130
DESAIN PEMBELAJARAN KUANTUM BERBANTUAN VIDEO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PSIKOMOTORIK
Wilfridus Muga STKIP Citra Bakti, NTT Email: faneza_27m@yahoo.co.id
ABSTRAK
Paper ini bertujuan untuk mengetahui desain pembelajaran kuantum berbantuan video untuk meningkatkan hasil belajar psikomotorik. Paper disusun berdasarkan analisis pustaka, penelusuran jurnal dan bukti-bukti empiris dari kajian yang relevan. Quantum Teaching merupakan suatu pembelajaran yang memadukan unsur seni dan pencapaian-pencapaian terarah pada semua mata pelajaran. Quantum Teaching adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya yang menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Dalam kaitannya untuk meningkatkan gairah pembelajaran, diperlukan media yang menarik dan memotivasi. Media video diintegrasikan ke dalam strategi quantum, untuk memaksilkan hasil belajar terutama hasil belajar psikomotorik. Media video pembelajaran adalah media yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran. Video merupakan bahan pembelajaran tampak dengar (audio visual) yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan/materi pelajaran. Dikatakan tampak dengar kerena unsur dengar (audio) dan unsur visual/video (tampak) dapat disajikan serentak.
131
DESIGNING QUANTUM TEACHING EMBEDDED VIDEO TO IMPROVING PSYCHOMOTOR ACHIEVEMENT
Wilfridus Muga STKIP Citra Bakti, NTT Email: faneza_27m@yahoo.co.id
ABSTRACT
This study aimed to determine the quantum teaching embed design of video to improve psychomotor learning outcomes. Paper prepared based on the analysis of literature, journal searches and empirical evidence from relevant studies. Quantum instructional is an art that combines elements of learning and achievements focused on all subjects. Quantum teaching is changing the learning lively, with all the nuances that include all the links, interactions, and the difference that maximize learning moments. In relation to increase the excitement of learning, required media interesting and motivating. Media video integrated into quantum strategy, to maximize learning outcomes especially psychomotor learning outcomes. Instructional video media is media that presents audio and visual containing messages of good teaching which contains the concepts, principles, procedures, application of the theory of knowledge to help the understanding of a learning materials. Video is learning materials seem to hear (audio-visual) that can be used to convey messages / the subject matter. It was said seemed to hear because they hear elements (audio) and visual elements / video (shown) can be served simultaneously.
Key words: quantum, video learning, psychomotor
PENDAHULUAN
Model inovatif adalah kerangka dasar pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang menuntut dominasi aktivitas peserta didik. Guru sebagai fasilitator pembelajaran, selalu memotivasi dan memberikan bimbingan inkuri untuk membuka cara berpikir kritis peserta didik. Orientasi pembelajaran inovatif terletak pada aktivitas peserta didik. Jadi, model pembelajaran diharapkan mengadopsi pendekatan siswa aktif tanpa mengurangi bagaimana efektivias pembelajaran di dalam kelas.
132
mengajar dimana anak dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan akhirnya bisa mengkomunikasikan. Siswa diharapkan lebih banyak melakukan interaksi dengan teman sebayanya dalam mengkonstruksi pengetahuannya dengan menerapkan ide-ide berdasarkan pengalamannya. Salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan kebebasan kepada siswa untuk saling berinteraksi satu sama lain dalam kelompok-kelompok belajar adalah model pembelajaran kuantum. Model kuantum menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar lewat pemanduan unsur seni dan pencapai-pencapaian terarah apapun mata pelajarannya, model ini sekaligus mengajak pendidik untuk mendidik dengan cara tepat, menyenangkan, dan mengesankan.
