TERAPI BERMAIN DENGAN APLIKASI PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK PENYEMBUHAN GANGGUAN KEPRIBADIAN
ANTI SOSIAL PADA ANAK
Disusun guna memenuhi tugas makalah pada mata kuliah Psikoterapi
Disusun oleh :
Munazilah
15010111130102
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga makalah mata kuliah Psikoterapi yang berjudul “Terapi Bermain dengan Aplikasi Permainan Tradisional Untuk Penyembuhan Gangguan Kepribadian Anti Sosial Pada Anak” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang telah membantu, yaitu kepada:
1. Bu Drs. Hastaning Sakti, M. Kes., selaku dosen mata kuliah Psikoterapi 2. Bu Farida Hidayati, S. Psi, M. Si, selaku dosen mata kuliah Psikoterapi 3. Pak Yohanis Franz La Kahija, S. Psi, selaku dosen mata kuliah Psikoterapi 4. Teman-teman dan kakak tingkat Psikologi Undip
5. Semua pihak terkait yang telah membantu
Saya selaku penyusun pun juga menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan apabila ditemui banyak kesalahan dalam makalah psikoterapi ini. Semoga makalah ini juga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Semarang, 1 Mei 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah... 2
C. Manfaat Makalah ... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………. 3
A. Teori Terapi Bermain……… 3
B. Teori Permainan Tradisional………. 3
C. Teori Pendekatan Behavioral……… 4
D. Teori Gangguan Kepribadian Anti Sosial……….. 4
BAB II. PEMBAHASAN... 6
A. Bermain………... 6
B. Memahami Gangguan Kepribadian Anti Sosial……… 7
C. Aplikasi Permainan Tradisional……… 9
D. Pengaruh dan manfaat permainan tradisional……….. 11
BAB III. PENUTUP………. 15
Kesimpulan………. 15
LAMPIRAN JURNAL
1. Terapi Bermain untuk melatih Konsentrasi pada anak yang mengalami gangguan autis
2. Permainan (Tradisional) untuk Mengembangkan Interaksi Sosial, Norma Sosial dan Norma
Sosiomatematik pada Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik
3. Kepribadian Anti Sosial : Fokus Pada WHITE-Collar Crime
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi (dalam bahasa Yunani: θεραπεία), atau pengobatan, adalah remediasi percobaan dengan masalah kesehatan, biasanya setelah pasien didiagnosis. Di bidang medis, terapi identik dengan kata "pengobatan". Di antara psikolog, istilah ini mungkin merujuk secara khusus untuk psikoterapi.
Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara pasien dan terapis yang menggunakan prinsip-prinsip psikologi untuk mengatasi tungkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup dan berkembang sebagai seorang individu. Suatu terapi yang mendukung adalah salah satu terapi yang tidak mengobati atau memperbaiki kondisi yang mendasari, melainkan meningkatkan kenyamanan pasien pengobatan suportif dapat digunakan dalam perawatan paliatif.
Bermain dapat dilakukan dalam segala bentuk baik permainan tradisional maupun permainan modern. Ditinjau dari sudut pandang budaya banyak permainan tradisional yang mengandung unsur pendidikan tinggi terhadap tumbuh kembang anak hanya saja hal ini tidak disadari berbagai pihak karena permainan tradisional saat ini sudah kalah saing bila dibandingkan dengan permainan modern yang sedikit mengandung unsur pendidikan atau bahkan tidak ada.
Semua anak memiliki hak yang sama untuk melalui masa kanak-kanaknya dengan aktivitas bermain yang menyenangkan, tidak terkecuali dengan anak-anak yang abnormal atau memiliki perbedaan secara fisik ataupun mental, seperti anak dengan Gangguan Kepribadian Anti Sosial. Disini akan dibahas tentang efektivitas dari permainan tradisional untuk terapi bermain dalam upaya penyembuhan pada anak dengan Gangguan Kepribadian Anti Sosial.
B. Rumusan Masalah
Yang menjadi permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini yaitu :
1. Bagaimana terapi bermain dapat menyembuhkan gangguan kepribadian anti sosial pada anak ?
2. Bagaimana aplikasi permainan tradisional dalam terapi bermain ?
3. Apakah pengaruh dan manfaat permainan tradisional bagi perkembangan jiwa anak?
C. Manfaat Makalah
1. Menambah wawasan mahasiswa dalam hal penerapan terapi bermain dengan mengaplikasikan berbagi macam permainan tradisional yang dapat dilakukan sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA E. Teori Terapi Bermain
.Bermain bagi anak merupakan kebutuhan sebagaimana makan, minum, kasih sayang, dan sebagainya. Bermain harus seimbang antara bermain aktif (kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat) dan bermain pasif (kesenangan diperoleh dari orang lain.
