BAB II
Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini peneliti menggunakan tinjauan kepustakaan untuk melihat hasil
penelitian yang telah dilakukan mengenai strategi adaptasi dan becak bermotor.
Penelitian tentang strategi adaptasi dilihat pada petani garam, bandar judi togel, orang
minang terhadap bahasa, makanan, dan norma masyarakat jawa, transmigrasi jawa di
Sungai Beremas, penjaga perlintasan kereta api, nelayan, masyarakat kutai terhadap
lingkungan dalam menentukan pemukiman, masyarakat miskin, dan pekerja jepang
terhadap culture shock. Sedangkan becak bermotor dikaji berdasarkan pengetahuan
tentang sejarah becak bermotor di Indonesia dan mancanegara.
2.1. Strategi Adaptasi
Marzali (2003) menjelaskan secara luas bahwa strategi adaptasi adalah
merupakan perilaku manusia dalam mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki
dalam menghadapi masalah - masalah sebagai pilihan - pilihan tindakan yang tepat
guna sesuai dengan lingkungan sosial, kultural, ekonomi, dan ekologi dimana mereka
hidup. Soerjono soekanto (2000) memberikan beberapa batasan pengertian dari
adaptasi sosial:
1. Proses mengatasi halangan - halangan dari lingkungan
2. Penyesuaian terhadap norma - norma untuk menyalurkan ketegangan
3. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan
5. Memanfaatkan sumber - sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan
sistem.
6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah
Dari batasan - batasan diatas, disimpulkan bahwa adaptasi merupakan proses
penyesuaian - penyesuaian dari individu, kelompok maupun unit sosial, terhadap
norma - norma, proses perubahan, ataupun suatu kondisi yang diciptakan. lebih lanjut
tentang proses penyesuaian tersebut, Aminuddin menyebutkan bahwa penyesuaian
dilakukan dengan tujuan tertentu, diantaranya:
1. Mengatasi halangan - halangan dari lingkungan
2. Menyalurkan dari ketegangan sosial
3. Mempertahankan kelangsungan keluarga / unit sosial
4. Bertahan hidup
Kapasitas manusia untuk beradaptasi ditunjukkan dengan usahanya untuk
mencoba untuk mengelolah dan bertahan dalam kondisi lingkungannya. Dalam
soemarwoto (2004) dijelaskan untuk dapat bertahan dan menjaga kelangsungan
hidup, setiap individu harus peka terhadap perubahan yang ada di lingkungan. Hal ini
dikarenakan kelangsungan untuk beradaptasi mempunyai nilai bagi kelangsungan
setiap makhluk hidup di dunia. Makin besar kemampuan beradaptasi, makin besar
pula kelangsungan suatu jenis.
Adaptasi dan perubahan adalah dua mata sisi uang yang tidak terpisahkan bagi
dalam kondisi lingkungan yang senantiasa berubah. Bennett (1976) dan Pandey
(1993) memandang adaptasi sebagai suatu perilaku responsif manusia terhadap
perubahan - perubahan lingkungan yang terjadi. Perilaku responsif tersebut
memungkinkan mereka dapat menata sistem - sistem tertentu bagi tindakan atau
tingkah lakunya, agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada.
Perilaku tersebut diatas berkaitan dengan kebutuhan hidup, setelah sebelumnya
melewati keadaan - keadaan tertentu dan kemudian membangun suatu strategi serta
keputusan tertentu untuk menghadapi keadaan - keadaan selanjutnya. Dengan
demikian, adaptasi merupakan suatu strategi yang digunakan oleh manusia dalam
masa hidupnya guna mengantisipasi perubahan lingkungan baik fisik maupun sosial.
Sebagai suatu proses perubahan, adaptasi dapat berakhir dengan sesuatu yang
diharapkan atau tidak diharapkan. oleh karenanya, adaptasi merupakan suatu sistem
interaksi yang berlangsung terus antara manusia dengan manusia, dan antara manusia
dengan ekosistemnya. Dengan demikian, tingkah laku manusia dapat mengubah suatu
lingkungan atau sebaliknya, lingkungan yang berubah memerlukan suatu adaptasi
yang selalu dapat diperbaharui agar manusia dapat bertahan dan melangsungkan
kehidupan di lingkungan tempat tinggalnya. (Bennett 1976).
Beberapa penelitian strategi adaptasi yang dilakukan oleh para peneliti, antara
lain: Haryatno (2012) menjelaskan bahwa petani garam di Desa Kuwuh melakukan
adaptasi kultural. Dalam adaptasi kultural, petani garam tidak hanya menghindari
bahaya yang ada di lingkungan. Namun juga penggunaan teknologi yang dimiliki
1. Siwur, digunakan untuk mempermudah pengambilan garam dalam sumur
penampungan. Siwur terbuat dari batok kelapa yang dibelah menjadi dua dan
diberi lubang untuk pegangan tangan yang berasal dari bambu apus. Pemilihan
bahan tersebut digunakan dikarenakan bahan tersebut tidak cepat rusak apabila
terkena air garam.
2. Klakah, digunakan oleh petani garam untuk menjemur air garam di bawah sinar
matahari. Klakah terbuat dari bambu peting yang dibelah menjadi dua. Untuk
panjang klakah yang dibuat petani garam antara satu dan lainnya mempunyai
ukuran berbeda, hal ini bertujuan untuk mempermudah penumpukan apabila turun
hujan dan agar terlihat rapi. Pemilihan media bambu sebagai tempat menjemur air
garam, karena hasil yang di dapat lebih bersih dan tidak tercampur dengan tanah.
Dalam penggunaan peralatan pembuatan garam, salah satu kendala yang dialami
petani garam adalah sering terjadi kerusakan pada kelakah. Hal ini dikarenakan
klakah merupakan peralatan sederhana dan digunakan turun temurun. Salah satu
upaya yang dilakukan untuk mengganti adalah menggunakan seng atau pipa
paralon, namun hasil yang di dapat tidak sesuai dengan yang di harapkan.
3. Kepyur, berfungsi sebagai alat untuk mempercepat pembentukan butiran garam di
dalam klakah sewaktu di jemur. Kepyur terbuat dari merang padi diikat dengan
menggunakan bilahan bambu apusdan di beri pegangan tangan di bawahnya. Cara
penggunaan kepyuradalah dengan menabur naburkan bersama dengan air blengdi
atas klakahpada saat butiran garam mulai membentuk.
dengan ujungnya dibuat agak meruncing. Pada ujung sebuah kerik dibuat tidak
sama, salah satu ujung dibuat meruncing dan salah satu ujungnya dibuat tumpul.
Tujuannya adalah untuk mempermudah pengambilan butiran garam pada klakah
yang sulit di jangkau.
