PENDAHULUAN
Kegiatan Ekskursi Bayah-Cibaliung, Banten pada ….. Desember 2014 ini merupakan bagian dari Kegiatan Perkuliahan TA-3011 (Genesa Bahan Galian) serta TA-5111 (Genesa Mineral). Kegiatan ekskursi ini ditujukan untuk memberikan wawasan kepada peserta perkuliahan (mahasiswa) tentang kenampakan endapan di lapangan, aktivitas pengelolaan dan pengusahaan bahan galian, serta interaksi dengan masyarakat lokal.
Pemilihan lokasi ekskursi di Provinsi Banten ini didasarkan kepada keberadaan beberapa endapan bahan galian, baik endapan bahan galian logam maupun bahan galian industri, yang terletak di Bayah-Cikotok-Malingping-Cibaliung, sehingga memungkinkan untuk dikunjungi dengan aksesibilitas yang tersedia.
Besar harapan kami agar mahasiswa yang mengikuti kegiatan ekskursi ini dapat mengambil hikmah dan manfaat dari kegiatan ini.
I.
GEOLOGI DAERAH BANTEN DAN SEKITARNYA
Van Bemmelen (1949) secara fisiografi membagi Jawa Barat menjadi 6 zona berarah barat-timur yaitu:
Gunungapi Kuarter
Zona ini merupakan batas antara Zona Bogor dan Zona Bandung berupa kumpulan gunungapi berumur Kuarter.
Dataran Pantai Jakarta
Zona ini memanjang dari timur di daerah Serang sampai Cirebon di barat dengan luas sekitar 40 km. Didominasi oleh endapan aluvial sungai dan lahar, serta dibeberapa tempat terdapat sedimen laut (marine) berumur Tersier yang terlipat lemah
Zona Bogor
Terletak di selatan Dataran Aluvial Jakarta berupa antiklinorium dari lapisan Neogen yang terlipat kuat dan terintrusi. Di bagian timur daerah ini dikelilingi oleh gunungapi muda seperti Kompleks Pegunungan Sunda.
Zona Bandung (Zona Depresi Tengah Jawa Barat)
Zona ini terbentuk oleh depresi antar pegunungan. Pegunungan yang membatasi depresi-depresi tersebut pada umumnya berupa tinggian yang tersusun atas batuan berumur Tersier. Zona ini juga sebagian terisi oleh endapan aluvial dan gunungapi muda yang terpotong oleh perbukitan dan punggungan dari batuan berumur Tersier.
Zona Pegunungan Bayah (Zona Punggungan Depresi Tengah)
Zona ini terletak di bagian baratdaya Jawa Barat. Morfologi yang dapat dijumpai pada Zona Pegunungan Bayah berupa kubah dan punggungan yang berada pada Zona Bandung.
Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat
II. STRATIGRAFI REGIONAL
Martodjojo (1984) membagi daerah Jawa Barat menjadi 3 mandala sedimentasi yaitu Mandala Paparan Kontinen, Mandala Cekungan Bogor dan Mandala Banten. Dasar pembagian mandala ini pada umumnya berdasarkan ciri penyebaran sedimen Tersier dari stratigrafi regional di Jawa bagian barat.
Mandala Paparan Kontinen di utara
Lokasi mandala ini sama dengan zona Dataran Pantai Jakarta dan terletak paling utara pada Zona Fisiografi van Bemmelen (1949). Mandala ini dicirikan oleh endapan paparan yang umumnya terdiri dari batugamping, batulempung, dan batupasir kuarsa, serta lingkungan pengendapan umumnya laut dangkal dengan ketebalan sedimen dapat mencapai 5000 m. Batas selatan Mandala paparan kontinen ini diperkirakan sama dengan penyebaran singkapan Formasi Parigi dan Cibinong, Purwakarta, sejajar dengan pantai utara. Bagian utara menerus ke lepas pantai, meliputi daerah pemboran minyakbumi di lepas Pantai Utara Jawa.
