egara yang ditetapkan oleh MPR.
ii) Lembaga–lembaga tinggi negara sesuai dengan urutan yang terdapat dalam UUD 1945 ialah presiden (pasal 4 – 15), DPA (pasal 16), DPR (pasal 19-22), BPK (pasal 23), dan MA (pasal 24).
pemerintah (eksekutif) bersama–sama dengan DPR
membentuk undang-undang termasuk menetapkan APBN. Dengan persetujuan DPR, presiden dapat menyatakan perang.
b) Dewan Pertimbangan Agung (DPA) adalah sebuah bahan penasehat pemerintah yang berkewajiban memberi jawaban atas pertanyaan presiden. Selain itu DPA berhak mengajukan pertimbangan kepada presiden.
c) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah sebuah badan legislatif yang dipilih oleh masyarakat berkewajiban selain
bersama-sama dengan presiden membuat undang-undang juga wajib mengawasi tindakkan-tindakan presiden dalam
pelaksanaan haluan Negara.
d) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ialah badan yang
memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara. Dalam pelaksanaan tugasnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah. BPK memriksa semua pelaksanaan APBN. Hasil pemeriksaannya dilaporkan kepada DPR.
e) Mahkamah Agung (MA) adalah badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman yang dalam pelaksanaan tugasnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh lainnya. MA dapat mempertimbangkan dalam bidang hukum, baik diminta maupun tidak diminta kepada kepada lembaga – lembaga tinggi negara.
C.Pelaksanaan Sistem Pemerintahan di Indonesia
Sehingga secara singkat bisa dikatakan bahwa sistem pemerintahan yang berjalan di Indonesia adalah sistem pemerintahan yang merupakan gabungan atau perpaduan antara sistem pemerintahan presidensiil dengan sistem pemerintahan parlementer. Apalagi bila dirunut dari
sejarahnya, Indonesia mengalami beberapa kali perubahan sistem pemerintahan.
i) Tahun 1945 – 1949 Pemerintahan yang diterapkan saat itu adalah sistem parlementer.
Terjadi penyimpangan dari ketentuan UUD 1945 antara lain:
a. Berubah fungsi komite nasional Indonesia pusat dari
pembantu presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHN yang merupakan
wewenang MPR.
b. Terjadinya perubahan sistem kabinet presidensial menjadi kabinet parlementer berdasarkan usul BP – KNIP.
ii) Tahun 1949 – 1950 Didasarkan pada konstitusi RIS. Pemerintahan yang diterapkan saat itu adalah sistem parlementer kabinet semu (Quasy Parlementary). Sistem pemerintahan yang dianut pada masa konstitusi RIS bukan kabinet parlementer murni karena dalam sistem parlementer murni, parlemen mempunyai kedudukan yang sangat
menentukan terhadap kekuasaan pemerintah.
iii) Tahun 1950 – 1959 Landasannya adalah UUD 1950 pengganti konstitusi RIS 1949. Sistem Pemerintahan yang dianut adalah parlementer kabinet dengan demokrasi liberal yang masih bersifat semu. Adapun ciri-cirinya ialah sebagai berikut:
a. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat.
c. Presiden berhak membubarkan DPR.
d. Perdana Menteri diangkat oleh Presiden.
iv) Tahun 1959 – 1966 Pada masa ini Indonesia menganut sistem pemerintahan demokrasi terpimpin. Era “Demokrasi Terpimpin”, yaitu kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum borjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal memecahkan
masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak.