5. Blonjong,digunakan untuk mentiriskan garam agar terpisah antara air garam yang
masih tercampur dengan butiran garam. Blonjong terbuat dari anyaman bambu
pada sisi kiri, kanan dan bawahnya terdapat lubang kecil yang berfungsi sebagai
tempat keluarnya air garam yang masih tercampur dengan butiran garam saat
selesai dipanen.
6. Ngaron, digunakan untuk menampung air blengdari blojong. Ngaronterbuat dari
tanah liat mempunyai ukuran ± 15 cm, sangat sesuai untuk tempat menampung air
blengdari blonjong.
7. Payon, digunakan untuk menutup klakah agara terlindung dari air hujan, sehingga
air garam yang ada di dalam klakah tidak tercampur dengan air hujan. Payon
terbuat dari rumput alang - alang yang disusun rapat dan diikat dengan
menggunakan bilahan bambu apus.
Dengan adanya problem lingkungan dan teknologi, usaha yang dilakukan untuk
menghadapi permasalahan tersebut diwujudkan melalui perilaku - perilaku dalam
aktifitas pembuatan garam. Perilaku - perilaku tersebut adalah melakukan
penimbunan garam, membuat peralatan pembuat garam sendiri, dan mencari
mencakup perubahan cuaca yang tidak menentu, kondisi lumpur yang selalu
berubah dan karakteristik air garam.
Azania (2013) menjelaskan bahwa bandar judi togel di kota Pasuruan
melakukan adaptasi kultural dengan cara bergaul, mendekati, dan melakukan
“backing” dari aparat (oknum tentara maupun polisi), kemudian membayar mereka
agar dapat memberikan perlindungan bagi jaringan judi togel yang menjadi
tanggungjawab bandar wilayah. Hal tersebut dilakukan bandar wilayah agar terhindar
dari penangkapan atau penggerebekan yang bisa mengancam sumber - sumber
kebutuhannya, dalam hal ini yakni mekanisme judi togel itu sendiri. Bandar wilayah
memiliki peran yang penting dalam keberlangsungan aktivitas judi togel. Selain
mengepalai, memerintah, menggerakkan mekanisme, dan menjual sistem judi togel
kepada masyarakat, ia juga bertanggung jawab atas kelancaran aktivitas judi togel.
Bentuk tanggungjawab tersebut berupa jaminan keamanan terhadap kelompok judi
togel yang dikepalainya, dengan menjadi pemodal sekaligus pencari backing untuk
melindungi aktivitas judi togelnya. Bandar wilayah juga memiliki resiko - resiko dan
harus menghadapi tantangan - tantangan sebagai konsekuensi atas keputusan yang
diambilnya dengan kegiatan menggeluti judi togel. Bandar dan orang - orang yang
ada dalam jaringan judi togel beresiko besar untuk terjaring operasi penggerebekan
dan tertangkap polisi, Bandar wilayah juga bias mengalami kebangkrutan sewaktu
waktu apabila mengalami kekalahan ataupun terjadi hal yang tidak menguntungkan
telah mengikuti aktivitas togel sejak lama membuatnya memiliki cara - cara tersendiri
untuk mempertahankan diri dan mempertahankan jaringannya.
Dalam penelitian Ariyani (2013) menjelaskan bahwa masyarakat minang di
Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang melakukan adaptasi
lingkungan sosial. Strategi adaptasi orang minang terhadap bahasa jawa adalah lebih
sering menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan orang jawa baik
kepada masyarakat sekitar maupun kepada pembeli. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi adanya kesalahpahaman dalam berkomunikasi dengan orang jawa.
Strategi adaptasi orang minang dengan makanan jawa adalah memilah - milah
makanan atau masakan sesuai dengan selera atau memasak sendiri. Strategi adaptasi
orang minang terhadap norma masyarakat jawa adalah berusaha untuk mematuhi
segala tata tertib, mengikuti kegiatan atau acara yang di selenggarakan masyarakat.
Orang minang yang merantau di Sekaran memiliki perbedaan dengan lingkungan
yang ditinggali, baik dalam kehidupan sosial maupun budaya. Orang minang yang
berkebudayaan minang dengan masyarakat Sekaran yang berkebudayaan jawa
merupakan tantangan bagi orang minang untuk bertahan hidup di lingkungan tempat
perantauan.
Elfira (2013) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa masyarakat jawa di
Sungai Beremas menggunakan sistem pengetahuan dan strategi adaptasi ekologi
(lingkungan alam). Strategi tersebut antara lain: pertama, menanam tanaman yang
bisa dikomsumsi guna memenuhi kebutuhan sehari - hari dengan tujuan untuk
subur menjadi lahan produktif, membuka lahan datar menjadi sawah dengan tujuan
agar tidak membeli beras, dan menjadikan jagung sebagai makanan pokok selain
beras. Kedua, memelihara binatang ternak sapi milik orang dusun (orang Siulak) dan
memelihara ayam sendiri secara tradisional. Ketiga, menjadi menjadi kuli kebun
upahan pada masyarakat Jawa yang tinggal di Kayu Aro dan menjadi kuli sawah bagi
masyarakat Siulak. Selain itu juga mereka merantau ke Muara Bungo, Tebo, Bangko
dengan menjadi pekerja upahan di kebun kelapa sawit milik masyarakat Jawa yang
tinggal disana. Masyarakat Transmigran jawa masih bertahan di Sungai Beremas
adalah karena yakin dengan masa depan mereka di daerah baru itu akan lebih baik
dari pada kondisi yang dialami mereka di daerah asal. Prinsip “sinten ingkang
ndamel ngangge, sinten ingkang nanem ngunduh” yang artinya siapa yang berbuat
maka akan menuai hasilnya. Hal ini merupakan keyakinan untuk selalu berusaha dan
tekun mengolah lahan di Sungai Beremas. Mereka merasa yakin bahwa masa depan
petani di Sungai Beremas akan lebih baik dari pada sekarang.
Haryono (2005), meneliti bahwa nelayan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya menggunakan strategi adaptasi ekonomi yaitu dengan
melakukan diversifikasi pekerjaan baik yang terkait dengan kegiatan kenelayanan
maupun diluarnya. Ada beragam peluang pekerjaan yang dapat dilakukan nelayan
untuk memperoleh penghasilan tambahan di luar kegiatan mencari ikan diantaranya
adalah sebagai buruh tani, tukang becak, buruh bangunan, berdagang, pekerja
serabutan. Upaya untuk melakukan diversifikasi pekerjaan amat ditentukan
Nelayan memiliki ketergantungan pada lingkungan. Hal tersebut terutama pada
nelayan tradisional. Ketergantungan dengan alam (musim) mengakibatkan mereka
tidak bisa melaut yang berakibat pada ketidakstabilan dan ketidakteraturan pada
penghasilan mereka.
