• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keuangan Negara negara-negara budaya negara-negara budaya negara-negara budaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Keuangan Negara negara-negara budaya negara-negara budaya negara-negara budaya"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Bacaan ke-1: Keuangan Negara Pertumbuhan Pengeluaran Publik

oleh Nathasya Marta Ningrum (1406621065), Nur Atikasari (1406621001), Robyanti Wulandari (1406621020), dan Sumardiyanto Baresi (1406621115)

Ilmu Administrasi Fiskal Paralel 2014 Universitas Indonesia

I. Pendahuluan

Pemerintahan merupakan suatu organisasi besar yang terdiri dari banyak orang dengan satu tujuan. Tujuan negara Indonesia sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, dan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut agar keinginan masyarakat terpenuhi maka ditunjang oleh beberapa fungsi pemerintah dalam kegiatan ekonomi, yaitu alokator, stabilitator, distributor, dan stabilitator. Fungsi distributor merupakan salah satu bentuk kegiatan ekonomi dalam pembagian sumber daya baik barang maupun jasa.

(2)

II. Isi

2.1 Pengertian Pengeluaran Publik

Dalam APBN terdapat rencana atau target pendapatan dan pengeluaran pemerintah. Musgrave dan Rostow menyatakan bahwa yang menentukan peningkatan pengeluaran pemerintah disebabkan oleh tahap perkembangan ekonomi dari suatu negara yaitu tahap awal, tahap menengah, dan tahap lanjut. Sedangkan, menurut Adolf Wagner, penyebab utama pengeluaran pemerintah meningkat terutama adalah pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya.

Pengeluaran pemerintah (government expenditure) dalam kamus bisnis adalah belanja sektor pemerintah termasuk pembelian barang dan jasa serta pembayaran subsidi. Hal ini diilakukan untuk digunakan untuk melakukan fungsi-fungsi penting pemerintahan, seperti pertahanan nasional dan pendidikan serta pengeluaran tersebut dibiayai baik dari pajak maupun pinjaman. Disisi lain, pengeluaran pemerintah juga dapat diartikan sebagai penggunaan uang dan sumberdaya suatu negara untuk membiayai suatu kegiatan negara atau pemerintah dalam rangka mewujudkan fungsinya dalam melakukan kesejahteraan (Prasetya, 2012). Melalui kedua pengertian ini, pengeluaran pemerintah secara umum merupakan salah satu kebijakan fiskal dalam hal membiayai fungsi-fungsi pemerintah dengan cara memungut pajak maupun pinjaman untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

II.2 Teori Pertumbuhan Pengeluaran Publik

(3)

pendekatan atau perspektif baru mengenai pengeluaran pemerintah yang dapat dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu teori makro dan teori mikro.

2.2.1 Teori Makro

Menurut Boediono (1999) yang dikutip oleh S. Widya, dalam teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga prinsip yang dapat digolongkan, yaitu pembelian barang dan jasa, gaji pegawai, serta transfer payment. Perubahan nilai pada gaji pegawai mempunyai pengaruh terhadap proses makro ekonomi karena perubahan gaji pegawai akan mempengaruhi besarnya tingkat permintaan secara tidak langsung. Transfer payment berkaitan dengan pembayaran atau pemberian langsung dari pemerintah untuk masyarakat, seperti pembayaran subsidi atau bantuan langsung tunai (BLT) kepada berbagai golongan masyarakat, pembayaran pensiun, pembayaran bunga untuk pinjaman pemerintah kepada masyarakat. Secara ekonomis transfer payment mempunyai status dan pengaruh yang sama dengan prinsip gaji pegawai meskipun secara administrasi keduanya berbeda. Dalam pengeluaran pemerintah, terdapat empat pendekatan dalam pengeluaran pemerintah secara makro, yaitu:

a. Model Pembangunan Tentang Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Musgrave dan Rostow merupakan dua orang yang mengembangkan model ini menyatakan bahwa adanya hubungan antara perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang dibedakan antara tahap awal, tahap menengah, dan tahap lanjut. Pada tahap awal, negara masih perlu untuk mengembangkan ekonomi di negaranya sendiri, oleh sebab itu persentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar karena pemerintah harus menyediakan fasilitas dan pelayanan seperti pendidikan, kesehatan, transportasi, dan lain-lain (contoh: negara-negara yang baru merdeka).

