ANALISIS PERAN AUDIT INTERNAL DALAM
MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN
DI BMT TARUNA SEJAHTERA
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
DISUSUN OLEH
YUDHA PRASETIYO
NIM : 64010150035
PROGRAM STUDI D III PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
ANALISIS PERAN AUDIT INTERNAL DALAM
MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN
DI BMT TARUNA SEJAHTERA
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
DISUSUN OLEH
YUDHA PRASETIYO
NIM : 64010150035
PROGRAM STUDI D III PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
~ MOTTO ~
“
Jadilah seperti berlian hitam, meskipun berwarna hitam maka akan tetap dicari
karena memiliki aspek estetika dan nilai kualitas yang
tinggi”
~ PERSEMBAHAN ~
“Sebagai Ungkapan Rasa Syukurku dan Tanda Bukti Kepada Orang Tuaku”
Tugas Akhir ini pertama saya persembahkan kepada Allah SWT, karena atas izin dan
karunia-Nya maka Tugas Akhir ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya,kedua
untuk Ibuku tercinta Ibu Supriyati, Bapakku tersayang Bapak Suparmin (Alm),
Tanteku terkasih Tante Rismiyati, Nenekku terbaik Nenek Soegiyem, Saudaraku,
Dosen-dosenku terutama Pembimbingku, Pengelola BMT Taruna Sejahtera, dan
para Sahabatku yang senantiasa menjadi penyemangat serta menemani disetiap
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusunan Tugas Akhir ini bisa terselesaikan tepat waktu. Semua ini tak
lepas dari dukungan, bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang terlibat dalam
penulisan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada
Nabi kita yakni Nabi Muhammad SAW, beserta keluargannya, para sahabat, tabi’in
dan tabiat serta kepada kita semua umatnya.
Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat meraih gelar ahli Madya Ekonomi
Syariah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga dengan judul
“ANALISIS PERAN AUDIT INTERNAL DALAM MANAJEMEN RISIKO
PEMBIAYAAN DI BMT TARUNA SEJAHTERA”. Penulis mengakui bahwa semua
ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
Tugas Akhir ini. Karena itulah penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu. Ungkapan
terimakasih terkadang tidak bisa mewakili kata-kata, hingga kiranya penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tuaku, Ibu (Supriyati) dan Bapak (Alm. Suparmin) beserta saudara
yang telah senantiasa mendoakan, membimbing, mengarahkan, memberi
2. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
3. Bapak Dr. Anton Bawono, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Salatiga.
4. Bapak Ari Setiawan, S.Pd., M.M selaku Ketua Prodi Jurusan D-III Perbankan
Syariah.
5. Bapak Qi Mangku Bahjatulloh, Lc. M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Bapak Dr. Faqih Nabhan, M.M. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang
senantiasa sabar membimbing dan mendukung penulis dalam segala bentuk
keluh kesah selama penelitian.
7. Bapak Taufikur Rahman, S.E., M.Si. selaku Dosen pembimbing magang di BMT
Taruna Sejahtera.
8. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga, khususnya
Program Studi Perbankan Syariah D-III yang telah memberikan bekal berbagai
teori, ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat bermanfaat bagi penulis.
9. Seluruh staff dan karyawan di lingkungan IAIN Salatiga khususnya Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam atas segala bentuk bantuannya.
10. Segenap Karyawan BMT Taruna Sejahtera baik Kantor Pusat maupun Kantor
Cabang Tuntang yang telah membantu kelancaran kegiatan penelitian ini.
11. Sahabat-sahabat seperjuangan yang menimba ilmu di IAIN Salatiga, khususnya
pada Jurusan D-III Perbankan Syariah kelas A dan Kelas B angkatan Tahun 2015
12. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
dengan senang hati telah membantu dan terlibat, baik dalam kelancaran
pelaksanaan kegiatan penelitian maupun dalam penyelesaian penyususnan
laporan penelitian ini.
Semoga Allah SWT membalas semua amal baik mereka dengan imbalan yang
lebih baik dari yang mereka berikan kepada penulis dan senantiasa diberikan
kesehatan, keselamatan dan dilindungi Allah SWT dengan ciptaan-Nya. Penulis
menyadari bahwa penulisan dari Tugas Akhir ini jauh dari kata sempurna tapi penulis
akan berusaha untuk membuatnya menjadi mendekati sempurna. Saran dan kritik
yang diberikan sangat berharga dan membantu dalam proses penelitian selanjutnya.
Oleh karena itu, dengan senang hati penulis menerima kritik serta saran yang bersifat
membangun. Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi peneliti dan bagi pembaca
pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Salatiga, 18 Juli 2018
Penulis,
Yudha Prasetiyo
ABSTRAK
Prasetiyo, Yudha. 2018. Analisis Peran Audit Internal dalam Manajemen Risiko Pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera. Tugas Akhir, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi D III Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Dr. Faqih Nabhan, M.M.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana Standar Operasional Prosedur (SOP) Audit Internal dalam manajemen risiko pembiayaan, bagaimana mekanisme audit internal dalam manajemen risiko pembiayaan, dan bagaimana peranan audit internal dalam mengendalikan risiko pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera. Model penelitian kualitatif bersifat deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus pada objek yang diteliti. Sumber data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan wawancara kepada informan yaitu audit internal, manajer pusat, supervisor dan kepala kas kantor cabang tuntang.
Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa Standar Operasional Prosedur (SOP) Audit Internal dalam manajemen risiko pembiayaan pada BMT Taruna Sejahtera yakni mengenai prosedur fungsi utama, tanggung jawab, tugas pokok dan wewenang audit internal dalam manajemen risiko pembiayaan. Mekanisme Audit Internal dalam manajemen risiko pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera meliputi tahap persiapan audit, tahap penyusunan program audit, tahap pelaksanaan penugasan audit, tahap pelaporan audit, tahap tindak lanjut audit dan tahap dokumentasi serta administrasi. Adapun untuk Peran Audit Internal dalam manajemen risiko pembiayaan diklasifikasikan dalam peran pemecah masalah, peran kepatuhan dan peran pengendalian yang diantaranya tertuang dalam laporan audit.
Kata Kunci: Audit Internal, Manajemen Risiko, Pembiayaan di BMT Taruna
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……….………..i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
D. Kegunaan Penelitian... 4
E. Metodologi Penelitian ... 6
F. Sistematika Penulisan ... 10
A. Telaah Penelitian Terdahulu ... 12
B. Kerangka Teori... 17
BAB III GAMBARAN OBJEK PENELITIAN ... 36
A. Sejarah Berdirinya BMT Taruna Sejahtera ... 36
B. Visi dan Misi BMT Taruna Sejahtera ... 38
C. Struktur Organisasi BMT Taruna Sejahtera ... 39
D. Penjabaran Tugas dan Wewenang Masing-Masing Bagian di BMT Taruna Sejahtera ... 40
E. Produk-Produk BMT Taruna Sejahtera ... 80
BAB IV ANALISIS DATA ... 85
A. Standar Operasional Prosedur (SOP) Audit Internal dalam Manajemen Risiko Pembiayaan ... 85
B. Mekanisme Audit Internal dalam Manajemen Risiko Pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera ... 88
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Pembiayaan Berdasarkan Nilai Kolektibilitas ... 95
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pernyataan Keaslian Tulisan dan Kesediaan Publikasi
Lampiran 2 Lembar Declaration
Lampiran 3 Lembar Konsultasi Tugas Akhir
Lampiran 4 Lembar SKK
Lampiran 5 Browsur Mengenai BMT Taruna Sejahtera
Lampiran 6 Browsur Mengenai Rejeki Nomplok Simpanan Amanah
Lampiran 7 Lembar Proposal Penelitian Tugas Akhir
Lampiran 8 Laporan Kolektibilitas Pembiayaan Tahun 2014-2015
Lampiran 9 Laporan Kolektibilitas Pembiayaan Tahun 2015-2016
Lampiran 10 Surat Bukti Wawancara dengan Bapak Yahsun
Lampiran 11 Surat Bukti Wawancara dengan Bapak Muher
Lampiran 12 Surat Bukti Wawancara dengan Mbak Maftria
Lampiran 13 Surat Bukti Wawancara dengan Mbak Novi
Lampiran 14 Surat Bukti Wawancara dengan Bapak Hadi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya perekonomian saat ini banyak orang berlomba-lomba
bersaing untuk mengembangkan bisnis. Pada kenyataanya pelaku bisnis
tersebut kesulitan dalam persoalan dana untuk tambahan modal usahanya.
