• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Ibu yang Mengalami Perdarahan Antepartum dan Postpartum di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2010-2015 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Ibu yang Mengalami Perdarahan Antepartum dan Postpartum di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2010-2015 Chapter III VI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Karakteristik ibu yang mengalami perdarahan

antepartum dan postpartum di RSUP HAM meliputi :

1. Sosiodemografi

a. Umur

b. Tingkat Pendidikan

c. Status sosial ekonomi

2. Obstetrik

a. Paritas

b. Jarak Antar Persalinan

c. Penyebab perdarahan

d. Riwayat Persalinan

e. Jenis riwayat penyakit yang pernah

diderita sebelum persalinan

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara satu konsep terhadap konsep lainnya, atau

antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang

(2)

1.1.Definisi Operasional No Variabel /

Subvariabel

Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Karakteristik Ciri ibu yang mengalami perdarahan antepartum dan postpartum Yang meliputi Sosiodemografi (usia, pendidikan, dan status sosial ekonomi) dan Obstetrik (paritas, usia kehamilan, jarak kehamilan, riwayat

persalinan, riwayat penyakit, dan penyebab perdarahan).

Usia Usia ibu saat mengalami perdarahan antepartum atau post partum

Pendidikan formal terakhir ibu saat mengalami perdarahan antepartum atau post partum

1. SD

Status sosial ekonomi keluarga 1. < Rp 1.200.000

2. Rp 1.200.000 ─ 2.000.000 3. Rp 2.000.000 4. > Rp 3.500.000

Ordinal

Paritas Jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu sebelum persalinan saat ini

Rentang waktu antara kelahiran terakhir dengan kehamilan berikutnya

Riwayat persalinan abnormal yang pernah dialami

1. Abortus 2. Normal

3. SC 4. Infeksi yang pernah dialami

Nominal

Riwayat Penyakit

Jenis riwayat penyakit yang pernah diderita sebelum persalinan

1. Ada 2. Tidak ada

Nominal

Penyebab Perdarahan

Jenis perdarahan Antepartum

(3)

Postpartum 1.Atonia uteri 2.Robekan jalan

lahir 3.Retensio

(4)

BAB IV

METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian

Jenis penenlitian yang digunakan pada penelitian ini merupakan penelitian

deskritif retrospektif. Penelitian deskritif retrospektif didefenisikan suatu

penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu

fenomena yang terjadi di masyarakat yang didasarkan pada catatan medis yang

terjadi di masa lalu (Notoatmodjo, 2012 ).

1.1.Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1.1.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah catatan medical record ibu yang

mengalami perdarahan antepartum dan postpartum di RSUP HAM tahun

2010-2015. Jumlah medical record ibu yang mengalami perdarahan antepartum 17

kasus antepartum dan perdarahan postpartum 25 kasus.

1.1.2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang diteliti atau sebagian jumlah dari

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Nursalam, 2011). Teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan total sampling yaitu

semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel penelitian.Jumlah sampel

(5)

1.2.Lokasi dan Waktu Penelitian 1.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di ruangan rekam medik RSUP HAM

Medan dengan pertimbangan tersedianya data dokumen perdarahan antepartum

dan postpartum serta belum pernah dilakukan penelitian mengenai karakteristik

perdarahan antepartum dan postpartum tahun 2010-2015.

1.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan bulan November 2016 sampai Juni 2017, dimulai

dari survey pendahuluan, seminar proposal dan pengolahan data serta ujian

seminar hasil (skiripsi).

1.3. Pertimbangan Etik

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan

manusia, maka etika penelitian harus di perhatikan yang meliputi :

1. Kebebasan ( Otonomi )

Prinsip ini berkaitan dengan kebebasan seseorang dalam menentukan

dirinya. Hak untuk memilih apakah ia disertakan atau tidak dalam

suatu penelitian dengan memberi persetujuan atau tidak memberi

persetujuan dalam informed consent.

2. Kemurahan hati (beneficience)

Perawat selalu berupaya agar segala tindakan keperawatan yang

diberikan kepada pasien mengandung prinsip kebaikan (promote

(6)

hubungan terapeutik antara perawat dengan pasien. Penelitian yang

dilakukan dengan melibatkan pasien sebagai responden hal ini untuk

mendapatkan suatu metode dan konsep yang baru untuk kebaikan

pasien.