Seno (2012) menjelaskan bahwa panjaga perlintasan kereta api di Kota
Surabaya menggunakan startegi adaptasi lingkungan sosial. Bagi penjaga lintasan
yang tidak resmi, apabila sebuah kereta api yang akan melintasi jalan raya tidak
memberi sinyal berupa lampu dan suara, maka strategi adaptasi yang dilakukan yaitu
memarahi dan menyiram masinis dengan air agar masinis lebih memperhatikan
kesalahan yang dibuatnya. Ada juga kendala yang dihadapi saat pengendara
berpacaran di tengah rel. strategi adaptasi yang dilakukan penjaga perlintasan adalah
dengan menghentikan kereta api. Bagi penjaga lintasan kereta api yang resmi,
kendala yang dialami adalah pengendara tidak menghiraukan peringatan dari penjaga
perlintasan setelah memberikan tanda bahwa kereta api akan melintas. Sebaliknya
strategi yang dilakukan penjaga perlintasan resmi seperti: penutupan perlintasan
terlalu lama membuat pengendara marah. Strategi adaptasi yang dilakukan penjaga
perlintasan melakukan penjelasan dan pemahaman kepada mereka bahwa semua yang
dilakukan adalah standar keselamatan. Pola kerja perlintasan kereta api tidak resmi
dan resmi berbeda. Hal itu dapat dilihat dari perekrutan, pembagian jadwal kerja, cara
kerja dan peralatan yang digunakan serta penghasilan. Pola kerja tersebut berbeda
juga karena penjaga perlintasan kereta api resmi di kontrol dan diatur oleh PT.KAI
bebas tanpa di kontrol dan diatur pihak PT.KAI Kendala dan strategi adaptasi yang
dilakukan penjaga perlintasan resmi dan penjaga perlintasan tidak resmi juga berbeda.
Hal ini terjadi karena adanya perbedaan cara menjaga. Penjaga perlintasan yang tidak
resmi menggunakan cara yang manual akan tetapi penjaga lintasan resmi
menggunakan teknologi yang canggih. Tetapi ada kesamaan kendala yang dihadapi
kedua jenis pekerjaan ini yaitu adanya pengendara baik mobil, truk, bis, motor yang
menerobos perlintasan. Para pengendara terus melakukan kesalahan yang sama
karena tidak sabar menunggu kereta api melintas.
Satria (2012) dalam penelitiannya mengenai strategi adaptasi nelayan
terhadap perubahan ekologis, menjelaskan bahwa strategi adaptasi yang dilakukan
nelayan di Pulau Panjang adalah strategi adaptasi sosial ekonomi. Adaptasi yang di
maksud adalah bagaimana rumah tangga nelayan di Pulau Panjang melakukan
tindakan sosial ekonomi dalam merespon berbagai bentuk perubahan ekologis yang
ada di wilayahnya. Pilihan - pilihan adaptasi yang dilakukan nelayan antara lain:
menganekaragamkan sumber pendapatan, memanfaatkan hubungan sosial,
memobilisasi anggota rumah tangga, melakukan penganekaragaman alat tangkap,
melakukan perubahan daerah tangkapan, serta melakukan strategi lainnya, yakni
berupa penebangan pohon mangrove secara illegal dan mengandalkan bantuan
-bantuan dari berbagai pihak.
Masyarakat lokal yang bergantung pada sumber daya alam sebagai matapencarian
seringkali menanggulangi ketidakpastian penghasilan dengan diversifikasi
matapencarian. Masyarakat nelayan padang panjang, selain menangkap ikan di
laut juga bekerja sebagai petani kebun dan menggarap ladang di desanya artinya
penganekaragaman sumber pendapatan tidak hanya bidang perikanan saja, seperti
tambak, budidaya rumput laut, dan pengolahan ikan tradisional, akan tetapi
mencakup juga kegiatan di bidang non perikanan. Kegiatan non perikanan
yangdilakukan nelayan dalam menambah pendapatan adalah menjadi buruh
bangunan, buruh perusahaan, dan kuli - kuli panggul di pasar.
2. Penganekaragaman alat tangkap
Sebelum terjadinya perubahan ekologis di kawasan ini, idealnya nelayan hanya
memiliki satu alat tangkap. Saat ini nelayan harus menambah tiga sampai lima alat
tangkap agar bisa bersahabat dengan kondisi lingkungan pesisir yang sudah
mengalami perubahan, ditambah lagi kondisi cuaca yang tidak menentu.
3. Perubahan daerah tangkap
Nelayan tradisional pulau panjang merupakan nelayan dengan akses teknologi dan
informasi yang terbatas. Perubahan ekologis yang terjadi di daerah tersebut
menyebabkan hilangnya tempat atau daerah penangkapan ikan. Kondisi
lingkungan pesisir yang mengalami peruahan ekologis serta iklim yang semakin
ekstrim bisa menggeser area penangkapan ikan kedaerah yang lebih jauh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan sosial yang dimiliki rumah tangga
nelayan padang panjang dengan rumah tangga lain di lokasi penelitian merupakan
hubungan sosial yang basisnya adalah hubungan keluarga (genealogis). Namun,
ada basis lain yaitu kekerabatan (keluarga luas) dan pertetanggaan yang di
sebabkan oleh letak tempat tinggal para nelayan yang saudara saudaranya
berdekatan.
5. Mobilisasi anggota rumah tangga
Dalam rumah tangga nelayan padang panjang anggota keluarga juga terlibat dalam
hal menambah penghasilan keluarga. Baik anak maupun istri ikut serta dalam
bekerja dalam rangka menambah penghasilan keluarga.
6. Strategi adaptasi lain: penebangan mangrove
Kegiatan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari di saat pendapatan
laut tidak memungkinkan lagi untuk mencukupi kebutuhan. Nelayan biasanya
menggunakan mangrove untuk bahan bangunan (pasak bumi), kayu bakar dan
bahan untuk menancapkan alat tangkap ikan di laut. Perubahan ekologis di Padang
Panjang meliputi perubahan ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang.
Perubahan ekologis terjadi karena munculnya pelabuhan akibat berkembangnya
pertambangan batu bara, pembukaan tambak udang dan bandeng oleh masyarakat,
penebanagan liar, dan pendirian pemukiman di daerah pesisir tersebut. Dampak
sebagai berikut menurunnya keanekaragaman ikan, hilangnya substrat, hilangnya
matapencarian masyarakat, dan menurunnya kesempatan berusaha.
Abdillah (2012) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa, masyarakat kutai di
Situs Kota Bangun melakukan adaptasi lingkungan. Dalam melakukan adaptasi
mereka menyesuaikan kebudayaan dengan lingkungan alamnya dan dalam proses
adaptasi ini mereka mendayagunakan lingkungannya agar dapat melangsungkan
hidup. Kota - kota islam di Nusantara sebagian besar memilih lokasi di pesisir sungai
besar dengan alasan pertimbangan jalur lintas, faktor ekonomi dan magis religius.
