• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENGATURAN HUKUM HAK TANGGUNGAN. Tanggungan diartikan sebagai barang yang dijadikan jaminan. 16 Hak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENGATURAN HUKUM HAK TANGGUNGAN. Tanggungan diartikan sebagai barang yang dijadikan jaminan. 16 Hak"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI PENGATURAN HUKUM HAK TANGGUNGAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum

Tanggungan diartikan sebagai barang yang dijadikan jaminan.16 Hak Tanggungan adalah hak jaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain.17 Istilah “tanggungan” adalah suatu istilah yang dipakai dan berkaitan dengan perasuransian. Dalam dunia perasuransian di Indonesia, istilah ”tertanggung” dipakai sebagai sinonim dari “asuransi”. Sejalan dengan itu, muncul istilah “penanggung” yang berarti asuradur atau perusahaan asuransi dan istilah “tertanggung” yang berarti pihak yang tertanggung atau diasuransikan. Sehubungan dengn pemakaian istilah “Hak Tanggungan” di dalam UUPA dan di dalam UUHT (Undang-undang Hak Tanggungan), dunia perasuransian telah “menggugat” pemakaian istilah tersebut, sebagai istilah khusus bagi dunia mereka, yang lain selain kalangan perasuransian. Sebab kalau, tidak kata “tanggungan” mempunyai arti dua, yaitu “jaminan (atas tanah) dan “asuransi”.18

Hak tanggungan adalah hak jaminan untuk pelunasan utang.19

16

Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hal 95

17

Adrian Sutedi, Hukum Hak Tanggungan, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hal 5

18

Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal 331

19

Supriadi, Op.Cit, hal 173

Menurut ketentuan pasal 1 ayat (1) UU No. 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan yang di maksud dengan hak tanggungan adalah :“Hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya di sebut hak

(2)

tanggungan adalah hak jaminan yang di bebankan kepada hak atas tanah sebagai mana dimaksud dengan Undang-undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang di utamakan kepada kreditur terhadap kreditur-kreditur lainnya”.20

Hak Tanggungan adalah penguasaan hak atas tanah, berisi kewenangan bagi kreditur untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang dijadikan agunan. Tetapi bukan untuk dikuasai secara fisik dan digunakan, melainkan untuk menjualnya jika debitur cidera janji dan mengambil dari hasilnya seluruhnya atau sebagian pembayaran lunas utang debitur kepadanya.21

Pengertian hak tanggungan yang di kemukakan oleh St. Remy Shahdeini, bahwa Hak Tanggungan memberikan definisi Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang selanjutnya di sebut Hak Tanggungan. Ini mengartikan hak tanggungan adalah Penguasaan atas Hak Tanggungan yang merupakan kewenangan bagi kreditur tertentu untuk berbuat sesuatu mengenai Hak Tanggungan yang dijadikan agunan.Tetapi bukan untuk dikuasai secara fisik dan digunakan,melainkan untuk menjualnya jika debitur cedera janji dan mengambil dari hasilnya seluruhnya atau sebagian sebagai pembayaran lunas hutang debitur kepadanya.22

20

Undang-undang no. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan

21

Budi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi, dan Pelaksanaannya, Penerbit Djambatan, Jakarta, 2008, hal. 24

22 Sutan Remy Sjahdeini, Hak Tanggungan, Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok dan

Masalah-Masalah yang di Hadapi Oleh Perbankan, Penerbit Air Langga University Press, 2002, Jakarta, hal 3

(3)

Hak tanggungan diartikan sebagai barang yang dijadikan jaminan. Sedangkan jaminan itu sendiri artinya tanggungan atas pinjaman yang diterima. Dalam penjelasan umum UU Nomor 4 Tahun 1996 butir 6 dinyatakan bahwa Hak Tanggungan yang diatur dalam Undang-Undang ini pada dasarnya adalah Hak Tanggungan yang dibebankan pada Hak atas tanah. Namun pada kenyataannya seringkali terdapat benda-benda berupa bangunan, tanaman dan hasil karya yang secara tetap merupakan satu kesatuan dengan tanah yang dijadikan jaminan tersebut.23 Hak Tanggungan adalah Hak Jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pokok Agraria berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu-kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Kreditur tertentu terhadap Kreditur yang lain.24

Sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 maka peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pembebanan hak atas tanah adalah Bab 21 Buku II KUH Perdata, yang berkaitan dengan hipotek dan Credietverband dalam Staatsblad 1908-542 sebagaimana telah diuba dengan Staatsblad 1937-190. Kedua ketentuan tersebut sudah tidak berlaku lagi, karena tidak sesuai lagi dengan kebutuhan kegiatan perkreditan di Indonesia. Ketidaksesuaian ini karena pada undang-undang lama yang dapat dijadikan obyek hipotek dan Credietverband hanyalah hak milik, hak guna usaha dan hak guna bangunan, sedangkan pada Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999, yang menjadi

23

Parlindungan, Komentar Undang-Undang Tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Penerbit Mandar Maju, Bandung, 1996, hal 14

24

E. Liliawati Muljono. Tinjauan Yuridis Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Kaitannya Dengan Pemberian Kredit Oleh Perbankan. Penerbit Harwarindo, Jakarta. 2003, hal 2

(4)

objek hak tanggungan tidak hanya ketiga hak atas tanah tersebut, tetapi ditambah dengan hak pakai dan hak atas tanah berikut bangunan, tanaman dan hasil karya yang telah ada atau akan ada merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut dan merupakan hak milik pemegang hak atas tanah yang pembebananya dengan tegas dan dinyatakan di dalam akta pemberian hak atas tanah yang bersangkutan.25