Beberapa dari mereka mengajukan pembiayaan di Lembaga Keuangan Mikro
Syariah.
Namun proses pemberian pembiayaan di Lembaga Keuagan Mikro
Syariah seperti Bank maupun BMT tidak semudah dulu. Kini terdapat
beberapa tahapan yaitu dimulai dari tahap inisiasi, dimana saat bank
menerima permohonan nasabah atau memberikan penawaran kepada nasabah,
tahap analisis pembiayaan, tahap monitoring, manajemen portofolio
pembiayaan dan tahap penyelesaian atau restrukturasi bila pembiayaan
menjadi bermasalah.
Dalam memberikan pembiayaan senantiasa dihadapkan pada
risiko-risiko. Sebagaimana tertera dalam penjelasan pasal 37 Undang-Undang No.
21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menjelaskan bahwa pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah yang diberikan oleh bank mengandung risiko,
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang sehat. Bank yang tidak
memperhatikan asas-asas pembiayaan yang sehat dalam menyalurkan
pembiayaannya, akan terkena berbagai risiko yang harus ditanggungnya
antara lain: utang/kewajiban pokok pembiayaan tidak dibayar, margin/bagi
hasil/fee tidak dibayar, membengkaknya biaya yang dikeluarkan dan turunnya
kesehatan pembiayaan. Risiko-risiko tersebut dapat mengakibatkan timbul
pembiayaan bermasalah Non Permorming Financing (NPF) yang dapat
disebabkan oleh faktor ekstern maupun intern bank (Faturrahman, 2012:
72-73).
Penerapan manajemen risiko sangat diperlukan karena bank berada
dalam bisnis berisiko tinggi, dimana bank dalam menjalankan usahanya
melakukan penawaran jasa-jasa keuangan, bank juga harus mengambil atau
menerima dan mengelola berbagai jenis risiko keuangan secara efektif agar
dampak negatifnya tidak terjadi. Oleh karena itu, agar terciptanya kondisi
bank yang sehat dan baik maka perlu diterapkannya manajemen risiko dengan
melakukan audit yang dilaksanakan oleh auditor internal.
Salah satu kasus yang ditemukan auditor pembiayaan menyebutkan
adanya kasus berupa side streaming yang disebabkan oleh lemahnya
monitoring pasca pembiayaan, sehingga penggunaan dana pembiayaan tidak
sesuai dengan tujuan awal pembiayaan.
Terjadinya kasus pada pembiayaan tersebut, maka bank perlu
pembiayaan. Audit Internal pembiayaan bertanggung jawab pada
pengendalian risiko-risiko yang dapat menjadikan pembiayaan bermasalah.
Dalam menemukan kasus-kasus seperti pada pembiayaan tersebut, audit
internal tidak jarang akan langsung menginterogasi pegawai BMT bagian
pembiayaan maupun melihat langsung kondisi nasabah. Setelah mendatangi
pihak bank dan nasabah pembiayaan yang bermasalah, audit internal
melakukan penilaian, evaluasi hasil dan memberikan masukan komentar pada
manajemen bank perihal tindakan apa yang perlu dilakukan.
Posisi audit internal ini menjadi penting sebagaimana fungsi dan
tanggung jawabanya dalam mengevaluasi pembiayaan yang disalurkan agar
tidak menjadi bermasalah hingga merugikan bank.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk
mengkaji tentang “Analisis Peran Audit Internal dalam Manajemen
Risiko Pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera". Penelitian ini bukan hanya
penting, namun juga sangat relevan bagi perkembangan lembaga keuangan
syariah, khusunya BMT Taruna Sejahtera selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Agar pembahasan penelitian ini dapat terperinci dan terarah sesuai
dengan latar belakang permasalahkan diatas, rumusan masalah yang
1. Bagaimana Standar Operasional Prosedur (SOP) audit internal dalam
manajemen risiko pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera?
2. Bagaimana mekanisme audit internal dalam manajemen risiko pembiayaan
di BMT Taruna Sejahtera?
3. Bagaimana peran audit internal dalam manajemen risiko pembiayaan di
BMT Taruna Sejahtera?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah penulis paparkan di atas,
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui Standar Operasional Prosedur (SOP) audit internal
dalam manajemen risiko pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera.
2. Untuk mengetahui Mekanisme Audit Internal dalam manajemen risiko
pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera.
3. Untuk mengetahui tentang Peran Audit Internal dalam manajemen risiko
pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian tentang Analisis Peran Audit Internal
dalam Manajemen Risiko Pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera sebagai
1. Bagi Penulis
a. Sebagai syarat program kelulusan DIII Perbankan Syariah dan sebagai
bukti bahwa mahasiswa telah melakukan penelitian.
b. Menambah wawasan dan pengetahuan yang tidak diperoleh selama
perkuliahan yang berkaitan tentang cara mengendalikan risiko
pembiayaan yang terjadi pada BMT Taruna Sejahtera.
2. Bagi Lembaga Keuangan Syariah (BMT)
a. Untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam memaksimalkan peran
audit internal dalam manajemen risiko pembiayaan.
b. Untuk menjaga citra baik sebuah Lembaga Keuangan Syariah.
c. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kepedulian terhadap
masyarakat sekitar.
3. Bagi IAIN Salatiga
a. Memperkenalkan IAIN Salatiga kepada masyarakat luar khususnya
Jurusan DIII Perbankan Syariah
b. Memberi manfaat untuk menambah literature dan wawasan untuk
seluruh mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
c. Menciptakan hubungan baik antara lembaga pendidikan dengan
4. Bagi Pembaca
Menjadi bahan pembanding dalam memperoleh informasi ketika
melakukan penelitian ditempat yang berbeda, sehingga saling dapat
bertukar pikiran satu sama lain.
E. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini
adalah sebagai berikut:
1. Model Penelitian
Model penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field
research), artinya data-data yang digunakan dalam penelitian diperoleh
melalui studi lapangan dengan cara mencatat dan mengumpulkan berbagai
informasi. Jenis penelitian ini menggunakan model kualitatif bersifat
deskriptif. Menurut Wirartha (2006: 134), Penelitian Kualitatif adalah
penelitian yang lebih bersifat untuk mengembangkan teori sehingga akan
menemukan teori baru dan dilakukan sesuai dengan kaidah non statistik.
Peneliti akan menggambarkan secara terperinci tentang peran audit internal
dalam manajemen risiko pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera. Hasil
penelitian berupa kata-kata, gambar dan bukan angka, lebih menekankan
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan terdiri dari dua macam yaitu:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan dan diolah
sendiri oleh peneliti atau langsung dari responden (Supramono dan
Sugiarto, 1993: 11). Data primer yang dibutuhkan oleh peneliti meliputi:
1) Data mengenai profile tim Audit Internal;
2) Data yang berisi Sejarah berdirinya BMT Taruna Sejahtera;
3) Data mengenai Visi dan Misi pada BMT Taruna Sejahtera;
4) Data mengenai jumlah pembiayaan BMT Taruna Sejahtera;
5) Data mengenai jumlah pembiayaan berdasar kolektibilitas BMT
Taruna Sejahtera;
6) Data mengenai Badan Hukum dan Struktur Organisasi pada BMT
Taruna Sejahtera;
7) Data mengenai Kertas Kerja Pemeriksaan Audit;
8) Data mengenai laporan pembiayaan bermasalah dan kolektibilitas 3
tahun terakhir;
9) Data mengenai mekanisme audit internal dalam manajemen risiko
pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera;
10)Data mengenai peran audit internal dalam manajemen risiko
11)Data mengenai SOP audit internal dalam manajemen risiko
pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera.
b. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dalam bentuk
sudah jadi yaitu diolah dan disajikan oleh pihak lain (Supramono dan
Sugiarto, 1993: 11). Data sekunder yang dibutuhkan antara lain:
1) Jurnal-Jurnal ekonomi tentang peran audit internal dalam manajemen
risiko pembiayaan
2) Teori dalam sumber buku ekonomi yang mengenai audit internal,
manajemen risiko, pembiayaan dan BMT.
