• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Pemeriksaan Pap Smear, Diagnosis dan Faktor Risiko Kanker Serviks di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hasil Pemeriksaan Pap Smear, Diagnosis dan Faktor Risiko Kanker Serviks di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kanker Serviks

2.1.1. Defenisi Kanker Serviks

Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh dan berkembang pada serviks

atau mulut rahim, khususnya berasal dari lapisan epitel atau lapisan terluar

permukaan serviks (Arum, 2015; Riksani, 2015).

2.1.2. Etiologi Kanker Serviks

HPV merupakan virus yang menginfeksi kulit dan selaput lendir serta

memicu terjadinya perubahan genetik. Infeksi HPV biasanya terjadi setelah

wanita melakukan koitus. Sebagian besar HPV akan menghilang dengan

sendirinya karena daya tahan tubuh juga berperan dalam menangkal virus ini,

namun terdapat pula sebagian HPV yang bersifat menetap, sehingga

menyebabkan displasia, yaitu sel-sel normal serviks mulai berubah menjadi sel

kanker (Rasjidi, 2007; Wijaya, 2010).

Penyebab kanker serviks diketahui adalah virus HPV. Kurang lebih 90%

kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV tipe high risk yaitu sub tipe 16 dan 18. HPV memproduksi protein yang dikenal sebagai E6 dan E7. Protein

ini mengganggu fungsi sel yang biasanya mencegah pertumbuhan sel secara

berlebihan dengan cara mematikan beberapa supresor gen tumor sehingga

menyebabkan pertumbuhan sel menjadi abnormal dan berpotensi menjadi

(2)

2.1.3. Manifestasi Klinis Kanker Serviks

Lesi prakanker atau kanker stadium dini biasanya asimtomatik dan hanya

terdeteksi dengan pemeriksaan sitologi. Gejala atau ciri-cirinya akan terlihat jika

kanker sudah berkembang dan berpengaruh terhadap organ-organ disekitarnya,

hal ini berarti bahwa kanker sudah mencapai stadium lanjut. Manifestasi awal

kanker serviks yaitu:

2.1.3.1. Perdarahan per vagina

Perdarahan biasa terjadi setelah melakukan hubungan seksual atau di

luar masa haid. Selain itu, perdarahan bisa terjadi saat seseorang mengedan

terlalu kuat pada saat buang air besar, sehingga darah segar akan bercampur

dengan keputihan. Perdarahan lain yang dapat menjadi tanda gejala kanker

serviks ialah perdarahan setelah menopause, biasanya jumlah perdarahnnya tidak

banyak dan seringkali diabaikan karena tidak disertai dengan gejala sakit pada

perut dan pinggang (Arum, 2015).

2.1.3.2. Keputihan berulang

Keputihan merupakan keluarnya cairan encer yang berlebihan dari

vagina. Tidak semua keputihan berbahaya, ada dua jenis keputihan yaitu yang

bersifat fisiologis (normal) dan keputihan patologis (abnormal). Keputihan

fisiologis terjadi sebelum dan sesudah menstruasi. Keputihan terlihat bening,

tidak gatal, dan tidak berbau. Keputihan dapat menghilang jika mendapatkan

penanganan yang tepat. Namun, keputihan yang disebabkan oleh kanker

(3)

baik dan benar. Keputihan patologis yang dirasakan biasanya berbau, gatal dan

panas karena sudah terjadi infeksi.

Adapun gejalan lanjutan kanker serviks yaitu keluarnya cairan vagina

berbau tidak sedap, nyeri pada bagian panggul, pinggang, dan tungkai, gangguan

saat berkemih dan kesulitan buang air kecil karena adanya sumbatan pada

saluran kemih, nyeri di daerah kandung kemih dan anus, penurunan berat badan,

dan mudah merasa lelah (Arum, 2015).