Menyikapi hal tersebut, sudah sepatutnya seorang guru didampingi oleh teknolog pembelajaran dapat menyiapkan berbagai model dan tentunya media pembelajaran yang berorientasi pada penggunan TIK tersebut. Berbagai teknologi media dapat digunakan salah satunya adalah video pembelajaran. Fungsi lain dari video pembelajaran adalah dapat menarik minat, perhatian siswa, memperjelas sajian ide dan mengilustrasikan sehingga anak tidak cepat lupa. Disamping itu secara ekonomis video termasuk media yang relatif lebih murah baik harga maupun pengoperasiannya sehingga lebih mudah diterapkan di wilayah yang sebagain besar guru dan siswanya rendah dalam hal literasi ICT-nya. Penggunaan video dapat memancing siswa pada saat pembelajaran. Siswa akan merespon dari apa yang mereka lihat dan dengar, sehingga pesan dari isi materi yang terdapat dalam video akan dikonstruksi oleh otak siswa dan menimbulkan timbal balik yang berupa pertanyaanpertanyaan mengenai materi pembelajaran yang akan menciptakan interaksi antara siswa dan pengajar. Berdasarkan hal tersebut video pembelajaran merupakan sebuah video yang berfungsi sebagai pemicu atau rangsangan belajar agar siswa tertarik dengan pembelajaran dan tidak merasa bosan dengan proses pembelajaran dan siswa nantinya daya tangkap terhadap materi akan lebih cepat dengan diiringi interaksi antara siswa dan pengajar.
133
dan Kesehatan, selain membentuk fisik yang sehat dan bugar juga menguatkan mentak secara psikis. Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran itu diperlukan sebuah pembelajaran aktif melibatkan banyak indera dalam diri siswa sehingga meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Meningkatnya rasa ingin tahu akan berpengaruh pada meningkatnya motivasi belajar siswa, sedangkan pengalaman belajar yang diberikan akan berpengaruh pada meningkatnya hasil belajar siswa terutama pada ranah psikomotorik/keterampilan.
Permasalahan yang dikaji dalam paper ini adalah bagaimanakah desain pembelajaran kuantum berbantuan video untuk meningkatkan hasil belajar psikomotorik?
METODE
Paper ini disusun berdasarkan analisis pustaka, penelusuran jurnal dan bukti-bukti empiris dari kajian yang relevan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Desain Pembelajaran Kuantum untuk Meningkatkan Hasil Belajar Psikomotorik Quantum Teaching merupakan suatu pembelajaran yang memadukan unsur
seni dan pencapaian-pencapaian terarah pada semua mata pelajaran. Menurut
DePorter, et al (2011: 37) menyatakan bahwa “Quantum Teaching sebuah model yang
diperumpamakan seperti sebuah simfoni, ada banyak unsur yang menjadi pengalaman bermusik dimana unsur-unsur tersebut dibagi menjadi dua kategori,
yaitu: konteks dan isi”. Secara filosofis Quantum Teaching memiliki tiga kata kunci,
yaitu: 1) Quantum merupakan interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya, QT dengan demikian adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar dimana interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan orang lain; 2) Pemercepatan belajar, menyingkirkan hambatan yang mungkin menghalangi proses belajar alamiah dengan secara sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pembelajaran yang sesuai, penyajian efektif dan keterlibatan aktif; 3) Fasilitasi, memudahkan segala hal.
Quantum Teaching menurut DePorter, et al (2011: 32) adalah pengubahan
134
interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Berdasarkan dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan model Quantum teaching merupakan pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif, memudahkan proses belajar, meriah, memacu semangat dan menyenangkan dengan segala unsur-unsurnya (konteks dan isi) yang berorientasi pada potensi alamiah siswa.
Konsep pembelajaran ini memadukan segala strategi, metode, dan model
pembelajaran yang menurut De Porter, et al (2011: 34) berasaskan pada “Bawalah
Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Hantarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Asas ini
mengarahkan kepada pendidik pentingnya untuk memasuki dunia siswa sebagai langkah pertama. Untuk mendapatkan hak mengajar, seorang pendidik harus membangun jembatan autentik untuk memasuki dunia siswa.
