• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Hukum PT. Indocare Pacific Cabang Medan Terhadap Konsumen Barang Ecocare yang Memiliki Cacat Produk Ditinjau dari UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tanggung Jawab Hukum PT. Indocare Pacific Cabang Medan Terhadap Konsumen Barang Ecocare yang Memiliki Cacat Produk Ditinjau dari UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak bermunculan

berbagai macam produk barang/pelayanan jasa yang dipasarkan kepada konsumen

di Tanah Air, baik melalui promosi, iklan, maupun penawaran secara

langsung.1

Permasalahan yang dihadapi konsumen Indonesia saat ini, seperti juga

yang dialami konsumen di negara-negara lainnya, yaitu mengenai kesadaran

semua pihak, baik dari pelaku usaha, pemerintah maupun konsumen sendiri

tentang pentingnya perlindungan konsumen. Pelaku usaha menyadari bahwa

mereka harus menghargai hak-hak konsumen dengan memproduksi barang dan

jasa yang berkualitas, aman dimakan/digunakan, mengikuti standar yang berlaku,

serta harga yang sesuai (reasonable).

Ini menyebabkan semakin banyaknya barang dan/atau jasa di pasaran.

Kondisi ini sebenarnya memberi keuntungan bagi konsumen karena kebutuhan

konsumen akan barang dan/atau jasa yang diinginkan akan terpenuhi. Selain itu,

mereka juga dapat memilih barang dan/atau jasa sesuai dengan keinginan dan

kemampuannya.

2

1

Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, (Jakarta:Transmedia Pustaka,2008), hal. 1.

2Ibid.

Ada beberapa masalah atau kasus yang

(2)

mengenai pelanggaran terhadap hak-hak konsumen yang dilakukan oleh pelaku

usaha.

Pelanggaran terhadap hak-hak konsumen memberi dampak yang sangat

negatif terhadap diri dan juga keselamatan konsumen. Pelanggaran tersebut

dipengaruhi beberapa faktor, antara lain faktor sikap pelaku usaha yang masih

memandang konsumen sebagai pihak yang lemah. Konsumen dipandang sebagai

pihak yang dengan mudah dipengaruhi untuk memakai atau mengkonsumsi segala

bentuk barang atau jasa yang ditawarkan, baik melalui iklan-iklan, atau bentuk

penawaran lainnya.3

Secara umum, masalah-masalah yang sering dikeluhkan konsumen

berkaitan dengan pelanggaran hak konsumen adalah sebagai berikut :4

1. Keluhan terhadap keterlambatan pengiriman barang.

2. Barang yang dikirim sering kali berbeda dengan apa yang sudah

dipesan.

3. Kualitas barang yang tidak bagus.

4. Pelayanan barang/jasa yang buruk.

5. Manipulasi produk barang/jasa yang ditawarkan dengan berbagai cara.

Jika dicermati lebih lanjut, konsumen ternyata tidak hanya dihadapkan

pada persoalan lemahnya kesadaran dan ketidakmengertian (pendidikan) mereka

terhadap hak-haknya sebagai konsumen. Hak-hak yang dimaksud, misalnya

bahwa konsumen tidak mendapatkan penjelasan tentang manfaat barang atau jasa

yang dikonsumsi. Lebih dari itu, konsumen ternyata tidak memiliki bargaining

position (posisi tawar) yang berimbang dengan pihak pelaku usaha. Hal ini terlihat

3 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal. 1.