Secara geologis kawasan Urigin memenuhi syarat tersebut karena terletak pada lokasi
yang lebih tinggi serta di apit oleh sungai besar dan dua rawa, mudah di jangkau, baik
dari pedalaman maupun dari tenggarong, tanah subur serta dekat dengan sumber air
Nasution (2006) dalam penelitiannya menjelaskan, strategi adaptasi yang
dilakukan masyarakat miskin yang ada di Kelurahan Tegal Rejo adalah strategi
adaptasi ekonomi. Strategi adaptasi yang digunakan adalah pengontrolan komsumsi
dan pengeluaran seperti mengurangi pola dan jenis makan, penggantian makanan
yang dikomsumsi dengan makanan yang lebih murah atau terjangkau, memperbaiki
rumah sendiri, menanam tanaman yang bisa dikomsumsi di pekarangan rumah
mereka, membeli barang - barang yang murah dan tidak membeli barang - barang
yang tidak penting, mengurangi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan,
pemanfaatan bantuan pemerintah dimasa krisis seperti raskin dan beasiswa - beasiswa
bagi anak - anak kurang mampu atau miskin dan menguranagi bepergian ke pesta.
masyarakat yang tergolong tingkat ekonomi lemah. Hal yang paling nyata dapat
dilihat dalam kehidupan sehari hari yakni, dalam sebuah rumah tangga dimana ibu
-ibu sangat merasakan dampak dari kenaikan harga BBM yaitu semua harga
kebutuhan pokok menjadi melambung diatas harga yang biasanya di pasaran. Hal ini
tentu sangat memberatkan kehidupan perekonomian dalam rumah tangga mereka,
selain harga - harga kebutuhan pokok ini akan menjadi naik, kenaikan harga BBM
yang tinggi juga menyebabkan biaya untuk transportasi menjadi meningkat sehingga
mempengaruhi mobilitas masyarakat untuk bisa pergi atau sampai ke suatu tempat
karena biaya transportasi atau ongkos menjadi lebih tinggi. Efek lain dari kenaikan
harga BBM adalah tingginya biaya pendidikan dan kesehatan. Ini tentunya semakin
memperberat kehidupan masyarakat yang sudah di persulit oleh masalah kebutuhan
pokok.
Dalam penelitian Noviarti (2011) menjelaskan bahwa nelayan di Sumatera
Barat dalam menghadapi permasalahan kesejahteraan hidup, menggunakan strategi
adaptasi ekonomi. Untuk meningkatkan tingkat ekonomi, nelayan melakukan
berbagai pekerjaan sampingan di sekitar kawasan tempat tinggal mereka, baik
kegiatan yang berhubungan dengan perikanan maupun kegiatan yang tidak memiliki
hubungan dengan perikanan. Pekerjaan sampingan yang dilakukan mereka seperti
menjadi buruh di pelabuhan atau kilang, bertani sawah, ataupun berladang.
Disamping itu, istri para nelayan juga ikut serta berkontribusi dalam peningkatan
ekonomi keluarga. Pekerjaan yang sering digeluti oleh istri nelayan adalah bekerja
dirumah. Walaupun kawasan tempat tinggal keluarga nelayan berdekatan dengan
tempat wisata, akan tetapi hanya sedikit rumah tangga nelayan yang terlibat pada
sektor tersebut. Nelayan yang terlibat pada sektor tempat wisata sebagian besar
menambah penghasilan mereka dengan menyewakan bot dan menjual makanan
secara kecil - kecilan. Hambatan yang dihadapi keluarga nelayan dalam
meningkatkan kualitas hidup antara lain ada dua aspek yaitu, hambatan kondisi
geografis dan rendahnya sumber daya manusia pada keluarga nelayan.
Kirana (2012) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa para pekerja jepang
sebelum datang ke Surabaya melakukan beberapa strategi adaptasi guna menghadapi
lingkungan sosial yang baru. Beberapa strategi adaptasi yang mereka lakukan antara
lain:
1. Melakukan persiapan sebelum berangkat ke Surabaya
Agar tidak merasa kesulitan saat tiba di lingkungan yang baru, para pekerja jepang
mengumpulkan berbagai informasi dari orang lain untuk menyesuaikan diri
dengan kehidupan Indonesia, dengan cara mengikuti pelatihan khusus, atau
bertanya kepada orang lain yang di anggap lebih mengerti dan berpengalaman.
2. Melakukan hal - hal yang menjadi kegemaran
Para pekerja jepang di Surabaya juga melakukan hal - hal yang menjadi
kegemaran mereka untuk beradaptasi sekaligus menghilangkan stress yang mereka
rasakan karena culture shock. beberapa kegemaran yang biasa mereka lakukan
3. Bersikap terbuka
Sikap terbuka ini diklasifikasikan lagi menjadi dua hal yaitu yang pertama
bersikap terbuka terhadap rekan kerja dengan cara mengutarakan langsung
kesulitan yang dialami kepada rekan kerja, dan yang kedua adalah bersikap
terbuka dengan menjalin hubungan baik dengan orang Indonesia dan orang Jepang
yang ada di Indonesia. Hubungan baik itu dilakukan dengan sering ngobrol, jalan
-jalan bersama, beraktivitas bersama, dan lain sebagainya.
4. Hanya membiasakan diri dengan kebiasaan orang Indonesia
Mereka membiasakan diri dengan kebiasaan rekan kerjanya yang merupakan
orang Indonesia.
Selain beberapa strategi tersebut, faktor - faktor yang mendukung adaptasi yang
dilakukan pekerja jepang yaitu sifat yang terbuka dan fleksibel untuk dapat di
2.2 Becak Sebagai Alat Transportasi di Berbagai Belahan Dunia
2.2.1 Sejarah Perkembangan Becak
Pada awal mulanya becak merupakan sebuah kendaraan yang berasal Jepang
yang ditarik dengan menggunakan tenaga manusia. Kemunculan becak berawal pada
Tahun 1869 ketika Jonathan Goble, seorang pria Amerika yang menjabat sebagai
pembantu di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jepang, berjalan - jalan menikmati
pemandangan Kota Yokohama. berpikir membuat kendaraan untuk istrinya yang
lumpuh, Eliza Weeks. Dia pun mulai menggambar kereta kecil tanpa atap di atas
secarik kertas. Rancangan tersebut ia kirimkan kepada sahabatnya, Frank Pollay.
