• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN - Peluang Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Bali Barat melalui Pengungkapan Keanekaragaman Hewan Mamalia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "I. PENDAHULUAN - Peluang Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Bali Barat melalui Pengungkapan Keanekaragaman Hewan Mamalia"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Peluang Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Bali Barat

melalui Pengungkapan Keanekaragaman Hewan Mamalia

Maharadatunkamsi

Bidang Zoologi

Pusat Penelitian Biologi-LIPI Jl. Raya Jakarta Bogor Km. 46 Cibinong, Bogor 16911

Ph. (021)8765056; 0812 925 0653 email: datun_mzb@yahoo.com

Abstrak

Kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) merupakan salah satu obyek wisata yang terletak di Kabupaten Buleleng dan Jembrana, Propinsi Bali. TNBB memiliki daya tarik dan kekayaan alam yang beranekaragam sehingga layak dikembangkan menjadi suatu wilayah ekowisata yang menarik. Dalam rangka mendukung pengelolaan TNBB khususnya pengembangan kegiatan ekowisata, maka informasi potensi keanekaragaman hayati di dalamnya perlu diungkapkan. Terkait permasalahan ini, telah dilakukan penelitian pada tahun 2012 dan 2013 bertujuan untuk menginventarisasi jenis dan potensi fauna mamalia di TNBB. Kombinasi pengamatan langsung dan penangkapan berhasil mencatat sebanyak 20 jenis hewan mamalia berasal dari 6 lokasi penelitian di TNBB. Keanekaragaman hewan mamalia ini menjadi daya tarik dan mempunyai nilai jual untuk wisatawan dan sekaligus dapat dipakai sebagai upaya untuk mendorong kesadaran penduduk sekitarnya terhadap pentingnya keanekaragaman hayati. Pengelolaan ekowisata yang berwawasan lingkungan dapat membantu mempertahankan kelangsungan pemanfaatan sumberdaya hayati TNBB secara lestari.

Kata kunci: Ekowisata, potensi, mamalia, konservasi, TNBB.

I. PENDAHULUAN

(2)

(15.587,89 Ha) dan perairan (3.415 Ha) ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1995 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 493/Kpts-II/1995 (Taman Nasional Bali Barat 2015). Keanekaragaman jenis hayati di dalamnya baik flora maupun fauna merupakan salah satu kekayaan yang dapat dikembangkan. Informasi dan brosur yang tersebar telah mencantumkan beberapa fauna TNBB sebagai salah satu promosi pariwisata yang ditawarkan seperti jalak bali, rusa timor dan jelarang. Namun demikian kegiatan inventarisasi fauna secara menyeluruh belum pernah dilakukan di TNBB shingga informasi tentang faunanya belum banyak terungkap.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka telah dilakukan penelitian tentang jenis-jenis hewan mamalia dan sebarannya di TNBB. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisi kebutuhan akan data dasar jenis dan sebaran hewan mamalia di berbagai tempat di TNBB yang berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut untuk ekowisata, di mana diharapkan salah satu dampaknya adalah adanya keterlibatan masyarakat setempat dalam kegiatan ekowisata sebagai alternatip mengurangi ketergantungan masyarakat pada pemanfaatan langsung sumber daya hutan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pijakan untuk memaksimalkan upaya konservasi TNBB.

II.METODA

Penelitian dilakukan dalam bulan April 2012 dan Mei 2013 pada 6 lokasi di TNBB yang banyak dikunjungani oleh wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. Masing-masing plot diamati selama 4 hari.

Detail koordinat untuk setiap plot pengamatan adalah sebagai berikut (Gambar 1): 1. Pantai dan bumi perkemahan Cekik.

(08o11'22,1"LS; 114o26'25,3"BT - 08o09'24,0"LS; 114o26'47,1"BT). 2. Teluk Terima.

(08o09'28,2"LS; 114o31'55,0"BT - 08o09'31,9"LS; 114o32'00,2"BT). 3. Tegal Bunder.

(08o09'32,3"LS; 114o29'12,5"BT - 08o10'19,8"LS; 114o26'31,7"BT). 4. Prapat Agung.

(08o08'11,9"LS; 114o26'40,5"BT - 08o08'02,1"LS; 114o26'50,1"BT). 5. Menjangan Resort.

(08o08'55,2"LS; 114o33'15,9"BT - 08o08'39,2"LS; 114o33'03,8"BT). 6. Air Terjun Gerojogan.

(3)

Gambar 1. Peta lokasi penelitian dan kawasan Taman Nasional Bali Barat (Sumber: Taman Nasional Bali Barat 2015).

