• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbedaan Komposisi Asam Lemak Dan Kadar Kolesterol Pada Otak Sapi Dan Otak Kambing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perbedaan Komposisi Asam Lemak Dan Kadar Kolesterol Pada Otak Sapi Dan Otak Kambing"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Lipid

Lipid merupakan senyawa yang larut dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air. Sifat kelarutan lipid sangat bergantung pada struktur umumnya dan ini juga menjadi dasar penggolongan jenis lipid. Lipid dapat digolongkan menjadi tiga golongan utama yaitu: lipid sederhana (seperti gliserida dan lilin), lipid majemuk (seperti fosfolipid, sulfolipid, aminolipid dan lipoprotein) dan turunan lipid (seperti asam lemak, gliserol, sterol, lemak alkohol, lemak aldehid dan lemak keton) (Andarwulan, dkk. 2011). Jenis-jenis lipid digambarkan pada Gambar 2.1

(2)

Gambar 2.1 Jenis-jenis Lipid (a) lemak triacygliserol; (b) steroid; (c) phosphoglyceride; (d) lilin; (e) glicolipid; (f) terpene; (g) prostaglandin (Salomon, 1987)

Gliserol dan ester asam lemak adalah komponen terbesar lipid yang jumlahnya mencapai 99% dari seluruh komponen lipid yang secara alami terdapat pada lemak hewan maupun tumbuhan, dan komponen ini dinamakan lemak atau minyak.

2.2 Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak adalah bagian lipid yang berlimpah di alam. Kedua jenis senyawa ini dapat disebut sebagai trigliserida yaitu ester yang tersusun dari tiga asam lemak bergabung dengan gliserol, alkohol trihidroksida (Baum, 1982 ; Fessenden, 1989)

Gambar 2.2 Reaksi pembentukan trigliserida dari asam lemak dan gliserol

Lemak atau minyak dapat diperoleh dari dua sumber yaitu sumber hewani dan nabati. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan

HC O C R'

(3)

gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak (Baum, 1982). Pada masing-masing sumbernya, lemak dan minyak memiliki kadar dan komposisi yang berbeda-beda. Perbedaan inilah yang menyebabkan setiap jenis lemak atau minyak mempunyai karakteristik fisik-kimia yang berbeda pula. Sebagai contoh lemak hewani pada suhu kamar berwujud padat. Hal ini disebabkan karena sebagian besar komponennya terdiri dari asam lemak jenuh pada rantai karbonnya. Sedangkan pada minyak nabati pada suhu kamar berwujud cair karena banyak mengandung asam lemak yang tidak jenuh. (Manurung, 2013; Wilbraham, 1992). Meskipun lemak berwujud padat dan minyak berwujud cair, keduanya memiliki struktur organik dasar yang sama (Heart, 1990)

Tabel 2.1 Perbedaan Umum Antara Lemak Nabati dengan Lemak Hewani

Lemak hewani Lemak nabati

Mengandung kolesterol Mengandung filtosterol

Kadar asam lemak jenuh lebih kecil Kadar asam lemak jenuh lebih besar Mempunyai bilangan Reichert-meissl

lebih besar

Mempunyai bilangan polenske lebih besar

(4)

Satu sifat yang khas dari lemak dan minyak adalah daya larutnya dalam pelarut organik seperti karbon tetraklorida, petroleum eter, dietil eter, n-heksan (Lawson, 1985) dan ketidak larutannya dalam pelarut air (Sudarmadji, dkk., 1989). Lemak dapat diekstraksi dengan pelarut non polar. Senyawa organik ini terdapat dalam semua sel dan berfungsi sebagai sumber energi, komponen struktur sel, sebagai simpanan bahan bakar metabolik, sebagai komponen pelindung dinding sel, dan juga sebagai komponen pelindung kulit vertebrata (Girindra, 1988).