Mandala Cekungan Bogor di selatan dan timur
Mandala ini terletak di selatan Mandala Paparan Kontinen yang meliputi beberapa Zona Fisiografi van Bemmelen (1949), yakni: Zona Bogor, Zona Depresi Bandung, dan Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat. Mandala sedimentasi ini dicirikan oleh endapan aliran gravitasi, yang kebanyakan berupa fragmen batuan beku dan batuan sedimen, seperti: andesit, basalt, tuf, dan batugamping. Ketebalannya diperkirakan lebih dari 7000 m.
Mandala Banten di barat
Gambar 2. Penampang stratigrafi Utara-Selatan di Jawa Barat (Martodjojo, 1984)
Stratigrafi Cekungan Bogor dari tua ke muda terdiri dari Formasi Ciletuh, Formasi Bayah, Formasi Batuasih, Formasi Rajamandala, Formasi Jampang, Formasi Citarum, Formasi Saguling, Formasi Bantargadung, Formasi Cigadung, Formasi Cantayan, Formasi Bentang, Formasi Beser, Formasi Tambakan, dan Endapan Gunungapi Muda.
Formasi Ciletuh terdiri dari perselingan lempung dan pasir dengan sisipan breksi berumur Eosen.
Formasi Bayah diendapkan selaras dengan Formasi Ciletuh, terdiri dari batupasir konglomeratan dominan kuarsa pada lingkungan darat, berumur Oligosen Awal – Tengah.
Formasi Batuasih, diendapakan tidak selaras di atas Formasi Bayah, terdiri dari batulempung hitam dan serpih yang merupakan endapan laut dangkal. Formasi Rajamandala diendapakan saling menjari di atas Formasi Batuasih, berupa batugamping berumur Oligosen – Miosen.
Formasi Jampang terdiri dari breksi dan tuf, sedangkan Formasi Citarum berupa tuf dan greywacke.
Formasi Saguling diendapakan secara selaras di atas formasi di bawahnya, berupa breksi yang berumur Miosen Tengah.
Formasi Bantargadung menutup selaras di atas Formasi Saguling berupa batulempung dan greywacke pada Miosen Tengah bagian akhir.
Formasi Cigadung di bagian selatan terdiri dari breksi yang dominan berumur Miosen Akhir.
Formasi Cantayan di bagian utara terdiri dari breksi berselingan dengan batulempung dan batupasir yang diendapakan pada lingkungan laut dalam. Formasi Bentang diendapkan ketika daerah pegunungan di selatan mengalami penurunan dan genang laut pada Pliosen.
Formasi Beser, terdapat di daerah pegunungan bagian utara akibat terjadinya aktivitas gunungapi pada Pliosen.
Formasi Tambakan dan Endapan Gunungapi Muda terjadi akibat aktivitas gunungapi yang besar pada awal Pleistosen – Resen.
III. TEKTONIK DAN STRUKTUR GEOLOGI REGIONAL
Dari data stratigrafi dan tektonik regional, dapat disimpulkan bahwa Pola Meratus terbentuk pada 80-52 juta tahun yang lalu (Kapur- Paleosen) dan merupakan pola tertua di Jawa. Pola Meratus dihasilkan oleh tatanan tektonik kompresif akibat Lempeng Samudera India yang menunjam ke bawah Lempeng Benua Eurasia, dengan penunjaman berorientasi timurlaut-baratdaya. Arah tumbukan dan penunjaman yang menyudut menjadi penyebab sesar-sesar utama pada Pola Meratus bersifat sesar mendatar mengiri.
Gambar 3. Pola struktur Jawa Barat (Plunggono dan Martodjojo, 1994)
B. Pola Sunda
Pola Sunda berarah utara-selatan (N-S) terbentuk 53 sampai 32 juta tahun yang lalu (Eosen Awal – Oligosen Awal). Pola ini diwakili oleh sesar-sesar yang membatasi Cekungan Asri, Cekungan Sunda, dan Cekungan Arjuna.
