• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SUNDA DI KOTA MEDAN - Deskripsi Pertunjukan Tari Merak dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Adat Sunda di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SUNDA DI KOTA MEDAN - Deskripsi Pertunjukan Tari Merak dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Adat Sunda di Kota Medan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SUNDA DI KOTA MEDAN

2.1Asal- Usul Masyarakat Sunda

Kata Suddha dalam bahasa Sangsekerta dipakai sebagai nama gunung yang

menjulang di wilayah bagian Barat Pulau Jawa yaitu Gunung Sunda (tinggi 1.850

meter). Gunung ini tampak dari jauh putih bercahaya. Makna kata Suddha dalam bahasa

Sangsekerta gunung putih bercahaya karena tertutup oleh abu yang berasal dari letusan

gunung tersebut. (Gonda, 345-346 dalam R.H. Hasan. 1996). Selanjutnya, nama

gunung itu dipakai untuk menamai wilayah tempat gunung itu berada.

Di dalam kebudayaan Hindu dikenal dua tokoh raja raksasa yang bernama

Sunda dan Upasunda didalam karya sastra Adiparwa yang merupakan bagian pertama

dari kitab Mahabrata yang sangat dikenal dan dianggap suci oleh umat Hindu.

Sementara itu, di India juga terdapat kota bernama Sunda atau Sonda yang terletak

dipesisir barat India, sebelah tenggara Goa dan sebelah timur kota Pelabuhan Karwar.

Selain itu, pernah pula ada kerajaan Sundadi India dengan ibu kotanya Ponda yang

terletak dekat Goa (Eni, IV 14-15 dalam R.H. Hasan. 1996). Hal- hal tersebut dikaitkan

pula dengan asal-mula penggunaan istilah Sunda sebagai nama wilayah bagian barat

(2)

Istilah Sunda sebagai nama kerajaan atau paling tidak sebagai nama wilayah

atau tempat, tercatat pula dalam prasasti lain dan dalam empat buah naskah berbahasa

Sunda Kuno yang dibuat pada akhir abad ke-15 atau abad ke-16 Masehi. Prasasti itu

adalaah prasasti kebantenan yang ditemukan di Bekasi. Di dalam prasasti itu

dikemukakan adanya tempat (dayeuhan) yang bernama Sundasembawa disamping

tempat lain yang bernama Jayagiri. Kedua tempat itu berada diwilayah Kerajaan Sunda

(Sutaarga, 33 dalam R.H. Hasan. 1996).

Dalam perkembangan lain istilah Sunda digunakan pula dalam konotasi manusia

atau kelompok manusia yaitu dengan sebutan urang sunda (orang Sunda). Orang Sunda

adalah orang yang mengaku dirinya dan diakui oleh orang lain sebagai Sunda (Warnaen

et.al., 1 dalam R.H. Hasan. 1996). Didalam defenisi tersebut tercakup kriteria

berdasarkan keturunan (hubungan darah) dan berdasarkan sosial budaya sekaligus.

Sunda dipertalikan pula secara erat dengan pengertian kebudayaan. Bahwa ada yang

dinamakan kebudayaan Sunda, yaitu kebudayaan yang hidup, tumbuh, dan berkembang

dikalangan orang Sunda yang berdomisili ditanah Sunda.

2.2Masuknya Masyarakat Sunda di Kota Medan

Para penulis sejarah yang secara khusus membahas sejarah Sumatera Utara

cendrung mengaburkan masalah etnisitas; dimana orang Sunda sering kali “dipandang” sama sebagai “orang Jawa”15

. Orang-orang yang didatangkan sebagai kuli perkebunan

di Sumatera Utara adalah orang Jawa. Penulis Belanda Buiskool

15

(3)

pada tahun 2005,dan Berman tahun 1997 mengatakan masuknya orang Sunda ke

Sumatera Utara tidak terlepas dari sejarah perburuhan pada akhir abad ke-19 sampai

awal abad ke-20 yang disebut koeli contract16.

Setelah masa Kemerdekaan, motif migrasi orang Sunda ke Sumatera Utara

menurut pengamatan penulis dapat dibedakan menjadi tiga motif: (1) Migrasi karena

tugas Negara. (2) Migrasi karena keinginan sendiri untuk mengubah nasib, yang

termasuk kategori ini adalah orang-orang Sunda yang bekerja sebagai karyawan,

wiraswasta dan sebagainya. (3) Migrasi karena tuntutan pendidikan. Sejak akhir

1980-an, mahasiswa-mahasiswa dari Jawa Barat datang untuk belajar diperguruan tinggi, baik

negeri ataupun swasta di Kota Medan.

