• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM OLEH"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

“Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam Oleh K.H Ahmad Dahlan”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam

Pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : PAI 2/Semester V

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Muh. Idris, S.Ag., M. Ag

Disusun Oleh :

Mita Maku (15.2.3.054)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) MANADO

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia, juga diakui sebagai kekuatan yang dapat membuat masyarakat mencapai kemegahan dan kemampuan peradaban. Tidak ada satu prestasipun tanpa peranan pendidikan. Kejayaan islam dimasa Klasik, telah meninggalkan jejak kebesaran islam di bidang Ekonomi, Politik, Intelektualisme, Tradisi-tradisi, Keagamaan, Seni, dan sebagainya, tidak terlepas dari dunia pendidikan, dan begitu pula dengan kemunduran pendidikan Islam, telah membawa Islam berkubang dalam kemunduran.

Dengan mempelajari kehidupan masa lalu umat Islam, akan membantu untuk memahami sebab-sebab kemajuan dan kemunduran pendidikan Islam. Pemahaman tersebut dapat dijadikan pijakan dalam mengembangkan

kesalahan-kesalahan pada masa lalu. Sebagaimana pepatah mengatakan “jangan sekali-kali

meninggalkan sejarah” atau “Belajarlah dari Sejarah”.

Pendidikan merupakan salah satu wilayah yang menjadi perhatian para pemikir dan aktivis muslim diseluruh Dunia Islam. Tokoh-tokoh dan aktivis Gerak itu salah satunya adalah K.H Ahmad Dahlan. K.H Ahmad Dahlan tidak hanya mendirikan lembaga-lembaga pendidikan Islam, lebih dari itu yaitu mentranformasi lembaga-lembaga pendidikan islam lebih bercorak moderen. B. Rumusan Masalah

(3)

BAB II PEMBAHASAN A. Biografi dan Latar Belakang K.H Ahmad Dahlan

K.H Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1868 dan Meninggal dunia di Yogyakarta pada tanggal 23 Februari 1923. Ia adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ayahnya adalah K.H. Abu Bakar, seorang ulama dan Khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu. Ibunya Putri H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu kesultanan Yogyakarta pada masa itu. 1

Nama kecil K.H Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia merpakan anak keempat dari ketujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan kecuali adik bungsunya. Dalam silsilahnya, ia termasuk keturunan yang kedua belas dari maulana malik Ibrahim, seorang wali besar dan seorang yang terkemuka di antara Wali Songo, yang merupakan pelopor pertama dari penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah Jawa.

Adapun silsilahnya ialah Muhammad Sulaiman bin Kyai Murtadha bin Kyai Ilyas bin Demang Djurung Djuru Kapindo bin Demang Djurung Djuru Sapisan bin Maulana Sulaiman Ki Ageng Maulana ‘Ainul Yaqin bin Maulana Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim.

Pada umur 15 tahun, Ahmad Dahlan pergi haji dan tinggal di mekkah selama lima tahun. Pada periode ini, ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.

Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekkah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syekh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, K.H Hasyim Asyari. Pada 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.

1

Junus salam, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, (Tangerang : Al-Wasat Publising

(4)

Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Sitti Walidah, K.H Ahmad Dahlan mendapat seorang anak, yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Sitti Busyroh, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, dan Siti Zaharah. Disamping itu K.H. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H.Abdullah. ia juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. K.H Ahmad Dahlan juga mempunyai putra perkawinannya dengan ibu Nyai Aisyah (adik Adjeng Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta. K.H Ahmad Dahlan dimakamkan di Karang Kajen, Yogyakarta.

Sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan menjadi tenaga pengajar agama di kampungnya. Di samping itu, ia juga mengajar di sekolah negeri, seperti Kweekschool ( Sekolah Pendidikan Guru) di Jetis Yogyakarta dan Opleiding School voor inlandhsche Ambtenaren (OSVIA, sekolah untuk pegawai pribumi) di Magelang. Sambil mengajar, beliau juga berdagang dan bertabligh.2

Disamping aktif dalam mengulirkan gagasanya tentang gerakan dakwah Muhammadiyah, ia juga tidak lupa akan tugasnya sebagai pribadi yang mempunyai tanggung jawab pada keluarganya. Disamping itu ia juga dikenal sebagai seorang Wirausahaan yang cukup berhasil dengan berdagang batik yang saat itu merupakan profesi entrepreneurship yang cukup menggejala di masyarakat.3

Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai gagasan-gagasan cemerlang, Dahlan juga dengan mudah diterimah dan dihormati ditengah kalangan masyarakat sehingga ia juga dengan cepat mendapatkan tempat di Organisasi Jam’iyatul Khair Budi Utomo, Syarikat Islam, dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad Saw.

2

Syamsul Kurniawan, Jejak pemikiran Tokoh Pendidikan Islam , (Jogjakarta : Ar-ruzz Media, 2011) h. 193-195

3

(5)

K.H. Ahmad Dahlan diakui sebagai salah seorang tokoh pembaru dalam pergerakan Islam Indonesia, antara lain, karena ia mengambil peran dalam mengembangkan pendidikan Islam dengan pendekatan-pendekatan yang lebih

modern. Ia berkepentingan dengan pengembangan pendidikan Islam masyarakat yang menurutnya tidak sesuai dengan ajaran Al –Qur’an dan Hadits.4

Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan mendirikan Organisasi Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntutan agama islam. Ia ingin mengajak Umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Perkumpulan ini berdiri pada tanggal 18 November 1912. Sejak awal, Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan Organisasi Politik, tetapi bersifat sosial dan bergerak dibidang Pendidikan.

Sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi di Mesir, Arab, dan India, untuk kemudian berusaha menerapkannya di Indonesia. Ahmad Dahlan juga sering mengadakan pengajian agama di langgar atau mushola.5

Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak DR. Muh Idris Tunru

“Bahwasannya setiap orang-orang yang hebat dan sukses selalu memiliki

Musuh”.6

Begitu pula dengan K.H Ahmad Dahlan Gagasan pendirian Muhammadiyah-Nya mendapatkan resistensi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. Ia dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Ada yang menuduhnya Kyai palsu karena sudah meniru bangsa Belanda yang Kristen serta dengan macam-macam tuduhan yang lain. Bahkan adapulah orang yang hendak membunuhnya. Namun rintangan-rintangan tersebut dihadapinya dengan sabar. Keteguhan hatinya untuk melanjutkan cita-cita dan

4

Syamsul Kurniawan dan Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011) h. 193

5

Mif Baihaqi, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan, (Bandung : Penerbit Nuansa, 2008) h. 36

6

(6)

perjuangan pembaharuan Islam di tanah Air bisa mengatasi semua rintangan tersebut.7

Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan Hukum. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan surat ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu bergerak didaerah Yogyakarta. Daerah Pemerintahan Hindia Belanda, timbul kekawatiran akan perkembangan organisasi ini. Itulah sebabnya, kegiatan dibatasi. Walaupun Muhammadiyah dibatasi didaerah lain seperti srandakan, Wonosari dan Imogiri dan lain-lain tempat telah berdiri cabang Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan dengan keinginana Pemerintah Hindiah Belanda. Untuk mengatasinya, K.H Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan Menganjurkan agar cabang Muhammadiyah diluar Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di pekalongan, di Ujung Pandang dengan nama Al-Munir, di Garut dengan nama Ahmadiyah, sedangkan di solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh

Fathonah (SATF) yang mendapat Pimpinan dari cabang muhammadiyah.

Bahakan, dalam kota Yogyakarta sendiri, ia menganjurkan adanya Jama’ah dan

perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan islam.

Perkumpulan dan Jama’ah ini mendapat bimbingan dari Myhammadiyah, yang diantaranya ialah Ikhwanul Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda, Hambudi-Suci, Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Tharatul Qulub,

Thaharatul-Aba, Ta’awanu alal birri, Ta’ruf bima kanu Wal-Fajri, Wal-Ashri, Jamiyatul Muslim, Syahratul Mubtadi.

Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, di samping juga melalui relasi-relasi dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat diberbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan

7

(7)

cabang-cabang Muhammadiyah diseluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh Peerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1912.

Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerakan dakwah Muhammadiyah, Dahlan juga memfasilitasi para anggota Muhammadiyah untuk proses Muhammadiyah untuk proses evaluasi kerja dan pemilihan pemimpin dalam Muhammadiyah. Selama hidupnya dalam aktivitas gerakan dakwa Muhammadiyah, telah diselenggarakan duabelas kali pertemuan anggota (sekali dalam setahun), yang saat itu dipakai Istilah Algemeene

Vergadering (Persidangan Umum).

Bagi Ahmad Dahlan, ajaran Islam tidak akan membumi dan dijadikan pandangan hidup pemeluknya, kecuali dipraktikkan. Betapapun bagusnya suatu program, menurut Dahlan, jika tidak dipraktikkan, tak bakal bisa mencapai tujuan bersama. Karena itu, Ahmad Dahlan tak terlalu banyak mengelaborasi ayat-ayat Al-Qur’an, tapi ia lebih banyak mempraktekkannya dalam amal nyata.8

Atas jasa-jasa K. H. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini melalui pembaharuan islam dan pendidikan, Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat keputusan Presiden No. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu ialah :

1. K.H. Ahmad Dahlan telah memelopori kebangkitan umat islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat;

2. Organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan islam.

3. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah memelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran islam; dan

8

(8)

4. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah memelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.

Usaha-usaha dan Jasa-jasa Ahmad Dahlan yang sangat muliah adalah sebagai berikut9 : Mengubah danmembetulkan arah kiblat yang tidak tepat menurut mestinya. Umunya masjid-masjid dan llanggar-langgar di Yogyakarta menghadapt Timur dan Orang-orang shalat menhgadap ke arah Barat lurus.

Padahal arah kiblat yang sebenarnya menuju Ka’bah dari Tanah Jawa harus miring Utara ±24 derajat dari sebelah barat. Berdasarkan ilmu pengetahuan tentang tentang ilmu falak itu, orang tidak boleh mengahadap Kiblat menuju barat lurus, melainkan harus miring ke utara ±24 derajat. Oleh sebab itu, K.H Ahmad Dahlan mengubah bangunan pesantrennya supaya menuju ke arah kiblat yang betul. Perubahan itu mendapatkan tantangan keras dari pembesar-pembesar masjid dan kekuasaan keajaan, Mengajarkan dan menyiarkan agama islam dengan populer, bukan saja dipesantren, melainkan pergi ke tempat-tempat lain dan mendatangi berbagai golongan. Bahkan, dapat dikatak bahwa K.H Ahmad Dahlan

adalah bapak mubaliqh islam di Jawa tengah, Memberantas Bid’ah-bid’ah dan khurafat serta adat-sitiadat yang bertentangan dengan ajaran agama islam dan Mendirikan perkumpulan Muhammadiyah pada tahun 1912 M yang tersebar seluruh Indonesia sampai sekarang. Pada permulaan berdirinya, Muhammadiyah mendapat halangan dan Rintangan yang sangat berat, bahkan K.H. Ahmad Dahlan dikatakan telah keluar dari madzhab, meninggalkan Ahli Sunnah Wal-jamaah.

Bermacam-macam tuduhan dan fitnahan yang dilemparkan kepada dirinya diterimanya dengan sabar dan tawakal sehingga Muhammadiyah menjadi satu perkumpulan yang terbesar di Indonesia serta berjasa kepada Rakyat dengan mendirikan sekolah-sekolah, sejak Taman Kanak-kanak sampai sekolah Tinggi.

Perkumpulan Muhammadiyah didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Zulhijjah 1330 H atau 18 Noveber 1912 M berpusat di Yogyakarta.

9

(9)

Maksud dan tujuannya ialah menegakan dan menjunjung tinggi agama islam sehingga dapat mewujudkan masyarakat islam yang sebanr-benarnya.

Usaha untuk mencapai Maksud dan Tujuan itu ialah dengan :

1. Mengadakan dakwa Islam

2. Memajukan pendidikan da pengajaran

3. Menghidup-suburkan masyarakat tolong-menolong 4. Mendirikan dan memelihara tempat ibadah dan wakaf

5. Mendidik dan mengasuh anak-anak dan pemuda-pemuda supaya menjadi orang islam yang berarti

6. Berusaha dengan segala kebijaksanaan supaya kehendak dan peraturan Islam berlaku dalam masyarakat

7. Berusaha kearah perbaikan penghidupan dan kehidupan yang sesuai dengan ajaran islam.

Diantara sekolah-sekolah Muhammadiyah yang tertua Ialah :

1. Kweekschool Muhammadiyah Yogya 2. Muallimin Muhammadiyah, Solo, Jakarta 3. Mualimmat Muhammadiyah Jakarta 4. Zuama/Zaimat Yogyakarta

5. Tablighschool , Yogyakarta

6. Kulliyah Muballigh/Muballighat, Padang panjang (Sumatera Tengah) 7. HIK Muhammadiyah Yogya

Muhammadiyah terus bergerak mengembangkan dunia pendidikan. Jasa-jasa Ahmad Dahlan sangat besar, hingga Muhammadiyah bukan hanya memiliki banyak lembaga pendidikan dari taman kanak-kanak hingga pergururan tinggi, Muhamamdiyah [un memiliki fasilitas bisnis yang beraneka ragam.

(10)

B. Pemikiran Pendidikan K.H Ahmad Dahlan

Merasa prihatin terhadap perilaku masyarakat Islam di Indonesia yang masih mencampur-baurkan adat-istiadat yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran umat islam, inilah yang menjadi latar belakang pemikiran K.H. ahmad Dahlan untuk melakukan pembaruan, yang juga melatar belakangi lahirnya Muhammadiyah. Selain faktor lain diantaranya, yaitu pengaruh pemikiran pembaruan dari para gurunya di Timur Tengah.10

Hampir seluruh pemikiran K.H. Ahmad Dahlan berangkat dari keprihatinannya terhadap situasi dan kondisi global umat Islam waktu itu yang tenggelam dalam kejumudan (stagnasi), kebodohan, serta keterbelakangan. Kondisi ini semakin diperparah dengan politik kolonial belanda yang sangat merugikan bangsa Indonesia.11

Tanpa mengurangi pemikiran para intelektual muslim lainnya, paling tidak pemikiran Ahmad Dahlan tentang pendidikan Islam dapat dikatakan sebagai awal kebangkitan pendidikan Islam di Indonesia. Gagasan pembaruannya sempat mendapat tantangan dari masyarakat waktu itu, terutama dari lingkunagan pendidikan tradisional. Kendati demikian, bagi Dahlan, tantangan tersebut bukan merupakan hambatan, melainkan tantangan yang perlu dihadapi secara arif dan bijaksana. 12

Pandangan K.H Ahmad Dahlan dapat dilihat pada kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di Muhammadiyah, juga bisa dilihat ide-ide pendidikan yang dikelurakan oleh Ahmad Dahlan, antara lain : Ia membawa pembaharuan dalam bidang pembentukan lembaga pendidikan Islam yang semula sistem pesantren menjadi sistem sekolah., Ia telah memasukan pelajaran umum pada sekolah-sekolah agama dan Madrasah, Ia telah engadakan perubahan dalam metode pengajaran dari semula pengajaran sorongan kepada metode pengajaran yang

10

Syamsul kurniawan-Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, (Jogjakarta

: Ar-Ruzz Media, 2011) h.195-196

11

Ramayulis-Syamsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh pendidikan Islam, (Jakarta : Quantum Teaching, 2010) h. 193

12

(11)

lebih bervariasi, Ia telah mengajarkan sikap hidup terbuka dan toleran, Ia dengan organisasinya Muhammadiyah termasuk Organisasi islam yang paling pesat dalam menegmbangkan lembaga pendidikan yang lebih bervariasi, ia juga memperkenalkan manajemen yang moderen ke dalam sistem pendidikan. Cita-cita dan Usaha Ahmad Dahlan ini makin brkembang pada saat ini, dan telah menunjukan kemajuan yang amat pesat.13

Menurut Dahlan upaya Strategis untuk menyelamatkan dari Pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui Pendidikan. Penddikan hendaknya dididik agar cerdas, kritis dan memiliki daya analisis yang tajam dalam memeta dinamika kehidupannya pada masa depan. Adapun kunci dari bagi meningkatkan kemajuan umat islam adalah dengan kembali pada

Al-Qur’an dan Hadits, mengarahkan umat pada pemahaman ajaran islam secara Komprehensif, dan menguasai segala disiplin ilmu pengetahuan. Upaya ini secara Strategis dapat dilakukan melalui pendidikan.

Pelaksanaan pendidikan hendaknya dilakukan menurut Dahlan didasarkan pada landasan yang kokoh, yaitu sebgai Abd Allah dan Khalifah fi al-ardh. Dalam proses kejadiannya, manusia diberi Allah dengan Al-ruh dan Al-Aql.14 Untuk itu pendidikan hendaknya menjadi media yang dapat mengembangkan potensi al-ruh untuk menalar petunjuk pelaksanaan ketundukan dan kepatuhan manusia kepada sang Khaliq.

Islam menekankan kepada umatnya untuk mendayagunakan semua kemampuan yang ada pada dirinya dalam rangka memahamifenomena alam semesta. Meskipun dalam banyak tempat al-qur’an senantiasa menekankan pentingnya menggunakan akal, akan tetapi Al-Qur’an juga mengakui akan keterbatasan kemampuan akal. Oleh karena itu, aktivitas pendidikan dalam Islam hendaknya memeberikan kemungkinan yang sebesar-besarnya bagi pengembangan kesemua dimensi. Menurut Dahlanpengembangan merupakan proses Integrasi Ruh dan Jasad. Konsep ini diketengahkannya dengan

13

Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2008) h.90-91

14

(12)

menggariskan perlunya pengkajian ilmu pengetahuan secara langsung, sesuai dengan prinsip al-qur’an dan as-sunnah, bukan semata-mata dari Kitab Tertentu.

Islam merupakan agama taqhayyir yang menghendaki Moderenisasi

(Tajdid). Prinsip ini ditegaskan oleh Allah dalam Al-qur’an bahwa tidak akan terjadi Moderenisasi pada suatu kaum, kecuali mereka sendiri berupaya kearah tersebut (Q.S. 13 : 11).15 Menurut Dahlan proses perumusan kerangka yang Ideal adalah disebut dengan proses ijtihad, yaitu mengarahkan otoritas intelektual untuk sampai pada suati Konklusi tentang berbagai persoalan. Dalam hal ini Dahlan menyadari bahwa umat islam telah deikian lama terpasung oleh faham dan amal agama yang menyimpang dari Universalitas ajaran agama. Dahlan mencoba menggugat praktek pendidikan islam pada masanya. Pada waktu itu pelaksanaan pendidikan hanya dipahami sebagai proses pewarisan adat dan sosialisasi pelaku individu maupun sosial yang telah menjadi model baku dalam masyarakat. Pendidikan tidak memberkan kebebasan peserta didik untuk berkreasi dan mengambil prakarsa. Kondisi yang demikian menyebabkan pelaksanaan pendidikan berjalan searah dan tidak bersifat dialogis. Menghargai potensi akal dan hati yang suci, merupakan cara strategis bagi peserta didik mencapai pengetahuan tertinggi.16

Menurut dahlan pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, ‘alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah keduniaan, serta bersedia untuk kemajuan masyarakatnya. Serta materi pendidikan menurut pemikiran Dahlan adalah pengajaran Al-Qur’an dan Hadits, membaca menulis berhitung, ilmu bumi dan menggambar.

Untuk perlu mewujudkan ide-ide pembaharuan dalam bidang pendidikan, Dahlan merasa perlu mendirikan lembaga pendidikan yang berorientasi pada pendidikan moderen, yaitu dengan menggunakan sistem klasikal. Apa yang dilakukan Ia ada waktu itu adalah sesuatu yang masih cukup laangkah dilakukan

15

Al-Qur’an Karim, Surah Ar-Ra’d Ayat 11

16

(13)

oleh lembaga pendidikan Islam pada waktu itu. Dahlan menggabungkan antara sitem pendidikan belanda dengan sistem pendidikan Tradisional secara integral.

Tampa mengurangi pemikiran para intelektual muslim lainnya, paling tidak pemikiran Dahlan tentang pendidikan islam dapat dikatakan sebagai awal kebangkitan pendidikan Islam di Indonesia.

Dengan demikian, peranan peranan pendidikan Islam menjadi semakin penting dan strategis untuk senantiasa mendapatkan perhatian yang serius. Hal ini disebabkan, karena pendidikan merupakan media yang sangat strategis untuk mencerdaskan umat. Dalam konteks ini pemikiran Dahlan dapat diletakan untuk memberikan insprirasi pembentukan dan pembinaan peradaban umat islam yang lebih proporsional.17

Menurut Abudin Nata, ada beberapa catatan yang perlu diikemukakan.

Pertama, Ahmad Dahlan telah membawa Pembaharuan dalam bentuk

kelembagaan pendidikan, yang semula sistem pesantren menjadi sekolah. Kedua,

Ahmad Dahlan memasukan mata pelajaran umum kepada sekolah-sekolah keagamaan atau Madrasah. Ketiga, Ahmad Dahlan mengadakanperubahan dalam metode pengajaran, dari yang semula menggunakan metode weton dan Sorogan

menjadi lebih bervariasi. Keempat, Ahmad Dahlan mengajarkan sikap hidup terbuka dan toleran dalam pendidikan. Kelima, Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyahnnya berhasil mengembangkan lembaga pendidikan yang beragam, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, dan dari yang berbentuk sekolah agam hingga berbentuk sekolah umum. Keenam, Ahmad Dahlan berhasil memperkenalkan manajemen pendidikan moderen kedalam sistem pendidikan dirancangnya.18

Menurut K.H Ahmad Dahlan bahwa kunci kemajuan ada pada Al-qur’an dan Hadits. Maka K.H Ahmad Dahlan mangatakan untuk mengaktualisasikannya bahwa harus mengetahui terlebih dahulu Tujuan dari Pendidikan Islam yaitu hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, yaitu alim dalam agama, luas pandangan, yaitu alim dalam

17

Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta : Ar-Ruzz, 2006) h. 306

18

(14)

ilmu umum dan bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat, hal ini berarti bahwa pendidikan Islam merupakan upaya pembinaan pribadi muslim sejati yang bertaqwa baik sebagai hamba Allah maupun khalifah dimuka bumi. Untuk mencapai tujuan ini proses pendidikan Islam hendaknya mengakomodasi berbagai ilmu pengetahuan baik umum maupun agama, untuk mempertajam daya intelektualitas dan memperkokoh spiritualitas peserta didik.

Menurut Ahmad Dahlan upaya ini akan terealisasikan manakala proses pendidikan bersifat integral yang mampu menghasilkan manusia yang lebih berkualitas. Untuk menciptakan peserta didik yang demikian, maka sumber ilmu pengetahuan Islam hendaknya dijadikan landasan metodologis dalam kurikulum dan bentuk pendidikan yang dilaksanakan.

Tujuan pendidikan tersebut merupakan pembaharuan dari tujuan pendidikan yang saling bertentangan pada saat itu yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan sekolah model Belanda. Di satu sisi pendidikan pesantren hanya bertujuan utnuk menciptakan individu yang salih dan mengalami ilmu agama. Sebaliknya, pendidikan sekolah model Belanda merupakan pendidikan sekuler yang didalamnya tidak diajarkan agma sama sekali. Akibat dialisme pendidikan tersebut lahirlah dua kutub intelegensia : lulusan pesantren yang menguasai agama tetapi tidak menguasai ilmu umum dan sekolah Belanda yang menguasai ilmu umum tetapi tidak menguasai ilmu agama.19

Melihat ketimpangan tersebut KH. Ahamd Dahlan berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material dan spritual serta dunia dan akhirat. Bagi KH. Ahmad Dahlan kedua hal tersebut (agama-umum, material-spritual dan dunia-akhirat) merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Inilah yang menjadi alasan mengapa KH. Ahmad Dahlan mengajarkan pelajaran agama dan ilmu umum sekaligus di Madrasah Muhammadiyah. K.H Ahmad Dahlan mengambil beberapa komponen pendidikan yang dipakai oleh lembaga pendidikan Belanda. Dari ide ini, K.H. Ahmad Dahlan dapat menyerap

19

(15)

dan kemudian dengan gagasan dan prektek pendidikannya dapat menerapkan metode pendidikan yang dianggap baru saat itu ke dalam sekolah yang didirikannya dan madrasah-madrasah tradisional. Metode yang ditawarkan adalah sintesis antara metode pendidikan modern Barat dengan tradisional. Dari sini tampak bahwa lembaga pendidikan yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan berbeda dengan lembaga pendidikan yang dikelola oleh masyarakat pribumi saat ini.20

Kemudian dalam Materi yang diajarkan dalam Pendidikan K.H Ahmad Dahlan mengadopsi pendidikan barat atau umun dan dipadukan dengan pendidikan Islam, namun tetap berpegang teguh pada Al-qur’an dan Assunnah. Dengan begitu K.H Ahmad Dahlan mengemukakan bahwa Kurikulum yang ada dalam sekolah itu harus meliputi Pendidikan moral, akhalq yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh yang berkesinambungan antara perkembangan mental dan gagasan, antara keyakinan dan intelek serta antara dunia dengan akhirat, dan Pendidikan kemasyarakatan yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat. K.H. Ahmad Dahlan telah membawa pembaharuan pendidikan waktu itu melalui Muhammadiyah baik dengan memasukkan mata pelajaran agama di sekolah-sekolah umum dan menyerap ilmu-ilmu yang datang dari Barat, serta memasukkan kitab-kitab ulama baru ke dalam kurikulumnya.21

Selanjutnya yang membuat Pendidikan Islam maju pada saat itu yaitu K.H Ahmad Dahlan menggunakan Metode Pembelajaran yang efektif diana dikatakan pada masa itu Metode Pembelajran yang dipakai Kiyai atau Guru tidak efektif yaitu : Pertama, dalam proses belajar-mengajar, sistem yang dipakai masih menggunakan sorogan (khalaqah), ustadz/kiyai dianggap sebagai sumber kebenaran yang tidak boleh dikritisi. Kondisi ini membuat pengajaran nampak

20

Amir Hamzah Wirjosukarto, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam, (Jember : Mutiara Offset, 1985) h. 92

21

(16)

tidak demokratis. Fasilitas-fasilitas modern yang sebenarnya baik untuk digunakan dilarang untuk dipakai karena menyamai orang kafir.

Kedua, materi dan kurikulum yang disajikan masih berkisar pada studi Islam klasik, misalnya, fikih, tasawuf, tauhid, dan sejenisnya. Ilmu-ilmu itu wajib syar'i untuk dipelajari. Sementara ilmu modern tidak diajarkan karena ilmu itu termasuk ilmu Barat yang haram hukumnya bagi orang Islam untuk mempelajarinya. Ilmu-ilmu selain studi Islam klasik tersebut dianggap bukan ilmu Islam. Padahal kalau diteliti, ilmu-ilmu yang berkembang di Barat itu merupakan pengembangan lebih lanjut dari ilmu yang sudah dikembangkan oleh umat Islam pada zaman keemasan Islam.

Ketiga, pendidikan modern hanya mengajarkan ilmu-ilmu yang diajarkan di dunia Barat. Metode pengajaran sudah menggunakan metode modern. Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial Belanda ini tidak diajarkan ilmu-ilmu keislaman. Kebanyakan siswa yang bisa masuk dalam pendidikan ala Barat ini adalah orang-orang priyayi atau pegawai pemerintah Belanda.

Melihat masalah yang ada maka K.H Ahmad Dahlan mengadakan Metode Pembelajaran dengan cara yaitu : Metode pembelajaran yang dikembangkan K.H. Ahmad Dahlan bercorak kontekstual melalui proses dialogis dan penyadaran. Contoh klasik adalah ketika beliau menjelaskan surat al-Ma’un kepada santri-santrinya secara berulang-ulang sampai santri itu menyadari bahwa surat itu menganjurkan supaya kita memperhatikan dan menolong fakir-miskin, dan harus mengamalkan isinya.22

Hal ini karena pelajaran agama tidak cukup hanya dihafalkan atau dipahami secara kognitif, tetapi harus diamalkan sesuai situasi dan kondisi. Adapun perbedaan model belajar yang digunakan antara pendidikan di pesantren dengan pendidikan yang diajarka oleh Ahmad Dahlan adalah sebagai berikut: Cara belajar-mengajar di pesantren menggunakan sistem Weton dan Sorogal, madrasah yang dibangun Ahmad Dahlan menggunakan sistem masihal seperti sekolah Belanda, Bahan pelajaran di pesantren mengambil kitab-kitab agama. Sedangkan

22

(17)

di madrasah yang dibangun Ahmad Dahlan bahan pelajarannya diambil dari buku-buku umum, dan Hubungan antara guru-murid, di pesantren hubungan guru-murid biasanya terkesan otoriter karena para kiai memiliki otoritas ilmu yang dianggap sakral. Sedangkan madrasah yang dibangun Ahmad Dahlan mulai mengembangkan hubungan guru-murid yang akrab.23

Dan terakhir K.H Ahmad Dahlan menerapkan Pendidikan Integralistik yakni K.H Ahmad Dahlan adalah tipe man of action sehingga sudah pada tempatnya apabila mewariskan cukup banyak amal usaha bukan tulisan. Oleh sebab itu untuk menelusuri bagaimana orientasi filosofis pendidikan beliau musti lebih banyak merujuk pada bagaimana beliau membangun sistem pendidikan, hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Amir Hamzah Wirjosukarto dalam bukunya yang berjudul Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam .

Amir Hamzah Wirjosukarto, melanjutkan memaparkan mengenai pribadi K.H. Ahmad Dahlan yang merupakan pencari kebenaran hakiki yang menangkap apa yang tersirat dalam tafsir Al-Manar sehingga meskipun tidak punya latar belakang pendidikan Barat tapi ia membuka lebar-lebar gerbang rasionalitas melalui ajaran Islam sendiri, menyerukan ijtihad dan menolak taqlid. 24

Dia dapat dikatakan sebagai suatu “model” dari bangkitnya sebuah generasi

yang merupakan “titik pusat” dari suatu pergerakan yang bangkit untuk menjawab

tantangan-tantangan yang dihadapi golongan Islam yang berupa ketertinggalan dalam sistem pendidikan dan kejumudan paham agama Islam. Berbeda dengan tokoh-tokoh nasional pada zamannya yang lebih menaruh perhatian pada persoalan politik dan ekonomi, K.H. Ahmad Dahlan mengabdikan diri sepenuhnya dalam bidang pendidikan.

Pendidikan di Indonesia pada saat itu terpecah menjadi dua, pendidikan sekolah-sekolah Belanda yang sekuler, yang tak mengenal ajaran-ajaran yang berhubungan dengan agama; dan pendidikan di pesantren yang hanya mengajar ajaran-ajaran yang berhubungan dengan agama saja. Kondisi internal pendidikan

23

Herry Muhammad dkk, Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh abad 20, (Cet.1, Jakarta: Gema Insani Press, 2006) h. 9

24

(18)

pesantren di satu pihak, model penyelenggaraan, krakter dan produk alumni model ala Barat di pihak lain, seperti dijelaskan di atas mendorong Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah.

Melalui Muhammadiyah Ahmad Dahlan ingin mendirikan lembaga pendidikan yang memadukan dua karakter dari dua model lembaga pendidikan yang berkembang saat itu, mengajarkan semangat Islam dan semangat modern. Dengan demikian, umat Islam tidak hanya fasih berbicara tentang Islam, seperti alumni pesantren, tetapi juga berwawasan luas tentang perkembangan modern.25

25

(19)

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, pemakalah dapat menyimpulkan bahwasanya K.H. Ahmad Dahlan adalah merupakan tokoh pendidikan yang sangat besar jasanya bagi dunia pendidikan di Indonesia ini.

Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) lahir di Kauman, Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi di Mesir, Arab, dan India, untuk kemudian berusaha menerapkannya di Indonesia. Ahmad Dahlan juga sering mengadakan pengajian agama di langgar atau mushola. Pada tahun 1912 beliau mendirikan Muhammadiyah yang semata-mata bertujuan untuk mengadakan dakwah Islam, memajukan pendidikan dan pengajaran, menghidupkan sifat tolong-menolong, mendirikan tempat ibadah dan wakaf, mendidik dan mengasuh anak-anak agar menjadi umat Islam yang berarti, berusaha ke arah perbaikan penghidupan dan kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam

(20)

DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an Karim, Surah Ar-Ra’d Ayat 11.

Baihaqi, Mif. 2008. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan, Bandung: Penerbit Nuansa.

Basri, Hasan. 2009. Filasafat Pendidikan Islam. Bandung : Cv. Pustaka Setia.

Ihsan, Hamdani dan Fuad Ihsan. 2001. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia.

Kurniawan, Syamsul, dan Erwin Mahrus. 2011. Jejak pemikiran Tokoh pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-ruzz media.

Muhammad, Herry, dkk. 2006. Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh abad 20. Cet.1. Jakarta: Gema Insani Press,

Nata,Abudin. 1997Filsafat Pendidikan Islam. Cet: I; Jakarta: Logos.

Nizar, Syamsul. 2002. Filsafat Pendiidkan Islam. Jakarta : Ciputat Pers.

Ramayulis dan Syamsul Nizar. 2010. Ensiklopedi Tokoh pendidikan Islam. Jakarta: Quantum teaching.

Salam, Junus. 2009. Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah. Tangerang: Al-Wasat Publising House.

Suharto, Toto. 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz.

Suwito. 2008. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana.

Tunru, Muh. Idris. Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam, Sem. V. Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan, Pendidikan Agama Islam 2.

Wirjosukarto, Amir Hamzah. 1985 Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam. Jember: Mutiara Offset.

(21)

BIODATA MAHASISWA

Nama : Mita Maku

Nim : 15.2.3.054

Jurusan/Prodi : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/ Pendidikan Agama Islam (PAI 2)

Email : Mithamaku12@gmail.com

No HP : 082348849846

Referensi

Dokumen terkait

Pengamatan pola pada telapak tangan menunjukkan pada interdigital 4 memiliki frekuensi tertinggi (50%) dan terdapat perbedaan yang tidak nyata antara anak penyadang ADHD

Narasumber juga memberikan hasil penilaian dari validasi media dari segi komponen materi dengan nilai 90% yang tergolong sangat baik penilaian ini diberikan oleh

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (STUDI KASUS KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR)” adalah

Els estudis de seroprevalença en la població ≥5 anys han tro- bat que la prevalença d’anticossos contra la parotiditis no ha variat entre el 1996 (89,9%) i el 2002 (90,6%), tot i

yang sesuai dengan tinjauan teori yaitu mulai dari pengkajian.

RIKA MELIANSYAH. Peranan Gulma sebagai Inang Alternatif Geminivirus di Pertanaman Cabai di Jawa. Dibimbing oleh SRI HENDRASTUTI HIDAYAT dan KIKIN HAMZAH MUTAQIN. Geminivirus

"Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah." - Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik

STEL batas paparan jangka pendek: 2) batas paparan jangka pendek: nilai batas yang di atasnya paparan hendaknya tidak terjadi dan yang terkait dengan jangka 15-menit (kecuali