PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN KENDALA DAN PETA KENDALA
4.1 PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai pengembangan model penilaian kendala yang akan digunakan sebagai alat untuk menilai kendala-kendala yang ada dalam penerapan PBC pada proyek penanganan pemeliharaan jalan serta peta kendala (alat untuk mempermudah melihat kendala yang ada yang ditampilkan secara grafis). Model penilaian dan peta kendala yang dikembangkan bersifat khusus untuk proyek penanganan pemeliharaan jalan.
Pengembangan model penilaian faktor-faktor kendala penerapan Kontrak Bernbasis Kinerja (PBC) dilakukan melalui 5 (lima) tahapan, yaitu: (1) Penentuan dasar penilaian, (2) identifikasi indikator penilaian, (3) penentuan parameter penilaian, (4) penetapan ukuran penilaian, dan (5) pengembangan model. Tahapan pengembangan model penilaian kendala dapat digambarkan seperti pada gambar 4.1.
TAHAP I
Penentuan Dasar Penilaian Kendala
TAHAP II
Identifikasi Indikator Penilaian TAHAP III
Penentuan Parameter Penilaian
TAHAP IV Penentuan Ukuran Penilaian
TAHAP V
Pengembangan Model Penilaian Kendala
4.2 PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN FAKTOR-FAKTOR KENDALA PENERAPAN PBC
4.2.1 Penentuan Dasar Penilaian
Penelitian ini akan difokuskan terhadap faktor-faktor yang menjadi kendala dalam penerapan PBC pada penanganan pemeliharaan jalan dari sudut pandang pemilik jalan. Penentuan dasar penilaian kendala didasarkan atas hasil studi literature, adapun faktor-faktor yeng menjadi kendala dalam menerapkan PBC di Indonesia, dan akan menjadi dasar penilaian kendala dalam model yang akan dikembangkan berdasarkan studi-studi terdahulu selengkapnya dapat dilihat pada table 4.1.
Tabel 4. 1 Faktor-faktor kendala penerapan PBC berdasarkan studi terdahulu
Tim Pelaksana Studi Puslitbang Jalan dan Jembatan Bandung, 2006. Kajian Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja untuk Konstruksi Jalan di Atas Tanah Lunak, Pusjatan, Bandung Ir.Purnomo, Prakondisi dan Konsekuensi terhadap Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja, Lokakarya KRTJ-10, Surabaya, 2008
Pengembangan Model Penilaian Kesiapan Internal Pemerintah Dan Kontraktor Indonesia Dalam Penerapan Metode Kontrak
Berbasis Kinerja (KBK) oleh Bayu Kania (2006) 1. Aspek resiko pekerjaan; 2. Aspek hukum; 3. Spesifikasi kinerja; 1. Aspek hukum; 2. Aspek kelembagaan; 3. Aspek teknis; 4. Aspek pendanaan
1. Tim solusi yang terintegrasi (peraturan tugas
dan fungsi tim; pengelolaan knowledge base).
2. Mempelajari solusi dari sektor swasta dan
sektor pemerintah (riset pasar, informasi yang dikumpulkan; dokumentasi hasil riset pasar).
3. Mengembangkan spesifikasi berbasis kinerja
(analisis kebutuhan, penyusunan PRS).
4. Menentukan tata cara mengukur dan
mengelola kinerja (mengembangkan quality assurance surveillance plan, QASP).
5. Memilih kontraktor yang tepat (solusi
terbaik, presentasi secara lisan)
6. Mengelola kinerja (mengevaluasi kinerja
kontraktor melalui QASP dan Quality Control Plan).
faktor kendala yang teridentifikasi dari penelitian terdahulu akan dikelompokkan menjadi 5 (lima) aspek kendala, yaitu:
a. Aspek hukum; b. Aspek resiko; c. Aspek teknis; d. Aspek organisasi; e. Aspek pendanaan.
Penjelasan dari masing-masing aspek kendala yang ada adalah sebagai berikut:
4.2.1.1. Aspek Hukum
Aspek hukum merupakan kendala yang ada dalam penerapan PBC akibat dari peraturan dan kebijakan yang ada saat ini belum mengakomodasi seluruh kebutuhan PBC.
Dalam aspek hukum, yang ditinjau adalah bagaimana bentuk pengaturan dari: kontrak, seleksi penyedia jasa, spesifikasi teknis, dan penyelesaian perselisihan. Kendala dari pengaturan kontrak akan dianalisa dari jenis kontrak dan tipe kontrak. Kendala dari pengaturan seleksi penyedia jasa akan dianalisa dari metode seleksi dan penilaian kualifikasi. Kendala pengaturan spesifikasi teknis akan ditinjau dari penyusun spesifikasi teknis dan cakupan dari spesifikasi. Dan yang terakhir adalah kendala pengaturan penyelesaian perselisihan.
Adapun untuk menilai kendala yang ada, berdasarkan hasil studi literatur, konsep dasar dari PBC yang ditinjau dari kendala aspek hukum dapat dilihat pada tabel 4.2..
Tabel 4. 2Kendala aspek hukum dan konsep dasar PBC No. Kendala Aspek Hukum yang Ditinjau Konsep Dasar PBC 1 Kontrak
a. Jenis kontrak • Building Team Contract, Turnkey Contract,
Design&Build Contract dan Alliance Contract
b. Tipe kontrak • Kontrak lifecycle;
• Tahun jamak;
• Pembayaran dengan sistem lumpsum.
c. Bentuk layanan • Perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan dalam satu
kontrak
2 Seleksi penyedia
jasa
a. Metode seleksi • Pelelangan terbatas
b. Penilaian
kualifikasi
• Kriteria evaluasi kontraktor: biaya, financial, quality
control plan, kemampuan teknikal, manajemen perusahaan, dan kinerja kontraktor dimasa lalu.
• Best value (penawar yang memiliki kemampuan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dan memiliki informasi kinerja dimasa lalu yang baik)
3 Spesifikasi teknis
a. Bentuk
spesifikasi
• Orientasi terhadap output yang diinginkan
b. Komponen
spesifikasi
• Jenis pekerjaan, indikator, tingkatan kinerja yang dapat
diterima.
4 Penyelesaian
perselisihan
• Litigasi dihindari
4.2.1.2. Aspek Resiko
Alokasi resiko antara pemilik proyek dan penyedia jasa merupakan salah satu kendala dalam penerapan PBC. Apabila penyedia jasa menanggung resiko pekerjaan yang seharusnya ditanggung oleh pemilik proyek akan menimbulkan kondisi yang tidak baik seperti: tingginya harga penawaran lelang dari penyedia jasa; mundurnya penyedia jasa akibat bank (pemberi modal) bagi penyedia jasa menolak untuk mengambil resiko; pemutusan hubungan kerja dari penyedia jasa dalam masa kontrak dengan kemungkinan terburuk bangkrutnya penyedia jasa tersebut. Untuk mengantisipasi kendala dari segi resiko dibutuhukan analisi resiko detail sebelum dilaksanakannya proyek dan melakukan manajemen resiko selama proyek berlangsung.
Jenis-jenis resiko yang harus dianalisis dapat dikelompokkan menjadi tujuh aspek, yaitu: aspek legal, aspek organisasi, aspek teknis, aspek spasial, aspek
tersebut. Peyedia jasa merupakan pihak yang tepat untuk memikul resiko dengan syarat resiko tersebut berkaitan dengan keahliannya dan insentif yang akan diterima sesuai dengan tingkat resiko yang diberikan.
4.2.1.3. Aspek Teknis
Kendala aspek teknis akan dilihat dari siklus proyek pemeliharaan jalan (PPJ) yang terkait dengan PBC, yaitu: kontrak PPJ, spesifikasi teknis PPJ, penyelesesaian perselisihan PPJ, seleksi penyedia jasa PPJ, Pengawasan PPJ, pembayaran PPJ, dan masa pemeliharaan PPJ.
Konsep dasar PBC yang terkait dengan kendala aspek teknis, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4. 3Kendala aspek teknis dan konsep dasar PBC No. Kendala Aspek Teknis
yang Ditinjau Konsep Dasar PBC
1 Kontrak PPJ
a. Jenis kontrak • Building Team Contract, Turnkey Contract, Design&Build
Contract dan Alliance Contract
b. Tipe kontrak • Kontrak lifecycle;
• Tahun jamak;
• Pembayaran dengan sistem lumpsum.
c. Bentuk layanan • Perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan dalam satu kontrak
2 Seleksi penyedia jasa
a. Metode seleksi • Pelelangan terbatas
b. Penilaian kualifikasi • Kriteria evaluasi kontraktor: biaya, financial, quality control plan, kemampuan teknikal, manajemen perusahaan, dan kinerja kontraktor dimasa lalu.
