BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi Air
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga
per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan
hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk
memasak, mencuci, mandi, dan memebersihkan kotoran yang ada disekitar rumah.
Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat
rekreasi, transportasi, dan lain-lain. Penyakit yang menyerang manusia dapat juga
ditularkan dan disebarkan melalui air (Chandra, 2006).
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, karena air merupakan salah satu media berbagai macam penularan,
terutama penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa penyakit perut adalah
penyakit yang paling banayak terjadi di Indonesia.
Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengolahan
terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan
terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan. Pengolahan yang dimaksud
bisa dimulai dari yang sangat sederhana sampai yang pada pengolahan yang mahir
dan lengkap, sesuai dengan tingkat kekotoran dari sumber asal air tersebut (Sutrisno,
Air sangat dibutuhkan oleh manusia dalam jumlah besar dan kekurangan air
yang disebabkan oleh perubahan iklimdapat mengakibatkan bahaya yang fatal bagi
makhluk hidup.dapat dinyatakan bahwa kualitas air minum merupakan syarat untuk
kualitas kesehatan manusia, karena tingkat kualitas air dapat digunakan sebagai
indikator tingkat kesehatan masyarakat. Kebutuhan akan air bersih meningkat sesuai
dengan pertambahan penduduk (Situmorang,M 2007).
Air reservoir adalah air yang telah melalui filter sudah dapat dipakai untuk air
minum. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteriologis dan ditampung pada
bak reservoir (tandon) untuk diteruskan pada konsumen (Sutrisno, 1991).
2.2. Sumber Air
Air yang berada dipermukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.
Berdsarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air:
1. Air Angkasa (Hujan)
2. Air Permukaan
3. Air Tanah
2.2.1. Air Angkasa (Hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walaupun pada saat
presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami
dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya,
karbondioksida, nitrogen, dan amonia. Sehingga beberapa reaksi kimia berikut dapat
terjadi dalam udara.
1. Gas CO2 + air hujan asam karbonat
2. Gas S2O3 + air hujan asam sulfat
3. Gas N2O3 + air hujan asam nitrit
Dengan demikian, air hujan yang sampai di permukaan bumi sudah tidak murnidan
reaksi diatas dapat mengakibatkan keasamaan pada air hujan sehingga akan terbentuk
hujan asam (acidrain).
2.2.2. Air Permukaan
Air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan , antara lain:
1. Mutu atau kualitas baku
2. Jumlah atau kuantitasnya
3. Kontinuitasnya
Sumber-sumber air permukaan, antara lain, sungai, selokan, rawa, parit,
bendungan, danau, laut, dan air terjun. Air terjun dapat dipakai untuk sumber air di
kota-kota besar karena air tersebut sebelumnya sudah dibendung oleh alam dan jatuh
secara gravitasi. Air ini tidak tercemar sehingga tidak membutuhkan purifikasi
Sumber air permukaan yang berasal dari sungai, seloka, dan parit mempunyai
persamaan, yaitu airnya mengalir dan dapat menghanyutkan bahan yang tercemar.
Sumber air permukaan yang berasal dari rawa, bendungan, dan danau memiliki air
yang tidak mengalir, tersimpan dalam waktu yang lama, dan mengandung sisa-sisa
pembusukan alam, misalnya, pembusukan tumbuh-tumbuhan, ganggang, fungi, dan
lain-lain. Air permukaan yang berasal dari air laut mengandung kadar garam yang
tinggi sehingga jika akan digunakan untuk air minum,airtersebut harus menjalani
proses ion-exchange.
2.2.3. Air Tanah
Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang
kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan kedalam tanah dan mengalami prose
filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam
perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni
dibandingkan air permukaan.
Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan sumber lain. Pertama,
air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses
purifikasi atau penjernihan. Air tanah mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi
yang tinggi. Konsentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral semacam magnesium,
kalsium, dan logam berat seperti besi dapat menyebabkan kesadahan air. Selain itu,
untuk mengisap dan mengalirkan air ke atas permukaan diperlukan pompa (Chandra,
2.3. Pencemaran Air
Pencemaran air didefenisikan sebagai perubahan langsung atau tidak langsung
terhadap keadaan air dari keadaan yang normal menjadi keadaan air yang berbahaya
atau berpotensi menyebabkan penyakit atau gangguan bagi kehidupan makhluk
hidup. Perubahan langsung dan tidak langsug ini dapat berupa perubahan fisik, kimia,
termal, biologi atau radioaktif. Kualitas air merupakan salah satu faktor dalam
menentukan kesejahteraan manusia. Harus diingat bahwa air alamiah yang terdapat
pada permukaan bumi sangat sulit ditemukan dalam keadaan murni, semuanya sudah
mengandung senyawa kimia seperti mineral yang terlarut di dalamnya pada
konsentrasi bervariasi (Situmorang, 2007)
Pencemaran air dapat merupakan masalah, regional maupun lingkungan
global, dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan
tanah atau daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke bumi bersama air hujan,
maka air tersebut sudah tercemar. Beberapa jenis bahan kimia untuk pupuk dan
pestisida pada lahan pertanian akan terbawa air ke daerah sekitarnya sehingga
mencemari air pada permukaan lokasi yang bersangkutan. Jenis-jenis pencemaran air
yang paling banyak ditemukan sebagai berikut:
1. Pencemaran Mikroorganisme dalam Air
Berbagai kuman penyebab penyakit pada makhluk hidup seperti
bakteri, virus, protozoa dan parasit sering mencemari air. Kuman yang masuk
buanagan dari industri peternakan, rumah sakit, tanah pertanian dan lain
sebagainya. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran air ini disebut
water-borne disease dan sering ditemukan pada penyakit tifus , kolera, dan disentri.
2. Pencemaran Bahan Kimia Inorganik
Bahan kimia inorganik seperti asam, garam, dan bahan toksik logam
seperti Pb, Cd, Hg, dalam kadar yang tinggi dapat menyebabkan air tidak
enak untuk diminum. Disamping itu dapat menyebabkan matinya kehidupan
air seperti ikan dan organisme lainnya (Darmono, 2001).
2.4. Karakteristik Air
Air memiliki karakteristik fisika,kimia, dan biologis yang sangat mempengaruhi
kualitas air tersebut. Oleh sebab itu, pengolahan air mengacu kepada beberapa
parameter guna memperoleh aiar yang layak digunakan.
2.4.1. Karakteristik Fisika Air
Karakteristik fisika air ialah karakter pada air yang dapat terlihat langsung melalui
fisik air tanpa harus melakukan pengamatan yang lebih jauh pada air tersebut.
Karakteristik pada air meliputi:
1. Kekeruhan
Kekeruhan dalam air ditimbulkan oleh adanya bahan organik, lempung, liat,
tanah DAS maupun disaluran/sungai. Kekruhan tergantung pada konsentrasi
partikel-partikel padat yang ada di dalam air.
2. Warna
Warna dalam air diakibatkan oleh adanya material yang larut atau koloid
dalam suspensi atau material. Air yang mengalir melewati rawa atau tanah
yang mengandung mineral dimungkinkan untuk mengambil warna material
tersebut.
3. Bau dan Rasa
Air minum tidak berbau dan tidak berasa, rasa dalam air biasanya akibat
adanya garam-garam terlarut. Bau dan rasa yang ditimbulkan dalam air karena
kehadiran mikroorganisme, bahan mineral, gas terlarut, dan bahan-bahan
organik.
4. Temperatur
Temperatur air merupakan hal yang penting dalam kaitannya dengan tujuan
penggunaan, pengolahan untuk menghilangkan bahan-bahan pencemar serta
pengangkutannya. Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar
oksigen terlarut. Kadar oksigen yang terlalu rendah akan menimbulkan bau
2.4.2. Karakteristik Kimia Air
Kandungan bahan-bahan kimia yang ada di dalam air berpengaruh terhadap
kesesuaian penggunaan air. Karakteristik kimia air meliputi:
1. pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa , korosifitas
air, dan efesiensi klorinasi. pH air minum adalah 7, air dengan pH diatas 7
bersifat basa, dan pH dibawah 7 bersifat asam..
2. Alkalinitas
Kebanyakan air bersifat alkaline karena garam-garam alkaline sangat
umum berada di tanah. Ketidak murnian air ini akibat adanya karbonat
dan bikarbonat dari kalsium, sodium, dan magnesium.