Jika dibandingkan dengan migrasi kuli kontrak. Maka ketiga pola migrasi tersebut

adalah migrasi yang bersifat sementara. Orang Sunda yang bekerja sebagai Aparat

Negara, karyawan swasta maupun mahasiswa yang belajar di Kota Medan biasanya

kembali ke Jawa Barat setelah tugas aupun pendidikannya selesai. Rata-rata mereka

tinggal selama 5 sampai 30 tahun.

Berbeda dengan kuli kontrak orang Sunda yang tetap tinggal secara turun temurun

di Sumatera Utara. Menurut hasil wawancara, mereka tidak kembali ke Jawa Barat lagi

karena tidak mempunyai saudara disana, bahkan beberapa diantaranya sudah tidak tahu

lagi dari daerah mana mereka berasal.

16

(4)

2.3Kebudayaan Masyarakat Suku Sunda di Kota Medan

2.3.1 Sistem Kepercayaan

Hampir semua orang Sunda beragama Islam.Hanya sebagian kecil yang tidak

beragama Islam, diantaranya orang-orang Baduy yang tinggal di Medan Tetapi juga ada

yang beragama Katolik, Kristen, Hindu, Budha.Praktek-praktek sinkretisme dan mistik

masih dilakukan. Pada dasarnya seluruh kehidupan orang Sunda ditujukan untuk

memelihara keseimbangan alam semesta. Keseimbangan magis dipertahankan dengan

upacara-upacara adat, sedangkan keseimbangan sosial dipertahankan dengan kegiatan

saling memberi (gotong royong). Hal yang menarik dalam kepercayaan Sunda, adalah

lakon pantun Lutung Kasarung17, salah satu tokoh budaya mereka, yang percaya adanya

Allah yang Tunggal (Guriang Tunggal) yang menitiskan sebagian kecil diri-Nya ke

dalam dunia untuk memelihara kehidupan manusia (titisan Allah ini disebut Dewata) ini

mungkin bisa menjadi jembatan untuk mengkomunikasikan Kabar Baik kepada mereka.

Pada umumnya masyarakat Sunda baik di Jawa Barat maupun yang bermigrasi

ke Sumatera, merupakan pemeluk Islam yang baik. Ajaran-ajaran Islam dilaksanakan

sesuai dengan hukum-hukum Islam yang memiliki konsep-konsep ketauhidan dan

hukum-hukum fiqih menjadi landasan yang mendasari seluruh kegiatan kehidupan

masyarakat Sunda.

17

Lutung Kasarung adalah sebuah cerita pantun yang sangat terkenal dalam masyarakat Sunda di Jawa Barat, Indonesia. Yang menceritakan Sanghyang Guruminda dari kahyangan ke bumi dalam wujud seekor lutung yaitu kera hitam berekor panjang. Lalu ia tersesat dan bertemu dengan seorang putri dan menikahi putri tersebut yang bernama Purbasari. (Samsuni, pimpred www.ceritarakyatnusantara.com

(5)

Meskipun begitu, pengaruh Hindu yang telah berakar selama lebih dari seribu

lima ratus tahun menyebabkan praktik-praktik ke-Hindu-an dalam kehidupan sehari-hari

masyarakat Sunda tetap dilakukan. Contohnya adalah peringatan kematian tiluna (tiga

hari), tujuhna (tujuh hari), matangpuluh (40 hari), mendak taun (setahun), newu (seribu

hari) dan haul (peringatan tahunan) yang tidak diajarkan oleh agama Islam tetap saja

dilaksanakan dengan konsep dan bentuk yang disesuaikan dengan ajaran agama Islam.

Masyarakat Sunda sebagai pendukung upacara mapag penganten, pada dasarnya

melandaskan upacara mapag penganten (yang notabene merupakan rituall peninggalan

Kejaraan Pajajaran) pada ajaran Islam.Rajah24 (do‟a-do‟a) pada upacara tersebut ditujukan pada Allah SWT sebagai permohonan perlindungan atas penyelenggaraan

upacara. Juga dalam ritual buka pintu yang menggunakan kalimat syahadatain (dua

kalimat Syahadat) dan ucapan salam merupakan salah satu contoh “penyesuaian” upacara adat dengan ajaran agama Islam.