• Best value (penawar yang memiliki kemampuan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dan memiliki informasi kinerja dimasa lalu yang baik)
3 Spesifikasi teknis
a. Bentuk spesifikasi • Orientasi terhadap output yang diinginkan
b. Komponen spesifikasi • Jenis pekerjaan, indikator, tingkatan kinerja yang dapat diterima.
4 Penyelesaian perselisihan • Non litigasi
5 Pengawasan PPJ
a. Pihak yang bertanggung jawab
• Pengawasan terhadap pelaksanaan diserahkan sepenuhnya kepada kontraktor
b. Mekanisme pengawasan • Kontraktor menyusun Quality assurance surveillance plan
6 Pembayaran PPJ
a. Sistem pembayaran • Pembayaran dilakukan atas kinerja yang memenuhi standar
kinerja dengan sistem lumpsum
b. Dasar pembayaran • Kinerja yang memenuhi standar kinerja
7 Masa pemeliharaan PPJ
a. Pihak yang bertanggung jawab
• Kontraktor/penyedia jasa b. Jangka waktu masa
pemeliharaan
4.2.1.4. Aspek Organisasi
Aspek organisasi terkait dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mengetahui dan memahami konsep Performance Based Contract (PBC) serta bagaimana infromasi mengenai Performance Based Contract (PBC) ini disebarluaskan di lingkungan kerjanya.
4.2.1.5. Aspek Pendanaan
Aspek pendanaan terkait dengan kepastian mengenai ketersediaan dana untuk pelaksanaan kontrak dalam jangka waktu tertentu pada kontrak multi-yeas. PBC merupakan kontrak tahun jamak, sehingga perlu adanya kepastian mengenai ketersediaan dana untuk pelaksanaan kontrak dalam jangka waktu tersebut, karena PBC akan lebih effektif dan effisien jika dilakukan dalam skala besar dan skala waktu yang lebih dari 3 (tiga) tahun.
4.2.2 Indikator dan Parameter Penilaian Kendala 4.2.2.1. Aspek Hukum
Indikator yang digunakan untuk menilai kendala aspek hukum, adalah yang terkait dengan pengaturan dari: kontrak, spesifikasi teknis, seleksi penyedia jasa, dan penyelesaian perselisihan. Adapun parameter penilaian yang akan digunakan untuk menilai setiap indikator dari kendala aspek hukum adalah:
1. Kontrak
Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator kontrak adalah: jenis kontrak, tipe kontrak, dan bentuk layanan.
2. Spesifikasi Teknis
Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator spesifikasi teknis adalah: orientasi spesifikasi dan komponen spesifikasi.
3. Seleksi Penyedia Jasa
Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator seleksi penyedia jasa adalah: metode seleksi dan penilaian kualifikasi.
Indikator yang digunakan untuk menilai kendala aspek resiko, adalah yang terkait dengan: analisis dan manajemen resiko, serta alokasi resiko. Adapun parameter penilaian yang akan digunakan untuk menilai setiap indikator dari kendala aspek resiko adalah:
1. Analisis dan Manajemen Resiko
Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator analisis dan manajemen resiko adalah: analisis resiko awal proyek, manajemen resiko selama proyek berlangsung, dan jenis resiko yang dianalisis.
2. Alokasi Resiko
Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator analisis dan manajemen resiko adalah siapa pihak yang mengelola resiko.
4.2.2.3. Aspek Teknis
Indikator yang digunakan untuk menilai kendala aspek teknis, adalah yang terkait dengan: kontrak proyek pemeliharaan jalan (PPJ), spesifikasi teknis PPJ, penyelesaian perselisihan PPJ, seleksi penyedia jasa PPJ, pengawasan PPJ, pembayaran PPJ, dan masa pemeliharaan PPJ. Adapun parameter penilaian yang akan digunakan untuk menilai setiap indikator dari kendala aspek teknis adalah:
1. Kontrak Proyek Pemeliharaan Jalan (PPJ)
Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator Kontrak Proyek Pemeliharaan Jalan (PPJ) adalah: jenis kontrak PPJ, tipe kontrak PPJ, dan bentuk layanan PPJ.
2. Spesifikasi Teknis PPJ
Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator Spesifikasi Teknis PPJ adalah: orientasi spesifikasi teknis PPJ dan komponen spesifikasi teknis PPJ.
3. Penyelesesaian Perselisihan PPJ
Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator Penyelesesaian Perselisihan PPJ adalah metode penyelesaian perselisihan PPJ.
Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator Seleksi Penyedia Jasa PPJ adalah: metode seleksi penyedia jasa PPJ dan penilaian kualifikasi penyedia jasa PPJ.
5. Pengawasan PPJ
Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator Pengawasan PPJ adalah: pihak yang bertanggungjawab dalam pengawasan PPJ dan mekanisme pengawasan PPJ.
6. Pembayaran PPJ
Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator Pembayaran PPJ adalah: sistem pembayaran PPJ dan dasar pembayaran PPJ.
7. Masa Pemeliharaan PPJ
Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator Masa Pemeliharaan PPJ adalah: pihak yang bertanggungjawab pada masa pemeliharaan dan jangka waktu pemeliharaan.
4.2.2.4. Aspek Organisasi
Indikator yang digunakan untuk menilai kendala aspek organisasi adalah yang
terkait dengan: Sumber Daya Manusia (SDM) dan penyebaran informasi
KBK/PBC. Adapun parameter penilaian yang akan digunakan untuk menilai setiap indikator kendala aspek organisasi adalah:
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator SDM adalah kualifikasi SDM pengelola kontrak PPJ.
2. Penyebaran Informasi PBC
Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator penyebaran informasi PBC adalah mekanisme penyebaran informasi mengenai PBC.
4.2.2.5. Aspek Pendanaan
Indikator yang digunakan untuk menilai kendala aspek pendanaan, adalah yang terkait dengan: ketersediaan dana proyek multiyears. Adapun parameter
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4. 4 Indikator dan parameter penilaian
No Aspek Dasar
Penilaian Indikator Parameter Penilaian
1 Aspek Hukum a.Kontrak • Jenis kontrak • Tipe kontrak • Bentuk layanan b.Spesifikasi teknis • Orientasi spesifikasi • Komponen spesifikasi c.Seleksi penyedia jasa • Metode seleksi • Penilaian kualifikasi d.Penyelesaian
perselisihan • Metode penyelesaian perselisihan
2 Aspek Resiko
a.Analisis resiko dan
manajemen resiko
• Analisis resiko awal proyek
• Manajemen resiko selama proyek berlangsung
• Jenis resiko yang dianalisis b.Alokasi resiko • Pihak yang mengelola resiko
3 Aspek Teknis a.Kontrak PPJ • Jenis kontrak PPJ • Tipe kontrak PPJ • Bentuk layanan PPJ b.Spesifikasi teknis PPJ
• Orientasi spesifikasi teknis PPJ
• Komponen spesifikasi teknis PPJ c.Penyelesaian
perselisihan PPJ
• Metode penyelesaian perselisihan PPJ
d.Seleksi penyedia jasa PPJ
• Metode seleksi penyedia jasa PPJ
• Penilaian kualifikasi penyedia jasa PPJ
e.Pengawasan PPJ
• Pihak yang bertanggungjawab dalam pengawasan PPJ • Mekanisme pengawasan PPJ f.Pembayaran PPJ • Sistem pembayaran PPJ • Dasar pembayaran PPJ g.Masa pemeliharaan
• Pihak yang bertanggungjawab
• Jangka waktu masa pemeliharaan
4 Aspek Organisasi
a.Sumber Daya Manusia
• Kualifikasi SDM pengelola kontrak PPJ
b.Penyebaran Informasi KBK
• Mekanisme penyebaran informasi PBC
5 Aspek Pendanaan
a.Ketersediaan dana proyek multiyears
• Kepastian ketersediaan dana proyek multiyears
Setelah parameter-parameter dari kendala yang ada dikelompokkan, selanjutnya akan diberikan kode untuk setiap parameter yang ada, seperti pada tabel 4.5.