Pollay membuatnya sesuai rancangan Goble lalu membawanya ke seorang pandai
besi bernama Obadiah Wheeler. Sehingga Jadilah becak. Orang-orang Jepang yang
melihat kendaraan pribadi yang ditarik manusia itu, menamakannya "Jinrikisha"
(人力車, 人 jin = orang, 力 riki = tenaga, 車 sha = kendaraan), yang berarti
"kendaraan tenaga manusia". (id.wikibooks.org/wiki/profil_Becak_di_Indonesia/Asal
–muasal_becak).
Penarik jinrikisha biasanya diberi upah tiap minggu. Jinrikisha kemudian
identik dengan kendaraan para bangsawan. Sejak 1870, pemerintah Jepang
memberikan lisensi kepada tiga orang Jepang: Izumi Yosuke, Suzuki Tokujiro,
dan Takayama Kosuke untuk membuat jinrikisha. Dua tahun kemudian sekitar 40.000
jinrikisha memenuhi jalanan di Tokyo,dan menjadikanya alat transportasi popular di
Tiongkok. Di Cina, becak digunakan sebagai kendaraan pribadi para kaum
bangsawan. Dalam Bahasa Inggris, becak disebut rickshaw. Sementara, penghelanya
disebut Hiki. Namun, lama kelamaan, pemerhati kemanusiaan di Tiongkok merasa
iba terhadap para Hiki. Kemudian, penggunaan becak mulai dilarang sejak itu.
Popularitas becak menyeberang ke kota-kota di daratan Cina, melintasi Asia
Selatan (India), menyapu seluruh Asia Tenggara, bahkan hingga ke Afrika Selatan.
Para imigran China membawa alat transportasi ini ke negara - negara tujuan seperti
India dan Singapura. Dalam perkembangannya becak tak lagi dioperasikan dengan
cara ditarik melainkan dikayuh (cycle-rickshaw).
Di Indonesia tidak diketahui secara jelas kapan becak mulai dikenal. Lea
Jellanik dalam seperti Roda Berputar, menulis becak di datangkan ke Batavia melalui
Singapura dan hongkong pada tahun 1930-an. Jawa Shimbun terbitan 20 Januari 1943
menyebut becak diperkenalkan dari Makasar ke Batavia akhir 1930-an. Ini diperkuat
dengan catatan perjalanan seorang wartawan Jepang ke berbagai daerah di Indonesia,
termasuk Makasar. Dalam catatan berjudul “Pen to Kamera” terbitan 1937 ini
disebutkan, becak ditemukan orang Jepang yang tinggal di Makasar, bernama
Seiko-san yang memiliki tokoh sepeda. Karena penjualan seret, pemiliknya memutar otak
agar tumpukan sepeda yang tidak terjual bisa dikurangi. Dia membuat kendaraan roda
tiga dan terjadilah becak. Menurut Tim Hanigan dalam “Beguilet by Becak”, becak
yang membawa penumpang memenuhi jalan - jalan di Batavia baru terlihat pada
tahun 1936. Sebelumnya ada kendaraan beroda tiga (tricycles) yang dipakai
mengangkut barang selama bertahun - tahun. Berbeda dengan di Jepang (jinrikisha)
dan Cina (angkong) yang beroda dua dan menggunakan ban mati, baik versi
Indonesia lebih Modern. Rodanya tiga dan menggunakan ban angin. Menjalankannya
menggunakan di kayuh dengan menggunakan kedua kaki dari belakang tempat
penumpang. (wikibooks.org/wiki/profil_Becak_di_Indonesia/Sejarah_perkembangan
becak di Indonesia).
Awalnya pemerintahan kolonial Belanda merasa senang dengan alat
transportasi baru ini. Namun belakangan pemerintah melarang keberadaan becak
karena jumlahnya yang terus bertambah, membahayakan keselamatan penumpang
dan menimbulkan kemacetan. Jumlah becak justru terus meningkat pesat ketika
kedatangan Jepang ke Indonesia pada 1942. Kontrol Jepang yang sangat ketat dalam
menjadikan becak satu - satunya alternatif terbaik moda transportasi di kota - kota
besar seperti Jakarta dan Surabaya. Bahkan penguasa membentuk dan memobilisasi
kelompok- kelompok termasuk tukang becak, demi kepentingan perang melalui pusat
pelatihan pemuda yang mengajarkan konsep politik dan teknik organisasi.
Pasca perang, ketika jalur dan moda transportasi semakin berkembang, becak
tetap bertahan. Bahkan ia menjadi transportasi yang menyebar diseluruh wilayah
Indonesia. Pada pertengahan hingga akhir 1950-an ada sekitar 25.000 hingga 30.000
becak di Jakarta. Jumlah yang membengkak hingga lima belas kali lipat pada
1970-an. Pemerintah sedang gencar melakukan pembangunan, terutama Jakarta, merasa
gelisah. Becak dianggap seperti gambaran keterbelakangan Indonesia, kuno dan
memalukan. Mulailah pemerintah mencari cara untuk menghambat laju becak.
Gubernur Jakarta, Ali Sadikin mengeluarkan aturan mengenai moda
transportasi angkutan yang memakai tenaga manusia, membatasi beroperasinya
becak, dan mengadakan razia mendadak di daerah bebas becak. Ia juga yang
menentukan batas waktu Jakarta bebas becak pada 1979. Ironisnya, pada 1966 jumlah
becak ada 160 ribu, merupakan jumlah tertinggi dalam sejarah. Kebijakan serupa
dilanjutkan oleh gubernur - gubernur berikut: Suprapto, Wigoyo Atmodarminto,
Suprapto dan Sutiyoso. Becak dianggap biang kemacetan, simbol ketertinggalan kota
dan alat angkut yang tidak manusiawi. Di sisi lain, becak juga mulai menghadapi
persaingan dengan kehadiran ojek motor, mikrolet, dan metromini. Pada 1980
misalnya, pemerintah mendatangkan 10.000 minica (bajaj, Helicak, minicar) untuk
menggantikan 150.000 becak. Pemerintah ketika itu memprogramkan para tukang
becak beralih profesi menjadi pengemudi kendaraan bermotor itu. Bahkan pemerintah
2.2.2 Konfigurasi Becak Bermotor di Indonesia
Di Indonesia, becak bermotor dapat dibedakan berdasarkan pengemudi
maupun bentuknya. Perbedaan tersebut antara lain ditunjukkan pada gambar - gambar
dibawah ini.
1. Pengemudi berada di depan seperti yang diterapkan pada bajaj yang banyak
digunakan di Jakarta. Bajaj pada awalnya dikembangkan di India yang kemudian
di import ke Indonesia. Bajaj merupakan merek salah satu perusahaan otomotif di
India, Bajaj Auto.
Bajaj merupakan moda angkutan transportasi umum beroda tiga, satu didepan
dan dua di belakang, dengan kemudi mirip seperti kemudi sepeda motor. Untuk di
Jakarta,warna bajaj ada dua, yaitu biru dan oranye. Di depan pintu bajaj, biasanya
tertulis daerah operasi bajaj, yang biasanya terbatas pada satu kotamadya saja.
