• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERAWAT TERHADAP KOMPENSASI YANG DITERIMA DENGAN MOTIVASI KERJA PADA PERAWAT RUMAH SAKIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERAWAT TERHADAP KOMPENSASI YANG DITERIMA DENGAN MOTIVASI KERJA PADA PERAWAT RUMAH SAKIT"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERAWAT TERHADAP

KOMPENSASI YANG DITERIMA DENGAN MOTIVASI KERJA

PADA PERAWAT RUMAH SAKIT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Aquilina Meliantha Vania

NIM : 049114003

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERAWAT TERHADAP

KOMPENSASI YANG DITERIMA DENGAN MOTIVASI KERJA

PADA PERAWAT RUMAH SAKIT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Aquilina Meliantha Vania

NIM : 049114003

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

Akhirnya hidup memang harus memilih,

Yang lain ditinggalkan,

yang satu dan dipilih itulah yang ditekuni…

(SCJ)

Keliru kadang membuat hidup jadi lebih indah,

namun pasti tak selamanya manusia berteman dengan

kekeliruan

(7)

Especially Dedicated to :



Jesus Christ



Bapak Anton &Ibu Suci



Mbak Rani

(8)
(9)

ABSTRAK

Aquilina Meliantha Vania (2008). Hubungan antara Kepuasan Perawat terhadap Kompensasi yang Diterima dengan Motivasi Kerja Perawat Rumah Sakit : Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kepuasan perawat terhadap kompensasi yang diterima dengan motivasi kerjanya. Motivasi kerja adalah dorongan atau semangat untuk bekerja sedangkan kepuasan perawat terhadap kompensasi yang diterima adalah ukuran perasaan senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, puas atau tidak puas yang dimiliki perawat terhadap kompensasi yang diberikan oleh pihak rumah sakit tempat ia bekerja.

Subyek dalam penelitian ini berjumlah 66 orang yang masih aktif bekerja sebagai perawat di bagian Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian korelasional. Prosedur pengumpulan data menggunakan metode kuesioner dengan dua skala penelitian yaitu Skala Kepuasan terhadap Kompensasi yang Diterima dengan Skala Motivasi Kerja yang disusun oleh peneliti. Proses pengambilan data yang dilakukan menggunakan model tryout terpakai, sehingga pengambilan data hanya dilakukan satu kali.

Uji kesahihan butir menyatakan bahwa pada skala Kepuasan terhadap Kompensasi yang Diterima terdapat 13 aitem yang digunakan dan tidak ada aitem yang gugur dengan reliabilitas sebesar 0.729, sedangkan pada skala Motivasi Kerja ada 23 aitem yang gugur dan 27 aitem yang digunakan dengan reliabilitas sebesar 0,856. Hasil analisis data menunjukkan sebaran data penelitian adalah normal dan linear. Hasil penelitian yang diperoleh dari hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik korelasi parsial jenjang pertama terhadap dua variabel penelitian yakni variabel Kepuasan terhadap Kompensasi yang Diterima dan variabel Motivasi Kerja dengan variabel lama kerja sebagai variabel kontrolnya, diperoleh hasil r = 0.665 pada taraf signifikasi 5% dan probabilitas 0.000 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara variabel Kepuasan terhadap Kompensasi yang Diterima dengan variabel Motivasi Kerja. Dengan demikian perawat dengan tingkat kepuasan tinggi terhadap kompensasi yang diterima, memiliki motivasi kerja yang tinggi, sebaliknya perawat dengan tingkat kepuasan rendah terhadap kompensasi yang diterima, memiliki motivasi kerja yang rendah.

(10)

ABSTRACT

Aquilina Meliantha Vania (2008). Correlation between Nurse’s Satisfactions toward Received Compensations and Hospital Nurse’s Work Motivation: Faculty of Psychology, Major in Psychology, Study Program of Psychology, Sanata Dharma University.

This research was conducted to find out if there was a correlation between nurse’s satisfactions toward received compensations and their work motivation. Work motivation were drives to work, while nurse’s satisfactions toward received compensations were the nurse’s feelings of happiness or unhappiness, like or dislike, satisfied or unsatisfied toward compensations which were given by the hospital where he/she worked.

The research subjects were 66 people who were actively working as nurses at Rawat Jalan section of Panti Rapih Hospital, Yogyakarta. The research method applied was the correlation research method. The data collecting procedures were conducted by using Questionnaire with two research scales. Those were Satisfaction toward Received Compensations Scale and Work Motivation Scale made by the researcher. Data collecting process was done only once because used the ‘used tryout’ model.

The item validity test stated that there were 13 used items and 0 failed item with reliability 0.729 in Satisfaction toward Received Compensations Scale, meanwhile in Work Motivation Scale there were 23 failed items and 27 used items with reliability 0.856. The data analysis result showed that the research data spread was normal and linear. Research result from hypothesis test result using Partial Correlation technique toward two research variables, which are Satisfactions toward Received Compensations variable and Work Motivation variable result showed that there were r = 0.665 on 5% significance and probability 0.000 (p<0.05). This showed that there was a positive correlation between Satisfaction toward Received Compensations variable with Work Motivation variable. Based on this, nurses with high satisfactions toward received compensations had high work motivation, on the other hand, nurses with low satisfactions toward received compensations had low work motivation.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha

Penyayang karena berkat kasih sayangNya, penulis dapat melewati proses belajar dalam penulisan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang digunakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dari suatu perguruan tinggi.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dorongan, semangat, pengarahan, informasi dan bimbingan selama proses ini berlangsung.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus yang telah memberikan semangat dan cintanya sehingga penulis percaya bahwa semua akan indah pada waktunya.

2. Pihak Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang berkenan membantu saya dalam proses pengambilan data dalam penulisan skripsi saya.

3. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi.,M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi sekaligus dosen pembimbing skripsi yang berkenan membantu penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak, Pak.

4. Bapak Y. Heri Widodo, M.Psi. selaku dosen penguji skripsi. Terima kasih atas masukan dan sarannya yang sangat berguna untuk perbaikan skripsi saya. 5. Ibu Sylvia Carolina MYM.,S.Psi., M.Si. selaku dosen penguji skripsi. Terima

kasih atas masukan dan sarannya yang sangat berguna untuk perbaikan skripsi saya.

6. Ibu Lusia Pratidarmanastiti, MS. selaku dosen pembimbing akademik yang berkenan memberi perhatian dan nasihat selama kuliah di Fakultas Psikologi. Akhirnya Bu, saya mampu menyelesikan apa yang telah saya mulai.

7. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Psikologi yang telah banyak membantu penulis dalam mencari jati diri dan berproses menjadi dewasa selama kuliah di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

(12)

berusaha memahami penulis selama proses menyelesaikan skripsi ini. Makasih ya…

9. Teman – teman seperjuangan yang telah banyak memberikan pengalaman hidup tentang arti persahabatan, Atik, Kike, Dora, Pristi, Mitha, Wilis, Anggit, Vembry, Ruri, Yuni, Japar, Yumil, Paimun, Simin, Nipeng, Sasa, dan semua anak-anak Angkatan 2004, Makasih teman….

10.Teman baikku, Mas Okke yang mau dengan ikhlas hati memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya. Makasih atas pengertiannya.

11.Teman-teman P2TKP, Pak Toni, Pak Priyo, Mbak Tia, Mas Desta, Astin, Mbak Otiq “kemuning”, Mbak Gothe, Mbak Wiwit, Badai, Wulan, Betty, Mas Rondang, Oneng, Tinul, Budi, Lia, Weni, Abe yang sangat menyenangkan dikala susah dan menyusahkan di kala senang. hehehehe…..

12.Teman-teman maenku, Theo, Doni, Dita, Lintang, Angga, Bayu, Dhanes, Thukul, Wanto, Heri. Makasih atas pertemanan yang menyenangkan.