Lahirnya undang-undang tentang hak tanggungan karena adanya perintah dalam Pasal 51 UUPA. Pasal 51 UUPA berbunyi ”Hak tanggungan yang dapat dibebankan pada hak milik, hak guna usaha dan hak guna bangunan tersebut dalam Pasal 25, Pasal 33 dan Pasal 39 diatur dalam undang-undang.” Tetapi dalam Pasal 57 UUPA disebutkan bahwa selama undang-undang hak tanggungan belum terbentuk, maka digunakan ketentuan tentang hipotek sebagaimana yang diatur di dalam KUHPerdata dan Credietverband.26

UUHT merupakan dasar hukum yang mengatur lembaga hak jaminan atas tanah, yaitu hak tanggungan sebagai pelaksanaan dari Pasal 51 UUPA. Sebagai tindak lanjutnya UUHT, berturut-turut lahirnya ketentuan yang mengatur hak tanggungan tersebut, diantaranya:27

1. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1996 tentang Bentuk Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan, Akta Pemberian Hak Tanggungan, Buku Tanah Hak Tanggungan dan Sertifikat Hak Tanggungan.

2. Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1996 tentang Penetapan Batas Waktu Penggunaan Surat Kuasa

25

Salim HS, Op.Cit, hal 98

26

Ibid., hal 99

27

(5)

Membebankan Hak Tanggungan untuk Menjamin pelunasan Kredit-kredit tertentu.

3. Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun 1996 tentang pendaftaran Hak Tanggungan

4. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1998 tentang Perubaan Hak Guna Bangunan Atau Hak Pakai Atas Tanah untuk Rumah Tinggal yang dibebani Hak Tanggungan menjadi Hak milik.

5. Surat Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 110-1039 tertanggal 18 April 1996 perihal Penyampaian Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 (Undang-undang Hak Tanggungan) dan Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1996.

6. Surat Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 630-1826 tertanggal 26 Mei 1996 perihal Pembuatan Buku Tanah dan Sertifikat Hak Tanggungan.

7. Surat Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 110-1544 tertanggal 30 Mei 1996 perihal Penyampaian Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1996 tentang Pendaftaran Hak Tanggungan.

8. Surat Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 630-3433 tertanggal 17 September 1998 kepada Menteri Pertanian perihal Agunan Sertifikat di atas Tanah Hak Tanggungan.

(6)

9. Surat Sekretaris Menteri Negara Agraria Nomor 130-016/Sesmen/1996 mengenai 29 Mei 1996 kepada Direksi Bank Exim perihal Penjelasan mengenai UUHT dan Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1996.

10. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/55/KEP/DIR tertanggal 8 Agustus 1997 tentang Pemberian Kredit Usaha Kecil untuk mendukung Program Kemitraan Terpadu dan Pengembangan Koperasi

Hal-hal yang diatur dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 adalah meliputi Ketentuan umum (Pasal 1 sampai dengan Pasal 2), Objek Hak tanggungan (Pasal 3 sampai dengan Pasal 7), Pemberi dan Pemegang hak tanggungan (Pasal 8 sampai dengan Pasal 9), Tata cara pemberian, pendaftaran, peralihan dan hapusnya hak tanggungan (Pasal 10 sampai dengan Pasal 19), Eksekusi hak tanggungan (Pasal 20 sampai dengan Pasal 21), Pencoretan hak tanggungan (Pasal 22), Sanksi administrasi (Pasal 23), Ketentuan peralihan (Pasal 23 sampai dengan Pasal 26) dan Ketentuan penutup (Pasal 27 sampai dengan Pasal 31).

Keberadaan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 mengakhiri dualisme hukum yang berlaku dalam pembebanan hak atas tanah. Secara formal pembebanan hak atas tanah berlaku ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam UUPA, tetapi secara materiil berlaku ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Bab 21 Buku II KUH Perdata dan Credietverband.28

B. Objek dan Subjek Hukum dalam Hak Tanggungan

28

(7)

UUPA mengenal hak jaminan atas tanah, yang dinamakan Hak tanggungan. Menurut UUPA, Hak tanggungan itu dapat dibebankan di atas tanah hak milik (Pasal 25), Hak Guna Usaha (Pasal 33) dan Hak Guna Bangunan (Pasal 39). Berdasarkan UUHT, objek yang dapat dibebani dengan hak tanggungan adalah hak-hak atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Pada prinsipnya, objek hak tanggungan adalah hak-hak atas tanah yang memenuhi dua persyaratan yaitu wajib didaftarkan (untuk memenuhi syarat publisitas) dan dapat dipindahtangankan untuk memudahkan pelaksanaan pembayaran utang yang dijamin pelunasannya.29

Dalam UUHT ini hak pakai dinyatakan dapat dibebani atau dijadikan obyek hak tanggungan. Sedangkan hak pakai atas tanah hak milik tidak dapat dibebani hak tanggungan karena tidak memenuhi syarat-syarat. Akan tetapi, mengingat perkembangan kebutuhan masyarakat dan pembanunan di kemudian hari, hak pakai atas tanah hak milik juga dimungkinkan untuk dibebani hak tanggungan, jika telah memenuhi syarat-syarat yang untuk ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Suatu Obyek hak tanggungan dapat dibebani dari satu hak tanggungan guna menjamin pelunasan lebih dari satu utang, sehingga terdapat pemegang hak tanggungan peringkat pertama, kedua dan seterusnya, yang ditentukan menurut tanggal pendaftarannya di kantor Pertanahan.30

Objek hipotek dan credietverband meliputi hak milik (eigendom), hak guna bangunan (HGB) dan hak guna usaha (HGU). Objek hipotek dan

29

Adrian Sutedi, Op.Cit, hal 51-52

30

Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, PT Alumni, Bandung, 2004, hal 164-165

(8)

credietverband hanya meliputi hak-hak atas tanah saja tidak meliputi benda-benda yang melekat dengan tanah, seperti bangunan, tanaman segala sesuatu di atas tanah.31