Kapasitas bajaj ada dua orang, atau ditambah satu anak kecil, yang semuanya
duduk dibelakang supir bajaj. Secara teknis, struktur bajaj berasal dari motor roda
dua vespa, dan memiliki ruang penumpang tertutup. Bajaj memiliki mesin 160 cc,
sedangkan bahan bodinya 60% terbuat dari metal drum dan 40% terpal yang
memayungi supir dan penumpang. Bentuknya cukup unik, karena memenuhi
seluruh ketentuan untuk kendaraan beroda empat, dengan empat lampu didepan
dan dibelakang selain itu bagian depan supir terdapat kaca yang bisa dilengkapi
dengan wiper bila hari hujan. Sistem transaksi antara supir dan penumpang adalah
dengan tawar menawar ongkos, sesuai jarak tempuh, berat beban bawaan, dan
tingkat kepadatan lalu lintas yang terjadi saat itu. Sekalipun masih banyak beredar
di jalanan Jakarta, mengingat usianya cukup tua, sejak tahun 2000-an, pemerintah
DKI Jakarta berencana menggantinya dengan kendaraan sejenis bernama kancil,
produksi Dirgantara Indonesia Bandung.
2. Pengemudi berada disamping seperti becak mesin di Sidempuan. Becak
Sidempuan memiliki bentuk yang sangat unik karena menggunakan vespa yang
dipasangi sispan seperti becak Siantar. Bentuk bodi yang menyerupai kapsul
(bagian depan meruncing) menambah efek aeridinamika sehingga pada saat melaju
dengan kencang akan mengurangi gesekan udara. Demikian hal nya sistem rangka,
terbuat dari baja yang lebih ringan, sehingga mengurangi bobot kendaraan dan
akhirnya komsumsi BBM pun semakin hemat. Sedangkan bagian bodi luarnya
dibalut dengan cat metalik warna - warni serta penambahan aksesoris yang
Tujuan dari pengembangan becak vespa ini adalah untuk memuaskan
penumpang dan meningkatkan persaingan sesama becak dalam menjaring
penumpang. Becak vespa saat ini bagian luarnya lebih ramping tetapi bagian
kabinnya tetap terasa lapang. Pada awalnya, vespa yang digunakan untuk becak
adalah model piaggio (buatan Italia) karena berhubung vespa tipe piaggio semakin
langka, maka vespa jenis PX pun akhirnya menjadi alternatif pilihan lainnya.
Adapun becak jenis lain, seperti Honda, Yamaha, Suzuki tidak mendapat respon
positif di kota ini. Becak ini dapat mengangkut dua orang penumpang, dan
terkadang bisa mengangkut sampai dengan enam orang, dimana dua atau tiga
orang penumpang duduk di kabin dan dua orang duduk di boncengan vespa.
3. Pengemudi berada dibelakang seperti Helicak yang pernah digunakan di Jakarta,
bentor yang dimodifikasi dengan menggantikan sepeda dengan sepeda motor jenis
bebek yang berkembang sangat luas di Gorontalo dan berkembang dengan luas
diseluruh pulau Sulawesi. Nama helicak berasal dari gabungan helikopter dan
becak, karena bentuk kabin memang mirip dengan kabin helikopter sedangkan
fungsinya sama seperti becak yang dapat memuat dua penumpang. Helicak
pertama kali diluncurkan pada 24 maret 1971. Mesin dan bodi utama kendaraan ini
adalah skuter Tri Lambretta dengan mesin 150 cc yang didatangkan dari Italia.
Kendaraan ini pertama kali dicetuskan gubernur Ali Sadikin sebagai
pengganti becak yang dianggap tidak manusiawi. Pengemudi helicak berada
dibelakang, sementara penumpang duduk di depan dalam sebuah kabin kerangka
besi dan dinding dari serat kaca (fiber glass) sehingga terlindung dari panas, hujan,
ataupun debu. Sementara pengemudinya tidak akan terpapar dengan cuaca panas
ataupun hujan. Dari sisi keselamatan kendaraan ini dianggap tidak aman bagi
penumpang karena bila terjadi tabrakan, si penumpanglah yang pertama kali
merasakan akibatnya, sedang pengemudi bisa melompat dan terhindar dari
kecelakaan.
4. Bemo merupakan kendaraan yang posisi pengemudinya berada didepan. Bemo
adalah pabrikan Mobil Jepang Daihatsu yang dikembangkan pada tahun 1960-an
yang dimaksudkan menggantikan posisi becak. menggunakan bahan bakar bensin
campur maka kelemahan bemo jenis ini adalah menghasilkan polusi udara.
Tahun 1960 Daihatsu mengeluarkan mesin jenis MP4. Nampaknya jenis
inilah yang banyak masuk ke Indonesia tahun 1961 - 1962 menjelang pesta
olahraga Ganefo. Tahun 1963, Daihatsu mengeluarkan Midget tipe MP5, tipe ini
memiliki mesin yang lebih baik, karena tidak lagi menggunakan bahan bakar
bensin campur. Bemo ini konon masih di produksi di Thailand hingga kini. Setelah
memproduksi lebih dari 300 ribu unit Daihatsu Midget, tahun 1972 pabrik
Daihatsu menghentikan produksi niaga ini. Kapasitas muatan bemo paling kurang
delapan penumpang , enam dibagian belakang dan dua dibagian depan sudah
termasuk supir.
5. Kendaraan kancil, yang merupakan kendaraan becak beroda empat, atau pun mobil
kecil yang posisi pengemudinya berada didepan.
Diperkenalkan di Jakarta dan Surabaya, tetapi karena alasan operasional tidak
berkembang dengan baik. Kancil (singkatan dari Kendaraan Niaga Cilik Irit
Lincah) merupakan merek dagang terdaftar dari sebuah kendaraan angkutan
bermotor roda empat yang didesain, diproduksi dan dipasarkan oleh perusahaan
Indonesia yaitu PT. KANCIL (singkatan dari Karunia Abadi Niaga Citra Indah
Lestari). Kancil merupakan alat transportasi umum yang diharapkan sebagai
pengganti (peremajaan) bajaj dan bemo karena keduanya tidak diizinkan untuk
bertambah jumlahnya atau diproduksi di wilayah Jakarta. Walaupun akhirnya
pemerintah daerah mengijinkan Bajaj yang menggunakan bahan bakar gas (BBG).