Tindakan ini akan memberikan izin bagi pendidik untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Caranya dapat mengaitkan apa yang pendidik ajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi, dan akademis mereka. Secara tegas Andi
(2009: 119) mengemukakan bahwa “Anak bukanlah Anda, jangan berkomunikasi dengan anak menggunakan ‘frame’ orang dewasa pahami dunia mereka dahulu, baru
dunia mereka untuk kita”.
Setelah kaitan itu terbentuk, pendidik dapat membawa mereka ke dalam dunia pendidik dan memberikan mereka pemahaman mengenai isi dunia itu. Di sinilah kosakata baru, model mental, rumus, dan lain-lain dibeberkan. Seraya menjelajahi kaitan dan interaksi, baik siswa maupun pendidik mendapatkan pemahaman baru dan
“Dunia Kita” diperluas mencakup tidak hanya para siswa tetapi juga guru. Akhirnya dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan lebih mendalam ini, siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru.
Prinsip-prinsip Quantum Teaching
Quantum Teaching juga memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap.
Prinsip-prinsip tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut. 1) Segalanya berbicara
135 2) Segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam pengubahan pendidik mempunyai tujuan. 3) Pengalaman sebelum pemberian nama
Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang menggerakkan rasa ingin tahu, oleh karena itu proses belajar paling baik ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.
4) Akui setiap usaha
Belajar mengandung resiko hal ini berarti melangkah keluar dari kenyamanan untuk itu siswa layak mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
5) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
Perayaan adalah sarapan pelajar juara, perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.
Mempraktikkan Quantum Teaching
Quantum Teaching dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu konteks dan isi.
Konteks yang dimaksudkan meliputi: suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung dan rancangan belajar yang dinamis. Sedangkan isi berkaitan dengan keterampilan penyampaian untuk kurikulum apapun, meliputi: penyajian yang prima, fasilitas yang luwes, keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup. Guna mempraktikkan Quantum Teaching yang berkenaan dengan konteks dan isi (contect and content) akan dikemukakan sebagai berikut. Mengorkestrasikan kesuksesan melalui konteks (menata panggung)
Pada pengubahan segala detail, pendidik menyiapkan konteks tempat siswa belajar secara positif, mendukung dan mengundang selera, tempat meningkatkan kesadaran, daya dengar, partisipasi, umpan balik dan pertumbuhan inilah tempat emosi dihargai. Lingkungan dimana siswa dalam keadaan prima mau bertanggung jawab, dan dapat saling mempercayai. Apa yang dikatakan oleh ruang kelas dapat
menjadi “rumah” tempat siswa terbuka terhadap umpan balik dan memercayainya,
136
1) Suasana, suasana yang mengembirakan membawa kegembiraan pula dalam
belajar.
2) Landasan, kerangka kerja meliputi tujuan, keyakinan, kesepakatan kebijakan, prosedur, dan aturan-aturan yang memberi siswa dan pendidik sebuah pedoman untk belajar dalam komunitas belajar.
3) Lingkungan, semua hal yang mendukung proses belajar termasuk cara
pendidik menata panggung kelas seperti: pencahayaan, warna, pengaturan meja, kursi, tanaman, musik dan lain-lain.
4) Rancangan, penciptaan terarah unsur-unsur penting yang bisa menumbuhkan minat siswa mendalami makna dan memperbaiki proses tukar menukar informasi.
Mengorkestrasikan suasana yang menggairahkan
Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang memengaruhi belajar akademis (Walberg & Greeberg dalam DePorter, 2011: 49). Bahan-bahan kunci untuk membangun suasana yang bagus adalah niat, hubungan, kegembiraan dan ketakjuban, pengambilan resiko, rasa saling memiliki dan keteladanan.
1) Kekuatan terpendam niat
Niat kuat seorang pendidik atau kepercayaan akan kemampuan dan motivasi siswa harus terlihat jelas. Percayalah seakan siswa melakukan yang terbaik, mereka dapat berhasil, dan akan berhasil. Kuncinya adalah singkirkan semua ancaman, libatkan emosi siswa dan jalin hubungan.