Objek hak tanggungan meliputi hak pakai atas tanah negara tertentu. Hak pakai dalam UUPA tidak ditunjukan secara khusus sebagai objek hak tanggungan, karena tidak semua hak pakai memenuhi kedua syarat tersebut. Hak pakai dirumuskan sebagai hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanah, yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan undang-undang ini.32

Objek hak tanggunga artinya benda atau hak apa saja dapat dikaitkan dengan hak tanggungan adalah hak milik atas tanah, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai atas tanah negara, sepanjang hak pakai tersebut didaftarkan dan hak pakai tersebut mempunyai sifat yang dapat dialihkan, hak pakai atas tanah hak milik, hak atas tanah berikut bangunan, tanaman dan hasil karya yang telah ada atau yang akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut, rumah susun dan hak milik atas satuan rumah susun dan bawah tanah sepanjang secara fisik ada hubungannya dengan bangunan yang ada di atas tanah.33

31

Salim HS, Op.Cit, hal 105

32

Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Penerbit ANDI Yogyakarta, 2005, hal 76

33

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012, hal 146

(9)

Dalam hak tanggungan juga terdapat subjek hukum yang menjadi hak tanggungan yang terkait dengan perjanjian pemberi hak tanggungan. UUHT memuat ketentuan mengenai subjek hak tanggungan dalam Pasal 8 dan Pasal 9 yaitu pemberi hak tanggungan adalah orang perorangan atau badan hukum yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek hak tanggungan yang bersangkutan. Pemegang hak tanggungan adalah orang perorangan atau badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang.34 Subjek hak tanggungan adalah pihak-pihak yang membuat perjanjian pemberian hak tanggungan yaitu pihak pemberi hak tanggungan dan pihak penerima/pemegang hak tanggungan.35 Dalam Pasal 8 dan pasal 9 itu ditentukan bahwa yang dapat menjadi subjek hukum dalam pembebanan hak tanggungan adalah pemberi hak tanggungan dan pemegang hak tanggungan. Biasanya dalam praktik pemberi hak tanggungan disebut dengan debitur, yaitu orang meminjamkan uang di lembaga perbankan, sedangkan penerima hak tanggungan disebut dengan istilah kreditur, yaitu orang atau badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak berpiutang.36

C. Asas-Asas Hak Tanggungan

34

Adrian Sutedi, Op.Cit, hal 53-54

35

Riduan Syahrani, Op.Cit, hal 165

36

(10)

Tujuan mempelajari asas hak tanggungan adalah untuk membedakannya dengan hak-hak tanggungan yang telah ada sebelum terbitnya UU hak tanggungan yang baru inin, termasuk hipotek yang ada sebelumnya. Untuk lebih jelanya, asas-asas tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

1. Hak tanggungan memberi kedudukan hak yang diutamakan

Mencermati hak tanggungan yang terdapat pada pasal 1 UU No. 4 tahun 1996 tentang Undang-Undang Hak Tanggungan, dapat disimpulkan bahwa hak tanggungan memberikan kedudukan yang diutamakn kepda kreditor tertentu terhadap kreitor-kreditor lain. Menelaah dengan seksam terhadap kalimat “ kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu sperti kreditor lain” tidak dijumpai dalam ketentuan pasal 1 maupun penjelasannya, namun kalimat kalimat tersebut dapat diketemuakn dalam penjelan umum undng-undang hak tanggungan dinytakan bahwa jika debitur cedera janji, kreditur pemegang hak tanggungan berhak menjual melalui pelelngan umum tanah yang dijadikan jaminan menurut ketentuan peraturan perundang-undngan yang bersangkutan dengan hak mendahulu daripada kreditor-kreditor lain. Kedudukan diutamakn tersebut sudah barang tentu tidak mengurangi preferensi piutang-piutang negara menurut ketentuan hukum yang berlaku. 2. Hak tanggungan tidak dapat dibagi-bagi

Hak tanggungan memiliki sifat yang tidak dapat dibagi-bagi’ hal ini sesuai ketentuan pasal 2 UU No. 4 tahun 1996 tentang Undang-Undang Hak Tanggungan, dinyatakn bahwa ; hak tanggungan mempunyai sifat tidak dapat dibagi-bagi, kecuali jika diperjanjikan dalm akta pemberian hak tanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Apabila hak tanggungan dibebankan pada beberapa hak ats tanah, dpat diperjanjikan dalam akta pemberian hak tanggungan yang bersangkutan, bahwa pelunasan utang yang dijamin dapat dilakukan dengan cara angsuran yang besarnya sama dengan nilai masing-masing hak atas tanah yang merupakan bagian dari objek hak tanggungan, yang akan dibebaskan dari hak tanggungan tersebut, sehingga kemudian hak tanggungan itu hanya memberi sisa objek hak tanggungan untuk menjamin sisa utang yang belum dilunasi.

3. Hak tanggungan hanya dibeban kan pada hak atas tanah yang telah ada

Secara yuridis formal asas yang menyatakan bahwa hak tanggungn hanya dibebankan pada hak atas tanah , ada diatur dalam pasal 8 ayat 2 UU No. 4 tahun 1996 tentang Undang-Undang Hak Tanggungan dinyatakn bahwa kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek hak tanggungan harus ada pada pemberi hak tanggungan pada saat pendaftaran hak tanggungan.

4. Hak tanggungan dapat dibebankan selain atas tanahnya juga benda-benda yang berkaitan dengan tanah tersebut

(11)

Dalam kenyataanya hak tanggungan dapat dibebankan bukan saj pada tanahnya, tetapi juga segala benda yang mempunyai keterkaitan dengan tanah tersebut. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 4 ayat 4 UU No. 4 tahun 1996 tentang Undang-Undang Hak Tanggungan.