13.Serta semua pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka dengan segala kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, 10 September 2008

(13)

DAFTAR ISI

Halaman Judul………...i

Halaman Persetujuan Pembimbing……….. ii

Halaman Pengesahan………iii

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ………..……..iv

Halaman Motto ………...…..v

Halaman Persembahan………..vi

Pernyataan Keaslian Karya………...vii

Abstrak……….viii Abstract……….ix Kata Pengantar………..x Daftar Isi……….….xii Daftar Tabel……….……….xv Daftar Gambar………..xvi Daftar Lampiran………...xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….1

B. Tujuan Penelitian……….5

C. Rumusan Masalah………....5

D. Manfaat Penelitian………...5

BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Kerja……….6

1. Pengertian Motivasi Kerja……….6

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Kerja……….…..9

B. Kompensasi Kerja .………11

1. Pengertian Kompensasi Kerja………..11

2. Jenis-jenis Kompensasi Kerja………..11

3. Tujuan Pemberian Kompensasi Kerja……….…….13

4. Ketentuan Penetapan Kompensasi Kerja…………....……….14

(14)

C. Hubungan antara Kepuasan Terhadap Kompensasi yang

Diterima dengan Motivasi Kerja……….…...16

D. Hipotesis ……….……...20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian……….………..21

B. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian………...……….….21

C. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian……….………...22

D. Subyek Penelitian……….……….….22

E. Tekhnik Pengambilan Sampel………..…..23

F. Metode dan Alat Pengumpulan Data……….……23

G. Validitas dan Reliabilitas……….………..27

1. Pengukuran Validitas Alat Tes………27

2. Seleksi Aitem………..………….28

3. Reliabilitas……….………...31

H. Analisis Data………..………33

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian……….………..34

1. Perijinan Penelitian……….……….34

B. Pelaksanaan Penelitian……….………..35

1. Waktu Pelaksanaan Penelitian……….…35

2. Cara-cara Pelaksanaan Penelitian………....36

C. Deskripsi Data Penelitian………..………...37

D. Analisis Data dan Hasil Penelitian….……….…..38

1. Uji Asumsi……….…..38

a. Uji Normalitas Sebaran………...….…..38

b. Uji Linearitas………..39

2. Uji Hipotesis………....40

E. Pembahasan………...……….…………..…..41

(15)
(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Blue Print Skala Motivasi Kerja………25 Tabel 2 Blue Print Skala Kepuasan terhadap Kompensasi……….27 Tabel 3 Hasil Uji Korelasi Aitem-Total Variabel Kepuasan terhadap

Kompensasi yang Diterima……….………...29 Tabel 4 Hasil Uji Korelasi Aitem-Total Variabel Motivasi Kerja…..…....30 Tabel 5 Distribusi Aitem Skala Kepuasan terhadap

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model Hubungan antara variabel Kepuasan Perawat terhadap Kompensasi yang diterima dan variabel Motivasi

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian Lampiran 2 : Data Hasil Penelitian Lampiran 3 : Deskripsi Data Penelitian Lampiran 4 : Uji Analisis Aitem Lampiran 5 : Uji Reliabilitas Alat Tes Lampiran 6 : Uji Normalitas

Lampiran 7 : Uji Linearitas Lampiran 8 : Uji Beda Mean Lampiran 9 : Uji Hipotesis

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawat adalah tenaga profesional yang perannya tidak dapat dikesampingkan dari semua bentuk pelayanan rumah sakit. (Riyadi&Kusnanto, 2007). Tugas perawat yang menyangkut penyelamatan nyawa orang banyak membuat peran perawat menjadi istimewa dan berat. Perawat berperan penting dalam proses penyembuhan pasien karena perawatlah yang melakukan kontak paling lama dengan pasien sehingga perawat dituntut untuk memberikan mutu pelayanan yang baik kepada pasien. Pemberian pelayanan yang baik sangat penting bagi pasien, oleh karena itu diperlukan tenaga kerja perawat yang memiliki motivasi kerja yang tinggi. Motivasi kerja yang tinggi penting dimiliki oleh setiap perawat karena akan mendorongnya untuk bekerja lebih produktif sehingga bisa meningkatkan kualitas kerjanya.

(20)

tersebut yang akan menguntungkan perusahaan. (Suharda, 2000). Hal ini menjadi masalah tersendiri bagi pihak rumah sakit. Rumah Sakit yang merupakan salah satu sektor industri yang bergerak di bidang jasa sangat mengedepankan kualitas pelayanan kesehatan. Apabila kualitas pelayanan yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit buruk, maka bukannya tidak mungkin para pasien akan meninggalkan Rumah Sakit tersebut. Hal ini jelas sangat merugikan. Sudah seharusnya pihak manajemen Rumah Sakit memperhatikan cara meningkatkan motivasi kerja perawat agar perawat terdorong untuk meningkatkan kualitas pelayanan mereka.

Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan pentingnya membina motivasi kerja dalam sebuah organisasi. Kodrat (2007) menyebutkan bahwa pelatihan dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Bahkan disebutkan Anwari (2000), motivasi merupakan perangkat analis yang berperan dalam kelangsungan hidup setiap organisasi bisnis. Dalam penelitian terhadap kinerja Dosen Fakultas Kedokteran UKI Jakarta, tampak bahwa ada pengaruh yang positif antara motivasi kerja dengan kinerja dosen. (Hertati, 2007). Dengan demikian motivasi kerja perlu dibina bahkan ditingkatkan agar organisasi bisa berjalan dengan baik dan sumber daya manusia di dalamnya bisa meningkatkan kinerja mereka secara optimal.

(21)

pemberian balas jasa bagi pekerja, baik yang sifatnya finansial (berbentuk uang) maupun yang sifatnya non finansial (tidak berbentuk uang). Kompensasi juga dapat dikelompokkan dalam tiga bentuk, yaitu kompensasi material, kompensasi sosial dan kompensasi aktivitas. (Djati.S & Khusaini, 2003). Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya yang dapat dinilai dengan uang dan mempunyai kecenderungan diberikan secara tetap. (Nitisemito, 1988). Apabila karyawan merasa bahwa kompensasi yang diterima layak dengan kemampuan dan produktifitas kerja serta menyesuaikan dengan kebutuhan hidupnya, kemungkinan besar akan tercapai kepuasan karyawan terhadap kompensasi yang diterimanya. (Djati.S & Khusaini, 2003).

Kepuasan adalah perasaan senang atau tidak senang terhadap apa yang telah didapatkan/diperoleh. (Ivancevich & Hoon, 2002). Kepuasan terhadap kompensasi adalah perasaan senang atau tidak senang, puas atau tidak puas terhadap kompensasi yang diterima selama menjadi karyawan dalam sebuah organisasi.

(22)

pengaruh yang signifikan terhadap motivasi kerjanya. Wacaksana, Awang Pratyaksa (2007) juga meneliti mengenai pengaruh pemberian kompensasi (gaji, tunjangan, insentif) terhadap kinerja karyawan dengan motivasi sebagai variabel intervening. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pemberian kompensasi dengan motivasi kerja yang kemudian akan berpengaruh pada kinerjanya.

(23)

kompensasi yang diterima yang diterima dengan motivasi kerja perawat Rumah Sakit.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif antara kepuasan perawat terhadap kompensasi yang diterima dengan motivasi kerjanya.

C. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan positif antara kepuasan perawat terhadap kompensasi yang diterima dengan motivasi kerjanya?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis berupa sumbangan informasi dalam bidang Psikologi Industri mengenai hubungan antara kepuasan perawat terhadap kompensasi yang diterima dengan motivasi kerja.

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. MOTIVASI KERJA

1. Pengertian Motivasi Kerja

Luthan (1998) menyebutkan motivasi sebagai sebuah proses individu melakukan suatu perilaku yang disebabkan oleh kebutuhan atau dorongan untuk mencapai tujuan insentif. (Tella Adeyinka, Popoola C.O, Popoola S.O. 2007). Motivasi juga dapat diartikan sebagai kekuatan atau energi individu yang dapat menimbulkan tingkat persistensi (ketekunan) dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi instrinsik) maupun yang bersumber dari luar diri individu (motivasi ekstrinsik).(Sudrajat, 2008). Motivasi juga disebutkan sebagai kumpulan kekuatan yang dapat menimbulkan sikap tertentu dan menetapkan bentuk, arah serta intensitasnya. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan. (Usmara, 2006). Dengan memperhatikan beberapa definisi tersebut tampak bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang menimbulkan perilaku atau sikap tertentu serta menetapkan bentuk, arah dan intensitas perilaku tersebut yang dilakukan oleh individu dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan, motif, atau dorongannya.

(25)

kerjanya. (Riyadi, 2007). Motivasi kerja juga diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan dorongan atau semangat untuk bekerja. (Martoyo, 2000).

Bertolak dari pengertian diatas, motivasi kerja dapat didefinisikan sebagai kemauan individu yang berasal dari dalam maupun dari luar individu yang dapat menimbulkan perilaku bekerja yang didasari oleh adanya motif, dorongan, kebutuhan yang harus dipenuhi.

Morivasi yang bekerja dalam mempunyai kekuatan yang berbeda-beda. (Handoko, 1992). Dalam upaya memahami motivasi individu, Makmun (Sudrajat, 2008) menyebutkan beberapa indikator diantaranya durasi kegiatan; frekuensi kegiatan; persistensi kegiatan; kemampuan dalam menghadapi kesulitan; pengorbanan untuk mencapai tujuan; kualitas prestasi atau produk yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan.

Individu yang memiliki motivasi kerja, punya kemauan untuk melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Berdasarkan penjabaran di atas, dalam memahami motivasi kerja yang ada dalam individu, ada beberapa indikator yang harus diperhatikan, yaitu :

a) Intensitas Kerja

(26)

b) Persistensi Kerja

Kecenderungan individu untuk mempertahankan pekerjaannya sekalipun mendapat kesulitan. Hal ini bisa muncul karena adanya keinginan individu untuk terus bekerja di sebuah perusahaan sekalipun ia mengalami hambatan dan kesulitan yang tidak mudah diatasi. Individu akan merasa senang bekerja di tempat tersebut, merasa kerasan menjadi perawat di tempat tersebut, merasa senang dengan lingkungan kerjanya.

c) Kemampuan dalam menghadapi kesulitan ketika bekerja.