2) Jalin rasa simpati dan saling pengertian
Untuk menarik perhatian siswa, pendidik harus membangun hubungan yaitu dengan menjalin rasa simpati dan saling pengertian. Hubungan akan membangun jembatan menuju kehidupan bergairah siswa, membuka jalan memasuki dunia baru mereka, mengetahui minat kuat mereka, berbagai kesuksesan puncak mereka, dan berbicara dengan bahasa hati mereka. Membina hubungan bisa memudahkan pendidik melibatkan siswa, memudahkan pengelolaan kelas, dan meningkatkan kegembiraan.
3) Keriangan dan ketakjuban
137
siswa siap belajar dengan mudah dan bahkan dapat mengubah sikap negatif. Ada tiga cara memasukkan kegembiraan dalam pembelajaran yaitu afirmasi (penguatan atau penegasan), pengakuan dan perayaan.
4) Pengambilan resiko
Belajar itu mengandung resiko, setiap kali kita berpetualang untuk belajar sesuatu yang baru kita mengambil resiko besar di luar zona nyaman kita. 5) Rasa saling memiliki
Membangun rasa saling memiliki akan mempercepat proses pembelajaran dan meningkatkan rasa tanggung jawab siswa. Rasa saling memiliki menciptakan rasa kebersamaan, kesepakatan, dan dukungan dalam belajar. 6) Keteladanan
Memberi teladan adalah salah satu cara ampuh untuk membangun
hubungan dan memahami orang lain. Pepatah mengatakan “Tindakan
berbicara lebih keras daripada kata-kata kami butuh bukti bukan janji dan praktikkan apa yang kamu khutbahkan”. Semua mengacu pada keteladanan semakin banyak kita memberi teladan, semakin mereka tertarik dan mencontoh kita.
Mengorkestrasikan landasan yang kukuh
Landasan bertujuan membangun konteks untuk Quantum Teaching (QT), pendidik dapat menciptakan landasan yang kukuh di kelas dengan menggariskan parameter dan pedoman yang jelas untuk diikuti siswa antara lain: tujuan, prinsip-prinsip, keyakinan, prosedur, kebujakan, peraturan, dan kesepakatan bersama. Parameter-parameter ini harus jelas bagi siswa dan mereka harus berkomitmen untuk mengikutinya, berikut akan dibahas mengenai parameter yang dimaksud, yaitu:
1) Tujuan
Tujuan yang sama bagi siswa adalah mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran, menjadi pelajar yang baik, dan berinteraksi dengan sesama, serta mengembangkan keterampilan lain yang dianggap penting.
2) Prinsip-prinsip
138
melakukan tiga langkah untuk membangunnya, yaitu pertama, mengajarkan kunci-kunci ini dengan keteladanan, kedua perkenalkan kunci-kunci ini melalui cerita dan perumpamaan, ketiga menerapkan kunci-kunci tersebut ke dalam kurikulum. Kunci-kunci yang dimaksud meliputi:
(1) Integritas: bersikap jujur, tulus, dan menyeluruh.
(2) Kegagalan awal kesuksesan: Kegagalan itu tidak ada, yang ada hanya
hasil dan umpan balik semuanya dapat bermanfaat jika kita tahu cara menemukan hikmahnya.
(3) Bicaralah dengan niat baik: Berbicaralah dengan pengertian positif dan
bertanggungjawablah untuk komunikasi yang jujur dan lurus.
(4) Hidup di saat ini: Manfaatkan waktu sebaik-baiknya dan kerjakan setiap
tugas sebaik mungkin.
(5) Komitmen: Penuhi janji dan kewajiban.
(6) Tanggung jawab: Bertanggung jawab atas setiap tindakan yang
dilakukan.
(7) Sikap luwes (fleksibel): Bersikap terbuka terhadap perubahan atau pendekatan baru.
(8) Keseimbangan: Jaga keselarasan pikiran, tubuh dan jiwa. 3) Kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan peraturan
(1) Kesepakatan lebih informal daripada peraturan dan merupakan daftar
cara sederhana dan konkret untuk memperlancar jalannya pelajaran. (2) Kebijakan mendukung tujuan komunitas belajar pendidik.
