Efektifitas Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Konsumtif pada PT. Bank Negara Indonesia Syariah Cabang Makassar Periode 2005-2007
Oleh :
Hj. Maryam Nurdin
Dosen STIM Nitro Makassar
Abstrak
Penelitian Ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas pengelolaan pembiayaan Murabahah Kunsumtif pada PT. Bank Negara Indonesia Cabang Makassar periode 2005-2007.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan bantuan data-data keuangan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Bank Negara Indonesia dalam pengelolaan pembiayaannya sudah efektif. Hal ini dapat dilihat pada tingkat Net Profit Finance yang mengalami penurunan setiap tahunnya.
Key words : Pembiayaan Murabahah Konsumtif dan Net Profit Margin
PENDAHULUAN
Perbankan Syariah di Indonesia saat ini sudah dianggap tidak asing lagi. Kinerja dan kontribusi Bank Syariah terhadap perbankan nasional sudah semakin nyata. Hal ini menunjukkan secara prinsip, perbankan syariah memang sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman dan sebagai sistem perbankan alternatif.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kegiatan perkreditan, maka PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.Syariah Cabang Makassar turut hadir untuk membantu berbagai usaha dan kebutuhan masyarakat dengan memberikan bantuan dana untuk mencukupi berbagai kebutuhan, baik untuk modal usaha atau untuk pemenuhan keperluan konsumsi barang-barang dengan memberikan fasilitas pembiayaan. Pembiayaan yang dikucurkan diharapkan dapat membantu nasabah dalam mengelola keuangannya.
Berkaitan dengan uraian latar belakang, maka yang menjadi masalah pokok adalah : “ Apakah pengelolaan pembiayaan Murabahah Konsumtif pada PT. Bank Negara Indonesia Syariah Cabang Makassar periode 2005-2007 sudah efektif ?”
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Bank Islam dan Peranan Bank Islam (Syariah)
Menurut Muhammad (2002 : 13-14) Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasinalnya dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Atau dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.
Menurut Budisantoso dan Sigit (2006 : 153) Bank Syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil.
Secara khusus peranan bank syariah secara nyata dapat terwujud dalam aspek-aspek sebagai berikut :
a) Menjadi perekat nasionalisme baru, artinya bank syariah dapat menjadi fasilitator aktif bagi terbentuknya jaringan usaha ekonomi kerakyatan.
b) Memberdayakan ekonomi umat dan beroperasi secara transparan. Artinya, pengelolaan bank syariah harus didasarkan pada visi ekonomi kerakyatan, dan upaya ini terwujud jika ada mekanisme operasi yang transparan.
c) Memberikan return yang lebih baik. Artinya investasi di bank syariah tidak memberikan janji yang pasti mengenai return (keuntungan) yang diberikan kepada investor. Oleh karena itu bank syariah harus mampu memberikan return yang lebih baik dibandingkan bank konvensional. Di samping itu, nasabah pembiayaan akan memberikan bagi hasil sesuai dengan keuntungan yang diperolehnya. Oleh karena itu, pengusaha harus bersedia memberikan keuntungan yang tinggi kepada bank syariah.
d) Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan. Artinya, bank syariah mendorong terjadinya transaksi.
e) Produktif dari dana masyarakat. Dengan demikian, spekulasi dapat ditekan. f) Mendorong pemerataan pendapatan. Artinya, bank syariah bukan hanya
mengumpulkan dana pihak ketiga, namun dapat mengumpulkan dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS). Dana ZIS dapat disalurkan melalui pembiayaan Qardul Hasan, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pada akhirnya terjadi pemerataan ekonomi.
g) Peningkatan efisiensi mobilisasi dana. Artinya, adanya produk al mudharabah al-muqayyadah, berarti terjadi kebebasan bank untuk melakukan investasi atas dana yang diserahkan oleh investor, maka bank syariah sebagai financial arranger, bank memperoleh komisi atau bagi hasil, bukan karena spread bunga.
i) Salah satu sebab terjadinya krisis adalah adanya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Fungsi dan Peranan Bank Syariah
Menurut Dendawijaya (2001 : 37), fungsi dan peranan bank syariah adalah sebagai berikut :
a. Manajer investasi, yaitu sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik dana.
b. Investor, sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana yang dipercayakan oleh pemegang rekening investasi/deposan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan bank.
c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan jasa-jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
d. Pengelola kegiatan sosial, seperti pengelola dana zakat dan penerimaan serta penyaluran dana-dana sosial lainnya.
