• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI PECAHAN DENGAN MEDIA PETAK PERSEGI SATUAN PADA SISWA KELAS V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI PECAHAN DENGAN MEDIA PETAK PERSEGI SATUAN PADA SISWA KELAS V"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA MATERI OPERASI PECAHAN DENGAN MEDIA PETAK PERSEGI SATUAN PADA SISWA KELAS V MI MA’ARIF

KUTOWINANGUN TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

Nama : Asha Septianti Nur Rohmah NIM : 11512006

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA MATERI OPERASI PECAHAN DENGAN MEDIA PETAK PERSEGI SATUAN PADA SISWA KELAS V MI MA’ARIF

KUTOWINANGUN TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

Nama : Asha Septianti Nur Rohmah NIM : 11512006

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2016

(4)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudari: Nama : Asha Septianti Nur Rohmah

NIM : 11512006

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Judul : PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI PECAHAN DENGAN MEDIA PETAK PERSEGI SATUAN PADA SISWA KELAS V MI MA’ARIF

KUTOWINANGUN TAHUN AJARAN 2015/2016

Telah kami setujui untuk dimunaqasahkan.

Salatiga, 2016 Pembimbing

Dr. Winarno, S.Si., M.Pd. NIP. 19730526 199903 1004

(5)

SKRIPSI

SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA MATERI OPERASI PECAHAN

DENGAN MEDIA PETAK PERSEGI SATUAN PADA SISWA

KELAS V MI MA’ARIF KUTOWINANGUN

TAHUN AJARAN 2015/2016

DISUSUN OLEH

ASHA SEPTIANTI NUR ROHMAH

NIM: 115-12-006

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 1 Juni 2016 dan telah dinyatakan memenuhi syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji

NIP. 19670121 199903 1 002

KEMENTRIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JL. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax. 323433 Kode Pos. 50721 Salatiga

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: nama : Asha Septianti Nur Rohmah

nim : 11512006

fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 4 Februari 2016 Yang menyatakan,

Asha Septianti Nur Rohmah NIM. 11512006

(7)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Man Jadda Wajada(ًّ دَجًَّوًّ دَجًّ نَم)

Barangsiapa bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil

PERSEMBAHAN

Untuk orang tuaku, Para dosenku, saudara-saudaraku, Teman-teman seperjuanganku, para sahabatku

Dan teman spesialku yang selalu setia “menungguku.”

(8)

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum wr.wb.

Puji syukur kami mengucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua. Sehingga penulis bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan ridho-Nya. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada nabi besar kita Nabi Muhammad SAW.

Atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi hasil penelitian ini yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Pecahan dengan Media Petak Persegi Satuan pada Siswa Kelas V

MI Ma’arif Kutowinangun Tahun Ajaran 2015/2016” sesuai dengan rencana.

Selanjutnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu pembuatan skripsi ini:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Intitut Agama Islam Negeri IAIN Salatiga yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

2. Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

3. Peni Susapti, S.Si., M.Si., selaku Ketua Jurusan PGMI IAIN Salatiga yang telah memberikan segala fasilitas dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Winarno, S.Si.,M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyususnan skripsi ini.

(9)

5. Khurur Rozad, S.Pd.I., selaku kepala sekolah MI Ma’arif Kutowinangun yang telah mengijinkan penulis melaksanakan penelitian.

6. Ahmad Muniri. S.Pd.I., yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

7. Bapak M. Hasyim Ashari dan Ibu Is Baqiroh, yang telah membesarkan penulis hingga bisa menjadi yang sekarang ini.

8. Nurida A’sha F, S.Pd., yang telah mendukung demi selesainya skripsi ini. 9. Nana Apriana Nur H, yang tidak mengganggu sehingga skripsi ini selesai

dengan lancar.

10. Orang-orang terdekat dan pembaca yang budiman.

Semoga skripsi ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas bagi kita semua dan dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada para pembaca khususnya para mahasiswa-mahasiswi IAIN Salatiga. Kami sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan skripsi kami di masa yang akan datang dan penulis juga mengharapkan saran dan kritiknya dari para pembaca.

Wassalammu’alaikum wr.wb.

Salatiga, 9 September 2015

Penulis

(10)

ABSTRAK

Septianti N.R, Asha. 2016. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Pecahan dengan Media Petak Persegi Satuan pada Siswa Kelas V

MI Ma’arif Kutowinangun Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dr. Winarno, S.Si., M.Pd.

Kata Kunci : Hasil Belajar dan Media Petak Persegi Satuan

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh siswa kelas V MI Ma’arif Kutowinangun yang mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran dengan materi-materi yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan berbagai bentuk pecahan. Terutama ketika berhadapan pada soal-soal operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan yang penyebutnya berbeda. Hal ini ditunjukkan oleh hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh penulis. Dengan KKM 60, dari 14 siswa kelas V, baru 9 siswa yang memenuhi nilai KKM dan sisanya belum dapat mencapai nilai KKM.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar matematika materi Operasi pecahan dengan media petak persegi satuan pada siswa kelas V MI

Ma’arif kutowinangun tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini ialah sisiwa

kelas V MI Ma’arif Kutowinangun yang berjumlah 20 siswa siswa yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki. Sedangkan pengumpulan datanya diperoleh melalui wawancara, observasi, dan hasil evaluasi melalui tes tertulis yang kemudian dianalisis data dengan persentase.

Berdasarkan Penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika, Operasi pecahan dengan media petak persegi satuan. Dari banyaknya siswa yang berjumlah 20, yang tuntas dengan KKM 60 pada siklus I, sebayak 16 siswa atau 80%. Kemudian meningkat

pada siklus II, seluruh siswa kelas V MI Ma’arif Kutowinangun yang mencapai

nilai KKM adalah 100%.

(11)

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBINNG ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 5

E. Kegunaan Penelitian ... 6

F. Definisi Operasional ... 7

G. Metode Penelitian ... 12

(12)

1. Rancangan Penelitian ... 12

2. Subjek Penelitian ... 13

3. Langkah-langkah ... 14

4. Instrumen Penelitian... 16

5. Pengumpulan Data ... 17

6. Analisis Data ... 18

H. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 20

A. Hasil Belajar ... 20

B. Matematika ... 22

1. Penjumlahan Pecahan... 24

2. Pengurangan Pecahan... 28

C. Media Petak Persegi Satuan ... 31

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ... 40

A. Deskripsi Pelaksanaaan Pra Siklus ... 40

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 41

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Deskripsi Per Siklus ... 49

B. Pembahasan ... 57

BAB IV KESIMPULAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

(13)

DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Nama Siswa ... 13

Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 40

Tabel 4.1 Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 50

Tabel 4.2 Keaktifan Siswa Siklus I ... 53

Tabel 4.3 Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 54

Tabel 4.4 Keaktifan Siswa Siklus II ... 57

Tabel 4.5 Data Hasil Penelitian Per Siklus ... 57

Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa ... 58

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Petak Persegi Satuan ... 11

Gambar 1.2 Prosedur Pelaksanaan PTK ... 12

Gambar 2.1 Contoh Penjumlahan Pecahan Biasa ... 24

Gambar 2.2 Contoh Penjumlahan Pecahan Biasa ... 25

Gambar 2.3 Contoh Kotak1 Penjumlahan Pecahan Biasa ... 25

Gambar 2.4 Contoh Penjumlahan Pecahan Biasa ... 25

Gambar 2.5 Contoh Kotak2 Penjumlahan Pecahan Biasa ... 26

Gambar 2.6 Contoh Penjumlahan Pecahan Campuran ... 27

Gambar 2.7 Contoh Pengurangan Pecahan Biasa ... 28

Gambar 2.8 Contoh Pengurangan Pecahan Biasa ... 28

Gambar 2.9 Contoh Kotak1 Pengurangan Pecahan Biasa ... 28

Gambar 2.10 Contoh Pengurangan Pecahan Biasa ... 29

Gambar 2.11 Contoh Kotak2 Pengurangan Pecahan Biasa ... 29

Gambar 2.12 Contoh Pengurangan Pecahan Campuran ... 30

Gambar 2.13 Petak Persegi Satuan ... 35

Gambar 2.14 Pembuatan Petak Persegi Satuan... 36

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 3. Analisis Hasil Evaluasi Belajar