(3) Peraturan lebih ketat daripada kesepakatan atau kebijakan dan
melanggar peraturan harus menimbulkan konsekuensi yang jelas. Mengorkestrasikan lingkungan yang mendukung
Otak manusia dibanjiri stimulus dan otak memilih fokus tertentu saat demi saat, misalnya saat kita membaca secara tidak sadar kita melihat huruf, tata letak dan gambar. Begitu pula dengan tanaman aroma bunga, suhu udara dan sebagainya. Otak kita cepat beralih pada setiap sensasi. Berikut kita kenali QT lebih akrab, lingkungan yang memacu belajar dan meningkatkan daya ingat siswa, yaitu:
1) Lingkungan sekeliling
Pandangan sekeliling dapat membantu daya ingat. DePorter, et al (2011:
139
kata”. Secara tegas Leonardo da Vinci dalam Buzan (2002: 42)
mengemukakan “Bahasa kata-kata merupakan bahasa kedua
dibandingkan bahasa gambar dan bahasa ini digunakan untuk memberi sebutan, menunjukkan atau menjelaskan semua pikiran dan penemuan
kreatifnya, alat utama bagi berfikir kreatifnya adalah bahasa gambar”. Jika
kita menggunakan gambar-gambar sebagai alat peraga pada situasi belajar, akan dapat merangsang modalitas visual dan menjalankan jalur saraf (kesadaran).
2) Alat bantu
Alat bantu adalah benda yang mewakili suatu gagasan. 3) Pengaturan bangku
Pendidik dapat mengajar dengan bangku-bangku yang berubah-ubah untuk memaksimalkan momen belajar.
Mengorkestrasikan perancangan pengajaran yang dinamis
Merangsang pembelajaran yang memuaskan belajar siswa, memanfaatkan kecerdasan siswa, melejitkan motivasi mereka dan menyiapkan mereka meraih kesuksesan. Caranya sebagai berikut.
1) Bawalah dunia mereka ke dunia kita antarkan dunia mereka ke dunia kita Atas nama QT terletak pada kemampuan untuk menjembatani jurang antara dunia kita dan dunia mereka. Hal ini ini dimaksudkan untuk memudahkan pendidik membangun jalinan, menyelesaikan bahan pelajaran yang cepat, membuat hasil belajar lebih melekat dan memastikan terjadinya pengalihan pengetahuan.
2) Modalitas V-A-K
(1) Visual, mengakses citra visual yang diciptakan maupun yang diingat,
meliputi: warna, potret, hubungan ruang, dan sebagainya.
(2) Audiovisual, mengakses segala jenis bunyi dan kata yang diciptakan
maupun yang diingat, meliputi: musik, dialog internal, suara, dan sebagainya.
(3) Kinestetik, mengakses segala jenis gerak dan emosi yang diciptakan
140 3) Model kesuksesan
Model QT memberikan kesempatan kepada kita untuk membawa siswa kita meraih kesuksesan pada setiap saat. Pertama, pada saat kita memperkenalkan isi pelajaran, pendidik menyajikan secara multisensori (menggunakan model V-A-K), pemotongan informasi menjadi segmen-segmen, dan sering mengadakan pengulangan. Kedua, buat kelompok-kelompok kecil (kelompok-kelompok kerja sama, tim, atau pasangan) untuk pemantapan belajar. Ketiga, selesaikan secara perorangan (menjawab pertanyaan, pekerjaan rumah, tes, kuis dan sebagainya).
4) Kerangka perancangan QT
Kerangka perancangan QT atau yang lebih dikenal dengan “TANDUR”
menjadi dasar dalam penelitian ini yang akan peneliti kembangkan dalam sintak pembelajaran. Adapun tinjauan mengenai TANDUR sebagai berikut.
(1) Tumbuhkan
Tumbuhkan minat dengan memuskan “Apa manfaatnya bagiku” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pebelajar.
(2) Alami
Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pebelajar.
(3) Namai
Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi secara sederhana berikan “data” tepat saat minat memuncak.