Pendapatan ekspor menurun, cadangan devisa menurun, infasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer menjadi wabah. Presiden mempunyai kekuasaan mutlak dan dijadikannya alat untuk melenyapkan kekuasaan-kekuasaan yang
menghalanginya sehingga nasib parpol (10 parpol yang diakui) ditentukan oleh presiden. Tidak ada kebebasan mengeluarkan pendapat.
v) Tahun 1966 – 1998 Pada 27 Maret 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai
presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Presiden Soeharto memulai “Orde Baru” dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru berlangsung selama 30 tahun. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia
berkembang pesat meski hal ini dibarengi praktek korupsi yang merajalela di negara ini. Lama kelamaan banyak terjadi
penyimpangan- penyimpangan. Kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.
berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan militer, khususnya mereka yang dekat dengan Cendana. Hal ini mengakibatkan aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh pusat. Pembagian PAD juga kurang adil karena 70% dari PAD tiap provinsi tiap tahunnya harus disetor kepada Jakarta, sehingga melebarkan jurang pembangunan antara pusat dan daerah. Dikarenakan sistem pemerintahan yang sangat terpusat dan krisis fnansial Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah, maka terjadi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan berbagai organ aksi mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia. Pemerintahan Soeharto semakin disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang
kemudian memicu Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan mahasiswa pun meluas hampir diseluruh Indonesia. Di bawah tekanan yang besar dari dalam maupun luar negeri, Soeharto akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari jabatannya pada 21 Mei 1998. vi) Tahun 1998 – Sekarang Pelaksanaan demokrasi pancasila pada era reformasi telah banyak memberikan ruang gerak pada partai politik maupun DPR untuk mengawasi pemerintah secara kritis dan dibenarkan untuk unjuk rasa.
Perubahan dalam sistem pemerintahan tidak hanya berhenti sampai di situ saja karena terjadi perbedaan pelaksanaan
sistem pemerintahan menurut UUD 1945 sebelum UUD 1945 diamandemen dan setelah terjadi amandemen UUD 1945 pada tahun 1999 - 2002.
1) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut Konstitusi RIS
Sistem Pemerintahan Indonesia menurut konstitusi RIS adalah sistem Pemerintah Parlementer yang tidak murni. Pasal 118 konstitusi RIS antara lain:
b. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah
2) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUDS 1950 UUDS 1950 masih tetap mempergunakan bentuk sistem
pemerintahan seperti yang diatur dalam konstitusi RIS. Di dalam pasal 83 UUDS 1950 dinyatakan sebagai berikut:
a. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat
b. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah, baik bersama-sama untuk
seluruhnya maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri.
3) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945 Sebelum Amandemen Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci pokok sistem
pemerintahan negara tersebut sebagai berikut.
a. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat) Suatu negara dapat dikatakan sebagai negara yang didasarkan atas hukum apabila alat-alat perlengkapan yang ada di dalamnya senantiasa bertindak dengan sesuai dan terikat pada aturan-aturan yang ditentukan terlebih dahulu oleh alat-alat perlengkapan yang dikuasakan untuk
mengadakan aturan-aturan tersebut. Suatu negara yang menyatakan diri sebagai negara hukum harus mengakui dan melindungi hak-hak asasi manusia. Selain itu negara hukum juga harus menjalankan peradilan yang bebas dari pengaruh suatu kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak memihak.
hukum seperti yang digariskan dalam sistem pemerintahan Indonesia.
c. Kekuasaan negara yang tertinggi berada di tangan MPR MPR mempunyai tugas dan kewenangan untuk mengubah,
menetapkan UUD, melantik kepala negara (presiden) dan wakil kepala negara (wakil presiden). MPR juga mempunyai
kewenangan untuk memberhentikan presiden dan atau wakil presiden atas usul DPR, apabila terbukti telah melakukan pelanggaran akum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela.
d. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah MPR Berdasarkan hasil amandemen UUD 1945, yaitu pasal 6A disebutkan bahwa presiden dan wakil presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Dalam pasal 3 ayat 2 juga dinyatakan bahwa “Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan Wakil
Presiden.”
e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR Dalam
Penjelasan UUD 1945 dinyatakan dengan jelas bahwa Presiden harus mendapatkan persetujuan DPR untuk membentuk UU dan untuk menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara, akan tetapi Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan.
f. Menteri negara sebagai pembantu presiden Presiden
mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri negara. Menteri-menteri negara tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat, melainkan kepada Presiden.
konstitusional (sistem pemerintahan yang kedua) dan adanya fungsi pengawasan (kontrol) DPR. Pemerintahan orde baru dengan tujuh kunci pokok diatas berjalan sangat stabil dan kuat. Pemerintah memiliki kekuasaan yang besar. Sistem Pemerintahan Presidensial yang dijalankan pada era ini
memiliki kelemahan pengawasan yang lemah dari DPR namun juga memiliki kelebihan kondisi pemerintahan lebih stabil.
4) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945 Setelah Amandemen Di akhir era orde baru muncul pergerakan untuk mereformasi sistem yang ada menuju pemerintahan yang lebih demokratis. Untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan sebuah pemerintahan yang konstitusional. Pemerintahan yang
konstitusional adalah yang didalamnya terdapat pembatasan kekusaaan dan jaminan hak asasi. Kemudian dilakukanlah amandemen Undang-undang Dasar 1945 sebanyak 4 kali, tahun: 1999, 2000, 2001, 2002. Berdasarkan konstitusi yang telah diamandemen ini diharapkan sebuah sistem
pemerintahan yang lebih demokratis akan terwujud.
Adapun pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia setelah amandemen yakni sebagai berikut:
a. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah negara terbagi dalam beberapa provinsi.
b. Bentuk pemerintahan adalah republik konstitusional, sedangkan sistem pemerintahan presidensial.
c. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
e. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan anggota MPR. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan.
f. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan dibawahnya.
g. Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem pemerintahan parlementer dan melakukan
pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem presidensial.
Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesia adalah sebagai berikut;
a. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi, DPR tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara tidak langsung.
b. Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau persetujuan dari DPR.
c. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau persetujuan dari DPR. k. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang- undang dan hak budget (anggaran)
D.
Asas Sistem Pemerintahan
1. Asas Pemerintahan Umum
pemerintahan seperti ideologi suatu bangsa, flsafah hidup dan konstitusi yang membentuk sistem pemerintahannya. Untuk itu dalam membahas asas suatu pemerintahan, kita perlu melihat berbagai prinsip-prinsip, pokok-pokok pikiran, tujuan, struktur organisasi, faktor- faktor kekuatan dan proses pembentukan suatu negara. Hal ini karena sebagaimana sifat dari pada ilmu pemerintahan itu sendiri, maka dalam menetukan asas ilmu pemerintahan ini, yang diselidiki hanyalah asas pemerintahan dari suatu negara tertentu, bukan pemerintahan pada
umumnya.
Tentang asas-asas pemerintahan yang berlaku secara umum, Dr. Talizi mengatakan sebagai berikut bahwa
“Pengertian asas dalam hubungannya ini adalah dalam arti khusus. Secara umum dapat dikatakan bahwa asas-asas pemerintahan tercantum didalam pedoman-pedoman,
peraturan-peraturan dan jika diusut sampai tingkat tertinggi.” Beberapa asas pemerintahan yaitu:
i) Asas Aktif Pemerintah memiliki sumber utama
pembangunan. Di negara-negara berkembang pemerintah senantiasa berada pada posisi sentral, oleh karena itu
pemerintah memegang peran inovatif dan inventif. Bahkan pemerintah mengurus semua permasalahan pembangunan, pemerintahan, dan kemasyarakatan, mulai dari orang-orang yang belum lahir kedunia, sampai dengan orang-orang yang telah meninggal dunia. Jadi pemerintah selalu aktif di
mannapun berada.
ii) Asas Vrij Bestuur Vrij berarti kosong, sedangkan Bestuur berarti pemerintahaan. Jadi Vrij Bestuur adalah kekosongan pemerintahaan. Hal ini timbul karena melihat bahwa tidak seluruhnya penjabaran setiap departemen dan non
departemen sampai ke kecamatan-kecamatan, apalagi
iii) Asas Freies Eremessen Berlainan dengan asas Vrij Bestuur, bila mana pekerjaan itu ada tetapi aparat pelaksanaannya tidak ada. Maka pada asas Freies Eremessen, pekerjaan itu memang belum ada dan mesti dicari serta ditemukan sendiri. Jadi terlepas hanya sekedar mengurus hal-hal yang secara tegas telah digariskan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah tingkat yang lebih di atas, untuk
dipertanggungjawabkan hasilnya. Dalam hal ini pemerintah bebas mengurus dan menemukan inisiatif pekerjaan baru, sepenjang tidak ada pertentangan dengan peraturan
peundang-undangan yang berlaku ataupun
ketentuan-ketentuan lain yang berkenaan dengan norma kebiasaan suatu tempat.