Tabel 4. 5Pemberian kode penilaian kendala No Aspek Dasar
Penilaian Indikator Parameter Penilaian Kode
A Aspek Hukum
1. Kontrak
a. Jenis kontrak A1a
b. Tipe kontrak A1b
c. Bentuk layanan A1c
2. Spesifikasi teknis a. Orientasi spesifikasi A2a
b. Komponen spesifikasi A2b
3. Seleksi penyedia jasa
a. Metode seleksi A3a
b. Penilaian kualifikasi A3b
4. Penyelesaian perselisihan a. Metode penyelesaian perselisihan A4a B Aspek Resiko 1. Analisis resiko dan manajemen resiko
a. Analisis resiko awal
proyek B1a
b. Manajemen resiko selama
proyek berlangsung B1b
c. Jenis resiko yang dianalisis B1c 2. Alokasi resiko a. Pihak yang mengelola
resiko B2a
C Aspek Teknis
1. Kontrak PPJ
a. Jenis kontrak PPJ C1a
b. Tipe kontrak PPJ C1b
c. Bentuk layanan PPJ C1c
2. Spesifikasi teknis PPJ
a. Orientasi spesifikasi teknis
PPJ C2a b. Komponen spesifikasi teknis PPJ C2b 3. Penyelesaian perselisihan PPJ a. Metode penyelesaian perselisihan PPJ C3a 4. Seleksi penyedia jasa PPJ
a. Metode seleksi penyedia
jasa PPJ C4a b. Penilaian kualifikasi penyedia jasa PPJ C4b 5. Pengawasan PPJ a. Pihak yang bertanggungjawab dalam pengawasan PPJ C5a b. Mekanisme pengawasan PPJ C5b
6. Pembayaran PPJ a. Sistem pembayaran PPJ C6a
b. Dasar pembayaran PPJ C6b
7. Masa pemeliharaan
a. Pihak yang
bertanggungjawab C7a
b. Jangka waktu masa
pemeliharaan C7b D Aspek Organisasi 1. Sumber Daya Manusia a. Kualifikasi SDM
pengelola kontrak PPJ D1a
Setelah parameter dan ukuran penilian diidentifikasi, selanjutnya akan dikembangkan bagaimana menilai parameter tersebut. Dasar penilaiannya akan dibedakan atas 2 (dua) bagian, bagian pertama adalah penilaian terhadap hasil wawancara tentang bagaimana sebetulnya kendala yang ada telah diakomodasi oleh pengelola jalan dan kontraktor pemeliharaan jalan. Bagian kedua adalah penilaian terhadap hasil kuesioner tingkat kepentingan dari kendala yang dinilai oleh para ahli KBK.
Metode penilaian yang digunakan dalam model ini adalah metode rating. Dengan metode rating, obyek yang ditetapkan sebagai kategori penilaian dapat dibandingkan relative dengan obyek yang lain, dan dapat diurutkan secara terstruktur, misalnya dari kendala yang telah diakomodasi sampai pada kendala yang betul-betul belum diakomodasi atau diperhatikan.
Metode rating yang digunakan dalam model ini adalah suatu model yang menggunakan ukuran-ukuran yang dinyatakan secara kualitatif, yaitu melalui pertanyaan-pertanyaan yang dapat menunjukkan gradasi dari obyek yang dinilai.
Nilai kualitatif yang digunakan adalah nilai kualitatif yang dinyatakan dengan angka numerik dalam skala Likert58
1. Skala 1 : kategori Sangat Baik (Tidak ada kendala/kendala 0%)
, yaitu skala 1 sampai 5. Dengan ketentuan skala sebagai berikut:
2. Skala 2 : Kategori Baik (Kendala sebesar 25%) 3. Skala 3 : Kategori Sedang (Kendala sebesar 50%) 4. Skala 4 : Kategori Buruk (Kendala sebesar 75%)
5. Skala 5 : Kategori Buruk Sekali (Kendala sebesar 100%)
58 Drs. Riduwan, M.B.A, 2005, “Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Penilaian untuk setiap level akan dilakukan melalui ketentuan sebagai berikut59
1. Perhitungan Level 4 :
Level 4 merupakan nilai dari parameter-parameter penilaian yang dinilai dalam skala Likert 1 sampai 5. Nilai yang diberikan dipengaruhi hasil wawancara yang dilakukan.
Dari parameter penilaian yang telah dikembangkan, dasar penilaian dapat dilihat pada Lampiran. 4.
2. Perhitungan Level 3
Pada level 3 akan dilakukan perhitungan dari tingkat kendala dari parameter penilaian. Tingkat kendala dari parameter penilaian ini menggunakan persamaan:
(3.1)
Mengacu pada persamaan di atas, maka persamaan untuk menghitung level 3 adalah sebagai berikut:
(3.2)
(3.3)
(3.4)
(3.5)
Dimana notasi-notasi tersebut adalah:
− adalah berturut-turut adalah nilai dari parameter –
parameter penilaian dalam rating 1 sampai 5 yang terdapat dalam aspek hukum.
− adalah berturut-turut adalah nilai dari parameter –
parameter penilaian dalam rating 1 sampai 5 yang terdapat dalam aspek resiko.
− adalah berturut-turut adalah nilai dari parameter –
parameter penilaian dalam rating 1 sampai 5 yang terdapat dalam aspek teknis.
− adalah berturut-turut adalah nilai dari parameter –
parameter penilaian dalam rating 1 sampai 5 yang terdapat dalam aspek organisasi.
− adalah berturut-turut adalah nilai dari parameter –
parameter penilaian dalam rating 1 sampai 5 yang terdapat dalam aspek pendanaan.
− 5n adalah nilai maksimum yang bisa dicapai, karena rating skala maksimum adalah 5, dan n adalah parameter penilaian ke n.
3. Perhitungan Level 2 Nilai pada Level 2
(3.7) (3.8)
(3.9)
(3.10)
Dimana notasi-notasi tersebut adalah:
− adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan
pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang terdapat dalam parameter penilaian aspek hukum.
− adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan
pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang terdapat dalam parameter penilaian aspek resiko.
− adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan
pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang terdapat dalam parameter penilaian aspek teknis.
− adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan
pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang terdapat dalam parameter penilaian aspek organisasi.
− adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan
pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang terdapat dalam parameter penilaian aspek pendanaan.
− W menyatakan tingkat kepentingan dari setiap parameter penilaian. 4. Perhitungan Level 1 (3.12) (3.13) (3.14) (3.15) (3.16)
Dimana notasi-notasi tersebut adalah:
− adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan
pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang terdapat dalam aspek hukum.
− adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan
pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang terdapat dalam aspek resiko.
− adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan pengelola
jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang terdapat dalam aspek teknis.
− adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan
pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang terdapat dalam aspek organisasi.
− adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan
pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang terdapat dalam aspek pendanaan.
− W menyatakan tingkat kepentingan dari setiap parameter penilaian. 5. Perhitungan Level 0
Ko = (WAH x PAH) + (WAR x PAR) + (WAT x PAT) + (WAO x PAO) + (WAP x PAP) (3.16)
Dimana notasi-notasi tersebut adalah:
− Ko adalah besarnya tingkat kendala dalam penerapan KBK pada
penanganan pemeliharaan jalan.
− PAH, PAR, PAK, PAT, PAP berturut-turut adalah besarnya tingkat kendala penerapan PBC dalam proyek pemeliharaan jalan.
Jika model matematis tersebut diatas dibuatkan dalam bentuk ilustrasi model penilaian, maka dapat diperlihatkan melalui gambar 4.2. Dari gambar 4.2 terlihat bahwa perhitungan dimulai dengan menggunakan persamaan 4 (empat) yaitu dengan memasukan nilai N dari hasil wawancara. Nilai N merupakan nilai kuantitatif yang digunakan untuk megkategorikan parameter penilaian, yaitu 1 – 5. Selanjutnya nilai pada persamaan 4 (empat) menjadi input bagi persamaan 3 (tiga) sehingga diperoleh nilai probabilitas dari parameter penilaian. Nilai persamaan 3 (tiga) akan menjadi input persamaan 2 (dua) sehingga diperoleh nilai probabilitas dari indikator dan nilai persamaan 2 (dua) akan menjadi input persamaan 1 (satu) sehingga diperoleh probabilitas dari dasar penilaian. Perhitungan akhir dilakukan dengan input persamaan 1 (satu) ke dalam persamaan 0 (nol) sehingga diperoleh nilai kendala dari penerapan PBC dalam pemeliharaan jalan.
4.2.4 Hirarki Tingkatan Parameter Penilaian
Hirarki yang dikembangkan dalam Proses Hirarki Analisis (PHA) sama dengan tingkatan level dari model penilaian kendala. Pada gambar 4.3, diilustrasikan hirarki parameter penilaian kendala penerapan PBC dari pihak pengelola pemeliharn jalan (owner).