2.3Ekstraksi Minyak dan Lemak

Ekstraksi adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan mengocok menggunakan pelarut organik yang sesuai. Lemak dan minyak tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam bahan pelarut organik. Pemilihan bahan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi lipid adalah dengan menentukan derajat polaritasnya. Pada dasarnya suatu bahan akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya. Penetapan minyak atau lemak dapat dilakukan dengan mengekstraksi bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Proses ekstraksi dilakukan menggunakan pelarut eter atau pelarut minyak lainnya setelah contoh uji dihancurkan dengan cara digiling.

(5)

Ekstraksi sokletasi sangat baik digunakan untuk ekstraksi lemak dan minyak dari biji-bijian juga alkaloid dari tumbuhan. Zat organik yang akan diperoleh dari padatan dapat diekstraksi dengan pelarut organik dimana zat pengotor tidak ikut terlarut. Dalam prakteknya ekstraksi dari padatan dilakukan dengan alat khusus yaitu soxhlet (Gambar 2.3). Dengan alat soxhlet akan memperoleh hasil ekstraksi maksimum dengan jumlah pelarut yang terbatas (Arun, 2005)

Gambar 2.3 Soxhlet

Menurut Wasti et al. (2013) menyatakan bahwa lemak juga dapat diekstraksi dengan memotong kecil bagian lemak kemudian lemak tersebut direndam ke dalam kloroform atau petroleum ether dan campuran tersebut diaduk pada kecepatan 200 rpm selam tiga jam. Sampel disaring dan siap untuk dianalisis

2.4 Kandungan Gizi pada Otak Sapi dan Otak Kambing

Menurut Putra (2004) menyatakan bahwa otak adalah salah satu hasil ikutan dari

pemotongan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Otak memiliki kadar

lemak sebesar 9,3% dengan kadar air 78,3% dan kadar protein sebesar 9,8%. Lemak

ini tidak digunakan sebagai sumber energi melainkan sebagai komponen struktural

yang merupakan bagian integral dari jaringan otak.

Lemak yang terdapat pada otak didominasi oleh kolesterol dan fosfolipid yang

(6)

(decohexaenoic acid) dan diikuti asam lemak n-6 jenis AA (arachidonic acid)

(Crawford, 1993). Hal ini dapat diintepretasikan bahwa DHA dan AA merupakan

factor penting dalam sifat fungsional otak dan merupakan unsur penting dalam

makanan.

Menurut Putra (2004), otak memiliki tekstur yang sangat lembut dengan cita

rasa yang lezat. Tekstur yang lembut tersebut dipengaruhi oleh tingginya kadar air,

protein dan fosfolipid untuk menjaga kestabilan emulsi lemak otak, sedangkan flavor

yang lezat tersebut kemungkinan karena kadar lemak yang cukup tinggi, sehingga

kelarutan bumbu menjadi lebih baik. Faktanya, otak sapi dan otak kambing

mengandung nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan organ lainnya. Otak sapi dan

otak kambing juga mengandung minyak alami yang sehat. Namun selain itu otak sapi

dan otak kambing juga memiliki kandungan asam lemak dan kolesterol. Menurut

Ensminger et al. (1994), otak sapi yang telah dimasak memiliki kadar lemak sebesar

27,5 % dengan kadar protein sebesar 24,5% dan kadar air sekitar 47%. Selain lemak

dan protein, otak juga kaya akan vitamin dan mineral.

Gambar 2.4 Otak Sapi Gambar 2.5 Otak Kambing

2.4.1 Asam Lemak

(7)

Kebanyakan trigliserida alami adalah trigliserida campuran, yaitu triester dengan komponen asam lemak yang berbeda. (Wilbraham, 1992)

Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai atom karbon 4-24, memiliki gugus karboksil tunggal dan ujung hidrokarbon nonpolar yang panjang menyebabkan hampir semua lipid bersifat tidak larut dalam air dan tampak berminyak atau berlemak (Johnson, et all., 1971). Asam lemak mempunyai berat molekul yang paling besar di dalam molekul gliserida yang merupakan bagian reaktif, sehingga asam lemak mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap lemak dan minyak. Asam lemak ini masih dibedakan antara asam lemak yang jenuh dan tidak jenuh. Asam-asam lemak jenuh yang telah dapat diidentifikasi sebagai bagian dari lemak mempunyai atom C4 hingga C26. Asam palmitat C16 terdapat paling banyak,

Senyawa tersebut merupakan bagian dari hampir semua lemak.