PT INKA Madiun juga pernah mendapatkan lisensi untuk memproduksi Kancil
untuk dipasarkan di Indonesia Bagian Timur serta Surabaya. Namun kurang
diminati oleh pengusaha angkutan untuk menggantikan/meremajakan Bajaj karena
beberapa alasan diantaranya kancil lebih boros dalam konsumsi bahan bakar
dibandingkan Bajaj. Konstruksi badan Kancil terbuat dari bahan komposit, yakni
campuran 60% fiberglass dan 40 % resin. Adonan ini selain tahan korosi, kata
Endjo, membuat bobot Kancil sangat ringan, hanya 410 kilogram. Sehingga cukup
dengan mesin Subaru bervolume silinder 450-500 cc dan berkekuatan 14,5 tenaga
kuda, Kancil bisa lari hingga 100 kilometer per jam, meski ditunggangi empat
2.2.3 Becak Bermotor Sebagai Alat Transportasi di Kota Pematang Siantar
2.2.3.1 Sejarah Becak Motor di Kota Pematang Siantar
Sebagai kota yang baru menjadi kotamadya pada tahun 1957, alat transportasi
yang digunakan di Kota Pematang Siantar antara lain Bus Gok (Gabungan Oplet
Kota), Siantar Bus dan Sado. Dimana Bus Gok dan Siantar Bus menjadi alat
transportasi yang menghubungkan daerah Siantar dengan daerah - daerah pinggiran
maupun ke daerah Kabupaten Simalungun. Sedangkan sado lebih melayani mobilitas
penduduk di dalam Kota Siantar. Untuk kendaraan pribadi, masyarakat Kota
Pematang Siantar menggunakan sepeda. Dengan kondisi topografi daerah yang
berbukit rendah dan ketinggian 400 mdpl, serta keadaan jalan yang berbukit dan naik
turun serta berbatu, menjadikan transportasi di Kota Pematang Siantar bertumpuh
pada sado. Sado yang hanya mengandalkan kuda sebagai penggeraknya merupakan
alat transportasi yang khusus melayani dalam kota, terkadang tidak mampu
menjangkau jalan jalan yang menanjak dan daerah - daerah pinggiran kota. Hal ini
tentunya menjadi penghambat bagi arus mobilitas penduduk siantar pada masa itu.
Pada tahun 1960 di Kota Pematang Siantar mulai beroperasi alat transportasi
baru yaitu becak mesin. Kehadiran becak - becak ini merupakan gagasan dari seorang
mantan pejuang yaitu Pahala Siahaan. Becak - becak ini menggunakan motor BSA
buatan inggris yang berkapasitas mesin besar yaitu 300 - 500 cc. Dengan kapasitas
mesin yang besar ternyata alat transportasi ini mampu mengatasi jalan - jalan di
berbatu. Rata - rata kecepatan becak - becak ini mencapai kecepatan 40 - 80 Km/jam,
sehingga dapat mempercepat waktu tempuh. Pada tahun 1960, selain Bus Gok,
Siantar Bus dan Sado, becak pun sudah mulai mewarnai jalan - jalan dikota Pematang
Siantar.
Pada awalnya tidak hanya BSA saja yang digunakan tetapi motor - motor
produksi Eropa yang berkapasitas besar lainnya juga seperti Ariel, Triump, AJS,
Northon, BMW dan Harley Davidson. Motor motor ini masuk ketika perkebunan
-perkebunan partikelir berkembang di wilayah Hindia Belanda khususnya daerah
Sumatera timur yang menjadi daerah ekspansi onderneming. Motor - motor ini
merupakan milik para pengusaha ataupun para staf perkebunan. Namun, ketika terjadi
revolusi kemerdekaan motor - motor ini berali ke tangan masyarakat pribumi. Tidak
hanya motor BSA tipe M20 saja yang digunakan sebagai motor penggerak dari becak
di Siantar. Akan tetapi jenis lainnya juga seperti ZB (Gold Star) buatan tahun 1948
dengan kapasitas mesin 350 cc serta model WM produksi tahun 1948 berternaga 500
cc. Banyaknya masuk motor BSA ke Pematangsiantar tidak terlepas dari banyaknya
masyarakat yang berburu motor ini. (Wirabuana,Yudha, 2012: 22 - 26).
Sekitar tahun 1960 - 1970 banyak masyarakat Siantar yang mencari becak
keluar kota. Kota - kota yang menjadi tempat pencarian adalah Medan, Binjai, Tebing
Tinggi, kabupaten Deli Serdang, kabupaten Asahan. Banyaknya motor - motor BSA
yang ditemukan di sekitar daerah Sumatera utara dikarenakan daerah tersebut
merupakan wilayah perkebunan yang banyak terdapat motor - motor tua yang sudah
diperbaiki lebih dahulu, dibuat sispan dan bak penumpangnya. Selain itu, agar bisa
dijadikan alat transportasi umum yang resmi maka becak tersebut harus mendapatkan
izin trayek dari dinas DLLAJ, surat dinas perdagangan, dan surat izin dinas
perindustrian. Setelah lengkap baru mengurusnya ke Polda sumut untuk mendapatkan
plat nomor Polisi yang resmi. Pada tahun ini BSA tidak hanya beroperasi di Siantar
saja. Becak siantar juga mulai menyebar kedaerah - daerah lain di sumatera utara.
Seperti kota perdagangan, Galang, Tarutung, sibolga, Rantau Parapat sampai Padang
Sidempuan. Orang - orang dikota ini lebih mengenal dengan nama betor (Becak
Motor).
Wawancara yang dilakukan terhadap sumber yang mengetahui sejarah tentang
becak BSA, bapak Katiman (73 tahun), mengemukakan bahwa setelah Indonesia
merdeka, kendaraan tentara sekutu ditinggalkan begitu saja, tidak hanya di Pulau
Sumatera tetapi tersebar di seluruh tanah air. Selain itu bapak Kartiman juga
mengungkapkan bahwa sejak tahun tujuh puluhan banyak masyarakat siantar yang
mencari becak keluar kota, namun karena motor BSA di Sumatera sudah habis, maka
usaha pencarian becak pun berlanjut sampai keluar pulau Sumatera. Menurut bapak
Kartiman peristiwa tersebut terjadi dikarenakan pada saat itu jual beli becak siantar
lagi booming dan pekerjaan sebagai pengemudi becak siantar masih sangat
menjanjikan. Sebagai salah satu pelaku dalam proses masuknya becak BSA ke Kota
Pematang Siantar, sejak tahun 1963 hingga 1990-an bapak Kartiman mencari sepeda
motor BSA hingga kepelosok kota - kota di Jawa dan Bali. Hal tersebut seperti
“Saya datangi kota - kota di Jawa, mulai dari Ngawi, Kediri, Surabaya, malah sampai ke Bali. Di Jawa, waktu itu banyak sepeda motor BSA yang terlantar begitu saja tanpa perawatan. Banyak diletakkan di kandang ayam dan tidak terurus”.(wawancara dengan bapak Kartiman pada 10 Mei 2014 di Kota Pematang Siantar)
Dalam perjalanannya mencari motor BSA, bapak Kartiman menceritakan
salah satu pengalamannya ketika jual Beli BSA pada tahun 1980, saat itu di
Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah. Di Purwokerto, bapak Kartiman bertemu
dengan seorang tentara berpangkat Sersan bernama ponimin. Tentara tersebut
memiliki sepeda motor BSA yang memiliki tulisan “Bekas peninggalan perang dunia
II” diatas lampu depannya. Namun, tentara berpangkat Sersan yang bernama Ponimin
ini tidak mau menjual sepeda motor BSA nya dengan tawaran harga berapa pun. Pada
saat itu kebetulan anak perempuan sersan tersebut menginginkan sepeda mini, lalu
bapak Kartiman mencari sepeda mini yang diinginkan tersebut dan menukarkan
dengan motor BSA yang dimiliki oleh Sersan Ponimin tadi. Saat itu harga sebuah
sepeda mini tersebut seharga Rp.16.000. Padahal seandainya pak ponimin mau BSA
tersebut bisa saja dijual dengan harga 30.000. Setelah sampai di Pematang Siantar,
bapak Kartiman pun menjual sepeda BSA bekas perang dunia ke II itu seharga
Rp.60.000.