3. Tidak merugikan (nonmaleficence)

Penelitian keperawatan mayoritas menggunakan populasi dan sample

manusia (pasien). Oleh karena itu, sangat beresiko terjadi kerugian

fisik dan psikis terhadap subjek penelitian. Jika penelitian dilakukan

oleh peneliti pemula maka akan timbul rasa cemas, takut, dan keraguan

pada pasien. Penelitian yang dilakukan oleh perawat sebaiknya tidak

mengandung unsur bahaya atau merugikan pasien.

4. Kerahasiaan (confidentiality)

Penelitian keperawatan yang dilakukan perawat wajib merahasiakan

data-data yang sudah dikumpulkannya. Subjek penelitian berhak untuk

meminta agar datanya tidak disebarkan untuk umum. Oleh karena itu,

jawaban tanpa nama dapat digunakan dan sangat dianjurkan subjek

penelitian tidak menyebutkan identitasnya.

5. Kejujuran (veracity)

Penelitian yang dilakukan perawat wajib menjelaskan manfaat, efek,

dan apa yang didapat jika pasien dilibatkan dalam penelitian tersebut.

Penjelasan ini disampaikan ke pasien karena pasien memiliki hak

(7)

6. Keadilan (justice)

Perawat peneliti yang sedang melakukan penelitian yang berkaitan

dengan intervensi keperawatan. Perawat harus adil dan tidak

membeda-bedakan dalam memberikan intervensi keperawatan kepada

pasien karena semua pasien memiliki hak yang sama dalam pemberian

intervensi keperawatan.

1.4. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan alat

pengumpulan data yaitu lembar dokumentasi dan catatan rekam medik ibu yang

mengalami perdarahan antepartum dan postpartum yang di dapatkan dari RSUP

HAM .

1.5. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti menerima surat izin

pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan surat izin dari lokasi penelitian

yaitu Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik Medan. Peneliti menjelaskan

waktu, tujuan, dan manfaat pelaksanaan penelitian kepada kepala rekam medik.

Dalam pengumpulan data, metode yang digunakan adalah lembar dokumentasi

karakteristik perdarahan antepartum dan postpartum. Setelah didapatkan jumlah

sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini, pengumpulan data selesai

(8)

1.6.Analisa Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program pengolah data.

Analisa data menggunakan metode analysis univariat yang dilakukan pada suatu

variabel dari hasil penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap veriabel penelitian. Pada umumnya dalam

analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap

(9)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil Penelitian

5.1.1. Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah pasien yang ada di RSUP Haji Adam

Malik. Adapun karakteristik yang didapatkan mencakup umur, tingkat pendidikan,

penghasilan, paritas, usia kehamilan, jarak antar persalinan, riwayat penyakit

sebelumnya, jenis riwayat kehamilan, dan jenis perdarahan. Tabel 5.1. Distribusi

frekuensi dan presentase karakteristik sosiodemografi ibu yang mengalami

perdarahan antepartum dan postpatum (n=42).

Karakteristik Antepartum Postpartum

Frekuensi (%) Frekuensi (%)

Usia

Hasil penelitian menujukkan bahwa ibu yang mengalami perdarahan

antepartum memiliki karakteristik sosiodemografi sebagai berikut: umur >35

tahun, pendidikan SMA, pendapatan keluarga < Rp. 1.200.000. sementara ibu

(10)

sebagai berikut: umur 20-35 tahun, pendidikan SMA, pendapatan keluarga < Rp

1.200.000.

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan presentase karakteristik ibu yang mengalami perdarahan antepartum (n=17)

Karakteristik Frekuensi Persentase

(%) 3. Penyebab Perdarahan

Plasenta Previa 4. Riwayat Penyakit sebelum Persalinan

Ada 5. Jenis Riwayat Kehamilan

Abortus

Hasil penelitian menujukkan bahwa karakteristik obstetrik ibu yang

mengalami perdarahan antepartum adalah multipara, usia kehamilan >28 minggu,

penyebab perdarahan plasenta previa, riwayat penyakit sebelum persalinan, jenis

(11)

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan presentase karakteristik ibu yang mengalami perdarahan postpartum (n=25)

Karakteristik Frekuensi Persentase

(%) 2. Jarak Persalian

< 2 Tahun 3. Penyebab Perdarahan

Autonia Uteri Retensio Plasenta Laseria Jalan Lahir

2 4. Jenis Penyakit Sebelum Persalinan

Ada 5. Riwayat Kehamilan/ Persalinan Abnormal

Secsio (SC)