Asam-asam lemak yang rantai karbonya mengandung ikatan rangkap disebut asam lemak tak jenuh. Derajat ketidakjenuhan dari asam lemak tergantung pada jumlah rata-rata dari ikatan rangkap di dalam asam lemak. Pada asam lemak tak jenuh masih dibedakan antara asam yang mempunyai bentuk tunggal. Bentuk yang lain adalah asam konjugasi dimana antara atom-atom C yang tertentu terdapat ikatan tunggal dan ikatan rangkap berganti-ganti (Sastrohamidjojo, 2005)

Asam lemak bentuk cis mempunyai titik cair yang lebih rendah dibandingkan dengan bentuk trans dengan panjang rantai yang sama. Panjang rantai karbon juga mempengaruhi titik cair. Pada asam lemak jenuh, titik cair semakin meningkat dengan semakin panjangnya rantai karbon. Pada asam lemak tidak jenuh, titik cair akan semakin menurun dengan bertambahnya ikatan rangkap, sehingga asam lemak jenuh mempunyai titik cair yang lebih tinggi dibandingkan dengan asam lemak tidak jenuh dengan jumlah karbon yang sama (Sastrohamidjojo, 2005).

(8)

oleh perbedaan spesies yakni dalam proses pencernaannya dan perkembangbiakannya. Komposisi asam lemak juga berbeda-beda pada setiap daging hewan tegantung pada jumlah lemak yang terkandung dalam karkas dan otot setiap hewan (Wood, 2007)

Menurut Hermanto, dkk (2008) pada daging sapi kandungan asam lemak rantai pendek C8-C12 sangat rendah namun berbeda dengan asam lemak jenuh rantai panjang (C16:0, C18:0 dan C20:0) kandungannya jauh lebih besar dibandingkan dengan lemak babi dan lemak ayam, sedangkan untuk asam lemak tidak jenuh tunggal (MUFA) dan asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA) cukup bervariasi.

Menurut Correa, (2011) daging kambing memiliki lemak jenuh yang rendah dibandingkan dengan daging ayam, daging sapi, daging babi dan daging domba. Daging kambing juga menunjukkan nilai kalori, lemak total dan kolesterol yang rendah bila dibandingkan dengan daging lainnya. Perbandingan dari komposisi nutrisi pada daging dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Komposisi Nutrisi daging kambing dan jenis daging lainnya per 3 oz (Correa, 2011)

Nutrisi Kambing Ayam Sapi Babi Domba

Kalori 122 162 179 180 175

Lemak (g) 2,6 6,3 7,9 8,2 8,1

Lemak Jenuh (g) 0,79 1,7 3,0 2,9 2,9

Protein (g) 23 25 25 25 24

(9)

Tabel 2.3 Komposisi Asam Lemak pada sampel daging sapi, ayam, babi (Hermanto, 2008)

Asam Lemak Persentasi Asam Lemak (%)

Lemak Sapi Lemak Ayam Lemak Babi

Asam Kaprilat C8:0 td td 0.01

Asam Kaprat C10:0 td td 0.04

Asam Laurat C12:0 0.34 td 0.1

Asam Miristat C14:0 4.36 0.74 1.07

AsamPalmitat C16:1 1.40 7.01 1.78

Asam Palmitat C16:0 29.40 27.24 7.01

Asam Margarat C17:0 1.74 td 0.5

Asam Linoleat C18:2 1.17 16.36 24.94

Asam Oleat C18:1 20.53 38.35 40.74

Asam Stearat C18:0 31.26 5.56 13.95

Asam Arakidonat C20:4 td 0.87 0.43

Asam Eikosenar C20:1 td 0.41 td

Asam Arakat C20:0 0.33 td 0.3

* td: tidak terdeteksi

(10)