(4)

pemerintah juga tidak kalah besar dengan peranan swasta karena pada tahap ini perkembangan ekonomi menyebabkan terjadinya hubungan antar sektor yang semakin rumit. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan oleh perkembangan sektor industri, menimbulkan semakin tingginya tingkat pencemaran udara dan air sehingga pemerintah harus turun tangan untuk mengatur dan mengurangi akibat negatif dari polusi itu terhadap masyarakat. Pemerintah juga harus melindungi buruh yang berada dalam posisi yang lemah agar dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Terakhir, negara pada tahap ekonomi lanjut akan berfokus pada stabilisasi ekonomi. Aktivitas pemerintah pada tahap lanjut beralih dari penyediaan prasarana ke aktivitas-aktivitas sosial seperti program kesejahteraan hari tua, pelayanan kesehatan masyarakat dan sebagainya.

b. Teori Adolf Wagner

Adolf Wagner menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah dan kegiatan pemerintah semakin lama semakin meningkat. Menurut Dumairy (1997) yang dikutip oleh E. Martin, Adolf Wagner melakukan pengukuran terhadap perbandingan pengeluaran pemerintah dengan PDB. Melalui hal ini, Wagner mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam persentase terhadap PDB. Inti dalam teori Wegner adalah semakin meningkatnya peran pemerintah dalam kegiatan dan kehidupan ekonomi masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Menurut Mangkoesoebroto (1994) yang dikutip oleh Prasetya, Wagner menyatakan bahwa dalam suatu perekonomian apabila pendapatan per kapita meningkat maka secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya.

Temuannya kemudian oleh Richard A. Musgrave dinamakan Hukum Pengeluaran Pemerintah yang selalu Meningkat (The Law of Growing Public Expenditure). Hukum Wagner:

(5)

Pada Gambar 2.1, kurva diatas menunjukkan secara relatif peranan pemerintah semakin meningkat. Hal ini didasarkan pada teori Wagner “Organic Theory of State” yaitu teori organis yang menganggap pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak terlepas dengan masyarakat lain. Menurut Wagner dalam pernyataan Dumairy yang dikutip oleh E. Martin, ada 5 hal yang menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu meningkat yaitu tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan masyarakat, urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi, perkembangan ekonomi, perkembangan demokrasi dan ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintahan. c. Teori Peacock dan Wiseman

Menurut Mangkoesoebroto (1994) yang dikutip oleh S. Widya, teori ini muncul berdasarkan analisis perkembangan pengeluaran negara yang memandang bahwa pemerintah selalu berusaha untuk memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang juga semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar. Menurut Peacock dan Wiseman, pertumbuhan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah dan

(6)

meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat.

Inti dari teori Peacock dan Wiseman adalah masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak atau kesukarelaan pajak (tax voluteer), yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Jadi masyarakat menyadari bahwa pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai aktivitas pemerintah sehingga mereka mempunyai tingkat kesediaan masyarakat untuk membayar pajak. Melalui tingkat toleransi ini menjadi kendala bagi pemerintah untuk menaikkan pemungutan pajak secara semena-mena sehingga pemerintah perlu merumuskan kenaikan pajak secara baik berdasarkan penggunaanya agar dapat meningkatkan tingkat kesukarelaan masyarakat dalam membayar pajak.

Dalam teori Peacock dan Wiseman terdapat efek penggantian (displacement effect) yaitu adanya gangguan sosial yang menyebabkan aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas pemerintah. Perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Oleh karena itu dalam keadaan normal, meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah yang menjadi semakin besar. Apabila keadaan normal tersebut terganggu, misalnya karena ada perang, maka pemerintah harus memperbesar pengeluarannya untuk membiayai perang.

(7)

Dalam keadaan normal, t ke t+1, pengeluaran pemerintah dalam persentase terhadap GNP (Gross National Product) meningkat sebagaimana yang ditunjukan garis AG. Apabila pada tahun t terjadi perang maka pengeluaran pemerintah meningkat sebesar AC dan kemudian meningkat seperti yang ditunjukan pada segmen CD. Setelah perang selesai pada tahun t+1, pengeluaran pemerintah tidak menurun ke G. Hal ini disebabkan setelah perang, pemerintah membutuhkan tambahan dana untuk mengembalikan pinjaman pemerintah yang digunakan dalam pembiayaan pembangunan.