4. Metode Pengumpulan Data
a. Riset Perpustakaan dan Internet
Riset ini melalui pengumpulan data-data yang diperlukan melalui
buku-buku diperpustakaan dan info-info dari Internet.
b. Wawancara (Interview)
Metode pengumpulan data dengan cara wawancara,
berkomunikasi secara langsung dengan responden dengan maksud
mencari informasi dari subjek penelitian, dalam hal ini adalah pihak
yang terkait langsung dengan audit internal, sehingga dapat memperoleh
data yang lebih lengkap serta akurat. Jenis wawancara yang dipilih
adalah wawancara terbuka dan terstruktur. Dimaksudkan terbuka bahwa
pula apa maksud wawancara tersebut. Sedangkan terstruktur berarti
pewawancara yang menetapkan sendiri masalah pertanyaan yang
diajukan Bagong, Suyanto & Sutinah (2006: 69-70). Wawancara
dilakukan dengan sejumlah responden diantaranya dengan tim auditor
internal, manajer kantor cabang tuntang, teller kantor cabang tuntang,
dan manajer kantor pusat BMT Taruna Sejahtera.
c. Pengamatan (observasi)
Pengamatan menurut Wirartha (2006: 37) yaitu mendeskripsikan
objek penelitian serta memahaminya atau hanya ingin mengetahui
frekuensi suatu kejadian. Dalam observasi ini penulis akan melakukan
pengamatan secara langsung tentang mekanisme audit internal
pembiayaan, peran audit internal dalam manajemen risiko pembiayaan
dan Standar Operasional Prosedur (SOP) audit internal dalam
manajemen risiko pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera.
d. Dokumentasi
Melalui studi dokumentasi atau sumber pustaka, yaitu data yang
sudah tertulis dan diolah oleh orang lain, dengan kata lain data sudah
jadi (Wirartha, 2006: 36). Metode pengumpulan data dengan melihat
atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri
atau orang lain tentang subjek. Adapun bahan dokumenter seperti buku
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini disusun dalam lima bab,
dimana setiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Sistematika penulisan
merupakan uraian secara garis besar mengenai hal-hal pokok yang dibahas,
guna mempermudah dalam memahami dan melihat hubungan suatu bab
dengan yang lainnya. Adapun uraian pada setiap bab adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Di dalam bab ini penulis menguraikan dan menjelaskan
mengenai berbagai hal yang melatarbelakangi dilakukannya
kegiatan penelitian ini, diantaranya latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian yang akan dilakukan, dan sistematika penulisan.
Sehingga permasalah tersebut memiliki titik fokus dan tidak
mengambang dari judul yang dipilih penulis untuk Tugas
Akhir.
BAB II Landasan Teori
Di dalam bab ini penulis menguraikan landasan teori
yang terdiri dari penelitian sebelumnya dan beda penelitian
dengan jurnal yang telah diteliti. Sedangkan yang ada di
landasan teoritik terdiri dari konsep-konsep baru yang
menyelesaikan masalah yang berkenaan dengan topik dan
BAB III Gambaran Umum Objek Penelitian
Di dalam bab ini penulis menguraikan tentang
gambaran umum objek penelitian, yaitu sejarah BMT Taruna
Sejahtera, visi dan misi, struktur organisasi, tugas dan
wewenang dari masing-masing bagian, dan produk-produk
yang ditawarkan BMT Taruna Sejahtera serta menguraikan
perkembangan data BMT Taruna Sejahtera.
BAB IV Analisis Data
Di dalam bab ini penulis menguraikan inti dari rumusan
masalah yang ada. Penulis akan menganalisis tentang Standar
Operasional Prosedur (SOP) audit internal dalam manajemen
risiko pembiayaan, mekanisme audit internal dalam
manajemen risiko pembiayaan dan peran audit internal dalam
manajemen risiko pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera.
BAB V Penutup
Dalam bab ini penyusun menyajikan kesimpulan yang
diambil berdasarkan pada analisis data penelitian yang telah
dilakukan dan berisikan saran yang disusun dari kesimpulan
tersebut, baik bagi pihak objek penelitian ataupun bagi
pihak-pihak lainnya yang membutuhkan untuk digunakan sebagai
bahan referensi yang juga bertujuan demi perbaikan dimasa
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Penelitian Terdahulu
Berdasarkan pada penelaah penelitian terdahulu yang penulis lakukan
berkaitan dengan Audit Internal, penulis menemukan beberapa penelitian
yang bersangkutan secara umum tentang Analisis Peran Audit Internal Dalam
Manajemen Risiko Pembiayaan. Telaah pustaka dalam penelitian ini adalah:
Penelitian Kusuma dan Hasibuan (2013) menggunakan metode
deskriptif, pengumpulan data studi dokumentasi atau daftar pustaka, dengan
objek penelitian perbankan secara umum. Kesimpulan dari penelitian ini
bahwa yang pertama, pengendalian internal yang terdapat pada PT. Bank X
cukup memadai, terlihat dari kesesuaian peraturan dan kebijakan yang
dilakukan dalam perusahaan. Yang kedua, pengamanan pemberian kredit
cukup memadai dilakukan dengan cara menganalisis mikro kredit, berpegang
pada prinsip dan kebijakan perkreditan, dan verifikasi yang dilakukan oleh
pihak-pihak lainnya. Yang ketiga, peranan pengendalian internal dalam
pengamanan kredit cukup memadai, mulai pada saat pembirian kredit dalam
melakukan analisis, verivikasi data, validitas data, sampai akhir proses
Penelitian Lidyana, Widodo dan Dharmawan (2016) menggunakan
metode deskriptif, pengumpulan data studi dokumentasi atau daftar pustaka,
dengan objek penelitian perbankan secara umum. Kesimpulan dari penelitian
ini bahwa diduga terdapat pengaruh secara stimulan dari peran audit internal
dan manajemen risiko terhadap efektivitas pengelolaan kredit pada perusahaan
PT. Home Credit Indonesia.
Penelitian Karmudiandri (2014) menggunakan metode deskriptif,
pengumpulan data studi dokumentasi atau daftar pustaka, dengan objek
penelitian perbankan secara umum. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa
audit internal telah menerapkan audit berbasis risiko dalam implementasinya
sehingga sudah berjalan secara optimal dan dilakukan secara
berkesinambungan serta bekerjasama dengan Strategic Business Unit (SBU)
dalam manajemen risiko.
Penelitian Khayati (2015) menggunakan metode deskriptif,
pengumpulan data studi dokumentasi atau daftar pustaka, dengan objek
penelitian perbankan secara umum. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa
terdapat empat mekanisme tahapan dalam proses identifikasi prosedur
penyaluran pembiayaan yaitu tahapan pertama melihat risk profilnya, tahapan
kedua menyusun program audit guna pemeriksaan, tahapan ketiga
pelaksanaan penugasan audit dan tahapan keempat pelaporan hasil audit
ditujukan audit internal pembiayaan dalam mengendalikan risiko
pengendalian meliputi peran pemecahan masalah, peran kepatuhan, peran
negosiator dan peran pengendalian.