Pengangkutan motor BSA dari luar Pulau Sumatera dilakukan dengan
menggunakan transportasi darat, dengan menaiki bus Antar Lintas Sumatera (ALS).
Jadi, sebelumnya sepeda motor BSA itu dipreteli kemudian dibawa ke Kota Pematang
Siantar. Selain jalur darat, terkadang bapak kartiman mengangkutnya melalui jalur
laut dengan KM Tampomas, yang telah tenggelam di perairan Masalembo pada tahun
1981. Sepengakuan bapak Kartiman, dalam hal membawa motor BSA ke Kota
Pematang Siantar, ia hanya membawa maksimal sepuluh motor BSA saja dalam
sekali berangkat. Namun pengusaha lain seperti Boru Samosir dan Baren Purba
mampu membawa hingga 34 BSA dalam sekali jalan, dengan menggunakan truk
yang dinaikkan dengan menggunakan kapal Tampomas. Hal tersebut seperti
penuturan bapak Kartiman berikut:
“saya dulu bawa BSA ke Siantar hanya mampu maksimal sepuluh BSA saja dalam sekali jalan, tapi Boru Samosir dan Baren Purba bisa membawa 34 BSA untuk sekali jalan yang diangkut truk. Waktu itu truk naik ke kapal Tampomas. Kisaran harga BSA saat itu Rp.30.000 namun di tahun delapan puluhan menjadi Rp.500.000.”(wawancara dengan bapak Kartiman pada 10 Mei 2014 di Kota Pematang Siantar).
Dengan masuknya motor - motor BSA membawa dampak pada peningkatan
becak Siantar pernah mencapai puncaknya yaitu, 2000 unit dengan menggunakan
BSA sebagai penariknya. Namun saat ini jumlah tersebut semakin lama semakin
berkurang. Bahkan, sekarang ini motor BSA dapat dikatakan sudah banyak berpindah
keluar Pulau Sumatera. Padahal dulunya motor BSA banyak diproleh dari luar pulau
Sumatera, seperti kota kota yang berada di pulau Jawa. Namun saat ini masyarakat
pulau Jawa lah yang banyak memburu motor BSA ini ke Kota Pematang Siantar.
2.2.3.2 Terancam Punahnya Keberadaan Becak BSA di Kota Pematang Siantar
Pada tahun 1972 perusahaan BSA sudah tidak berproduksi lagi dan bahkan
sudah ditutup. Bapak Erizal Ginting mengatakan bahwa saat ini lokasi pabriknya kini
telah berkembang menjadi lokasi stadion utama klub sepakbola Birmingham.
Barangnya sudah langka, suku cadangnya tidak lagi dijual di pasar, membuat
Perawatannya pun kian sulit. Kelangkaan itu justru membuat motor BSA, yang
dijadikan penarik becak khas Siantar ini menjadi barang koleksi menarik dan mahal.
Bahkan didaerah asalnya atau Negara Inggris tempat BSA diproduksi, BSA sudah
menjadi menjadi barang yang langka.
Jenis - jenis becak yang dulu pernah beroperasi di Siantar antara lain, jenis
BSA terdiri dari Golden Flash tahun 1957 tenaga mesin 600 cc, Golden Star buatan
tahun 1956 tenaga mesin 500 cc, BSA tahun 1948 mesin 500 cc, BSA 1941 mesin
500 cc, BSA tahun 1956, BSA 1955, BSA 1954, 1953 dan tahun 1952
keseluruhannya berkekuatan mesin 350 cc. kemudian ada Norton 350 cc, Dominator
1956 bermesin 350 cc, AJS bermesin 350 cc, Bantam bermesin 150 cc dan 250 cc
serta Triump tahun 1952 dan 1956 bermesin 350 cc dan triump PH. Namun, sekarang
yang tersisa di Kota Pematang Siantar diperkirakan hanya tinggal BSA 350 cc saja,
dan itu pun dalam jumlah yang sudah semakin sedikit jumlahnya. Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa di Pematang Siantar jumlah
BSA pernah mencapai sampai dengan 3000 unit, yaitu pada medio tahun 1970
-1980. Namun, pada tahun - tahun berikutnya jumlah tersebut pun semakin lama
semakin berkurang. Pada saat ini Jumlah becak BSA hanya berkisar 378 unit saja.
Penyebab utama berkurangnya alat transportasi jenis becak bermotor ini,
dipengaruhi oleh semakin banyaknya jumlah alat transportasi angkot (angkutan kota)
yang beroperasi di Kota Pematang. Siantar. Selain daya tampung penumpang yang
lebih besar, tarif ongkos yang ditawarkan oleh angkot (angkutan kota) juga jauh
relatif lebih ekonomis. Hal ini cukup membuat becak motor BSA kalah bersaing
dalam memperoleh penumpang, sehingga mempengaruhi penghasilan para penarik
becak BSA yang menurun drastis.
Kondisi ini dimanfaatkan oleh para kolektor yang sangat meminati motor tua
yang mulai langka ini. Motor BSA tua ini memang cukup mengundang daya tarik
tersendiri, dengan bentuknya yang klasik dan nuansa Eropa namun mempunyai kesan
gagah serta mempunyai daya tahan yang kuat membuat para kolektor tidak segan
untuk menawarkan harga yang cukup menggiurkan. Karena kondisi ekonomi yang
semakin sulit, para penarik motor BSA tersebut terkadang terpaksa untuk
menjualnya. Agar bisa tetap mencari nafkah setelah menjual motor BSA nya para
penarik becak biasanya mengganti motor penggerak BSA tersebut dengan motor