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Lampiran 5. Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Siklus I

Lampiran 6. Lembar Observasi Siswa Siklus I Lampiran 7. Lembar Observasi Guru Siklus I Lampiran 8. Daftar Nilai Tes Siklus I

Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajran (RPP) Siklus II Lampiran 10. Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Siklus II

Lampiran 11. Lembar Observasi Siswa Siklus II Lampiran 12. Lembar Observasi Guru Siklus II Lampiran 13. Daftar Nilai Tes Siklus II

Lampiran 14. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 15. Lembar Konsultasi Pembimbing

Lampiran 16. Riwayat Hidup Penulis Lampiran 17. Petak Persegi Satuan Lampiran 18. Dokumentasi

Lampiran 19. SKK

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Belajar akan membuat seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu, yang tidak bisa menjadi bisa, dan terjadi perubahan tingkah laku pada dirinya baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagaimana Sutikno (2014:187) menyatakan bahwa proses belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk dapat memperoleh suatu perubahan yang baru. Namun, banyak guru yang kurang peka dalam merubah dan meningkatkan hasil belajar siswanya. Sehingga kurang adanya peningkatan hasil belajar yang diharapkan.

Matematika menurut Jannah (2011:17-25) pada awalnya adalah ilmu hitung atau ilmu tentang perhitungan berbagai benda ataupun yang lainnya. Kalau kita lihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan. Matematika merupakan ilmu pasti dan konkret, artinya matematika menjadi ilmu nyata (real) yang bisa diaplikasikan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai bentuk. Jadi dalam penerapan hidup kita sehari-hari tidak terlepas dari ilmu matematika.

(18)

Dalam permendiknas no 22 tahun 2006 tentang standar isi, salah satu Kompetensi Dasar (KD) pada mata pelajaran Matematika di kelas V SD/MI adalah menjumlah dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan. Siswa mengalami kesulitan materi ini karena siswa belum memahami cara menyamakan penyebut. Baik itu pada operasi penjumlahan pecahan, maupun pengurangan pecahan.

Menurut Hamalik (1989:18) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi materi yang akan disampaikan. Siswa akan lebih mudah menyerap ilmu baru dan lebih aktif di kelas.

Dari hasil wawancara kepada Bapak Muniri, selaku wali kelas V di

MI Ma’arif Kutowinangun menunjukkan, siswa kesulitan dalam menerima

pelajaran dengan materi-materi yang berhubungan dengan operasi pecahan. Terutama ketika berhadapan pada soal-soal operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan yang penyebutnya berbeda. Dibuktikan dengan masih banyaknya siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). KKM untuk mata pelajaran matematika yang

diterapkan di MI Ma’arif kutowinangun ini adalah 60. Dari 14 siswa kelas

V, baru 9 siswa yang memenuhi nilai KKM dan sisanya belum dapat

(19)

mencapai nilai KKM. Ini berarti masih banyak siswa yang belum menguasai materi Operasi pecahan.

Oleh sebab itu, perlu adanya alternative pemecahan, diantaranya media yang dirasa cocok untuk meningkatkan hasil belajar pada materi operasi pecahan adalah dengan menggunakan media berupa petak persegi satuan. Siswa akan memahami cara mudah dalam menyetarakan penyebut, sehingga akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

Hidayah dan Sugiarto menyatakan dalam workshop I, FMIPA UNNES, 2004, yang dimaksud dengan petak persegi satuan ialah alat peraga yang dibuat dari plastik transparan (mika) berbentuk persegi atau persegi panjang digaris menjadi petak-petak persegi. Namun ada sedikit modifikasi dengan mengganti mika dengan kertas karton/withe board. Penggunaan media tersebut pada pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan menggunakan spidol atau mika warna-warni untuk membedakan tiap bagian kotak yang telah digunakan untuk menulis. Dengan perkembangan ketersediaan bahan saat ini, kertas bertitik/berpetak ini dapat dibuat menggunakan with board (dengan titik/petak menggunakan spidol permanen), dan pengerjaannya dengan spidol with board yang dapat dihapus (Muhsetyo.,dkk, 2011:2.30).

Inilah yang membuat penulis merasa perlu mengangkat masalah ini menjadi sebuah judul penelitian, yaitu: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Pecahan dengan Media Petak Persegi

(20)

Satuan pada Siswa Kelas V MI Ma’arif Kutowinangun Tahun Ajaran

2015/2016.” Maka perlu adanya action research, untuk memperoleh data-data empirik yang dibutuhkan untuk membuktikan bahwa media petak persegi satuan dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika materi menjumlahan dan mengurangan berbagai bentuk pecahan pada

siswa kelas V di MI Ma’arif Kutowinangun.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah “Apakah terjadi peningkatan hasil belajar matematika materi operasi pecahan

dengan media petak persegi satuan pada siswa kelas V MI Ma’arif

Kutowinangun tahun ajaran 2015/2016?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar matematika materi operasi pecahan dengan

media petak persegi satuan pada siswa kelas V MI Ma’arif kutowinangun

tahun ajaran 2015/2016.

(21)

D. HIPOTESIS TINDAKAN DAN INDIKATOR KEBERHASILAN 1. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan (Sugiyono, 2006:96). Dalam penelitian ini, rumusan hipotesisnya adalah terjadi peningkatan hasil belajar matematika materi operasi pecahan

dengan media petak persegi satuan pada siswa kelas V MI Ma’arif

Kutowinangun tahun ajaran 2015/2016.

2. Indikator Keberhasilan

Penggunaan media petak persegi satuan dikatakan berhasil, apabila indikator yang diharapkan tercapai. Indikator yang dipakai peneliti dalam hal ini yaitu KKM mata pelajaraan matematika di MI

Ma’arif Kutowinangun. Peneliti sangat berharap, siswa dapat

mencapai indikator/standar yang telah ditentukan, sehingga penelitian yang dilakukan dapat berhasil. Indikator tersebut antara lain:

a. Ada perubahan hasil belajar secara berkelanjutan dari siklus pertama ke siklus kedua dan seterusnya.

b. Siswa kelas V MI Ma’arif Kutowinangun dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada pembelajaran matematika, yakni 60, dan 85% dari siswa yang ada di dalam kelas tersebut tuntas mencapai KKM kelas.

(22)

E. KEGUNAAN PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah khasanah keilmuan dan memberikan sumbangan pendidikan.

b. Dapat memberikan konstribusi untuk mengembangkan penggunaan media pada pembelajaran matematika.

2. Manfaaat Praktis a. Bagi Siswa

1) Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pecahan.

2) Meningkatkan keefektifan siswa tentang konsep operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan.

b. Bagi Guru

1) Memberikan alternatif penggunaan media petak persegi satuan dalam proses belajar matematika materi pecahan.

2) Membudayakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk memecahkan permasalahan berkaitan dengan proses pembelajaran.

c. Bagi Madrasah

1) Sebagai masukan bagi madrasah dalam penggunaan media dengan variatif dan sebagai penunjang proses

(23)

pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

2) Meningkatkan kualitas pendidikan matematika di sekolah.

F. DEFINISI OPERASIONAL

Agar tak terjadi multi tafsir dalam memahami istilah-istilah yang ada dalam judul, maka perlu adanya penegasan istilah.

1. Upaya

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat (2008) Upaya/ikhtiar bertujuan untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dan sebagainya.

2. Peningkatan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi

Keempat (2008) “Peningkatan” berasal dari kata dasar “tingkat”,

yang artinya proses, cara, perbuatan meningkat (usaha, kegiatan, dan sebagainya).

3. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa adalah berupa skor/nilai. Menurut Susanto (2013:5) makna hasil belajar, yaitu: perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, atau psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.

(24)

4. Matematika

Matematika berasal dari kata mathema dalam bahasa yunani

yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar,” juga

mathematikos yang diartikan sebagai “suka belajar”. Sehingga dari pengertian tersebut, sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak suka atau takut matematika, karena bila kita tidak suka matematika berarti kita tidak suka belajar (Sriyanto, 2007:12).

Sedangkan menurut Jannah (2011:17-25) pada awalnya, matematika adalah ilmu hitung atau ilmu tentang perhitungan berbagai benda ataupun yang lainnya. Kalau kita lihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan. Matematika merupakan ilmu pasti dan konkret. Artinya matematika menjadi ilmu nyata (real) yang bisa diaplikasikan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai bentuk. Jadi dalam penerapan hidup kita sehari-hari tidak terlepas dari ilmu matematika.

5. Pecahan

Pecahan ialah bagian dari sesuatu yang utuh. Dengan kata lain, pecahan merupakan hubungan perbandingan antara bagian-bagian dari suatu obyek dengan obyek keseluruhan (Saleh, 2009:2).

(25)

Ada dua macam pecahan yang sering kita temui pada operasi hitung

0 serta a < b (Mutijah dan Novikasari, 2009:97). Bilangan

a disebut pembilang dan bilangan b disebut penyebut.

Contoh: 1

2

b. Pecahan Campuran

Pecahan campuran adalah pecahan yang pembilangnya lebih besar dari penyebutnya, sehingga jika disederhanakan akan menghasilkan bilangan bulat dan

pecahan. Contoh: 3 terletak diantara dua pihak (orang, golongan, dan sebagainya), perantara, atau penghubung. Menurut Arsyad (1997:4) media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran, maka media itu disebut

(26)

media pengajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar, sering pula pemakaian kata media pengajaran diganti dengan istilah lain yaitu alat peraga.

7. Petak Persegi Satuan

Hidayah dan Sugiarto menyatakan dalam workshop I,

FMIPA UNNES, 2004, petak persegi satuan ialah alat peraga yang dibuat dari plastik transparan (mika) berbentuk persegi atau persegi panjang digaris menjadi petak-petak persegi. Namun penulis melakukan sedikit modifikasi dengan mengganti mika dengan kertas karton/white board. Penggunaan media tersebut pada pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan menggunakan spidol atau mika berwarna-warni untuk membedakan tiap bagian kotak yang telah digunakan untuk menulis. Dengan perkembangan ketersediaan bahan saat ini, kertas bertitik/berpetak ini dapat dibuat menggunakan with board (dengan titik/petak menggunakan spidol permanen), dan pengerjaannya dengan spidol with board yang dapat dihapus (Muhsetyo.,dkk, 2011:2.30).

(27)

Gambar 1.1 Petak Persegi Satuan

(28)

G. METODE PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas

(action research) yang dilaksanakan melalui 2 Siklus yang berisi: siklus I dan siklus II. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi Operasi pecahan dengan media petak persegi satuan pada siswa kelas V MI Ma’arif Kutowinangun tahun ajaran 2015/2016. Masing-masing siklus dilakukan dengan empat tahap, yaitu: perencanaan (planning),

tindakan (acting), pengamatan (observasi), dan refleksi (reflecting).

Gambar 1.2. Prosedur PTK (Elfanany, 2013:61) Observing

Reflecting

Acting

Planning

Observing

Acting Planning Reflecting

(29)

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam PTK ini adalah siswa-siswi kelas V

MI Ma’arif Kutowinangun yang berjumlah 20 siswa yang terdiri

dari 11 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki.

Tabel 1.1 Daftar Nama Siswa

No Nama Siswa L/P Alamat

1 A L Kutowinangun

2 B L Kutowinangun

3 C P Kutowinangun

4 D P Kutowinangun

5 E P Karangpete

6 F P Kutowinangun

7 G P Kalibening

8 H P Kutowinangun

9 I L Kutowinangun

10 J L Kutowinangun

11 K L Kutowinangun

12 L P Gunungsari

(30)

13 M P Cebongan

14 N P Kutowianngun

15 O L Kutowinangun

16 P L Kutowinangun

17 Q P Gunungsari

18 R L Kutowinangun

19 S P Kalisombo

20 T L Kutowinangun

3. Langkah-langkah (Siklus) Penelitian

Dalam buku pedoman penulisan skripsi dan tugas akhir diuraikan langkah-langkah atau prosedur penelitian PTK, yakni: a. Perencanaan tindakan menggambarkan secara rinci hal-hal

yang dilakukan sebelum pelaksanaaan tindakan (seperti: penyiapan perangkat pembelajaran berupa skenario pembelajaran, media, bahan dan alat, instrumen observasi, evaluasi, dan refleksi). Dalam pelitian ini, peran peneliti adalah pengajar sekaligus peneliti.

(31)

b. Pelaksanaan tindakan berisi uraian tahapan-tahapan tindakan yang dilakukan oleh peneliti maupun siswa dalam pembelajaran.

c. Observasi menggambarkan objek (fokus) yang diamati dan cara pengamatannya.

d. Tahap evaluasi menguraikan cara melakukan assessment

(penilaian) serta hasil yang diperoleh.

e. Terakhir dalam tahap refleksi diuraikan hasil perenungan mengenai keberhasilan dan/atau kegagalan tindakan, baik terkait dengan prosedur, alat, pelaku, sumber informasi, dan cara analisisnya.

Menurut Elfanany (2013:61-66) prosedur pelaksanaan penelitian ini bisa dipaparkan sebagai berikut:

a. Siklus I

Meliputi tahap perencanaan (planning), tindakan

(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Refleksi dari evaluasi tindakan yang telah dilakukan, baik yang sudah berhasil sesuai dengan rencana dan yang perlu diperbaiki, digunakan sebagai acuan untuk menyusun rencana tindakan pada siklus selanjutnya.

(32)

b. Siklus II

Meliputi tahap langkah-langkah seperti pada siklus I, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian sebagai alat pengumpul data yang dilakukan dalam penelitian ini ialah:

a. Wawancara

Wawancara adalah alat adalah alat pengumpul data yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan, persepsi, keinginan, keyakinan, dan lain-lain dari individu/responden (Sudjana (1989:105).