Kendala Penerapan KBK pada Pemeliharaan Infrastruktur Jalan
B. Aspek Resiko
C. Aspek Teknis
D. Aspek Organisasi
B.1 Analisis resiko dan manajemen resiko B.2 Alokasi resiko C.1 Kontrak PPJ (proyek pemel. Jalan) C.2 Spesifikasi teknis PPJ C.3 Penyelesaian perselisihan PPJ
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3
A. Aspek Hukum
A.1 Kontrak
C.4 Seleksi penyedia jasa PPJ
C.5 Pengawasan PPJ
C.7 Masa pemeliharaan
E.1 Ketersediaan dana proyek multiyears (1) E. Aspek Pendanaan
A.1.a Jenis kontrak A.1.b Tipe kontrak A.1.c Bentuk layanan
A.3 Seleksi Penyedia Jasa A.2 Spesifikasi teknis
A.4 Penyelesaian perselisihan
A.2.a Orientasi spesifikasi A.2.b Komponen spesifikasi
A.3.a Metode seleksi A.3.b Penilaian kualifikasi
B.1.a Analisis resiko awal proyek B.1.b Manajemen resiko selama
proyek berlangsung
C.6 Pembayaran PPJ
B.1.c Jenis resiko yang dianalisis
E.1.a Kepastian ketersediaan dana proyek multiyears (1) A.4.a Metode penyelesaian
perselisihan
B.2.a Pihak yang mengelola resiko
C.1.a Jenis kontrak PPJ C.1.b Tipe kontrak PPJ C.1.c Bentuk layanan PPJ
C.2.a Orientasi spesifikasi teknis PPJ C.2.b Komponen spesifikasi teknis
PPJ
C.3.a Metode penyelesaian perselisihan PPJ
C.4.a Metode seleksi penyedia jasa PPJ
C.4.b Penilaian kualifikasi penyedia jasa PPJ
D.1 SDM
D.2 Penyebaran Informasi KBK
C.6.a Sistem pembayaran PPJ
C.6.b Dasar pembayaran PPJ C.5.a Pihak yang bertanggung jawab
dalam pengawasan PPJ C.5.b Mekanisme pelaksanaan
pengawasan PPJ
C.7.a Pihak yang bertanggungjawab C.7.b Jangka waktu masa
pemeliharaan D.1.a Kualifiaksi SDM pengelola
kontrak PPJ (1)
D.2.a Mekanisme penyebaran informasi PBC (1)
PENERAPAN PBC
Setelah dilakukan pengembangan model untuk menilai kendala yang ada, maka selanjutnya akan diuraikan tentang pengembangan peta kendala yang ada dalam penerapan PBC di pemeliharaan jalan. Peta keterkaitan kendala ini merupakan penjabaran dari model penilaian kendala yang telah dikembangkan sebelumnya.
Peta kendala ini dikembangkan untuk tujuan untuk memudahkan analisa terhadap hasi penilaian dari model penilaian kendala, karena setelah diketahui nilai kendala dari masing-masing level indikator penilaian, selanjutnya nilai tersebut akan di-mapping-kan dengan peta kendala. Sehingga dapat diketahui dengan secara cepat dan jelas kendala-kendala mana saja yang sebenarnya telah diakomodasi oleh pengelola jalan dan kontraktor dan mana saja kendala yang belum diakomodasi. Dalam peta akan diberikan arsir sesuai dengan tingkatan kendala, seperti pada tabel 4.6.
Tabel 4. 6 Kategori kendala dalam peta keterkaitan
No Arsir/Warna Keterangan
1 Kendala kuat (83% - 100%)
2 Kendala agak kuat (66.6% - 83.25%)
3 Kendala sedang (49.98% - 66.6%)
4 Kendala lemah (33.3% - 49.98%)
5 Kendala Kurang (16.65%- 33.3%)
BAB 5
PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA
5.1 PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan dan dibahas mengenai karakteristik proyek pemeliharaan jalan, serta pengumpulan data dan analisis data. Pengumpulan data dimulai dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada para pakar untuk analisa tingkat kepentingan kendala. Bersamaan dengan penyebaran kuesioner dilakukan wawancara kepada pihak pengelola pemeliharaan jalan yang dalam wawancara ini diwakili oleh Kepala Bidang Pemeliharaan Dinas Bina Marga Provinsi Banten untuk mengetahui karakteristik pengelolaan pemeliharaan jalan khususnya di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. Data hasil penyebaran kuesioner akan dianalisa dengan Analythical Hierarchy Process
(AHP) untuk mendapatkan tingkat kepentingan/prioritas dari masing-masing kendala yang ada dari penerapan Performance Based Contract (PBC) dalam penanganan pemeliharaan jalan dari sudut pandang pengelola jalan dalam penelitian ini menggunakan studi kasus pengelolaan pemeliharaan jalan oleh Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten.
5.2 STUDI KASUS IMPLEMENTASI MODEL PENILAIAN KENDALA
PENERAPAN PBC DALAM PENANGANAN PEMELIHARAAN JALAN
5.2.1 Praktek Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten dalam Penanganan Pemeliharaan Jalan
Pembahasan mengenai praktek Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten dalam penanganan pemeliharaan jalan merupakan temuan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten.
Banten dalam proyek penanganan pemeliharaan jalan (PPJ) akan diuraikan dalam struktur pembahasan berikut ini, yaitu:
1. Jenis kontrak; 2. Tipe kontrak; 3. Bentuk layanan; 4. Orientasi spesifikasi; 5. Komponen spesifikasi; 6. Metode seleksi; 7. Penilaian kualifikasi;
8. Metode penyelesaian perselisihan;
9. Manajemen resiko selama proyek berlangsung; 10.Jenis resiko yang dianalisis;
11.Pihak yang mengelola resiko; 12. Jenis kontrak PPJ;
13.Tipe kontrak PPJ; 14.Bentuk layanan PPJ;
15.Orientasi spesifikasi teknis PPJ; 16.Komponen spesifikasi teknis PPJ; 17.Metode penyelesaian perselisihan PPJ; 18.Metode seleksi penyedia jasa PPJ; 19.Penilaian kualifikasi penyedia jasa PPJ;
20.Pihak yang bertanggungjawab dalam pengawasan PPJ; 21.Mekanisme pengawasan PPJ;
22.Sistem pembayaran PPJ; 23.Dasar pembayaran PPJ;
24.Pihak yang bertanggungjawab; 25.Jangka waktu masa pemeliharaan; 26.Kualifikasi SDM pengelola kontrak PPJ; 27.Mekanisme penyebaran informasi konsep PBC; 28.Kepastian ketersediaan dana proyek multiyears;
5.2.2 Pembahasan Praktek Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten dalam Penanganan Pemeliharaan Jalan
5.2.2.1. Aspek Hukum A. Kontrak
Indikator penilaian kontrak akan ditinjau dari pengaturan perundang-undangan mengenai jenis kontrak, tipe kontrak, dan bentuk layanan berdasarkan praktek hukum di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. Adapun penjelasan dari masing-masing praktek yang terkait dengan kontrak adalah sebagai berikut:
1. Jenis Kontrak
Pengaturan mengenai jenis kontrak di Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten, diatur secara formal melalui Pasal 30 Keppres No.80/2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dan penjelasannya sebagai berikut:
a. Berdasarkan bentuk imbalan:
Menurut pasal 30 ayat (1) huruf a, jenis kontrak berdasarkan bentuk imbalan terdiri dari:
1) Lumpsum, adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga yang pasti dan tetap, dan semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa.
2) Harga satuan, adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara,
dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa.
3) Gabungan lump sum dan harga satuan, adalah kontrak yang merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalam satu pekerjaan yang diperjanjikan.
4) Terima jadi (turn key), adalah kontrak pengadaan barang/jasa pemborongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh bangunan/konstruksi, peralatan dan jaringan utama maupun penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.
5) Persentase, adalah kontrak pelaksanaan jasa konsultansi di bidang konstruksi atau pekerjaan pemborongan tertentu, dimana konsultan yang bersangkutan menerima imbalan jasa berdasarkan persentase tertentu dari nilai pekerjaan fisik konstruksi/ pemborongan tersebut.
Jika ditinjau berdasarkan jenis kontrak, PBC merupakan kontrak yang menggunakan sistem lumpsum dan kontrak terima jadi. Berdasarkan Penjelasan Pasal 30 ayat (2) Keppres 80/2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dijelaskan bahwa kontrak lumpsum dibolehkan untuk diterapkan di Indonesia untuk jenis pekerjaan borongan yang perhitungan volumenya sudah diketahui dengan pasti berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi teknis. Akan tetapi dalam PBC yang menjadi acuan pembayaran adalah kinerja dari suatu hasil konstruksi dan bukan volume pekerjaan. Oleh karena itu dibutuhkan adanya peraturan perundangan yang mengatur pembayaran lumpsum untuk PBC. Kontrak PBC yang bersifat lumpsum akan menghindarkan terjadinya klaim atau perubahan order kontrak sehingga pemilik proyek mempunyai estimasi biaya yang pasti.
Dengan mengacu pada peraturan yang ada, dapat disimpulkan bahwa jika ditinjau dari segi jenis kontrak berdasarkan bentuk imbalan,
secara hukum PBC dapat diterapkan di Indonsia. Akan tetapi pengaturan pembayaran harus diatur lebih lanjut oleh peraturan perundang-undangan, sehingga penerapan kontrak ini tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku..
b. Berdasarkan jangka waktu pelaksanaan
Menurut pasal 30 ayat (1) huruf b, jenis kontrak berdasarkan jangka waktu pelaksanaan terdiri dari:
1) Tahun tunggal, adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa 1 (satu) tahun anggaran.