C. Pola Jawa
Pola ini berarah barat-timur (E-W) terbentuk sejak 32 juta tahun yang lalu, diwakili oleh sesar-sesar naik seperti Baribis, serta sesar-sesar naik di dalam Zona Bogor pada zona fisiografi van Bemmelen (1949). Pola Jawa yang berarah barat-timur merupakan pola yang termuda yang mengaktifkan kembali seluruh pola sebelumnya. Pada umur Oligosen Akhir-Miosen Awal (32 juta tahun yang lalu), jalur tunjaman baru terbentuk di selatan Jawa yang menerus ke Sumatra (Karig, 1979 op. cit. Pulunggono dan Martodjojo, 1994) yang mengakibatkan Pulau Jawa mengalami gaya kompresi yang menghasilkan Zona Anjakan-Lipatan di sepanjang Pulau Jawa dan berlangsung sampai sekarang.
IV. URAIAN SINGKAT TENTANG OBJEK EKSKURSI Lokasi I. Tambang Emas Cikotok
Tambang emas Cikotok terletak Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak dimana mencapai tambang emas cikotok dapat menggunakan kendaraan roda 4 termaksud bus. Jarak tempuh dari ibu kota Provinsi Banten kurang lebih 135km, atau 120 km dari kota Rangkasbitung.
Cikotok sendiri telah dikenal sebagai kawasan tambang emas sejak lama. Daerah ini telah dikembangkan oleh Belanda sedikitnya sejak tahun 1836, termaksud tambang emas Cipicung, yang di sertai dengan pembangunan pabrik pengelolahan di pasir gombong oleh perusahaan swasta belanda N.V Mijinbouw Maatschaapy Zuid Bantam, dengan produksi pertama pada tahun 1839 dengan mengelola biji dari tambang emas Cikotok dan Cipicung.
Sebelumnya, penelitian geologis telah dilakukan sejak 1924 hingga 1930 oleh Ir. W.F. Oppenoorth yang dilanjutkan dengan pekerjaan eksplorasi dan pemetaan hingga 1936. Pada tahun inilah perusahaan Belanda N.V. Mijnbauw Maatschapij Zuid Bantam (MMZB) mulai membangun tambang emas hingga 1939 ketika terpaksa terhenti sampai 1942 akibat terjadinya Perang Dunia II.
Selama pendudukan Jepang 1942 – 1945, kegiatan tambang dikerjakan oleh perusahaan Jepang Mitsui Kosha Kabushiki Kaisha tetapi tidak menambang emas melainkan timah hitam timbal (Pb) di Cirotan. Penambangan timbal dilakukan Jepang untuk keperluan produksi amunisi.
Setelah Indonesia merdeka 1945, praktis penambangan tidak berlanjut hingga 1948, ketika Belanda datang kembali menguasai Indonesia. NV MMZB kembali masuk ke Cikotok tetapi kemudian tidak melanjutkan usahanya karena kondisi tambang yang sangat parah sejak ditinggalkan Jepang.
Di bawah pemerintahan Soekarno, akhirnya tambang emas Cikotok diresmikan pada 12 Juli 1958 dengan pengusahaan dikerjakan oleh NV Tambang Emas Tjikotok (TMT) yang berada di bawah manajemen NV Perusahaan Pembangunan Pertambangan (P3). Setelah beberapa kali berganti induk perusahaan, pada tanggal 5 Juli 1968 tambang emas Cikotok dikelola oleh PN Aneka Tambang (BUMN) yang lalu berubah menjadi PT Aneka Tambang sejak 1974 dan sekarang kemudian dikenal sebagai PT Antam.