Kemampuan individu dalam menghadapi kesulitan maupun permasalahan yang terjadi dalam lingkungan kerja bisa digunakan untuk melihat bagaimana motivasi kerjanya. Sikap yang baik dalam menyelesaikan segala permasalahan serta bagaimana pemecahan solusi yang dilakukan bisa sebagai menjadi salah satu aspek motivasi kerjanya. Individu bisa melakukan tindakan yang tepat di luar kewenangannya dalam kondisi gawat, mau mendelegasikan tugas kepada pihak yang lebih berkompeten dalam kasus yang tidak bisa ditangani, membuat keputusan yang cepat dan efektif dalam menangani pasien, mampu mengelola emosi saat menghadapi pasien maupun keluarga pasien

d) Pengorbanan untuk mencapai tujuan perusahaan

(27)

tanpa ada diskriminasi, memperhatikan kebutuhan pasien, menjalin komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarga pasien, menciptakan iklim yang memungkinkan perawat mengembangkan kemampuan professional dan kepribadiannya untuk mempertahankan mutu pelayanan keperawatan, memiliki budaya menghargai kehidupan

Motivasi kerja seseorang dapat dilihat melalui salah satu cara yaitu melihat seberapa besar pengorbanan individu yang harus dilakukan demi terlaksanannya tujuan perusahaan , baik itu berupa materi, tenaga maupun pikiran.

e) Kualitas prestasi yang dicapai selama bekerja.

Individu yang memiliki motivasi dalam bekerja pasti merasa sudah memberikan prestasi yang berkualitas. Individu yang merasa memiliki kualitas prestasi yang baik, biasanya mendapat perlakuan atau timbal balik yang baik pula dari orang-orang yang bekerja atau yang mendapat pelayanannya. Selain itu ia juga merasa memiliki kemampuan dan kualitas diri yang positif dalam hal pelaksanaan pekerjaan. Perasaan atau persepsi individu mengenai kualitas prestasi yang dicapainya inilah yang merupakan salah satu perwujudan dari motivasi kerjanya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Kerja.

(28)

menerus memenuhi kebutuhannya. Hal ini sesuai dengan salah satu jenis teori motivasi, yaitu teori kepuasan (content theory). Teori konten berpendapat bahwa motivasi individu disebabkan adanya kebutuhan, dengan kata lain motivasi timbul karena adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan. (Kodrat, 2007). Teori ini ingin menekankan bahwa setiap orang memiliki kebutuhan yang ada di dalam individu yang membuat mereka bersemangat, ditekan atau termotivasi untuk memenuhi ataupun mengurangi. Setiap orang akan bertindak atau berperilaku menurut cara-cara tertentu yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan mereka. Teori konten diaplikasikan pada teori Hierarki Kebutuhan Maslow, teori ERG dari Clayton Alderfer, teori Dua Faktor dari Herzberg, Acquired-Needs Theory dari David McClelland.

Faktor selain kebutuhan, yang juga mempengaruhi individu adalah adanya keadilan dalam interaksi antara individu dengan perusahaan. Teori yang mendukung mengenai faktor keadilan adalah teori Keadilan (Equity Theory) dari Stacy Adams, dimana teori ini memiliki pandangan bahwa manusia memiliki dorongan untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima.

(29)

Faktor yang termasuk dalam faktor motivasi internal selain kebutuhan, keadilan dan harapan adalah harga diri, kepuasan kerja, prestasi yang dihasilkan. Sedangkan faktor motivasi eksternal atau yang berasal dari luar individu meliputi jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan, gaya kepemimpinan, macam organisasi tempat individu bekerja, situasi lingkungan kerja dan sistem kompensasi yang diterima individu.

B. KOMPENSASI KERJA

1. Pengertian Kompensasi Kerja

Kompensasi kerja merupakan apa yang diterima oleh karyawan sebagai balas jasa dari apa yang dilakukan oleh karyawan terhadap perusahaan. (Handoko, 1993). Kompensasi kerja juga sering disebut sebagai balas jasa yang diberikan perusahaan kepada karyawan yang dapat dinilai dengan uang dan mempunyai kecenderungan diberikan secara tetap. (Nitisemito, 1988). Kompensasi kerja merupakan segala bentuk imbalan atau balas jasa yang diberikan oleh perusahaan dan diterima oleh karyawan atas kerja yang telah dilakukan, yang terdiri dari kompensasi langsung dan kompensasi tidak langsung. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa kompensasi kerja merupakan semua pendapatan baik yang berupa uang maupun penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa terhadap apa yang dikerjakan karyawan pada perusahaan.

2. Jenis-jenis Kompensasi Kerja

Menurut Mandy dan Noe (Djati.S & Khusaini, 2003), komponen-komponen dalam keseluruhan program kompensasi bisa dibagi dalam bentuk-bentuk :

(30)

i. Kompensasi finansial langsung (direct financial compensation)

Kompensasi finansial langsung terdiri dari gaji, upah, bonus, dan komisi. ii. Kompensasi finansial tidak langsung. (indirect financial compensation)

Kompensasi finansial tidak langsung biasa disebut juga dengan tunjangan meliputi semua imbalan finansial yang tidak tercakup dalam kompensasi langsung.

b) Kompensasi non finansial : kepuasan yang diterima oleh karyawan dari pekerjaan itu sendiri seperti tanggung jawab, peluang akan pengakuan, peluang adanya promosi, lingkungan kerja (baik psikis maupun fisik), relasi interpersonal, kebijakan-kebijakan yang sehat, adanya fasilitas (parkir, kafetaria), sharing pekerjaan, waktu luang.

Michael dan Harold (Djati.S & Khusaini, 2003), membagi kompensasi kedalam tiga bentuk, yaitu:

a) Kompensasi Material

Bentuk kompensasi ini tidak hanya berbentuk uang, seperti gaji, upah, bonus, komisi melainkan juga segala bentuk penguat fisik misalnya fasilitas parkir, kantin, telepon, ruang kantor yang nyaman, serta berbagai macam tunjangan misalnya tunjangan pensiun, asuransi kesehatan.

b) Kompensasi Sosial

(31)

pengambilan keputusan maupun khusus untuk memecahkan masalah perusahaan).

c) Kompensasi Aktivitas

Kompensasi yang meliputi “kewenangan“ yang dimiliki karyawan untuk melakukan aktivitas di luar pekerjaan rutinnya. Kompensasi ini bisa berupa kekuasaan yang dimiliki seorang karyawan untuk melakukan aktivitas di luar pekerjaan rutinnya sehingga tidak timbul kebosanan kerja. Misalnya kesempatan untuk mengambil cuti kerja, kebebasan melakukan hal yang diinginkan.

3. Tujuan Pemberian Kompensasi Kerja

Handoko (1993) menyebutkan bahwa pemberian kompensasi memiliki arti penting bagi perusahaan, karena memiliki berbagai tujuan antara lain :

a) Memperoleh karyawan dan tenaga kerja yang berkualitas yang diharapkan akan selalu berusaha bekerja dengan baik selama berada di perusahaan tersebut sehingga dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.

b) Mempertahankan para karyawan yang sudah bekerja di perusahaan tersebut, dengan kata lain untuk mencegah agar karyawan yang berkualitas tidak meninggalkan perusahaan karena adanya tawaran dari perusahaan lain.

c) Menjamin keadilan dimana perusahaan berusaha memberikan penghargaan yang adil dan sesuai dengan apa yang diberikan oleh karyawan kepada perusahaan. d) Menghargai perilaku karyawan yang diinginkan oleh perusahaan, seperti

(32)

4. Ketentuan Penetapan Kompensasi Kerja

Penting bagi perusahaan untuk melihat ketentuan penetapan kompensasi kerja sebelum menerapkan sistem kompensasi. Hal ini bertujuan agar perusahaan dapat menetapkan sistem kompensasi secara efektif dan efisien sehingga memberi dampak positif terhadap tenaga kerja dalam produktivitas kerja.

Kompensasi yang diberikan harus dapat memenuhi kebutuhan minimal, sehingga harapannya dapat memenuhi kebutuhan karyawan secara minimal selain itu kompensasi harus dapat mengikat, dimana kompensasi yang diberikan tidak menimbulkan keinginan karyawan untuk pindah ke perusahaan lain. Hal ini penting karena keluarnya sebagian besar karyawannya yang berkualitas akan menyebabkan kemacetan dan kerugian bagi perusahaan yang bersangkutan. Kompensasi juga harus dapat menimbulkan semangat kerja karyawan sehingga mereka termotivasi untuk bekerja lebih baik meningkatkan produktivitas mereka. (Nitisemito, 1988).

Dengan demikian penting bagi perusahaan untuk memperhatikan proses pemberian kompensasi kepada karyawan. Hal ini bertujuan perusahaan dapat mengambil kebijakan agar dapat memberikan kompensasi secara efektif dan efisien sehingga karyawan merasa puas dengan kompensasi yang diterima dari perusahaan.