Penelitian Syahril (2013) menggunakan metode deskriptif,
pengumpulan data studi dokumentasi atau daftar pustaka, dengan objek
penelitian perbankan secara umum. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa
audit internal mempunyai pesan yang cukup besar dalam pengelolaan risiko di
lembaga keuangan syariah terutama jika audit internal sudah dapat berperan
sebagai katalis atau penjamin kualitas, diketahui bahwa sistem pengendalian
intern juga mempunyai peran yang cukup besar dalam pengelolaan risiko
dilembaga keuangan syariah baik yang bersifat soft control maupun bersifat
hard control, dan diketahui bahwa implementasi audit internal berbasis risiko
ternyata menunjang proses pengelolaan risiko di lembaga keuangan syariah
dengan jalan memfokuskan audit pada risiko paling tinggi yang dihadapi
lembaga keuangan syariah.
Dari pemaparan penelitian yang sudah ada diatas maka penelitian yang
akan diajukan penulis berbeda dengan penelitian sebelumnya. Beberapa beda
penelitian itu antara lain objek penelitian yang akan dilakukan pada BMT,
peneliti lebih fokus pada peran Audit Internal di BMT Taruna Sejahtera dalam
manejemen risiko pembiayaan, mekanisme Audit Internal dalam manajemen
risiko pembiayaan, serta Standar Operasional Perusahaan Audit Internal di
dengan metode pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi. Dengan perbedaan-perbedaan yang ada maka dapat disimpulkan
bahwa penelitian dengan judul “Analisis Peran Audit Internal dalam
Manajemen Risiko Pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera” ini berbeda
dengan penelitian sebelumnya.
Adapun ringkasan mengenai perbedaan dan persamaan penelitian
terdahulu dan penelitian ini, sebagai berikut:
a. Beda penelitian dengan penelitian yang telah diteliti oleh Kusuma dan
Hasibuan (2013) yaitu Kusuma dan Hasibuan meneliti tentang Peranan
Pengendalian Internal sebagai Alat Bantu Manajemen dalam Pengamanan
Pemberian Kredit Mikro dan objek penelitian di Kantor Cabang Pusat
Bogor PT X Mikro Unit Bisnis. Sedangkan penelitian saat ini meneliti
tentang peran audit internal dalam manajemen risiko pembiayaan dan
objeknya melakukan penelitian di BMT Taruna Sejahtera. Persamaan
penelitian terletak pada metode penelitian, yaitu kualitatif deskriptif.
b. Beda penelitian dengan penelitian yang telah diteliti oleh Lidyana, Widodo
dan Dharmawan (2016) dapat dilihat dari segi judul penelitian, objek
penelitian dan metode penelitian yang digunakan. Untuk judulnya Peranan
audit internal dan manajemen risiko terhadap efektifitas pengelolaan kredit,
objek penelitian Hana dkk melakukan penelitian di PT. Home Credit
Indonesia dan menggunakan metode penelitian kuantitatif data sekunder.
manajemen risiko pembiayaan, objek penelitian di BMT Taruna Sejahtera
dan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan data primer.
Persamaan penelitian terlihat dari beberapa teori yang digunakan.
c. Beda penelitian dengan penelitian yang telah diteliti oleh Karmudiandri
(2014) terdapat pada rumusan masalah, metodologi penelitian, fokusnya.
Dalam penelitian Arwina membahas lebih luas mengenai peran pengendali
internal dalam manajemen pengaman pemberian kredit, metodologi yang
digunakan kualitatif data primer dan objek penelitian di Bank sedangkan
penelitian saat ini hanya fokus pada peran audit internal dalam manajemen
risiko pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera. Persamaannya terdapat pada
judul yang digunakan.
d. Beda penelitian dengan penelitian yang telah diteliti oleh Khayati (2015)
terdapat pada rumusan masalah, objek penelitian dan tata cara menganalisis
penelitian yang diteliti. Dalam penelitian Khayati terdapat rumusan
masalah mengenai mekanisme dan peran audit internal dalam pengendalian
risiko pembiayaan, objek penelitian Bank BRI Cabang Diponenogo
Surabaya, proses penelitian menggunakan berbagai tahapan penelitian
sedangkan dalam penelitian ini menggunakan rumusan masalah Standar
Operasional Prosedur (SOP), mekanisme dan peran audit internal dalam
manajemen risiko pembiayaan, objek penelitian di BMT Taruna Sejahtera,
tata cara penelitian lebih simple dan to the point. Persamaanya terdapat
e. Beda penelitian dengan penelitian yang telah diteliti oleh Syahril (2013)
terdapat pada rumusan masalah dan objeknya. Syahril meneliti dengan
rumusan masalah audit internal dan pengendalian intern dalam mengelola
risiko keseluruhan di lembaga keuangan syariah dan objeknya di bank
sedangkan dalam penelitian ini menjelaskan Standar Operasional Prosedur
(SOP), mekanisme dan peran audit internal dalam manajemen risiko
pembiayaan dan objeknya di BMT Taruna Sejahtera. Persamaanya terdapat
pada metodologi yang digunakan.
B. Kerangka Teori
1. Hakekat Audit
Menurut Mulyadi dan Puradiredja (1998) dalam Ulum (2012: 3)
audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan
dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pemakai
yang berkepentingan.
2. Audit Internal
a. Pengertian Audit Internal
Seperti yang dikutip oleh Guy (2003: 409), Audit Internal
organisasi untuk memeriksa dan mengevaluasi kegiatannya sebagai
jasa bagi organisasi.
Menurut Sukrisno (2013: 204), Audit Internal adalah
pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan,
terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan maupun
ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan
dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan
dari ikatan profesi yang berlaku.
Menurut Hiro Tugiman (2006: 11) adalah: “Audit Internal
adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi
untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang
dilaksanakan”
Sedangkan menurut Institute of Internal Auditor (IIA) yang
dikutip oleh Pickett (2010: 15) dalam buku Sukrisno (2013: 204),
“Internal Auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an
organization’s operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management,
control, and governance processes.”
Berdasarkan pengertian di atas diketahui bahwa audit internal
merupakan suatu fungsi penilaian yang bebas dalam suatu organisasi
guna menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan
perusahaan untuk memberikan saran kepada manajemen.
b. Tujuan Audit Internal
Sebagaimana didefinisikan Guy (2003: 410) dalam Statement
of Responsibilities of Internal Auditor yang diterbitkan oleh Institute
of Internal Auditors (IIA), Tujuan Audit Internal adalah untuk
membantu anggota organisasi melaksanakan tanggung jawabnya
secara efektif." Untuk mencapai tujuan ini, staf audit internal
diharapkan dapat melengkapi organisasi dengan "Analisis, penilaian,
rekomendasi, konsultasi, dan informasi kegiatan yang ditelaah".
c. Fungsi Audit Internal
Menurut Sawyer (2005: 32) mengemukakan bahwa internal
audit memiliki berbagai fungsi diantaranya:
1) Pengawasan pada seluruh aktivitas yang sulit ditangani oleh
pimpinan puncak.
2) Pengidentifikasian dan minimalisasi risiko.
3) Report Validation kepada manajer senior.
4) Mendukung dan membantu manajemen pada bidang-bidang
teknis.
6) Menganalisis masa mendatang (bukan untuk hal yang telah
terjadi).
7) Membantu manajer dalam mengelola perusahaan.