Berbeda dengan pandangan Wagner, perkembangan pengeluaran pemerintah versi Peacock dan Wiseman tidaklah berbentuk suatu garis, seperti kurva di bawah, tetapi berbentuk seperti tangga.

Gambar 2.2 Kurva Teori Peacock dan Wiseman

(8)

Pengeluaran pemerintah menurut teori Wagner, Sollow, dan Musgrave digambarkan dalam bentuk kurva yang eksponensial, sedangkan teori Peacock dan Wiseman mengatakan bahwa pengeluaran pemerintah jika digambarkan dalam kurva seperti bentuk tangga. Hal ini dikarenakan adanya kendala toleransi pajak. Ketika masyarakat tidak ingin membayar pajak yang tinggi yang ditetapkan pemerintah, maka pemerintah tidak bisa meningkatkan pengeluarannya, walaupun pemerintah ingin senantiasa menaikkan pengeluarannya.

Menurut Bird dalam karya Mangkoesoebroto yang dikutip oleh E. Martin, mengkritik hipotesa yang dikemukakan oleh Peacock dan Wiseman. Bird menyatakan bahwa selama terjadinya gangguan sosial memang terjadi pengalihan aktivitas pemerintah dari pengeluaran sebelum gangguan ke pengeluaran yang berhubungan dengan gangguan tersebut. Hal ini akan diikuti oleh peningkatan persentase pengeluaran pemerintah terhadap PDB. Akan tetapi setelah terjadinya gangguan, persentase pengeluaran pemerintah terhadap PDB akan menurun secara perlahan-lahan kembali ke keadaan semula. Oleh sebab itu, menurut Bird, efek pengalihan merupakan gejala dalam jangka pendek, tetapi tidak terjadi dalam jangka panjang.

d. Teori batas kritis Colin Clark

(9)

2. Teori Mikro

Tujuan dari teori mikro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang menimbulkan permintaan akan barang publik dan faktor-faktor yang mempengaruhi tersedianya barang publik. Beberapa faktor menurut Mangkoesoebroto (1994) yang dikutip oleh S. Widya yang mampu mempengaruhi pengeluaran pemerintah yaitu:

a. Perubahan permintaan akan barang publik.

b. Perubahan dari aktivitas pemerintah dalam menghasilkan barang publik dan perubahan dari kombinasi faktor produksi yang digunakan.

c. Perubahan kualitas barang publik.

d. Perubahan harga faktor – faktor produksi.

Interaksi antara permintaan dan penawaran untuk barang publik menentukan jumlah barang publik yang akan disediakan melalui anggaran belanja, misalnya menurut Basri (2005) yang dikutip oleh E. Martin, pemerintah menetapkan akan membuat sebuah pelabuhan udara baru. Pelaksanaan pembuatan pelabuhan baru tersebut menimbulkan permintaan akan barang lain yang dihasilkan oleh sektor swasta seperti semen, baja, alat-alat pengangkutan dan sebagainya. Jumlah barang publik yang akan disediakan tersebut selanjutnya akan menimbulkan permintaan akan barang lain. Teori mikro mengenai pengeluaran pemerintah dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Penentuan Permintaan

Ui = f (G,X) Keterangan:

G = vektor dari barang publik X = vektor barang swasta i = individu; = 1,...., m U = fungsi utilitas

(10)

menghasilkan i barang K sebanyak Gk, pemerintah harus mengatur sejumlah kegiatan. Misalnya pemerintah berusaha untuk meningkatkan penjagaan keamanan. Dalam pelaksanaan usaha meningkatkan keamanan tersebut tidak mungkin bagi pemerintah untuk menghapuskan sama sekali angka kejahatan. Karena itu, pemerintah dan masyarakat harus menetapkan suatu tingkat keamanan yang dapat ditolerir oleh masyarakat. Suatu tingkat keamanan tertentu dapat dicapai dengan berbagai kombinasi aktivitas atau dengan menggunakan berbagai fungsi produksi.

b. Penentuan Tingkat Output

Barang dan jasa publik yang disediakan oleh pemerintah ditentukan oleh politisi yang memilih jumlah barang dan jasa yang dihasilkan. Disamping itu, para politisi juga menentukan jumlah pajak yang akan dikenakan kepada masyarakat untuk membiayai barang dan jasa publik tersebut dalam menentukan jumlah barang dan jasa yang akan disediakan. Menurut Basri (2005) yang dikutip oleh E. Martin, para politisi memperhatikan selera atau keinginan masyarakat, agar masyarakat merasa puas dan tetap memilih mereka dalam sebagai wakil masyarakat. Fungsi utilitas para politisi adalah sebagai berikut:

Up = g (X, G, S) Keterangan:

Up = fungsi utilitas

S = keuntungan yang diperoleh politisi dalam bentuk materi atau kedudukan G = vector barang public

X = vector barang swasta

Kita asumsikan bahwa fungsi utilitas masyarakat diwakili seorang pemilih: Max Ui = f (X, G)

Dengan pemuasan dibatasi kendala anggaran sehingga rumusnya: PxX + t B < Mi

Keterangan:

(11)

Mi = total pendapatan individu 1 T = tariff pajak

Kurva permintaan dari pemilik yang mewakili masyarakat ditentukan oleh 2 proses, yaitu dengan mengasumsikan pemilik tidak punya kemampuan mempengaruhi tarif pajak, sehingga dia bertindak sebagai pengambil harga (Price Taker). Atau, asumsikan kedua pemilik tidak bisa menentukan jumlah barang public, sehingga Ia bertindak sebagai pengambil output (Output Taker).

2.3 Klasifikasi Pengeluaran Publik

Pengeluaran pemerintah memiliki dua sifat, yaitu exhaustive dan transfer. Pertama pengeluaran pemerintah dapat bersifat exhaustive yaitu merupakan pembelian barang dan jasa dalam perekonomian yang dapat langsung dikonsumsi maupun dapat dijadikan barang yang lain. Pembelian barang dan jasa tersebut dibeli dari perusahaan swasta (seperti makanan, bangunan, mesin, dan sebgaianya) maupun dari pemerintah itu sendiri (seperti jasa-jasa guru, militer, pegawai negeri, dan sebgainya). Kedua pengeluaran pemerintah dapat bersifat transfer yaitu merupakan pemindahan uang kepada individu-individu untuk kepentingan sosial, atau kepada perusahan-perusahan dalam bentuk subsidi ataupun kepada negara lain dalam bentuk pemberian atauh hibah, seperti BLT, tunjangan pensiun, tunjangan veteran, dan sebagainya.

Menurut Suparmoko dalam bukunya Keuangan Negara, pengeluaran pemerintah dapat dinilai dari berbagai segi sehingga dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Pengeluaran itu merupakan investasi yang menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa-masa yang akan datang

b. Pengeluaran itu langsung memberikan kesejateraan dan kegembiraan bagi masyarakat

c. Merupakan penghematan pengeluaran yang akan datang

d. Menyediakan kesempatan kerja lebih banyak dan peneybaran tenaga beli yang luas

(12)

1. Pengeluaran yang “self-liquiditing” sebagian atau seluruhnya

Artinya pengeluaran untuk barang/jasa yang akan diterima atau dimanfaatkan oleh masyarakat dan akan dibayar kembali ke pemerintah. Contohnya, pengeluaran untuk jasa-jasa pengeluaran negara, atau untuk proyek-proyek profuktif barang ekspor.

2. Pengeluaran yang reproduktif

Pengeluaran yang reproduktif adalah pengeluaran yang mewujudkan keuntungan-keuntungan ekonomis bagi masyarakat. Dengan diuntungkannya masyarakat, maka penghasilan akan meningkat dan sasaran pajak akan semakin banyak dan/atau tinggi penerimaannya. Contohnya, pengeluaran di bidang pengairan, pertanian, dan sebagainya.

3. Pengeluaran yang tidak “self-liquiditing” maupun yang tidak reproduktif Yaitu pegeluaran yang langsung menambah kegembiraan dan kesejahteraan masyarakat, seperti objek rekreasi, pendirian monumen, juga objek-objek parwisata yang dapat mengakibatkan naiknya penghasilan nasional dalam arti jasa-jasa tadi.

4. Pengeluaran yang secara langsung tidak produktif dan merupaka pemborosan Misalnya, pembiayaan pertahanan/perang meskipun pada saat pengeluaran terjadu penghasilan perorangan yang menerimanya akan naik

5. Pengeluaran yang merupakan penghematan di masa mendatang

Misalnya, pengeluaran untuk anak-anak yatim piatu. Kalau hal ini tidak dijalankan sekarang, biaya pemeliharaan bagi mereka di masa mendatang akan lebih besar.

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pengeluaran pemerintah Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.