Pada dasarnya inventarisasi hewan mamalia dalam suatu wilayah dilakukan dengan cara kombinasi antara pengamatan dan penangkapan (Jones et al. 1996, Stephens & Anderson 2014). Metode pengamatan efektif untuk inventarisasi hewan mamalia besar, sedangkan untuk hewan mamalia kecil dilakukan penangkapan dan pengamatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi pengamatan langsung dan penangkapan dengan detail sebagai berikut:

1. Penjelajahan lapang.

Penjelajahan lapang dilakukan untuk mengetahui jenis dan keberadaan hewan mamalia melalui perjumpaan langsung, jejak kaki, suara yang terdengar dan kotoran hewan. Pengamatan dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi hari pukul 06.00-12.00 dan malam hari pukul 16.00-21.00.

2. Penangkapan.

(4)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini sebanyak 20 jenis hewan mamalia berhasil dicatat dari 6 plot pengamatan yaitu: Cekik, Teluk Terima, Tegal Bunder, Prapat Agung, Menjangan Resort dan air terjun Grojokan. Jumlah spesies yang paling banyak adalah kelompok Chiroptera/kelelawar yang terdiri dari 11 jenis meliputi 4 suku, kemudian diikuti oleh Artiodactyla/berkuku genap dengan 4 jenis meliputi 3 suku, Primata 2 jenis terdiri dari 1 suku dan Rodentia/pengerat 3 jenis terdiri dari 2 suku (Tabel 1).

Dari jumlah tersebut terdapat 5 jenis yang masuk dalam daftar hewan yang dilindungi yaitu lutung budeng (Trachypithecus auratus), rusa timor (Rusa timorensis), kijang (Muntiacus muntjak), kancil (Tragulus javanicus) dan jelarang (Ratufa bicolor). Berdasarkan kriteria IUCN Red List of Threatened Species, rusa timor dan lutung budeng masuk dalam kategori vulnerable/rawan; kalong (Pteropus vampyrus) dan jelarang (R. bicolor) masuk dalam kategori near threatened/hampir terancam (IUCN 2014). Sedangkan jenis mamalia lainnya masuk dalam kategori least concern/resiko rendah. Empat jenis masuk ke dalam CITES Appendix 2, yaitu monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), lutung budeng (T. auratus), kalong (P. vampyrus) dan jelarang (R. bicolor) (CITES 2015). Dengan ditemukannya jenis-jenis yang masuk dalam kategori hewan lindungan, CITES dan IUCN menunjukkan bahwa TNBB merupakan habitat penting untuk pelestarian hewan mamalia.

Hewan mamalia mempunyai berbagai peranan penting bagi kehidupan manusia, baik peranan ekologis maupun ekonomis. Selain itu, juga berfungsi sebagai bio-indikator bagi kondisi lingkungan karena hewan mamalia memiliki respon dan kedudukan dalam lingkungan (Hewitt & Mayanishi 1997, Maharadatunkamsi 2012, Badgley et al. 2014). Secara ekologis, hewan mamalia mempunyai peranan penting dalam rantai makanan sebagai konsumen, pemangsa, penyerbuk, pemencar biji dan mangsa untuk karnivora. Berbagai jenis hewan mamalia ini turut berperan dalam menjaga dan memulihkan kondisi vegetasi ekosistem di TNBB.

Kelelawar pemakan buah (Megachiroptera) memiliki peran ekologis penting dalam ekosistem TNBB, yaitu sebagai pemencar biji dan penyerbuk bunga. Dalam kawasan TNBB tercatat 5 jenis kelelawar pemakan buah (Tabel 1). Sistem pencernaannya yang unik dan berlangsung cepat menyebabkan biji yang keluar bersama kotoran menjadi lebih cepat berkecambah. Di samping itu kemampuan terbangnya yang cukup jauh menjadikan kelelawar sebagai hewan yang efektif dalam menyebarkan biji (Maharadatunkamsi 2012). Tikus dan jelarang juga membantu dalam pemencaran biji. Kelelawar pemakan serangga (Microchiroptera) tercatat sebanyak 6 jenis (Tabel 1) mempunyai fungsi alamiah sebagai pengendali populasi serangga di alam, termasuk serangga hama. Dengan memakan serangga, mereka dapat membantu mengatur keseimbangan ekosistem dalam pengendalian populasi serangga termasuk serangga hama yang merugikan (Healy 1994, Rakotoarivelo et al. 2007).

(5)

tumbuhan yang dimakannya (Farida et al. 2003, Semiadi 2006, Farida 2013). Dua jenis primata di TNBB yaitu lutung budeng (T. auratus) dan monyet ekor panjang (M. fascicularis) mempunyai peranan penting dalam menjaga kelestarian hutan. Mereka membantu penyebaran biji tumbuhan di hutan karena mengkonsumsi buah dan daun (Setiawan et al. 2007, Gunawan et al. 2008, Harding 2010).