Terapi permainan merupakan terapi kejiwaan namun dalam pelaksanaannya faktor ekspresi-gerak menjadi titik tumpuan bagi analisa terapeutic dengan medianya adalah bentuk-bentuk permainan yang dapat menimbulkan kesenangan, kenikmatan dan tidak ada unsur paksaan serta menimbulkan motivasi dalam diri sendiri yang bersifat spontanitas, sukarela dan mempunyai pola atau aturan yang tidak mengikat. Menurut Caplan (1974) terapi permainan bisa dilakukan dengan cara menggunakan alat yang tidak berbahaya, misal : Buku cerita yang dapat digunakan untuk menumbuhkan pola komunikasi antara siswa dengan gurunya.
F. Teori Permainan Tradisional
Pemanfaatan permainan (tradisional) untuk pembelajaran matematika sangat sesuai dengan pendekatan pendidikan matematika realistik. Permainan (tradisional) merupakan suatu fenomena sehari-hari yang relatif familiar bagi mayoritas siswa, sehingga penggunaan permainan (tradisional) untuk pembelajaran merupakan suatu bentuk phenomenological exploration. Penggunaan permainan (tradisional) juga sesuai dengan karakteristik pendidikan matematika realistik yang keempat, yaitu interactivity. Penggunaan permainan (tradisional) dalam pembelajaran juga sesuai dengan Experiential Learning Theory - yang dicetuskan oleh David Kolb – yang menekankan pembelajaran berbasis pengalaman.
G. Teori Pendekatan Behavioral
Pengertian Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam pemahaman tingkah laku manusia , yang dikembangkan oleh John B. Watson (1878-1958), seorang ahli psikologi Amerika sebagai reaksi psikodinamika. Prespektif behavioral ini berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia. Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya di tentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan, dan bisa dikendalikan.
Menurut Watson, Skinner dan teoritikus lainnya (1904-1990) mereka meyakini bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan atau situasional. Kalau freud melhat bahwa tingkah laku kita kendalikan oleh kekuatan-kekuatan yang tidak rasional, teoritikus behavioristik melihat kita sebagai hasil pengaruh lingkungan yang membentuk dan memanipulasi tingkah laku kita. Menurut teoritikus behavioristik, manusia sepenuhnya sepenuhnya adalah makhluk reaktif, yang tingkah lakunya dikontrol oleh factor-faktor yang berasal dari luar. Faktor lingkungan inilah yang menjadi penentu terpenting dari tingkah laku manusia. Berdasarkan pemahaman ini, maka kepribadian individu menurut teori ini dapat dikembalikan kepada hubungan antara individu dan lingkungannya.
Gangguan kepribadian antisosial, awalnya menunjukkan kelompok perilaku criminal yang terjadi. Psikopat ditentukan oleh karakter pribadi dan perilaku sosial yang menyimpang. Kebanyakan kriminal bukanlah psikopat, namun banyak individu yang bekerja di “bawah bayangan hukum” tetap bebas sebagai psikopat. (Hare, 2006).
Gangguan Kepribadian Antisosial sering disebut Psikopat atau Sosiopat, dan sering dikaitkan dengan penyalahgunaan obat dan perilaku kriminal. DSM IV mengharuskan orang berusia sedikitnya 18 tahun untuk didiagnosis gangguan ini, dimana penderita gangguan ini sering telah menampakkan gejala pada usia sebelum 15 tahun. Survey di Amerika Serikat lebih dari 3,5% populasi memenuhi kriteria Gangguan Kepribadian Antisosial, dengan perbandingan pria 4 kali lebih banyak daripada wanita dan orang kulit putih lebih banyak dibandingkan dengan orang kulit hitam.
Gangguan Kepribadian Anti Sosial sangat berkaitan erat dengan suatu kecenderungan individu untuk gagal berinteraksi dengan lingkungannya, berikut teori tentang interaksi sosial.
BAB III PEMBAHASAN
E. Bermain
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif menurunkan stres pada anak dan penting untuk mensejahterakan mental dan emosional anak (Champbel & Glaser, 1995 dikutip oleh Supartini, 2004).