Lokasi II. Batubara Kecamatan Bayah
Lokasi penelitian daerah Bayah terletak di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Endapan batu bara ditemukan pada formasi Bayah. Endapan batubara di wilayah Provinsi Banten terdapat di daerah Bayah, Bojongmanik, dan Cimandiri. Secara geologi batubara terendapkan di cekungan-cekungan kecil dalam Formasi Bayah dan Bojongmanik merupakan sisipan didalam lapisan batulempung, batulanau, dan batupasir. Sebaran dari formasi pembawa batubara di wilayah ini pada umumnya berada pantai selatan Jawa, mengikuti arah umum Timur-Barat dari Pulau Jawa. Sumberdaya batubara di wilayah Provinsi Banten ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Sumberdaya batubara di wilayah Provinsi Banten (dalam juta ton)
Kualitas CV
Endapan batu bara di daerah Banten terbagi menjadi dua bagian yaitu batu bara yang berumur paleogen dan batu bara yang berumur neogen. Batu bara berumur paleogen bernilai kalor 6500 – 7500 kkal/kg, tersebar di daerah Bayah, Gunung Madur, Cisawarna, Cihideung, Cimandiri, Cisiih, dan Cikadu. Batu bara neogen bernilai kalor sekitar 4600 – 5000 kkal/kg, tersebar di daerah-daerah Bojongmanik, Bambakarang, Cipanas, dan sekitarnya [Purawiardi,2006].
Kehadiran intrusi juga berpengaruh terhadap peringkat batu baranya. Sehingga batu bara yang berperingkat rendah terubah dan naik peringkatnya menjadi lebih tinggi. Peningkatan peringkat batu bara ini tergantung sekali pada jaraknya dengan tubuh batuan intrusif, terutama terkait dengan ukuran dan suhu batuan intrusif tersebut. Peringkat batu bara tersebut umumnya dikendalikan pada tingkat suhu batuan intrusif dengan kondisi tekanan tertentu (kedalaman batuan penutupnya). Peningkatan kedalaman, suhu dan tekanan pada periode waktu tertentu, mengakibatkan peningkatan peringkat batu bara. Batu bara neogen ditutupi lapisan penutup setebal 1.000 m (peringkat lebih rendah) dan batu bara paleogen tertutup setebal 4.000 m (peringkat lebih tinggi) [Santoso,2005].
Potensi sumber daya batu bara di Banten sekitar 13,3 juta ton, dalam bentuk sumber daya, tersebar di Kabupaten Lebak wilayah Banten bagian selatan. Secara umum Bayah memiliki cadangan pertambangan berkapasitas 10.975.000 ton [Data Distamben Lebak, 2008]. Kegiatan penambangan dilakukan dengan metode tambang bawah tanah.
Lokasi III, Tambang Emas Cibaliung Sumberdaya
Tambang emas Cibaliung terletak di ujung Barat Daya Pulau Jawa, di sebelah Timur Taman Nasional Ujung Kulon dan secara administratif berada di wilayah Desa Mangku Alam - Padasuka Kecamatan Cimanggu Kabupaten Pandedglang
Lokasi tambang berjarak ± 197 km dari Jakarta dan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda empat selama ± 4 jam perjalanan melalui jalan beraspal menuju Kecamatan Cibaliung dan Cimanggu
Kondisi topografi daerah tambang dan sekitarnya pada umumnya bergelombang (undulating) sampai berbukit dengan kisaran ketinggian 30-300 m di atas permukaan air laut. Perbukitan yang lebih tinggi terletak di sebelah Barat lokasi proyek (di luar WIUP) yaitu Gunung Honje ± 620 m yang masuk dalam Kawasan Taman Nasional Ujung Kulo
Resources emas yang dimiliki Tambang Emas Cibaliung diperkirakan sebesar 1,5 juta wmt bijih emas dengan kadarrata-rata 9,8 gr emas per ton, dengan umur tambang diperkirakan selama 6 tahun, dengan maksimum produksi 70.000 Toz (2.000 kg) emas
Tambang bawah tanah dengan Decline Access dan metode penambangan mekanis “cut and fill” dan “undercut and fill”.Gold prosesing dengan CIL proses
Saat ini CSD dalam Tahap Komersial Production, peleburan pertama (percobaan) tanggal 13 Mei 2010 dengan hasil bulion seberat 22,2 kg dengan kadar + 15 % Au.
Pengoperasian Tambang Emas Cibaliung diresmikan oleh Gubernur Banten pada tanggal 26 Mei 2010 dan Total Produksi Emas Tahun 2011 sebesar 679.2Kg dan Perak sebesar 3,911.9Kg
Kemajuan terowongan sampai akhir 2010 telah mencapai 3.074,1 m dari rencana 9.678,2 m. Kegiatan penambangan terowongan akan berakhir pada tahun 2017, apabila tidak ditemukannya cadangan baru.