Tabel 2.4 Komposisi Lemak Pada Sampel Daging Kambing per 100g (USDA

National Nutrient Database for Standard Reference dalam Noor, 2008)

Lemak Nilai per 100 g

Total Asam Lemak Jenuh 0,710

Asam Kaprat 10:0 0,000

Asam Laurat 12:0 0,000

Asam Miristat 14:0 0,030 Asam Palmitat 16:0 0,330

Asam Stearat 18:0 0,330

Total asam lemak monosaturated 1,030 Asam Palmitoleat 16:1 0,040

Asam Oleat 18:1 0,940

Total asam lemak poliunsaturated 0,170 Asam Linoleat 18:2 0,100 Asam linolenat 18:3 0,020 Asam Arakidonat 20:4 0,060

Kolesterol 57 mg

2.4.2 Kolesterol

Kolesterol adalah salah satu komponen lemak dan merupakan salah satu zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh selain karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral. Kolesterol merupakan metabolit yang mengandung lemak sterol (waxy steroid) yang ditemukan pada membran sel dan disirkulasikan dalam darah (Muariefin, 2013).

(11)

fisiologis yang penting dan muncul pada semua jaringan-jaringan ternak baik dalam bentuk bebas ataupun bentuk ester (Price et all., 1971).

Kolesterol memiliki struktur kimia seperti terlihat pada Gambar 2.6. Dilihat dari struktur kimianya, kolesterol merupakan kelompok steroid, yaitu suatu zat yang termasuk ke dalam golongan lipid. Steroids ialah lipid yang memiliki struktur kimia khusus. Struktur ini terdiri atas 4 cincin atom karbon dan memiliki formula C27H45OH

(Ganong, 1983)

Gambar 2.6 Kolesterol (Tai, 1999)

Kolesterol merupakan produk khas hasil metabolisme hewan. Tumbuhan tidak mengandung kolesterol tetapi mengandung jenis sterol yang lain yaitu fitosterol (Brown, 2008). Kolesterol hanya terdapat dalam makanan yang berasal dari hewan seperti daging, ikan, telur, susu, otak, dan jeroan (Bennion, 2004).

Kebanyakan daging dan makanan yang berasal dari produk hewani seperti telur, mentega, keju dan krim sangat kaya akan kolesterol. Pada lemak daging sapi, domba, dan babi mengandung asam lemak tak jenuh yang lebih banyak dibandingkan ikan dan unggas. Kolesterol memiliki keberadaan paling besar dalam membran sel dan dalam jaringan otak dan saraf. Sekitar 17 persen dari berat kering otak terdiri atas kolesterol. Dengan demikian, tanpa kolesterol, struktur otak tidak mungkin terbentuk dengan sempurna (Muariefin, 2013).

(12)

Tabel 2.5 Kandungan Kolesterol dalam jaringan Daging Sapi dan Daging Kambing per 3 oz (USDA Nutrient Database for Standard Reference, Release 14 (2001))

Jaringan Kolesterol (mg)

Daging Sapi 73.1

Daging Kambing 63.8

Kandungan kolesterol dari jeroan jauh lebih tinggi dibanding daging. Jeroan juga mengandung kadar purin yang cukup tinggi, yang bisa menyebabkan penyakit asam urat. Masakan Otak Sapi adalah salah satu makanan yang mengandung kadar kolesterol dan asam lemak jenuh yang tinggi. Kandungan kolesterol dalam 10 g otak sapi adalah 2.100 mg dan kandungan asam lemak jenuhnya 1,8 g/Ons sedangkan terdapat 2,02 % kandungan kolesterol dalam 15 g otak kambing atau setara dengan 0,303 g per 15 g. Hati atau lever bahkan memiliki kadar kolesterol lebih tinggi, yaitu mencapai 564 mg per 100 gram. padahal batas konsumsi kolesterol bagi orang normal adalah 300 mg per hari. Secara umum, semua jenis jeroan memang kurang baik untuk kesehatan (Sihombing, 2013).