3. Risiko
a. Pengertian Risiko
Sering kali risiko muncul karena adanya lebih dari satu pilihan
dan dampak dari tiap pilihan tersebut belum dapat diketahui secara
pasti. Selalu ada opportunity cost yang membuntuti setiap pilihan
yang diambil. Dengan demikian, risiko bisa didefinisikan sebagai
konsekuensi atas pilihan yang mengandung ketidakpastian yang
berpotensi mengakibatkan hasil yang tidak diharapkan atau dampak
negatif lainnya yang merugikan bagi pengambil keputusan. Dari
definisi tersebut, risiko mengandung beberapa dimensi, biaya peluang,
potensi kerugian atau dampak negatif lainnya, ketidakpastian dan
diperolehnya hasil yang tidak sesuai harapan (Imam Wahyudi, et.al,
2013: 4).
b. Jenis-Jenis Risiko
Menurut Ikatan Bankir Indonesia (2015: 8) risiko yang terdapat
dalam perbankan syariah dibagi menjadi beberapa jenis risiko yakni:
1) Risiko Pembiayaan
Risiko pembiayaan adalah risiko yang berkaitan dengan
pada waktu nyang telah ditentukan. Risiko pembiayaan pada
umumnya dihadapi oleh industri jasa perbankan, walaupun
perorangan atau lembaga-lembaga keuangan yang bukan bank
tidak tertutup kemungkinan untuk terkena risiko ini.
2) Risiko Pasar
Risiko ini muncul akibat harga pasar bergerak kearah
yang merugikan. Risiko ini merupakan risiko gabungan yang
terbentuk akibat perubahan suku bunga, perubahan nilai tukar
serta hal lain yang mempengaruhi harga pasar saham, ekuitas
maupun komoditas (Kasidi, et al 2014: 66).
3) Risiko Liquiditas
Risiko liquiditas terbagi menjadi dua macam, yaitu risiko
liquiditas asset (asset liquidity risk) dan risiko liquiditas
pendanaan (funding liquidity risk). Risiko liquiditas asset atau
sering disebut dengan market/product liquidity risk, timbul
karena suatu transaksi tidak dapat dilaksanakan pada harga pasar,
yang menjadikan akibat besarnya nilai transaksi relative terhadap
besarnya pasar. Sedangkan risiko liquiditas pendanaan yang juga
sering disebut cash-flow risk, yaitu risiko ketidakmampuan
memenuhi kewajiban jatuh tempo sehingga mengakibatkan
likuiditas (Kasidi, et al 2014: 67).
Proses penggunaan teknologi yang berdampak pada
operasional bank merupakan risiko yang timbul akibat tindakan
manusia. Oleh karena itu, kecurangan, ketidakjujuran, kegagalan
manajemen, sistem pengendalian yang tidak memadai, prosedur
operasional yang tidak tepat, termaksud dalam risiko
operasional. Risiko operasional juga dapat menyebabkan
terjadinya risiko pasar dan risiko kredit. Misalnya, adanya
masalah operasional pada transaksi bisnis seperti, kegagalan
settlement akan menciptakan risiko pasar dan risiko kredit,
karena kerugian dari masalah operasional ini besarnya
tergantung dari pergerakan harga pasar (Kasidi, et al 2014: 68).
5) Risiko Hukum
Risiko hukum muncul akibat adanya tuntutan hukum
dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini timbul antara lain,
karena adanya tuntutan secara hukum dan ketiadaan peraturan
perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan
perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau
pengikatan agunan yang tidak sempurna. Risiko ini tidak jauh
berbeda dengan yang dialami oleh bank konvensional.
6) Risiko Reputasi
Risiko ini muncul akibat opini negative public terhadap
jumlah nasabah bank tersebut atau menimbulkan biaya besar
karena gugatan pengadilan atau merosonya pendapatan bank.
Persepsi public k tentang pasar merupakan penyebab yang cukup
signifikan dalam risiko reputasi (Kasidi, et al 2014: 68).
7) Risiko Strategik
Risiko ini muncul akibat penerapan strategi yang tidak
tepat, pengambilan keputusan bisnis yang keliru atau bank
kurang responsive terhadap perubahan eksternal, sehingga bank
mengalami kerugian (Kasidi, et al 2014: 68).
8) Risiko Kepatuhan
Risiko ini terjadi karena bank tidak ingin mematuhi atau
tidak ingin melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
ketentuan lainyang berlaku. Kemudian bank islam diharuskan
untuk memenuhi prinsip-prinsip syariah dalam aktivitas
bisnisnya. Inilah yang seharusnya mencirikan bank islam. Bank
islam harus benar-benar beroperasi murni berdasarkan syariah
islam.
4. Manajemen Risiko
a. Pengertian Manajemen Risiko
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21
tahun 2008 tentang perbankan syariah dalam pasal 38 ayat 1
metodologi yang digunakan oleh perbankan untuk mengindentifikasi,
memantau, mengukur dan mengendalikan risiko yang timbul dari
kegiatan usaha bank.
Manajemen risiko adalah proses pengukuran atau penilaian
risiko serta pengembangan strategi pengelolaannya. Strategi dapat
diambil antara lain adalah memindahkan risiko ke pihak lain,
menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko dan menampung
sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko
tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab
fisik atau legal (seperti bencana alam, kebakaran, kematian, serta
tuntutan hukum). Manajemen risiko keuangan di sisi lain, terfokus
pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan
instrumen-instrumen keuangan. Perbankan Islam juga berpotensi menghadapi
risiko-risiko tersebut, kecuali risiko tingkat bunga karena perbankan
Islam tidak berurusan dengan bunga (Rukmana, 2010: 135).
Dari berbagai definisi tersebut dapat kita simpulkan bahwa
esensi manajemen risiko adalah kecukupan prosedur dan metodologi
pengelolaan risiko sehingga usaha bank tetap dapat terkendali pada
b. Manfaat Manajemen Risiko
Menurut Darmawi (2005: 11), manfaat manajemen risiko
yang diberikan terhadap perusahaan dapat dibagi dalam 5 (lima)
kategori utama yaitu:
1) Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari
kegagalan.
2) Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.
3) Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.
4) Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh
adanya perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non
material bagi perusahaan itu.
5) Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan
karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai
perusahaan yang dilindungi maka secara tidak langsung
menolong meningkatkan public images.
5. Pembiayaan
a. Pengertian Pembiayaan
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998
kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
pemberian bunga. Sedangkan pengertian pembiayaan adalah
penyediaan uang atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
atau bagi hasil.
Pembiayaan adalah penyedia uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan hasil/bagi hasil (Kasmir, 2002: 96).
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan
adalah salah satu fungsi intermediary bank syariah dalam
menyalurkan dana yang telah dikumpulkan melalui suatu
kesepakatan dan dalam jangka waktu tertentu dikembalikan dengan
imbalan/bagi hasil.
b. Tujuan Pembiayaan
Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu: tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan
pembuiayaan untuk tingkat mikro. Secara makro dijelaskan bahwa
pembiayaan bertujuan (Aisyah, 2014: 4-5):
1) Peningkatan ekonomi umat;
3) Meningkatkan produktifitas;
4) Membuka lapangan kerja baru;
5) Terjadinya distribusi pendapatan.
Adapun secara mikro, pembiayaan bertujuan untuk:
1) Upaya memaksimalkan laba;
2) Upaya meminimalkan risiko;
3) Pendayagunaan sumber ekonomi;
4) Penyaluran kelebihan dana.
c. Fungsi Pembiayaan
Berikut ini pemaparan tentang beberapa fungsi pembiayaan di
perbankan syariah (Aisyah, 2014: 8).
1) Meningkatkan daya guna uang;
2) Meningkatkan daya guna barang;
3) Meningkatkan peredaran uang;
4) Melimbulkan kegairahan berusaha;
5) Stabilitas ekonomi;
6) Jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
Dari fungsi diatas bisa dikatakan bahwa, masyarakat yang
memiliki uang lebih dan dititipkan di bank maka uang tersebut akan
dimanfaatkan oleh orang lain untuk usaha, sehingga mendapatkan
nisbah yang ditentukan kepada nasabah penyimpan dana dan juga
bank sebagai pengelola (Aisyah, 2014: 9-11).