Kegiatan pemboran dalam kawasan IUP Operasi Produksi terus dilakukan untuk menemukan cadangan baru guna menambah umur operasional Tambang Emas Cibaliung
Tambang Emas Cibaliung terletak di bagian tengah dari busur magmatik Sunda-Banda yang berumur Neogene. Batuan asal (host rock) pembawa bijih emas-perak adalah batuan Honje Volcanic dengan umur Akhir Miosen yang diterobos oleh subvolcanic andesit-diorit berupa "plug" atau "dike" dan kadang terpotong oleh "diatreme breccia". Menumpang tidak selaras di atas batuan asal ini berupa dacitic tuff, sediment muda, dan aliran lava basalt yang berumur Miosen Kuarter
kaya cadangan emas ini memiliki ukuran tebal 1-10 m, panjang 140-200 m, kedalaman sampai lebih 300 m dan masih menerus ke bawah. Tubuh yang kaya cadangan emas Cikoneng-Cibitung ini berupa "dilational jogs" dan "sigmoid bends" yang terbentuk dari perpotongan patahan Barat-Barat Laut, Utara-Barat Laut, dan Utara-Timur Laut. Bijih emas dan perak di Cikoneng-Cibitung terjadi oleh beberapa fase urat kuarsa "low sulfidation adularia-sericite" dalam sistem epitermal
Kabupaten Purwakarta
Secara Geografis Kabupaten Purwakarta terletak antara koordinat lat/lon (6o25’-6o45’) LS dan (107o30’- 107o40’) BT dengan administratif :
Sebelah Utara : Kabupaten Karawang
Sebelah Barat : Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Sebelah Selatan : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur Sebelah Timur : Kabupaten Sumedang.
Data pemanfaatan lahan Kabupaten Purwakarta tahun 2002
Kondisi Geologi
Daerah Purwakarta sebagian besar termasuk ke dalam zona Bogor yang memanjang barat melalui Bogor hingga Jawa Tengah. Satuan geomorfologi dibagi menjadi :
- Satuan geomorfologi Kerucut intrusi di sebelah baratdaya Purwakarta.
- Satuan geomorfologi dataran, yang terletak di bagian selatan daerah Plered, sepanjang sungai Cikao, dan bagian hilir sungai Ciherang.
- Satuan geomorfologi perbukitan sedimen volkanik, meliputi bagian timur dan barat dan sebagian kaki gunung Burangrang, Gunung Sunda, dan Gunung Sanggabuana dengan pola punggungan tak teratur dan berbentuk lembah V. - Satuan geomorfologi perbukitan landai sedimen klastik terlipat, meliputi bagian
Litologi Purwakarta terdiri batuan sedimen klastik berupa batu pasir, batu gamping, batu lempung, kbatu pasir-konglomeratan, batuan volkanik berupa tuff, breksi volkanik, batuan beku trobosan ( andesit, diorite, vetrofir, basal, gabro di baratdaya Purwakarta), batu lempung-napalan, konglomerat, lava.
Napal, batu pasir kuarsa merupakan batuan tertua di daerah yang tersebar di tepi waduk Jatiluhur dengan perselingan batupasir kuarsa dan batu napal. Batu lempung berumur lebih muda ( miosen atas) di baratlaut dan timur purwakarta.
*trass : berbagai berwarna terang abu vulkanik menyerupai pozzolana, digunakan dalam pembuatan semen tahan air.