Pembiayaan
Menurut Dendawijaya (2001 : 17) Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. (buku manajemen perbankan oleh Ir. Drs. Lukman Dendawijaya, M.M.). Menurut Muhammad (2002 : 260), Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah kepada nasabah.
Munurut Muhammad (2005 : 201), Pembiayaan adalah penyediaan dana dan/atau tagihan berdasarkan akad mudharabah dan/atau musyarakah dan/atau pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip bagi hasil. Sedangkan mengenai pembiayaan murabahah, berdasarkan buku pedoman BNI Syariah (2005 : 2), Pembiayaan Murabahah adalah akad jual/beli antara bank dengan nasabah, dimana bank membeli barang yang diperlukan nasabah dan menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati bersama.
Analisis pembiayaan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis pembiayaan di bank syariah adalah :
1) Pendekatan Analisis Pembiayaan
a) Pendekatan jaminan, artinya bank dalam memberikan pembiayaan selalu memperhatikan kuantitas dan kualitas jaminan yang dimiliki oleh peminjam.
b) Pendekatan karakter, artinya bank mencermati secara sungguh-sungguh terkait dengan karakter nasabah.
c) Pendekatan kemampuan pelunasan, artinya bank menganalisis kemampuan nasabah untuk melunasi jumlah pembiayaan yang telah diambil.
d) Pendekatan dengan studi kelayakan, artinya bank memperhatikan kelayakan usaha yang dijalankan oleh nasabah peminjam.
e) Pendekatan fungsi-fungsi bank, artinya bank memperhatikan fungsinya sebagai lembaga intermediery keuangan, yaitu mengatur mekanisme dana yang dikumpulkan dengan dana yang disalurkan. 2) Prinsip Analisis Pembiayaan
Prinsip analisis pembiayaan didasarkan pada rumus 5C, yaitu :
a) Character, artinya sifat atau karakter nasabah pengambil pinjaman. b) Capacity, artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan
mengembalikan pinjaman yang diambil.
c) Capital, artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam.
d) Colateral, artinya jaminan yang dimiliki yang diberikan peminjam kepada bank.
e) Condition, artinya keadaan nasabah atau usaha prospek atau tidak. PrinsiP 5C tersebut terkadang ditambahkan dengan 1 C, yaitu Constraint artinya, hambatan-hambatan yang mungkin terjadi yang akan mengganggu proses usaha.
3) Tujuan Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan memiliki dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum analisis pembiayaan adalah pemenuhan jasa pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, produksi, jasa-jasa, bahkan konsumsi yang kesemuanya ditunjukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sedangkan tujuan khusus analisis pembiayaan adalah untuk menilai kelayakan usaha calon peminjam, untuk menekan risiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan, untuk menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak.
4) Prosedur Analisis Pembiayaan
Aspek-aspek penting dalam analisis pembiayaan yang perlu dipahami oleh pengelolah bank syariah adalah:
a) Berkas dan pencatatan.
b) Data pokok dan analisis pendahuluan. c) Penelitian data.
d) Penelitian atas realisasi usaha. e) Penelitian atas rencana usaha.
g) Laporan keuangan dan penelitiannya. 5) Aspek yang dianalisis
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh pejabat bank dalam melakukan analisis pembiayaan, diantaranya adalah:
a) Aspek yuridis b) Aspek Pemasaran c) Aspek Keuangan d) Aspek Teknis/Operasi e) Aspek Manajemen f) Aspek Sosial Ekonomi
6) Alat analisis yang digunakan dapat berupa angket. 7) Rumusan hasil Analisis
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perumusan hasil analisis pembiayaan:
a) Identitas pemohon b) Identitas usaha
c) Pengalaman usaha minimal dua tahun d) Mempunyai catatan usaha
e) Produk yang dibuat tidak dilarang oleh agama dan negara a. Pemantauan dan Pengawasan Pembiayaan
1) Tujuan Pemantauan dan Pengawasan Pembiayaan
a) Kekayaan bank syariah akan selalu terpantau dan menghindari adanya penyelewengan-penyelewengan baik oknum dari luar maupun dari dalam bank syariah.
b) Untuk memastikan ketelitian dan kebenaran data administrasi di bidang pembiayaan.
c) Untuk memajukan efisiensi di dalam pengelolaan tata laksana usaha di bidang peminjaman dan sasaran pencapaian yang ditetapkan.
d) Kebijakan manajemen bank syariah akan dapat lebih rapih dan mekanisme serta prosedur pembiayaan akan lebih dipatuhi.
2) Media Pemantauan
a) Informasi dari luar bank syariah. b) Informasi dari dalam bank syariah.
c) Meneliti perputaran yang terjadi atas debit dan kredit pada beberapa bulan berjalan.
d) Memberikan tanda pada laporan sehingga dapat diantisipasi jika ada kekeliruan yang lebih besar
e) Meneliti buku-buku pembantu/tambahan dan map-map yang berkaitan dengan peminjaman.
3) Kunjungan pada Peminjam
Tujuannya adalah untuk mempertimbangkan dan memantau efektivitas dana yang dimanfaatkan peminjam. Hal-hal yang dilakukan yaitu:
c) Laporan stok/persediaan barang d) Laporan kegiatan investasi bulanan e) Laporan hutang
f) Laporan piutang
g) Neraca dan L/R per bulan, triwulan, dan semester h) Tingkat pengumpulan pendapatan
i) Tingkat kemajuan usaha dan tingkat efektivitas pemakaian dana b. Penanganan Pembiayaan bermasalah
Risiko yang terjadi dari peminjaman adalah peminjaman yang tertunda atau ketidakmampuan peminjam untuk membayar kewajiban yang telah dibebankan, untuk mengantisipasi hal tersebut maka bank syariah harus mampu menganalisis penyebab permasalahannya.
1) Analisa sebab kemacetan
Sebab kemacetan pembiayaan dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek internal dan eksternal dimana aspek internal terdiri dari peminjam kurang cakap dalam usaha tersebut, manajemen tidak baik atau kurang rapih, laporan keuangan tidak lengkap, penggunaan dana yang tidak sesuai dengan perencanaan, perencanaan yang kurang matang, sedangkan aspek eksternal terdiri dari aspek pasar yang kurang mendukung, kemampuan daya beli masyarakat kurang, kebijakan pemerintah, kenakalan peminjam. 2) Menggali potensi peminjam
Anggota yang mengalami kemacetan dalam memenuhi kewajiban harus dimotivasi untuk memulai kembali atau membenahi dan mengantisipasi penyebab kemacetan usaha atau angsuran. Untuk itu perlu digali potensi yang ada pada peminjam agar dana yang telah digunakan lebih efektif digunakan.
3) Melakukan perbaikan akad 4) Memberikan pinjaman ulang 5) Penundaan pembayaran
6) Memperkecil angsuran dengan memperpanjang waktu atau akad dan margin baru
7) Memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil
Proses penanganan pembiayaan dilakukan sesuai dengan kolektibilitas pembiayaan sebagai berikut:
1) Pembiayaan lancar
2) Pembiayaan potensial bermasalah 3) Pembiayaan kurang lancar
4) Pembiayaan diragukan atau macet c. Penyitaan Barang Jaminan Pembiayaan
memberlakukan upaya resceduling, reconditioning, dan pembiayaan ulang dalam bentuk al-Qardul Hasan dan jaminan harus tetap ada sebagai persyaratan jaminannya.
Kalaupun dengan terpaksa harus dilakukan dengan penyitaan, maka penyitaan dilakukan kepada nasabah yang memang nakal dan tidak mengembalikan pembiayaan. Namun tetap dilakukan dengan cara-cara sebagaimana yang diajarkan menurut ajaran Islam, seperti:
1) Simpati: sopan, menghargai, dan fokus ke tujuan penyitaan.
2) Empati: menyelami keadaan nasabah, bicara, seakan untuk kepentingan nasabah, membangkitkan kesadaran nasabah untuk mengembalikan utangnya.
3) Menekan: tindakan ini dilakukan jika dua tindakan sebelumnya tidak diperhatikan.
d. Prinsip Pembiayaan Syariah
1) Mudharabah adalah Bank sebagai investor tunggal dengan keuntungan bagi hasil, semua risiko finansial ditanggung Bank.
2) Musyarakah adalah Bank dan nasabah memiliki share penyertaan dengan keuntungan dilakukan bagi hasil sesuai porsinya.
3) Murabahah adalah Margin tetap untuk pembelian barang dan Bank menjual asset dengan pola angsuran yang disepakati.
4) Qardh Al hasan adalah pinjaman tanpa margin (berasal dari dana ZIS). 5) Rahn adalah pembiayaan berdasarkan prinsip gadai emas.
e. Konsep pembiayaan terdiri dari: 1) Jual beli (murabahah)
2) Sewa beli (ijarah MBT)
3) Investasi (mudharabah dan musyarakah)
4) Pelengkap (wakalah, kafalah, hawalah, qardh, rahn)
Pembiayaan Murabahah adalan Akad jual/beli antara Bank dengan nasabah dimana Bank membeli barang yang diperlukan nasabah dan menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati bersama, yang pembayarannya dapat dilakukan sekaligus atau secara angsuran.
Pembiayaan Konsumtif Syariah adalah suatu kesepakatan bersama dalam pengadaan barang yang didasarkan pada transaksi “jual-beli” yang didudukkan dalam suatu akad sesuai syariah Islam yang wajib dipenuhi oleh kedua belah pihak.
Jenis Pembiayaan Murabahah konsumtif:
1) Murabahah Konsumtif Multiguna (MKM) adalah pembiayaan bagi pegawai/pengusaha/profesional untuk pembelian berbagai barang yang tidak bertentangan UU/Hukum yang berlaku dan tidak termasuk yang diharamkan syariah Islam dengan minimal Rp. 20 juta sampai dengan Rp. 2 milyar. Jangka waktu maksimal 8 tahun.
3) Murabahah Konsumtif Oto Syariah adalah murabahah konsumtif untuk pembelian kendaraan bermotor. Jangka waktu untuk mobil baru maksimal 5 tahun, mobil second hand (umur teknis 10 tahun terakhir) jangka waktu maksimal 3 tahun. Untuk motor baru jangka waktu maksimal 3 tahun dan untuk motor second hand (umur teknis maksimal 5 tahun terakhir) jangka waktu maksimal 2 tahun. Uang muka untuk MKK disyaratkan minimal 20% dari harga perolehan.
f. Murabahah Konsumtif Pegawai (MKP)/BNI flexi Syariah adalah pembiayaan konsumtif bagi pegawai/karyawan suatu perusahaan/lembaga/instansi untuk pembelian berbagai jenis barang (kecuali kendaraan bermotor) yang tidak bertentangan dengan UU/Hukum yang berlaku serta tidak diharamkan dengan maksimal pembiayaan Rp. 20 juta. Jangka waktu pembiayaan maksimal 3 tahun.
KERANGKA PEMIKIRAN (GAMBAR 1)
K eterangan :
BNI Syariah memberikan pelayanan kepada nasabahnya berupa bantuan dalam bentuk pembiayaan murabahah konsumtif. Setelah pencairan pembiayaan mulai mengalami masalah, bank akan memenuhi risiko yakni risiko terkait pembiayaan Natural Certainty Contract (NCC) dan risiko terkait pembiayaan Natural Uncertainty Contract (NUC). Dimana risiko Natural Certainty Contract ini adalah mengindentifikasi dan menganalisis dampak dari seluruh risiko nasabah sehingga keputusan pembiayaan yang diambil sudah memperhitungkan risiko yang ada dari pembiayaan ini misalnya murabahah sedangkan risiko Natural Uncertainty Contract (NUC) adalah mengidentifikasi dan menganalisis dari seluruh risiko nasabah sehingga keputusan yang diambil sudah memperhitungkan risiko yang ada dari pembiayaan Natural Uncertainty Contract (NUC). Misalnya mudharabah. Adapun penyebabnya dibagi atas dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Dimana faktor eksternal ini adalah faktor yang bersumber dari luar, secara operasional tidak
Pembiayaan Murabaha Konsumtif
Jenis Resiko
Natural Certainty Contract (NCC)
Natural Uncertainty Contract (NUC)
Penyebab Pembiayaan
Bermasalah
Faktor Eksternal • Faktor Ekonomi • Faktor Sosial • Faktor Politik • Faktor Hukum • Faktor Teknologi • Faktor Lingkungan
berhubungan langsung dengan situasi operasional bank. Faktor ini meliputi ekonomi, sosial, politik, hukum, teknologi, dan faktor lingkungan. Sedangkan faktor internal ini adalah faktor yang bersumber dari dalam baik itu dari faktor internal bank maupun dari faktor internal nasabah yang secara langsung berhubungan dengan situasi operasional perbankan.
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis Kualitatif Deskriptif, dimana peneliti menjelaskan bagaimana pengelolaan pembiayaan murabahah konsumtif pada BNI Syariah Makassar.
Mekanisme Pembiayaan Murabahah Komsumtif pada Bank PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Syariah Makassar
Sistem kerja ini melibatkan bank sebagai pihak perusahaan yang menyediakan dana, nasabah sebagai pihak yang membutuhkan dana dan pihak pedagang sebagai supplier. Sistem kerja pembiayaan murabahah komsumtif ini dimulai dari pengajuan pembiayaan nasabah kepada bank, bank memesan barang kepada supplier, bank menjual barang kepada nasabah, pengiriman barang kepada nasabah sampai pada pelaksanaan pembayaran secara angsuran/tunai oleh nasabah. Untuk lebih jelasnya, mekanisme pembiayaan murabahah konsumtif dapat dilihat pada gambar berikut ini :
GAMBAR 2 : MEKANISME PEMBIAYAAN MURABAHAH
AKAD WAKALAH
PEMASOK/PENJUALAN NEGOSIASI & PERSYARATAN
NASABAH BANK
AKAD MURABAHAH
BAYAR
(TUNAI/ANGSURAN)
BELI BARANG KIRIM BARANG
BELI BARANG 4
2
5
1
Sumber : Bank BNI Syariah
Keterangan :
1. Bank dan nasabah melakukan negoisasi untuk melakukan transaksi pembiayaan murabahah.
2. Bank melakukan pemesanan barang kepada supplier sesuai yang dikehendaki oleh nasabah. Dalam pembelian barang ini, bank dapat mewakilkan secara tertulis kepada nasabah dalam bentuk akad wakalah/kuasa.
3. Bank menjual barang kepada nasabah berdasarkan pada harga yang telah disepakati bersama.
4. Barang yang dibeli dikirimkan kepada nasabah.
5. Nasabah melaksanakan pembayaran secara angsuran/tunai kepada Bank Syariah.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis
1. Pembiayaan Konsumtif Syariah
Pembiayaan Konsumtif Syariah adalah suatu kesepakatan bersama dalam pengadaan barang yang didasarkan pada transaksi “jual-beli” yang berpatokan dalam suatu akad sesuai Syari’ah Islam yang wajib dipenuhi oleh kedua belah pihak. Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akan habis dipakai. Kebutuhan konsumsi dapat dibedakan atas kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder.
2. Prinsip Pembiayaan Murabahah Konsumtif
Pembiayaan murabahah merupakan salah satu produk yang ada pada BNI Syariah, adapun prinsip dari pemberian pembiayaan, yaitu menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayar sebesar harga beli ditambah biaya-biaya yang harus dikeluarkan dan imbalan (margin). Barang yang diserahkan segera setelah kesepakatan, sedangkan pembayaran dilakukan dengan cara pembayaran cicilan atau tangguh.
1. Secara formal, prinsip murabahah adalah akad jual beli antara bank dengan nasabah. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah dan menjual kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga pokok ditambah keuntungan yang disepakati.
2. Menurut fatwa MUI, murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.
Contoh Pembiayaan Murabahah
penerima berkewajiban membayar uang sebesar Rp. 16.676.000,- kepada bank sebagai harga yang menjadi kesepakatan. Sebagai uang muka akan langsung dibayarkan sebesar Rp. 3.163.500,- sedangkan untuk sisanya sebesar Rp. 13.512.500,- akan dibayar secara angsur selama 24 bulan (terhitung mulai 12 Maret 2006 sampai dengan 11 Maret 2008) dengan jumlah angsuran perbulannya sebesar Rp. 563.021. Selama proses angsuran berjalan diberlakukan aturan denda lima persen (5%) pertahun untuk setiap bulan keterlambatan. Dari penjelasan tersebut maka dapat diketahui ekspektasi keuntungan bank adalah 13,7 % atau sebesar Rp. 2.012.500.
A. Pembahasan Hasil Analisis Pembiayaan Murabahah Konsumtif
Berikut ini adalah gambaran dari hasil pembiayaan yang dilakukan pada bank BNI Syariah yang nantinya, disesuaikan dengan masalah penelitian. Analisis ini diambil dari laporan keuangan berupa Neraca dan Laba Rugi atau kinerja kunci BNI Syariah Makassar.
Tabel 1 : Tingkat Penyaluran Pembiayaan Murabahah
Bln/Thn Jumlah Pembiayaan Murabahah
Maret 05 Rp 71.540.000
Maret 06 Rp 99.352.000
Maret 07 Rp 140.341.000
Sumber : Bank BNI Syariah
Berdasarkan data pada tabel di atas nampak bahwa perkembangan pembiayaan murabahah konsumtif yang disalurkan oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Syariah Makassar selama 3 tahun mengalami peningkatan.
Pada tahun 2005, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Syariah Makassar menyalurkan pembiayaan murabahah konsumtif dengan jumlah sebesar Rp. 71.540.000. Sedangkan pada tahun 2006, jumlah pembiayaan murabahah konsumtif yang disalurkan oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Syariah Makassar mengalami peningkatan yang sangat besar, dengan jumlah yang disalurkan sebesar Rp. 99.352.000 atau mengalami peningkatan sebesar dibandingkan tahun 2005.
Pada tahun 2007, PT Bank Negara Indonesia (Persero)
Tbk. Cabang Syariah Makassar kembali meningkatkan jumlah penyaluran murabahah konsumtifnya. Adapun peningkatan pada tahun 2007 sebesar Rp. 140.341.000.
Tabel 2 : (NPF) Non Performing Finance Murabahah Konsumtif
Bln / Thn KL Diragukan Macet NPF
Maret 05 Rp 458.000.000 Rp 80.000.000 Rp 448.000.000 1,38%
Maret 07 Rp 19.000.000 Rp 73.000.000 Rp 798.000.000 0.63%
Sumber : Bank BNI Syariah
Berdasarkan data di atas dapat kita lihat bahwa risiko pembiayaan selama tiga tahun terakhir ini terus mengalami penurunan. Kendala pembiayaan terjadi pada tahun pertama. Pada tahun 2005 terdapat risiko pembiayaan yang sangat besar sehingga non performing finance (NPF) pada tahun 2005 sebesar 1,38 % hal ini mengganggu bagi hasil bagi dana pihak ketiga dan akan sangat merugikan pihak bank.
Di tahun 2006 mulai ada penurunan pembiayaan yang bermasalah, NPF pada tahun 2006 sebesar 0,77 % hal ini memberikan dampak positif bagi pihak ketiga untuk menginvestasikan dananya dan akan sangat memberikan keuntungan bagi pihak bank, sedangkan di tahun 2007 jumlah pembiayaan yang bermasalah atau risiko pembiayaan yang ada mengalami penurunan, hal ini berarti kinerja perusahaan makin baik, sehinggga akan berdampak positif bagi bank itu sendiri. Dengan tingkat NPF-nya menjadi 0.63 %. Pada tahun 2005 merupakan kendala terbesar BNI Syariah dalam menangani risiko. Hal ini perlu diwaspadai bagi pihak bank karena apabila tidak segera diantisipasi secepatnya atau mencari solusi untuk mengurangi risiko pembiayaan, maka akan mengganggu aktifitas bank atau dengan kata lain akan mempengaruhi persaingan bagi hasil bagi dana pihak ketiga dengan bank-bank lain, karena apabila risiko pembiayaan semakin tinggi pasti akan mempengaruhi reputasi bank itu sendiri dan tentunya bagi hasil bagi dana pihak ketiga.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafii. 2001. Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik. Jakarta : Gema Insani.
Arifin, Zainul. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Edisi Pertama. Jakarta : Alvabet.
BNI Syariah Makassar. 2004. Buku Pedoman Pegawai. Makassar. BNI Syariah Makassar. 2005. Buku Pedoman Pegawai. Makassar.
Dendawijaya, Lukman. 2001. Manajemen Perbankan. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Hasibuan, Malayu.S.P.2005. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : PT. Bumi Aksar.
Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam. Jakarta : RajaGrafindo Persada.
Mahmoeddin, AS.H. 2002. Melacak Kredit Bernasalah. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
..., 2004. Bank Syariah : Analisis Kekuatan, Peluang, Kelemahan dan Ancaman. Yogyakarta : Ekonesia.
..., 2005. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta : Ekonesia.
Sumitro, Warkum. 2004. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.