iv) Asas Historis Asas yang dalam penyelenggaraan
pemerintaha, bila terjadi suatu peristiwa pemerintah, maka untuk menanggulanginya pemerintah berpedoman kepada penanggulangan dan pemecahan peristiwa yang lalu, yang sudah pernah terjadi.
v) Asas Etis Asas yang dalam penyelenggaraan
pemerintahaan, pemerintah tidak lepas pemperhatikan kaidah norma. Oleh karenanya dinegara Indonesia, pelaksanaan
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila senang tiasa digalakan, disamping masing-masing agama berlomba
menyampaikan bahwa pemerintah bukan masalah sekuler yang tepisah jauh dari etika dan moral, tetapi merupakan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan di akhirat nanti.
Misalnya, kepanitian Hari- Hari Besar Nasional, penyambut tamu Negara, dan lain-lain. Di daerah dikelola oleh Pemerintah Daerah.
vii) Asas Detournement De Pauvoir Asas Detournement De Pauvoir adalah asas kesewenang-wenangan pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahannya atau sebaliknya
ketidakpedulian pemerintah terhadap masyarakatnya. Jadi asas ini merupakan pertentangan dari semua asas yang telah di sampaikan di atas karena menyalahgunakan kekuasaan yang di peroleh.
2. Asas Penyelenggaraan Pemerintah Di Indonesia
Ada tiga asas penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia yang harus diseimbangkan pemakaiannya sebagai berikut:
i) Asas Negara Hukum Yaitu asas yang mempedomani
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ini mengandung arti bahwa negara, termasuk di dalamnya pemerintah dan
lembaga-lembaga negara lainnya, dalam melaksanakan
tindakan apapun harus di landasi oleh hukum atau harus dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Prinsip dari asas ini terdapat dalam rumusan Peraturran yang diwujudkan dari cita-cita hukum (rechssidee), kalau tidak demikian muncul
kesemena-menaan yang bermula dari subjektiftas penguasa.
ii) Asas Semangat Kekeluargaan Yaitu asas yang
mempedomani rasa kemanusiaan dan cinta kasih senasib sepenanggungan. Istilah kekeluargaan itu berasal dari kata “keluarga”. Keluarga itu terdapat dalam masyarakat, bangsa apa saja, selain ditentukan oleh ikatan darah juga terdapat ikatan lainnya yang terjadi karena rasa cinta kasih antara semua anggota yang sudah dianggap keluarga, yang
dan saling memberikan perlindungan. Demikianlah jika ikatan-ikatan itu ditingkatkan dalam hubugan antar keluarga sampai pada hubungan antar anggota keluarga yang lebih besar,
disebut kekeluargaan. Kekeluargaan ini sebagai pengobjektifan dari keluarga yang subjektif.
iii) Asas Kedaulatan Rakyat Yaitu asas yang mempedomani bahwa kekuasaan tertinggi adalah hati nurani rakyat kecil yang selama ini walaupun jumlah mereka besar, tetapi mereka diam (silent majority). Asas ini berasal dari keinginan untuk
dibedakan demokrasi dengan kebebasan, kendatipun demokrasi membicarakan berbagai kebebasan seperti kebebasan berpendapat, kebebasan menuntut ilmu dan mengusahakan mata pencaharian yang layak serta lain-lain.
Namun kebebasan pada gilirannya dapat mencapai
dekadensi moral karena bagaimanapun manusia ingin bebas bahkan hidup sendiri, peraturan dan hukum tetap perlu
diadakan sendiri. Ketiga asas tersebut di atas mutlak harus diseimbangkan, karena bila di laksanakan sendiri-sendiri cenderung akan meiliki ekses negatif. Misalnya hukum yang dilaksanakan secara berlebih-lebihan akan menyingkirkan kemanusiaan dan kekeluargaan, nilai-nilai kekeluargaan bila dilakukan berlebihan akan melupakan hukum yang harus dijalankan, dan kebebasan rakyat yang dibiarkan berlebihan akan menimbulkan pelanggaran syariah agama yang
trasendental. Namun demikian apabila dijalankan berbarengan secara seimbang akan menciptakan hasil yang luar biasa
baiknya, dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan
Indonesia. Ini memang merupakan sifat dan asas yang dianut oleh undang-undang dasar 1945, yang di cetuskan dari pola piker oendiri Negara kesatuan republik Indonesia ini dulu. Itulah sebabnya dalam ketatanegaraan Indonesia kita kenal hukum yang bersumber dari nilai-nilai luhur pancasila,
keberadan Dewan Perwakilan Rakyat yang walaupun sampai saat ini masih tetap mencari bentuk keindonesiaannya.
3. Asas Pemerintahan di Daerah
Dalam hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintah daerah, kita mengenal beberapa kali pergantian undang-undang pemerintah daerah. Menurut undang-undang-undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintah di daerah, yang masih berlaku sampai saat ini, dikenal beberapa asas
penyelenggaraan pemerintah di daerah sebagai berikut:
i) Asas desentralisasi Asas desentralisasi adalah asas
penyerahan sebagian urusan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
ii) Asas dekonsentrasi Asas dekonsentrasi adalah asas pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat atau kepala wilayah, atau kepala instansi vertikal tingkat atasnya, kepada pejabat-pejabatnya di Daerah.
iii) Tugas Pembantuan Tugas pembantuan adalah asas untuk turut sertanya Pemerintah Daerah bertugas dalam
melaksanakan urusan Pemerintahan Pusat yang ditugaskan kepada Pemerintah Daerah oleh Pemerinah Pusat atau
Pemerintah Daerah Tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskannya.
Konsekuensi dari ketiga asas tersebut di atas, maka diadakan sebagai berikut:
ii) Daerah otonom, yaitu akbiat adanya otonomi daerah lalu dibentuklah daerah-daerah otonomi, baik untuk tingkat 1
maupun tingkat 2. Daerah otonom itu sendiri berarti kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah terntentu yang hendak berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dakam ikatan Negara kesatuan republic ndoneisa sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
iii) Wilayah adminsitratif, yaitu akibat adanya asas dekonsentrasi. Wilayah administratif itu sendiri, berarti lingkungan kerja perangkat pemerintah pusat yang
menyelenggarakan pelaksanaan tugas pemerintah umum di daerah. Tugas pemerintahan umum adalah urusan
pemerintahan yang meliputi bidang letenramanm, ketertiban, politik, kordinasi, pengawasan dan urusan pemerintahan
lainnya (seperti peradilan keamanan, moneter, dan luar negeri) yang tidak termasuk tugas suatu instansi dan tidak termasuk urusan rumah tangga daerah.
iv) Kata “mengurus” dan “mengatur “ dalam pemberian otonomi kepada daerah dapat di bedakan, yaitu mengurus berarti fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang di jalankan oleh pihak eksekutif daerah yaitu kepala daerah, sedangkan mengatur berarti fungsi pengaturan yang di jalankan oleh
pihak pembuat peraturan daerah yaitu legislatif yang dipegang Dewan Perwakilah Rakyat Daerah.
E.Etika Pemerintahan di Indonesia
berakhir dari moral dan norma agama. Kebanyakan orang merasa bahwa norma-norma dan hukum-hukum mempunyai peranan yang besar dalam bidang etika. Karena kalau tidak demikian apapun yang diatur akan menemukan kesewenang-wenangan, dan akhirnya gilirannya menjadi ketiranian. Etika artinya sama dengan kata Indonesia “Kesusilaan”, kata
dasarnya adalah, susila kemudian diberi awalan ke dan akhiran an. “Susila” berasal dari bahasa Sansekerta, “Su” berarti baik, dan “Sila” berarti norma kehidupan. Jadi “Etika” berarti
menyangkut kelakuan yang menuruti norma-norma kehidupan yang baik. Asal kata “etika” itu sendiri sebenarnya berasal dari perkataan Yunani “Ethos” yang berarti watak atau adat. Kata ini identik dengan asal kata “Moral” dari bahasa Latin “Mos” (bentuk jamaknya adalah “Mores”) yang berarti adat atau moral hidup. Jadi kedua kata tersebut (etika dan moral) menunjukkan cara berbuat yang menjadi adat karena persetujuan atau praktek sekelompok manusia.
Dengan demikian etika dapat diartikan sebagai suatu atau setiap kesediaan jiwa seseorang untuk senantiasa taat dan patuh kepada seperangkat peraturan-peraturan kesusilaan. Berbagai kasus yang non etis (tidak beretika) terjadi di sekililing kita, beberapa diantaranya yang dapat tercatat antara lain sebagai berikut:
i) Seorang tukang becak yang matanya terasa sedikit gatal berobat ke rumah sakit. Oleh dokter serta merta mata tersebut dioperasi, dengan catatan setelah pulang jangan dibuka
ii) Masih dari segi medis, seorang perawat menjawab dengan tegas permintaan seorang ibu yang datang menggendong anaknya karena demam panas. “Ibu tidak disiplin, mengapa datang jam segini, besok saja kembali lagi.” Sang ibu dengan berhiba menjawab: “Bukankah besok hari Minggu”. Dengan gamblang petugas yang disiplin ini menangkis: “Kalau begitu ibu kembali lagi hari Senin, sekarang saya harus mengerjakan tugas lain, saya bukan hanya melayani ibu saja, banyak tugas yang harus diselesaikan”.
iii) Kejadian perampokan, pencurian, pencolongan dan penodongan di suatu kota sulit sekali dideteksi, karena
pelakunya selalu tidak diketahui ke mana larinya dan di mana tempat tinggalnya. Tetapi ketika suatu kali seseorang berhasil melacaknya, orang tersebut menjadi terperangah karena
menyaksikan sang perampok dengan mulus lari dari penjara tempat tinggalnya. Ia memang sengaja dilepas oleh petugas penjara, untuk mencari tambahan penghasilan mereka
bersama, sudah barang tentu hasilnya dibagi-bagi.
iv) Seorang wakil rakyat yang duduk di majelis, mewakili kaum buruh yang diperjuangkan haknya agar tidak senantiasa
ditekan dan dirugikan. Tetapi yang bersangkutan pada kenyataannya sehari-hari terlibat kasus penyiksaan pada pembantu rumah tangganya sendiri. Betapa memprihatinkan seorang pembantu yang lugu ternyata mendapat perlakuan yang sangat menyedihkan, gajinya tidak dibayarkan, ia juga mendapat siksaan berat sekujur tubuhnya penuh dengan bekas tindakan kekerasaan. Seperangkat perlakuan yang dilakukan majikannya antara lain menyiram dengan air panas,
menyetrika punggung, menendang, menembak kakinya dengan senapan angin, memborgol, tidak memberi makan, tidak membayarkan gaji, serta memperkosa.
v) Beberapa orang petugas keamanan dan ketertiban,
habis memperkosa seorang gadis belia. Tetapi sewaktu gerombolan anak-anak muda itu masuk ke rumah ayahnya yang menjadi pejabat teras daerah pemerintah setempat, para petugas keamanan dan ketertiban tersebut tidak lagi
melanjutkan pengejaran buruannya, mereka hanya berputar- putar saja sekeliling rumah, gentar untuk masuk ke dalam. Kejadian itu kemudian hanya hilang begitu saja.
vi) Para pejabat keuangan dan kebendaharawan berusaha untuk ikut melakukan pembelian, yang seharusnya dipesan bagian pengadaan perlengkapan dan pembelian. Sehingga pemborong dan toko yang merasa dijadikan langganan, untuk melancarkan perdagangannya memberikan komisi pada sang pejabat.
Pada giliranya terjadi kerancuan, barang yang dipesan tidak lagi memenuhi target permintaan, asal jadi dan merugikan negara, karena sang pejabat yang disogok tidak mempunyai keberanian untuk membantah, tender telak dimenangkan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari seluruh pembahasan makalah ini, kami dapat simpulkan bahwa sistem pemerintahan negara Indonesia
menggambarkan adanya lembaga-lembaga yang bekerja dan berjalan saling berhubungan satu sama lain menuju
tercapainya tujuan penyelenggaraan negara. Lembaga-lembaga negara dalam suatu sistem politik meliputi empat institusi pokok, yaitu eksekutif, birokratif, legislatif, dan yudikatif. Selain itu, terdapat lembaga lain atau unsur lain seperti parlemen, pemilu, dan dewan menteri. Dalam sistem pemerintahan Indonesia, lembaga-lembaga negara berjalan sesuai dengan mekanisme demokratis. Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar
Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan.
Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.” Dengan
demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial. Sistem pemerintahan negara
Indonesia berbeda dengan sistem pemerintahan yang dijalankan di negara lain. Namun, terdapat juga beberapa persamaan antarsistem pemerintahan negara. Misalnya, dua negara memiliki sistem pemerintahan yang sama. Perubahan pemerintah di negara terjadi pada masa genting, yaitu saat perpindahan kekuasaan atau kepemimpinan dalam negara. Perubahan pemerintahan di Indonesia terjadi antara tahun 1997 sampai 1999. Hal itu bermula dari adanya krisis moneter dan krisis ekonomi.
Indonesia mengalami beberapa kali perubahan sistem pemerintahan. Pada tahun 1945-1949 Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer. Kemudian pada tahun 1949-1950 Indonesia menganut sistem parlementer kabinet semu yang didasarkan pada konnstitusi RIS. Pada tahun 1950-1959 Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer kabinet dengan demokrasi liberal yang masih bersifat semu. Indonesia pernah menganut sistem pemerintahan demokrasi terpimpin pada tahun 1959-1966. Setelah itu, Indonesia dibawah
kepemimpinan Soeharto dari tahun 1968-1988 menjalankan sistem pemerintahan orde baru. Setelah jatuhnya
pemerintahan Soeharto, Indonesia menganut sistem pemerintahan demokrasi Pancasila hingga sekarang.
semasa pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Suharto.
Ciri dari sistem pemerintahan masa itu adalah adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Karena itu tidak adanya pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat besar dan cenderung dapat
disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan, kekuasaan yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu menciptakan pemerintahan yang kompak dan solid. Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Konfik dan pertentangan antarpejabat negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak merugikan bangsa dan negara daripada keuntungan yang didapatkanya. Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang konstitusional atau pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi. Dalam menjalankan sistem
pemerintahan perlu memperhatikan asas pemerintahan. Asas adalah dasar, pedoman atau sesuatu yang dianggap
kebenaraannya, yang menjadi tujuan berpikir dan prinsip yang menjadi pegangan. Jadi dengan demikian yang menjadi asas ilmu pemerintahan adalah dasar dari suatu sistem
pemerintahan seperti ideologi suatu bangsa, flsafah hidup dan konstitusi yang membentuk sistem pemerintahannya.
Sudah saatnya, kita bersama-sama bergerak untuk
mencapai angan demokrasi yang telah dicita-citakan oleh para pemimpin-pemimpin dan tokoh-tokoh Indonesia. Unsur-unsur demokrasi yang kadang menjadi akar permasalahan harus bisa diselesaikan dan diperbaiki, karena konsep demokrasi bukan hak paten yang tidak bisa diubah. Ia harus bersifat dinamis dan bisa mengikuti kultur sosial- politik-budaya Negara yang
menggunakannya sebagai asas negara. Usaha perubahan tersebutsebenarnya telah sering dilakukan dan sayangnya malah menjadi ancaman bukan kenyamanan. Rakyat perlu diperkuat kembali bahwa mereka bukan alat kekuasaan yang dengan mudah diatur kesana ke mari. Elit penguasa dan rakyat harus bisa bekerja sama selama tujuan demokrasi menjadi patokan utama bernegara yang baik.