2.3.2 Sistem Mata Pencaharian

Seperti yang telah diutarakan di atas bahwa orang Sunda yang bermigrasi ke

Sumatera Utara, khususnya kota Medan dapat dibedakan berdasarkan jenis

pekerjaannya. Jenis-jenis profesi itu dapat digolongkan menjadi beberapa golongan,

seperti pegawai pemerintah, misalnya aparat keamanan (TNI/POLRI), Pegawai Negeri

Sipil, Staf Pengajar dan karyawan BUMN yang ditugaskan ke Kota Medan. Golongan

(6)

bank swasta, karyawan perusahaan-perusahaan kontraktor, buruh pabrik dan kuli

bangunan musiman. Golongan selanjutnya adalah wiraswasta, seperti pengusaha

kuliner, pengusaha bahan bagunan, pengusaha budidaya ikan, pedagang sepatu dan

lain-lain.

2.3.3 Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan dalam kebudayaan masyarakat Sunda yaitu sistem keluarga

dalam suku Sunda bersifat parental, garis keturunan ditarik dari pihak ayah dan ibu

bersama. Dalam keluarga Sunda, ayah yang bertindak sebagai kepala keluarga. Ikatan

kekeluargaan yang kuat dan peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi adat

istiadat mewarnai seluruh sendi kehidupan suku Sunda.Dalam suku Sunda dikenal

adanya pancakaki yaitu sebagai istilah-istilah untuk menunjukkan hubungan

kekerabatan.

- Salaki (suami) adalah sebutan untuk laki-laki yang memimpin sebuah

keluarga.

- Pamajikan (istri) adalah sebutan untuk perempuan yang menjadi pasangan

"Salaki".

- Anak (anak) adalah sebutan untuk keturunan pertama dari sebuah keluarga.

- Incu (cucu) adalah turunan ke-3 adalahsebutan untuk keturunan kedua dari sebuah keluarga.

(7)

- Bao adalah sebutan untuk keturunan keempat dari sebuah keluarga.

- Bapa (bapak/ayah) adalah sebutan untuk laki-laki yang menyebabkan

terlahirnya sebuah keturunan.

- Indung (ibu) adalah sebutan untuk perempuan yang menyebabkan

terlahirnya sebuah keturunan.

- Aki(kakek) adalah sebutan untuk laki-laki yang merupakan orangtua dari

Ayah atau Ibu.

- Nini (nenek) adalah sebutan untuk perempuan yang merupakan orangtua dari Ayah atau Ibu.

- Uyut adalah sebutan untuk laki-laki atau perempuan yang menjadi orangtua

dari Aki atau Nini.

- Baoadalah sebutan untuk laki-laki atau perempuan yang menjadi orangtua

dari Uyut.

- Jangawareng adalah orangtua dari Bao.

- Udeg-udeg adalah orangtua dari Jangawareng.

- Kakait Siwur adalah orangtua dari Udeg-udeg.

- Karuhun (sesepuh) adalah sebutan untuk yang teratas (bisa jadi orangtua

dari Udeg-udeg kita) dalam silsilah keluarga dan sudah meninggal dunia.

- Adi (adek) adalah sebutan untuk saudara kandung yang umurnya lebih muda.

- Lanceuk (kakak) adalah sebutan untuk saudara kandung yang umurnya lebih

(8)

- Amang / Emang (paman/om) adalah sebutan untuk laki-laki yang menjadi adik dari orangtua.

- Bibi (bibi/tante) adalah sebutan untuk perempuan yang menjadi adik dari

orangtua.

- Uwa adalah sebutan untuk laki-laki atau perempuan yang menjadi kakak dari orangtua.

- Alo (keponakan) adalah sebutan untuk anak dari kakak kandung.

- Suan adalah sebutan untuk anak dari adik kandung.

- Aki Tigigir adalah sebutan untuk laki-laki yang merupakan adik atau kakak

dari kakek atau nenek.

- Nini Tigigir adalah sebutan untuk perempuan yang merupakan adik atau

kakak dari kakek atau nenek.

- Kapi Lanceuk (kakak sepupu) adalah sebutan untuk laki-laki atau

perempuan yang merupakan anak dari kakak-nya orangtua (anak dari uwa).