3. Kesadahan
Kesadahan air merupakan hal yang sangat penting dalam dalam
penyediaan air bersih. Air dengan kesadahan tinggi memerlukan sabun
lebih banyak sebelum terbentuk busa. Air sadah mengandung karbonat
dan sulfat, atau clorida dan nitrate, dari kalsium dan magnesium,
disamping besi dan aluminium.
Kesadahan air sementara akibat keberadaan kalsium dan magnesium karbonat, dapat
dihilagkan dengan didihkan atau menambahakan kapur dalam air. Kesadahan air
2.4.3. Karakteristik Biologis Air
Air permukaan biasanya mengandung berbagai macam organisme hidup, sedangkan
air tanah biasanya lebih bersih, karena proses penyaringan oleh akifer. Jenis-jenis
mikroorganisme hidup yang mungkin terdapat dalam air meliputi macroskopik,
mikroskopik, dan bakteri.
Organisme mikroskopik seperti jamur dan alga dapat ditemukan dalam air
tanah. Alga adalah tumbuhan kecil yang hidup di air. Jika dalam jumlah besar dapat
mempengaruhi kekeruhan dan warna air. Pertumbuhan alga yang berlebihan dapat
dikontrol dengan tembaga-sulfat atau clorida.
Organisme makroskopik seperti ganggang, dan rumput laut dapat menurunkan
kualitas air dalam hal rasa, warna, dan bau, namun dapat dihilangkan dalam
proses purifikasi (Suripin,2002)
2.5. Kualitas Air
Sesuai dengan ketentuan badan dunia (WHO) maupun badab setempat (Departemen
Kesehatan) serta ketentuan/perturan lain yang berlaku seperti APHA (American
Public Health Association atau Asosiasi Kesehatan Masyarakat AS), layak tidaknya
air untuk kehidupan manusia ditentukan berdasarkan persyaratan kualitas secara fisik,
Kualitas secara fisik meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau, dan rasa.
Kualitas air secara kimia meliputi nilai pH, kandungan senyawa kimia di dalam air,
kandungan residu atau sisa, misalnya residu pestisida, detergen, kandungan senyawa
toksik atau racun, dan sebagainya. Kualitas air secara biologis, khususnya secara
mikrobiologis, ditentukan oleh banayaknya parameter, yaitu parameter mikroba
pencemar, patogen, dan penghasil toksik(Suriawiria, 2005)
2.5.1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, namunbakteriologi
belum terpenuhi. Tidak semua air bersih layak minum, tetapi air minum biasanya
berasal dari air bersih . air bersih perlu diolah terlebih dahulu agar layak diminum dan
menjadi air minum yang sehat(Suriawiria, 2005).
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber
yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut,
anatara lain:
a.Bebas dari kontaminasi kuman dan bibit penyakit.
b.Bebas dari substansi kimia berbahaya dan beracun.
c.Tidak berasa dan tidak berbau
d.Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga
e.Memenuhi standar minimal yang ditetntukan oleh WHO atau Departemen
2.6. Proses Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal 2.6.1. Bendungan
Sumber air baku adalah air permukaan dari sungai belawan yang berhulu di
kecamatan pancur batu dan melintas kecamatan sunggal. Untuk menampung air
tersebut dibuatlah bendungan dengan panjang 25 m (sesuai dengan lebar sungai) dan
tinggi ± 4 m. Pada sisi kanan bendungan,dibuat sekat(channel) berupa saluran
penyerap lebarnya 2 m dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air masuk ke
intake.
2.6.2. Intake
Intake berfungsi untuk pengambilan/penyadapan air baku. Bangunan ini merupaka
saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen (saringan kasar) berfungsi
untuk mencegah masuknya sampah-sampah berukuran besar dan fine screen
(saringan halus), berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran maupun
sampah berukuran kecil terbawa arus sungai. Masing-masing saluran dilengkapi
dengan pintu pengatur ketinggian air (sluice gate) dan penggerak elektromotor.
Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukkan secara periodik untuk
2.6.3. Bak Air Baku (Raw Water Tank)
Bak Air Baku (Raw Water Tank) merupakan bangunan yang dibangun setelah intake
yang terdiri dari 2 unit (4 sel). Setiap unit berdimensi 50 m x 25 m, tinggi 5 m yang
dilengkapi dengan dua buah inlet gate, dua buah outlet gate, sluice gate dan pintu
bilas dua buah.
Raw Water Tank berfungsi sebagai tempat pengendapan pertikel-partikel
kasar dan lumpur yang terbawa dari sungai dengan sistem sedimentasi (pengendapan
alamiah). Di IPA Sunggal volume air baku pada 2 RWT ± 1400 m3. Waktu
pengendapan (detention time) untuk air baku yang akan diolah di RWT IPA Sunggal
kurang dari 15 menit agar menghasilkan air baku dengan turbidity yang lebih rendah.
2.6.4. Pompa Air Baku (Raw Water Pump)
Pompa Air Baku (Raw Water Pump) berfungsi untuk memompakan air dari RWT ke
clearataor. RWT ini terdiri dari 16 unit pompa air baku. Kapasitas setiap pompa air
baku 110 l/detik dengan rata-rata haed 18 m memakai motor AC nominal dayanya
75KW.
Di Raw Water Pump ini terjadi penginjeksian klorin yang disebut
prechlorination prechlorination berfungsi mengoksidasi zat-zat organik, anorganik
dan mengendalikan pertumbuhan lumut(alga) dan membunuh spora dari lumut, jamur
dan juga menghilangkan polutan-polutan laiinya.dosisi klorin yang diberiksn adalah
2.6.5. Bak Penjernih (Clarifier)
Bangunan clearator terdiri dari 5 unit dengan kapasitas masing-masing 400 l/detik.
Clearator berfungsi sebagai tempat pemisahan antara flok yang bersifat sedimen
dengan air bersih sebagai efluen. Clearator dilengkapi dengan agitator sebagai
pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke filter. Endapan flok-flok tersebut
kemudian dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara otomatis.
Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerucut yang
dilengkapi sekat-sekat pemisah untuk proses-proses sebagai berikut :
1. Primary reaction zone
2. Secondary reaction zone
3. Return reaction zone
4. Clarification reaction zone
5. Concentrator
Pada primary zone terjadi penginjeksian aluminium
sulfat(alum/tawas,Al2SO4)3.18H20). Sehingga terjadi proses koagulasi atau proses
pencampuran koagulan dengan air baku dengan cepat dan merata. Untuk menentukan
dosis tawas yang tepat dalam proses terlebih dahulu dilakukan jar test di
laboratorium, sehingga diketahui dosis optimum pemakaian tawas.jika pendosisan
tawas terlalu rendah, maka pembentukan flok akan terganggu ditandai dengan air
proses yang keruh. Begitu juga, jika dosis tawas berlebih justru akan merusak
proses,disamping itu sisa Al3+ tersebut akan bereaksi kembali sehingga terjadi
flok-flok yang mengganggu kualitas air.oleh karena itu, pendosisan tawas membutuhkan
Pada secondary zone terjadi proses flokulasi (pengumpulan flok-flok yang
lebih besar) akibat adanya pengadukan cepat dan pengadukan lambat sel secondary
adalah inti dari clearator yang terletak pada bagian tengah bangunan
tersebut.deibagian ini terdapat sebuah alat pengaduk yang disebut blade agitator.
Pada return reaction zone, flok-flok yang berbentuk akan semakin besar
(sludge) dan pengaruh gaya gravitasi akan mengendap pada dasar clarifier, sludge
yang mengendap akan dibuang ke lagoon secara automatic dan manual. Pembuangan
secara manual dilakukan apabila persentasenya melebihi 20% pintu bukaan main
disludge akan dibuka selama beberapa menit sesuai dengan perhitungan.pembuangan
automatic disludge dilakukan satu kali sehari dengan melihat turbidity sekunder pada
setiap clarifier.