Hasil penelitian menujukkan bahwa karakteristik obstetrik ibu yang

mengalami perdarahan postpartum adalah multipara, jarak persalinan>3 tahun,

penyebab perdarahan retensio plasenta, riwayat penyakit sebelum persalinan ada,

(12)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Perdarahan Antepartum

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 17 kasus di RSUP Haji Adam

Malik Tahun 2010-2015 Medan, tentang karakterisitik ibu yang mengalami

perdarahan antepartum dan postpartum dari tahun 2010-2015, Berdasarkan umur

responden, mayoritas umur responden >35 tahun sebanyak 8 orang (47,1%),

20-35 tahun sebanyak 6 orang (20-35,3%), dan < 20 tahun sebanyak 3 orang (17,6%).

Ibu dengan umur berisiko mengalami perdarahan antepartum lebih besar

dibandingkan ibu dengan umur tidak berisiko.Hasil ini sesuai teori yang

menyatakan bahwa umur dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun merupakan umur

yang dianggap resiko dalam masa kehamilan.Kehamilan pada umur kurang dari

20 tahun panggul dan rahim masih kecil dan alat reproduksi yang belum

matang.Pada umur diatas 35 tahun, kematangan organ reproduksi mengalami

penurunan dibandingkan pada saat umur 20-35 tahun.Hal ini dapat mengakibatkan

timbulnya masalah-masalah kesehatan pada saat persalinan dan berisiko

terjadinya perdarahan antepartum (Manuaba, 2009).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wardana, (2007) menyatakan

peningkatan umur ibu merupakan faktor risiko perdarahan antepartum, karena

sklerosis pembuluh darah arteri kecil dan arteriole miometrium menyebabkan

aliran darah ke endometrium tidak merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar

dengan luas permukaan yang lebih besar, untuk mendapatkan aliran darah yang

(13)

adalah 20-35 tahun. Risiko perdarahan antepartum meningkat dengan

bertambahnya usia ibu, terutama setelah usia 35 tahun.

Hasil penelitian tingkat pendidikan SMA 8 orang (47,1%), SD 5 orang

(29,4%), dan SMP 4 orang (23,5%). Pada penelitian ini pendidikan ibu

merupakan salah satu faktor penting dalam usaha menjaga kesehatan ibu, anak

dan keluarga.Tingkat pendidikan formal seorang ibu berkaitan dengan

pengetahuan dan kesadarannya dalam mengantisipasi kesulitan selama kehamilan

dan persalinanya sehingga termotivasi untuk melakukan pengawasan kehamilan

secara berkala dan teratur.

Hasil penelitian penghasilan keluarga < 1.200.000 9 orang (52,9%),

1.200.000-2.000.000 4 orang (23,5%), dan > 2.000.0000 4 orang (23,5%). Pada

penelitian ini penghasilan dalam keluarga sangat berpengaruh dalam pemenuhan

nutrisi khususnya pada ibu yang sedang hamil dan setelah melahirkan, karena

nutrisi sangat penting untuk ibu dan janin yang di kandung dan mengurangi resiko

terjadinya perdarahan.

Hasil dari penelitian ini didapatkan data perdarahan antepartum yang

dilihat dari beberapa faktor yang dapat dilihat pada tabel 5.3.Berdasarkan paritas

multipara sebanyak 10 orang (58,8%), nulipara sebanyak 3 orang (17,6%),

primipara sebanyak 2 orang (11,8%), dan grandemultipara sebanyak 2 orang

(11,8%). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menjelaskan frekuensi

terjadinya perdarahan antepartum meningkat pada seorang ibu hamil yang sudah

sering melahirkan Hendrik ( 2006). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aryanti

(14)

kali dibandingkan dengan primipara. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Abdat (2010) yang menunjukan hasil distribusi

faktor risiko paritas ibu pada kejadian perdarahan antepartum dengan primipara

30% sedangkan pada multipara 70%. Hal ini menunjukkan kejadian perdarahan

antepartum meningkat pada multipara.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ernawati (2009)

karakteristik penderita perdarahan antepartum rawat inap di RSU Santa Elisabeth

bahwa proporsi paritas penderita perdarahan antepartum tertinggi adalah nulipara

34,2% dan relative sama dengan paritas primipara dan multipara masing-masing

32,9%. Pada penelitian ini tidak ditemukan paritas grandemultipara pada pederita

pendarahan antepartum.