Sedangkan menurut Djamarah (2000:220) wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewawancarai dengan yang diwawancarai. Untuk memudahkan pelaksanaannya perlu disediakan pedoman wawancara berupa pokok-pokok yang akan ditanyakan.

b. Lembar Observasi

Menurut Sudjana (1989:109) observasi sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang

(33)

dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.

c. Tes

Menurut Sudjana (1989:100) tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan ja-waban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau dapat secara lisan atau secara perbuatan. Menurut Djamarah (2000:218-219) tes tertulis merupakan alat penilaian yang dijawab oleh siswa, meliputi:

1) Tes bentuk uraian, yaitu semua bentuk tes yang pernyataaannya membutuhkan jawaban dalam bentuk uraian. Tes ini menuntut kemampuan siswa untuk mengorganisasi dan merumuskan jawaban dengan kata-kata sendiri.

2) Tes bentuk objektif, yaitu semua bentuk tes yang mengharuskan siswa memilih di antara kemungkinan-kemungkinan jawaban yang disediakan, memberi jawaban singkat, atau mengisi jawaban pada kolom titik-titik yang disediakan.

5. Pengumpulan Data a. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada guru wali kelas V MI

Ma’arif Kutowinangun, untuk memperoleh informasi

(34)

mengenai kendala atau kesulitan dalam pembelajaran matematika.

b. Observasi

Guru melakukan pengamatan terhadap siswa pada setiap siklus, untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dan peningkatan hasil belajar siswa terhadap materi matematika yang diajarakan.

c. Tes Tertulis

Setiap siklus, guru memberikan tes terhadap siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan peserta didik pada setiap siklus yang telah dilalui.

6. Analisis Data

Untuk mengolah data yang terkumpul dari hasil penelitian, analisis reflektif yang digunakan peneliti untuk menentukan progam aksi pada siklus selanjutnya untuk mendeteksi bahwa kajian tindakan kelas ini sudah mencapai tujuannya, peneliti menggunakan rumus pengolahan data dengan mencari persentase tiap-tiap kegiatan (Djamarah, 2000:226).

Keterangan:

F = Frekuensi dalam menit.

N = Jumlah kegiatan keseluruhan dalam menit. P = Jumlah nilai dalam persen (nilai relatif).

𝐅

𝐍 𝐱 𝟏𝟎𝟎% = 𝐏

(35)

H. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Pada bab ini akan mengantarkan pembaca untuk mengetahui tentang apa, mengapa, dan bagaimana penelitian dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Berisikan teori-teori dari hasil mempelajari dan mengumpulkan data dari berbagai buku dan sumber lain yang memuat penjelasan mengenai peningkatan hasil belajar, pecahan, media, dan petak persegi satuan. BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Berisi subjek yang akan diteliti dan deskripsi pelaksanaan penelitian persiklusnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Merupakan isi atas inti pokok dari apa yang akan penulis uraikan tentang peningkatan hasil belajar matematika materi operasi pecahan dengan media petak persegi satuan pada siswa kelas V MI Ma’arif Kutowinangun tahun ajaran 2015/2016. Dalam bagian ini akan disajikan hasil penelitian sesuai dengan urutan tujuan perbaikan/tujuan penelitian. BAB IV KESIMPULAN

Berisi kesimpulan dan saran-saran.

(36)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

Menurut Susanto (2013:5) makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, atau psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar, yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Pemerolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu, apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep (Anni, 2007:5). Sehingga, hasil belajar merupakan perubahan pada diri siswa kearah yang lebih baik yang menyangkut aspek pengetahuan (knowlage), sikap (attitude), maupun keterampilan (skill).

Klasifikasi hasil belajar menurut Uno (2009:21), variabel hasil pembelajaran juga dapat diklasifikasikan dengan cara yang sama. Pada tingkat yang amat umum sekali, hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

(37)

a. Keefektifan

Ada empat aspek penting yang dapat dipakai untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran, yakni:

1) Kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari atau yang

sering disebut dengan “tingkat kesalahan”.

2) Kecepatan unjuk kerja. 3) Tingkat alih belajar.

4) Tingkat retensi dari apa yang dipelajari.

b. Efisiensi Pembelajaran

Biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai si belajar dan/atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan.

c. DayaTarik

Daya tarik pembelajaran, erat sekali kaitannnya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya.

Menurut Anni (2007:14) seperangkat faktor yang memberikan konstribusi terhadap hasil belajar peserta didik adalah kondisi internal dan kondisi eksternal, yang akan diuraikan sebagai berikut:

a. Kondisi internal (kondisi dari dalam peserta didik), mencakup kondisi fisik, seperti kemampuan kesehatan organ tubuh; kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi sosial, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan.

(38)

Kesempurnaan dan kualitas kondisi internal yang dimiliki oleh pembelajar akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses dan hasil belajar.

b. Kondisi eksternal (kondisi dari luar peserta didik), antara lain variasi dan derajat kesulitan materi (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar.

B. Matematika

Matematika berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani yang

diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar,” juga

mathematikos yang diartikan sebagai “suka belajar” (Sriyanto, 2007:12). Dari pengertian tersebut, sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak suka atau takut matematika, karena bila kita tidak suka matematika berarti kita tidak suka belajar.

Menurut Jannah (2011:17-25) pada awalnya, matematika adalah ilmu hitung atau ilmu tentang perhitungan berbagai benda ataupun yang lainnya. Kalau kita lihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan. Matematika merupakan ilmu pasti dan konkret. Artinya matematika menjadi ilmu nyata (real) yang bisa

(39)

diaplikasikan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai bentuk. Jadi dalam penerapan hidup kita sehari-hari tidak terlepas dari ilmu matematika.

Menurut Susanto (2013:185) matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan akan aplikasi matematika saat ini dan masa depan tidak hanya untuk keperluan sehari-hari, tapi terutama dalam dunia kerja, dan untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu matematika sebagai ilmu dasar perlu dikuasai dengan baik oleh siswa, terutama sejak usia Sekolah Dasar (SD).

Standar kompetensi untuk mata pelajaran matematika SD/MI terbagi menjadi tiga, yaitu:

a. Bilangan.

b. Pengukuran dan Geometri. c. Pengolahan Data.

Sehingga, penjumlahan dan pengurangan pecahan termasuk ke dalam kelompok bilangan. Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah

(40)

yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut.

Prosedur:

1. Pembilang < Penyebut (Biasa disebut dengan “Pecahan Murni”).

2. Bila ada pecahan campuran dalam operasi, maka angka yang utuh dihitung terlebih dahulu.

3. Luas petak pada pecahan pertama harus sama dengan luas petak pada pecahan kedua.

1. Penjumlahan Pecahan

a. Penjumlahan Pecahan Biasa

Menurut Saleh (2009:16) dua buah pecahan dapat dijumlahkan jika kedua pecahan tersebut memiliki penyebut yang sama. Jadi apabila penyebutnya berbeda, penyebutnya disamakan terlebih dahulu. Penyamaan penyebutnya dapat dilakukan dengan menggunakan media petak persegi satuan seperti contoh dibawah ini:

.𝟏

Gambar 2.1 Contoh Penjumlahan Pecahan Biasa

(41)

Keterangan:

Warna Merah = pembilang. Warna Hitam = penyebut.

Garis Biru = persamaan penyebut.

1) Lihat pecahan pertama pada operasi tersebut. Karena pecahan pertama berpenyebut 2, maka tebalkan mikaberbentuk kotak1 yang luasnya dua petak

persegidengan spidol berwarna hitam, lalu dipotong.

Gambar 2.2 Contoh Penjumlahan Pecahan Biasa

2) Kemudian, lihat penyebut pada pecahan pertama. Karena pembilangnya 1, maka tempelkan mika berwarna merah (dapat dengan warna lain) lain pada kotak1 tersebut yang luasnya hanya satu kotak persegi

satuan.