2) Tahun jamak kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran yang dilakukan atas persetujuan oleh Menteri Keuangan untuk pengadaan yang dibiayai APBN, Gubernur untuk pengadaan yang dibiayai APBD Propinsi, Bupati/Walikota untuk pengadaan yang dibiayai APBD Kabupaten/Kota.
Berdasarkan jangka waktu pelaksanaannya, PBC merupakan kontrak jenis tahun jamak (multiyears), atau lebih dari 1 (satu) tahun anggaran).
Dengan mengacu pada peraturan yang ada, dapat disimpulkan bahwa jika ditinjau dari jenis kontrak berdasarkan jangka waktu pelaksanaan, secara hukum kontrak PBC dapat diterapkan.
2. Tipe Kontrak
Tipe kontrak dikelompokkan kedalam 3 kelompok, yaitu:
a. Tradisional: memisahkan perencanaan, konstruksi, dan pemeliharaan. b. Terintegrasi: perencanaan dan konstruksi digabung.
c. Lifecycle: perencanaan, konstruksi, dan pemeliharaan digabung.
pembangunan, pengoperasian dan transfer; dan kontrak aliansi.
Dengan adanya pengaturan UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi, pasal 16 ayat (3). Dapat disimpulkan bahwa jika ditinjau dari tipe kontrak, secara hukum kontrak PBC dapat diterapkan di Indonesia, dimana perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dimungkinkan untuk dilakukan oleh satu penyedia jasa.
3. Bentuk Layanan
Menurut UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi, pasal 16 ayat (1), bentuk layanan jasa konstruksi terdiri dari: perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi. Pada pasal 16 ayat (2), layanan jasa yang dilakukan oleh penyedia jasa dilakukan oleh tiap-tiap penyedia jasa secara terpisah dalam pekerjaan konstruksi. Dan pada pasal 16 ayat (3) layanan jasa perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dapat dilakukan secara terintegrasi dengan memperhatikan besaran pekerjaan atau biaya, penggunaan teknologi canggih, serta resiko besar bagi para pihak ataupun kepentingan umum dalam satu pekerjaan konstruksi. Dapat disimpulkan bahwa bentuk layanan jasa konstruksi adalah:
a. Perencana konstruksi; b. Pelaksana konstruksi; c. Pengawas konstruksi;
d. Terintegrasi (perencana, pelaksana, dan pengawas).
Berdasarkan bentuk layanan, PBC merupakan jenis kontrak yang memiliki karakteristik perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan terintegrasi dalam satu kontrak (dilakukan oleh satu penyedia jasa).
Dengan adanya pengaturan UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi, pasal 16 ayat (3). Dapat disimpulkan bahwa jika ditinjau dari bentuk layanan yang diberikan, secara hukum kontrak PBC dapat diterapkan di Indonesia, dimana perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dimungkinkan untuk dilakukan oleh satu penyedia jasa.
B. Spesifikasi Teknis
1. Orientasi Spesifikasi
Indikator penilaian spesifikasi teknis akan ditinjau dari orientasi spesifikasi dan komponen spesifikasi. Kepmen Praswil No. 257/KPTS/M/2004 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi, Standar Dokumen Pelelangan Nasional Pekerjaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi (Pemborongan), Bab VI, disebutkan bahwa: Spesifikasi teknis disusun oleh panitia pengadaan berdasar jenis pekerjaan yang akan dilelangkan, dengan ketentuan:
a. Tidak mengarah kepada merk/produk tertentu, tidak menutup
kemungkinan digunakannya produksi dalam negeri;
b. Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional; c. Metoda pelaksanaan harus logis, realistik dan dapat dilaksanakan; d. Jadual waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metoda pelaksanaan; e. Harus mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan
utama minimal yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
f. Harus mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan;
g. Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk; h. Harus mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance)
yang diinginkan;
i. Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran. Hal yang perlu dipahami dalam pengelolaan PBC adalah tidak membuat spesifikasi yang sangat mengikat dan berorientasi kepada hasil akhir, sehingga kontraktor diberikan kesempatan untuk menawarkan solusi terbaik yang mereka miliki. Dalam beberapa persyaratan yang terdapat dalam spesifikasi teknis kontrak PBC terdapat beberapa persyaratan yang menggunakan pendekatan kontrak tradisional seperti kategori tenaga kerja, kebutuhan pendidikan yang harus dipenuhi dari tenaga ahli, jumlah waktu yang dibutuhkan. Pengelola jalan akan mengevaluasi proposal berdasarkan
bahwa orientasi spesifikasi adalah input oriented mengingat masih adanya batasan/syarat-syarat tertentu, serta metoda pelaksanaan pekerjaan yang dibatasi.
2. Komponen Spesifikasi
Komponen spesifikasi yang diatur dalam Kepmen Praswil No. 257/KPTS/M/2004 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi, Standar Dokumen Pelelangan Nasional Pekerjaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi (Pemborongan), Bab VI, adalah:
a. Metoda pelaksanaan; b. Jadual waktu pelaksanaan;
c. Macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
d. Mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan;
e. Mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk;
f. Mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan;
g. Mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.
Tidak ada standar untuk menulis spesifikasi berbasis kinerja, hanya dibutuhkan gambaran kebutuhan dalam bentuk hasil akhir bukan proses, menggunakan ukuran standar kinerja dan quality assurance surveillance plan, menetapkan pengurangan biaya, dan insentif yang tepat. Komponen spesifikasi dari PBC adalah hasil akhir yang diinginkan, jasa yang dibutuhkan, standar kinerja, level kinerja yang dapat diterima, metoda pengawasan, insentif/disinsentif. Keseluruhan komponen spesifikasi dalam
C. Seleksi Penyedia Jasa
Indikator penilaian seleksi penyedia jasa akan ditinjau dari metode seleksi dan penilaian kualifikasi berdasarkan praktek hukum di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten.
1. Metode Seleksi
Pasal 17 UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi secara umum mengatur mengenai metode pemilihan penyedia jasa, yaitu: pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung dan penunjukan langsung. Dengan pelelangan umum penyedia jasa dapat melakukan prakualifikasi dan pascakualifikasi. Adapun pelelangan terbatas hanya boleh diikuti oleh penyedia jasa yang lolos prakualifikasi. Prakualifikasi adalah penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia jasa sebelum memasukkan penawaran.
Kontrak PBC diterapkan untuk kontrak terintegrasi. Dengan adanya pasal 16, ayat 3 UU No.18/1999 tentang Jasa Konstruksi yang mengatur terintegrasinya perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan dalam satu kontrak, secara hukum kontrak PBC dapat diterapkan di Indonesia. Dimana dalam PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Pasal 13 ayat 1, disebutkan bahwa pemilihan penyedia jasa terintegrasi dapat dilakukan dengan cara pelelangan terbatas. Selain itu pada ayat 3 disebutkan bahwa pemilihan penyedia jasa terintegrasi salah satunya dilakukan dengan syarat: melalui proses prakualifikasi. Metoda pelelangan terbatasa dapat dilakukan apabila jumlah penyedia jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan kompleks.
2. Penilaian Kualifikasi
Pada Kontrak Berbasis Kinerja evaluasi penilaian penawaran berdasarkan best value (penawar yang memiliki kemampuan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dan memiliki informasi kinerja dimasa lalu yang baik).
Indikator penilaian penyelesaian perselisihan akan ditinjau dari metode penyelesaian perselisihan berdasarkan praktek hukum di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. Pengaturan mengenai penyelesaian perselisihan/sengketa konstruksi di Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten, diatur secara formal melalui Pasal 38 ayat 1 Keppres
No.80/2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, yaitu: Bila terjadi perselisihan antara pengguna barang/jasa dan penyedia barang/jasa maka kedua belah pihak menyelesaikan perselisihan di Indonesia dengan cara musyawarah, mediasi, konsiliasi, arbitrase, atau melalui pengadilan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam kontrak menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
Selain itu penyelesaian perselisihan jasa konstruksi juga diatur dalam pasal 49 PP 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, yaitu: penyelsaian sengketa dalam penyelenggaraan jasa konstruksi di luar pengadilan dapat dilakukan dengan cara:
1. Melalui pihak ketiga, yaitu: (a) mediasa (yang ditunjuk oleh para pihak atau lembaga Arbitrase dan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa); (b) konsiliasi, atau;
2. Arbitrase melalui Lembaga Arbitrase atau Arbitrase Ad Hoc. Dalam PBC
Dalam kontrak PBC jalur litigasi sebagai alat untuk penyelesaian sengketa dihindari. Dengan adanya pengaturan UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi, pasal 38 ayat (1). Dapat disimpulkan bahwa pengaturan yang ada di Indonesia membuka kesempatan adanya penyelesaian perselisihan melalui litigasi/pengadilan, sehingga perlu pengaturan secara khusus mengenai penyelesaian sengketa untuk kontrak PBC.