Anak bermain pada dasarnya agar memperoleh kesenangan, sehingga ia tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan dan cinta kasih. Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial (Soetjiningsih, 1995). Anak dengan bermain dapat mengungkapkan konflik yang dialaminya, bermain cara yang baik untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran dan kedukaan. Anak dengan bermain dapat menyalurkan tenaganya yang berlebihan dan ini adalah kesempatan yang baik untuk bergaul dengan anak lainnya (Soetjiningsih, 1995).
a. Perkembangan Sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan aktivitas sensoris-motoris merupakan komponen terbesar yang digunakan anak sehingga kemampuan penginderaan anak dimulai meningkat dengan adanya stimulasi-stimulasi yang diterima anak Universitas Sumatera Utaraseperti: stimulasi visual, stimulasi pendengaran, stimulasi taktil (sentuhan) dan stimulasi kinetik.
b. Perkembangan Intelektual (Kognitif)
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan memanipulasi segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek.
c. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut.
d. Perkembangan Kreativitas
Dimana melalui kegiatan bermain anak akan belajar mengembangkan kemampuannya dan mencoba merealisasikan ide-idenya.
e. Perkembangan Kesadaran diri
Melalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
f. Perkembangan Moral
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.
F. Memahami Gangguan Kepribadian Anti Sosial
Gangguan kepribadian antisosial, awalnya menunjukkan kelompok perilaku kriminal yang terjadi. Psikopat ditentukan oleh karakter pribadi dan perilaku sosial yang menyimpang. Kebanyakan kriminal bukanlah psikopat, namun banyak individu yang bekerja di “bawah bayangan hukum” tetap bebas sebagai psikopat. (Hare, 2006)
Banyak pembaca terkejut mengetahui beberapa sifat terbaik mereka menunjukkan ciri-ciri kepribadian antisosial, dalam bentuk pasif, contoh Christopher Columbus. Petualangan membuat mereka dikagumi dan disebut jantan. Mereka adalah orang yang menyukai tantangan, menganggap orang-orang dapat menjaga diri mereka sendiri, persuasif secara interpersonal dan enggan untuk menetap. Di masa kanak dan remaja mereka nakal, pemberani dan kuat saat dewasa. (Millon & Davis, 2000).
Dissenting Personality (kepribadian yang kerap berselisih) mewakili varian antisosial lingkup normal, sedikit lebih patologis. Melakukan segala hal dengan cara mereka sendiri, mau menanggung konsekuensinya, kadang bermain-main dengan batas hukum untuk mengejar tujuan/keinginannya. Mereka melihat diri sendiri sebagai orang merdeka, berotonomi. Otoritas dipandang rendah. Tidak suka rutinitas sehari-hari, impulsif, tidak bertanggung jawab, dapat memotivasi diri sendiri dan sangat kaya ide/kreatif. (Millon & Davis, 2000)
tahu kapan ia harus menunda melakukan sesuatu demi kepuasan diri, karena jika tidak hal itu akan melanggar norma sosial atau akan melukai diri sendiri atau orang lain. Jika pasien gangguan mudah marah, agresif sampai berkelahi atau menyerang berulang-ulang, style pribadi antisosial bertindak asertif dalam menciptakan kesan kehadirannya secara fisik. Jika pasien gangguan secara sembrono mengabaikan keselamatan dirinya dan orang lain, style antisosial melihat diri sendiri sebagai orang yang lebih resistant terhadap risiko, tidak sembrono. Jika pasien gangguan secara konsisten tidak bertanggungjawab terhadap pekerjaan dan kewajiban keuangannya, style pribadi antisosial lebih suka merdeka dan menghabiskan uang untuk bersenang-senang sekarang daripada menabung dengan bijaksana untuk masa depan. Akhirnya, jika pasien gangguan tidak memiliki nurani/kesadaran dan merasionalisasi eksploitasi terhadap orang lain, style pribadi antisosial secara agresif/impulsif melayani dirinya sendiri tetapi dalam batas moral, sosial dan hukum. (Millon & Davis, 2000; Gabbard, 2005)
G. Aplikasi Permainan Tradisional
Galah asin, galasin, atau gobak sodor adalah sejenis permainan daerah dari
Indonesia. Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di
mana masing-masing tim terdiri dari 3 - 5 orang. Inti permainannya adalah
menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara
bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap
melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.
Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan acuan
garis-garis yang ada atau bisa juga dengan menggunakan lapangan segiempat dengan
ukuran 9 x 4 m yang dibagi menjadi 6 bagian. Garis batas dari setiap bagian biasanya
diberi tanda dengan kapur.
Anggota grup yang mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi dua,
yaitu anggota grup yang menjaga garis batas horisontal dan garis batas vertikal. Bagi
mereka akan berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk
melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas.
Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas vertikal
(umumnya hanya satu orang), maka orang ini mempunyai akses untuk keseluruhan
garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan. Permainan ini sangat
mengasyikkan sekaligus sangat sulit karena setiap orang harus selalu berjaga dan
berlari secepat mungkin jika diperlukan untuk meraih kemenangan.
kalau di makassar nama nya main asing. seorang pemain bertindak sebagai peluncur
(kapten). permainan ini seru melatih ketangkasan, strategi, kecepatan, dan kecerdikan.
Terapis mendampingi anak pada saat melakukan terapi bermain dengan aplikasi
permainan Gobak Sodor tersebut, sesuaikan perlakuan dengan kondisi anak pada saat
itu (terapi dilakukan secara bertahap). Bila anak baru pertama kali melakukan terapi,
bisa dimulai dengan melakukannya dengan orang terdekat terlebih dahulu, seperti
keluarga ataupun saudara. Jika anak sudah mulai mendapat kesenangan dan
kenyamanan dapat mulai bergabung dengan lingkungan sosialnya, seperti teman
sebaya dan para tetangga.Terapis selalu memberikan intervensi dan dukungan agar
anak yang mengalami gangguan kepribadian anti sosial tersebut mengembangkan
kepercayaan diri saat bermain ddan merasa tidak canggung terhadap teman se-timnya
Gambar peraga permainan “Gobak Sodor”
H. Pengaruh dan manfaat permainan tradisional terhadap perkembangan jiwa anak 1. Anak menjadi lebih kreatif
bahwa para pemain dituntut untuk kreatif menciptakan aturan-aturan yang sesuai dengan keadaan mereka.
2. Bisa digunakan sebagai terapi bagi anak
Saat bermain, anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa, dan bergerak. Kegiatan semacam ini bisa digunakan sebagai terapi untuk anak-anak yang memerlukannya kondisi tersebut.
3. Mengembangkan kecerdasan majemuk anak
a. Mengembangkan kecerdasan intelegensi anak
Permainan tradisional seperti permainan Gagarudaan, Oray-Orayan, dan Pa Cici-Cici Putri mampu membantu anak untuk mengembangkan kecerdasan intelektualnya. Sebab, permainan tersebut akan menggali wawasan anak terhadap beragam pengetahuan.
b. Mengembangkan kecerdasan emosi anak
Hampir semua permainan tradisional dilakukan secara berkelompok. Dengan berkelompok anak akan:
1. mengasah emosinya sehingga timbul toleransi dan empati terhadap orang lain,
2. nyaman dan terbiasa dalam kelompok.
Beberapa permainan tradisional yang dilakukan secara berkelompok di antaranya Bebentengan, Adang-Adangan, Anjang-Anjangan, dan Kasti.
c. Mengembangkan kecerdasan logika anak
d. Mengembangkan kecerdasan kinestetik anak
Pada umumnya, permainan tradisional mendorong para pemainnya untuk bergerak, seperti melompat, berlari, menari, berputar, dan gerakan-gerakan lainnya. Contoh permainannya adalah Nakaluri, Adang-Adangan, Lompat tali, Baleba, Pulu-Pulu, Sorodot Gaplok, Tos Asya, Heulang jeung Hayam, dan Enggrang
e. Mengembangkan kecerdasan natural anak
Banyak alat-alat permainan yang dibuat/digunakan dari tumbuhan, tanah, genting, batu, atau pasir. Aktivitas tersebut mendekatkan anak terhadap alam sekitarnya sehingga anak lebih menyatu terhadap alam. Contoh permainannya adalah:
i. Anjang-Anjangan/dadagangan dengan membuat minyak dari daun bunga sepatu, mie baso terbuat dari tumbuhan parasit berwarna kuning yang bisanya tumbuh di tumbuhan anak nakal.