Gambar 2.3 Contoh Kotak1 Penjumlahan

Pecahan Biasa

3) Lihat pecahan kedua pada operasi tersebut. Karena pecahan kedua berpenyebut 3, maka tebalkan mika berbentuk kotak2yang luasnya tiga petak persegi (buat

di bawah/disamping gambar pecahan pertama)dengan spidol berwarna hitam, lalu dipotong.

Gambar 2.4. Contoh Penjumlahan Pecahan Biasa

(42)

4) Lalu, lihat penyebut pada pecahan kedua. Karena pembilangnya 2, maka tempelkan mika berwarna merah (dapat dengan warna lain) pada kotak2 tersebut

yang luasnya dua petak persegi satuan.

Gambar 2.5. Contoh Kotak2 Penjumlahan Pecahan Biasa

5) Samakan penyebut dari kedua pecahan tersebut dengan cara menggambar ulang kotak1 dan kotak2

secara continue sehingga luas kotak menjadi sama. Agar gambar terlihat jelas maka tebalkan kotak hasil akhir dari kedua pecahan dengan spidol warna biru. Selanjutnya pembilangnya dapat dihitung sesuai dengan operasi penjumlahan pecahan dengan melihat jumlah kotak berwarna merah dengan penyebutnya adalah jumlah kotak pada kotak akhir dari masing-masing kotak1 dan kotak2. (Lihat Gambar 2.1 Contoh Penjumlahan Pecahan Biasa).

Langkah-langkah tersebut menunjukaan bahwa dalam menjumlahkan pecahan yang memiliki penyebut berbeda, maka harus disamakan penyebutnya terlebih dahulu. Gambar petakan-petakan persegi yang telah ditebalkan dan diarsir menunjukkan KPK dari dari masing-masing pecahan dalam operasi tersebut.

(43)

KPK penyebut pecahan (2 dan 3): Kelipatan 2 = 2, 4, 6, .... Kelipatan 3 = 3, 6, .... Maka KPK dari 2 dan 3 = 6.

b. PenjumlahanPecahanCampuran

Caranya hampir sama dengan penjumlahan pada pecahan biasa namun, bilangan bulat pada pecahan campuran tersebut dijumlahkan terlebih dahulu. Apabila salah satu pecahan bukan pecahan campuran maka bilangan bulatnya dianggap sebagai 0 (nol).Contohnya:

.11

Cara mengubah ke benttuk pecahan campuran:

.

7

6

=

1

1

6

Sisa dari hasil bagi 7 dengan 6

Bilangan pembagi (penyebut)

Hasil Bagi 7 dengan 6

(ubah ke bentuk pecahan campuran apabila pembilang

lebih besar daripada penyebutnya)

Gambar 2.6 Contoh Hasil Penjumlahan Pecahan Campuran

(44)

2. Pengurangan Pecahan

a. Pengurangan Pecahan Biasa

Sama halnya pada penjumlahan, pengurangan pecahan pun hanya dapat dilakukan jika kedua pecahan tersebut memiliki penyebut yang sama. (Saleh, 2009:19) Contohnya:

Gambar 2.7 Contoh Pengurangan Pecahan Biasa

1) Lihat pecahan pertama pada operasi tersebut. Karena pecahan pertama berpenyebut 3, maka tebalkan mika berbentuk kotak1 yang luasnya tiga petak persegi

dengan spidol berwarna hitam, lalu dipotong.

Gambar 2.8Contoh Pengurangan Pecahan Biasa

2) Lalu, lihat penyebut pada pecahan pertama. Karena pembilangnya 2, maka tempelkan mika berwarna merah (dapat dengan warna lain) pada kotak1 tersebut

yang luasnya dua petak persegi satuan.

Gambar 2.9 Contoh Kotak1 Pengurangan Pecahan Biasa

(45)

3) Lihat pecahan kedua pada operasi tersebut. Karena pecahan kedua berpenyebut 2, maka tebalkan mika berbentuk kotak2 yang luasnya dua petak persegi.

Dengan spidol warna hitam, lalu dipotong.

Gambar 2.10 Contoh Pengurangan

Pecahan biasa

4) Kemudian, lihat penyebut pada pecahan kedua. Karena pembilangnya 1, tempelkan mika berwarna merah (dapat dengan warna lain) pada kotak2 tersebut

yang luasnya satu petak persegi satuan.

Gambar 2.11Contoh Kotak2 Pengurangan Pecahan Biasa

5) Samakan penyebut dari kedua pecahan tersebut dengan cara menggambar ulang kotak1 dan kotak2

secara continue sehingga luas kotak menjadi sama. Agar gambar terlihat jelas maka tebalkan kotak-kotak hasil akhir dari kedua pecahan dengan spidol warna biru. Selanjutnya pembilang dapat dihitung sesuai dengan operasi pengurangan pecahan dengan mengurangkan jumlah kotak berwarna merah pada kotak1 dengan jumlah kotak berwarna merah pada

kotak2dengan penyebut adalah jumlah kotak pada

kotak akhir dari masing-masing kotak1 dan kotak2

(46)

(Lihat Gambar 2.7 Contoh Pengurangan Pecahan

Biasa).

Langkah-langkah tersebut menunjukaan bahwa dalam menjumlahkan pecahan yang memiliki penyebut berbeda, maka harus disamakan penyebutnya terlebih dahulu. Gambar petakan-petakan persegi yang telah ditebalkan dan diarsir menunjukkan KPK dari dari masing-masing pecahan dalam operasi tersebut, yaitu KPK penyebut pecahan (3 dan 2): Kelipatan 3 = 3, 6, ....

Kelipatan 2 = 2, 4, 6, .... Maka KPK dari 3 dan 2 = 6.

b. Pengurangan Pecahan Campuran

Caranya hampir sama dengan pengurangan pada pecahan biasa namun, bilangan bulat pada pecahan campuran tersebut dijumlahkan terlebih dahulu. Apabila salah satu pecahan bukan pecahan campuran maka bilangan bulatnya dianggap sebagai 0 (nol).

Contohnya:

Gambar 2.12 Contoh Pengurangan Pecahan

(47)

C. Media Petak Persegi Satuan

1. Pengertian Media Petak Persegi Satuan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat (2008) media berarti alat (sarana) komunikasi yang terletak diantara dua pihak (orang, golongan, dan sebagainya), perantara, atau penghubung. Menurut Arsyad (1997:4) media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran, maka media itu disebut media pengajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar, sering pula pemakaian kata media pengajaran diganti dengan istilah lain yaitu alat peraga.

Media dapat berfungsi sebagai alat bantu dalam belajar mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit,serta mudah dipahami. Dengan demikian media dapat berfungsi untuk mempertinggi daya serap dan retensi anak terhadap materi pembelajaran (Asnawir dan Usman, 2002:20).

(48)

Menurut Asnawir dan Usman (2002:15-16), ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain; tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ketepatgunaan, kondisi siswa/mahasiswa, ketersediaan perangkat keras (hardware), dan peranngkat lunak (software), mutu teknis dan biaya. Oleh sebab itu, beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Masalah tujuan pembelajaran ini merupakan komponen utama yang harus diperhatikan dalam memilih media. Dalam penetapan media harus jelas dan operasional, spesifik, dan benar-benar tergambar dalam bentuk perilaku (behaviour).

b. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih media. Sesuai atau tidaknya antara materi dengan mesia yang digunakan akan berdampak pada hasil pembelajaran siswa.

c. Kondisi audien (siswa) dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi siswa. Faktor umur, intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya, dan lingkungan anak menjadi titik perhatian dan pertimbangan dalam memilih media pengajaran.