5.2.2.2. Aspek Resiko
A. Analisis dan Manajemen Resiko
Indikator penilaian analisis dan manajemen resiko akan ditinjau dari analisis resiko awal proyek, manajemen resiko selama proyek berlangsung, dan jenis resiko yang dianalisis berdasarkan praktek di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten.
1. Analisis Resiko Awal Proyek
Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa dalam penanganan pemeliharaan jalan tidak dilakukan analisis resiko di awal proyek.
2. Manajemen Resiko Selama Proyek Berlangsung
Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa dalam penanganan pemeliharaan jalan tidak dilakukan manajemen resiko selama proyek berlangsung. Dalam PBC karena kontraktor diberikan kebebasan untuk menyelesaikan permasalahan melalui solusi yang mereka ajukan, maka kontraktor bertanggungjawab penuh atas segala resiko yang mungkin timbul dari solusi yang mereka berikan. Dalam PBC, kemampuan kontraktor dalam menganalisa kemungkinan resiko yang muncul akibat solusi yang mereka berikan, merupakan salah satu faktor kriteria evaluasi proposal penawaran kontraktor.
3. Jenis Resiko yang Dianalisis
Jenis resiko yang harus dianalisis terdiri dari: aspek legal, aspek organisasi, aspek teknis, aspek spasil, aspek keuaangan, dan aspek politik. Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa dalam penanganan pemeliharaan jalan, tidak ada jenis resiko yang dianalisis.
B. Alokasi Resiko
Indikator penilaian alokasi resiko akan ditinjau dari pihak yang mengelola resiko berdasarkan praktek di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. Resiko sebaiknya dialokasikan pada pihak yang paling
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa pihak yang mengelola resiko dalam penanganan pemeliharaan jalan adalah kontraktor/penyedia jasa.
5.2.2.3. Aspek Teknis
A. Kontrak Proyek Pemeliharaan Jalan (PPJ)
Indikator penilaian kontrak proyek pemeliharaan jalan akan ditinjau dari jenis kontrak PPJ dan tipe kontrak PPJ berdasarkan praktek di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten.
1. Jenis Kontrak PPJ
a. Berdasarkan Bentuk Imbalan
Berdasarkan hasil wawancara jenis kontrak yang digunakan adalah kontrak harga satuan karena kebanyakan volume pekerjaan yang ada tidak dapat terukur dengan pasti. Dengan bentuk kontrak ini seringkali terjadi pembengkakan biaya akibat adanya pekerjaan-pekerjaan tambahan yang belum teridentifikasi dalam tahap perencanaan. Jadi dalam hal ini resiko meningkatnya biaya pemeliharaan jalan sepenuhnya dipikul oleh pemilik proyek. Jika melihat bentuk pekerjaan yang ada maka terlihat adanya kendala penerapan PBC
dalam pelaksanaan pemeliharaan jalan. b. Jangka Waktu Pelaksanaan
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa jangka waktu pelaksanaan proyek pemeliharaan jalan adalah tahun tunggal yaitu: 6 bulan masa pelaksanaan.
2. Tipe Kontrak PPJ
Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa pada saat ini tipe kontrak yang biasa digunakan dalam pemeliharaan jalan masih memisahkan tahap perencanaan dan pemeliharaan jalan atau merupakan kontrak tradisional bukan kontrak terintegrasi. Jika mengacu pada PP
29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi pasal 13, pekerjaan yang dapat dilakukan dengan layanan jasa konstruksi terintegrasi adalah pekerjaan yang: bersifat kompleks, memerlukan teknologi tinggi, mempunyai resiko tinggi, dan memiliki biaya yang besar.
Pekerjaan kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi dan/atau mempunyai resiko tinggi dan/atau menggunakan peralatan yang didesain khusus dan/atau bernilai di atas Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah). Kriteria teknologi tinggi adalah mencakup pekerjaan konstruksi yang menggunakan banyak peralatan berat dan banyak memerlukan tenaga ahli dan tenaga terampil. Kriteria resiko tinggi adalah mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya beresiko sangat membahayakan keselamatan umum, hart benda, jiwa manusia dan lingkungan.
Jika melihat bentuk pekerjaan pemeliharaan jalan, dengan melihat aspek hukum, proyek pemeliharaan jalan tidak masuk dalam jenis kontrak yang terintegrasi.
3. Bentuk Layanan
Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa bentuk layanan yang diberikan adalah terpisah dan tidak terintegrasi.
B. Spesifikasi Teknis Proyek Pemeliharaan Jalan (PPJ)
Indikator penilaian spesifikasi teknis PPJ akan ditinjau dari orientasi spek. teknis PPJ dan komponen spek. Teknis PPJ berdasarkan praktek di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten.
Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa orientasi spesifikasi teknis dalam proyek pemeliharaan jalan bersifat input oriented (orientasi terhadap input) dimana komponen dalam spesifikasi masih mensyaratkan metoda pelaksanaan, tenaga ahli, material, dsb yang harus digunakan oleh penyedia jasa.
Kinerja menggunakan spesifikasi yang bersifat output-oriented dimana owner tidak memaparkan secara detail bagaimana tata cara pelaksanaan pekerjaan akan tetapi hanya menjelaskan output yang diinginkan. Dengan spesifikasi kinerja yang digunakan dalam skema PBC, akan tercipta inovasi-inovasi teknologi karena penyedia jasa memilih alternative-alternatif teknologi selama dapat memenuhi spesifikasi kinerjanya.
C. Penyelesaian Perselisihan Proyek Pemeliharaan Jalan
Indikator penilaian penyelesaian perselisihan PPJ akan ditinjau dari metode penyelesaian perselisihan berdasarkan praktek di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa penyelesaian sengketa konstruksi dalam pemeliharaan jalan kebanyakan diselesaikan melalui arbitrase.
D. Seleksi Penyedia Jasa Proyek Pemeliharaan Jalan
Indikator penilaian seleksi penyedia jasa PPJ akan ditinjau metode seleksi PPJ dan penilaian kualifikasi PPJ berdasarkan prakteknya di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten.
1. Metode Seleksi PPJ
Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa metoda seleksi penyedia jasa dalam proyek pemeliharaan jalan adalah melalui pelelangan umum.
2. Penilaian Kualifikasi PPJ
Dari hasil wawancara diperoleh informasi penilaian kualifikasi penyedia jasa proyek pemeliharaan jalan didasarkan atas penawar terendah.
Dalam PBC terdapat beberapa konsep dasar memilih kontraktor yang tepat, yaitu:
Kunci utama untuk memilih kontraktor yang tepat adalah dengan menyusun permasalahan yang perlu diselesaikan oleh pihak pengelola, dan nantinya pihak kontraktor akan bersaing dengan mengajukan solusi terbaik. Kualitas dari solusi yang diajukan menjadi penilaian dalam evaluasi. Pengelola kontrak dalam PBC mempertimbangkan pembatasan perserta pelalngan (downselection), sehingga hanya kontraktor yang memiliki kemungkinan besar untuk memenangkan proyek yang akan mengikuti pelelangan. Setelah batasan dari peserta pelelangan ditetapkan, kontraktor memasuki periode due diligence yaitu dimana kontraktor mengetahui kebutuhan dari pengelola sehingga dapat menawarkan solusi terbaik, termasuk didalamnya proses site visit, pertemuan dengan pihak pengelola, serta melakukan riset dan analisis untuk mengembangkan solusi yang akan diajukan.
b. Menerapkan presentasi secara lisan (oral presentation) dan metoda lainnya sebagai alat untuk komunikasi.
Salah satu metoda/alat yang dapat memudahkan evaluasi kontraktor adalah dengan melakukan presentasi secara lisan. Presentasi secara lisan ini akan memberikan informasi tentang pendekatan teknikal yang diajukan kontraktor serta kondisi manajemen kontraktor yang akan menjadi bahan evaluasi, memilih, dan menentukan pemenang. Pernyataan dalam presentasi secara lisan tidak akan mengikat selama hal tersebut tidak tertulis dalam kontrak. Komunikasi antara pengelola dan kontraktor merupakan hal yang penting untuk mendapatkan kontraktor yang tepat. c. Mengutamakan kinerja masa lalu (past performance) dalam evaluasi
kontraktor.
Catatan kinerja kontraktor dimasa lalu merupakan parameter kunci dari gambaran kinerja kontraktor dimasa depan. Menggunakan informasi kinerja kontraktor dimasa lalu sebagai kriteria evaluasi akan memberikan banyak manfaat bagi pengelola dikemudian hari. Informasi kinerja kontraktor dimasa lalu diperoleh dapat diperoleh dengan menggunakan 2
yang pernah menggunakan jasa kontraktor yang bersangkutan.