Daya tarik yang dimiliki masing-masing jenis mamalia seperti rusa (R. timorensis), muntjak (M. muntjak), kancil (T. javanicus), lutung budeng (T. auratus), monyet ekor panjang (M. fascicularis), jelarang (R. bicolor) dan kalong (P. vampyrus) merupakan nilai jual untuk ekowisata. Pengunjung akan merasa puas jika dalam kunjungannya berhasil menikmati atraksi alam terutama melihat mamalia dan satwa liar lainnya. Kegiatan ekowisata melalui pengamatan mamalia di alam bebas sangat mendukung pemasukan daerah Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Buleleng namun belum dimanfaatkan secara optimal. Selain itu, pemanfaatan ekowisata merupakan bentuk pemanfaatan non-eksploitatif sehingga prinsip perlindungan masih dapat dijaga dan dipertahankan.

Dalam rangka mendukung pengelolaan TNBB khususnya dalam pengembangan kegiatan ekowisata dengan objek berupa keanekaragaman hayati dan sekaligus salah satu upaya pemecahan masalah dalam pengurangan ketergatungan langsung penduduk akan sumberdaya hutan maka informasi dan data hewan mamalia yang terdapat di kawasanTNBB merupakan salah satu potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa TNBB mempunyai potensi besar bagi pengembangan ekowisata, meskipun belum sepenuhnya dikembangkan. Ekowisata yang sudah berjalan di TNBB berupa kegiatan safari di mana pengunjung melakukan penjelajahan untuk melihat dari dekat satwa yang ada di TNBB seperti rusa, kijang, lutung budeng, monyet ekor panjang, jelarang dan berbagai jenis burung.

(6)

terlibat dapat tercapai usaha ekowisata yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan lestari bertumpu pada sumberdaya hayati TNBB sebagai atraksi. Hal ini juga sekaligus untuk menjawab kekhawatiran terhadap ekowisata yang jika hanya dilakukan untuk mengejar keuntungan semata dapat menimbulkan permasalahan pada kerusakan lingkungan, kerugian di bidang konservasi dan masuknya pengaruh negatif terhadap budaya masyarakat lokal (Retnowati 2004).

Tabel 1. Daftar jenis hewan mamalia dan lokasi persebarannya di Taman Nasional Bali Barat hasil survei April 2012 dan Mei 2013.

Species Plot Pengamatan Keterangan Status Konservasi

1 2 3 4 5 6 RI IUCN CITES

(1) Pantai dan bumi perkemahan Cekik, (2) Teluk Terima, (3) Tegal Bunder, (4) Prapat Agung, (5) Menjangan Resort dan (6) Air Terjun Gerojogan.

d: detection/terlihat, s: sound/suara, fp: footprint/jejak, f: faeces/kotoran.

nt:near threatened, lc: least concern, vu: vulnerable, dd: data deficient (IUCN Red List 2014) Appendix CITES 2015

(7)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Potensi hewan mamalia di kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) merupakan salah satu daya tarik ekowisata. Hewan mamalia yang berjumlah paling tidak 20 jenis menggambarkan khasanah kekayaan flora dan fauna yang di dalamnya. Faktor lain yang dapat menjadi penambah daya tarik adalah status konservasi dan kelangkaan beberapa jenis mamalianya. Agar tujuan ekowisata tercapai, maka dalam pengelolaannya diperlukan upaya yang komprehensif dan terpadu secara konsisten dengan melibatkan para pelaku bisnis, LSM dan masyarakat lokal. Selain itu pengetahuan dan pemahaman para petugas TNBB, masyarakat dan pemandu lokal dapat ditingkatkan melalui pelatihan dengan memberikan bekal pengetahuan terhadap pengenalan jenis, perilaku dan berbagai aspek biologi lainnya.

V. DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H.S. 1986. Kemungkinan Pengembangan Atraksi Satwa Liar Bagi Pengunjung Taman Nasional. Media Konservasi 1(16):20-23.

Badgley, C., Smiley, T.A. & Finarelli, J.A. 2014. Great Basin mammal diversity in relation to landscape history. Journal of Mammalogy 95(6): 1090-1106.

CITES. 2015. (Online), http://www.cites.org, diakses 11 Maret 2015.

Fandeli, C. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Farida, W.R. 2013. Diversity of Forest Plants as Feed Resources and Habitat of Protected Mammals in

Gumai Pasemah Wildlife Sanctuary, Lahat Regency, South Sumatera. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung (hlm 447-456). Tanjung Karang: Universitas Lampung.