5. Aspek-aspek Kepuasan terhadap Kompensasi Kerja

(33)

harapannya. Dengan demikian kepuasan terhadap kompensasi yang diterima oleh karyawan adalah perasaan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang, puas atau tidak puas terhadap kompensasi yang diterima oleh karyawan dari perusahaan tempat ia bekerja. Dalam penelitian ini, subyek penelitian adalah perawat Rumah Sakit Panti Rapih, oleh karena itu aspek kepuasaan terhadap kompensasi pada penelitian ini adalah jenis-jenis kompensasi yang diterima oleh perawat Rumah Sakit Panti Rapih, antara lain :

a) Perasaan puas atau tidak puas terhadap kompensasi material yang meliputi : i. Gaji (Upah pokok, Insentif jaga malam, Insentif kehadiran, Insentif

fungsional)

ii. Jaminan sosial tenaga kerja iii. Yayasan Dana Pensiun

iv. Jaminan kesehatan (Rawat Jalan dan Rawat inap) v. Fasilitas seragam, parkir, makan, kacamata. vi. Bantuan pendidikan

b) Perasaan puas atau tidak puas terhadap kompensasi sosial yang meliputi: i. Penghargaan masa kerja (> 25 tahun bekerja)

ii. Pembinaan dan Pengembangan profesi iii. Rekreasi (tidak terjadwal)

iv. Promosi jabatan

(34)

c) Perasaan puas atau tidak puas terhadap kompensasi aktivitas yang meliputi: i. Cuti besar (pelaksanaan setiap 7 tahun)

ii. Cuti Tahunan (12 hari dalam satu tahun) iii. Cuti di luar tanggungan

iv. Cuti melahirkan. v. Cuti ekstra.

(Sumber : Kepala Bagian Instalasi Rawat Jalan)

C. HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERAWAT TERHADAP

KOMPENSASI YANG DITERIMA DENGAN MOTIVASI KERJA

Motivasi kerja merupakan hal yang sangat penting dan harus dimiliki oleh karyawan. Motivasi kerja banyak berpengaruh terhadap kinerja karyawan, disiplin kerja. Tinggi rendahnya motivasi kerja pada karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang bersifat internal dan eksternal. Faktor motivasi internal meliputi beberapa hal antara lain kebutuhan, keadilan dan harapan, harga diri, kepuasan kerja, prestasi yang dihasilkan. Faktor motivasi eksternal atau yang berasal dari luar individu meliputi jenis dan sifat pekerjaan, gaya kepemimpinan, macam organisasi tempat individu bekerja, situasi lingkungan kerja dan sistem kompensasi yang diterima individu.

(35)

kompensasi kepada karyawannya (perawat). Kebijakan itu dibuat sedemikian rupa sehingga pembagiannya dirasa baik oleh pihak rumah sakit. Meskipun kompensasi harus mempunyai dasar yang logis, rasional akan tetapi karyawanlah (perawat) yang menilai apakah kompensasi yang diterima itu baik atau buruk di mata mereka karena menyangkut banyak faktor emosional dari sudut pandang karyawan (perawat).(Handoko, 1993)

Karyawan yang memiliki kepuasan terhadap kompensasi yang diterima tinggi, akan memiliki penilaian yang baik terhadap kebijakan perusahaan. Karyawan akan merasa diperlakukan adil dan layak oleh perusahaan sehingga merasa aman, merasa terjamin hidupnya, merasa dihargai oleh perusahaan. Penghargaan atas hasil kerja dan kepuasaan kompensasi yang diperoleh dari perusahaan menjadi motivator dan menjadi kekuatan untuk mengarahkan, meningkatkan dan memelihara perilakunya yang berhubungan dengan lingkungan kerja (Riyadi, 2007), juga dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasme dalam bekerja (Sudrajat, 2008) atau yang disebut dengan motivasi kerja yang tinggi.

(36)

perusahaan tersebut bahkan ada kemungkinan ia akan berusaha mencari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan; kurang mau berusaha menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam pekerjaannya; memiliki keinginan untuk berkorban yang rendah demi tercapainya tujuan perusahaan kecuali jika ada imbalan yang menjanjikan; cenderung kurang mau untuk berprestasi atau dengan kata lain mereka memiliki motivasi kerja rendah.

(37)

PENILAIAN BAIK THD PERUSAHAAN

Merasa diperlakukan adil oleh perusahaan dan merasa dihargai hasil

kerjanya Kepuasan rendah thd kompensasi yang diterima MOTIVATOR Penghargaan atas hasil kerja dan

kepuasan

MOTIVASI KERJA RENDAH Kepuasan

tinggi thd kompensasi

PENILAIAN BURUK THD PERUSAHAAN

Merasa diperlakukan tidak adil oleh perusahaan dan

merasa kurang dihargai hasil kerjanya

MOTIVATOR

Tidak ada penghargaan atas hasil

kerja dan muncul ketidakpuasan

MOTIVASI KERJA TINGGI GAMBAR 1

Model Hubungan antara variabel Kepuasan Perawat terhadap Kompensasi yang diterima dan variabel Motivasi Kerja

PERUSAHAAN

KEBIJAKAN

KOMPENSASI

(38)

D. HIPOTESIS

(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional, karena menjelaskan ada

tidaknya hubungan positif antara variabel kepuasan terhadap kompensasi yang

diterima dengan variabel motivasi kerja pada subyek perawat Rumah Sakit.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel – variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Tergantung (Y) : Motivasi Kerja

2. Variabel bebas (X) : Kepuasan terhadap Kompensasi yang diterima

Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Motivasi Kerja

Motivasi kerja adalah segala keinginan, persepsi, kemauan yang dimiliki subyek

dalam bersikap dan berperilaku di lingkungan kerja yang nampak dalam intensitas

kerja,persistensi kerja,kemampuan dalam menghadapi kesulitan ketika bekerja,

pengorbanan untuk mencapai tujuan perusahaan, kualitas prestasi yang dicapai

selama bekerja.

Tinggi rendahnya motivasi kerja seseorang diperoleh dari nilai yang didapatkan

dari jawaban subyek terhadap skala motivasi kerja. Nilai skor tinggi yang diperoleh

subyek menunjukkan tingginya motivasi kerja yang dimiliki subyek. Skor rendah

(40)

yang dimilikinya. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah skor total yang dimiliki

maka motivasi kerja yang dimilikinya semakin rendah.

2. Kepuasan terhadap kompensasi yang diterima

Kepuasan karyawan terhadap kompensasi yang diterima bisa diukur tingkat

kepuasannya, tingkat kesenangannya pada kompensasi material, kompensasi sosial

dan kompensasi aktivitas yang diterima subyek dari pihak rumah sakit.

Dengan demikian untuk mengetahui tinggi rendahnya kepuasan karyawan

terhadap kompensasi yang diterima, harus diperoleh nilai total dari pendapat subyek

tentang kompensasi-kompensasi tersebut. Nilai skor total yang tinggi menunjukkan

tingkat kepuasan terhadap kompensasi yang diterima yang tinggi artinya ukuran rasa

puas terhadap kompensasi yang diterima subyek tinggi, sebaliknya nilai skor total

yang rendah menunjukkan tingkat kepuasan terhadap kompensasi yang diterima

yang rendah artinya ukuran rasa puas terhadap kompensasi yang diterima subyek

rendah.

C. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada unit instalasi rawat jalan rumah sakit Panti Rapih

Yogyakarta, yang pelaksanaannya dijadwalkan mulai akhir bulan Mei dengan

perkiraan waktu sekitar dua minggu.

D. Subyek Penelitian

Jumlah Subyek dalam penelitian ini adalah 66 orang perawat yang bekerja di

(41)

E. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

purposive sampling, dimana subyek penelitian ditentukan berdasarkan ciri tertentu.

Kriteria subyek penelitian adalah perawat yang bekerja di Bagian Instalasi Rawat

Jalan Rumah Sakit Panti Rapih. Hal ini disebabkan karena subyek perawat yang

bekerja dalam satu bagian di sebuah rumah sakit yang sama akan mendapat

perlakuan kompensasi yang sama dari perusahaan sehingga kemungkinan besar

kompensasi yang diterima subyek adalah sama. Dalam penelitian ini, skala Kepuasan

terhadap Kompensasi mengacu pada data kompensasi yang diberikan oleh pihak

Rumah Sakit Panti Rapih sehingga subyek penelitian juga perawat Rumah Sakit

Panti Rapih.

F. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode kuesioner dalam hal pengumpulan data.