1. Pengeluaran Rutin

Pengeluaran rutin adalah pengeluaran yang secara rutin setiap tahunnya dilakukan oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan dan pemeliharaan roda pemerintahan, terdiri dari:

(13)

b. Belanja barang, yaitu untuk pembelian barang - barang yang digunakan untuk penyelenggaraan pemerintah sehari – hari

c. Subsidi

d. Pembayaran angsuran dan bunga atas utang negara

e. Belanja pemeliharaan, yaitu pengeluaran untuk memelihara agar milik atau kekayaan pemerintah tetap terpelihara secara baik

f. Belanja perjalanan, yaitu untuk perjalanan kepentingan penyelenggaraan pemerintahan.

2. Pengeluaran Pembangunan

Pengeluaran pembangunan yaitu pengeluaran yang digunakan untuk membiayai pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan umum, yang bersifat menambah modal masyarakat dalam bentuk pembangunan baik prasarana fisik maupun non fisik yang dilaksanakan dalam periode tertentu. Pengeluaran pembangunan dibedakan atas pengeluaran pembangunan yang dibiayai dengan dana rupiah dan bantuan proyek. Pengeluaran pembangunan dialokasikan melalui departemen-departemen/lembaga pemerintah termasuk pemerintah daerah.

Disisi lain, pada pasal 11 UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, tercantum bahwa klasifikasi jenis belanja negara, terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja lain-lain, dan belanja daerah. Dari ke-8 jenis belanja negara tersebut, tujuh poin pertama adalah murni pengeluaran yang dilakukan negara untuk membiayai barang dan jasa yang diperlukan dan menjamin kesejahteraan rakyat Indonesia secara menyeluruh. Sedangkan, belanja daerah adalah dana yang dialirkan pusat ke pemerintah-pemerintah daerah. Belanja daerah merupakan pengeluaran negara yang bersifat pengeluaran pembangunan. Terbagi atas dua kelompok besar, yaitu Dana Perimbangan (terdiri dari: Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum, Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak). Selain Dana Perimbangan, juga terdapat Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian.

2.4 Pengaruh Pengeluaran Negara Terhadap Perekonomian

(14)

dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, kelembagaan, dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi membawa dampak yang signifikan bagi kesejahteraan masyarakat. Menurut pandangan para ahli ekonomi klasik, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu- jumlah penduduk, jumlah barang modal, kekayaan alam, serta teknologi. Semakin banyak barang modal yang dimiliki, produktivitas suatu negara dalam memenuhi barang dan jasa akan meningkat. Untuk memenuhi permintaan barang modal, pemerintah akan mengeluarkan dana untuk belanja modal sehingga menambah pengeluaran pemerintah. Dengan begitu, semakin pengeluaran dikelola secara efisien, maka hal itu dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Pengeluaran pemerintah yang bersifat belanja rutin, seperti gaji pegawai, bunga, pembayaran hutang, dan subsidi juga menunjukkan berbagai pengaruhnya. Jika bunga dan hutang dari pinjaman ditangguhkan pembayarannya, maka bunga akan semakin besar dan melimpahkan beban hutang ke tahun-tahun berikutnya. Justru, pengeluaran di bidang ini merupakan pengeluaran yang bersifat penghematan di masa yang akan datang. Pengeluaran-pengeluaran yang bersifat reproduktif akan menambah keuntungan ekonomis masyarakat yang dapat berpengaruh pada peningkatan penghasilan. Meningkatnya penghasilan juga berpengaruh pada sasaran pajak yang semakin banyak dan/atau tinggi penerimaannya. Selain itu, pengeluaran pembangunan seperti misalnya bendungan, jalan raya, juga membawa dampak bagi kesejahteraan masyarakat. Dampak positif bagi perekonomian Indonesia terasa pula dengan adanya pengeluaan yang tidak self-liquiditing maupun yang tidak produktif. Dapat dilihat dari dibangunnya objek-objek rekreasi yang merupakan potensi untuk menyokong pendapatan pemerintah.

(15)

dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Eknomi dan Kesenjangan Pendapatan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah dan investasi dari tahun 2000-2012 berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Bali dan pertumbuhan ekonomi berdampak secara signifikan terhadap kesenjangan pendapatan.

Selain itu, menurut Prasetya (2012) dalam Modul Ekonomi, dampak pengeluaran pemerintah terhadap perekonomian juga dapat ditinjau dari berbagai sektor perekonomian, antara lain:

a. Sektor Produksi

Sektor produksi dapat dipengaruhi oleh besarnya penyediaan barang dan jasa oleh pemerintah. Dilihat secara agregat pengeluaran negara merupakan faktor produksi (money), melengkapi faktor-faktor produksi yang lain (man, machine, material, method, management). Pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap perekonomian, karena pendidikan akan menghasilkan SDM yang lebih berkualitas. Dengan SDM yang berkualitas produksi akan meningkat.

b. Sektor Distribusi

(16)

c. Sektor Konsumsi Masyarakat

Pengaruh pengeluaran negara terhadap tingkat konsumsi masyarakat dapat dirasakan dengan adanya subisidi atau tidak. Jika pemerintah memberikan subsidi terhadap suatu barang/jasa, contohnya BBM, maka masyarakat yang kurang mampu dapat menggunakan BBM dan yang mampu dapat menggunakan BBM lebih banyak lagi. Dengan begitu, konsumsi masyarakat akan menigkat. Tetapi, jika subsidi dicabut, maka harga akan semakin mahal dan masyarakat akan lebih sedikit menggunakan BBM. Dengan begitu, konsumsi masyarakat akan menurun. d. Sektor Keseimbangan Perekonomian

Untuk mencapai target-target peningkatan PDB, pemerintah dapat mengatur alokasi dan tingkat pengeluaran negara. Misalnya dengan mengatur tingkat pengeluaran negara yang tinggi (untuk sektor-sektor tertentu), pemerintah dapat mengatur tingkat employment (menuju full employment). Apabila target penerimaan tidak memadai untuk membiayai pengeluaran tersebut, pemerintah dapat membiayainya dengan pola defisit anggaran.

2.5 Pertumbuhan Sektor Publik dan Ukuran Pemerintah

Pemerintah Indonesia mempunyai tujuan untuk mensejahterahkan masyarakat Indonesia, oleh sebab itu salah satu kegiatan pemerintah adalah mampu menyediakan barang dan jasa dan membagikannya secara adil dan merata ke seluruh Indonesia. Dalam menyediakan barang dan jasa tersebut pemerintah membuat anggaran pengeluaran pemerintah setiap tahunnya.

(17)

Data tabel 1.1 merupakan data penggunaan produk domestik bruto tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 yang dimana bahwa dari tahun ketahun PDB Indonesia selalu meningkat. Begitu pula dengan tabel 1.2 yang merupakan data pengelauran pemerintah dari tahun 2007 samapi dengan 2014 yang mengalami

Gambar 2.4 Tabel Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 2010-2013 atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rupiah)

(18)

peningkatan atau pertumbuhan pengeluaran pemeringtah dari tahun ke tahun. Menurut Suparmoko dalam buku “Keuangan Negara: Teori dan Konsep”, alasan pertumbuhan pengeluaran pemerintah meningkat dari tahun ke tahun karena kegiatan pemerintah yang selalu meningkat. Peningkatan kegiatan pemerintah disebabkan oleh beberapa faktor seperti :

a. Adanya perang: walau perang sudah berakhir, pengeluaran tetap ada karena membiayai tentara tentara yang sudah terlanjur diangkat sebagai pegawai negeri.

b. Adanya kenaikan tingkat pengahasilan dalam masyarakat: jika pengahasilan meningkat maka kebutuhan konsumsi akan barang dan jasa akan meningkat sehingga pemerintah harus mengeluarkan dana yang lebih besar untuk menyediakan barang dan jasa tersebut.

c. Adanya urbanisasi yang dibarengi dengan perkembangan ekonomi: dengan banyaknya masyarakat yang pindah dari desa ke kota maka pemerintah harus menyedikan lapangan kerja, kebutuhan listirk, air, perumaha, keaman, dan kesehatan, sehinggan pengeluaran pemerintah meningkat.

d. Perkembangan demokrasi: diperlukannnya biaya yang sangat besar untuk mengadakan musyarawah, pungutan suaran dan rapat-rapat untuk menunjang demokrasi.

e. Pembangunan ekonomi: makin banyaknya rencana untuk pembangunan ekonomi sehingga anggaran atau pengeluaran pemerintah meningkat

f. Program kesejahteraaan masyarakat: demi mencapai kesejahteraan masyarakat maka pemerintah mengeluarkan program-program seperi BPJS, rumah panti jompo, panti asuhan yang biayanya di biayai oleh pemerintah dari anggaran yang telah dibuat.

2.6 Perwujudan Efisiensi Pengeluaran Pemerintah

(19)

umumnya kriteria yang digunakan untuk menilai kebijakan pemerintah terbagi menjadi 4, yaitu:

1. Keadlian (Equity)

Keadilan berarti bahwa kebijakkan pemerintah haruslah mempunyai akibat yang tidak berat sebelah, contoh dalam kebijakan perpajakan yang harus diartikan bahwa bagi yang kurang mampu akan mendapatkan subsidi dan sebaliknya golongan kaya akan membayar pajak.

2. Efisiensi ekonomis (economic efficiency)

Efficiency adalah perbandingan antara input dan output, di mana input digunakan setepat dan sebaik mungkin untuk memperoleh output yang terbaik. Secara sederhana efisiensi ekonomis, dapat dikatakan bahwa efisiensi ekonomis ada jika kebijakan pemerintah itu lebih baik memperhatikan pengaruh ekonomi terhadap kesejahteraan masyarakat sejauh mungkin atau secara lebih hati-hati. Pengertian efisiensi ekonomis ini dapat dipertegas yaitu kalau suatu perekonomian itu sudah tidak mungkin lagi untuk mengadakan alokasi sumber-sumber yang menyebabkan disatu pihak akan lebih makmur dan pihak lain rugi. 3. Kebapakan (paternalisme)

Kebapakan yaitu kebijakan pemerintah untuk mengadakan atau menyediakan barang dan jasa yang sebenarnya tidak dikehendaki oleh masyarakat. Karenanya banyak orang mendukung kebijakan pemerintah bukan karena kebijakan ini memberikan kepada masyarakat apa yang mereka butuhkan, tetapi karena mereka beranggapan bahwa pemerintah lebih baik daripada masyarakat itu sendiri.

4. Kebebasan perorangan (individual freedom)

Pada umumnya orang memberi nilai tinggi terhadap kebebasan perorangan maka dari itu pembatasan yang ditetapkan perorangan harus dibuat sekecil mumgkin. Misalkan apabila pemeritah memungut pajak untuk membiayai pengeluarannya maka hal ini akan mengurangi kebebasan wajib pajak itu membelanjakan sebagian dari pendapatanya seperti yang di kehendaki.

(20)

keadilan dan sebaliknya. Begitu juga antara kebapakan dan kebebasan perorangan yang selalu ada “trade off” diantara keduanya. Untuk menilai kebijakan haruslah memandang bagaimana pentingnya masing-masing kriteria itu atau sejauh mana bobot dari tiap kriteria telah dipertimbangkan dalam kebijakan pemerintah.

Penyusunan model efisiensi pengeluaran publik berdasarkan kriteria-kriteria yang ada adalah dengan cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang secara langsung akan menurunkan tingkat kemiskinan dan jumlah pengangguran. Hal ini dapat dilakukan dengan mengurangi laju pertumbuhan jumlah pegawai sehingga dapat mengurangi belanja pegawai ataupun melalui pengurangan subsidi BBM yang memberatkan APBN. Melalui kebijakan fiskal yang salah satu penekanannya melalui kebijakan pengeluaran pemerintah, dimana kebijakan pengeluaran pemerintah diyakini mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang akan berdampak pada menurunkan angka kemiskinan dan jumlah pengangguran.

III. Kesimpulan

Penjabaran APBN Indonesia bukan sekedar memberikan angka pada pendapatan dan pengeluaran melainkan didalamnya terdapat tujuan dari negara Indonesia, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, dan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Oleh sebab itu, pemerintah memiliki tanggung jawab yang besar dalam menyusun APBN, terutama dalam penyusunan alokasi pengeluaran yang efektif dan efisien namun tetap menjujung tujuan negara Indonesia.

(21)

Selain pemerintah harus merencanakan pengeluaran, pemerintah juga harus mengalokasikan anggaran dengan efektif ke sektor pengeluaran yang dapat meningkatkan PDB sebagai salah satu indikator pertumbuhan ekonomi. Skala prioritas ini memang membawa dampak terhadap kemiskinan dan pengangguran. Pada akhirnya pemerintah harus bijaksana untuk mengambil kebijakan dengan mempertimbangkan dampak terdapat efisiensi dan equality.

Referensi nat:

http://www.slideshare.net/ratiihlovePersib/8-dasar-teori-perkembangan-pengeluaran-pemerintah

Prasetya, Ferry. 2012. Modul Ekonomi Publik Bagian V: Teori Pengeluaran Pemerintah. Malang: Universitas Brawijaya.