2.1.4. Faktor Risiko Terjangkit Kanker Serviks

2.1.4.1. Usia

Wanita yang berusia 35-50 tahun dan masih aktif berhubungan seksual

memiliki risiko mengidap kanker serviks karena seiring pertambahan usia maka

terjadi perubahan anatomi dan histologi (metaplasia) (Arum, 2015). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa wanita yang berusia ≥ 35 tahu n berisiko 5,86 kali mengalami kejadian lesi prakanker serviks dibanding mereka yang berusia <

35 tahun. Sebagian besar kanker banyak terjadi pada lanjut usia, risikonya

meningkat dua kali lipat setelah usia 35 tahun. Peningkatan risiko ini

berhubungan dengan meningkat dan bertambah lamanya pemaparan terhadap

karsinogen serta lesi prakanker membutuhkan waktu yang lama yaitu sekitar

10-20 tahun untuk menjadi kanker serviks (Wahyuningsih dan Erry, 10-2014;

Syatriani, 2011). Kanker serviks di Indonesia tahun 2012 paling sering terjadi

pada wanita berusia 45-49 tahun dengan estimasi sebesar 3354 kasus (ICO,

(4)

2.1.4.2. Jumlah pasangan seksual

Beberapa jenis HPV dapat ditularkan melalui hubungan seksual, dengan

demikian kanker serviks berkaitan dengan jumlah pasangan seksual. Jika

seorang wanita memiliki banyak pasangan seksual maka ia akan semakin

berisiko terkena kanker serviks (Wijaya, 2010). Hal ini berhubungan dengan

protein yang terdapat pada sperma pria menyebabkan kerusakan pada sel epitel

serviks. Sel epitel serviks pada dasarnya mampu mentoleransi dan mengenali

protein tersebut tetapi apabila seorang wanita melakukan hubungan seksual

dengan banyak pria yang memiliki protein yang berbeda-beda pada setiap

spermanya, maka akan menyebabkan kerusakan tanpa perbaikan dari sel serviks

sehingga mengakibatkan perlukaan. Adanya luka tersebut dapat mempermudah

infeksi HPV (Wahyuningsih dan Erry, 2014).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih dan Erry (2014)

menunjukkan bahwa responden yang menderita lesi prakanker serviks memiliki

mitra seksual > 1 orang. Mitra seksual > 1 orang akan meningkatkan risiko 6,19

kali lebih besar untuk mengalami lesi prakanker serviks dibandingkan dengan

responden yang memiliki pasangan seksual 1 orang saja.

2.1.4.3. Melakukan hubungan seksual pada usia dini

Usia dibawah 20 tahun dianggap belum matang untuk menjalani

pernikahan atau hubungan seksual. Menurut UNDESA (2010) Indonesia

termasuk negara ke-37 dengan persentase pernikahan usia muda yang tinggi dan

(5)

yang relatif muda (di bawah 20 tahun) berisiko meningkatkan terjadinya kanker

serviks. Hal ini dikaitkan dengan pembentukan sel epitel atau lapisan dinding

vagina dan serviks yang belum matang sempurna akibat ketidakseimbangan

hormonal (Riksani, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Sadewa (2014)

menunjukkan bahwa 90% pasien yang terdiagnosis kanker serviks menikah di

usia ≤ 20 tahun. Terlihat bahwa hubungan seksual pada usia dini berkaitan erat dengan kejadian kanker serviks.

Ketika seorang wanita berusia 12-17 tahun maka sel dalam mulut rahim

menjadi lebih aktif membelah. Pembelahan ini seharusnya tidak terjadi kontak

atau rangsangan apapun dari luar. Adanya benda asing termasuk alat kelamin

pria atau sperma yang masuk ke dalam vagina wanita akan menyebabkan

pembelahan sel menjadi abnormal. Sel abnormal dalam mulut rahim tersebut

dapat menyebabkan kanker serviks, hal ini diperparah apabila pada saat

masuknya benda asing menyebabkan luka pada mulut rahim sehingga

mempermudah terjadinya infeksi HPV (Wahyuningsih dan Erry, 2014).

2.1.4.4. Frekuensi persalinan

Paritas merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker serviks

dengan besar risiko 4,55 kali untuk terkena kanker serviks pada perempuan

dengan paritas > 3 dibandingkan perempuan dengan paritas < 3 (Mega, Suwi

dan Suastika 2008 dalam Wahyuningsih dan Erry 2014). Hal ini disebabkan

pada saat hamil seseorang akan mengalami penurunan kekebalan seluler. Hal ini

dibuktikan pada suatu studi kohort di mana didapatkan bahwa infeksi HPV lebih

(6)

2003 dalam Wahyuningsih dan Erry 2014). Selain itu apabila seseorang banyak

mengalami persalinan maka dapat menyebabkan jalan lahir menjadi longgar

serta robekan di selaput serviks menyebabkan terbukanya jaringan, sehingga

mempunyai kesempatan untuk terkontaminasi oleh virus yang menyebabkan

infeksi (Rohani, F., Isma, Y., dan Saryono, 2009).