Kolesterol yang ada dalam tubuh selain berasal dari makanan asal hewani atau eksogenus (hanya 50 persen kolesterol dari makanan dapat diserap usu, sisanya 50 persen lolos sebagai bagian dari feses) juga dapat disintesis sel-sel tubuh sendiri (endogenus) terutama oleh sel hati. (Arnim, 1992)

(13)

1. Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein)

Jenis kolesterol ini berbahaya sehingga sering disebut juga sebagai kolesterol jahat. Kolesterol LDL mengangkut kolesterol paling banyak didalam darah. Tingginya kadar LDL menyebabkan pengendapan kolesterol dalam arteri. Kolesterol LDL merupakan faktor risiko utama penyakit jantung koroner sekaligus target utama dalam pengobatan.

2. Kolesterol HDL (High Density Lipoprotein)

Kolesterol ini tidak berbahaya. Kolesterol HDL mengangkut kolesterol lebih sedikit dari LDL dan sering disebut kolesterol baik karena dapat membuang kelebihan kolesterol jahat di pembuluh darah arteri kembali ke hati, untuk diproses dan dibuang. HDL mencegah kolesterol mengendap di arteri dan melindungi pembuluh darah dari proses aterosklerosis (terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah). Rendahnya level kolesterol HDL dapat meningkatkan resiko penyakit jantung koroner. Kolesterol yang berlebihan dalam darah akan melekat pada dinding arteri kemudian akan berkembang dan disebut sebagai plak. Plak dapat mempersempit dan menyebabkan pengerasan pada pembuluh darah sehingga dapat menyumbat pembuluh darah. Kondisi ini disebut dengan aterosklerosis

(Wehrman, 1997)

Penentuan kolesterol secara akurat menjadi suatu hal yang penting karena berhubungan erat dengan terjadinya penyakit jantung koroner. Metode untuk menganalisis kolesterol dapat dilakukan dengan prosedur untuk spektroskopi, gravimetri (Sweeney, et al., 1976). Metode yang berdasarkan proses enzimatis di gabungkan dengan spektrofometri untuk analisis kolesterol dalam darah tidak dapat dilakukan dalam bahan makanan. (Touchstone, 1986 ; Jiang, et al., 1991)

2.5 Esterifikasi dan Transesterifikasi

(14)

sampel melalui proses hidrolisis ditambahkan dengan methanol (CH3OH) dan asam

kuat H2SO4 sebagai katalissehingga terbentuk senyawa metil ester. Proses esterifikasi

ini dilakukan untuk keperluan analisis kadar asam lemak menggunakan GC-MS. Hal ini dikarenakan asam lemak yang diperoleh dari hidrolisis bersifat non-volatile (tidak mudah menguap), sementara syarat senyawa yang diperlukan untuk keperluan analisa harus bersifat volatile. Sehingga diperlukan adanya konversi asam lemak bebas menjadi senyawa metil ester. Senyawa metil ester sendiri bersifat volatile atau mudah menguap. Ester asam lemak sering dimodifikasi baik untuk bahan makanan untuk bahan surfaktan, aditif, detergen dan lain sebagainya (Endo, et al., 1997). Modifikasi ester asam lemak dapat dilakukan dengan beberapa cara :

a. Esterifikasi

Pengubahan asam lemak bebas menjadi ester dengan mereaksikan asam lemak dengan alkohol

b. Interesterifikasi

Pertukaran gugusan antara dua buah ester dimana hal ini hanya dapat terjadi apabila terdapat katalis.

c. Alkoholisis

Reaksi suatu asam karboksilat dengan alkohol untuk membentuk ester.

R C OH

ester 1 ester 2 ester 3 ester 4

(15)

Kedua reaksi yang terakhir diatas dikelompokkan menjadi reaksi transesterifikasi (Gandhi, 1997).