(4) Demonstrasikan
Sediakan kesempatan bagi pebelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”. Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan
pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi.
(5) Ulangi
Tunjukkan pebelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan,
141 (6) Rayakan
Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.
5) Kecerdasan berganda bertemu SLIM-N-BIL
Berkat kerja cemerlang Howard Gardner, psikologi kognitif dan kodirektur Project Zero di Universitas Harvard, cara pandang memahami
“kecerdasan” mengalami pergeseran. Dalam karyanya,
The theory of multiple intelligences, Gardner has now identified eight
intelligences: linguistic intelligence, logical-mathematical intelligence,
spatial intelligence, musical intelligence, bodily-kinesthetic
intelligence, interpersonal intelligence, intrapersonal intelligence, and
naturalist intelligence (Veenema Shirley, 2004: 4-6).
SLIM-N-BIL yang dimaksud merupakan singkatan dari delapan kecerdasan majemuk atau ganda sebagai berikut.
(1) Spasial-visual: berpikir dalam citra gambar
(2) Linguistik-verbal: berpikir dan berkata-kata
(3) Interpersonal: berpikir lewat komunikasi dengan orang lain
(4) Musikal-ritmik: berpikir dalam irama dan melodi (5) Naturalis: berpikir dalam acuan alam
(6) Badan kinestetik: berpikir melalui sensasi dan gerakan tubuh
(7) Intrapersonal: berpikir secara reflektif
(8) Logis-matematis: berpikir dengan penalaran
Kesuksesan melalui isi
Isi dan konteks sama-sama penting. Konteks lebih dari sekedar apa yang tampak sedangkan isi mencakup presentasi ringkas tetapi bergairah, anggun tetapi menarik. Isi berkaitan dengan penyajian yang prima, fasilitas yang luwes, keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup. Masing-masing bagian tersebut akan dibahas lebih lanjut pada bagian-bagian berikut ini.
Mengorkestrasikan presentasi prima
142 1) Sebagai seorang Quantum Teaching
Seorang QT memiliki ciri-ciri yang meliputi: antusias, berwibawa, positif, supel, humoris, luwes, terbuka fasih, tulus, spontan, menarik, dan tertarik, mengganggap bahwa siswa mampu, menetapkan dan memelihara harapan tinggi.
2) Pencocokan modalitas
Modalitas untuk memproses rangsangan terdiri dari tiga jalan (tiga modalitas), yaitu: visual, audiovisual dan kinestetik.
3) Empat prinsip komunikasi ampuh
Empat prinsip komunikasi ampuh yang dimaksud, yaitu: memunculkan kesan atau citra, arahkan fokus, bersikap mengajak (inklusif) dan bersifat tepat sasaran (spesifik).
4) Komunikasi nonverbal
Semuanya seolah-olah bersuara pesan dan bahasa tubuh itu sama dan sebangun (kongruen) dengan menggunakan kontak mata, ekspresi wajah, gerak tubuh, nada suara postur (sosok) secara efektif, dan pendidik dapat menyampaikan pesan kongruen yang akan memperkuat komunikasi verbal. 5) Paket presentasi efektif
Ada kalanya saat-saat pendidik mengajar memberi petunjuk dan mengilhami semuanya berbeda-beda. perbedaan itu disusuk dalam tiga paket presentasi, yaitu penemu, peminpin, dan pengarah.
6) Penambatan
Tambatan merupakan tanggapan terasosiasi terhadap rangsangan yang diberikan untuk menarik minat siswa. Penambatan terdiri dari tambatan pribadi, tambatan lokasi dan tambatan lisan.
Mengorkestrasi fasilitas yang luwes
Memfasilitasi yaitu memudahkan tingkat partisipasi yang diinginkan, agar pembelajaran tetap pada jalurnya dan menjaga minat siswa maka gunakanlah cara-cara berikut ini.