2.1.4.5. Wanita yang berasal dari sosial ekonomi rendah

Kanker serviks berkaitan dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah,

hal ini berhubungan dengan kemampuan wanita dalam mendapatkan asupan

makanan yang bergizi dan berperan penting dalam menjaga dan meningkatkan

daya tahan tubuh, termasuk menahan serangan infeksi virus HPV. Sosial

ekonomi yang rendah juga berkaitan dengan kurangnya kebersihan perorangan

dan keterbatasan dalam mengakses pelayanan kesehatan, termasuk deteksi dini

kanker serviks melalui Pap Smear yang seharusnya dilakukan pada wanita berusia 35 tahun ke atas (Syatriani, 2011; Riksani, 2015). Sosial ekonomi

berhubungan dengan penghasilan atau pendapatan. Berdasarkan keputusan

Gubernur Sumatera Utara tentang penetapan upah minimum Kota Medan

diketahui bahwa Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara tahun 2016 adalah

Rp.1.811.875,-/ bulan.

2.1.4.6. Wanita yang merokok

Wanita yang merokok mempunyai risiko dua kali lebih besar mengalami

kanker serviks dibandingkan wanita yang tidak merokok. Kandungan di dalam

rokok salah satunya merupakan tembakau. Bahan karsinogenik spesifik dari

(7)

kokarsinogen infeksi HPV. Para peneliti percaya bahwa zat ini merusak DNA

dari sel-sel leher rahim dan berkontribusi terhadap perkembangan kanker serviks.

Merokok juga membuat sistem kekebalan tubuh menurun untuk melawan infeksi

HPV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 75% responden yang merokok

menderita lesi prakanker serviks (Mulyani dan Wahyuningsih , 2014; American

Cancer Society, 2016).

2.1.4.7. Wanita pengguna alat kontrasepsi oral (pil kb)

Guven et al (2009, dalam Riksani 2015) menyimpulkan bahwa

penggunaan kontrasepsi oral menyebabkan kekentalan lendir pada serviks,

sehingga bisa memperlama agen karsinogenik berada di serviks, di mana agen

ini merupakan penyebab kanker serviks yang terbawa pada saat berhubungan

seksual. Risiko kanker serviks meningkat dua kali lipat pada wanita yang

menggunakan pil kb lebih dari 5 tahun, tapi risiko kembali berkurang apabila

sudah berhenti menggunakan pil kb dalam kurun waktu 10 tahun (American

Cancer Society, 2016). Berdasarkan penelitian Syatriani (2011) diketahui bahwa

95,5% responden yang menggunakan pil kontrasepsi ≥4 tahun, dinyatakan positif lesi prakanker serviks (Wahyuningsih dan Erry, 2014). Hal ini dikaitkan

dengan kandungan estrogen dan progestin yang terdapat dalam kontrasepsi oral.

Penggunaan hormon estrogen harus dalam pengawasan dokter agar sekaligus

diberikan zat anti kanker sehingga penggunaan kontrasepsi oral tidak

meningkatkan risiko menjadi kanker (Herman, 1998 dalam Wahyuningsih dan

(8)

2.1.4.8. Pasangan pria yang tidak disirkumsisi

Sirkumsisi adalah tindakan medis berupa pembuangan sebagian atau

seluruh bagian prepusium yang melingkupi kepala penis. Pada wanita yang

memiliki pasangan yang non sirkumsisi maka akan meningkatkan risiko

terjadinya kanker serviks, karena pada laki-laki yang non sirkumsisi maka

smegma akan berkumpul pada pangkal penis. Apabila kebersihan penis tidak

dirawat dengan baik maka smegma semakin lama akan semakin menumpuk.

Smegma yang menumpuk akan meningkatkan risiko laki-laki sebagai pembawa

atau penular virus HPV (Syatriani, 2011; Riksani, 2015).