4

(3)

sekali pada perjanjian baku yang siap untuk ditandatangani dan bentuk klausula

baku atau ketentuan baku yang tidak informatif dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.5

Prinsip yang digunakan para pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan

perekonomiannya adalah prinsip ekonomi, yaitu mendapatkan keuntungan

semaksimal mungkin dengan modal seminimal mungkin. Artinya, dengan

pemikiran seperti ini, sangat mungkin pihak konsumen akan dirugikan, baik

secara langsung maupun tidak langsung.6

Hukum Perlindungan Konsumen merupakan masalah yang menarik dan

menjadi perhatian Pemerintah Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peraturan

perundang-undangan yang mengatur hal ini, yaitu Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Perlindungan Konsumen

merupakan hal yang sangat perlu untuk terus dilakukan karena berkaitan dengan

upaya mensejahterakan masyarakat dalam kaitan dengan semakin berkembangnya

transaksi perdagangan pada zaman modern saat ini. Perhatian mengenai

perlindungan konsumen ini bukan hanya di Indonesia tetapi juga telah menjadi

perhatian dunia.7

Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Perlindungan Konsumen

dirumuskan pengertian perlindungan konsumen sebagai berikut “segala upaya

yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada

5

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op. Cit., hal. 3.

6

Happy Susanto, Op. Cit., hal. 4.

7

M.Sadar, Moh. Taufik Makarao, dan Habloel Mawadi, Hukum Perlindungan Konsumen

(4)

konsumen”.8

Masalah perlindungan konsumen tanpa disadari sering ditemukan dalam

kehidupan sehari-hari. Manusia sebagai salah satu subjek hukum juga sebagai

konsumen yang memakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat.

Hal ini dipertegas oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen Pasal 1 angka 2 yang menyatakan : “Konsumen adalah

setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik

bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain

dan tidak untuk diperdagangkan”.

Akan tetapi, kehadiran Undang-Undang ini belum menyelesaikan

segala masalah mengenai perlindungan konsumen secara tuntas.

9

Faktor yang memperparah masalah perlindungan konsumen yakni kurang

mengertinya masyarakat umum sebagai konsumen terhadap hak-haknya. Banyak

konsumen yang belum mengetahui hak dan kewajibannya sebagai konsumen. Jika

haknya diabaikan, konsumen tidak bisa berbuat apa-apa karena memang tidak

tahu dan tidak sadar. Ketika sadar, mereka justru tidak mengerti bagaimana tata

cara atau prosedur pengaduan dan penuntutan atas hak-haknya yang

dilanggar.10

Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen secara umum mengatakan, “Pembangunan dan Perlindungan terhadap konsumen dipandang secara material maupun

formal makin terasa sangat penting.

8

Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 1, Angka 1.

(5)

perkembangan perekonomian umumnya dan khususnya di bidang perindustrian

dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau

jasa yang dapat dikonsumsi”.11

Adanya undang-undang yang mengatur perlindungan konsumen tidak

dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha. Undang-Undang

Perlindungan Konsumen justru bisa mendorong iklim usaha yang sehat serta

mendorong lahirnya perusahaan yang tangguh dalam persaingan yang ada dengan

menyediakan barang/jasa yang berkualitas.12

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen, pengertian barang adalah “setiap benda baik berwujud maupun tidak

berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak

dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau

dimanfaatkan oleh konsumen”.

13

Sedangkan pengertian produk adalah “semua

benda bergerak atau tidak bergerak/tetap”. 14 Penggunaan istilah produk

mengandung makna yang sama dengan pengertian barang dalam Undang-Undang

Perlindungan Konsumen. Hal ini dapat dilihat dalam Undang-Undang

Perlindungan Konsumen digunakan istilah barang sebagai pengganti istilah

produk sebagaimana yang sudah lazim digunakan.15

11

M.Sadar, Moh. Taufik Makarao, dan Habloel Mawadi, Op. Cit., hal. 2.

12

Happy Susanto, Op.Cit., hal. 2.

13

Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

14

Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013),hal. 24.

(6)

Dalam kehidupan sehari-hari pastinya ada orang yang membeli produk

baik barang atau jasa. Tapi khususnya pada barang yang dibeli tidak ada jaminan

bahwa produk tersebut dalam kondisi yang baik atau cacat. Adakalanya barang

yang dibeli memiliki cacat tersembunyi yang tidak terlihat oleh mata.