- Kapi Adi (adik sepupu) adalah sebutan untuk laki-laki atau perempuan yang

merupakan anak dari adik-nya orangtua (anak dari amang/paman).

- Adi Beuteung (adik ipar) adalah sebutan untuk laki-laki atau perempuan

yang menjadi adik dari pasangan.

- Lanceuk Beuteung (kakak ipar) adalah sebutan untuk laki-laki atau

perempuan yang menjadi kakak dari pasangan.

(9)

- Minantu (menantu) adalah sebutan untuk pasangan dari anak kandung.

- Tunggal (anak tunggal) adalah sebutan untuk anak satu-satunya dari sebuah

keluarga.

- Cikal (sulung) adalah sebutan anak pertama dari sebuah keluarga.

- Panengah adalah sebutan untuk anak yang kelahirannya berada paling

tengah diantara keseluruhan anak (berlaku untuk yang mempunyai anak

dalam jumlah ganjil).

- Pangais Bungsu adalah sebutan untuk anak yang lahir sebelum anak terakhir

(urutan kedua dari bawah, dan berlaku untuk keluarga yang mempunyai

anak lebih dari dua).

- Bungsu (bungsu / bontot) adalah sebutan untuk anak yang lahir paling akhir

dari sebuah keluarga.

- Adi Sabrayna adalah sebutan untuk adik sepupu yang masih berada di jalur

keturunan kakek dan nenek.

- Lanceuk Sabrayna adalah sebutan untuk kakak sepupu yang masih berada di

jalur keturunan kakek dan nenek.

- Dulur (saudara) adalah sebutan untuk sodara yang masih dekat garis keturunan nya.

- Baraya (kerabat) adalah sebutan untuk saudara yang masih satu turunan,

tapi sudah terlalu jauh urutannya.

- Dulur Pet Ku Hinis (saudara kandung) adalah sebutan untuk saudara yang

(10)

(Ensiklopedi Sunda: 2000 “Alam, Manusia, dan Budaya”. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sastroprajitno, Warsito).

2.3.4 Sistem Pengetahuan dan Teknologi

Sistem pendidikan dan teknologi di dalam masyarakat suku Sunda sudah bisa

berkembang baik. Pembangunan pendidikan merupakan salah satu bagian yang sangat

fundamental untuk mendukung upaya-upaya pembangunan dalam masyarakat Sunda di

bidang lainnya. Pembangunan pendidikan merupakan dasar bagi pembangunan lainnya,

mengingat secara hakiki upaya pembangunan pendidikan adalah membangun potensi

manusia yang kelak akan menjadi pelaku pembangunan.

Dalam setiap upaya pembangunan, maka penting untuk senantiasa

mempertimbangkan karakteristik dan potensi setempat. Dalam konteks ini, masyarakat

Sunda yang mayoritas suku Sunda memiliki potensi, budaya dan karakteristik tersendiri.

Secara sosiologis-antropologis, falsafah kehidupan masyarakat Sunda yang telah diakui

memiliki makna mendalam adalah cageur, bageur, bener, pinter, tur singer. Dalam

kaitan ini, filosofi tersebut harus dijadikan pedoman dalam mengimplementasikan setiap

rencana pembangunan, termasuk di bidang pendidikan. Cageur mengandung makna

sehat jasmani dan rohani, Bageur berperilaku baik, sopan santun, ramah, bertata krama,

Bener yaitu jujur, amanah, penyayang dan takwa, dan Pinter memiliki ilmu

pengetahuan, Singer artinya kreatif dan inovatif.Sebagai sebuah upaya mewujudkan

(11)

tersebut. Melalui pendekatan ini akan lahir peran aktif masyarakat nantinya dalam

menyukseskan program pembangunan pendidikan yang digulirkan pemerintah.

Orang Sunda pun memahami alam sekitarnya berdasarkan pengalaman, seperti

iklim dan pergantian musim. Pengetahuan ini digunakan dalam bidang pertanian, terutama

untuk mengatur waktu penanaman padi di sawah. Upaya untuk mengetahui siklus musim

hujan dan musim kemarau telah dilakukan sejak lama, yaitu dengan mempelajari

pranatamangsa18 untuk kepentingan pertanian. Pranatamangsa adalah perhitungan waktu

berdasarkan jalannya matahari (solar calendar) yang terbagi ke dalam dua belas mangsa,

urutannya sebagai berikut:

Mangsa Jumlah hari Kalender Masehi

Kasa 41 22 atau 23 Juni

Jumlah hari: 365 atau 366 hari

(Gonggripj (1934:300) dalam Irman F. Saputra (2005: 43) dalam Suwondo (1979: 45)).