2.1.4.9. Pembalut wanita

Risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang menggunakan

pembalut disebabkan kandungan dioxin dan serat sintetis. Dioxin dan serat

sintetis ditemukan pada pembalut wanita dan produk sejenis lainnya yang

berisiko tinggi terhadap kesehatan wanita, karena apabila zat dioxin bercampur

dengan darah menstruasi yang tidak steril menyentuh permukaan vagina maka

akan menyebabkan dioxin terhisap ke dalam rahim. Selanjutnya, aliran darah

akan membawa zat dioxin menuju organ-organ tubuh. Pertama, akan mengenai

permukaan vagina/vulva, diserap ke dalam rahim melalui saluran serviks,

kemudian masuk ke dalam uterus, selanjutnya melalui tuba fallopi dan berakhir di ovarium. Dioxin mempunyai efek yang berbahaya bagi kesehatan reproduksi

wanita karena dapat mempercepat proses perkembangan kanker, termasuk

kanker serviks (Syatriani, 2011).

(9)

Seorang wanita yang memilki saudara kandung atau ibu yang

mempunyai kanker serviks akan berisiko mengalami kanker serviks 2-3 kali

lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki riwayat kanker

serviks pada keluarganya. Beberapa peneliti menduga hal ini berhubungan

dengan berkurangnya kemampuan untuk melawan infeksi HPV (American

Cancer Society, 2016).

2.1.5. Cara Penularan Kanker Serviks

Saat seorang wanita terpapar virus HPV, sistem pertahanan tubuh akan

bereaksi sehingga virus tidak menimbulkan bahaya bagi kesehatan tubuh.

Namun, pada sebagian wanita virus tetap bertahan meskipun tubuh sudah

melakukan perlawanan. Virus inilah yang jika dibiarkan dapat mengubah sel-sel

normal menjadi abnormal dan kemudian berkembang lagi menjadi sel kanker

(Riksani, 2015).

Perjalanan kanker serviks dari mulai infeksi HPV, tahap prakanker atau

dikenal dengan Cervical Intraepithelial Neoplasia (CIN), hingga menjadi kanker serviks membutuhkan waktu sekitar 10-20 tahun (Wijaya, 2010).

Penularan HPV bisa terjadi dengan cara organ genital-genital,

manual-genital, dan oral-genital. Namun diantara ketiga cara tersebut, penularan melalui

genital-genital merupakan yang paling sering dibandingkan yang lainnya

(Riksani, 2015; Rasjidi, 2007) . Apabila terdapat virus pada tangan seseorang

dan ia menyentuh daerah genital, maka virus ini akan berpindah dan

menginfeksi daerah serviks atau leher rahim. Cara penularan lainnya adalah pada

(10)

2.1.6. Klasifikasi histopatologis sel kanker serviks

Secara histopatologis pertumbuhan sel kanker serviks dapat

diklasifikasikan ke dalam empat stadium yaitu displasia, karsinoma in situ,

karsinoma mikroinvasif, dan karsinoma invasif.

2.1.6.1. Displasia

Displasia adalah pertumbuhan aktif disertai gangguan proses

pematangan epitel skuamosa yang dimulai pada bagian basal sampai ke lapisan

superfisial. Berdasarkan derajat perubahan sel individu dan lapisan sel epitel

yang jelas mengalami perubahan, displasia terbagi dalam tiga derajat

pertumbuhan, yaitu :

1. Displasia ringan

Perubahan terjadi pada sepertiga basal epidermis. Displasia ringan

ditandai dengan inti sel selalu besar, tidak teratur dan berwarna

hitam/gelap.

2. Displasia sedang

Derajat atipia lebih nyata dan sel atipia menempati sampai dua

pertiga ketebalan epitel dan membran inti teratur.

3. Displasia berat

Sel atipia sangat mencolok dan disertai kekacauan polaritas yang

mencolok. Sel berukuran besar dengan inti yang lebih gelap dan hampir

(11)

Gambar 2.1. Displasia

2.1.6.2. Karsinoma In situ

Seluruh sel epitel menunjukkan gambaran sel karsinoma. Pembesaran

inti nyata dan hanya lingkaran kecil sitoplasma yang terlihat jelas.

Gambar 2.2. Karsinoma in situ

2.1.6.3. Karsinoma mikroinvasif

Karsinoma mikroinvasif ditandai oleh adanya peningkatan derajat

pertumbuhan sel disertai dengan sel tumor yang menembus membrana basalis.