Farida, W.R., Setyorini L.E. & Sumaatmadja, G. 2003. Habitat dan Keragaman Tumbuhan Pakan Kancil (Tragulus javanicus) dan Kijang (Muntiacus muntjak) di Cagar Alam Nusakambangan Barat dan Timur. Biodiversitas 4(2): 97-102.

Francis, C. 2008. A Guide to the Mammals of South-east Asia. Princeton, New Jersey and Oxford, United Kingdom: Princeton University Press.

Gunawan., A.G. Kartono & I. Maryanto. 2008. Keanekaragaman mamalia besar berdasarkan ketinggian tempat di Taman Nasional Gunung Ciremai. Journal Biologi Indonesia 4(5): 321-334. Harding, L.E. 2010. Trachypithecus cristatus (Primates: Cercopithecidae). Mammalian Species 42(1):

149-165.

Healy, S. 1994. Foraging and storing. In: Halliday, T. and A. Pressley (Eds). Animal Behavior (hlm 43-57). Norman, USA: The University of Oklahama press.

Hewitt, N. & Miyanishi, K. 1997. The role of mammals in maintaining plant species richness in a floating Typha marsh in southern Ontario. Biodiversity Conservation 6(8): 1085-1102.

IUCN Redlist of Threatened Species. 2014. (Online), http://www.iucnredlist.org/, diakses 11 Maret 2015.

(8)

Rakotoarivelo, A.A., Ranaivoson, N., Ramilijaona, O.R., Kofoky, A.F., Racey, P.A. & Jenkins, R.K.B. 2007. Seasonal Food Habits of Five Sympatric Forest Microchiropterans in Western Madagascar. Journal of Mammalogy 88(4): 959-966.

Retnowati, E. 2004. Ekoturisme di Indonesia: Potensi dan Dampak. Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian Pemanfaatan Jasa Hutan dan Non Kayu Berbasis Masyarakat sebagai Solusi Peningkatan dan Pelestarian Hutan (hlm 95-120). Bogor: Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam.

Semiadi, G. 2006. Biologi Rusa Tropis. Pusat Penelitian Biologi. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Setiawan, A., Djuwantoko, A.W., Bintari, Y.W.C., Kusuma, S., Pudyatmoko & Imron, M.A. 2007. Population and distribution of Rekrekan (Presbytis fredericae) in the Southern Slope of Mt.Slamet.

Biodiversitas 8(4): 305-308.

Stephens, R.B. & Anderson, E.M. 2014. Habitat associations and assemblages of small mammals in natural plant communities of Wisconsin. Journal of Mammalogy 95(2): 404-420.

Suryandari, E.Y. 2005. Peluang usaha ekowisata Cagar Alam/Taman Wisata Alam Kawah Ijen di Kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan 2 (1):13-26.

Suyanto, A. 2002. Mamalia di Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. Bogor: LIPI JICA PHKA JICA Joint Project for Biodiversity Conservation in Indonesia.

Gambar

Gambar 1. Peta lokasi penelitian dan kawasan Taman Nasional Bali Barat (Sumber: Taman Nasional Bali Barat 2015)
Tabel 1. Daftar jenis hewan mamalia dan lokasi persebarannya di Taman Nasional Bali Barat hasil survei April 2012 dan Mei 2013

Referensi

Dokumen terkait

Pada akhirnya analisis peta capaian mutu Standar Nasional Pendidikan (SNP) Kabupaten Karangasem ini diharapkan dapat menjadi baseline pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan serta didukung oleh beberapa hasil penelitian terdahulu maka dapat dikatakan bahwa penerapan sistem keselamatan kerja yang baik

Setelah dilakukan penelitian terhadap penerapan lingkungan kerja pada PT.Indah Kiat Pulp & Paper, Perawang dapat diketahui skor dari penerapan lingkungan kerja

lingkungan dengan derajat keasaman, suhu, dan kadar garam yang sangat tinggi....  Beberapa hidup pada kedalaman laut di daerah dekat “rift vent “ dengan suhu diatas 100

Menurut Febby (2014) faktor produksi yang berpengaruh terhadap operasi perikanan jaring cumi di PPI Muara Angke, Jakarta adalah BBM dan konstruksi alat tangkap, sedangan

ijtihad hanya menunjukkan bahwa kedudukan Nabi tidaklah berbeda dengan manusia biasa dalam berfikir sedang perbedaan terletak pada wahyu yang diberikan

13/24/DNPN/2011 yang memaparkan penilaian tingkat kesehatan bank dengan metode RGEC, dimana surat edaran ini adalah tindak lanjut dari peraturan yang sebelumnya telah

Pada perancangan sensor detak jantung dibutuhkan sensor yang mampu mendeteksi detak jantung melalui peredaran darah dengan memanfaatkan sensor cahaya dam optik,