• Tidak ada hasil yang ditemukan

URGENSI STUDI ISLAM INTERDISIPLINER ANDI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "URGENSI STUDI ISLAM INTERDISIPLINER ANDI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

URGENSI STUDI ISLAM INTERDISIPLINER DI ERA

MILLENIAL

oleh

Andika Wisnu

(12010170030)

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendekatan dan Metode Studi Islam

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag.

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)

URGENSI STUDI ISLAM INTERDISIPLINER DI ERA

MILLENIAL

Andika Wisnu

Program Pascasarjana IAIN Salatiga

andikawisnu224@gmail.com

Abstrak

Penulisan artikel ilmiah ini bertujuan untuk memaparkan Urgensi dari Studi Islam Interdisipliner di Era Millenial, yaitu untuk memahami dan mendalami ajaran-ajaran Islam agar dapat dilaksanakan dan diamalkan dengan benar, baik Islam sebagai tradisi teks, maupun sebagai realitas sosial kekinian, dengan pendekatan berbagai disiplin ilmu.

Metodologi yang dipakai dalam penulisan artikel ilmiah ini adalah metodologi penelitian dengan menggunakan literature review. Literature review adalah salah satu jenis penelitian Kualitatif yang berisi uraian tentang teori, temuan, dan bahan penelitian lainnya yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian untuk menyusun kerangka pemikiran yang jelas dari perumusan masalah yang ingin diteliti.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa Studi Islam Interdisipliner di Era Millenial adalah di mana studi Islam yang sudah dilengkapi berbagai sudut pandang keilmuan, sangatlah penting guna melihat kebenaran Islam secara komprehensif, namun yang tak kalah penting juga, adalah bagaimana hasil dari studi tersebut dapat diterima oleh generasi Millenial, tidak hanya sebagai perwujudan suatu studi keagamaan, namun membangkitkan rasa untuk ikut serta dalam melakukan Studi Islam melalui berbagai disiplin ilmu (Interdisipliner).

(3)

Abstract

The writing of this scientific article aims to describe the Urgency of Interdisciplinary Islamic Studies in the Millenial Era, which is to understand and deepen the teachings of Islam to be implemented and properly practiced, both as a text tradition, and as a social reality of the present, with the approach of various disciplines .

The methodology used in writing this scientific article is a research methodology using literature review. Literature review is one type of qualitative research that contains descriptions of theories, findings, and other research materials derived from reference materials to be the basis of research activities to develop a clear frame of mind from the formulation of the problem to be studied.

The research findings show that Interdisciplinary Islamic Studies in the Millenial Era is where Islamic studies that have been equipped with various scientific perspectives, it is important to see the truth of Islam comprehensively, but equally important, is how the results of the study can be accepted by the Millenial generation , not only as the embodiment of a religious study, but arousing a sense of participation in conducting Islamic Studies through various disciplines (Interdisciplinary).

(4)

Pendahuluan

Studi Islam muncul pertama kali pada abad ke-9 di Baghdad, yaitu pada masa kejayaan Islam, dimana ketika itu Bani Abbasiyah berhasil menjadikan ilmu-ilmu agama Islam terbentuk, berkembang, dan berpadu dengan disiplin keilmuan yang lain. Studi islam selanjutnya berkembang pula di Al Azhar Kairo, yang merupakan hasil dari peradaban Dinasti Fatimiyah, serta di Andalusia, tepatnya di Cordova yang menjadi pusat kajian-kajian mengenai studi Islam di zamannya dan bahkan masih bertahan hingga sekarang.

Studi Islam hari ini, telah menjadi kajian yang menarik banyak minat para intelektual, tak hanya para intelektual barat, namun juga dari dalam komunitas muslim itu sendiri. dimana Islam tidak lagi dipahami dalam pengertian historis atau doktrin keagamaan, tetapi telah menjadi fenomena yang kompleks dan menarik untuk dikaji secara mendalam dari berbagai aspeknya.