(49)

d. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang guru. Seringkali suatu media dianggap tepat untuk digunakan di kelas akan tetapi di sekolah tersebut tidak tersedia media atau peralatan yang diperlukan, sedangkan untuk mendesain atau merancang suatu media yang dikehendaki tersebut tidak mungkin dilakukan oleh guru.

e. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada audien (siswa) secara tepat dan berhasil guna, dengan kata lain tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal.

f. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang dengan hasil yangakan dicapai. Pemanfaatan media yang sederhana memungkinkan lebih menguntungkan daripada menggunakan media yang canggih (teknologi tingggi) bilamana hasil yang dicapai tidak sebanding dengan dana yang dikeluarkan.

Menurut Pasaribu dan Simandjuntak (1983:36-38), adapun faktor yang dipakai dalam menentukan alat peraga ialah:

a. Berdayaguna (Effectiveness).

b. Kesederhanaan.

(50)

c. Jumlah waktu yang tersedia dalam menyiapkan alat peraga

software.

d. Biaya.

e. Panjangnya masalah. f. Sifat masalah.

g. Fasilitas lingkungan yang mengharuskan digunakannya alat peraga, seperti ruangan, cahaya, listrik, dan lain-lain.

Sedangkan Hidayah dan Sugiarto menyatakan dalam

workshop I, FMIPA UNNES, 2004 yang dimaksud dengan petak persegi satuan ialah alat peraga yang dibuat dari plastik transparan (mika) berbentuk persegi atau persegi panjang digaris menjadi petak-petak persegi. Namun penulis melakukan sedikit modifikasi dengan mengganti mika dengan kertas karton atau white board. Penggunaan media tersebut pada pembelajaran matematika dapat digunakan dengan menggunakan spidol atau mika berwarna-warni untuk membedakan tiap bagian kotak yang telah digunakan untuk menulis. Dengan perkembangan ketersediaan bahan saat ini, kertas bertitik/berpetak ini dapat dibuat menggunakan white board

(dengan titik/petak menggunakan spidol permanen), dan penger-jaannya dengan spidol white board yang dapat dihapus (Muhsetyo.,dkk, 2011:2.30).

(51)

Gambar 2.13 Petak Persegi Satuan

2. Langkah Pembuatan Petak Persegi Satuan

a. Menyiapkan kertas karton atau white boardberukuran 33 x 39 cm.

(52)

Gambar 2.14 Pembuatan Petak Persegi Satuan

b. Membuat petak-petak persegi dari kertas karton atau white board tersebut dengan ukuran 3 x 3 cm. Sehingga terbentuk 143 petak persegi satuan (Lihat pada Gambar 2.13 Petak Persegi Satuan).

c. Melapisi kertas karton atau white board dengan mika dengan melekatkan dengan double tip dan menebalkannya dengan spidol.

39 cm 33 cm

(53)

3. Cara Pemakaian Petak persegi Satuan untuk Menghitung Operasi Penjumlahan Pecahan

Cara menggunakan/memakai media petak persegi satuan pada operasi penjumlahan pecahan, sebagi berikut:

a. Siapkan soal penjumlahan pecahan yang akan dijawab. b. Membuat pecahan dari soal dengan menggunakan dua mika

berbeda (yang satu untuk pembilang dan satunya lagi untuk penyebutnya) dankemudian akan ditempelkan pada petak persegi satuan.

c. Bersama siswa menyusun pecahan dari mika-mika yang telah dibuat. sehingga kedua pecahan memiliki ujung dan akhir yang sama (jumlah seluruh kotak-kotak dipenuhi mika yang sama banyak).

d. Tebalkan dengan spidol setiap bagian pecahan dari mika yang telah dibuat tadi, agar dapat dibedakan jumlah dari pecahan yang disamakan penyebutnya (menunjukkan KPKnya).

e. Hitung banyaknya mika berwarna merah (dapat dengan menggunakan warna lain) yang menunjukkan pembilang dengan mika berwarna lain yang menunjukkan penyebutnya. f. Operasi penjumlahan pecahan dapat dilakukandengan

mengitung seluruh kotak yang berwarna merah sebagai

(54)

pembilang dan jumlah kotak yang dipenuhi mika sebagai penyebutnya.

4. Cara Pemakaian Petak Persegi Satuan untuk Menghitung Operasi Pengurangan Pecahan

Cara menggunakan/memakai media petak persegi satuan pada operasi pengurangan pecahan, sebagi berikut:

a. Siapkansoalpengurangan pecahan yang akandijawab.

b. Membuat pecahan dari soal dengan menggunakan dua mika berbeda (yang satu untuk pembilang dan satunya lagi untuk penyebutnya) dan kemudian akan ditempelkan pada petak persegi satuan.

c. Bersama siswa menyusun pecahan dari mika-mika yang telah dibuat. sehingga kedua pecahan memiliki ujung dan akhir yang sama (jumlah seluruh kotak-kotak dipenuhi mika yang sama banyak).

d. Tebalkan dengan spidol setiap bagian pecahan dari mika yang telah dibuat tadi, agar dapat dibedakan jumlah dari pecahan yang disamakan penyebutnya (menunjukkan KPKnya).

e. Hitung banyaknya mika berwarna merah (dapat dengan menggunakan warna lain) yang menunjukkan pembilang dengan mika berwarna lain yang menunjukkan penyebutnya.

(55)

f. Operasi pengurangan pecahan dapat dilakukan dengan mengurangkan pembilang pecahan pertama (jumlah seluruh kotak yang berwarna merah pada kotak1) dengan pembilang

pecahan kedua (jumlah seluruh kotak berwarna merah pada kotak2) dengan penyebutnya merupakan jumlah kotak yang

dipenuhi mika.

(56)

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Per Siklus

Kegiatan pra siklus peneliti gunakan untuk melakukan observasi

dan wawancara kepada guru wali kelas V di MI Ma’arif Kutowinagun.

Kegiatan observasi peneliti lakukan pada tanggal 24 Agustus 2015 dan 11 Desember 2016. Observasi ini peneliti lakukan pada pembelajaran matematika. Diharapkan dari pengamatan (observasi) yang peneliti lakukan, peneliti dapat mengetahui metode dan media apa yang digunakan guru untuk mengajar. Rincian dari pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian

No Sikus Peneitian Waktu Pelaksanaan Keterangan

1 Pra Siklus

24 Agustus 2015 dan 11 Desember 2016

2 Siklus 1 11 Januari 2016

3 Siklus 2 13Januari 2016

(57)

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I 1. Perencanaan (Planning)

a. Guru menentukan sub bahasan/materi ajar yang akan

diajarkan yaitu operasi penjumlahan pecahan.

b. Guru mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran).

c. Mempersiapkan media pembelajaran, alat, dan bahan yang

diperlukan dalam pembelajaran.

d. Menyiapkan soal-soal untuk mengetahui hasil belajar siswa. e. Menyiapkan lembar observasi untuk guru, guna mengetahui

perubahan dan perkembangan siswa dalam pembelajaran.

f. Mempersiapkan pengamatan terhadap siswa dengan cara

memperhatikan tingkah lakunya pada saat pembelajaran.

2. Pelaksanaan (Acting)

Pada tahap ini guru selaku peneliti dibantu guru kolaborator melaksanakan kegiatan pembelajaran yang telah didesain sesuai dengan RPP, antara lain:

a. Kegiatan awal

1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, menanyakan kabar, berdo’a bersama, melakukan absensi, mempersiapkan materi ajar, dan media/alat peraga.