Tinjauan Pustaka mengenai Pengeluaran Pemerintah dari Universitas Sumatera Utara. S Widya. 2013 repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38971/4/Chapter %20ll.pdf

Uraian Teoritis mengenai Pengeluaran Pemerintah dari Universitas Sumatera Utara. E martin, 2010.

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38971/4/Chapter%20ll.pdf

Kalo ada sumber lain di cantumin yaa, mau itu buku ataupun dari internet, thank you 

Suparmoko. THN BRP. Keuangan Negara: Dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Nyoman, Made Sukarsa.Wahyuni, I Gusti Ayu Putri. Yuliarmi. 2014. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Eknomi dan Kesenjangan Pendapatan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. E - Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 3.8 (2014) : 458 - 47

7.http://download.portalgaruda.org/article.php?

(22)

%20PEMERINTAH%20DAN%20INVESTASI%20TERHADAP %20PERTUMBUHAN%20EKONOMI%20DAN%20KESENJANGAN

%20PENDAPATAN%20KABUPATEN/KOTA%20DI%20PROVINSI%20BALI. Diakses pada 19 Februari 2015.

Amirsyah. 2015. Mengenal Jenis-jenis Belanja Pemerinta Pusat Dalam APBN. http://www.kompasiana.com/amirsyahoke/mengenal-jenis-jenis-belanja-pemerintah-pusat-dalam-apbn_552b00daf17e616860d623ca. Diakses pada 19 Februari 2015.

Manalu, Maria Christina. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

https://www.researchgate.net/publication/42351454_Analisis_Pengaruh_Pengelua ran_Pemerintah_Terhadap_Pertumbuhan_Ekonomi_Indonesia. Diakses pada 19 Februari 2015.

https://www.researchgate.net/publication/

42351454_Analisis_Pengaruh_Pengeluaran_Pemerintah_Terhadap_Pertumbuhan _Ekonomi_Indonesia

Kemenkeu “Penyusunan Model Efisiensi Belanja Negara Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi, Tingkat Kemiskinan dan Pengangguran”

http://www.kemenkeu.go.id/Kajian/penyusunan-model-efisiensi-belanja-negara-terhadap-pertumbuhan-ekonomi-tingkat-kemiskinan-d-0 (20 feb 2016)

Analisis Efesiensi Pengeluaran Publik Pada Pemerintah Provinsi di Indonesia Tahun 2011 http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-09/S-Nurul%20Ainul %20Mardiyah (20 feb 2016)

Suparmoko.2000.Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek.Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

(23)

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi S1, Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Tahun 2012

Gambar

Gambar 2.1 Kurva Law of Growing Public Expenditure
Gambar 2.3 Kurva Perkembangan Pengeluaran Pemerintah BerdasarkanPendapat Rostow Mugrave dan Peacock Wiseman
Gambar 2.4 Tabel Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 2010-2013

Referensi

Dokumen terkait

16 Desmita, Op.Cit, hlm. Santrock, Op.Cit ,hlm.. Attachment adalah suatau hubungan yang psikologis yang diskriminatif dan spesifik serta mengikat seseorang dengan

Gangguan mobilitas sendi, fungsi motor, kinerja otot dan ROM yang berkaitan dengan.. Cedera

 Akan tetapi meskipun tidak ada gejala yang muncul, virus hepatitis B dapat merusak hati secara diam-diam selama bertahun-tahun.  Oleh karena itu PENTING bagi

Belajar akan lebih berhasil apabila sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Cita-cita tentang jenis pekerjaan di masa datang merupakan faktor penting yang

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga laporan Tugas Akhir yang berjudul “Perancangan Sistem

Adis Elbela Kurnia Dewi , 462009005, Gambaran Strategi Koping Pasien Dalam Menghadapi Kecemasan Pre operasi di Ruang Rawat Inap RSUD Salatiga, Skripsi, Fakultas

Judul Penelitian : Gambaran Strategi Koping Pasien Dalam Menghadapi Kecemasan Pre operasi di Ruang Rawat Inap RSUD Salatiga. Nama Peneliti : Adis Elbela

Dari hasil analisis deskriptif tersebut dapat diamati dan disimpulkan bahwa metode rest memiliki kinerja lebih baik dari metode lainnya, sedangkan konfigurasi yang