ii. Mobil-mobilan terbuat dari kulit jeruk bali
iii. Engrang terbuat dari bambu
iv. Encrak menggunakan batu
v. Bola sodok menggunakan bambu
vi. Parise terbuat dari bambu
vii. Calung terbuat dari bambu
viii. Agra/sepak takraw, bolanya terbuat dari rotan
f. Mengembangkan kecerdasan spasial pada anak
Nyanyian atau bunyi-bunyian sangat akrab pada permainan tradisional. Permainan-permainan yang dilakukan sambil bernyanyi di antaranya:
i. Ucang-Ucang Angge
ii. Enjot-Enjotan
iii. Calung
iv. Ambil-Ambilan
v. Tari Tempurung
vi. Berbalas Pantun
vii. Wayang
viii. Pur-Pur Sadapur
ix. Oray-Orayan
h. Mengembangkan kecerdasan spiritual anak
i. Dalam permainan tradisional mengenal konsep menang dan kalah. Namun menang dan kalah ini tidak menjadikan para pemainnya bertengkar atau minder. Bahkan ada kecenderungan, orang yang sudah bisa melakukan permainan mengajarkan tidak secara langsung kepada teman-temannya yang belum bisa.
ii. Permainan tradisional dilakukan lintas usia, sehingga para pemain yang usianya masih belia ada yang menjaganya, yaitu para pemain yang lebih dewasa.
iii. Para pemain yang belum bisa melakukan permainan dapat belajar secara tidak langsung kepada para pemain yang sudah bisa, walaupun usianya masih di bawahnya.
v. Tidak ada yang paling unggul. Karena setiap orang memiliki kelebihan masing-masing untuk setiap permainan yang berbeda. Hal tersebut meminimalisir pemunculan ego di diri para
pemainnya/anak-anak.
BAB IV PENUTUP Kesimpulan
sepermainan. Hal ini sangat berkaitan erat dengan teori pendekatan behaviorisme dan teori gangguan kepribadian Anti Sosial.
Saran
Penyusun merasa masih kurang optimal dalam menyusun makalah “Terapi Bermain dengan Aplikasi Permainan Tradisional Untuk Penyembuhan Gangguan Kepribadian Anti Sosial Pada Anak“ ini, oleh karena itu saya berharap peserta kuliah pada mata kuliah psikoterapi selanjutnya dapat menyempurnakan makalah tersebut dengan menambahkan contoh studi kasus yang disertai gambar beserta keterangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Malchiodi, Cathy A. (2007). Expressive Therapies (E- Book). The Guilford Press : New York London.
Indahwati, Dwi. 2013. Terapi bermain untuk melatih konsentrasi pada anak yang mengalami autis. Procedia Studi Kasus dan Intervensi Psikologi 2013. Volume I (I).41-45.
Wijaya, Ariyadi. 2009. Permainan (Tradisional) untuk mengembangkan Interaksi Sosial, Norma Sosial, dan Norma Sosiomatematik pada Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik. Jurnal Pendidikan Matermatika-Universitas Negeri Yogyakarta.
Dwi, Panji Baskoro Muhammad. 2010. Hubungan Antara Depresi dengan Perilaku Anti Sosial Pada Remaja di Sekolah. Jurnal Pendidikan Kedokteran Universitas Diponegoro.
Mutia, Sari Sarah. 2013. Gobak Sodor permainan tradisional yang sudah mulai dilupakan (online).http://kabarkalianda.blogspot.com/2013/03/gobak-sodor-permainan-tradisional yang.html, diakses pada tanggal 2 Mei 2013.
Prakoso, Reza. 2012. Bagi-bagi Ilmu (online).
http://rezaprakoso.blogspot.com/2012/06/pendekatan-behavioristik.html, diakses pada tanggal 2 Mei 2013.
Sulanty, NS. 2011. Terapi Bermain Pada Anak (online) .http://nssulantyskep.blogspot.com/2011/06/terapi-bermain-pada-anak.html, diakses pada tanggal 1 mei 2013.
Minggus, Degei Felix. 2013. Masa kanak-kanak (online).
http://majalahselangkah.com/content/masa-kanak-kanak-adalah-ayah-dari-manusia masa anak-anak adalah ayah dari http://majalahselangkah.com/content/masa-kanak-kanak-adalah-ayah-dari-manusia.html, diakses pada tanggal 1 Mei 2013.
Coretan Sederhana. 2011. Permainan Tradisional Memberikan Manfaat Lebih Besar Bagi Perkembangan Anak Daripada Permainan Modern (online).