5. Hak tanggungan dapat dibebankan juga atas benda benda yang berkaitan dengan tanah yang baru akan ada dikemudian hari

Pasal 4 ayat 4 UU No. 4 tahun 1996 tentang Undang-Undang Hak Tanggungan memungkinkan hak tanggungan dapat dibebankan pula atas benda-benda yang berkaitan dengan tanah tersebut, sekalipun benda-benda tersebut belum ada, tetapi baru akan ada dikemudian hari. Benda-benda yang pada saat hak tanggungan dibebankan belum ada sebagai bagian dari tanah (hak atas tanah) yang dibebani hak tanggungan tersebut. Misalnya karena benda-benda tersebut baru ditanam atu baru dibangun kemudian setelah hak tanggungan itu dibebankan atas tanah tersebut.

6. Perjanjian hak tanggungan adalah perjnjian accessoir

Perjanjian hak tanggungan bukanlah merupakan perjanjian yang berdiri sendiri tetpi mengikuti perjanjian yang terjadi sebelumnya yang disebut perjanjain induk. Perjanjian induk terdapat pada hak tanggungan adalah perjanjian utang-piutang yang menimbulkan utang yang dijamin. Perjanjian yang mengikuti perjanjian induk ini dalam terminilogi hukum belanda disebut perjanjian accessoir. Penjelasan mengenai accessoir dijelaskan dalam poin 8 penjelasan dan pasal 10 ayat 1 UU No. 4 tahun 1996 tentang Undang-Undang Hak Tanggungan.

7. Hak tanggungan dapat dijadikan jaminan untuk utang yang akan ada

Salah satu keistimewaan dari hak tanggungan adalah diperbolehkannya menjaminkan utang yang akan ada. Hal ini sesuia dengan ketentuan pasal 3 ayat 1 UU No. 4 tahun 1996 tentang Undang-Undang Hak Tanggungan. 8. Hak tanggungan dapat menjamin lebih dari satu utang

Kelebihan dari hak tanggungan adalah berlakunya asas bahwa hak tanggungan dapat menjamin lebih dari satu utang. Hal ini sesuain dengan ketentuan dalam pasal 3 ayat 2, dinyatakan bahwa; hak tanggungan dapat diberiakan untuk suatu utang yang berasal dari dari satu hubungan hukum atau untuk satu utang atau lebih yang bersal dari bebrapa hubungan hukum. 9. Hak tanggungan mengikuti objeknya dalam tangan siapa pun objek hak

tanggungan itu berada

Asas hak tanggungan memiliki berbagai kelebihan karena undng-undang memberiakn perioritas terhadap pemegang hak tanggungan dibandingan dengan pemegang hak-hak lainnya. Salah satu asas selain asas yang telah diuraikan di atas adalah asas hak tanggungan mengikuti objek dimanapun objek itu berada. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 7 UU No. 4 tahun 1996 tentang Undang-Undang Hak Tanggungan dinyatakan bahwa hak tanggungan tetap mengikuti objeknya dalam tangan siapapun objek tersebut berada.

(12)

10. Di atas hak tanggungan tidak dapat diletakkan sita oleh peradilan

Alasan kehadiran asas hak tanggungan tidak dapat diletakkan sita oleh peradilan merupakan respons terhadap seringnya peradilan meletakkan sita terhadap hak atas tanah yang diatasnya diletakkan hipotek.

11. Hak tanggungan hanya dapat dibebankan atas tanah tertentu

Asas yang berlaku terhadap hak tanggungan yang hanya dapat dibebankan hanya untuk ata tanah tertentu, diilhami oleh asa yang juga berlaku didalam hipotek yaitu pasal 1174 KUHperdata. Sementara itu asa ini diatur dalam pasal 8 dan 11 huruf c dan penjelasannya dalam pasal 8 ayat 2 UU No. 4 tahun 1996 tentang Undang-Undang Hak Tanggungan.

12. Hak tanggungan waji didaftarkan

Dalam kaitannya dengan asa hak tanggungan wajib didaftarkan , hal ini sesui dengan ketentuan pasal 13 UU No. 4 tahun 1996 tentang Undang-Undang Hak Tanggungan

13. Hak tanggungan dapat diberikan dengan disertai janji-janji tertentu

Asas hak tanggungan ini diatur dalam pasal 11 ayat 2 UU No. 4 tahun 1996 tentang Undang-Undang Hak Tanggungan, janji-janji yang di sebutakn dalam pasal tersebut besifat fakulatif dan limitatif, bersifat fakulatif karena janji-janji itu boleh dicantumkan atau tidak dicantumakan, baik seluruhnya maupun sebagiannya. Besifat tidak liniatif karen dapat diperjanjikan janji-jani lain, selin dari janji-jani yang telah disebutkan dalam pasal 11 ayat 2.

14. Hak tanggungan tidak boleh diperjanjikan untuk dimiliki sendiri oleh pemegang hak tanggungan apabila cedera janji

Asas ini sebenarnya beralasan dari asas yang tercantum dalam hipotek sesuai dengan pasal 1178 KUHPerdata, yang janji demikian tersebut disebut Vervalbeding. Asas ini juga diatur dalam pasal 12 UU No. 4 tahun 1996 tentang Undang-Undang Hak Tanggungan dinyatakan bahwa, janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang hak tanggungan untuk memiliki objek hak tanggungan apa bila debitur cedera janji, batal demi hukum.

15. Pelaksanaan eksekusi hak tanggungan mudah dan pasti

Pencantuman asa hak tanggungan ini berkaitan dengan mencegah terjadinya cedera janji yang dilakuakn pemegang hak tanggungan. Oleh karena itu, apabila terjadi cedera janji , pemegang hak tanggungan pertama mendapatakn preoritas pertama menjual objek hak tanggungan. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 6 UU No. 4 tahun 1996 tentang Undang-Undang Hak Tanggungan, dengan mengacu pada pasal tersebut apa bial debitur cedera janji maka dapat dimintakan pelaksaan eksekusi.37

37

Zen Putra, Hak Tanggungan, melalu

(13)

Hak tanggungan sebagai satu-satunya lembaga hak jaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu mempunyai empat asas, yaitu:38

1. Memberikan kedudukan yang diutamakan (preferensi) kepada krediturnya. Hal ini berarti bahwa kreditor pemegang hak tanggungan mempunyai hak untuk didahulukan di dalam mendapatkan pelunasan atas piutangnya daripada kreditor lainnya atas hasil penjualan benda yang dibebani hak tanggungan tersebut.