2.6.6. Filter
Filter merupakan tempat berlangsungnya proses filtrasi, yaitu proses penyaringan
flok-flok yang sangat kecil dan sangat ringan yang tidak bertahan (lolos) dari
clearator. Media dilter tersebut berjumlah 32 unit yang prosesnya berlangsung secara
paralel, menggunakan jenis saringan cepat (rapit sand filter) serupa pasir silika
dengan menggunakan motor AC nominal daya 0,75 KW. Filter ini berfungsi untuk
menyaring turbidity melalui pelekatan pada media filter.
Dimensi tiap filter yaitu 8.25 m x 4 m x 6.25 m. Tinggi maksmum permukaan
air adalah 5.05 m dan tebal media filter 120 m dengan susunan lapisan sebagai
1. Pasir kwarsa, diameter 0.5 mm – 1.5 mm dengan ketebalan 60 cm
2. Pasir kwarsa, diamter 1.8 mm – 2.0 mm dengan ketebalan 10 cm
3. Kerikil halus, diamter 4.57 mm – 6.3 mm dengan ketebalan 10 cm
4. Kerikil sedang, diameter 6.3 mm – 10 mm dengan ketebalan 10 cm
5. Kerikil sedang, diamter 10 mm – 20 mm dengan ketebalan 10 cm
6. Kerikil kasar, diameter 20 mm – 40 mm dengan keteblan 20 cm
Dalam jangka waktu tertentu, permukaan filter akan tersumbat oleh flok-flok yang
masih tersisa dari proses. Pertambahan ketinggian permukaan air diatas media filter
sebandig dengan berlangsungnya penyumbatan (clogging) medi filter oleh flok-flok.
Selanjutnya dilakukan proses back wash, yaitu pencucian media filter dengan
menggunakan sistem aliran balik dengan menggunakan air yang di-supplay dari
pompa reservoir. Proses ini bertujuan untuk mengoptimalkan kembali fungsi filter.
banyaknya air yang dibutuhkan untuk back wash untuk satu buah filter adalah 200 –
300 m3 dan backwash dilakukan 1 x 24 – 27 jam, tergantung pada lancar tidaknya
penyaringan.
2.6.7. Reservoir
Reservoir merupakan bangunan beton berdimensi 50 m x 40 m x 4 m yang berfungsi
untuk meampunga air bersih yang teah disaring melalui filter dan juga berfungsi
tempat penyaluran air kepelanggan. Air yang mengalir dari filter kereservoir dibubuhi
chlor disebut post chlorination yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme
patogen. Sedangkan penambahan larutan kapur jenuh bertujuan untuk menetralisasi
2.6.8. Pompa Air Bersih (Finish Water Pump)
Pompa Air Bersih (Finish Water Pump) berfungsi untuk mendistribusikan air bersih
dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir distribusi cabang-cabang melalui
pipa-pipa transmisi yang dibagi menjadi 5 jalur dengan kapasitas 150 l/detik.
Air hasil olahan tersebut dapat didistribusikan bila air memenuhi syarat
kualitas air. Untuk memastikan kualitas air, perlu dilakukan pengendalian mutu.
Pengendalian mutu mutlak diperlukanagar kualitas air bersih dapat dijamin sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.492/MENKES/PER/IV/2010 yang meliputi aspek fisika,kimia dan mikrobiologi.
2.6.9. Lagoon
Lagoon berfungsi untuk menampung semua air buangan bekas pencucian sistem
pengolahan untuk di daur ulang, dan kemudian di alirkan kembali ke RWT untuk di
proses kembali.
Lagoon terdiri dari tiga sel. Sel pertama adalah sebagai tempat lumpur. Jika
sel telah penuh, lumpur akan disedot keatas dan digunakan untuk menimbun tanah
sekitar lagoon. Air dari sel pertama ini akan dialirkan ke sel berikutnya yang difiltrasi
dengan batu bronjong. Air dari sel kedua ini difiltrasi lagi dengan batu benjong kesel
ketiga pada tiap-tiap unit produksi, dibuang ke lagoon untuk diproses lagi menjadi air
bersih. Sehingga tidak ada air yang dibuang kembali ke badan air apabila sudah
2.7. Aluminium
Aluminium adalah logam putih yang liat dan dapat ditempa, bubuknya berwarna
abu-abu. Titik lebur aluminium sekitar 6590C. Asam klorida encer dengan mudah
melarutkan logam ini, pelarutan lebih lambat dalam asam sulfat encer atau asam
nitrat encer. Ion-ion aluminium (Al3+) membentuk gara-garam halida, nitrat, dan
sulfat dari aluminium larut dalam air (Svehla, 1985).