Model skala yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model skala Likert

untuk mengukur motivasi kerja dan juga untuk mengukur kepuasan terhadap

kompensasi yang diterima. Dengan demikian ada dua skala dalam penelitian ini,

yaitu Skala motivasi Kerja dan Skala Kepuasan terhadap Kompensasi yang Diterima.

a. Skala Motivasi kerja

Skala Motivasi kerja yang akan digunakan bertujuan untuk mengukur tingkat

motivasi kerja yang dimiliki oleh perawat. Skala yang digunakan untuk mengukur

tingkat motivasi kerja subyek menggunakan indikator-indikator sebagai berikut:

1. Intensitas Kerja

(42)

3. Kemampuan dalam menghadapi kesulitan ketika bekerja.

4. Pengorbanan untuk mencapai tujuan perusahaan

5. Kualitas prestasi yang dicapai selama bekerja.

Aitem-aitem soal terdiri dari pernyataan-pernyataan yang bersifat favorabel dan

unfavorabel terhadap variabel motivasi kerja. Pada setiap pernyataannnya disediakan

lima alternatif pilihan jawaban dengan ketentuan sebagai berikut :

Untuk aitem yang favorabel :

Nilai 5 : Untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), artinya subyek sangat setuju dengan

pernyataan yang tersedia karena dirasa sangat sesuai dengan keadaan yang

dirasakan oleh subyek.

Nilai 4 : Untuk jawaban Sesuai (S), artinya subyek setuju dengan pernyataan yang

tersedia karena dirasa sesuai dengan keadaan yang dirasakan oleh subyek.

Nilai 3 : Untuk jawaban Ragu-ragu (R), artinya subyek tidak dapat menentukan

dengan pasti apa yang dirasakan berdasarkan pernyataan yang tersedia.

Nilai 2 : Untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), artinya subyek tidak setuju dengan

pernyataan yang tersedia karena dirasa tidak sesuai dengan keadaan yang

dirasakan oleh subyek.

Nilai 1 : Untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS), artinya subyek sangat tidak

setuju dengan pernyataan yang tersedia karena dirasa sangat tidak sesuai

dengan keadaan yang dirasakan oleh subyek.

(43)

Nilai 1 : Untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), artinya subyek sangat setuju dengan

pernyataan yang tersedia karena dirasa sangat sesuai dengan keadaan yang

dirasakan oleh subyek.

Nilai 2 : Untuk jawaban Sesuai (S), artinya subyek setuju dengan pernyataan yang

tersedia karena dirasa sesuai dengan keadaan yang dirasakan oleh subyek.

Nilai 3 : Untuk jawaban Ragu-ragu (R), artinya subyek tidak dapat menentukan

dengan pasti apa yang dirasakan berdasarkan pernyataan yang tersedia.

Nilai 4 : Untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), artinya subyek tidak setuju dengan

pernyataan yang tersedia karena dirasa tidak sesuai dengan keadaan yang

dirasakan oleh subyek.

Nilai 5 : Untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS), artinya subyek sangat tidak

setuju dengan pernyataan yang tersedia karena dirasa sangat tidak sesuai

dengan keadaan yang dirasakan oleh subyek.

Berikut ini rancangan aitem-aitem yang tersusun dalam blue print:

TABEL 1

Blue Print Skala Motivasi kerja

ASPEK NOMOR AITEM f

%

F 1,4,5,10,14

Intensitas Kerja

UF 2,6,11,12,16 10 20

% F 3,7,8,9,13

Persistensi Kerja

UF 15,19,22,26,27 10 20% F 17,20,23,24,25

Kemampuan dalam

menghadapi kesulitan UF 18,21,31,38,49 10

20 % F 30,34,37,43,45

Pengorbanan dalam

mencapai tujuan perusahaan UF 35,39,40,46,48 10

20 % F 28,29,32,36,41

Kualitas prestasi yang

Dicapai selama bekerja UF 33,42,44,47,50 10

20 %

TOTAL 50 100

(44)

b. Skala Kepuasan terhadap Kompensasi

Skala Kepuasan terhadap kompensasi yang digunakan dalam penelitian ini

bertujuan untuk melihat ukuran atau tingkat kepuasan subyek terhadap kompensasi

material, kompensasi sosial dan kompensasi aktivitas yang diterima dari perusahaan

tempat ia bekerja, yaitu rumah sakit Panti Rapih.

Skala Kepuasan terhadap Kompensasi yang diterima ini terdiri atas

pertanyaan-pertanyaan yang disusun dengan menggunakan model skala Likert. Pada skala ini,

disediakan lima alternatif jawaban mengenai tingkat kepuasan terhadap kompensasi.

Alternatif jawaban tersebut antara lain :

Nilai 5 : Untuk jawaban Sangat Memuaskan (SM) artinya subyek merasa sangat

puas terhadap kompensasi yang disebutkan dalam pernyataan.

Nilai 4 : Untuk jawaban Memuaskan (M) artinya subyek merasa puas terhadap

kompensasi yang disebutkan dalam pernyataan.

Nilai 3 : Untuk jawaban Ragu (R) artinya subyek tidak dapat menentukan secara

pasti perasaannya mengenai kepuasan terhadap kompensasi yang

disebutkan dalam pernyataan.

Nilai 2 : Untuk jawaban Tidak Memuaskan (TM) artinya subyek merasa tidak puas

dengan pernyataan mengenai kompensasi yang tersedia.

Nilai 1 : Untuk jawaban Sangat Tidak Memuaskan (STM) artinya subyek merasa

sangat tidak puas dengan pernyataan mengenai kompensasi yang tersedia

Adapun aitem-aitem skala kepuasan terhadap kompensasi yang telah dirancang

(45)

TABEL 2

Blue Print Skala Kepuasan terhadap Kompensasi

ASPEK NOMOR AITEM f %

Kompensasi Material

- Gaji - Jamsostek - Dana pensiun - Jaminan Kesehatan - Fasilitas

- Bantuan pendidikan

9, 11, 1, 13, 4, 12 6 46 %

Kompensasi Sosial

- Penghargaan masa kerja - Pengembangan profesi - Outbond, rekreasi, rekoleksi - Promosi Jabatan

2, 6, 8, 3 4 31 %

Kompensasi Aktivitas

- Cuti Besar - Cuti Tahunan

- Cuti di Luar Tanggungan

10, 5, 7 3 23 %

TOTAL 13 100 %

Kuesioner penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1

G. Validitas dan Reliabilitas

1. Pengukuran Validitas Alat Tes

Validitas suatu alat ukur berkaitan dengan permasalahan apakah alat itu dapat

mengukur secara tepat apa yang akan diukur. (Nurgiyantoro et al, 2004). Validitas

memiliki arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukut melakukan

fungsi ukurnya. (Azwar, 2004). Salah satu jenis validitas yang memungkinkan

digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi (content validity) ini

merupakan salah satu kategori validitas yang cara pengestimasiannya melalui

(46)

Ada dua tipe validitas isi, yaitu :

a). validitas tampang.

Tipe validitas ini hanya melihat format penampilan dari sebuah alat tes, apabila

penampilan tes tampak meyakinkan dan memberi kesan mampu mengungkap apa

yang hendak diukur maka dapat dikatakan validitas tampangnya tinggi.

b). validitas logik.

Validitas ini menunjukkan sejauhmana isi tes merupakan representasi dari

ciri-ciri atribut yang hendak diukur. Validitas logik yang tinggi diperoleh dari suatu tes

yang dirancang sedemikian rupa sehingga aitem-aitem yang menjadi bagian dalam

tes adalah aitem yang relevan. (Azwar, 2004).

Dalam penelitian ini, proses pengujian isi tes diperiksa ulang oleh dosen

pembimbing dan melalui proses revisi sehingga aitem-aitem yang digunakan

semakin mampu mewakili atribut yang hendak diukur. (yang tertulis dalam blue

print).

2. Seleksi Aitem

Dasar kerja yang dipergunakan dalam seleksi aitem adalah memilih aitem yang

fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur yang dikehendaki

penyusunnya. (Azwar, 2004). Seleksi aitem dilakukan dengan cara mengkorelasikan

skor masing – masing aitem dengan nilai total. Semakin tinggi koefisien korelasi

antara aitem dengan skor totalnya maka semakin tinggi daya pembedanya artinya

aitem tersebut mampu membedakan antara kelompok yang memiliki dan tidak

memiliki atribut yang diukur. Bila koefisien korelasi aitem – total rendah mendekati

(47)

penelitian ini baik skala kepuasan terhadap kompensasi maupun skala motivasi kerja,

menggunakan persyaratan akan memilih aitem-aitem yang memiliki koefisien

korelasi aitem total (rix) lebih besar atau sama dengan 0,25.

Pengujian butir soal ini menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment.

Dalam pengujiannya, peneliti akan menggunakan analisis komputer Program SPSS

for Windows Seri 12.

Pengujian terhadap data dari skala Kepuasan terhadap Kompensasi yang Diterima

menunjukkan bahwa 13 aitem soal menunjukkan nilai

r

ix ≥ 0.25. Ketiga belas aitem tersebut

memenuhi syarat untuk digunakan dalam penyusunan skala Kepuasan terhadap Kompensasi.