Cacat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai

“kekurangan yang menyebabkan berkurangnya nilai atau mutunya kurang baik

atau kurang sempurna”.16 Suatu produk dapat dikatakan cacat (tidak dapat

memenuhi tujuan pembuatannya) karena :17

1. Cacat produk atau manufaktur, dimana keadaan produk umumnya

berada di bawah tingkat harapan konsumen. Dapat pula cacat itu demikian rupa sehingga dapat membahayakan harta bendanya.

2. Cacat desain, dimana desain produk tidak dipenuhi sebagaimana

semestinya, sehingga merugikan konsumen.

3. Cacat peringatan atau industri, dimana produk tidak dilengkapi dengan

peringatan-peringatan tertentu atau instruksi penggunaan tertentu.

Jadi dapat disimpulkan pengertian produk cacat adalah setiap produk yang

tidak dapat memenuhi tujuan pembuatannya baik karena kesengajaan atau

kealpaan dalam proses produksinya maupun disebabkan hal-hal lain yang terjadi

dalam peredarannya, atau tidak menyediakan syarat-syarat keamanan bagi

manusia atau harta benda dalam penggunaannya, sebagaimana diharapkan

orang.18

16Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Jakarta, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, ( Jakarta : Pusat Bahasa, 2008), hal.249.

17

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 103-104.

18

Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Diadit Media, 2001), hal.248.

Barang cacat menurut sifat cacatnya dapat dibagi menjadi barang cacat

(7)

Barang cacat yang kelihatan seperti yang telah dijelaskan pada paragraf

sebelumnya, sedangkan barang cacat tersembunyi memiliki arti barang cacat yang

tidak mudah dilihat oleh seorang pembeli yang terlampau teliti, sebab adalah

mungkin sekali bahwa orang yang sangat teliti akan menemukan adanya cacat

tersebut.19

PT. Indocare Pacific bergerak di bidang support services, terutama

hygiene service di ruang toilet. PT. Indocare Pacific mengeluarkan produk yang

dinamakan Ecocare. Produk Ecocare terdiri dari rangkaian produk ruangan dan

toilet hygiene system. Contoh beberapa produk Ecocare antara lain :

Dalam kaitan dengan penjelasan umum yang telah dikemukakan di

halaman-halaman sebelumnya, untuk mempelajari lebih khusus tentang tanggung

jawab hukum pelaku usaha terhadap barang yang memiliki cacat produk, maka

dipilihlah sebuah perusahaan yang bernama PT. Indocare Pacific Cabang Medan

untuk dipelajari secara mendalam.

20

1. Eco LCD yaitu produk penyegar ruangan dengan sistem spray otomatis.

2. Eco Soap Dispenser yaitu unit pelepas sabun pencuci tangan.

3. Eco Hand Dryer yaitu unit pengering tangan secara otomatis.

Karena kebanyakan produk Ecocare menggunakan sistem otomatis,

adakalanya produk tidak bekerja sesuai dengan sistem tersebut. Bisa juga ketika

produk telah dipasang di tempat konsumen dan melewati pengecekan tidak

19

R. Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta : PT. Pradnya Paramita,2001).

20

PT. Indocare Pacific, diakses dari

(8)

terdapat masalah, namun setelah beberapa waktu digunakan konsumen, produk

tersebut tidak bekerja sebagaimana mestinya. Berbagai kemungkinan masalah

lainnya yang dapat dialami oleh konsumen produk Ecocare, walaupun produk

Ecocare diproduksi oleh pabrik, namun pengawasan dan pengecekan produk

dilakukan oleh manusia sehingga ada kemungkinan terjadi human error.

Permasalahan yang dialami konsumen produk Ecocare pada umumnya

yaitu salah satu unit produk Ecocare yang dipakai konsumen rusak sehingga unit

tersebut tidak bekerja dengan efektif. Berdasarkan keluhan pihak konsumen

produk Ecocare yang ada pada PT. Indocare Pacific Cabang Medan, beberapa

permasalahan yang pernah dialami oleh konsumen, antara lain :

1. Produk Eco LCDyang menggunakan sistem spray otomatis tidak bekerja

dengan efektif dikarenakan baterai dalam produk lemah.