2. Selalu mengikuti objeknya dalam tangan siapapun objek tersebut berada. Artinya benda-benda yang dijadikan objek hak tanggungan itu tetap terbeban hak tanggungan walau di tangan siapapun benda itu berada.

3. Memenuhi asas spesialitas dan publisitas. Asas spesialitas maksudnya benda yang dibebani hak tanggungan yang ditunjuk secara khusus. Sedangkan asas publisitas artinya hal pembebanan hak tanggungan tersebut harus dapat diketahui oleh umum, untuk itu akta pemberian hak tanggungan harus didaftarkan.

4. Mudah dan pelaksanaan eksekusinya. Artinya dapat dieksekusi seperti putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap dan pasti.

Di dalam UUHT dikenal beberapa asas hak tanggungan. Asas-asas itu disajikan berikut:39

1. Mempunyai kedudukan yang diutamakan bagi kreditur pemegang hak tanggungan

2. Tidak dapat dibagi-bagi

3. Hanya dibebankan pada hak atas tanah yang telah ada.

4. Dapat dibebankan selain tanah juga berikut benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.

5. Dapat dibebankan atas benda lain yang berkaitan dengan tanah yang baru akan ada dikemudian hari.

6. Sifat perjanjian adalah tambahan (accessoir)

7. Dapat dijadikan jaminan untuk utang yang baru akan ada. 8. Dapat menjamin lebih dari satu utang

9. Mengikuti objek dalam tangan siapapun objek itu berada 10. Tidak dapat diletakkan sita oleh pengadilan

11. Hanya dapat dibebankan atas tanah tertentu 12. Wajib didaftarkan

13. Pelaksanaan eksekusi mudah dan pasti

14. Dapat dibebankan dengan disertai janji-janji tertentu.

D.

38

Boedi Harsono, Op.Cit, hal 15-38

39

Salim HS, Op.Cit, hal 102-103

(14)

Berdasarkan penjelasan umum angka 7 Undang-Undang Hak Tanggungan (Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996) proses pembebanan Hak Tanggungan dilaksanakan melalui dua tahap kegiatan, yaitu:

1. Tahap pemberian Hak Tanggungan, dengan dibuatnya Akta Pemberian Hak Tanggungan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah, untuk selanjutnya disebut PPAT, yang didahului dengan perjanjian utang-piutang yang dijamin;

2. Tahap pendaftarannya oleh Kantor Pertanahan, yang merupakan saat lahirnya Hak Tanggungan yang dibebankan.

Pengertian perbuatan hukum pembebanan hak atas tanah yang pembuatan aktanya merupakan kewenangan PPAT, meliputi pembuatan akta pembebanan Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 Undang-Undang Pokok Agraria dan pembuatan akta dalam rangka pembebanan Hak Tanggungan yang diatur dalam Undang-undang Hak Tanggungan.

Pembebanan hak tanggungan wajib memenuhi syarat yang ditetapkan dalam UUHT, sebagaimana dikemukakan oleh Adrian sebagai berikut:

1. Pemberian hak tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu yang dituangkan di dalam dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian kredit yang bersangkutan atau perjanjian lainnya yang menimbulkan utang tersebut. 2. Pemberian hak tanggungan wajib memenuhi syarat spesialitas yang meliputi

nama dan identitas pemegang dan pemberi hak tanggungan, domisili para pihak, pemegang dan pemberi hak tanggungan, penunjukan secara jelas utang atau utang yang dijaminkan pelunasannya dengan hak tanggungan, nilai tanggungan, dan urain yang jelas mengenai objek hak tanggungan.

3. Pemberian hak tanggungan wajib memenuhi persyaratan publisitas melaui pendaftaran hak tanggungan pada kantor pertanahan setempat (Kota Madya/ Kabupaten).

4. Sertifikat hak tanggungan sebagai tanda bukti adanya hak tanggungan memuat title eksekutorial dengan kata-kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”

(15)

5. Batal demi hukum, jika diperjanjikan bahwa pemegang hak tanggungan akan memiliki objek hak tanggungan apabila debitor cidera janji (wanprestasi).40

Adapun pembebanan hak tanggungan adalah : 1. Surat kuasa membebankan hak tanggungan

Pemberian hak tanggungan wajib dilakukan sendiri oleh pemberi hak tanggungan dengan cara hadir dihadapan PPAT. Hanya apabila karena sesuatu sebab tidak dapat hadir sendiri di hadapan PPAT, ia wajib menunjuk pihak lain sebagai kuasanya, dengan surat kuasa membebankan hak tanggungan (disingkat SKMHT) yang berbentuk akta autentik.41 Akta Autentik yang dimaksudkan adalah akta yang dibuat notaris. Sementara itu, khusus surat kuasa pembebanan hak tanggungan diatur dalam Pasal 15 ayat (1) UUHT.42

SKMHT ini merupakan surat kuasa khusus yang ditujukan kepada pemegang hak tanggungan atau pihak lain untuk mewakili diri pemberi hak tanggungan hadir di hadapan PPAT untuk melakukan pembebanan hak tanggungan, berhubung pemberi hak tanggungan tidak dapat datang menghadap sendiri untuk melakukan tindakan membebankan hak tanggungan di hadapan PPAT.43

Apabila SKMHT tersebut tidak memenuhi syarat tersebut maka SKMHT itu tidak dapat dijadikan dasar pembuatan akta pemberian hak tanggungan dan PPAT wajib menolak permohonan pembuatan akta pemberian hak