Transesterifikasi disebut juga alkoholisis adalah pertukaran antara alkohol dengan suatu ester untuk membentuk ester lain pada suatu proses yang mirip dengan hidrolisis, kecuali pada penggunaan alkohol untuk menggantikan air. Proses ini telah digunakan secara luas untuk mengurangi viskositas trigliserida. Reaksi antara minyak (trigliserida) dan alkohol disebut transesterifikasi. Alkohol direaksikan dengan ester untuk menghasilkan ester baru, sehingga terjadi pemecahan senyawa trigliserida untuk mengadakan migrasi gugus alkil antar ester. (Widyastuti, 2007)

Alkoholisis adalah reaksi reversible yang terjadi pada temperatur ruang, dan berjalan dengan lambat tanpa adanya katalis. Katalis yang biasa dipergunakan untuk mempercepat reaksi ini adalah suatu asam anorganik seperti HCl dan H2SO4.

Cara lain adalah melewatkan H2SO4 ke dalam campuran reaksi tersebut dan di

refluks (metode Fischer-Speier). Alkoholisis tanpa menggunakan katalis dapat juga dilakukan dengan menggunakan satu molekul asam karboksilat & satu molekul alkohol namun hasilnya sedikit, dan untuk meningkatkan hasil dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu pereaksi secara berlebihan. Pertambahan hasil juga dipengaruhi oleh dehidrasi atau menarik air yang terbentuk sebagai hasil samping reaksi. Air dapat dipisahkan dengan cara menambah pelarut non polar seperti benzene dan kloroform sehingga ester yang terbentuk akan segera terikat pada pelarut yang digunakan. Asam organik yang digunakan sebagai katalis akan menyebabkan asam karboksilat mengalami konjugasi sehingga asam konjugat dari asam karboksilat tersebut yang akan berperan sebagai substrat.

R C OH O

R' OH

H2SO4

R C OR' O

H O H

+ / HCL +

(16)

2.6 Analisis Asam Lemak dengan GC-MS

Syarat dilakukannya analisis kadar asam lemak menggunakan GC-MS adalah sampel senyawa harus bersifat volatile, sehingga jika sampel yang diperoleh dalam bentuk non volatile diperlukann adanya konversi asam lemak bebas menjadi senyawa metil ester.

Kromatografi adalah metode fisika untuk pemisahan komponen-komponen yang terdistribusi antara dua fasa. Pemisahan dengan kromatografi didasarkan pada perbedaan kesetimbangan komponen-komponen campuran diantara fasa stasioner dan fasa gerak (Panagan dkk., 2011).

Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS) adalah dua metode

analisis yang dihubungkan untuk dikombinasikan menjadi metode analisa campuran suatu senyawa kimia. Dengan menggabungkan dua metode ini, maka dapat diketahui senyawa apa saja yang terkandung dalam suatu campuran, baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Rochmasari, 2011)

(17)

Prinsip Kromatografi gas yaitu teknik pemisahan yang mana solut-solut yang mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio distribusinya. Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara solut dengan fase diam. Penggunaan suhu yang meningkat (biasanya berkisar 50-350˚C) bertujuan untuk menjamin bahwa solute akan menguap dan karenanya akan cepat terelusi (Riyanto, 2013).

Dalam kromatografi gas, fase bergeraknya adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase stasioner berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnya (Khopkar, 2003). Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solute dari ujung kolom lalu menghantarkannya ke detektor. Detektor akan memberikan sinyal yang kemudian ditampilkan dalam computer sebagai kromatogram. Pada kromatogram sumbu x menunjukkan waktu retensi, Rt (Retention time, waktu saat sampel diinjeksikan sampai elusi berakhir), sedangkan sumbu y menunjukkan intensitas sinyal. Dalam detektor selain memberikan sinyal sebagai kromatogram, komponen yang telah terpisah akan ditembak dengan elektron elektron sehingga akan terpecah menjadi fragmen-fragmen dengan perbandingan massa dan muatan tertentu (m/z). Spektrometer massa pada umumnya digunakan untuk:

1. Menentukan massa suatu molekul

2. Menentukan rumus molekul dengan menggunakan Spektrum Massa Beresolusi Tinggi (High Resolution Mass Spektra)

(18)

cenderung tidak stabil dan terpecah menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil. Fragmen-fragmen ini yang akan menghasilkan diagram batang (Dachriyanus, 2004).