Hasil penelitian usia kehamilan >28 minggu 9 orang (52,9%), dan <28

minggu 8 orang (47,1%).Hasil penelitian ini sesuai denagn teori Winkjosastro

(2007) menyatakan bahwa perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir

setelah kehamilan 28 minggu. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang di lakukan

Ernawati (2002) dengan desian penelitian case series yang menemukan kasus

plasenta previa dengan proporsi usia kehamilan tertinggi penderita pendarahan

antepartum lebih dari 28 minggu 94,0%.

Hasil penelitian penyebab perdarahanplasenta previa 11 orang (64,7%),

solusio plasenta 4 orang (23,5%), dan penyebab lainnya 2 orang (11,8%).

Penyebab lain perdarahan antepartum adalah karena pecahnya sinum marginalis.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Bangun (2005) dengan

(15)

plasenta previa 76,2%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Simbolon

(2004) dengan penelitian Case Series bahwa proporsi penyebab perdarahan

tertinggi penderita pendarahan antepartum adalah plasenta previa 77,6%.

Berdasarkan riwayat penyakit sebelum persalinan ada 15 orang (88,2%),

dan tidak ada 2 orang (11,8%).

Hal berkaitan dengan paritas penderita perdarahan antepartum dengan

proporsi tertinggi multipara sebanyak 10 orang (58,8%).

Hasil penelitian jenis riwayat kehamilan secsio cesaria (SC) 14 orang

(82,4%), abortus 1 orang (5,9%), dan normal 2 orang (2%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan riwayat operasi

sesarea pada persalinan sebelumnya dapat meninggalkan jejas pada uterus,

sehingga dapat memungkinkan plasenta mencari tempat yang tepat untuk

menanamkan diri Husni (2014).Endometrium yang kurang baik juga dapat

menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu tempat yang

rendah dekat dengan Ostium Uteri Internum.Resiko melahirkan secara sesarea

berkali-kali membuat letak plasenta terlalu dekat dengan leher rahim sehingga jika

leher rahim terbuka bisa menyebabkan keguguran dan perdarahan hebat

(Prawiroharjo, 2009).

Riwayat seksio sesarea dilaporkan oleh Tabassum (2010) meningkatkan

risiko perdarahan antepartum sebesar 5,3 kali dan 1,6 kali pada penelitian

Cromwell et al. tahun 2011, serta Getahun et al. perubahan patologis dapat terjadi

(16)

yang mengakibatkan implantasi plasenta menjadi rendah pada ostium uteri

internum sehingga meningkatkan risiko perdarahan antepartum Ernawati (2006).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Simbolon (2004) bahwa

proporsi jenis riwayat kehamilan/persalinan jelek tertinggi penderita perdarahan

antepartum adalah seksio cesarean (SC) (71,9%).

Hal ini sesuai dengan Ernawati (2009) bahwa proporsi jenis riwayat

kehamilan atau persalinan jelek penderita perdarahan antepartum tertinggi adalah

sescio caserea 50% dan terendah adalah premature 4,5%.

5.2.2. Perdarahan Postpartum

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 25 kasus di RSUP Haji Adam

Malik Tahun 2010-2015 Medan, tentang karakterisitik ibu yang mengalami

perdarahan antepartum dan postpartum dari tahun 2010-2015, umur 20-35 tahun

17 orang (68,0%), >35 tahun 7 orang (28,0%), dan < 20 tahun 1 orang ( 4,0%).

Pada penelitian ini usia 20-35 tahun merupakan kelompok usia reproduksi yang

optimal bagi ibu untuk hamil dan melahirkan.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Simbolon (2004), bahwa

proporsi umur tertinggi antepartum pada kelompok umur resiko rendah 20-35

tahun sebesar (73,3%). Bahwa umur di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun

memiliki risiko mengalami perdarahan antepartum 3,1 kali lebih besar

dibandingkan ibu yang berumur 20 sampai 25 tahun. Umur paling aman bagi

seorang wanita untuk hamil dan melahirkan adalah umur antara 20-35 tahun,

karena mereka berada dalam masa reproduksi sehat. Kematian maternal pada ibu

(17)

meningkat secara bermakna, karena mereka terpapar pada komplikasi baik medis

maupun obstetrik yang dapat membahayakan jiwa ibu.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian

Sherzaman (2007) bahwa pada tingkat kepercayaan 95% ibu yang berumur di

bawah 20 tahun atau di atas 30 tahun memiliki risiko mengalami perdarahan

postpartum 3,3 kali lebih besar dibandingkan ibu yang berumur 20 sampai 29

tahun. Selain itu sejalan dengan penelitian Perdarahan pascapersalinan

yangmengakibatkan kematian maternal pada wanita hamil yang melahirkan pada

usia dibawah 20 tahun 2-5 kali lebih tinggi daripada perdarahan pascapersalinan

yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Perdarahan pascapersalinan meningkat

kembali setelah usia 30-35 tahun Agan (2007).