1) Ingatlah prinsip K-E-G
(1) Know it (ketahuilah hasilnya) (2) Exprain it (jelaskan hasilnya)
143
2) Modal kesuksesan dari sudut pandang fasilitator
(1) Pengenalan pertama multisensori/multi kecerdasan
(2) Pemotongan menjadi segmen (3) Pengulangan yang sering
(4) Gambaran keseluruhan
3) Memengaruhi perilaku dengan tindakan
(1) Gerak tubuh
(2) Jeda (beri waktu istirahat beberapa menit)
4) Menciptakan strategi
(1) Lontarkan pertanyaan
(2) Gerakkan pikiran hingga memperoleh jawaban
5) Tanya jawab belajar
Tanya jawab belajar dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan ini, seperti: apa yang terjadi, apa yang kalian pelajari, bagaimana cara menerapkan apa yang telah kalian pelajari.
Mengorkestrasikan keterampilan belajar untuk belajar
Ada lima keterampilan yang merangsang belajar, yaitu: konsentrasi terfokus, cara mencatat, organisasi dan persiapan tes, membaca cepat dan teknik mengingat. Untuk menerapkan kelima keterampilan tersebut, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1) Memanfaatkan gaya belajar V-A-K
2) Belajar dalam keadaan prima, pandangan baru dalam belajar, dan kondisi
konsentrasi yang santai 3) Mengorganisasi informasi
Berdasarkan dari paparan yang telah dikemukakan mengenai seputar Quantum Teaching (QT), dapat digeneralisasikan bahwa model ini berpijak pada satu
asas utama “Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan hantarkan dunia kita ke dunia
mereka”, dengan teknik TANDUR membawa suatu nuansa berbeda dalam
144
sebagai rumah yang indah untuk saling membelajarkan yang merupakan manifestasi hasil kerjasama antar siswa itu sendiri
Model QT ini juga dapat memadukan gaya belajar siswa yang berbeda-beda atau modalitas VAK dengan kompetensi intelligensi yang berbeda-beda pula pada setiap individu atau multiple intelligence, dimana pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan konteks dan isi dengan memasukkan unsur seni di dalamnya sesuai dengan dunia anak penuh dengan keriangan, kemeriahan, penghargaan atas setiap usaha, dan kebermaknaan (meaningfull).
Integrasi Video dalam Strategi Pembelajaran Kuantum untuk Meningkatkan Hasil Belajar Psikomotorik
Dalam kaitannya untuk meningkatkan gairah pembelajaran, diperlukan media yang menarik dan memotivasi. Media video diintegrasikan ke dalam strategi quantum, untuk memaksilkan hasil belajar terutama hasil belajar psikomotorik. Menurut Riyana (2007) media video pembelajaran adalah media yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran. Video merupakan bahan pembelajaran tampak dengar (audio visual) yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan/materi pelajaran. Dikatakan tampak dengar kerena unsur dengar (audio) dan unsur visual/video (tampak) dapat disajikan serentak.
Video yaitu bahan pembelajaran yang dikemas melalaui pita video dan dapat dilihat melalui video/VCD player yang dihubungkan ke monitor televisi (Sungkono 2003:65). Media video pembelajaran dapat digolongkan kedalam jenis media audio visual aids (AVA) atau media yang dapat dilihat dan didengar. Biasanya media ini
disimpan dalam bentuk piringan atau pita. Media VCD adalah media dengan sistem penyimpanan dan perekam video dimana signal audio visual direkam pada disk plastik bukan pada pita magnetik (Arsyad 2004:36).