2. Kebocoran sabun pada produk Eco Soap Dispenser.

Suatu produk dikualifikasi mengandung kerusakan apabila produk itu

tidak memenuhi keamanan (safety) seseorang dengan mempertimbangkan aspek

sebagai berikut :21

1. Penampilan produk ;

2. Maksud penggunaan produk ;

3. Ketika produk ditempatkan di pasaran.

21

(9)

Berkaitan dengan hal diatas, dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen Pasal 19 ayat (1) menyatakan :

“Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,

pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengonsumsi barang

dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan”.22

Berkaitan dengan barang yang memiliki cacat produk yang dapat diminta

pertanggungjawaban pelaku usaha dapat dikategorikan sebagai berikut :23

1. Kesalahan Produksi, dimana kesalahan yang meliputi kegagalan proses

produksi, pemasangan produk, kegagalan pada sarana inspeksi, serta produk-produk yang terbukti tidak aman dalam pemakaian normal.

2. Cacat desain, dimana terjadi cacat pada desain, komposisi atau konstruksi.

3. Informasi yang tidak memadai, meliputi pemberian label produk, cara

penggunaan, peringatan atas risiko tertentu atau hal lainnya yang dapat memberikan jaminan produk-produk tersebut dapat dipergunakan sebagaimana yang dimaksudkan.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dianggap penting

untuk mengangkat topik penulisan skripsi dengan judul :“Tanggung Jawab

Hukum PT. Indocare Pacific Cabang Medan Terhadap Konsumen Barang Ecocare

yang Memiliki Cacat Produk Ditinjau dari UU No.8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen”.

22

Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

23

(10)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka terdapat tiga

pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu :

1. Bagaimana pengaturan tentang cacat produk dalam UU No. 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen dan bagaimana bentuk-bentuk cacat

produk yang terdapat pada produk Ecocare ?

2. Bagaimana tanggung jawab hukum PT.Indocare Pacific Cabang Medan

terhadap konsumen barang Ecocare yang memiliki cacat produk

berdasarkan UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen?

3. Bagaimana upaya penyelesaian sengketa terhadap kerugian konsumen

barang Ecocare yang memiliki cacat produk?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari membahas masalah tanggung jawab hukum

PT.Indocare Pacific Cabang Medan terhadap konsumen barang Ecocare yang

memiliki cacat produk ditinjau dari UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaturan tentang cacat produk dalam UU No. 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan bentuk-bentuk cacat

(11)

2. Untuk mengetahui tanggung jawab hukum PT.Indocare Pacific Cabang

Medan terhadap konsumen barang Ecocare yang memiliki cacat produk

berdasarkan UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

3. Untuk mengetahui upaya penyelesaian sengketa terhadap kerugian

konsumen barang Ecocare yang memiliki cacat produk.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan skripsi berjudul Tanggung Jawab Hukum

PT.Indocare Pacific Cabang Medan Terhadap Konsumen Barang Ecocare yang

Memiliki Cacat Produk Ditinjau dari UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penulisan skripsi ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan

pertimbangan atau ide pemikiran bagi penyempurnaan peraturan

perundang-undangan konsumen, khususnya yang berkaitan dengan barang

yang memiliki cacat produk. Selain itu, hasil penulisan skripsi ini juga

akan dapat menambah kepustakaan di bidang perlindungan konsumen

secara umum, serta dapat dijadikan sebagai bahan informasi yang memuat

data empiris sebagai dasar penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penulisan skripsi ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan masukan

(12)

perlindungan konsumen yang berkaitan dengan barang yang memiliki

cacat produk.

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan di kepustakaan di lingkungan

Universitas Sumatera Utara, belum ditemukan penulisan skripsi yang membahas

tentang “ Tanggung Jawab Hukum PT. Indocare Pacific Cabang Medan Terhadap

Konsumen Barang Ecocare yang Memiliki Cacat Produk Ditinjau dari UU No.8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen” sampai dengan penulisan skripsi

ini dilakukan. Skripsi ini disusun berdasarkan referensi buku-buku, koran, media

cetak maupun elektronik, juga tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak.