Hasil penelitian tingkat pendidikan SMA 8 orang (47,1%), SD 5 orang

(29,4%), dan SMP 4 orang (23,5%). Pada penelitian ini pendidikan ibu

merupakan salah satu faktor penting dalam usaha menjaga kesehatan ibu, anak

dan keluarga.Tingkat pendidikan formal seorang ibu berkaitan dengan

pengetahuan dan kesadarannya dalam mengantisipasi kesulitan selama kehamilan

dan persalinanya sehingga termotivasi untuk melakukan pengawasan kehamilan

secara berkala dan teratur.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rahmi (2009) karakteristik penderita

perdarahan postpartum yang datang ke RSU Dr. Peringadi Medan Tahun

2001-2004 adalah SLTA 40,5% pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penting

dalam menjaga kesehatan ibu, anak, dan keluarga. Tingkat pendidikan normal

(18)

kesulitan kehidupan dan persalinanya sehingga termotivasi untuk melakukan

pengawas kehamilan secara berkala dan teratur.

Hasil penelitian penghasilan keluarga <1.200.000 9 orang (52,9%),

1.200.000-2.000.000 4 orang (23,5%), dan > 2.000.0000 4 orang (23,5%). Pada

penelitian ini penghasilan dalam keluarga sangat berpengaruh dalam pemenuhan

nutrisi khususnya pada ibu yang sedang hamil dan setelah melahirkan, karena

nutrisi sangat penting untuk ibu dan janin yang di kandung dan mengurangi resiko

terjadinya perdarahan. Semakin sedikit pendapatan maka akan sangat berpengaruh

pada saat ibu yang mengalami perdaharan untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Jika semakin tinggi pendapatan maka akan semakin cepat penanganan untuk

kebutuhan nutrisi pada ibu.

Hasil penelitian multipara 11 orang (44%), nulipara 8 orang (32%),

primipara 3 orang (12), dan grandemultipara 3 orang (12%).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rahmi (2009) proporsi tertinggi

penderita perdarahan postpartum tercacat 23,1%. Paritas mempunyai pengaruh

terhadap kejadian pendarahan postpartum karena setiap kehamilan dan persalinan

terjadi perubahan serabut otot pada uterus yang dapat menurukan kemampuan

uterus untuk berkontraksi.

Hasil penelitian jarak persalinan >3 tahun 9 orang (36%), <2 tahun 7 orang

(3%), dan 2-3 tahun 9 orang (36%).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rahmi (2009) bahwa proporsi

tertinggi perdarahan postpartum dari jarak persalinan tercacat adalah 2-3 tahun

(19)

melahirkan agar keadaan uterus dan kondisi ibu pulih kembali. Jarak kehamilan

pendekan akan meningkatkan resiko terhadap ibu dan anak jarak persalinan yg

optimal adalah antara 2-3 tahun.

Hasil penelitian penyebab perdarahan retensio plasenta 17 orang (68%),

autonia uteri 2 orang (8%), dan laseria jalan lahir 6 orang (24%).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rahmi (2009) karakteristik penderita

perdarahan postpartum yang datang ke RSU Dr. Peringadi Medan Tahun

2001-2004 proprsi tertinggi penderita pendarahan dari penyebab pendarahan yang

tercatat adalah retensio plasenta 60,5%. Hal ini berkaitan dengan tingginya

proporsi penderita dengan tindakan partus spontan sehingga kemungkinan adanya

keterlambatan lahirnya plasenta. Laserasi bisa disebabkan karena kelahiran

operatif (SC), kelahiran spontan tidak terkontrol, kelain kongenital pada

bagian-bagian maternal yang lunak, kontraksi pelvis, jaringan parut yang sudah ada

sebelunya akibat infeksi, cedara/ pembedahan. Persalinan yang dipaksa dapat

menyebabkan terjadinya rupture uteri.