Sejalan dengan pandangan Amin Abdullah (1999: 9), agama pada saat ini tidak dapat didekati dan difahami hanya lewat pendekatan teologis-normatif semata-mata, sebab ada pergeseran paradigma dari pemahaman yang berkisar pada doktrin ke arah entitas sosiologis, dari diskursus esensi ke arah eksistensi.

Dengan fakta yang semacam itu, diperlukan cara untuk mengkaji dan mendekati Islam, tidak lagi mungkin hanya dari satu aspek, tetapi dibutuhkan metode dan pendekatan interdisipliner. Sehingga muncullah disiplin-disiplin ilmu baru, seperti sejarah agama, psikologi agama, sosiologi agama, antropologi agama, dan lain-lain.

(5)

Menurut penulis, lebih dari itu semua, sebenarnya yang menjadi tantangan di Era Millenial ini tak lain adalah adanya sebuah dorongan untuk mengkaji lebih lanjut dalam konteks evolusi Islam modern yang penuh dengan tanda tanya baru. Membatasi kajian pada studi teks saja akan sangat beresiko, dan memberi kesan yang mungkin keliru tentang praktik keagamaan dalam islam, sehingga timbul indikasi yang memungkinkaan hal tersebut menutupi realitas yang lebih kompleks.

Dari latar belakang yang penulis paparkan di atas, dalam penulisan artikel ilmiah ini penulis bermaksud membahas tentang “Urgensi Studi Islam Interdisipliner di Era Millenial”. Tulisan ini berusaha membahas betapa pentingnya mencari “kebenaran” Islam melalui berbagai sudut pandang keilmuan lain di Era Kekinian, atau yang sering disebut Era Millenial.

Metodologi

Dalam usaha penulis menelusuri Urgensi Studi Islam Interdisipliner di Era Millenial ini, penulis menggunakan metodologi penelitian literature review.

Literature review adalah uraian tentang teori, temuan, dan bahan penelitian lainnya yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian untuk menyusun kerangka pemikiran yang jelas dari perumusan masalah yang ingin diteliti. dengan harapan, setelah melakukan literature review, penulis tidak berhenti sampai hanya membaca literatur, tetapi juga merangkum, membuat analisis dan melakukan sintesis secara kritis dan mendalam dari sumber-sumber kajian yang direview atau ditinjau.

Pembahasan

Studi Islam

(6)

untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Dengan kata lain “usaha sadar dan sitematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk-beluk agama islam atau hal-hal yang berhubungan dengan agama islam baik berhubungan dengan ajaran, sejarah maupun praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sepanjang sejarahnya.”1

Menurut Suleiman dan Shihadeh (2007), dalam (Baidhawy, 2011) mengemukakan dua pendekatan mendasar mengenai definisi Islamic Studies yaitu definisi sempit dan luas. Pendekatan pertama melihat Islamic Studies sebagai suatu disiplin dengan metodologi, materi, dan teks-teks kuncinya sendiri, bidang studi ini dapat didefinisikan sebagai studi tentang tradisi teks-teks keagamaan klasik dan ilmu-ilmu keagamaan klasik, memperluas rauang lingkupnya berarti akan mengurangi kualitas kajiannya.2

Pendekatan yang kedua mendefinisikan Islamic Studies berdasarkan kenyataan bahwa Islam perlu dikaji dalam konteks evolusi islam modern yang penuh teka-teki. Juga adanya kebutuhan untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh teks-teks tentang cara-cara orang mengalami dan menjalankan kehidupan mereka. Islam mesti diajarkan baik sebagai tradisi teks maupun sebagai realitas sosial.3

Dapat penulis simpulkan, studi Islam dikalangan umat Islam memang sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh orang-orang diluar kalangan umat islam, yaitu para intelektual barat. Dikalangan umat Islam, studi keislaman bertujuan untuk memahami dan mendalami ajaran-ajaran Islam agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkannya dengan benar, baik yang islam sebagai tradisi teks, maupun sebagai realitas sosial kekinian.