Dalam PBC, evaluasi penyedia jasa didasarkan atas best value. Best value
merupakan proses yang digunakan untuk memilih penyedia jasa yang paling memberikan keuntungan, dengan cara mengevaluasi dan membandingkan
E. Pengawasan Proyek Pemeliharaan Jalan
Indikator penilaian pengawasan PPJ akan ditinjau dari pihak yang bertanggungjawab dalam pengawasan PPJ dan mekanisme pengawasan PPJ berdasarkan prakteknya di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten.
Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa dalam pemeliharaan jalan, pihak pengelola memilih konsultan pengawas untuk mengevaluasi kinerja kontraktor . Mekanisme evaluasi kinerja kontraktor adalah dengan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan kontraktor. Jika pelaksanaan pekerjaan kontraktor sudah sesuai dengan spesifikasi maka kinerja kontraktor diangap baik. Pada Kontrak Tradisional sistem pengawasan dilakukan oleh owner melalui konsultan pengawas, sedangkan pada Kontrak Berbasis Kinerja pengawasan terhadap pelaksanaan diserahkan sepenuhnya kepada kontraktor.
Dalam PBC pengawasan diserahkan sepenuhnya kepada kontraktor. Salah
satu pendekatan dalam PBC adalah mengharuskan kontraktor untuk
mengajukan ukuran kinerja dan quality control plan (QCP). Pihak yang terlibat mempertimbangkan hal apa saja yang harus ada dalam QCP, hal ini berguna untuk mempertimbangkan kebutuhan dari pengawasan kualitas dan keinginan yang selalu berubah, terutama yang disebabkan oleh perubahan proses pengelolaan kontrak. Ukuran kinerja yang dikembangkan oleh kontraktor dapat dinegosiasikan dengan pengelola dan jika memungkinkan tidak dilakukan pengawasan atas kinerja tersebut.
F. Pembayaran Proyek Pemeliharaan Jalan
Indikator pembayaran PPJ akan ditinjau dari sistem pembayaran PPJ dan dasar pembayaran PPJ berdasarkan prakteknya di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten.
Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa sistem pembayaran pada kontrak pemeliharaan jalan dilakukan berdasarkan volume pekerjaan yang telah diselesaikan dengan sistem pembayaran harga unit (unit price) dengan volume tetap, pada Kontrak Berbasis Kinerja pembayaran dilakukan atas kinerja yang memenuhi standar kinerja dengan sistem lumpsum, output terukur seperti misalnya luas, tidak ada lubang. Adapun apabila ada pemotongan pembayaran pada Kontrak Tradisional dilakukan karena hasil pekerjaan tidak sesuai spesifikasi, sedangkan pada Kontrak Berbasis Kinerja pemotongan pembayaran terjadi karena hasil pekerjaan tidak sesuai dengan standar kinerja yang telah ditetapkan. Jika terjadi kerusakan dan kontraktor terlambat untuk memperbaiki pada Kontrak Tradisional, Kontraktor dikenai denda sesuai yang telah ditetapkan, sedangkan Kontrak Berbasis Kinerja pembayaran pada kontraktor dikurangi.
G. Masa Pemeliharaan Proyek Pemeliharaan Jalan
Indikator penilaian masa pemeliharaan PPJ akan ditinjau dari pihak yang bertanggungjawab dan masa pemeliharaan berdasarkan prakterknya di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten.
Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa kontraktor bertanggungjawab dalam masa pemeliharaan (1 tahun untuk kontrak 6 bulan). Dalam Kontrak Berbasis Kinerja yang merupakan kontrak jangka panjang sehingga kontraktor merupakan pihak yang bertanggung jawab atas masa pemeliharaan.
A. Sumber Daya Manusia Pengelola Proyek Pemeliharaan Jalan di Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten
Indikator penilaian sumber daya manusia PPJ akan ditinjau dari kualifikasi SDM pengelola kontrak PPJ berdasarkan prakterknya di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten.
Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa untuk SDM/tim pengadaan jasa konstruksi dilakukan pelatihan khusus. Pelatihan ini dilakukan untuk mempersiapkan para pihak yang akan mengikuti tes perolehan sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa konstruksi. Pelatihan ini terdiri dari pembahasan terhadap peraturan dan kebijakan yang mengatur pengadaan barang/jasa pemerintah. Adapun sertifikt keahlian diperoleh dengan cara mengikuti tes pengadaan barang/jasa konstruksi di Dep. PU yang dilakukan secara berkala. Sertifikat keahlian yang dikeluarkan oleh Dep. PU dibagi menjadi 2 tipe berdasarkan masa berlakunya, yaitu: L2 untuk sertifikat yang berlaku 2 tahun dan L4 untuk sertifikat yang berlaku 4 tahun.
B. Penyebaran Informasi Kontrak Berbasis Kinerja di Lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten
Indikator penilaian penyebaran informasi PBC akan ditinjau dari mekanisme penyebaran informasi berdasarkan prakteknya di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa telah dilakukan penyebaran informasi mengenai konsep PBC di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. Penyebaran informasi ini dilakukan melalui pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Bina Marga.
5.2.2.5. Aspek Pendanaan/ Ketersediaan Dana Proyek Multi Years
Indikator penilaian kontrak akan ditinjau dari kepastian ketersediaan dana proyek multiyears berdasarkan prakterknya di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten.
Kontrak berbasis kinerja merupakan kontrak tahun jamak, perlu adanya kepastian mengenai ketersediaan dana untuk pelaksanaan kontrak dalam jangka waktu tersebut, karena kontrak berbasis kinerja akan lebih efektif dan efisien jika dilakukan dalam skala besar dan skala waktu yang lebih dari 3 tahun. Sebagaimana menurut Pasal 30 ayat (8) Perpres No. 70/2005 tentang Perubahan Ketiga Atas Keppres No. 80/2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Berdasarkan dasar hukum pengaturan jasa konstruksi yang ada, kontrak tahun jamak dibolehkan untuk diterapkan di Indonesia, dengan beberapa ketentuan:
1. Untuk pekerjaan yang dibiayai oleh APBN:
a. Harus mendapat persetujuan Menteri Keuangan;
b. Harus mencantumkan perhitungan rumus eskalasi yang ditetapkan oleh kepala kantor/satuan kerja/pimpinan proyek/pimpinan bagian proyek dalam dokumen pengadaan/kontrak.
2. Untuk pekerjaan yang dibiayai sebagian atau seluruhnya dengan
pinjaman/hibah luar negeri:
a. Tidak perlu mendapat persetujuan Menteri Keuangan;
b. Harus mencantumkan tahun anggaran pembebanan dana di dalam perjanjian/kontraknya.
Kepastian dana untuk proyek multiyears dengan pinjaman/hibah luar negeri tidak memiliki kepastian karena dana tergantuang dari Negara pemberi pinjaman/hibah.
5.2.2.6. Rangkuman
Dari hasil pembahasan praktek Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Prov. Banten dibuatkan suatu rangkuman dari praktek yang ada seperti pada tabel 5.1.
dalam penanganan pemeliharaan jalan
No. Aspek yang Ditinjau
Uraian Praktek di Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten A Aspek Hukum
1 Kontrak
Jenis kontrak
− Berdasarkan bentuk imbalan: lumpsum, harga satuan, gabungan
lumpsum dan harga satuan, turnkey, persentase.
− Berdasarkan jangka waktu pelaksanaan: tahun tunggal dan tahun
jamak. Tipe kontrak − Tradisional − Terintegrasi − Lifecycle Bentuk layanan − Perencana − Pelaksana − Pengawasan − Terintegrasi 2 Spesifikasi teknis
Orientasi spesifikasi − Input Oriented
Komponen spesifikasi
− Metoda pelaksanaan;
− Jadual waktu pelaksanaan;
− Macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal
yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
− Mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan;
− Mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk;
− Mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance)
yang diinginkan;
− Mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.
3 Seleksi penyedia jasa Metode seleksi − Pelelangan umum − Pelelangan terbatas − Pemilihan langsung − Penunjukan langsung
Penilaian kualifikasi − Penawar terendah
4 Penyelesaian
perselisihan
Metode penyelesaian perselisihan
− musyawarah, mediasi, konsiliasi, arbitrase, atau melalui
pengadilan B Aspek Resiko 5 Analisis resiko dan manajemen resiko
Analisis resiko awal proyek − Tidak dilakukan Manajemen resiko selama proyek berlangsung − Tidak dilakukan
Jenis resiko yang dianalisis
− Tidak dilakukan
6 Alokasi resiko Pihak yang mengelola resiko − Tidak dilakukan
C Aspek Teknis
7 Kontrak PPJ
Jenis kontrak PPJ −− Berdasarkan bentuk imbalan: Harga satuan.
Berdasarkan jangka waktu pelaksanaan: tahun tunggal.