Hasil penelitian riwayat penyakit sebelum persalinan ada 22 orang (88%), dan

tidak ada 5 orang (20%).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rahmi (2009) bahwa proporsi

tertinggi penderita perdarahan adalah pada ibu yang tidak ada riwayat obsetri jelek

70,7%. Hal ini berkaitan dengan paritas dan jarak persalinan ibu yang belum

pernah mengalami persalinan sebelumnya cukup tinggi sehingga tidak memiliki

(20)

Hasil penelitian jenis riwayat kehamilan normal 22 orang (88%), dan

secsio (SC) 3 orang (12%).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rahmi (2009) bahwa proporsi

tertinggi penderita perdarahan postpartum adalah partus spontan 96,3%. Hal ini

berkaitan dengan proporsi rujukan penderita perdarahan postpartum pada

(21)

BAB VI

KESIMPULAN dan SARAN

Pada bab ini akan dibuat kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil

penelitian sebagai berikut:

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka didapat beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

Dari hasil penelitian karakteristik ibu yang mengalami perdarahan antepartum dan

postpartum yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik di peroleh data perdarahan

berdasarkan umur antepartum > 35 tahun 8 orang (47,1%), umur postpartum

20-35 tahun 17 orang (68,0%), pendidikan antepartumSMA 8 orang (47,1%),

pendidikan postpartum SMA 13 orang (52,0) , dan penghasilan keluarga

antepartum < Rp. 1200.000 9 orang (52,9%), penghasilan keluarga postpartum <

Rp. 1200.000 13 orang (52,0%),. Berdasarkan hasil penelitian Penderita

Perdarahan Antepartum multipara 10 orang (58,8%), usia kehamilan >28 minggu

9 orang (52,9%), penyebab perdarahan plasenta previa 11 orang (64,7%), riwayat

penyakit sebelum persalinan ada 15 orang (88,2%), jenis riwayat kehamilan

Secsio (SC) 14 orang (82,4%). Hasil data penelitian Penderita Perdarahan

Postpartum multipara 11 orang (44%), jarak persalinan >3 tahun dan 2-3 tahun 9

orang (36%), penyebab perdarahan retensio plasenta 17 orang (68%), riwayat

penyakitsebelum persalinan ada 20 orang (80%), jenis riwayat kehamilan normal

(22)

6.1.Saran

6.1.1. Tenaga kesehatan

Penelitian ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai masukan

untuk meningkatkan penanganan perdarahan antepartum dan

postpartum agar mengurangi angka kematian ibu.

6.1.2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan dari sebab

terjadinya kejadian antepartum dan postpartum untuk menghindari

faktor resiko kejadian perdarahan dan meningkatkan pengawasan

pada ibu sebelum dan sesudah melahirkan.

6.1.3. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan terhadap kejadian perdarahan antepartum

dan postpartum, untuk meningkatkan kemampuan dalam

penelitian, sehingga menghasilkan penelitian yang lebih baik lebih

berguna lagi, dan juga menyediakan data bagi penelitian lanjutan

Gambar

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan presentase karakteristik ibu yang mengalami perdarahan antepartum (n=17)
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan presentase karakteristik ibu yang mengalami perdarahan postpartum (n=25)

Referensi

Dokumen terkait

penting. Dimana dengan adanya pegawai yang propesional yang mudah menyelesaikan setiap pekerjaan yang harus dilakukan. Dalam tugas dan fungsi Badan Kepegawaian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kepala sekolah dalam pembinaan prestasi kerja guru dilaksanakan dengan menyesuaikan kondisi maupun keadaan guru agar pretasi

Sebagian besar remaja pada kelompok obesitas memiliki kecukupan energi, karbohidrat, protein dan lemak lebih tinggi dibandingkan dengan remaja non obesitas. Hasil

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktorkualitas pelayanan apa saja yang berpengaruh terhadap kepuasan nasabah di Bank Syari’ah Mandiri Cabang Salatiga.Variabel

Penerapan sanksi denda atas keterlambatan pembayaran pada al-qard{ al- h{asan di BMT An-Nur Rewwin Sidoarjo sesuai dengan hukum Islam dan fatwa DSN kepada nasabah yang terpaksa

Ketepatan pegawai dalam melayani konsumen merupakan salah satu dimensi dari kualitas pelayanan yang memiliki nilai paling tinggi karena para pegawai yang berada di Sushi Den

(Kintiraki, Papakatsika, Kotronis, Goulis, &amp; Kotsis, 2015) penanganan hipertensi dilakukan dengan konvensional yaitu obat penurun hipertensi, tetapi pengobatan

We are not negative to detailed risk quantification as such, but quantification often requires strong simplifications and assumptions and, as a result, important factors could