18

(12)

2.3.5. Sistem Bahasa

Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Sunda (basa). Bahasa Sunda adalah bahasa

yang diciptakan dan digunakan sebagai alat komunikasi oleh etnis Sunda, dan sebagai

alat pengembang serta pendukung kebudayaan Sunda itu sendiri. Selain itu bahasa

Sunda merupakan bagian dari budaya yang memberi karakter yang khas sebagai

identitas etnis Sunda yang merupakan salah satu etnis dari beberapa Suku yang ada di

Indonesia.

Basa (bahasa) Sunda adalah bahasa ibu sebagian besar masyarakat Sunda. Hampir

seluruh masyarakat Sunda di Jawa Barat menggunakan bahasa Sunda sebagai media

komunikasi formal maupun percakapan sehari-hari. Alfabet Sunda terdiri dari 18 huruf

konsonan (h, n, c, r, k, d, t, s, w, l, p, j, y, ny, m, g, b, ng) dan tujuh huruf vokal (a, i, u,

e, é, o, eu ). Alfabet ini disebut cacarakan yang biasanya dihafal sambil dinyanyikan.

Bahasa Sunda dikategorikan sebagai bahasa afiksasi di mana posisi kata dalam

kalimat dan imbuhan gramatikal sangat berperan dalam menentukan makna (Suwondo,

1978:32)19. Imbuhan-imbuhan yang terdiri dari rarangken hareup (awalan), rarangkén

tengah (sisipan), dan rarangkén tukang (akhiran) menentukan arti kata, misalnya kata

dasar asih yang diberi rarangken berikut ini: Kata dasar Rarangken (makna), asih

diasih (disayang), dipikaasih (disayangi), pangdipikaasih (paling disayang),

pangdipikaasihna (yang tersayang).

19

(13)

Dari contoh di atas dapat dilihat bagaimana rarangken berperan menentukan

makna kata. Selain rarangken di atas, masih banyak lagi rarangken lainnya dalam

bahasa Sunda yang penggunaannya disesuaikan dengan konteksnya. Selain rarangken,

bahasa Sunda pun mengenal undak-usuk basa, yang merupakan stratifikasi bahasa

menurut tingkatan-tingkatan tertentu.

Pada dasarnya bahasa Sunda digunakan secara luas di seluruh wilayah Jawa Barat,

namun kondisi masyarakat dan perbedaan tingkat evolusi sosial menyebabkan

munculnya aksen dan dialek bahasa yang spesifik. Dialek lokal ini kemudian dikenal

dengan istilah basa wewengkon( bahasa daerah ), seperti basa wewengkon Banten,

wewengkon Cirebon, wewengkon Priangan dan lain-lain. Meskipun demikian,

masyarakat Sunda dapat saling berkomunikasi menggunakan bahasa Sunda yang umum

dipakai.

Penelitian dan pengajaran bahasa Sunda telah lama dilakukan. Buku tentang

gramatikal basa Sunda karya Coolsman pada tahun 1873 mungkin buku tata bahasa

Sunda yang pertama diterbitkan. Buku tersebut kemudian direvisi pada tahun 1904.

Buku Coolsman tersebut memicu penelitian lain dari ahli linguistik H.J. Oosting yang

kemudian menyusun kamus bahasa Sunda- bahasa Belanda (1884). Kiprah Oosting

diteruskan oleh Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda yang kemudian menyusun kamus

umum bahasa Sunda-bahasa Indonesia (1975, 1980, 2000). Kehidupan sastra Sunda pun

telah lama menunjukkan geliatnya. Karangan-karangan R.H. Muhammad Musa yang

(14)

(Irfas dalam Rosidi, 1966:107)20. Pada saat itu ada stigma bahwa karangan yang

bermutu adalah karangan yang berbentuk dangding21.