40 Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika, Jakarta,

2010, hal 72 41

Adrian Sutedi, Op.Cit, hal 60

42

Supriadi, Op.Cit, hal 186

43

(16)

tanggungan yang bersangkutan.44 Pembuatan SKMHT selain kepada notaris, ditugaskan juga PPAT yang keberadaannya sampai pada wilayah kecamatan, dalam rangka memudahkan pemberian pelayanan kepada pihak-pihak yang memerlukan.45

Di dalam Surat Kuasa membebankan Hak Tanggungan terdapat dua aspek yang juga harus diperhatikan, yakni pembatasan isi/muatan dalam SKMHT dan pembatasan jangka waktu.46

2. Akta pembebanan hak tanggungan

Akta pemberian hak tanggungan (disingkat APHT) mengatur persyaratan dan persyaratan mengenai pemberian hak tanggungan dari debitur kepada kreditor sehubungan dengan utang yang dijaminkan dengan hak tanggungan. Akta pemberian hak tanggungan memuat subtansi yang bersifat wajib yaitu berkenaan dengan nama dan identitas pemegang dan pemberi hak tanggungan, domisili pihak-pihak yang bersangkutan, penunjukkan secara jelas utang atau utang-utang yang dijamin, nilai tanggungan dan uraian yang jelas tentang objek hak tanggungan.47

Pemberian hak tanggungan yang dituangkan dalam APHT harus diikuti dengan kewajiban pendaftaran dengan cara dibukukan dalam kantor Pertanahan yang sekaligus menentukan saat lahirnya hak tanggungan.48

Tata cara pembebanan hak tanggungan dimulai dengan tahap hak tanggungan di hadapan PPAT yang berwenang dan dibuktikan dengan APHT dan diakhiri dengan ahap pendaftaran hak tanggungan di Kantor Pertanahan setempat.

44

Riduan Syahrani, Op.Cit, hal 171

45

Budi Untung, Op.Cit, hal 80

46

Adrian Sutedi, Op.Cit, hal 61

47

Ibid., hal 72

48

(17)

Pasa asasnya pemberi hak tanggungan (debitur atau pihak lain) wajib hadir sendiri di kantor PPAT yang berwenang membuat APHT berdasarkan daerah kerjanya (daerah kerjanya adalah per kecematan yang meliputi kelurahan atau desa letak bidang tanah hak ditunjuk sebagai objek hak tanggungan).49

E.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan diharapkan akan memberikan suatu kepastian hukum tentang pengikatan jaminan dengan tanah berserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah tersebut sebagai jaminan yang pengaturannya selama ini menggunakan ketentuan-ketentuan Hypotheek dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Hak Tanggungan yang diatur dalam UUHT pada dasarnya adalah hak tanggungan yang dibebankan pada hak atas tanah. Namun, pada kenyataannya seringkali terdapat benda-benda berupa bangunan, tanaman dan hasil karya yang secara tetap merupakan satu kesatuan dengan tanah yang dijadikan jaminan turut pula dijaminkan. Sebagaimana diketahui bahwa Hukum Tanah Nasional didasarkan pada hukum adat, yang menggunakan asas pemisahan Horizontal, yang menjelaskan bahwa setiap perbuatan hukum mengenai hak-hak atas tanah tidak dengan sendirinya meliputi benda-benda tersebut. Penerapan asas tersebut tidak mutlak, melainkan selalu menyesuaikan dan memperhatikan dengan perkembangan kenyataan dan kebutuhan dalam masyarakat. Sehingga atas dasar itu UUHT memungkinkan dilakukan pembebanan Hak Tanggungan yang meliputi benda-benda diatasnya sepanjang benda-benda tersebut merupakan satu kesatuan

Lahir dan Berakhirnya Hak Tanggungan

49

(18)

dengan tanah bersangkutan dan ikut dijadikan jaminan yang dinyatakan secara tegas dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT).50

Menurut Pasal 13 ayat (1) Undang-undang Hak Tanggungan, terhadap pembebanan hak tanggunan wajib didaftarkan pada kantor Pertanahan. Selain itu di dalam Pasal 13 ayat (5) jo ayat (4) Undang-undang Hak Tanggungan juga dinyatakan bahwa hak tanggungan tersebut lahor pada hari tanggal buku tanah hak tanggungan lengkap surat-surat yang diperlukan bagi pendaftarannya. Dengan demikian, hak tanggungan itu lahir dan baru mengikat setelah dilakukan pendaftaran, karena jika tidak dilakukan pendaftaran itu pembebanan hak tanggungan tersebut tidak diketahui oleh umum dan tidak mempunyai kekuatan mengikat terhadap pihak ketiga.51

1. Hapusnya utang yang dijamin dengan hak tanggungan

Dalam ketentuan Pasal 18 ayat (1) Undang-undang Hak Tanggungan dinyatakan bahwa hak tanggungan berakhir atau hapus karena beberapa hal sebagai berikut :

Hapusnya hak tanggungan karena dilepaskan oleh pemegangnya dilakukan dengan pemberian pernyataan tertulis mengenai dilepaskannya hak tanggungan tersebut oleh pemegang hak tanggungan kepada pemberi hak tanggungan.52

50

Hamzah Aenurofiq, Hak Tanggungan, melalui http://hamzahaenurofiq.blogspot.co.id /2014/12/hak-tanggungan.html, diakses tanggal 7 Oktober 2016

51

Ibid, hal 79

52

Budi Untung, Op.Cit, hal 84

Hapusnya utang ini mengakibatkan hak tanggungan sebagai hak accessoir menjadi hapus. Hal ini terjadi karena adanya hak tanggungan tersebut adalah untuk menjamin pelunasan dari utang debitur yang menjadi perjanjian pokoknya. Dengan demikian, hapusnya utang tersebut juga