Lokasi IV Tambang Quary Andesit Gunung Kecapi
Batu andesit termasuk jenis batuan beku kategori menengah (intermediet) sebagai hasil lelehan magma diorite. Peranan bahan galian batu andesit penting sekali di sector konstruksi terutama dalam pembangunan infrastruktur seperti jalanraya, saluran air, gedung, fasilitas umum, dll.magma diorite merupakan magma terpenting dalam golongan alkali basa sebagai sumber terbentuknya andesit. Lelehan magma tersebut merupakan kumpulan mineral silikat yang menghablur akibat pendigingan pada temperature (1500-2500)oC. andesit berkomposisi mineral feldspar plagioklas jenis kalium feldspar, natrium plagioklas, kuarsa, feldspatoid, dan mineral ikutan hornblende. Andesit bertekstur afanitik, mikrokristalin, dan umunya berwarna gelap.
Komposisi batu andesit
Senyawa Kimia Komposisi (%) Senyawa Kimia Komposisi (%)
SiO2 47,55 K2O 2,1
Al2O3 18,37 TiO2 0,59
Fe2O3 8,19 P2O3 0,22
CaO 7,11 MnO 0,3
MgO 2,25 H2O 0,52
Gambar salah satu blok PT Gn Kecapi
Lokasi V Tambang Emas PT Mas Rusyati Abadi
Lokasi tambang emas PT Mas Rusyati Abadi terletak di kampung Tajur Sindang dengan menempuh perjalanan melewati jalan antar desa selama 30 menit dari tambang quary andesit PT Gunung Kecapi.
Genesha emas pada system endapan epithermal
2 sistem endapan ephitermal yaitu tipe high sulfidation dan low sulfidation. Tipe high sulfidationterbentuk pada leached silisic rock yang berasosiasi dengan fluida asamdalam lingkungan vulkanik-hidrotermal. Dalam low sulfidation fluida pembawa bijih mengalami penetralan akibat interaksi dengan air meteorik (Hedenquist, 1996).
tertutup dan dilatasi yang bersifat terbuka akan menjadi zona lemah untuk digunakan sebagai jalan dari magma sehingga membentuk intrusi porfiri. Intrusi porfiri merupakan sumber panas pada system hidrotermal dan akan berlanjut pada fase akhir dan berperan pembentukan system mineralisasi epitermal (Corbett dan Leach, 1995).
Mineralogy low sulfidation dan high sulfidation memiliki beberapa kemiripa, tetapi ada sedikit perbedaan mineralogy bijih yang merupakan kondisi redoks dari fluida hidrotemal. Contoh arsenopirit dan high Fe-spalerit sangat umum dijumpai pada low sulfidasi. Sedang pada high sulfidasi banyak dijumpai Cu-As seperti enargit dan luzonit.
Low sulfidasi High sulfidasi
Host rock Andesit-riodasit Andesit-riodasit dominasi magma
cald-alkaline
Control geologi Sesar dan rekahan dekat kaldera Sesar utama regional dan subvolcanic intrusion
Susu
pembentukan 150
o-250o 100o-320o
Fluida <1wt% NaCl eq., gas rich (dangkal)
3 sampai 10wt% NaCl eq., (dalam) <2 wt.% NaCl., gasrich (dangkal)4sampai 15wt% NaCl eq., (dalam) Karakteristik
mineralisasi Open space fillinf dengan kontak litologi tegas Umumnya memperlihatkan multi stage
tekstur Crustiform banding, fine comb texture, colloform banding, bladed quartz-chalcedony, vein breccia
Fluida bijih Air meteoric berinteraksi dengan fluida magmatic, pH mendekati netral,
Gambar 1 merupakan indikasi umum dari boiling pada low sulfidasi (lattice-bladed) Gambar 2 banding
Gambar 3 cavity filling oleh crustiform quartz Gambar 4,5 silica sinter
Lokasi VI tambang galena dan sphalerit
Pusing mas mau bicara apa hehehe….. messo thermal
Sumber:
1. http://regest.wordpress.com/2009/08/02/batu-bara-bayah-banten-selatan/
2. Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Indonesian Coal Book 2010/2011, Petromindo.com, 2010, 385 p.
3. http://disbudpar.bantenprov.go.id/place/tambang-emas-cikotok
4. http://pertambangan-geologi.blogspot.com/2012/04/sekilas-tentang-tambang-emas-cibaliung.html
5. http://blog.fitb.itb.ac.id/BBrahmantyo/?p=468