Masyarakat Sunda yang bermigrasi ke Sumatera Utara, pada dasarnya masih

menggunakan bahasa Sunda sebagai media komunikasi antara sesama orang Sunda. Ini

dapat dilihat ketika ada orang Sunda yang bertemu dengan orang Sunda lainnya pada

saat formal maupun pertemuan biasa, atau ketika acara riung mungpulung (berkumpul

dengan saudara) yang rutin diadakan oleh paguyuban, di mana bahasa Sunda menjadi

bahasa pengantar formal dan bahasa percakapan informal.

Namun lain dari itu, interaksi sosial masyarakat Sunda dengan etnis lain yang ada

di Kota Medan, menjadikan orang Sunda harus menggunakan bahasa yang lebih

nasional : bahasa Indonesia. Selain itu, orang Sunda juga mengadaptasi “bahasa

Medan”22 yang merupakan ragam bahasa perpaduan antara bahasa-bahasa Melayu,

Batak, Jawa, Minang dan lain-lain.

Dalam konteks upacara mapag penganten, bahasa pengantar yang digunakan

adalah bahasa Sunda, baik itu dalam acara ritual maupun dalam percakapan biasa.

Tembang-tembang dan kawih yang dipakai dalam upacara tetap menggunakan bahasa

20

Dalam buku Masa Depan Budaya Daerah: kasus bahasa dan sejarah sunda. Pustaka Jaya 1966.

21

Dangding adalah cara penyajian karya sastra yang dilagukan menurut pupuh tertentu seperti pupuh

Sinom, Kinanti, Asmarandana atau Dangdanggula. Setiap pupuh terikat pada aturan guru wilangan yang mengatur jumlah suku kata dalam tiap baris dan jumlah baris dalam setiap bait, dan guru lagu yang menentukan fonem pada akhir suku kata pada setiap barisnya.

22

(15)

Sunda yang dapat dipandang sebagai keberlanjutan tradisi dan penguat integritas

masyarakat Sunda.

Namun pengaruh bahasa Jawa dalam kehidupan berbahasa masyarakat Sunda

sangat jelas tampak sejak akhir abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-19 sebagai

dampak pengaruh Mataram memasuki wilayah ini. Pada masa itu fungsi bahasa Sunda

sebagai bahasa tulisan di kalangan kaum elit terdesak oleh bahasa Jawa, karena bahasa

Jawa dijadikan bahasa resmi dilingkungan pemerintahan. Selain itu tingkatan bahasa

atau Undak Usuk Basa dan kosa kata Jawa masuk pula kedalam bahasa Sunda

mengikuti pola bahasa Jawa yang disebut Unggah Ungguh Basa.

Sejak tahun 1950-an keluhan demikian semakin keras karena pemakaian bahasa

Sunda telah bercampur (direumbeuy) dengan bahasa Indonesia terutama oleh

orang-orang Sunda yang menetap di kota-kota besar, seperti Jakarta bahkan Bandung

sekalipun. Banyak orang Sunda yang tinggal di kota-kota telah meninggalkan

pemakaian bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari di rumah mereka. Walaupun

begitu, tetap muncul pula di kalangan orang Sunda yang dengan gigih memperjuangkan

keberadaan dan fungsionalisasi bahasa Sunda di tengah-tengah masyarakatnya dalam

hal ini Sunda. Dengan semakin banyaknya etnis bangsa lain atau etnis lain yang

menetap di tatar Sunda kemudian berbicara dengan Bahasa Sunda dalam pergaulan

sehari-harinya.23

23

(16)

2.4. Kesenian

Ada beberapa bentuk kesenian yang menjadi pembahasan terkait dalam

kebudayaan masyarakat Sunda yaitu:

2.4.1. Kirab Helaran

Kirab Helaran atau yang disebut sisingaan adalah suatu jenis kesenian tradisional

atau seni pertunjukan rakyat yang dilakukan dengan arak-arakan dalam bentuk helaran.

Pertunjukannya biasa ditampilkan pada acara khitanan atau acara-acara khusus seperti :

menyambut tamu, hiburan peresmian, kegiatan HUT Kemerdekaan RI dan kegiatan

hari-hari besar lainnya.

2.4.2. Karya Sastra

Ada beberapa bentuk karya sastra dalam bahasa jawa yang berasal dari

kebudayaan masyarakat Sunda seperti berikut :

1. Babad Cerbon

2. Cariosan Prabu Siliwangi

3. Carita Ratu Galuh

4. Carita Purwaka Caruban Nagari

5. Carita Waruga Guru

6. Kitab Waruga Jaga

(17)

8. Pustaka Raja Purwa

9. Sajarah Banten

10. Suluk Wuyung Aya

11. Wahosan Tumpawarang

12. Wawacan Angling Darma

13. Wawacan Syekh Baginda Mardan

14. Kitab Pramayoga/jipta Sara

2.4.3. Seni Tari

Ada beberapa seni tari yang terkenal dalam kebudayaan masyarakat Sunda yaitu :

1. Tari Jaipongan

Tanah Sunda (Priangan) dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik.

Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau

tari jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah moderen karena merupakan

modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu. Tari

jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu Degung. Musik ini

merupakan kumpulan beragam alat musik seperti Kendang, Go’ong, Saron, Kacapi,

dsb. Degung bisa diibaratkan „Orkestra‟ dalam musik Eropa/Amerika. Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang menghentak, dimana kendang terdengar paling

(18)

berpasangan atau berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering

dipentaskan pada acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan.

2. Tari Merak

Tari merak merupakan tarian kreasi baru yang diciptakan oleh seorang

koreografer bernama Raden Tjetje Somantri pada tahun 1950an, dan tahun 1965 dibuat

koreografi barunya oleh Dra. Irawati Durban Arjon dan direvisi kembali pada tahun

1985 dan diajarkan kepada Romanita Santoso pada tahun 1993.24

Tari merak sebenarnya menggambarkan tentang tingkah laku burung merak

jantan yang memiliki keindahan bulu ekor sehingga banyak orang yang salah

memperkirakan bahwa tarian ini tentang tingkah laku merak betina. Seperti

burung-burung lainnya, burung-burung merak jantan akan berlomba-lomba menampilkan keindahan

ekornya untuk menarik hati merak betina. Merak jantan yang pesolek akan melenggang

dengan bangga mempertontonkan keindahan bulu ekornya yang panjang dan

berwarna-warni untuk mencari pasangannya, dengan gayanya yang anggun dan memesona.

Tingkah laku burung merak inilah yang divisualisasikan menjadi tarian merak yang

menggambarkan keceriaan dan keanggunan gerak.

Pesona bulu ekornya yang berwarna-warni diimplementasikan dalam kostum

yang indah dengan sayap yang seluruhnya dihiasi payet, dan hiasan kepala (mahkota) yang disebut “siger” dengan hiasan berbentuk kepala burung merak yang akan

24

(19)

bergoyang mengikuti gerakan kepala sang penari. Selanjutnya tarian inilah yang

menjadi fokus penelitian penulis dalam tulisan ini yang akan dibahas lebih rinci pada

Bab setelahnya.

3. Tari Topeng

Tari topeng adalah salah satu tarian tradisional yang berkembang di wilayah

parahyangan. Menurut cerita rakyat yang berkembang Tari Topeng diciptakan oleh

sultan Cirebon yang cukup terkenal, yaitu Sunan Gunung Jati. Ketika Sunan Gunung

Jati berkuasa di Cirebon, terjadilah serangan oleh Pangeran Welang dari Karawang.

Pangeran ini sangat sakti karena memiliki pedang yang diberi nama Curug Sewu.

Melihat kesaktian sang pangeran tersebut, Sunan Gunung Jati tidak bisa menandinginya

walaupun telah dibantu oleh Sunan Kalijaga dan Pangeran Cakrabuana. Akhirnya sultan

Cirebon memutuskan untuk melawan kesaktian Pangeran Welang itu dengan cara

diplomasi kesenian.

Berawal dari keputusan itulah kemudian terbentuk kelompok tari, dengan Nyi

Mas Gandasari sebagai penarinya. Setelah kesenian itu terkenal, akhirnya Pangeran

Welang jatuh cinta pada penari itu, dan menyerahkan pedang Curug Sewu itu sebagai

pertanda cintanya. Bersamaan dengan penyerahan pedang itulah, akhirnya Pangeran

Welang kehilangan kesaktiannya dan kemudian menyerah pada Sunan Gunung Jati.

Pangeran itupun berjanji akan menjadi pengikut setia Sunan Gunung Jati yang ditandai

dengan bergantinya nama Pangeran Welang menjadi Pangeran Graksan. Seiring dengan

(20)

masih berkembang hingga sekarang. Selain sebagai media hiburan, tarian ini juga

pernah dijadikan sebagai media komunikasi dakwah Islam pada zaman dulu.