(58)

2) Apresepsi:

Guru mendorong siswa mengingat kembali pelajaran kelas IV tentang penjumlahan pecahan dengan meminta siswa menceritakan pengalamannya yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan dengan penyebut sama.

3) Guru menjelaskan tujuan dan cakupan materi yang akan dipelajari.

b. Kegiatan Inti 1) Eksplorasi

a) Siswa diminta mengamati media petak persegi dari kertas karton atau white board di depan kelas.

b) Guru mendorong siswa untuk bertanya,

“Untuk apakah media petak persegi satuan

tersebut?”

2) Elaborasi

a) Guru menjelaskan aturan-aturan dalam operasi penjumlahan pecahan beserta contohnya. b) Guru menjelaskan cara menyamakan penyebut

pada penjumlahan pecahan dengan menggunakan petak persegi satuan.

(59)

c) Guru membagi siswa dalam 4 kelompok, membagikan soal beserta media petak persegi satuan untuk diskusikan jawabannya, dan menyiapkan mika pecahan untuk diambil secara bergiliran tiap kelompok pada saat diskusi.

d) Setiap kelompok yang telah menyelesaikan jawabannya dengan mengunakan petak persegi satuan, harus bisa menjelaskan bagaimana cara menjumlahkan pecahan tersebut.

3) Konfirmasi

a) Perwakilan dari masing-masing kelompok diminta maju ke depan untuk memaparkan hasil diskusi kelompoknya.

b) Guru memberikan hadiah untuk kelompok pertama yang maju kedepan dengan jawaban yang tepat dan benar.

c) Guru menguji keterampilan dan kemampuan siswa dalam soal latihan.

c. Kegiatan Penutup

1) Guru bersama-sama peserta didik membuat kesimpulan pelajaran.

(60)

2) Refleksi tanya jawab, siswa memberikan kesan dan pesan tentang pelajaran yang telah diikuti.

3) Guru meminta siswa untuk membaca materi selanjutnya untuk pertemuan berikutnya, yakni pengurangan pecahan.

4) Penutup dengan do’a bersama.

5) Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.

3. Pengamatan (Observing)

Selama pembelajaran berlangsung, guru bersama guru kolaborator melakukan pengamatan terhadap aktivitas penelitian dan pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menangkap materi yang diajarkan. Kegiatan siswa yang diamati meliputi keaktifan siswa, perhatian siswa, kerjasama kelompok, kemampuan menjawab pertanyaan, dan ketepatan dalam memperagakan media. Sedangkan kegiatan guru yang diamati antara lain, cara berinteraksi dengan siswa, penggunaan strategi dan media yang tepat, cara untuk menyampaikan materi, dan pengkondisian siswa.

4. Refleksi (Reflecting)

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, akan dibuat sebagai bahan refleksi dan evaluasi atas tindakan mana yang sudah berhasil sesuai dengan rencana dan mana yang perlu diperbaiki sebagai acuan untuk menyusun rencana tindakan pada siklus selanjutnya (sklus II).

(61)

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II 1. Perencanaan (Planning)

Rencana perbaikan pada siklus II ini, peneliti berupaya untuk meningkatakan keaktifan, perhatian, kerja kelompok, kemampuan menjawab pertanyaan, ketepatan memperagakan media, serta hasil yang dicapai siswa dalam pembelajaran. Dengan materi yang berbeda, perencanaan yang dilakukan pada siklus II, yaitu:

a. Guru menentukan sub bahasan/materi ajar yang akan diajarkan yaitu operasi pengurangan pecahan.

b. Guru mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

c. Mempersiapkan media pembelajaran, alat, dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran.

d. Menyiapkan soal-soal untuk mengetahui hasil belajar siswa. e. Menyiapkan lembar observasi untuk guru, guna mengetahui

perubahan dan perkembangan siswa dalam pembelajaran. f. Mempersiapkan pengamatan terhadap siswa dengan

memperhatikan tingkah lakunya pada saat pembelajaran.

2. Pelaksanaan (Acting) a. Kegiatan awal

1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan

salam, menanyakan kabar, berdo’a bersama,

(62)

melakukan absensi, mempersiapkan materi ajar dan media/alat peraga.

2) Apresepsi

Guru mendorong siswa untuk mengingat kembali pelajaran kelas IV tentang pengurangan pecahan dengan menceritakan pengalamannya yang berkaitan dengan pengurangan pecahan dengan penyebut sama.

3) Menjelaskan tujuan dan cakupan materi yang akan dipelajari.

b. Kegiatan Inti 1) Eksplorasi

a) Siswa diminta mengamati media petak persegi dari kertas karton atau white board di depan kelas.

b) Guru mendorong siswa untuk bertanya,

“Untuk apakah media petak persegi satuan

tersebut?”

2) Elaborasi

a) Guru menjelaskan aturan-aturan dalam operasi pengurangan pecahan beserta contohnya. b) Guru menjelaskan cara menyamakan penyebut

pada pengurangan pecahan menggunakan petak persegi satuan dengan meminta salah

(63)

satu siswa mem-bacakan prosedurnya sesuai penjelasan guru ada pertemuan sebelumnya. c) Guru membagi siswa dalam 4 kelompok,

membagikan soal pengurangan pecahan, media petak persegi satuan, beserta mika pecahan untuk diskusikan jawabannya.

d) Setiap kelompok yang telah menyelesaikan jawabannya dengan menggunakan petak persegi satuan, harus bisa menjelaskan bagaimana cara mengurangkan pecahan tersebut.

3) Konfirmasi

a) Perwakilan dari masing-masing kelompok diminta maju ke depan untuk memaparkan hasil diskusi kelompoknya.

b) Guru memberikan hadiah untuk kelompok pertama yang maju kedepan dengan jawaban yang tepat dan benar.

c) Guru menguji keterampilan dan kemampuan siswa dalam soal latihan.

c. Kegiatan Penutup

1) Guru bersama-sama peserta didik membuat kesimpulan pelajaran.

(64)

2) Refleksi tanya jawab, siswa memberikan kesan dan pesan tentang pelajaran yang telah diikuti.

3) Guru meminta siswa untuk rajin dan giat dalam belajar.

4) Penutup dengan do’a bersama.

5) Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.

3. Pengamatan (Observing)

Guru melakukan pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menangkap materi yang diajarkan. Guru juga memberikan pengarahan kepada siswa yang kurang memperhatikan pelajaran dan mendorong siswa untuk bertanya. Sedangkan guru kolaborator melakukan pengamatan terhadap aktivitas penelitian dalam mengelola pembelajaran di dalam kelas.

4. Refleksi (Reflecting)

Dari hasil pengumpulan data yang telah dilakukan peneliti pada siklus ini, telah menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dibandingan dengan siklus I. Walaupun dari hasil pengamatan masih ada sedikit kendala, namun intensitasnya sangat kecil dan hasil yang dicapai sudah dapat memenuhi KKM kelas sebesar 85%. Sehingga, peneliti merasa tidak perlu untuk melanjutkan ke siklus selanjutnya.

(65)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Per Siklus 1. Pra Siklus

Sebelum melakukan penelitian, dilaksanakan tahap pra siklus dengan melakukan wawancara dan observasi/pengamatan pada tanggal 24 Agustus 2015 dan tanggal 11 Desember 2015.

Berdasarkan penuturan guru wali kelas V MI Ma’arif

Kutowinangun, siswa mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran dengan materi yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan berbagai bentuk pecahan. Terutama ketika berhadapan pada soal-soal operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan yang berpenyebut berbeda. Banyak siswa yang masih belum tuntas ketika dihadapkan pada soal-soal penjumlahan dan pengurangan pecahan. Dari 14 siswa, baru 9 siswa yang tuntas memenuhi nilai KKM yaitu sebesar 60.

Selanjutnya, Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kondisi dan keadaan siswa pada saat mengikuti pembelajaran dan cara guru wali kelas V MI Ma’arif Kutowinangun dalam mengelola dan menyampaikan pembelajaran. Didapatkan bahwa siswa pada saat mengikuti pembelajaran kurang memperhatikan guru dalam menjelaskan pembelajaran. Banyak siswa yang malah asyik sendiri,

(66)

bercerita dengan temannya, dan lain-lain. Guru juga tidak pernah menggunakan media saat menyampaikan pembelajaran. Sehingga, guru hanya memberikan rumus-rumus saja.

2. Siklus I

a. Hasil Penelitian Siklus I

Dalam memberikan hasil belajar siswa, peneliti mengacu pada pencapaian target KKM siswa. KKM untuk

mata pelajaran matematika yang diterapkan di MI Ma’arif

Kutowinangun ini adalah 60. Apabila nilai yang didapatkan siswa sama atau lebih besar dari 60, maka siswa tersebut

dinyatakan “Tuntas.” Apabila nilai siswa masih dibawah

KKM maka siswa tersebut dinyatakan “Tidak Tuntas.”

Pada siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 11 Januari 2016 ini, pencarian data dilakukan dengan cara menggunakan tes tertulis sebagai instrumen pengumpul data. Adapun data yang diperoleh dari hasil tes yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I

No Nama Siswa Nilai Ketuntasan

1 A 80 (Tuntas)

2 B 70 (Tuntas)

3 C 60 (Tuntas)

4 D 60 (Tuntas)

(67)

5 E 50 (Tidak Tuntas)

6 F 80 (Tuntas)

7 G 90 (Tuntas)

8 H 70 (Tuntas)

9 I 60 (Tuntas)

10 J 60 (Tuntas)

11 K 50 (Tidak Tuntas)

12 L 80 (Tuntas)

13 M 50 (Tidak Tuntas)

14 N 70 (Tuntas)

15 O 60 (Tuntas)

16 P 90 (Tuntas)

17 Q 60 (Tuntas)

18 R 90 (Tuntas)

19 S 60 (Tuntas)

20 T 40 (Tidak Tuntas)

Dari data di atas menunjukkan bahwa persentase siswa yang tuntas, yaitu:

P = F

Nx 100%

=16

20x 100%

= 80%

(68)

Sedangkan, presentase siswa yang tidak tuntas,yakni:

Berdasarkan analisis di atas, didapatkan hasil bahwa siswa yang tuntas dengan KKM 60 pada siklus I, sebanyak 16 siswa atau 80% dan yang belum tuntas sebanyak 20%.

Dari jumlah siswa kelas V MI Ma’arif Kutowinangun ini

rata-rata kelasnya adalah 66,5.

b. Refleksi

Setelah melakukan penelitian siklus I, terdapat beberapa kendala yang perlu diperhatikan dan menjadi acuan perbaikan pada siklus selanjutnya adalah sebagai berikut: 1) Media yang digunakan masih terlalu baru untuk

siswa. Sehingga pada saat diskusi kelompok siswa masih bingung memilih mika pecahan yang akan dipasangkan pada petak persegi satuan.

2) Beberapa siswa kurang memperhatikan materi yang diajarkan.

3) Beberapa siswa masih belum memiliki keberanian untuk bertanya dan menjawab pertanyaan.

Kurangnya keaktifan siswa tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini.

(69)

Tabel 4.2. Keaktifan Siswa Siklus I

No Aspek Penilaian

Siswa Yang Terlibat dilakukanuntuk perbaikan siklus I adalah:

1) Untuk selanjutnya, sebaiknya siswa dikenalkan lebih dalam dengan media petak persegi satuan dan guru memberikan arahan bagaimana pengaplikasian penggunaan media petak persegi satuan pada operasi hitung pecahan.

2) Sebaiknya yang dilakukan guru adalah mengemas pembelajaran semenarik mungkin. Sehingga, siswa akan antusias dan mau memperhatikan materi yang akan dijelaskan oleh guru.

3) Guru mendorong dan memancing siswa untuk mau bertanya dan menjawab pertanyaan.

(70)

3. Siklus II

a. Hasil Penelitian Siklus II

Pada siklus II yang dilaksanakan pada tanggal 13 Januari 2016 ini, pencarian data dilakukan dengan cara yang sama seperti pada siklus I yaitu dengan menggunakan tes tertulis sebagai instrumen pengumpul data. Adapun data yang diperoleh dari hasil tes yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II

No Nama Siswa Nilai Ketuntasan

1 A 90 (Tuntas)

2 B 80 (Tuntas)

3 C 70 (Tuntas)

4 D 90 (Tuntas)

5 E 80 (Tuntas)

6 F 90 (Tuntas)

7 G 90 (Tuntas)

8 H 90 (Tuntas)

9 I 80 (Tuntas)

10 J 80 (Tuntas)

11 K 80 (Tuntas)

12 L 90 (Tuntas)

13 M 90 (Tuntas)

(71)

14 N 90 (Tuntas) siswa yang tuntas, yaitu:

P = F

Nx 100%

= 20

20x 100%

= 100%

Sedangkan, presentase siswa yang tidak tuntas,yakni:

P = F

Nx 100%

= 0

20x 100%

= 0%

Berdasarkan analisis di atas, didapatkan hasil bahwa pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan yang cukup signifikan dan berjalan sangat baik sehingga dapat mencapai ketuntasan 100%. Banyaknya siswa yang tuntas dengan KKM 60 pada siklus I, sebayak 16 siswaatau 80%. Selanjutnya meningkat pada siklus II, seluruh siswa kelas V

Gambar

Gambar 1.1 Petak Persegi Satuan
Gambar 1.2. Prosedur PTK (Elfanany, 2013:61)
Tabel 1.1 Daftar Nama Siswa
Gambar 2.1 Contoh Penjumlahan Pecahan Biasa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Operasi Bilangan Pecahan Sederhana Dengan Menerapkan Pendekatan Kontekstual.. Universitas

Permasalahan yang dikaji pada penelitian ini adalah: (1) Bagaimana hasil belajar matematika materi operasi hitung bilangan pada siswa kelas V MI Hasyim Asy’a ri sebelum

Peningkatan hasil belajar peserta didik melalui Media Kartu Pecahan materi Pecahan dalam pembelajaran Matematika kelas III di SDN 02 Balai Sepuak, Kabupaten

Dengan demikian pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 09 Singkam terhadap materi operasi penjumlahan pecahan dalam mata

Abstrak: Masalah umum dalam penelitian ini adalah apakah dengan menggunakan media teropong pecahan pada pembelajaran matematika materi pecahan dapat meningkatkan

Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan hasil belajar matematika pada materi pecahan siswa kelas V SDN Mintomulyo setelah diterapkannya pendekatan

Abstrak: Masalah umum dalam penelitian ini adalah apakah dengan menggunakan media teropong pecahan pada pembelajaran matematika materi pecahan dapat meningkatkan

Penelitian ini menemukan bahwa dalam memecahkan masalah matematika berbasis HOTS pada materi operasi hitung pecahan, siswa kelas V SDN 027 Renggeang dengan kemampuan matematika tinggi