145
informasi dapat diterima secara utuh sehingga dengan sendirinya informasi akan tersimpan dalam memory jangka panjang dan bersifat retensi. 2) Stand Alone (berdiri sendiri). Video yang dikembangkan tidak bergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain. 3) User Friendly (bersahabat/akrab dengan pemakainya). Media video menggunakan bahasa yang sedehana, mudah dimengerti, dan menggunakan bahasa yang umum. Paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. 4) Representasi Isi Materi harus benar-benar representatif, misalnya materi simulasi atau demonstrasi. Pada dasarnya materi pelajaran baik sosial maupun sain dapat dibuat menjadi media video. 5) Visualisasi dengan media Materi dikemas secara multimedia terdapat didalamnya teks, animasi, sound, dan video sesuai tuntutan materi. Materi-materi yang digunakan bersifat aplikatif, berproses, sulit terjangkau berbahaya apabila langsung dipraktikkan, memiliki tingkat keakurasian tinngi. 6) Menggunakan kualitas resolusi yang tinggi Tampilan berupa grafis media video dibuat dengan teknologi rakayasa digital dengan resolusi tinggi tetapi support untuk setiap spech sistem omputer. 7) Dapat digunakan secara klasikal atau individual Video pembelajaran dapat digunakan oleh para siswa secara individual, tidak hanya dalam setting sekolah, tetapi juga dirumah. Dapat pula digunakan secara klasikal dengan jumlah siswa maksimal 50 orang bisa dapat dipandu oleh guru atau cukup mendengarkan uraian narasi dari narator yang telah
tersedia dalam program.
Sedangkan karakteristik media video pembelajaran lainnya menurut Riyana (2007:7) adalah sebagai berikut:
1) Televisi/video mampu membesarkan objek yang kecil terlalu kecil bahkan tidak dapat dilihat secara kasat mata/mata telanjang.
2) Dengan teknik editting objek yang dihasilkan dengan pengambilan gambar oleh kamera dapat diperbanyak (cloning).
146
4) Televisi/video mampu membuat objek menjadi still picture artinya gambar/objek yang ditampilkan dapat disimpan dalam durasi tertentu dalam keadaan diam. 5) Daya tarik yang luar biasa televisi/video mampu mempertahankan perhatian
siswa/audience yang melihat televisi/video dengan baik dibandingkan dengan mendengarkan saja yang hanya mampu bertahan dalam waktu 25-30 menit saja. 6) Televisi/video mampu menampilkan objek gambar dan informasi yang paling
baru, hangat dan actual (immediacy) atau kekinian.
Sedangkan karakteristik media video pembelajaran menurut Arsyad (2004: 37-52) adalah sebagai berikut:
1) Dapat disimpan dan digunakan berulang kali.
2) Harus memiliki teknik khusus, untuk pengaturan urutan baik dalam hal penyajian maupun penyimpanan.
3) Pengoperasiannya relatif mudah
4) Dapat menyajikan peristiwa masa lalu atau peristiwa di tempat lain.
Bahan pembelajaran video sangat penting dan perlu dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah dasar, mengingat bahan pembelajaran ini mampu menyajikan unsur audio dan visual gerak secara serempak. Video sebagai bahan pembelajaran audio visual gerak akan mampu menarik perhatian dan motivasi siswa sekolah dasar dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Bahan pembelajaran video ini akan menjadi lebih menarik perhatian siswa karena mampu menyajikan objek-objek nyata yang lokasinya jauh, berbahaya, dan mungkin belum pernah dilihatnya.
147 REFRENSI
Arsyad, Azhar. (2004). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. De Porter, et al. (2005). Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum learning di
Ruang-ruang Kelas. Bandung: Mizan Pustaka.
Joyce, B., & Weil, M. (1996). Models of Teaching, 5th Edition. Boston: Allyn and Bacon.
Merrill, M. D., & Tennyson, R. D. (1977). Teaching Concepts: An Instructional Design Guide. Englewood Cliffs, New Jersey: Educational Technology Publications.
Nichols Baverly. (1994). Moving and Learning the Elementary School Physical Education Experience, Edisi ke-3, Mosby-Year Book, Inc.
PASI. (1993). Pedoman Dasar Melatih Atletik. Program Pendidikan dan Sistem Sertifikasi Pelatih Atletik.
Permendikbud No 81 Tahun 2013. (2013). Struktur Kurikulum 2013. Jakarta: Depdikbud
Riyana, Cheppy. (2007). Pedoman Pengembangan Media Video. Jakarta: P3AI UPI. Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. (2007). Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algesindo
Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan, Teoritis-Praktis, dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi