BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Perusahaan penghasil aluminium menggunakan berbagai alat material
handling dalam melaksanakan kegiatan peleburan. Di PT. Inalum, kegiatan
peleburan (smelter) yang merupakan proses inti dari produksi aluminium dilakukan di Departemen Smelter Reduction Operation (SRO). Dalam proses elektrolisa di pot peleburan, diperlukan Anoda sebagai tempat terjadinya reaksi oksidasi yang elektrodanya positif. Proses pergantian batangan Anoda lama dengan Anoda baru dilakukan dengan alat material handling berupa Anode
Changing Crane (ACC). Operator ACC memindahkan batangan anode dari
tempat penyimpanan anode menuju pot reduksi maupun sebaliknya. Spesifikasi batangan anode terdiri dari karbon yang terbuat dari kokas, tinggi batangan anode 3,2 meter.
Berdasarkan hasil observasi, permasalahan yang muncul di lantai produksi adalah adanya kesalahan pengoperasian operator saat mengoperasikan kabin
crane dikarenakan operator tidak dapat melihat objek batangan anoda secara
melihat saat kepala dan mata pada posisi tak bergerak. Kesalahan operasi ini mengakibatkan kerugian material yang cukup besar bagi perusahaan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, beberapa kesalahan dalam mengoperasikan ACC
Crane dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut :
Tabel 1.1 Kesalahan Operasi yang Terjadi Akibat Ketidakmampuan
Operator dalam Melihat Objek yang berada di luar Bidang Visual
No Kejadian Frekuensi
/ Tahun
Akibat
1
Batang anoda jatuh ke dalam pot reduksi karena terlepas dari clamp pada Anode wrench yang diakibatkan karena operator tidak dapat melihat objek secara jelas akibat kaca kabin yang terhalang oleh
anode wrench sehingga kaca kabin
Operator sering kali tidak tepat dalam melakukan setting anoda, sehingga tinggi anoda tidak sesuai dengan
batasan visual sebelah atas terhadap garis normal pandangan (0 derajat). Sehingga objek yang berada di luar sudut 30o tidak dapat dilihat manusia secara detail dan menyeluruh (Julius Panero, 1979). Selain itu, desain eksterior kabin crane yang yang memiliki sekat pada bagian bawahnya juga membatasi jarak pandang operator terhadap objek yang semakin menurunkan kemampuan operator melihat objek secara jelas. Untuk meminimalisir kondisi ini, operator harus berganti posisi dari dari duduk hingga berdiri agar dapat melihat batangan Anoda. Pergantian posisi ini dilakukan dengan frekuensi yang terlalu sering sehingga mengakibatkan operator mudah lelah dan tidak fokus.
1
Witantra Dhamar Hutami, Putu Asti Wulandari melakukan penelitian di Sekolah Dasar Negeri 1 Manggis. Penelitian ini berjudul “Prevalensi Penurunan
Tajam Penglihatan Pada Siswa Kelas 3-6 SD”. Permasalahan yang dihadapi
adalah gangguan penglihatan pada anak sekolah dapat berdampak pada kesehatan jangka panjang, kinerja di sekolah, serta perkembangan emosional atau sosial anak tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk prevalensi penurunan tajam penglihatan (visual acuity) pada anak kelas 3-6 sekolah dasar. Data didapatkan melalui pemeriksaan tajam penglihatan menggunakan Snellen chart 6 meter serta wawancara dengan panduan kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi penurunan tajam penglihatan mata kanan dan kiri siswa kelas 3-6 SDN 1 Manggis adalah 70%. Penurunan tajam penglihatan pada mata yang dialami oleh subjek tersebut bervariasi pada rentang nilai 6/30 hingga 6/9. Sebagian besar siswa yang mengalami penurunan tajam penglihatan mengalami penurunan tajam penglihatan ringan dimiliki oleh 46 siswa (38,3%) pada mata kanan dan 47 siswa (39,2%) pada mata kiri.
Berdasarkan penelitian awal salah satu kondisi ketinggian objek yaitu batangan anode 350 cm sedangkan jarak operator terhadap objek yang diamati 50 cm. Maka dapat diperoleh sudut penglihatan objek sebesar 51o. Oleh karena itu, sudut penglihatan operator dapat diklasifikasikan dalam objek yang berada di luar bidang visual manusia yang berarti objek tersebut tidak dapat dilihat secara detail oleh operator. Hal ini yang mengakibatkan kesalahan pengoperasian dan membuat operator kesulitan menjangkau objek tersebut sehingga kondisi ini memaksa
1Witantra Dhamar Hutami, Putu Asti Wulandari. 2014. Prevalensi Penurunan Tajam Penglihatan
Pada Siswa Kelas 3-6 SD. (Bali: Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran
operator untuk bekerja dengan posisi berdiri agar objek dapat dijangkau. Sketsa kegiatan operator dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Sketsa Visual Field yang Terbentuk pada Kegiatan Breaking
Gambar 1.1 menunjukkan bahwa dengan ketinggian dan jarak tersebut terbentuk sudut bidang visual sebelah bawah sebesar 51o. Sudut ini sudah melewati rotasi mata optimal yaitu 30o sehingga mata operator tidak mampu menangkap objek batangan Anoda. Untuk itu, operator mengubah posisi ke posisi berdiri sehingga sudut bidang visual nya menjadi lebih luas.
objek serta penambahan fasilitas kerja desain ekterior kabin berdasarkan ukuran anthropometri operator.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah kesalahan pengoperasian operator crane karena ketidakmampuan operator untuk melihat objek batangan Anoda yang berada di luar bisang visual operator secara detail dan menyeluruh saat proses kegiatan pergantian Anoda berlangsung sehingga menimbulkan kesalahan operasi. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, dilakukan penambahan fasilitas (alat bantu) kabin crane dengan mempertimbangkan ketajaman penglihatan (visual acuity) dan anthropometri agar dihasilkan penempatan posisi fasilitas kerja usulan yang lebih ergonomis dan memenuhi keinginan operator ACC.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah meminimalisir kesalahan pengoperasian serta penambahan fasilitas kerja pada kabin crane untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan pergerakan operator ACC.
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah: 1. Menambahkan fasilitas kerja pada kabin Crane yang sesuai dengan standar
visual acuity.
3. Mengetahui efektivitas penambahan fasilitas kerja pada kabin Crane. Manfaat dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat bagi mahasiswa
Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan teori yang diperoleh selama kuliah dan meningkatkan wawasan dalam menganalisis dan memecahkan masalah sebelum memasuki dunia kerja.
2. Manfaat bagi perusahaan.
Sebagai masukan bagi perusahaan dalam mendesain aspek-aspek penting dalam ruang kendali ACC yaitu kabin Crane.
3. Bagi Departemen Teknik Industri USU
Untuk mempererat hubungan kerja sama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri USU.
1.4. Batasan Masalah dan Asumsi Penelitian
Batasan-batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini berfokus pada kabin pada alat Material Handling berupa Anode
Changing Crane (ACC).
2. Penelitian ini dilaksanakan di departemen SRO (Smelter Reduction
Operation)
3. Pengukuran dan pengamatan dilakukan di dua stasiun (stasiun 3 dan 4) pada
Pot Line 3.
4. Kegiatan pengamatan dan pengukuran dilakukan pada jam kerja di Shift II. 5. Pengamatan dilakukan sebanyak 5 hari kerja.
7. Pengamatan dilakukan oleh 10 orang operator kabin crane. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah :
1. Operator mengetahui cara pemakaian dan penggunaan Anode Changing
Crane dengan sangat baik
2. Ruang kendali ACC tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung.
1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Sistematika penulisan tugas sarjana dapat dilihat sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan yang mendasari penelitian dilakukan, perumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian dan sistematika penulisan tugas sarjana.
Bab II gambaran umum PT.Inalum, ruang lingkup perusahaan , lokasi, struktur organisasi , tugas dan tanggung jawab, jumlah tenaga kerja dan jam kerja
karyawan, dan sistem pengupahan.
Bab III Landasan Teori, berisi teori visual acuity, anthropometri tubuh manusia, pengaturan kaca kabin crane, dan ketajaman penglihatan operator.
pengolahan data, analisis pemecahan masalah sampai kesimpulan dan saran. Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data, berisi pengumpulan data-data seperti data ketajaman penglihatan (visual acuity) operator terhadap objek, data ketinggian objek yang dilihat, jarak penglihatan operator ke objek, sudut penglihatan (visual field) operator terhadap objek, penilaian pergerakan kepala operator, dan penempatan posisi penambahan fasilitas kerja operator pada kabin
crane dengan data anthropometri, yang kemudian dilakukan pengolahan data
yaitu menentukan persentil masing-masing dimensi anthropometri.
Bab VI Analisis Pemecahan Masalah, meliputi analisis ketajaman penglihatan (visual acuity) operator terhadap objek, analisis ketinggian objek yang dilihat, analisis jarak penglihatan operator ke objek, analisis sudut penglihatan (visual field) operator terhadap objek, analisis penilaian pergerakan kepala operator, dan penambahan fasilitas kerja guna melakukan penempatan posisi pada bagian dari kabin crane dengan data anthropometri.