(12)

2.1.6.4. Karsinoma invasif

Derajat pertumbuhan sel menonjol, besar dan sel mempunyai bentuk

yang bervariasi, inti berwarna gelap dan susunan sel tidak teratur. Sekelompok

atau lebih sel tumor menginvasi membrana basalis dan tumbuh ke dalam stroma.

Apabila kanker telah mencapai tahap ini maka kanker akan sulit untuk

disembuhkan karena penyebarannya sudah luas.

Gambar 2.4. Karsinoma invasif

2.1.7 Klasifikasi Histologi dan stadium

Berdasarkan tingkat keganasannya, perkembangan kanker serviks terbagi

dalam beberapa stadium, dimulai dari stadium nol yang bersifat non invasif

hingga stadium IV yang sudah menyebar ke organ-organ tubuh yang lain

(Wijaya, 2010).

Tabel 2.1 Stadium Klinis kanker Serviks menurut FIGO 2008

Stadium Penyebaran

0 Karsinoma in situ (karsinoma preinvasif)

I Karsinoma serviks terbatas di uterus (ekstensi ke korpus uterus dapat

diabaikan)

IA Karsinoma serviks terbatas di uterus (ekstensi ke korpus uterus dapat

diabaikan)

(13)

kurang pada ukuran secara horizontal

IA2 Invasi stroma lebih dari 3,0 mm dan tidak lebih dari 5,0 mm dengan

penyebaran horizontal 7,0 mm atau kurang

IB Lesi terlihat secara klinik dan terbatas di serviks atau secara mikroskopik

lesi lebih besar dari IA2

IB1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0 cm atau

kurang

IB2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih dari 4,0

cm

II Invasi tumor keluar dari uterus tetapi tidak sampai ke dinding panggul atau

mencapai 1/3 bawah vagina

IIA Tanpa invasi ke parametrium

IIA1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0 cm atau

kurang

IIA2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih dari 4,0

cm

IIB Tumor dengan invasi ke parametrium

III Tumor meluas ke dinding panggul atau mencapai 1/3 bawah vagina

dan/atau menimbulkan hidronefrosis atau afungsi ginjal

IIIA Tumor mengenai 1/3 bawah vagina tetapi tidak mencapai dinding panggul

IIIB Tumor meluas sampai ke dinding panggul dan/ atau menimbulkan

hidronefrosis atau afungsi ginjal

IVA Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum dan/ atau meluas

keluar panggul kecil (true pelvis)

IVB Metastasis jauh (termasuk penyebaran pada peritoneal, keterlibatan dari

kelenjar getah bening supraklavikula, mediastinal, atau para aorta, paru,

hati, atau tulang)

(14)

Gambar 2.5 Stadium kanker serviks

Sumber : https://id.pinterest.com

2.1.8. Prognosis

Angka harapan hidup (kesintasan) pada penderita kanker serviks dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2 Angka Kesintasan 5 tahun

Stadium Kesintasan 5 tahun

0 93%

IA 93%

IB 80%

IIA 63%

IIB 58%

IIIA 35%

IIIB 32%

IVA 16%

IVB 15%

(15)

2.2. Pap Smear

2.2.1. Defenisi Pap Smear

Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan dengan cara mengambil sel epitel yang ada pada leher rahim dan diamati menggunakan

mikroskop untuk mengetahui ada/tidaknya proses infeksi, kelainan prakanker,

dan kanker di vagina dan serviks. Selain itu Pap Smear merupakan salah satu sarana deteksi dini kanker serviks yang cepat, tidak sakit serta mempunyai hasil

yang akurat (Lestadi, 2009; Samadi 2010; Wijaya, 2010).

2.2.2. Indikasi pemeriksaan Pap Smear

Skrining pada wanita yang sudah melakukan seksual aktif, deteksi dini

adanya keganasan pada serviks, pemantauan setelah tindakan pembedahan,

radioterapi, atau kemoterapi kanker serviks (Lestadi, 2009)

2.2.3. Tujuan pemeriksaan Pap Smear

Adapun tujuan pemeriksaan Pap Smear menurut Sukaca (2009 dalam Martini 2013) adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendeteksi sel-sel yang berisiko menjadi kanker

2. Untuk mengetahui normal atau tidaknya sel-sel di serviks

3. Untuk mendeteksi perubahan prakanker pada serviks

4. Untuk mengetahui tingkat keganasan kanker serviks

5. Untuk mendeteksi adanya infeksi yang disebabkan oleh virus urogenital

dan penyakit-penyakit lain yang penularannya melalui hubungan seksual

6. Untuk mengetahui dan mendeteksi sel abnormal yang terdapat pada

(16)

2.2.4. Manfaat Pap Smear

Manfaat Pap Smear menurut Lestadi (2009) yaitu: 2.2.4.1. Evaluasi sitohormonal

Sekret vagina yang menjadi bahan pemeriksaan Pap Smear akan menunjukkan beberapa gambaran terkait dengan penilaian hormonal yaitu

menentukan status hormonal seorang wanita, menentukan adanya penyakit

gangguan hormonal, pada kasus infertilitas dapat menentukan ada/tidaknya

ovulasi, menentukan ada/tidaknya resiko abortus pada kehamilan muda, dan

menentukan maturitas suatu kehamilan

2.2.4.2. Mendiagnosis peradangan

Melalui pemeriksaan Pap Smear, jika seseorang terkena peradangan di area serviks atau vagina maka sebagian besar akan didapatkan gambaran yang

mempunyai ciri khas sesuai dengan organisme penyebabnya, walaupun

kadang-kadang terdapat pula organisme yang tidak memberikan reaksi yang khas.

2.2.4.3. Identifikasi organisme penyebab peradangan

Organisme penyebab peradangan yang terdapat pada vagina dan serviks

pada umumnya sulit untuk diidentifikasi dengan apusan Pap. Meskipun demikian, terdapat beberapa jenis infeksi oleh kuman tertentu yang menimbulkan

perubahan sel yang khas pada sediaan apusan Pap, berdasarkan perubahan tersebut maka akan dapat dikenali organisme penyebabnya. Beberapa organisme

(17)

2.2.4.4. Mendiagnosis kelainan prakanker (displasia) serviks dan kanker serviks

dini atau lanjut (karsinoma in situ/invasif)

2.2.4.5. Memantau hasil terapi

Memantau hasil terapi hormonal, misalnya pada kasus infertilitas atau

gangguan endokrin. Memantau hasil terapi radiasi pada kasus-kasus kanker

serviks yang diobati dengan radiasi. Memantau adanya kekambuhan pada kasus

kanker yang telah dioperasi.

2.2.5. Wanita yang dianjurkan melakukan pemeriksaan Pap Smear

Wanita yang dianjurkan Pap Smear menurut Sukaca (2009 dalam Martini 2013) yaitu wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum namun

aktivitas seksualnya tinggi, wanita yang berusia diatas 35 tahun, wanita yang

berganti-ganti mitra seksual atau pernah menderita HPV atau kutil kelamin, serta

wanita yang menggunakan kontrasepsi oral.

2.2.6. Waktu untuk melakukan Pap Smear

Pap Smear dapat dilakukan secara rutin pada seorang wanita 3 tahun sesudah intercourse pertama kali atau tidak melebihi umur 21 tahun, dilakukan

pemeriksaan rutin setiap tahun (peralatan Pap Smear konvensional) atau setiap 2 tahun (dengan peralatan liquid-based) sampai umur 30 tahun, dilakukan setiap

2-3 tahun bila dalam 3 kali pemeriksaan berturut-turut dengan hasil normal pada

(18)

2.2.7. Alat-alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan Pap Smear

Adapun alat-alat yang dibutuhkan yaitu spekulum cocor bebek, spatula ayre, cytobrush, kaca objek, alkohol 95 % (Samadi, 2010)

2.2.8. Prosedur pemeriksaan Pap Smear

Langkah-langkah Pap Smear menurut Samadi (2010) adalah sebagai berikut:

1. Beri label nama pada ujung kaca objek.

2. Masukkan spekulum, dapat diberikan air atau salin jika perlu.

3. Lihat adanya abnormalitas

4. Identifikasi zone transformasi.

5. Pilih ujung spatula yang paling cocok dengan mulut serviks dan zona

transformasi

6. Putar spatula 3600 dengan permukaan epitelial.

7. Dengan putaran searah jarum jam diawali dan diakhiri pada jam 9 (atau

berlawanan arah jarum jam dari jam 3 ke jam 3), hasil yang terkumpul

dipertahankan horizontal pada permukaan atasnya ketika instrumen

dikeluarkan

8. Jangan memulas sampel pada saat ini jika belum akan difiksasi. Pegang

spatula antara jari dari tangan yang tidak mengambil sampel (atau

letakkan pada kaca obyek dengan spesimen muka di atas), sementara

sampel dari cytobrush dikumpulkan.

(19)

10. Cytobrush hanya perlu diputar minimal ¼ - 1 putaran searah jarum jam, tergantung keadaan ostium serviks

11. Pulas sampel pada spatula pada kaca obyek dengan satu gerakan halus

12. Kemudian pulas cytobrush tepat di atas sampel sebelumnya dengan memutar gagangnya berlawanan dengan arah jarum jam.

13. Pulasan harus rata dan terdiri dari satu lapisan, hindari gumpalan besar

sebisanya tapi juga hindari manipulasi berlebihan yang dapat merusak

sel, pindahkan sampel dari kedua instrumen ke kaca objek dalam

beberapa detik.

14. Fiksasi spesimen secepatnya untuk menghindari artefak karena

pengeringan oleh udara yang akan menyebabkan perubahan degeneratif

yang akan menyebabkan kehilangan bentuk sel . Slide direndam dengan

cepat dalam tempat tertutup yang berisi larutan ethanol 95% selama 20

menit.

15. Keringkan dan kirimkan ke Bagian Sitologi Patologi Anatomi.

Gambar 6 Pemeriksaan Pap Smear

(20)

2.2.9. Klasifikasi sitologi ginekologi Pap Smear

Tabel 2.3. Hasil pemeriksaan sitologi apusan Pap yang umum digunakan

WHO NIS (CIN) Bethesda Papanicolaou

Normal Normal Batas normal Kelas I (normal)

Atipia skuamosa

Displasia ringan NIS I Lesi intra-epitelial

Skuamosa derajat

Displasia sedang NIS II Lesi intra-epitelial Kelas IV (sel sangat

mencurigakan ganas

NIS III Skuamosa derajat

tinggi (high grade

SIL)

Kelas V (sel

diagnosis kanker

(21)

banyak sel atipik)

Karsinoma

skuamosa

invasif

Adenokarsinoma

Karsinoma

skuamosa invasif

Karsinoma

skuamosa

Adenokarsinoma

Sumber : Lestadi, 2009

Gambar 2.7 Segmentasi inti sel pada pemeriksaan Pap Smear dengan kategori normal

Sumber : Suprapto dan Kenty, W.A, 2014

Gambar 2.8 Citra Pap Smear dengan kategori kanker serviks

Gambar

Gambar 2.1. Displasia
Gambar 2.4. Karsinoma invasif
Gambar 2.5 Stadium kanker serviks
Gambar 6 Pemeriksaan  Pap Smear
+3

Referensi

Dokumen terkait

Ketika ada masalah, saya enggan membicarakannya langsung dengan orang yang memiliki masalah

Struktur bagian dalam zeolit yang membentuk lubang dan sambungan dapat diisi dengan molekul-molekul lain, termasuk molekul air. Molekul yang dapat masuk ke dalam

Mengadministrasikan surat Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Badan Kepegawaian Daerah dengan cara mengelompokkan dan mencatat sesuai dengan jenisnya serta menyampaikan kepada

The Legend of Toba Lake merupakan film animasi yang diangkat dari cerita rakyat yang berasal dari Sumatera Utara. Film animasi ini menceritakan tentang seorang pria

Menggosok ujung jari-jari tangan kanan ditelapak tangan kiri dengan gerakan memutar, dari jari kelingking ke ibu jari kemudian sebaliknyac. Menggosok jari-jari kedua tangan

Antioksidan alami di dalam makanan dapat berasal dari senyawa antioksidan yang sudah ada di dalam komponen makanan, senyawa antioksidan yang terbentuk dari

Menyatakan bersedia untuk ikut turut serta dalam penelitian yang berjudul GAMBARAN PROPORSI TINGGI WAJAH BERDASARKAN FOTOMETRI PADA MAHASISWA INDIA TAMIL MALAYSIA FKG USU dan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jumlah lalu lintas harian rata-rata yang melalui jalan perkerasan lentur Simpang Fajar – Lintas Bono Kabupaten