Fragmen-fragmen dengan m/z ditampilkan computer sebagai spektra massa, dimana sumbu x menunjukkan perbandingan m/z sedangkan sumbu y menunjukkan intensitas. Dari spektra tersebut dapat diketahui struktur senyawa dengan cara membandingkan dengan spektra massa senyawa standar dari literatur. Pendekatan pustaka terhadap spekta massa dapat digunakan untuk identifikasi bila indeks kemiripan atau Similarity Indeks (SI) ≥ 80% (Howe, et al., 1981)

Sekarang ini sistem GC-MS sebagian digunakan sebagai peran utama untuk analisa makanan dan aroma, petroleum, petrokimia dan zat-zat kimia di laboratorium. Kromatografi gas merupakan kunci dari suatu teknik analitik dalam pemisahan komponen mudah menguap, yaitu dengan mengkombinasikan secara cepat analisa sehingga pemecahan yang tinggi mengurangi pengoperasian. Keuntungan dari kromatografi gas adalah hasil kuantitatif yang bagus dan harganya lebih murah. Sedangkan kerugiannya tidak dapat memberikan identitas atau struktur untuk setiap puncak yang dihasilkan dan pada saat proses karakteristik yang didefenisikan sistem tidak bagus (Mcnair, 2009).

2.7 Analisis Kolesterol dengan HPLC

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan pengembangan dari

(19)

Prinsip kerja HPLC: dengan bantuan pompa fase gerak dialirkan melalui kolom ke detektor. Sampel yang dilarutkan dalam solvent, dimasukkan ke dalam aliran fasa gerak dengan cara injeksi. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen campuran karena perbedaan kekuatan interaksi antara analit (solut-solut) dengan stationary phase pada kolom.

Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fase diam akan keluar dari kolom terlebih dahulu. Sebaliknya solut-solut yang kuat berinteraksi dengan fasa diam maka solute-solute tersebut akan keluar dari kolom lebih lama. Setiap komponen campuran yang keluar dari kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk kromatogram.

Persamaan dari penggunaan Gas Chromatography (GC) dan High

Performance Liquid Chromatography (HPLC) adalah keluarannya yang berupa

Gambar

Gambar 2.1 Jenis-jenis Lipid (a) lemak triacygliserol; (b) steroid; (c)
Tabel 2.1 Perbedaan Umum Antara Lemak Nabati dengan Lemak Hewani
Gambar 2.3 Soxhlet
Gambar 2.4 Otak Sapi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Secara garis besar berpendapat bahwa tingkah laku tnanitsia dikeridalikan oleli gan-jaran (re~r~urd) atau penguatan (reinfhrceme~ii) dari lingkungan. Dengan kata lain

Dengan adanya peraturan perundang-undangan serta hukum yang mengatur hak-hak masyarakat adat diharapkan tanggung jawab sosial masyarakat akan keberadaan masyarakat adat terpencil

Salah satu alat yang dapat digunakan untuk menghasilkan video digital adalah camcorder, yang digunakan untuk merekam gambar-gambar video dan audio, sehingga sebuah

Persaingan merek pasta gigi tersebut terlihat jelas dari hasil polling pasta gigi terbaik pilihan konsumen yang memilih Pepsodent 12 jam pada polling PintuNet.com.. mengatakan

Luaran yang dihasilkan penelitian ini adalah: (a) dikembangkannya model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan belajar (burnout) mahasiswa sebagai

Dalam cerit a film Hulk yang menjadi mutan t okoh yang bernama

Menurut teori pengaruh FACR terhadap ROA adalah negatif apabila persentase aset tetap lebih tinggi dibanding persentase modal yang dimiliki maka modal yang

[r]