2.4.4. Seni Musik dan Suara

Selain seni tari, tanah Sunda juga terkenal dengan seni suaranya. Dalam

memainkan Degung biasanya ada seorang penyanyi yang membawakan lagu-lagu

Sunda dengan nada dan alunan yang khas. Penyanyi ini biasanya seorang wanita yang

dinamakan Sinden. Tidak sembarangan orang dapat menyanyikan lagu yang dibawakan

Sinden karena nada dan ritme-nya cukup sulit untuk ditiru dan dipelajari. Dibawah ini

salah salah satu musik/lagu daerah Sunda :

1. Bubuy Bulan

2. Es Lilin

3. Manuk Dadali

4. Tokecang

5. Warung Pojok

2.4.5 Alat Musik

Berikut beberapa alat musik yang dikenal dalam kebudayaan masyarakat Sunda:

1. Calunga dalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe dari angklung. Berbeda

dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung

(21)

tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk

pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang

dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).

2. Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat dari bambu khusus

yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika awal

penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan kesenian local atau tradisional.

3. Ketuk Tilu adalah suatu tarian pergaulan dan sekaligus hiburan yang biasanya

diselenggarakan pada acara pesta perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan atau

diselenggrakan secara khusus di suatu tempat yang cukup luas. Pemunculan tari ini di

masyarakat tidak ada kaitannya dengan adat tertentu atau upacara sakral tertentu tapi

murni sebagai pertunjukan hiburan dan pergaulan. Oleh karena itu tari ketuk tilu ini

banyak disukai masyarakat terutama di pedesaan yang jarang kegiatan hiburan.

4. Seni Bangreng adalah pengembangan dari seni “Terbang” dan “Ronggeng”. Seni

terbang itu sendiri merupakan kesenian yang menggunakan “Terbang”, yaitu semacam rebana tetapi besarnya tiga kali dari alat rebana. Dimainkan oleh lima pemain dan dua

orang penabu gendang besar dan kecil.

5. Rengkong adalah salah satu kesenian tradisional yang diwariskan oleh leluhur

masyarakat Sunda. Muncul sekitar tahun 1964 di daerah Kabupaten Cianjur dan orang

(22)

kesenian ini sudah diambil dari tata cara masyarakat sunda dahulu ketika menanam padi

sampai dengan menuainya.

6. Kuda Renggong atau Kuda Depok ialah salah satu jenis kesenian helaran yang

terdapat di Kabupaten Sumedang, Majalengka dan Karawang. Cara penyajiannya yaitu,

seekor kuda atau lebih di hias warna-warni, budak sunat dinaikkan ke atas punggung

kuda tersebut. Budak sunat tersebut dihias seperti seorang Raja atau Satria, bisa pula

meniru pakaian para Dalem Baheula.

7. Kacapi Suling adalah salah satu jenis kesenian Sunda yang memadukan suara alunan

Suling dengan Kacapi (kecapi), iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi oleh

mamaos (tembang) Sunda yang memerlukan cengkok/ alunan tingkat tinggi khas Sunda.

Kacapi Suling berkembang pesat di daerah Cianjur dan kemudian menyebar kepenjuru

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan Early Warning System (EWS) yang diwakili oleh rasio likuiditas, rasio retensi sendiri, rasio beban, dan rasio investasi

Penelitian ini bersifat survey analitik , yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui Hubungan Kebiasaan Penggunaan Alat Pelindung

Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi,

BPMPK memiliki tantangan untuk mengembangkan model multimedia pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (ABK).. Kenyataan di lapangan banyak dijumpai

Jadi pengertian Desain Interior Rumah Retret Katholik di Kemuning dengan Pendekatan Ecodesign dalam Konsep Kristiani adalah rancangan suatu bentuk ruang dalam

PT.CCBI- CJ memiliki media relations yang baik dengan media lokal maupun nasional, sehingga seluruh kegiatan yang dilakukan Coca- Cola dapat diketahui oleh masyarakat

Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2011 Nomor 1 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sleman Nomor 40) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah

Modul Bimbel Kami selalu disesuikan dengan Kurikulum yang ada di sekolah, sehingga kegiatan Bimbingan tidak sia-sia karena soal-soal yang kita sediakan hampir sama dengan