6. Pengertian Risiko Kredit
Menurut Ikatan Bankir Indonesia (2015: 67) Risiko Kredit adalah
risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi
kewajiban melunasi kredit pada bank. Pada aktivitas pemberian kredit
baik kredit komersial maupun kredit konsumsi, terdapat kemungkinan
debitur tidak dapat memenuhi kewajiban kepada bank karena berbagai
alasan, seperti kegagalan bisnis, karena karakter dari debitur yang tidak
mempunyai iktikad baik untuk memenuhi kewajiban kepada bank, atau
memang terdapat kesalahan dari pihak bank dalam proses persetujuan
kredit.
Sedangkan menurut Hennie dan Sonja (2011: 139) Risiko Kredit
adalah keadaan debitur atau penerbit instrumen keuangan baik individu,
perusahaan, maupun negara tidak akan membayar kembali kas pokok dan
lainnya yang berhubungan dengan investasi sesuai ketentuan yang
ditetapkan dalam perjanjian kredit.
7. Pengertian Baitul Maal Wat Tamwil
Baitul Maal Wat Tamwil Adalah lembaga keuangan non bank
yang bergerak dalam sekala mikro sebagaimana koperasi simpan pinjam
(KSP). BMT sendiri merupakan gabungan dari kata baitul maal dan bait
dana masyarakat yang disalurkan tanpa tujuan profit. Sedangkan bait
at-tamwil merupakan lembaga pengumpulan dana (uang) guna disalurkan
dengan orientasi profit dan komersial (Sumiyanto, 2008:15).
8. Mekanisme Audit Internal dalam Manajemen Risiko Pembiayaan
Pelaksanaan kegiatan audit internal merupakan tahapan-tahapan
penting yang dilakukan oleh seorang internal auditor dalam proses
auditing untuk menentukan prioritas, arah, dan pendekatan dalam proses
audit internal.
Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kegiatan audit internal,
menurut Tugiman (2006: 53) adalah sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan audit
Tahap perencanaan audit merupakan langkah yang paling
awal dalam pelaksanaan kegiatan audit internal, perencanaan dibuat
bertujuan untuk menentukan objek yang akan diaudit/prioritas audit,
arah dan pendekatan audit, perencanaan alokasi sumber daya dan
waktu dan merencanakan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan
proses auditing.
Menurut Tugiman (2006: 53) audit internal harus
merencanakan setiap pemeriksaan. Perencanaan haruslah
didokumentasikan dan harus meliputi:
2) Memperoleh informasi dasar (background information) tentang
kegiatan yang akan diperiksa;
3) Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan
audit;
4) Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu;
5) Melaksanakan survey untuk mengenali kegiatan yang
diperlukan;
6) Penulisan program audit
7) Menetukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil audit akan
disampaikan;
b. Tahap pengujian dan pengevalusian informasi
Pada tahap ini audit internal haruslah mengumpulkan,
menganalisa, menginterprestasikan dan membuktikan kebenaran
informasi untuk mendukung hasil audit. Menurut Tugiman (2006:
59), proses pengujian dan pengevalusian informasi adalah sebagai
berikut:
1) Dikumpulkan berbagai informasi tentang seluruh hal yang
berhubungan dengan tujuan pemeriksa dan lingkup kerja;
2) Informasi haruslah mencukupi, kompeten, relevan dan berguna
untuk suatu dasar yang logis bagi temuan audit dan
3) Adanya prosedur-prosedur audit termaksud teknik-teknik
pengujuan
4) Dilakukan pengawasan terhadap proses pengumpulan,
penganalisaam, penafsiran dan bukti kebenaran informasi;
5) Dibuat kertas kerja pemeriksaan.
c. Tahap penyampaian hasil
Menurut Hiro Tugiman (2006: 68) audit internal harus
melaporkan hasil audit yang dilaksanakannya yaitu:
1) Laporan tertulis yang ditandatangani oleh ketua audit internal;
2) Pemeriksa internal harus terlebih dahulu mendiskusikan
kesimpulan dan rekomendasi;
3) Suatu laporan haruslah objektif, jelas, singkat, terstruktur dan
tepat waktu;
4) Laporan haruslah mengemukakan tentang maksud, lingkup dan
hasil dari pelaksanaan pemeriksaan;
5) Laporan mencantumkan berbagai rekomendasi;
6) Pandangan dari pihak yang diperiksa tentang berbagai kesimpulan
atau rekomendasi dapat pula dicantumkan dalam laporan
pemeriksaan;
7) Pimpinan audit internal mereview dan menyetujui laporan audit.
Menurut Hiro Tugiman (2006: 75) tindak lanjut oleh audit
internal diartikan sebagai suatu proses untuk menentukan kecukupan,
keefektifan dan ketetapan waktu dari berbagai tindakan yang
dilakukan oleh manajemen terhadap berbagai temuan pemeriksaan
yang dilaporkan.
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa audit internal
harus terus-menerus meninjau atau melakukan tindak lanjut untuk
memastikan bahwa terdapat temuan-temuan bukti audit yang
dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat dan tidak terulang
untuk hal yang sama. Audit internal harus memastikan apakah suatu
tindakan korektif terhadap berbagai temuan yang dilaporkan.
Disamping prosedur, juga diperlukan cara untuk
menyelesaikan tindak lanjut dalam pelaksanaan audit. Hiro Tugiman
(2006: 78) mengemukakan: “Berbagai teknik yang diperlukan untuk
menyelesaikan tindak lanjut secara efektif yaitu:
1) Pengiriman laporan tentang temuan pemeriksaan kepada
tingkatan manajemen yang tepat, yang bertanggung jawab untuk
melakukan tindakan-tindakan korektif;
2) Menerima dan mengevaluasi tanggapan manajemen terhadap
temuan pemeriksaan selama pelaksanaan dilakukan, atau dalam
jangka waktu yang wajar setelah laporan hasil pemeriksaan
3) Menerima laporan perkembangan perbaikan dari manajemen
secara periodik, untuk mengevaluasi status usaha manajemen
untuk memperbaiki kondisi yang sebelumnya dilaporkan;
4) Menerima dan mengevaluasi laporan dari berbagai organisasi
yang lain yang ditugaskan dan bertanggung jawab mengenai
berbagai hal yang berhubungan dengan proses tindak lanjut;
5) Melaporkan kepada manajemen atau dewan tentang status dari
tanggapan terhadap bervagai temuan pemeriksaan.
9. Peran Audit Internal dalam Manajemen Risiko Pembiayaan
Menurut Ikatan Bankir Indonesia (2014: 102-103) terdapat
beberapa peran audit internal dalam manajemen risiko pembiayaan antara
lain:
a. Peran Pemecah Masalah
Audit Internal seringkali dikatakan sebagai penemu masalah.
Dalam hal ini, Tim Audit Pembiayaan telah menemukan bukti-bukti
penyelewengan pembiayaan dalam kunjungannya ke nasabah yang
diantaranya berupa side streaming, over financing, agunan yang tidak
marketeble, penyalahgunaan penggunaan dana yang tidak sesuai dalam
permohonan pembiayaannya dan lain-lain.
b. Peran Kepatuhan
Audit internal merupakan kategori audit kepatuhan, yaitu audit
kondisi atau peraturan tertentu. Peran ini dilakukan Tim Audit Internal
Pembiayaan dengan menilai ketaatan para petugas pembiayaan
terhadap prosedur yang telah ditetapkan. Tim Audit telah melakukan
pemeriksaan data dan bukti-bukti apakah bank telah melaksanakan
penyaluran pembiayaan secara benar. Terbukti ketika pemeriksaan
dilakukan, ternyata masih ditemukan kesalahan proses penyaluran dan
kurannya monitoring petugas pembiayaan.
c. Peran Negosiator
Dalam peran negosiator, auditor dituntun untuk terus menerus
mampu menjual “posisi auditor”, program auditor ataupun ide-ide.
Nagosiator harus berpegang pada sasaran dan berupaya mendapat hasil
yang positif dalam setiap proses sesulit apapun kondisinya. Negosiator
yang dimaksud disini merupakan peran auditor yang menjadi
penghubung antara unit pembiayaan dengan manajemen selaku
pembina sistem melalui usulan yang diberikan oleh bagian audit
kepada manajemen berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan
dilapangan maupun isu yang sedang berkembang di masyarakat.
d. Peran Pengendalian
Audit Internal dalam posisinya ikut berkepentingan dalam
menyelenggarakan sistem pengendalian internal yang handal dan
efektif. Berdasarkan pelaporan auditor, audit internal di BMT Taruna
pemberian pembiayaan. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kelemahan
atas pelaksanaan internal control yang ada dalam pemberian
pembiayaan. Kinerja auditor dalam inspeksi pembiayaan yang
disalurkan audit menggambarkan bahwa audit internal di BMT Taruna
Sejahtera melakukan internal control untuk pengendalian risiko
BAB III
GAMBARAN OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya BMT Taruna Sejahtera
Krisis Moneter tahun 1997-1998 yang mengakibatkan fluktuatif harga
bahan makanan dan input pertanian yang terjadi sejak pertengahan tahun
1997. Selama periode puncak harga krisis pangan di pasar ritel meningkat
pada tingkat yang lebih tinggi hingga 3–25 kali lipat pertumbuhan harga
sebelum krisis, telah mendorong sekelompok pemuda kota Ungaran untuk
membentuk lembaga usaha yang bertujuan untuk meringankan beban rakyat
kecil akibat himpitan ekonomi dampak Krisis Moneter.
Sehingga pada tanggal 24 Agustus 1998 setelah Peringatan
Kemerdekaan RI ke 53 telah berdiri Lembaga Usaha yang diberi nama
Koperasi Warung Taruna Sejahtera dengan kegiatan usaha penyaluran
sembako khususnya penjualan beras murah dan telah mendapatkan
pengesahaan badan hokum dari Kementrian Koperasi Pengusaha Kecil dan
Menengah Kabupaten Semarang No: 007/BH/KWK.11.1/IX/1998 tanggal 23
September 1998.
Tetapi perkembangannya usaha tersebut tidak dapat berjalan dengan
baik dan mengalami kerugian terus menerus, sehingga pada tahun 2000
koperasi menutup usaha penyaluran sembako dan memilih focus pada usaha
Akte Perubahan Badan Hukum No.: 010/BH/PAD/KDK/11.1/II/2000 18
Februari 2000.
Usaha simpan pinjam dengan pola syariah diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi kemajuan Koperasi, tetapi usaha tersebut belum
dapat beroperasi dengan baik dan Koperasi tidak mengalami pertumbuhan,
sehingga pada awal tahun 2011 Koperasi melakukan perubahan besar yang
meliputi perubahan Manajemen dengan menerapkan IMS (Incentive
Manajement System), perubahan sistem Akuntansi dengan
mengimplementasikan Aplikasi Core Banking IBS Realtime serta memperluas
jaringan kerja dengan membuka Kantor Kas diseluruh wilayah Kabupaten
Semarang. Pada saat yang bersamaan diterbitkan pula Produk-produk baru
BMT, dan telah mendapatkan pengesahaan Akte Perubahaan Anggaran Dasar
Koperasi Simpan Pinjam Syariah dari Gubernur Jawa Tengah No.: P
035/PAD/XIV/2015 tanggal 30 April 2015.
Perubahan dari pola operasional lama ke pola operasional baru
membawa dampak pertumbuhan yang sangat pesat hal ini dapat dilkihat dari
Pertumbuhan Simpanan yang semula pada tahun 2011 sebesar 2 Milyar
meniungkat menjadi 50 Miliar pada akhir tahun 2017, sedang pertumbuhan
penyaluran Pembiayaan yang semula pada akhir tahun 2011 sebesar 1,5 Miliar
tumbuh menjadi 37 Miliar pada akhir tahun 2017 untuk 9.100 orang usaha
ekonomi lemah. Sedangkan pertumbuhan Asset yang semula pada awal tahun
Disamping perubahan pola Operasional, pada RAT Tahun 2012 pada
tanggal 27 April 2013 Kantor Pusat BMT Taruna Sejahtera yang semula
masih kontrak di Jl. HOS Cokroaminoto No.416 Ungaran pindah menempati
Gedung baru milik sendiri di Jl. Gatot Subroto No.133 Mutiara Ungaran
Square Kav.3 Ungaran.
B. Visi dan Misi BMT Taruna Sejahtera
Dalam rangka melanjutkan keberlangsungan operasi BMT serta untuk
mengatasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi BMT Taruna Sejahtera
di depan mata, maka dirumuskanlah Visi dan Misi BMT Taruna Sejahtera
sebagai gambaran cita-cita, serta harapan yang ingin diwujudkan. Berikut ini
adalah Visi dan Misi BMT Taruna Sejahtera:
1. Visi
BMT Taruna Sejahtera memiliki Visi “Mewujudkan BMT Taruna
Sejahtera sebagai Lembaga Keuangan Syariah yang mampu melayani
kebutuhan Modal Usaha bagi anggota guna menunjang kesejahteraan
bersama yang diridhoi Allah SWT”.
2. Misi
Untuk mencapai Visi tersebut maka dirumuskan 3 (tiga) Misi
antara lain:
a. Menjalankan usaha Simpan Pinjam yang sesuai prinsip Syariah
b. Pemberdayaan Usaha ekonomi ummat khususnya ekonomi lemah di
wilayah Jawa Tengah.
c. Menyelenggarakan usaha Simpan Pinjam untuk melayani Anggota
sesuai dengan prinsip-prinsip Koperasi.
C. Struktur Organisasi BMT Taruna Sejahtera
Organisasi BMT salah satu penunjang untuk tercapainya tujuan
organisasi secara efektif dan efisien adalah dibentuknya struktur organisasi.
Struktur organisasi ini harus disesuaikan dengan keadaan, kemampuan, dan
perkembangan dari organisasi tersebut. Berikut ini Struktur Organisasi BMT
Gambar 1 Struktur Organisasi BMT Taruna Sejahtera
D. Penjabaran Tugas dan Wewenang Masing-Masing Bagian di BMT
Taruna Sejahtera
Struktur organisasi dibentuk agar dapat memperjelas jalur komunikasi,
wewenang, dan tanggung jawab yang memungkinkan adanya kerjasama yang
terkoordinasi antara satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan umum
perusahaan. Berikut ini penjabaran tugas dan wewenang masing-masing
bagian di BMT Taruna Sejahtera: PENGURUS
KETUA : Yahsun, SE
1. Chief Exskutif Officer (CEO)
a. Identitas Jabatan
Posisi dalam organisasi: Dibawah Pengurus: Membawahi
langsung General Manajer (GM), Manajer Cabang/MC, Kepala
Kas/KK, Supervisor dan Internal Audit/IA.
b. Fungsi Utama Jabatan
1) Memimpin usaha BMT Taruna Sejahtera sesuai dengan tujuan dan
kebijakan yang telah ditentukan BMT.
2) Merencanakan, Mengkoordinasikan dan Mengendalikan seluruh
aktivitas lembaga yang melibatkan meliputi Penghimpunan Dana
dari Anggota dan lainnya serta penyaluran dana yang merupakan
keiatan utama lembaga serta kegiatan-kegiatan yang secara
langsung berhubungan dengan aktivitas utama tersebut dalam
upaya mencapai target.
3) Melindungi dan menjaga asset perusahaan yang berada dalam
tanggungjawabnya.
4) Membina hubungan dengan anggota, calon anggota, dan pihak lain
(Customer) yang dilayani dengan tujuan untuk mengembangkan
pelayanan yang lebih baik.
5) Membina hubungan kerjasama eksternal dan internal baik dengan
para Pembina koperasi setempat, badan usaha lainnya (Dep Kop
dan lain-lain) maupun secara internal dengan seluruh aparat
pelaksana, demi meningkatkan produktivitas usaha.
c. Tanggung Jawab
1) Menjabarkan kebijakan umum BMT Taruna Sejahtera yang telah
dibuat pengurus dan disetujui Rapat Anggota.
2) Menyusun dan menghasilkan mancangan anggaran BMT Taruna
Sejahtera dan rencana jangka pendek, rencana jangka panjang,
serta proyeksi (Finansial maupun Non Financial) kepada pengurus
yang selanjutnya akan dibawa pada Rapat Anggota.
3) Mengusulkan kepada pengurus tentang penambahan,
pengangkatan, pemberhentian karyawan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan operasional BMT.
4) Mengelola dan pemasukan biaya-biaya harian dan tercapainya
target yang telah ditetapkan secara keseluruhan.
5) Mengamankan harta kekayaan BMT Taruna Sejahtera agar
terlindungi dari bahaya kebakaran, pencurian, perampokan dan
kerusakan, serta seluruh asset BMT
6) Terselenggaranya penilaian prestasi kerja karyawan dan membuat
laporan secara periodic kepada Badan Pengurus berupa:
a) Bertanggung Jawab atas selesainya tugas dan kewajiban harian
b) Tercapainya lingkup kerja yang nyaman untuk semua pekerja
yang berorientasi pada pencapaian target
c) Bertanggung Jawab atas terealisasinya semua program kerja.
d) Terjalinnya kerjasama dengan pihak lain secara baik dan
menguntungkan dalam rangka memenuhi kebutuhan lembaga.
e) Bertanggung Jawab atas terciptanya suasana kerja yang
dinamis dan harmonis.
f) Bertanggung Jawab atas tersedianya bahan rapat anggota
tahunan.
g) Menandatangani dan menyetujui permohonan pembiayaan
dengan batas wewenang.
h) Meningkatkan pendapatan dan menekan biaya serentak
mengawasi operasional Kantor Cabang Utama atau Kantor
Cabang.
d. Tugas-Tugas Pokok
1) Menjabarkan kebijakan umum BMT Taruna Sejahtera yang telah
dibuat pengurus dan disetujui Rapat Anggota.
2) Menerima dan mempelajari keputusan dari pengurus.
3) Melaksanakan dan mensosialisasikan keputusan kepada semua
karyawan dan pihak yang berkepentingan.
4) Mengevaluasi hasil realisasi keputusan dan bila diperlukan
5) Menyusun dan menghasilkan rencana anggaran BMT Taruna
Sejahtera dan rencana jangka pendek, rencana jangka panjang,
serta proyeksi (Finalcial maupun Non Financial) kepada pengurus
yang selanjutnya akan dibawa pada Rapat Anggota.
6) Memproyeksikan jumlah anggota yang dapat diraih untuk jangka
panjang dan jangka pendek.
7) Menentukan sasaran investasi jangka panjang dan jangka pendek.
8) Merencanakan dan menyusun rencana kerja jangka panjang 5
(lima) tahun dan jangka pendek 1 (Satu) tahun.
9) Mempresentasikan rencana kerja jangka panjang dan jangka
pendek kepada pihak yang berhak (Badan Pengurus dan Anggota).
10)Menyetujui pembiayaan yang jumlahnya tidak melampaui batas
wewenang manajemen.
a) Meninjau jaminan dan usaha pemohon pembiayaan bersama
dengan pembagian pembiayaan.
b) Menandatangani berita acara jaminan.
c) Menyetujui permophonan pembiayaan sesuai dengan
wewenangnya pada lembar data analisis pembiayaan.
d) Menandatangani perjanjian pembiayaan dengan
lampiran-lampirannya dan akte pemasangan hak tanggungan.
e) Memantau perjalanan pembiayaan setelah pencairan
11)Mengelola dan mengawasi pengeluaran dan pemasukan
biaya-biaya harian dan tercapainya target yang telah ditetapkan secara
keseluruhan,
a) Memonitor dan memberikan arahan / masukan terhadap
upaya pencapaian target.
b) Mengevaluasi seluruh aktifitas dalam rangka pencapaian
target.
c) Menindaklanjuti hasil evaluasi.
d) Menemukan dan menentukan strategi-strategi baru dalam
upaya mencapai target.
e) Membuka peluang/akses kerja sama dengan jaringan/lembaga
lain dalam upaya mencapai target.
12)Mengamankan harta kekayaan BMT Taruna Sejahtera agar
terlindungi dari bahaya kebakaran, pencurian, perampokan dan
kerusakan dengan cara :
a) Mengetahui jumlah dannkeberadaan asset yang menjadi
tanggung jawabnya.
b) Mengatur dan mengawasi penggunaan asset yang ada.
c) Memaksimalkan penggunaan asset yang untuk kepentingan
kantor.
e) Mengupayakan terjaganya likuiditas dengan mengatur
manajemen dana seoptimal mungkin hingga tidak terjadi dana
rush maupun idle.
f) Mengupayakan strategi-strategi khusus dalam menghimpun
dana dan penyaluran dana.
g) Mengupayakan strategi-strategi baru dan handal dalam
menyelesaikan pembiayaan yang bermasalah.
h) Melakukan kontrol terhadap keseluruhan harta BMT.
13)Meningkatkan pendapatan dan menekan biaya serta mengawasi
operasional kanor wilayah masing-masing,
a) Mengacu pada rencana anggaran dengan menggali
pendapatan dari bagi hasil, administrasi pembiayaan dan
kegiatan operasional lainnya (Free Base Income).
b) Menarik pendapatan sudah diterima ataupun yang belum
diterima dari pembiayaan bermasalah.
c) Melakukan efesiensi dengan cara melakukan skala prioritas
biaya.
d) Pengawasan penggunaan biaya.
e. Wewenang
1) Memimpin Rapat Komite untuk memberikan keputusan terhadap
2) Menyetujui/menolak secara tertulis pengjuan rapat komite secara
musyawarah dengan alasan-alasan yang jelas.
3) Menyetujui/menolak pecairan dropping pembiayaan sesuai
dengan batasan wewenang.
4) Menyetujui pengeluaran uang untuk pembelian aktiva tetap sesuai
dengan batas wewenang.
5) Menyetujui pengluaran uang untuk pengeluaran kas kecil dan
biaya operasional lain sesuia dengan batas wewenang.
6) Menyetujui/menolak penggunaan keuangan yang diajukan tidak
melalui prosedur.
7) Memberikan teguran dan sanksi tas pelanggaran yang dilakukan
bawahan.
8) Melakukan penilaian prestasi karyawan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
9) Mengadakan kerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan
lembaga dalam upaya mencapai target proyeksi dan tidak
merugikan lembaga.
10)Memutuskan menolak atau menrima kerja sama dengan pihak lain
dalam sesuai dengan kegiatan utama BMT Taruna Sejahtera
2. General Manajer (GM)
a. Identitas Jabatan
Posisi dalam organisasi : Dibawah Chief Exskutif Officer
(CEO) : Membawahi Manajer Cabang (MC), Kepala Kas (KK),
Account Officer (AO), Teller dan Petugas Penagihan.
b. Fungsi Utama Jabatan
1) Memimpin Usaha BMT Taruna Sejahtera di wilayah Kantor
Cabang Utama sesuai dengan tujuan dan kebijakan yang telah
ditentukan CEO.
2) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh
aktifitas lembaga yang meliputi penghimpunan dana dari anggota
(nasabah) dan lainnya serta penyaluran dana yang merupakan
kegiatan utama lembaga serta kegiatan-kegiatan yang secara
langsung berhubungan dengan aktifitas utama tersebut dalam
upaya mencapai target Kantor Cabang Utama.
3) Melindungi dan menjaga asset perusahaan yang berada dalam
tanggung jawabnya.
4) Membina hubungan dengan anggota (nasabah), dan pihak lain
(customer) yang dilayani dengan tujuan untuk mengembangkan