(19)

mengakibatkan hapusnya hak tanggungan.53 Walaupun hak atas tanah itu dihapus, namun pemberi hak tanggungan tetap berkewajiban untuk membayar hutangnya.54 Hapusnya hak tanggungan karena hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan tidak menyebabkan hapusnya hutang yang dijamin. Dalam hal hak atas tanah yang menjadi objek hak tanggungan berakhir jangka waktu berlakunya dan diperpanjang berdasarkan permohonan yang diajukan sebelum berakhirnya jangka waktu tersebut, hak tanggungan yang membebaninya tetap berlangsung.55

Setelah hak tanggungan hapus sebagaimana tersebut di atas, Kantor Pertanahan mencoret catatan hak tanggungan tersebut pada buku tanah hak atas tanah dan sertifikatnya. Selanjutnya, sertifikat hak tanggungan yang bersangkutan ditarik dan bersama-sama buku tanah hak tanggungan dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Kantor Pertanahan. Permohonan pencoretan tersebut diajukan oleh pihak yang berkepentingan dengan Hak tanggungan akan hapus karena hapusnya utang yang dijamin dengan hak tanggungan dilepaskannya hak tanggungan oleh pemegang hak tanggungan dengan pemberian pernyataan tertulis mengenai dilepaskannya hak tanggungan kepada pemberi hak tanggungan, pembersihan hak tanggungan dengan berdasarkan penetapan peringkat oleh Ketua Pengadilan Negeri atas permohonan pembeli hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan tersebut agar hak atas tanah yang diberinya itu dibersihkan dari pembebanan hak tanggungan dan hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan (Pasal 18 UUHT).

53

Adrian Sutedi, Op.Cit, hal 79

54

Salim HS, Op.Cit, hal 188

55

(20)

melampirkan sertifikat hak tanggungan yang telah diberi catatan oleh kreditor bahwa hak tanggungan hapus karena piutang yang dijamin pelunasannya dengan hak tanggungan itu seudah lunas atau pernyataan.56

2. Dilepaskannya hak tanggungan tersebut oleh pemegang hak tanggungan. Hapusnya hak tanggungan karena dilepaskan oleh pemegang hak tanggungan tersebut dilakukan dengan pemberian pernyataan tertulis mengenai hal dilepaskannya hak tanggungan kepada pemberi hak tanggungan.57

Pernyataan tertulis mengenai dilepaskannya hak tanggungan dapat disimpulkan bahwa untuk itu tidak cukup menyimpulkannya dari perbuatan, sikap atau pernyataannya mengenai hal lain. Dengan dilepaskannya hak tanggungan, tidak berarti bahwa utangnya juga menjadi lunas. Utangnya kreditor pemegang hak tanggungan yang melepaskan haknya, tidak dengan sendirinya menjadi hapus pula dengan dilepaskan utang yang bersangkutan dari hak tanggungan, hanya saja utangnya tidak dijamin dengan hak tanggungan yang dilepaskan itu. Di dalam tindakan melepaskan haknya atas hak tanggungan, sebenarnya ada terkandung dilepaskannya suatu kewenangan, yang tidak hanya bisa ditujukan kepada pemberi hak tanggungan saja, tetapi juga terhadap pihak ketiga, yaitu para kreditor serta yang lain dan karenanya sebenarnya perlu ada ketentuan yang mewajibkan pengumuman adanya peristiwa seperti itu dan tidak sekadar menyerahkan kepada inisiatif yang berkepentingan saja. Pengumuman di sini maksudnya,

56

Adrian Sutedi, Op.Cit, hal 80

57

(21)

didaftarkan dalam buku di Kantor Pertanahan, yang pada asasnya terbuka untuk mereka yang berkepentingan.58

3. Pembersihan hak tanggungan berdasarkan suatu penetapan peringkat oleh Ketua Pengadilan Negeri.

Hapusnya hak tanggungan karena adanya pembersihan hak tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh Ketua Pengadilan Negeri, ini terjadi karena permohonan pembeli hak ata tanah yang dibebani hak tanggungan tersebut agar hak hak atas tanah yang dibelinya itu dibersihkan dari beban hak tanggungan. Hapusnya hak tanggungan karena pembersihan hak tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh Ketua Pengadilan Negeri terjadi karena permohonan pembeli hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan tersebut agar atas tanah yang dibelinya itu bersihkan dari beban hak tanggungan sebagaimana diatur dalam Pasal 19 UUHT.59

Pembersihan hak tanggungan berdasarkan penetapan peringkat pengadilan ini hanya akan terjadi bila objek hak tanggungan dibebani lebih dari satu hak tanggungan dapat meminta kepada pemegang hak tanggungan agar hak atas tanah yang dibelinya itu dibersihkan dari segala beban hak tanggungan yang melebihi harga pembeliannya, sehingga hak atas tanah yang dibelinya tersebut terbebas dari hak tanggungan yang semula membebaninya. Pembersihan hak tanggungan dilakukan atas permohonan pembeli hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan, jika harga pembelian tidak mencukupi untuk melunasi utang yang dijamin.60

58

Rachmadi Usman, Op.Cit, hal 481-484

59

Adrian Sutedi, Op.Cit, hal 80

60

(22)

Berdasarkan ketentuan dalam Pasa 19 ayat (10 UUHT, kewenangan menentukan pembersihan ada di tangan kreditor pemegang hak tanggungan peringkat pertama. Kalaupun dia bersedia, ia masih perlu mendapat kesepakatan dari pemegang hak tanggungan yang peringkatnya ada dibawahnya. Hal itu berarti, bahwa pemegang hak tanggungan yang peringkatnya di bawah pemegang hak tanggungan yang melaksanakan eksekusi berhak untuk melawan pembersihan. Kalau ia melawan (verzet) maka hasil eksekusi tidak bisa memenuhi tagihannya. Akan tetapi, pemegang hak tanggungan yang ada dibawah tidak setuju dengan pembersihan, maka pembeli lelang berhak minta agar pengadilan menetapkan hasil lelang berdasarkan posisi kreditor. Ini sama dengan pengadilan menetapkan peringkat para kreditor. Akibat dari penetapan peringkat kreditor terhadap hasil eksekusi, bahwa yang berkedudukan sebagai kreditor yang lebih tinggi menerima lebih dahulu.61