Dengan demikian hasil pengujian pada variabel kepuasan terhadap kompensasi yang

diterima adalah sebagai berikut :

TABEL 3

Hasil Uji Korelasi Aitem-Total Variabel Kepuasan Terhadap Kompensasi Yang Diterima

r

ix Nomor aitem Total

r

ix ≥ 0.25 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13 13 aitem

Aitem-aitem yang menyusun variabel motivasi kerja terdiri dari 50 aitem, yang

terdiri dari 25 aitem favorabel dan 25 aitem unfavorabel. Proses penyaringan aitem

menggunakan cara memilih aitem-aitem yang memiliki nilai rix ≥ 0.25. Hasil

pengujian terhadap data dari skala Motivasi kerja menunjukkan bahwa terdapat 27

aitem memiliki nilai rix ≥ 0.25 sehingga dinyatakan sahih dan dapat digunakan

dalam alat penelitian variabel motivasi kerja sedangkan sebanyak 23 aitem memiliki

(48)

aitem yang baik. Dengan demikian hasil pengujian pada variabel motivasi kerja

adalah sebagai berikut :

TABEL 4

Hasil Uji Korelasi Aitem-Total Variabel Motivasi Kerja

rix Nomor aitem Total

rix ≥ 0.25 1,3,7,8,9,10,11,12,13,14,15,17,18,22,25,26, 27,28,29,30,31,32,34,40,43,45,47

27 aitem

rix ≤ 0.25 2,4,5,6,16,19,20,21,23,24,33, 35,36,37,38,39,41,42,44,46,48,49,50

23 aitem

Hasil pengujian dari aitem kedua variabel tersebut dapat dilihat pada Lampiran 4

Aitem-aitem yang telah dianalisis baik yang terdapat dalam skala Kepuasan

terhadap kompensasi yang diterima maupun skala Motivasi kerja, dianggap sebagai

aitem yang akan digunakan untuk menyusun skala-skala tersebut dan data yang akan

diperoleh dari skala yang disusun berdasarkan aitem-aitem yang telah dianalisis,

akan diolah menjadi data penelitian. Adapun aitem-aitem skala kepuasan terhadap

kompensasi yang telah dianalisis adalah sebagai berikut :

TABEL 5

Distribusi Aitem Skala Kepuasan terhadap Kompensasi setelah try out

ASPEK NOMOR AITEM

f %

Kompensasi Material

- Gaji - Jamsostek - Dana pensiun - Jaminan Kesehatan - Fasilitas

- Bantuan pendidikan

9, 11, 1, 13, 4, 12 6 46 %

Kompensasi Sosial

- Penghargaan masa kerja - Pengembangan profesi - Outbond, rekreasi, rekoleksi - Promosi Jabatan

2, 6, 8, 3 4 31 %

Kompensasi Aktivitas

- Cuti Besar - Cuti Tahunan

- Cuti di Luar Tanggungan

(49)

Sedangkan distribusi aitem skala motivasi kerja yang telah dianalisis adalah sebagai

berikut :

TABEL 6

Distribusi Aitem Skala Motivasi Kerja setelah try out

ASPEK NOMOR AITEM f

%

F 1,10,14

Intensitas Kerja

UF 11,12 5 18.52 % F 3,7,8,9,13

Persistensi Kerja

UF 15,22,26,27 9 33.33 % F 17,25

Kemampuan dalam

menghadapi kesulitan UF 18,31 4 14.81 %

F 30,34,43,45

Pengorbanan dalam

mencapai tujuan perusahaan UF 40 5 18.52 %

F 28,29,32

Kualitas prestasi yang

Dicapai selama bekerja UF 47 4 14.81 %

TOTAL 27 100 %

3. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat tes menunjukkan seberapa jauh hasil pengukuran alat

tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam

beberapa kali dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok

subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama selama aspek yang diukur belum

berubah. (Azwar, 2004). Reliabilitas juga menunjuk pada pengertian apakah suatu

alat tes dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu.

(Nurgiyantoro et al, 2004).

Penelitian ini menggunakan prosedur konsistensi internal dalam menentukan

reliabilitas alat tesnya. Prosedur penggunaan teknik konsistensi internal

memfokuskan pada unsur-unsur internal dari alat tes tersebut, yaitu aitem-aitem

(50)

yang lain seperti teknik reliabilitas ulang-uji dan teknik reliabilitas bentuk

paralel.(Nurgiyantoro et al, 2004).

Teknik reliabilitas yang termasuk dalam prosedur konsistensi internal yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Alpha Cronbach, karena teknik ini

dapat digunakan pada alat tes yang jawabannya berskala yang memiliki tingkatan

ketepatan pilihan jawaban.

Tinggi rendahnya reliabilitas secara empiris ditunjukkan oleh suatu angka yang

disebut dengan koefisien reliabilitas. Dalam penelitian ini, teknik korelasi dalam

proses pencarian koefisien reliabilitas menggunakan Pendekatan Konsistensi Internal

dengan teknik penghitungan Reliabilitas Alpha – Cronbach.

Pengujian reliabilitas alat tes ini akan dihitung dengan menggunakan analisis

komputer Program SPSS for Windows Seri 12

Pada pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini, reliabilitas diperoleh dari

penggunaan teknik Alpha Cronbach untuk masing – masing skala baik skala

kepuasan terhadap kompensasi yang diterima dengan skala motivasi kerja. Pengujian

reliabilitas skala Kepuasan terhadap Kompensasi yang diterima setelah try out

menghasilkan koefisien reliabilitas (r) = 0.729 dan koefisien reliabilitas (r) yang

diperoleh setelah analisis aitem adalah 0.729. Nilai koefisien reliabilitas yang sama

disebabkan karena tidak ada aitem yang digugurkan sehingga tidak mengubah nilai

koefisien reliabilitas. Pengujian reliabilitas skala Motivasi kerja setelah try out

menghasilkan koefisien reliabilitas (r) = 0.800, sedangkan koefisien reliabilitas (r)

(51)

adanya 23 aitem dalam skala Motivasi kerja yang gugur sehingga membuat nilai

koefisien reliabilitasnya berbeda.

Hasil pengujian reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5

H. Analisis Data

Berdasarkan tujuannya, penelitian ini ingin mengetahui ada tidaknya hubungan

hubungan antara variabel kepuasan terhadap kompensasi yang diterima (variabel

bebas) dengan variabel motivasi kerja (variabel tergantung). Dalam penelitian ini

untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara kedua variabel yang diujikan

menggunakan metode korelasi parsial jenjang pertama dengan mengontrol salah satu

variabel yaitu variabel lama kerja subyek. Dalam uji korelasi ini, peneliti akan

(52)

BAB IV

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PERSIAPAN PENELITIAN

1. Perijinan Penelitian

Proses perijinan yang dilakukan dalam penelitian ini diawali dengan pembuatan

proposal penelitian dan pengajuan permohonan penelitian dengan menggunakan

Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas Psikologi nomor

47b/D/KP/Psi/USD/V/2008 tertanggal 12 Mei 2008 yang diajukan kepada Rumah

Sakit Panti Rapih melalui Bagian Personalia Rumah Sakit Panti Rapih. Proposal dan

Surat Permohonan Ijin Penelitian tersebut diketahui oleh Dosen Pembimbing Skripsi

dan disetujui oleh Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Dalam jangka waktu kurang lebih tiga minggu, proposal dan permohonan ijin

penelitian tersebut disetujui oleh pihak Rumah Sakit Panti Rapih (Surat Keterangan

Ijin nomor RAPIH/UMUM/0508/L669). Kepala Bagian Personalia memberikan

Surat Keterangan Ijin Penelitian kepada Kepala Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit

Panti Rapih dan kepada peneliti. Proses selanjutnya, peneliti berkoordinasi langsung

dengan Kepala Instalasi Rawat jalan mengenai teknis pelaksanaan penelitian.

(53)

B. PELAKSANAAN PENELITIAN

1. Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada akhir bulan Mei sampai dengan awal bulan Juni

2008 dengan subyek perawat bagian instalasi rawat jalan Rumah Sakit panti Rapih.

Waktu pelaksanaan penelitian kurang lebih memakan waktu satu minggu.