1 Muhaimin, Studi Islam dalm Ragam Dimensi dan Pendekatan, (Jakarta: Kencana

Pernada, 2012), hlm. 1

2 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode, (Yogyakarta: Insan

Madani, 2011), hlm. 2

(7)

Urgensi Studi Islam Interdisipliner di Era Millenial

Urgensi studi Islam sebagai usaha untuk mempelajari secara mendalam tentang Islam dan segala seluk beluk yang berhubungan dengan agama Islam sudah barang tentu mempunyai tujuan yang jelas, yang menunjukan kemana studi Islam tersebut diarahkan. Dengan arah dan tujuan yang jelas itu, maka dengan sendirinya Studi Islam akan tersusun secara sistematis.

Adapun arah dan tujuan Studi Islam menurut Muhaimin (2012), dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa sebenarnya (hakikat) agama Islam itu, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain dalam kehidupan budaya manusia. Sehubungan dengan ini, Studi Islam dilaksanakan berdasarkan asumsi bahwa sebenarnya agama islam diturunkan oleh Allah adalah untuk membimbing dan mengarahkan serta menyempurnakan pertumbuhan dan perkembangan agama-agama dan budaya umat di muka bumi.

2. Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama islam yang asli, dan bagaimana penjabaran dan operasionalisasinya dalam pertumbuhan dan perkembangan budaya peradaban islam sepanjang sejarahnya. Studi ini berasumsi bahwa agama islam adalah fitrah sehingga pokok-pokok isi ajaran agama islam tentunya sesuai dan cocok dengan fitrah manusia. Fitrah adalah potensi dasar, pembawaan yang ada, dan tercipta dalam proses pencipataan manusia.

3. Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama islam yang tetap abadi dan dinamis, dan bagaimana aktualisasinya sepanjang sejarahnya. Studi ini berdasarkan asumsi bahwa agama islam sebagai agama samawi terakhir membawa ajaran yang bersifat final dan mampu memecahkan masalah kehidupan manusia, menjawab tantangan dan tuntutannya sepanjang zaman. Dalam hal ini sumber dasar ajaran agama islam akan tetap aktual dan fungsional terhadap permasalahan hidup dan tantangan serta tuntutan perkembangan zaman tersebut.

4. Untuk mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran agama islam, dan bagaimana realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman modern ini. Asumsi dari studi ini adalah, islam yang meyakini mempunyai misi sebagai rahmahtan li al-‘alamin tentunya mempunyai prinsip dasar yang bersifat universal, dan mempunyai daya dan kemampuan untuk membimbing, mengarahkan dan mengendalikan faktor-faktor potensial dari pertumbuhan dan perkembangan system budaya dan peradaban modern.4

(8)

Penulis simpulkan, bahwa arah tujuan studi Islam pada perkembangan selanjutnya, menuju pada pemahaman lain tentang Islam dilihat dari berbagai pendekatan keilmuan, atau lebih dikenal dengan Interdisipliner. Pendekatan Interdisipliner yang dimaksud adalah kajian yang menggunakan sejumlah pendekatan atau sudut pandang (perspektif). Dalam studi Islam misalnya, menggunakan pendekatan Sosiologi, Historis dan Normatif secara bersamaan.

Urgensi dari penggunaan pendekatan Interdisipliner semakin disadari di Era Millenial ini, keterbatasan dari hasil-hasil penelitian yang hanya menggunakan satu pendekatan. Misalnya, dalam pengkajian teks dalam agama seperti, Al Qur’an dan As Sunnah tidak cukup hanya menggunakan pendekatan tekstual, tetapi harus dilengkapi dengan pendekatan Sosiologis dan Historis sekaligus.

Di Era Millenial sendiri, atau yang lebih dikenal sebagai era dengan kemajuan seluruh bidang keilmuan terutama teknologi. Para penghuninya, yaitu generasi Millennial, bisa diartikan sebagai terminologi generasi yang saat ini banyak diperbincangkan oleh banyak kalangan di dunia di berbagai bidang. Dibanding generasi sebelumnya, generasi millennial memang unik, hasil riset yang dirilis oleh Pew Researh Center misalnya secara gamblang menjelaskan keunikan generasi millennial dibanding generasi-generasi sebelumnya. Yang mencolok dari generasi millennial ini dibanding generasi sebelumnya adalah soal penggunaan teknologi dan budaya pop/musik.5

Studi Islam yang sudah dilengkapi berbagai sudut pandang keilmuan sangatlah penting, namun yang tak kalah penting adalah bagaimana hasil dari studi tersebut dapat diterima oleh generasi sekarang sebagai suatu perwujudan memahami kebenaran agama dari berbagai perspektif disiplin keilmuan lain.

Berikut adalah beberapa pendekatan Interdisipliner dalam studi Islam dan metodologi ilmiah modern, antara lain:

1. Pendekatan Filsafat

5

(9)

Filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta dan kata shopos yang berarti ilmu atau hikmah secara etimologi filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Menurut istilah (terminologi) filsafat islam adalah cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkan falsafah dan menciptakan sikap positif terhadap falsafah islam Yang dimaksud adalah melihat suatu permasalahan dari sudut tinjauan filsafat dan berusaha untuk menjawab dan memecahkan permasalahan itu dengan menggunakan analisis spekulatif.6

Menurut Sidi Gazalba, filsafat adalah berfikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.7

Contoh pendekatan filsafat agama Islam, ajaran agama Islam mengajarkan agar shalat berjamaah. Tujuan antara lain agar seseorang merasakan hidup berdampingan dengan orang lain, dengan mengajarkan puasa misalkan agar seorang dapat merasakan lapar yang selanjutnya menimbulkan rasa iba kepada sesamanya yang hidup serba kekurangan, dengan menggunakan pendekatan filosofis ini seseorang akan dapat memberikan makna terhadap sesuatu yang dijumpainya, dan dapat pula mendapat hikmah dan ajaran yang terkandung didalamnya. Dengan demikian ketika seseorang mengerjakan suatu amal ibadah tidak akan merasa kekeringan dan kebosanan, semakin mampu mengenali makna filosofis dari suatu ajaran agama, maka semakin meningkat pula sikap, penghayatan, dan daya spiritual yang dimiliki seseorang.8

Dari definisi dan contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan filsafat berupaya menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik obyek fenomena atau sesuatu yang dikaji dalam agama Islam itu sendiri.

2. Pendekatan Sosiologi

6 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 254 7 Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat,Jilid I, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), Cet.II, hlm.15 8 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.

(10)

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dengan masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu. Sementara itu soejono soekanto mengartikan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan penilaian.9

Sosiologi tidak menetap kearah mana sesuatu seharusnya berkembang dalam arti member petunjuk-petunjuk yang menyangkut kebijaksanaan kemasyarakatan dari proses kehidupan bersama tersebut.10

Dari kedua definisi tersebut terlihat bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang menggambarkan keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan, serta sebagai gejala sosial lainya yang saling berkaitan. Dengan ilmu ini, suatu fenomena sosial dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang mendorong terjadi hubungan, mobilitas sosial, serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut.11

Pendekatan sosiologi memang penting untuk mengkaji agama-agama, namun juga salah jika kita memandang bahwa pendekatan ini diyakini dapat menyajikan kunci universal untuk memahami fenomena keagamaan.12

Pendekatan sosiologi terhadap agama telah melahirkan berbagai teori. Di antara teori-teori itu, yang sangat terkenal adalah teori tentang tingkatan, yang salah satu implikasi teologis terhadap penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dan hadist, sebagai contoh mengenai wanita. Wanita Islam dalam kontekstual adalah munculnya rasa takut dan berdosa bagi kaum wanita bila ingin “menggugat” dan menolak penafsiran atas diri mereka yang tidak hanya disubordinasikan dari kaum laki-laki, tetapi juga dilecehkan hak dan martabatnya. Akibatnya secara sosiologis mereka terpaksa menerima kenyataan-kenyataan diskriminatif bahwa lelaki serba

9 Hasan Shadily, Sosiologi untuk masyarakat Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1983)

hlm.1

10Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Grafindo Persada, 1993), hlm.

18

11 Abuddin Nata, Op.cit., hlm. 39

(11)

lebih dari perempuan, terutama dalam hal-hal seperti: pertama, wanita adalah makhluk lemah karena tercipta dari tulang rusuk pria yang bengkok; kedua, wanita separuh harga laki-laki; ketiga, wanita boleh diperistri hingga empat; keempat: wanita tidak bisa menjadi pemimpin negara.13

Menurut penulis, setidaknya ada dua hal yang menjadi titik temu antara agama dengan sosiologi, pertama yaitu ibadah atau hablum minallah, hubungan dengan Allah dalam ibadah yang kita lakukan sehari-hari menyimpan nilai tersendiri bagi orang Islam, atau sering disebut pahala. Selain berpahala, ibadah yang normatif memberikan kesan sosial yang utuh tentang realitas sosial di kelompok masyarakat. Kedua yaitu muamalah atau hablum minannas, tindakan yang berhubungan dengan orang lain. Perlu kiranya dicermati bahwa sikap kita terhadap orang lain menentukan juga perlakuan orang lain kepada kita.

3. Pendekatan Sejarah

Dalam bahasa Arab, kata sejarah disebut tarikh yang secara harfiah berarti ketentuan waktu, dan secara istilah berarti keterangan yang telah terjadi pada masa lampau/masa yang masih ada. Dalam bahasa Inggris, kata sejarah merupakan terjemahan dari kata history yang secara harfiah diartikan the past experience of mankind, yakni pengalaman umat manusia di masa lampau.14

Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsure tempat, waktu, objek, latar belakang, dan prilaku peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini, peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya, siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut.15

Pendekatan historis adalah suatu upaya untuk menelusuri asal-usul dan pertumbuhan ide-ide dan lembaga keagamaan melalui periode-periode

13 M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta: Amzah, 2006), hlm.35 14 Abuddin Nata, Op.cit., hlm. 46

15 Rosihan Anwar , Badruzzaman, Pengantar Studi Islam , (Bandung: Pustaka Setia,

(12)

waktu tertentu dalam perkembangan historis dan untuk menilai peran faktor-faktor yang berinteraksi dengan agama dalam periode tersebut.16

Kesimpulannya, pendekatan sejarah berusaha melakukan periodisasi atau tahapan-tahapan yang ditempuh untuk suatu penelitian sehingga dengan kemampuan yang ada dapat mencapai kepada hakikat sejarah.

Informasi yang terdapat dalam sejarah bukanlah dogma atau ajaran yang harus diikuti, melainkan sebuah informasi yang harus dijadikan bahan kajian dan renungan, memilah dan memilih bagian yang sesuai dan relevan untuk digunakan.17

Bagian pertama, kita mengenal banyak sekali konsep, baik yang bersifat abtrak maupun konkret. Konsep tentang allah, malaikat, akhirat, ma’ruf, mungkar dan sebagainya, adalah konsep-konsep abstrak. Sementara itu, juga ditunjukan konspep-konsep yang lebih menunjuk pada fenomena konkret dan dapat diamati (observable). bagian kedua yang berisi kisah-kisah dan perumpamaan Al Qur’an ingin mengajak umat Islam untuk melakukan perenungan untuk memperoleh hikmah, melalui kontemplasi terhadap kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa historis ataupun menyangkut simbol-simbol.18

Jadi dapat disimpulkan oleh penulis bahwa melalui pendekatan sejarah atau historis, maka pemahaman makna secara luas yang berkaitan dengan masa lampau, baik yang berkaitan dengan masalah sosial, politik ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, kebudayaan, agama dan sebagainya dapat mewujudkan gambaran yang komprehensif. Dengan begitu, Islam akan memiliki landasan sejarah yang kuat sehingga timbul hubungan dan mata rantai sejarah yang jelas.

4. Pendekatan Antropologis

16 Zakiyuddin Baidhawy, Op.cit., hlm. 262 17 Rosihan Anwar, Op.cit., hlm. 88-93

18 Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi, (Bandung: Mizan,1991), hlm.

(13)

Antropologi terdiri dari kata Antropos dan Logos. Antropos berarti manusia, sedangkan Logos berarti Ilmu. Dengan kata lain Antropologi diartikan sebagai ilmu tentang manusia. Secara terminologi, antropologi diartikan sebagai ilmu tentang manusia, khususnya tentang asul-usul, aneka warna bentuk fisik, adat istiadat dan kepercayaannya pada masa lampau.19

Antropologi adalah cabang keilmuan yang peduli dengan upaya mendokumentasikan organisasi hubungan-hubungan sosial dan pola-pola praktik kebudayaan di tempat tertentu, dan mengembangkan lebih kurang teori-teori berkenaan dengan keserupaan-keserupaan dan perbedaan-perbedaan dalam kehidupan manusia.20

secara umum obyek kajian antropologi dapat dibagi menjadi dua bidang, yaitu antropologi fisik yang mengkaji makhluk manusia sebagai organisme biologis, dan antropologi budaya dengan tiga cabangnya: arkeologi, linguistik dan etnografi. Meski antropologi fisik menyibukan diri dalam usahanya melacak asal usul nenek moyang manusia serta memusatkan studi terhadap variasi umat manusia, tetapi pekerjaan para ahli di bidang ini sesungguhnya menyediakan kerangka yang diperlukan oleh antropologi budaya. Sebab tidak ada kebudayaan tanpa manusia.21

Dalam konteks studi Islam dan masyarakat muslim, karya-karya etnografi yang merupakan tipikal dari karya para anttropologis bertujuan untuk menunjukkan bagaimana Islam telah dipribumikan, bagaiman tradisi-tradisi dominan dan lebih menonjol dipraktikkan, diinstitusionalisasikan, ditransmisikan, tumbuh bersama dan dikontestasikan dalam berbagai kawasan sekaligus, baik di lokasi-lokasi pedesaan maupun perkotaan.22

19 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

Balai Pustaka, 1995), hlm. 50

20 Zakiyuddin Baidhawy, Op.cit., hlm. 271

21 Amin Abdullah, Metodologi Penelitian Agama, Pendekatan Multidisipliner,

(Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2006), hlm. 62

(14)

Jika budaya tersebut dikaitkan dengan agama, maka agama yang dipelajari adalah agama sebagai fenomena budaya, bukan ajaran agama yang datang dari Allah. Antropologi tidak membahas salah benarnya suatu agama dan segenap perangkatnya, seperti kepercayaan, ritual dan kepercayaan kepada yang sakral.23

Dengan demikian pendekatan Antropologis yang dimaksud dalam tulisan ini adalah sudut pandang atau cara melihat (paradigma) memperlakukan sesuatu gejala yang menjadi perhatian dengan menggunakan kebudayaan dari gejala yang dikaji.

Sumber utama ajaran Islam adalah Al Qur’an, misalnya kita peroleh informasi tentang kapal Nabi Nuh di gunung Arafat, kisah Ashabul Kahfi yang dapat bertahan hidup dalam gua lebih dari tiga ratus tahun lamanya. Dimana kira-kira bangkai kapal Nabi Nuh itu, dan dimana kira-kira gua itu dan bagaimana pula bisa terjadi hal-hal yang menakjubkan itu, ataukah hal yang demikian itu merupakan kisah “fiktif”, dan masih banyak lagi contoh lain yang hanya dapat dijelaskan dengan bantuan ahli geografi dan arkeologi. 24

Dapat penulis simpulkan, dari beberapa kutipan di atas, Pendekatan Antropologi dalam memahami agama, dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.

Melalui pendekatan ini, agama diharapkan terasa akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu Antropologi saat melihat suatu masalah, digunakan pula untuk memahami agama.