Tipe kontrak PPJ − Tradisional
Bentuk layanan PPJ − Perencana − Pelaksana − Pengawasan Spesifikasi teknis PPJ Orientasi spesifikasi teknis PPJ − Input orientasi Komponen spesifikasi teknis PPJ − Metoda pelaksanaan;
− Jadual waktu pelaksanaan;
− Macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal
yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
− Mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan;
− Mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk;
− Mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance)
yang diinginkan;
− Mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.
9 Penyelesaian perselisihan PPJ Metode penyelesaian perselisihan PPJ − Arbitrase 10 Seleksi penyedia jasa Metode seleksi penyedia jasa PPJ − Pelelangan umum
No.
Uraian Praktek di Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten
PPJ Penilaian kualifikasi penyedia jasa PPJ − Penawar terendah 11 Pengawasan PPJ Pihak yang bertanggungjawab dalam pengawasan PPJ − Konsultan pengawas Mekanisme pengawasan PPJ
− Jika pelaksanaan pekerjaan kontraktor sudah sesuai dengan
spesifikasi maka kinerja kontraktor diangap baik
12 Pembayaran PPJ Sistem pembayaran PPJ − Harga satuan Dasar pembayaran PPJ
− Volume pekerjaan yang telah diselesaikan
13 Masa
pemeliharaan
Pihak yang bertanggungjawab
− Kontraktor
Jangka waktu masa pemeliharaan
− 1 tahun (masa kontrak 6 bulan)
D Aspek Sumber Daya Manusia
14 Sumber Daya
Manusia
Kualifikasi SDM pengelola kontrak PPJ
− Pernah mengikuti pelatihan dan memiliki sertifikat pengadaan
barang/jasa 15 Penyebaran Informasi KBK Mekanisme penyebaran informasi PBC − Pelatihan E Aspek Pendanaan 16 Ketersediaan dana proyek multiyears Kepastian ketersediaan dana proyek multiyears
− Untuk dana APBN dijamin oleh Pemerintah
− Untuk dana pinjaman/hibah tidak ada jaminan
5.2.3 Proses Pengolahan Data dengan Proses Hirarki Analisis (PHA)
Proses pengolahan data dengan menggunakan metoda PHA dibagi menjadi dua proses utama, yaitu: proses pembobotan dan perhitungan konsistensi penilaian responden. Penjelasan dari masing-masing proses adalah sebagai berikut:
A. Proses Pembobotan
Hasil penilaian kuesioner diterjemahkan dalam bentuk matrik perbandingan dan selanjutnya dapat dilakukan proses pembobotan. Maka hasil dari analisis kuesioner yang kembali diolah dengan menggunakan alat bantu Microsoft Office (Exceel) dapat dilihat pada Lampiran 7. Berikut ini merupakan contoh perhitungan 1 (satu) responden (Ahli 1) untuk tingkat kepentingan kendala pada level 1.
Tahap Perhitungan
normalisasi.
Tabel 5. 2 Matriks Perbandingan Berpasangan A1
Aspek Hukum Aspek Resiko Aspek Teknis Aspek Organisasi Aspek Pendanaan Aspek Hukum 1.00 5.00 3.00 6.00 4.00 Aspek Resiko 0.20 1.00 0.20 0.33 0.50 Aspek Teknis 0.33 5.00 1.00 3.00 4.00 Aspek Organisasi 0.17 3.00 0.33 1.00 0.33 Aspek Pendanaan 0.25 2.00 0.25 3.00 1.00 Jumlah 1.95 16.00 4.78 13.33 9.83
2. Setiap elemen dari masing-masing kolom pada matriks A1 dibagikan dengan nilai penjumlahan dari masing-masing kolom dilanjutkan dengan perhitungan bobot prioritas lokal dengan cara membuat nilai rata-rata dari setiap elemen pada masing-masing baris sehingga diperoleh matriks A2 (tabel 5.3).
Tabel 5. 3 Matriks Perbandingan Berpasangan A1
Aspek Hukum Aspek Resiko Aspek Teknis Aspek Organisasi Aspek
Pendanaan Jumlah Bobot
Aspek Hukum 0.51 0.31 0.63 0.45 0.41 2.31 0.462 Aspek Resiko 0.10 0.06 0.04 0.03 0.05 0.28 0.057 Aspek Teknis 0.17 0.31 0.21 0.23 0.41 1.32 0.265 Aspek Organisasi 0.09 0.19 0.07 0.08 0.03 0.45 0.090 Aspek Pendanaan 0.13 0.13 0.05 0.23 0.10 0.63 0.126 Jumlah 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 1.000
B. Perhitungan Konsistensi Penilaian Responden Tahap Perhitungan
1. Kalikan setiap baris elemen pada matriks A2 dengan bobot prioritas local yang saling bersesuaian dan kemudian jumlahkan hasil perkalian tersebut dalam jumlah elemen yang sama.
2. Jumlahkan nilai hasil perkalian tersebut (langkah 1).
3. Hitung Lamda maksimum (λmaks) dengan cara merata-rata yang diperoleh
dari langkah 2.
4. Kemudian hitung nilai IC = λmaks – n / (n – 1).
5. Hitung nilai CR = IC/RCI (n), dimana nilai RCI (n) diperoleh dari tabel 3.4.
Apabila nilai Rasio Konsistensi (CR) lebih kecil dari 10% maka hasil penilaian kuesioner PHA tersebut dapat diterima. Pada gambar 5.4 dapat dilihat proses uji konsistensi antar parameter.
Tabel 5. 4 Uji Konsistesi
Aspek Hukum Aspek Resiko Aspek Teknis Aspek Organisasi Aspek Pendanaan Jumlah Bobot
Aspek Hukum 0.51 0.31 0.63 0.45 0.41 2.31 0.46 Aspek Resiko 0.10 0.06 0.04 0.03 0.05 0.28 0.06 Aspek Teknis 0.17 0.31 0.21 0.23 0.41 1.32 0.26 Aspek Organisasi 0.09 0.19 0.07 0.08 0.03 0.45 0.09 Aspek Pendanaan 0.13 0.13 0.05 0.23 0.10 0.63 0.13 Jumlah 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 1.00
Aspek Hukum Aspek Resiko Aspek Teknis Aspek Organisasi Aspek Pendanaan
Aspek Hukum 1.00 5.00 3.00 6.00 4.00 0.46 2.587 Aspek Resiko 0.20 1.00 0.20 0.33 0.50 0.06 0.295 Aspek Teknis 0.33 5.00 1.00 3.00 4.00 x 0.26 ⁼ 1.505 Aspek Organisasi 0.17 3.00 0.33 1.00 0.33 0.09 0.467 Aspek Pendanaan 0.25 2.00 0.25 3.00 1.00 0.13 0.692 2.587 0.46 5.601 0.295 0.06 5.221 1.505 : 0.26 ⁼ 5.684 0.467 0.09 5.175 0.692 0.13 5.474 Total = 27.155 λ-Max = 5.431 CI = 0.108 RI (n) = 1.120 CR = 0.019 < 0.1 OK
dalam Penanganan Pemeliharaan Jalan
Tingkat kepentingan kendala-kendala penerapan PBC dalam penanganan pemeliharaan jalan merupakan hasil penilaian yang dilakukan oleh pihak yang menjadi responden melalui teknik kuesioner. Pihak yang menjadi responden pada penilaian tingkat kendala adalah merupakan para ahli yang memahami dan mengerti konsep dasar Kontrak Berbasis Kinerja. Tingkat kepentingan disesuaikan dikelompokkan atas level yang sesuai dengan level model penilaian kendala yang telah dikembangkan sebelumnya.
Pihak yang menjadi responden untuk kuesioner sangat terbatas, setelah dilakukan survey terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam penanganan pemeliharaan jalan dan pengelolaan kontrak konstruksi yaitu: pemerintah, perusahaan kontraktor, dan asosiasi, responden hanya terdapat dikalangan pemerintah yaitu: Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum (Dep. PU).
Dari pengolahan data hasil kuesioner diperoleh tingkat kepentingan kendala yang konsisten (CR < 0.1) untuk setiap level penilaian, seperti yang terlihat pada tabel 5.5 – tabel 5.7 dan gambar 5.1.
Tabel 5. 5 Tingkat kepentingan indikator penilaian (level 1)
Kode Indikator Bobot Rata-rata
1 2 3 4 5 A Hukum 0.49 0.47 0.47 0.46 0.48 0.47 B Resiko 0.10 0.07 0.07 0.06 0.09 0.08 C Teknis 0.21 0.24 0.20 0.26 0.23 0.23 D Organisasi 0.05 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 E Pendanaan 0.15 0.16 0.20 0.16 0.14 0.16 CR 0.094 0.046 0.063 0.056 0.084
Pada tingkat kepentingan indikator penilaian level 1 terlihat bahwa indikator yang paling penting dalam penerapan PBC adalah aspek hukum dan teknis. Jika dalam implementasi di lapangan konsep dasar dari aspek hukum dan teknis yang terkait dengan PBC sangat rendah maka akan menunjukkan kendala penerapan