Penulisan skripsi ini berdasarkan ide dan pemikiran pribadi yang muncul

karena melihat kondisi yang berkembang saat ini mengenai ketidakjelasan nasib

konsumen terhadap barang yang mengandung cacat produk. Oleh karena itu,

tulisan ini bukanlah merupakan hasil ciptaan atau penulisan orang lain sehingga

keaslian penulisan ini terjamin adanya. Adapun beberapa penulisan tentang

perlindungan konsumen yang hampir menyerupai, seperti :

1. Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Kerugian atas Pengguna

Barang yang Mengandung Cacat Tersembunyi Ditinjau dari UU

Perlindungan Konsumen dan KUH Perdata ( Nopika Sari Aritonang,

(13)

Rumusan Masalah :

a. Bagaimana perlindungan hukum dan tanggung jawab pelaku usaha

terhadap kerugian konsumen berdasarkan Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata?

b. Bagaimana peranan Pemerintah dan Lembaga Perlindungan

Konsumen dalam mengawasi peredaran barang yang mengandung

cacat tersembunyi?

c. Bagaimana upaya penyelesaian sengketa atas kerugian konsumen

terhadap penggunaan barang yang mengandung cacat tersembunyi?

2. Penerapan Prinsip Product Liability Oleh Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Tirtanadi dalam Meningkatkan Kualitas Air Minum yang

Didistribusikan Kepada Konsumen,Studi di PDAM Tirtanadi Provinsi

Sumatera Utara (Fenny Uli Ceami, 090200311)

Rumusan Masalah :

a. Bagaimana pengaturan prinsip product liability dalam

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

maupun dalam peraturan peraturan perundang-undangan lainnya

dalam kaitannya dengan kualitas air minum yang dihasilkan oleh

PDAM Tirtanadi?

b. Bagaimana PDAM Tirtanadi menerapkan prinsip product liability

tersebut dalam meningkatkan kualitas air minum yang

(14)

c. Bagaimana pertanggungjawaban PDAM Tirtanadi apabila kualitas

air minum yang didistribusikannya kepada konsumen ternyata

tidak mememuhi standar kualitas air minum?

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Berdasarkan karakteristik perumusan masalah yang ditujukan untuk

menganalisa Tanggung Jawab Hukum PT.Indocare Pacific Cabang Medan

Terhadap Konsumen Barang Ecocare yang Memiliki Cacat Produk Ditinjau

dari UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka jenis

penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah kombinasi antara

penelitian yuridis normatif dan yuridis sosiologis. Pendekatan yuridis

normatifmenggunakan konsep legis-positivis yang menyatakan bahwa hukum

identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh

lembaga-lembaga atau pejabat yang berwenang.24Metode yuridis normatif

yang digunakan dalam skripsi ini mengacu pada norma-norma hukum yang

terdapat dalam peraturan perundang-undangan perlindungan konsumen yang

berlaku dan norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat.25

24

Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta : Gahlia Indonesia, 1988), hal. 11.

25

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, hal. 44, dalam Bambang Sunggono,

Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,2011), hal. 41.

Serta untuk

(15)

perpustakaan, jurnal hasil penelitian, koran, majalah, situs internet, dan

sebagainya.26

Sementara penelitian yuridis sosiologis menggunakan konsep hukum

yang lebih luas, dimana hukum tidak saja diartikan sebagai norma hukum

melainkan sebagai perilaku dan sikap dari masyarakat.27

Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif-analitis, yaitu

mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian.28

2. Sumber Data

Penulisan skripsi ini akan menganalisis objek penelitian dengan

menggunakandata primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang

diperoleh dan dikumpulkan sendiri melalui wawancara, angket,

dsb.29Sementara data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi

kepustakaan, meliputi peraturan perundang-undangan, buku-buku, situs

internet, kamus dan sebagainya.30

26

Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, (Bandung : Alumni, 1994), hal. 139.

27

Bambang Sunggono,Op.Cit., hal. 76.

28

Sunaryati Hartono,Op.Cit., hal. 105-106.

29

Bambang Sunggono,Op.Cit., hal. 37.

30

Ronny Hanitijo Soemitro, Op.Cit., hal. 24.

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk hasil

wawancara dengan sejumlah informan yang berasal dari PT. Indocare Pacific

(16)

Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari :31

a. Bahan Hukum Primer, yang berupa ketentuan hukum dan

perundang-undangan yang mengikat serta berkaitan dengan penelitian ini, seperti

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang

Standarisasi dan Penilaian Kesesuaian,Peraturan Pemerintah dan Peraturan

Menteri lainnya, khususnya yang berkaitan dengan perlindungan

konsumen.

b. Bahan Hukum Sekunder, adalah data yang tidak diperoleh dari sumber

pertama. Data ini dapat diperoleh dari literatur-literatur tertulis, baik

berbentuk buku-buku, makalah-makalah, dokumen-dokumen, surat kabar,

harian elektronik, dan sebagainya yang memiliki relevansi dengan skripsi

ini.

c. Bahan Hukum Tersier, adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

seperti Kamus Hukum, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Ensiklopedia,

dan sebagainya.

31

(17)

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Library Research (Penelitian Kepustakaan)

Library Research(Penelitian Kepustakaan) yaitu penulisan yang

dilakukan dengan cara pengumpulan literatur dengan sumber data

berupa bahan hukum primer dan sekunder dari berbagai bahan-bahan

bacaan, buku-buku, peraturan-peraturan dan media elektronik seperti

internet dan sebagainya yang berhubungan dengan permasalahan yang

dibahas dalam skripsi ini.

b. Field Research (Penelitian Lapangan)

Field Research (Penelitian Lapangan) dilakukan untuk mendapatkan

data lapangan dengan cara melakukan wawancara dengan informan,

yaitu pihak PT. Indocare Pacific Cabang Medan. Dalam skripsi ini,

lokasi penelitian dilakukan di PT. Indocare Pacific Cabang Medan.

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

melalui studi dokumen dengan penelusuran kepustakaan serta pedoman

wawancara yang dilakukan di PT. Indocare Pacific Cabang Medan.

4. Analisis Data

Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang telah

dikumpulkan dan disusun secara sistematis akan dianalisis dengan pendekatan

(18)

menghasilkan data yang deskriptif, yang bersumber dari tulisan atau ungkapan

dan tingkah laku yang dapat diobservasi manusia.32 Serta penelitian pada

norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan

putusan pengadilan serta norma-norma yang hidup dan berkembang dalam

masyarakat.33

Data primer dalam bentuk hasil wawancara akan dikonstruksikan

sesuai dengan kebutuhan penelitian ini.Penarikan kesimpulan terhadap data

yang dikumpulkan dilakukan dengan menggunakan metode penarikan

kesimpulan secara deduktif dan induktif. Metode penarikan kesimpulan secara

deduktif adalah suatu proporsi umum yang kebenarannya telah diketahui dan

berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih

khusus.34 Sementara metode penarikan kesimpulan secara induktif adalah

penarikan kesimpulan berawal dari proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil

pengamatan) dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) berupa

asas umum .35 Penarikan kesimpulan secara induktif didasarkan pada

fakta-fakta yang diperoleh melalui pengalaman langsung, untuk ditarik suatu

kesimpulan umum.36

Hasil penelitian akan dianalisis dengan cara penguraian,

menghubungkan dengan peraturan-peraturan perlindungan konsumen yang

32

Burhan Asshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), hal. 6.

33

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hal. 105.

34

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 11.

35

Ibid., hal.10.

36

(19)

berlaku dan juga pendapat para pakar hukum, dan hasil analisis ini berbentuk

deskripsi, yang akan dijadikan rujukan dalam menyelesaikan

permasalahan-permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.37

G. Sistematika Penulisan

Dalam suatu pembahasan atau penyajian suatu hasil penelitian harus

terdapat keteraturan agar terciptanya karya ilmiah yang baik, yaitu diuraikan

secara sistematis. Oleh karena itu, skripsi ini terbagi dalam beberapa bab yang

saling berkaitan satu sama lain, karena isi dari skripsi ini bersifat sistematis dan

berkesinambungan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya.

Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang dikelompokkan ke dalam bab

demi bab sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan, bab ini merupakan bagian awal dari penulisan skripsi

ini. Dalam bab ini diuraikan latar belakang untuk mengangkat judul ini,

perumusan masalah yakni permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini,

tujuan dan manfaat penulisan yaitu maksud penulisan skripsi ini, metode

penelitian yaitu metode yang digunakan dalam mengkaji permasalahan, dan

sistematika penulisan serta keaslian penulisan yang menegaskan bahwa skripsi

tentang Tanggung Jawab Hukum PT.Indocare Pacific Cabang Medan Terhadap

Konsumen Barang Ecocare yang Memiliki Cacat Produk Ditinjau dari UU No.8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen belum pernah dibahas sebelumnya

di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

37

(20)

Bab II : Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen Dan Eksistensi

PT. Indocare Pacific Cabang Medan. Bab ini merupakan awal dari pembahasan

terhadap permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya dalam pendahuluan.

Yang dibahas dalam bab ini adalah pengertian konsumen, pelaku usaha serta

hukum perlindungan konsumen, pengaturan hukum

perlindungankonsumen,hak-hak dan kewajiban-kewajiban konsumen dan pelaku usaha, hubungan hukum

antara pelaku usaha dengan konsumen, asas dan tujuan perlindungan konsumen

serta profil dan produk-produk PT. Indocare Pacific Cabang Medan.

Bab III :Tinjauan Umum Mengenai Cacat Produk, Prinsip-prinsipdan

Bentuk-bentuk Pertanggungjawaban Pelaku Usaha. Bab ini akan membahas

pengertian cacat produk, jenis-jenis cacat produk dan prinsip-prinsip serta

bentuk-bentuk pertanggungjawaban pelaku usaha.

Bab IV : Tanggung Jawab Hukum PT. Indocare Pacific Cabang Medan

Terhadap Konsumen Barang Ecocare yang Memiliki Cacat Produk Ditinjau dari

UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, merupakan pembahasan

pokok dan utama dalam penulisan skripsi ini. Pada bab ini akan membahas

pengaturan dan bentuk-bentuk cacat produk yang terdapat pada produk Ecocare,

tanggung jawab hukum PT.Indocare Pacific Cabang Medan terhadap konsumen

produk Ecocare yang memiliki cacat produk, dan upaya penyelesaian sengketa

terhadap kerugian konsumen barang Ecocare yang memiliki cacat produk.

Bab V : Penutup, bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan skripsi

(21)

sebelumnya. Setelah mendapat kesimpulan dari pembahasan sebelumnya, maka

dapat ditarik poin-poin yang berisi saran-saran yang dapat dipertimbangkan dalam

Referensi

Dokumen terkait

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Kehutanan Provinsi Jawa Tengah TA 2012 mengumumkan Pemenang Lelang.. Pekerjaan tersebut, adalah sebagai

mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di8.

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR ALOKASI WAKTU konfigurasi elektron  untuk menentukan letak unsur dalam tabel  periodik pada struktur atom 

Provinsi Jawa Tengah TA 2012 mengumumkan Pemenang Lelang Pekerjaan.. tersebut, adalah sebagai

Pernikahan yang dilakukan oleh mahasiswa pada masa studi. menuntutnya untuk bisa melakukan dua tugas sekaligus yaitu

Sistem pengajuan kredit di Bank Jabar masih bersifat manual dimana jika ada seorang nasabah/instalansi/perusahaan yang ingin mengajukan permohonan kredit dengan membawa

[r]