Pasal 19 UUHT dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :62

a. Pembeli objek hak tanggungan, baik dalam suatu pelelangan umum atas perintah Ketua Pengadilan Negeri maupun dalam jual beli sukarela dapat meminta kepada pemegang hak tanggungan agar benda yang dibelinya itu dibersihkan dari segala beban hak tanggungan yang melebihi harga pembelian.

b. Pembersihan objek hak tanggungan dari beban hak tanggungan dilakukan dengan pernyataan tertulis dari pemegang hak tanggungan yang berisi dilepaskannya hak tanggungan yang melebihi pembelian.

61

J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-hak Jaminan Kebendaan, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hal 312

62

(23)

c. Apabila objek hak tanggungan dibebani lebih dari satu tanggungan dan tidak terdapat kesepakatan di antara pemegang hak tanggungan tersebut mengenai pembersihan objek hak tanggungan dari beban yang melebihi hak pembeliannya.

d. Permohonan pembersihan objek hak tanggungan yang membebaninya tidak dapat dilakukan oleh pembeli benda tersebut, apabila pembelian demikian itu dilakukan dengan jual beli suka dan dalam akta pemberian hak tanggungan yang bersangkuan para pihak telah dengan tegas memperjanjikan bahwa objek hak tanggungan tidak dibersihkan dari beban hak tanggungan.

4. Hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan

Hak tanggungan hapus karena hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan hapus. Hapusnya hak atas tanah ini tidak menyebabkan hapusnya pula utang yang dijamin pelunasannya oleh debitur. Sebagai konsekuensinya, pemegang hak tanggungan berubah kedudukannya dari kreditor preferen menjadi kreditor konkuren. Bahkan kreditor yang demikian tidak memiliki hak jaminan yang kuat dan kepastian hukum akan dilunasinya utang debitur, karena hak tanggungannya hapus dikarenakan hapusnya hak atas tanah yang dibebani dengan tanggungan tersebut.63

Dengan hapusnya hak atas tanah tersebut dengan demikian tanahnya kembali dalam kekuasaan negara. Kemungkinan-kemungkinan hapusnya hak atas tanah itu dapat disebab oleh jangka waktunya berakhir, kecuali hak atas tanah yang dijadikan objek hak tanggungan diperpanjang sebelum berakhirjangka

63

(24)

waktunya. Hak tanggungan mana tetap melekat pada hak atas tanah yang bersangkutan, dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir, karena suatu syarat batal dipenuhi, dicabut untuk kepentingan umum, tanahnya musnah dan dilepaskan dengan sukarela oleh yang mempunyai hak atas tanah.64 Hapusnya hak tanggungan karena hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan ini tidak menyebabkan hapusnya utang yang dijamin. Setelah hak tanggungan di hapus, dilakukan pencoretan catatan atau roya hak tanggungan. Pencoretan catatan atau roya hak tanggungan ini dilakukan demi ketertiban administrasi dan tidak mempunyai pengaruh hukum terhadap hak tanggungan yang bersangkutan yang sudah hapus.65

Untuk mencoret catatan hak tanggungan, pihak yang berkepentingan harus mengajukan permohonan pencoretan itu ke kantor Pertanahan, dengan melampirkan sertifikat hak tanggungan yang telah diberi catatan/pernyataan tertulis dari kreditur bahwa hak tanggungan telah dihapus.66 Pencoretan bukan syarat untuk hapusnya beban. Orang tidak memberikan akibat hukum yang sama besar pada pencoretan catatan hak tanggungan, dengan pada pandaftarannya. Pencoretan bahkan tidak mempunyai akibat terhadap pihak ketiga, dalam arti bahwa untuk pihak ketiga tidak mutlak arus diberikan arti, bahwa persil yang bersangkutan dengan pencoretan sudah tidak memikul lagi beban yang dicoret.67

Permohonan pencoretan dilakukan oleh pihak yang berkepentingan dengan melampirkan hal-hal berikut yaitu sertifikat hak tanggungan yang telah diberi catatan oleh kreditur bahwa hak tanggungan hapus karena piutangnya telah lunas

64

Ibid., hal 83

65

Ibid, hal 84

66

Riduan Syahrani, Op.Cit, hal 175

67

Referensi

Dokumen terkait

Objek penelitian ini adalah kualitas deposit dari segi kecerahan dan tampilan secara visual, efisiensi elektrodeposisi ion logam Cu2+ yang dielektrodeposisi limbah

Tabel 5.3 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten Minahasa Menurut Jenis Pendapatan (juta rupiah), 2012-2015. Sumber: Kabupaten Minahasa Dalam Angka

Seksi Upaya Kesehatan Rujukan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang upaya kesehatan rujukan,

Untuk pegawai non-darurat : Tidak boleh melakukan tindakan yang menyangkut risiko pribadi atau tanpa pelatihan yang sesuai.. Jaga agar personil yang tidak berkepentingan dan

Melalui kegiatan refleksi, setiap indikator dicermati sehingga diperoleh kesimpulan untuk program perbaikan pada siklus berikutnya.Data yang diperoleh melalui observasi

Pada saat pelaksanaan razia tersebut saksi dan temannya menghentikan sebuah sepeda motor yang dikendarai oleh terdakwa, selanjutnya saksi dan temannya melakukan

Karya ini dibuat untuk memberikan inovasi terhadap box-set dengan tujuan memecah kekakuan yang selama ini melekat pada konsep desain box-set album tanpa mengurangi nilai

Menurut Undang-undang no. 19 tahun 2000 tentang Penagihan Dengan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang dengan