Aluminium merupakan unsur yang tidak berbahaya. Perairan alami biasanya
memiliki kandungan aluminium kurang dari 1,0 mg/liter. Perairan asam (acidicid)
memiliki kadar aluminium yang lebih tinggi. Kadar aluminium sebaiknya tidak lebih
dari 0,005 mg/liter bagi perairan dengan pH < 6,5 dan tidak lebih dari 0,1 mg/liter
bagi perairan dengan pH > 6,5. Kadar aluminium pada perairan laut biasanya sekitar
0,01 mg/liter. Kadar aluminium untuk keperluan air minum sekitar 0,2 mg/liter
(Effendi, 2003)
Aluminium merupakan unsur terbanyak ketiga dalam kerak bumi.
Kebanyakan aluminium yang di bawa air terdapat sebagai pertikel-partikel mineral
mikroskopik yang tersuspensi. Konsentarasi dari aluminium yang terlarut dalam
kebanyakan air kemungkinan kurang dari 1,0 mg/l. Aluminium adalah salah satu
logam anorganik yang dijumpai dalam air minum. Konsentrasi aluminium yang
tinggi bisa mengendap sebagai aluminium hidroksida yang mempengaruhi kehidupan
air. Aluminium juga memungkinkan gangguan, neurologis pada manusia seperti
penyakit Alzheimer dan pikun. Kelebihan aluminium pada batas yang telah
kejang-kejang pada otot serta dapat mengubah rasa dan bau pada air minum. Sehingga hal
tersebut dapat menurunkan kualitas pada air minum (Achmad, 2004).
2.8. Kolorimetri
Kolorimetri adalah suatu teknik pengukuran yang berdasarkan diabsorbsinya cahaya
oleh zat warna yang berasal dari zat itu sendiri maupun warna yang terbentuk akibat
reaksi dengan zat lain (Khopkar, 2007).
Kolorimetri dikaitkan dengan penetapan konsentrasi suatu zat dengan
mengukur absorpsi relatif cahaya sehubung dengan konsentrasi tertentu zat itu.
Kolorimetri terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Kolorimetri Visual
Dalam kolorimetri visual, cahaya putih alamiah ataupun buatan umumnya
digunakan sebagai sumber cahaya, dan penetapan biasanya dilakukan dengan
instrumen seerhana yang disebut kolorimetri atau pembanding (comparator)
warna,dan perbedaan intensitas warna dilihat dengan menggunakan mata.
2. Kolorimetri Fotolistrik
Dalam kolorimetri fotolistrik, sel fotolistrik digunakan untuk mengukur
intensitas cahaya. Pada alat ini cahaya yang digunakan dibatasi dalam jangka
panjang gelombang yang relatif sempit dengan melewatkan cahaya putih
melalui filter-filter dalam bentuk lempengan berwarna yang terbuat dari kaca,
Keuntugan utama metode kolorimetri adalah bahwa metode ini memberikan cara
sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. Batas atas metode
kolorimetri pada umumnya adalah penetapan konstituen yang ada dalam kuantitas
kuarang dari 1 atau 2%.
Kriteria untuk hasil analisis kolorimetri yang memuaskan:
a. Kespesifikan reaksi warna
Reaksi warna yang dipilih hendaklah merupakan reaksi yang spesifik (hanya
menghasilkan warna untuk zat sehubungan saja).
b. Kestabilan Warna
Reksi warna yang dipilih hendaknya menghasilkan warna yang cukup stabil
(periode warna maksimum cukup panjang) untuk memungkinkan
pengambilan pembaca yang tepat. Dalam ini pengaruh zat-zat lain dan kondisi
eksperimen (temperatur, pH) haruslah diketahui.
c. Kejernihan Larutan
Larutan harus bebas dari endapan karena kekeruhan akan menghamburkan
maupun menyerap cahaya.
d. Kepekaan Tinggi
Diperlukan reaksi warna yang sangat peka bila kuantitas zat yang akan