Simpulan

Urgensi sebenarnya dari Studi Islam Interdisipliner di Era Millenial adalah di mana studi Islam yang sudah dilengkapi berbagai sudut pandang keilmuan,

23 Bustanuddin Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia; Pengantar Antropologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 18

(15)

sangatlah penting guna melihat kebenaran Islam secara komprehensif, namun yang tak kalah penting juga, adalah bagaimana hasil dari studi tersebut dapat diterima oleh generasi Millenial, tidak hanya sebagai perwujudan suatu studi keagamaan, namun membangkitkan rasa untuk ikut serta dalam melakukan Studi Islam melalui berbagai disiplin ilmu (Interdisipliner).

Dalam upaya untuk menjawab tantangan zaman inilah yang menjadi pokok persoalan bagaimana keilmuan Islam bisa bicara pada tataran yang lebih luas. Tanpa itu, dunia Islam akan terbelakang dan mungkin sulit untuk bangkit. Membuka diri terhadap perubahan adalah salah satu caranya bertahan dari arus perkembangan zaman.

Penulis kutip dari firman Allah dalam Q.S. Al Maidah ayat 3, “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” di mana ayat tersebut seakan seakan mengafirmasi seluruh kajian Studi Islam Interdisipliner hari ini, bahwa Agama Islam telah sempurna sebagaimana ayat tersebut sampaikan. Tinggal bagaimana kita untuk menggali dan mengkaji Islam guna mencari jawaban atas seluruh persoalan kehidupan, yaitu dengan menggunakan pendekatan interdisipliner.

Fakta bahwa kejayaan bukan semata-mata yang berada di masa lalu, yaitu ketika masa kejayaan Islam. Namun masa depan tentu lebih penting untuk diraih. Biarkan masa lalu sebagai cerminan untuk menata kehidupan yang lebih baik. Biarkan masa lalu sebagai obyek kajian yang obyektif. Tekad bahwa Islam harus mampu berdialog dengan semua perkembangan ilmu pengetahuan modern. Tanpa itu, keilmuan Islam akan tenggelam dalam sejarah kelam seperti yang terjadi di masa yang telah lalu.

DAFTAR PUSTAKA

(16)

Agus, Bustanuddin. 2006. Agama dalam Kehidupan Manusia; Pengantar Antropologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Anwar, Rosihan. Badruzzaman. 2009. Pengantar Studi Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Baidhawy, Zakiyuddin. 2011. Studi Islam Pendekatan dan Metode. Yogyakarta: Insan Madani.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Gazalba, Sidi. 1967. Sistematika Filsafat,Jilid I. Jakarta: Bulan Bintang

Kuntowijoyo. 1991. Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi. Bandung: Mizan. Muhaimin. 2012. Studi Islam dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan. Jakarta:

Kencana Pernada.

Nata, Abuddin. 2011. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Pers

____________. 2012. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Shadily, Hasan. 1983. Sosiologi Untuk masyarakat Indonesia. Jakarta: Bina

Aksara.

Soekanto, Soejono. 1993. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Grafindo Persada

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisa dan menghitung hambatan total kapal menggunakan model 3D pada berbagai variasi bentuk buritan menggunakan CFD

Akan tetapi, dari berbagai pertemuan tersebut, telah menegaskan bahwa hubungan Muslim- Kristiani telah terjadi dalam dunia akademis, tidak saja ditunjukkan

sebuah isu global menyatakan bahwa HAM dipandang sebagai suatu persoalan nilai.. kemanusian yang penting adalah sejak ditetapkannya DUHAM oleh PBB tahun 1948. Sejak saat itu, secara

Oleh karena itu, sesuai dengan hasil Rapat Kerja Dewan Koordinasi Racana Wijaya Gugus Latih Bahasa dan Seni Gugusdepan kota Semarang

Observed variables on the plant growth and yield of rice were the green level of leaf, angle of tillers, number of productive tillers, dry weight, number

Terdapat empat Asumsi dasar Liberalisme yaitu sifat manusia baik yang berarti manusia mampu untuk bekerja sama ; Asumsi kedua adalah keyakinan bahwa

- Dalam teknik ini dijelaskan materi yang sangat jelas dan gamblang dan disertai langkah-langkah siswa dalam pengerjaan suatu proyek, sehingga buku ini cocok sebagai pedoman

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan dalam