Proses pengambilan data hanya dilakukan satu kali dimana data yang diperoleh

digunakan untuk data uji coba sekaligus data penelitian, dengan demikian dalam

penelitian ini menggunakan metode try out terpakai. Metode ini digunakan dengan

beberapa pertimbangan, pertimbangan pertama peneliti mendapat kesulitan masalah

perijinan apabila melakukan try out dan melakukan penelitian pada perawat-perawat

yang bertugas di bagian yang berbeda karena akan menyita banyak waktu

mengganggu kinerja perawat, oleh karena itu peneliti diijinkan meneliti perawat yang

bekerja di satu bagian saja, yakni instalasi rawat jalan. Pertimbangan kedua adalah

try out tidak mungkin dilaksanakan pada subyek yang memiliki karakteristik sama

namun bekerja di rumah sakit yang berbeda dengan Rumah Sakit Panti Rapih. Hal

ini disebabkan karena salah satu skala variabel kepuasan terhadap kompensasi yang

telah disusun tidak bisa diterapkan di rumah sakit yang berbeda sebab penyusunan

skala kepuasan terhadap kompensasi sudah disesuaikan dengan jenis-jenis

kompensasi yang ada di Rumah Sakit Panti Rapih sehingga tidak bisa disamakan di

rumah sakit lain yang kemungkinan besar memiliki kebijakan yang berbeda

(54)

2. Cara-cara Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai dari proses pengambilan surat ijin penelitian di

bagian personalia Rumah Sakit Panti Rapih, setelah itu menghadap kepala bagian

instalasi rawat jalan dengan membawa surat ijin penelitian tersebut. Kepala bagian

rawat jalan menerima surat tersebut dan meminta peneliti menunjukkan kuesioner

yang akan dibagikan pada anak buahnya sekaligus memberikan petunjuk

pengadministrasian skala penelitian tersebut. Dalam proses pendistribusian skala

penelitian tersebut, peneliti melakukan pembicaraan dengan kepala bagian instalasi

rawat jalan mengenai prosedur pembagian kuesioner. Keputusannya adalah

kuesioner harus dititipkan pada sekretaris bagian rawat jalan dan tidak dibawa

pulang. Peneliti tidak diperbolehkan membagi sendiri kuesioner tersebut karena

dikhawatirkan akan mengganggu layanan kesehatan, oleh karena itu sekretaris

tersebut yang akan mengontrol proses pengisian dan pengembalian kuesioner. Cara

ini merupakan usaha yang paling baik daripada memperbolehkan kuesioner tersebut

dibawa pulang oleh subyek karena apabila hal itu terjadi peneliti akan semakin

kesulitan mengontrol proses pengisian dan pengembalian kuesioner.

Pada hari pertama pengambilan data, peneliti diperkenalkan sebagai mahasiswa

yang sedang melakukan penelitian kepada seluruh perawat yang hadir saat apel pagi.

Kurang lebih tiga jam, peneliti menyediakan waktu bagi subyek yang mengalami

kesulitan dalam mengisi kuesioner ataupun memberikan informasi mengenai

penelitian yang dilakukan kepada subyek yang menanyakan hal tersebut. Setelah itu,

peneliti menitipkan kuesioner tersebut dan melakukan pengecekan sampai batas

(55)

C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN

Dalam penelitian ini dilakukan uji beda One Sample T-Test dengan taraf signifikansi

5 % dan diperoleh hasil sebagai berikut :

TABEL 7

Hasil Perhitungan Uji beda Mean (One Sample T-Test)

Skala t Sig (2-tailed) keterangan

Motivasi Kerja

14.333 0.000 p < 0.05 Ada perbedaan

antara mean teoritik dengan mean empirisnya Kepuasan terhadap kompensasi yang diterima

-2.017 0.048 p < 0.05 Ada perbedaan

antara mean teoritik dengan mean

empirisnya

Hal ini menunjukkan baik variabel kepuasan terhadap kompensasi yang diterima

maupun variabel motivasi kerja terdapat perbedaan antara mean empirik dengan

mean teoritiknya.

TABEL 8

Deskripsi Data Penelitian

Skor Empirik Skor Teoritik Skala

Xmin Xmax Mean range SD (σ)

Xmin Xmax Mean range SD (σ)

Motivasi Kerja

78 124 99 46 10.203 27 135 81 108 18

Kepuasan terhadap kompensasi

yang diterima

27 50 37.62 23 5.555 13 65 39 52 8.67

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh mean empiris untuk variabel Motivasi

(56)

Kepuasan terhadap kompensasi yang diterima memiliki mean teoritis yang lebih

kecil dari mean teoritisnya, yaitu 37,63 < 39.

TABEL 9

Deskripsi Lama Kerja Subyek Penelitian

N Minimum Maximum Rerata

Lama Kerja 66 1 thn 33 thn 37.62

Berdasarkan data di atas, jumlah total subyek penelitian adalah 66 orang. .

Dengan lama waktu kerja antara 1 tahun sampai dengan 33 tahun. Rentang lama

waktu kerja perawat yang terlampau jauh ( antara 1 tahun – 33 tahun) kemungkinan

besar dapat mempengaruhi tingkat motivasi kerja yang dimiliki masing-masing

individu. Kemungkinan tersebut merujuk pada adanya perbedaan motivasi antara

perawat yang baru bekerja selama setahun dengan perawat yang sudah bekerja

selama puluhan tahun. Hal ini tentu dapat mengotori dan mengganggu hasil

penelitian ini. Dengan demikian variabel lama kerja perlu dikontrol agar hasil

penelitian ini benar-benar merupakan hasil korelasi antara variabel kepuasan

terhadap kompensasi yang diterima dengan variabel motivasi kerja tanpa ”dikotori”

oleh variabel lain.

D. ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas Sebaran

Pada umumnya, data-data yang merupakan hasil pengukuran mengikuti asumsi

distribusi normal. Dalam uji normalitas, yang dilihat adalah sebaran frekuensi atau

skor total dalam data penelitian. Skor tersebut akan dilihat apakah menyebar

(57)

dimana nilai atau skor menggerombol di sekitar mean (rerata) dan dengan frekuensi

yang semakin mengecil atau makin berkurang pada kedua belah sisi dari

mean.(Chaplin, 1981)

Pengujian normalitas data dapat menggunakan metode One-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test. Dalam penelitian ini dilakukan uji normalitas dengan hasil sebagai

berikut :

TABEL 10

Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Kolmogorov-Smirnov Variabel

K-S P Status

Motivasi Kerja 0.784 0.571 normal

Kepuasan terhadap kompensasi yang diterima

0.618 0.839 normal

Apabila P hitung > 0.05, hipotesis nol (Ho) diterima dan sebaliknya jika P hitung

< 0.05 Ho ditolak, maka untuk variabel Motivasi Kerja yang memiliki P hitung 0.571

> 0.05 menunjukkan Ho diterima. Hal ini berarti sebaran skor variabel tersebut baik

dan dinyatakan normal, sedangkan untuk variabel Kepuasan terhadap Kompensasi

yang diterima memiliki nilai P sebesar 0.839, yang nilainya juga lebih besar dari

0.05. Dengan demikian sebaran skor variabel kepuasan terhadap kompensasi yang

diterima baik dan dinyatakan normal.

Hasil uji normalitas sebaran data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah ada kecenderungan membentuk

sebuah garis lurus (linear) antara skor variabel bebas yakni kepuasan terhadap

kompensasi dengan skor variabel tergantung yaitu motivasi kerja. Uji linearitas dapat

(58)

yaitu 5%. Apabila nilai P kurang dari 0,05 maka data tersebut cenderung linear,

begitu pula sebaliknya apabila nilai P yang diperoleh lebih dari 0,05, maka data

cenderung tidak linear.

Pada penelitian ini, uji linearitas menggunakan program SPSS for windows versi

7.5, memperoleh probabilitas sebesar 0.000. Jelas bahwa probabilitas F hitung

(0.000) jauh lebih kecil daripada p 0.05, hubungan antara variabel bebas dan variabel

dalam penelitian ini cenderung linear.

Hasil uji linearitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7

2. Uji Hipotesis

Hipotesis yang diambil dalam pengujian ini adalah terdapat hubungan (korelasi)

positif antara variabel kepuasan terhadap kompensasi yang diterima dengan variabel

motivasi kerja perawat.

Selengkapnya hipotesis tersebut dapat ditulis sebagai berikut :

Ho : Tidak ada hubungan (korelasi) positif yang signifikan antara variabel kepuasan

terhadap kompensasi yang diterima oleh perawat (X) dengan motivasi kerjanya (Y)

Hi : Ada hubungan (korelasi) positif yang signifikan antara variabel kepuasan

terhadap kompensasi yang diterima oleh perawat (X) dengan motivasi kerjanya.(Y).

Dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikansi 5 % (one tailed)

Metode penghitungan korelasi pada penelitian ini menggunakan metode korelasi

parsial. Hal ini disebabkan karena dalam penelitian ini ada variabel lama kerja yang

digunakan untuk mengontrol variabel kepuasan terhadap kompensasi yang diterima

dengan variabel motivasi kerja. Variabel lama kerja menjadi variabel kontrol karena

(59)

Hasil uji korelasi variabel kepuasan terhadap kompensasi dan variabel motivasi

kerja dengan variabel lama kerja sebagai variabel kontrol menunjukkan koefisien

korelasi sebesar 0.665 dengan taraf signifikansi 0.000 (one tailed). Dengan demikian

P hitung 0.000 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak, artinya ada hubungan

yang signifikan antara variabel kepuasan terhadap kompensasi dengan variabel

motivasi kerjanya.

E. PEMBAHASAN

1. Sajian Data dan Makna

a) Data Lama Kerja Subyek Penelitian

Deskripsi lama kerja subyek penelitian dapat dilihat lebih jelas melalui tabel

berikut :

TABEL 11

Deskripsi Lama Kerja Subyek Penelitian

Data N Mean Median Modus Range Min Max

Lama

Kerja 66 19,15 20 27 32 1 33

Lama masa kerja yang dimiliki subyek penelitian memiliki variabilitas yang

cukup besar yakni 32. Hal ini menunjukkan bahwa subyek yang bekerja di bagian

rawat jalan memiliki masa kerja yang berbeda-beda waktunya satu sama lain.

Lama masa kerja yang dimiliki oleh subyek berkisar antara baru 1 tahun bekerja

sebagai perawat maupun yang sudah 33 tahun bekerja menjadi perawat. Rata-rata

masa kerja perawat yang menjadi subyek penelitian adalah 19 tahun (dibulatkan),

akan tetapi jumlah subyek yang sudah bekerja selama 27 tahun termasuk tinggi

(banyak). Variabel lama kerja dianggap dapat ”mengotori” atau berpengaruh

(60)

terhadap kompensasi yang diterima dengan variabel motivasi kerja. Hal ini

disebabkan karena perbedaan rentang lama kerja subyek yang cukup jauh yang

memungkinkan juga terjadi perbedaan motivasi kerjanya. Hal ini yang harus

dikontrol dan ditiadakan pengaruhnya, sehingga metode analisis data yang

digunakan adalah korelasi parsial jenjang pertama.

b). Data Pengujian Hipotesis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang

positif antara kepuasan terhadap kompensasi yang diterima dengan motivasi kerja

perawat rumah sakit. Penelitian ini dilakukan karena kompensasi dapat

meningkatkan motivasi kerja, prestasi kerja dan kepuasan kerja perawat

(Handoko, 1993). Penelitian ini menggunakan uji korelasi parsial dengan variabel

lama kerja sebagai variabel kontrol. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis,

menggambarkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara variabel

kepuasan terhadap kompensasi yang diterima dengan variabel motivasi kerja,

sedangkan variabel lama kerja yang sudah dikontrol tidak mempengaruhi hasil

penelitian. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki skor variabel Kepuasan

terhadap Kompensasi yang Diterima rendah, juga memiliki skor variabel

Motivasi kerja yang rendah pula, demikian juga seseorang yang memiliki skor

tinggi pada variabel Kepuasan terhadap Kompensasi yang Diterima, juga

memiliki skor tinggi pada variabel Motivasi Kerja. Perawat yang memiliki

kepuasan yang tinggi terhadap kompensasi yang diterima, juga memiliki motivasi

(61)

kompensasi yang diterima yang rendah, juga memiliki motivasi kerja yang

rendah.

Kompensasi yang diberikan oleh perusahaan memiliki tujuan untuk

mempertahankan perawat agar tetap mau bekerja di perusahaan tersebut, untuk

memperoleh karyawab yang berkualitas yang diharapkan dapat meningkatkan

produktivitas perusahaan, dan dapat memberikan penghargaan yang adil dan

sesuai dengan apa yang diberikan perawat terhadap perusahaan. Kebijakan

tentang pemberian kompensasi terhadap perawat dibuat seefektif mungkin dan

seefisien mungkin. Kompensasi yang diberikan juga harus dapat memenuhi

kebutuhan minimal perawatnya, kompensasi juga harus dapat mengikat perawat

sehingga perawat merasa nyaman bekerja di perusahaan tersebut dan tidak

berniat untuk meninggalkan perusahaan tersebut. Kompensasi merupakan

imbalan yang langsung dapat diterima dan dirasakan oleh perawat yang bekerja

di suatu perusahaan, dengan demikian dalam menilai suatu keberhasilan

kompensasi, tidak hanya melihat dari kebijakan perusahaan terhadap kompensasi

yang diberikan akan tetapi juga menyangkut banyak faktor emosional dari sudut

pandang para perawat. (Handoko, 1993). Perawat memiliki penilaian tersendiri

mengenai kompensasi yang diterima. Penilaian tersebut menyangkut tingkat

kesenangannya, kepuasannya terhadap kompensasi yang diterima sebagai

perawat atau yang disebut kepuasan terhadap kompensasi yang diterima. Perawat

memiliki hak untuk memberi penilaian mengenai kepuasannya terhadap

kompensasi yang ia terima selama bekerja, baik itu kompensasi material,

(62)

yang tinggi terhadap kompensasi yang ia terima, tentunya perawat tersebut

merasa bahwa kebutuhan minimalnya terpenuhi di perusahaan tersebut sehingga

ia merasa tidak perlu mencari perusahaan lain demi terpenuhinya kebutuhan

tersebut. Selain itu pula ia merasa memperoleh keadilan atas hasil kerjanya

selama ini karena mendapat kompensasi yang memuaskan bagi dirinya. Perawat

juga merasa hasil kerjanya mendapat penghargaan yang sesuai dengan

kemampuannya.

Teori konten (teori motivasi) berpendapat bahwa setiap individu memiliki

keinginan untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan yang ada

dalam diri individu itu yang membuat mereka bersemangat, ditekan, termotivasi,

untuk memenuhi maupun untuk menguranginya. Perawat yang bekerja di sebuah

rumah sakit pada dasarnya memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan

dalam hidupnya. Apabila di rumah sakit tersebut perawat merasa bahwa

kebutuhannya dapat dipenuhi atau merasa bahwa kompensasi yang diterima

sudah dapat memenuhi kebutuhannya, maka ia akan enggan meninggalkan rumah

sakit tersebut dan tetap memilih untuk meningkatkan intensitas kerjanya,

memilih untuk tetap bekerja di tempat itu, menunjukkan prestasi, mau berkorban

demi rumah sakit tempat ia bekerja dan juga berusaha untuk menunjukkan sikap

yang baik dalam bekerja. Faktor keadilan dan juga perasaan dihargai yang

diperoleh dari rasa kepuasannya terhadap kompensasi yang diterima oleh perawat

juga dapat memotivasi kerjanya. Menurut Teori Equity manusia memiliki

dorongan untuk mencapai suatu keseimbangan antara usaha dan imbalan, dengan

(63)

merasa diperlakukan adil di peruasahaan tersebut karena mendapatkan imbalan

yang seimbang dengan hasil kerjanya. Hal ini yang membuat ia bersemangat

untuk bekerja dengan baik di rumah sakit tersebut dan semakin terdorong untuk

menghasilkan usaha yang maksimal dengan haparan dapat memperoleh hasil

yang ia inginkan.

Perawat yang memiliki tingkat kepuasan terhadap kompensasi yang diterima

yang tinggi akan merasa senang dengan kompensasi yang diterima. Hal ini akan

semakin memunculkan penilaian yang baik terhadap kebijakan rumah sakit.

Perawat akan merasa diperlakukan adil, dan layak dan merasa aman untuk tetap

bekerja di tempat itu. Penghargaan atas hasil kerja perawat tersebut akan

diimbangi dengan dorongannya untuk bekerja lebih baik atau dengan kata lain

memiliki motivasi kerja yang tinggi. Demikian pula sebaliknya, apabila perawat

memiliki kepuasan terhadap kompensasi yang rendah maka ia akan merasa

kurang senang dengan kebijakan yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Perawat

merasa tidak begitu puas dengan penghargaan dan balas jasa yang diberikan. Hal

ini dapat mendorong perawat untuk menurunkan antusiasme kerja. Perawat

menjadi tidak kerasan bekerja di tempat itu dan kemungkinan memiliki keinginan

untuk berpindah kerja di tempat lain, selain itu keinginannya untuk melibatkan

diri dalam

Gambar

GAMBAR 1 Model Hubungan antara variabel Kepuasan Perawat terhadap Kompensasi yang diterima dan variabel Motivasi Kerja
Blue PrintTABEL 1  Skala Motivasi kerja
Blue PrintTABEL 2  Skala Kepuasan terhadap Kompensasi
TABEL 3 Hasil Uji Korelasi Aitem-Total Variabel Kepuasan Terhadap
+7

Referensi

Dokumen terkait

mengajar dan persepsi malnsiswa terlradap perkuliahan dengan perolehan hasil belajar MKBS pada matrasiswa Program Penyetaraan. S IPGSM Junrsan

Oleh karena itu, Tim Pemeriksa merekomendasikan agar pemeriksaan dilanjutkan ke Pemeriksaan Lanjutan dengan alasan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh Terlapor II sebagai akibat

Kendala-Kendala Dalam Proses Pendaftaran Desain Industri di Bidang Garmen di PT. Mondrian Klaten

Uji statistik menggunakan SPSS v.16.0 dengan menggunakan rumus one way anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat dismenore pada aktivitas ringan, sedang dan

dapat mencapai tujuan yang diinginkan dan menghindari k:esalahan serta untuk memudahkan proses penelitian ini, maka penulis membatasi masalah penelitian ini pada

• Pembelajaran IPS tidak dapat lepas dari belajar untuk menguasai proses ilmiah dalam aspek ilmu sosial untuk menemukan/merumuskan konsep/produk ilmiah yang didasari oleh sikap

Mesyuarat Penilaian Bahan Tender/Sebut Harga bagi Program Penerbitan Buku Teks KBDKBT Tingkatan 5 Pembekalan Mulai Tahun 2018 (Kegunaan Mulai Tahun 2019) (12 -17) Bengkel

Jika SPP-LS Gaji dinyatakan tidak lengkap, maka PPK SKPD akan membuat Surat Penolakan Penerbitan SPM, paling lambat 1 hari kerja sejak SPP-LS Gaji diterima hh. Surat