• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) SEBAGAI ARAHAN SPASIAL RPIJM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) SEBAGAI ARAHAN SPASIAL RPIJM"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-1

3.1 RTRW Nasional

Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan pedoman untuk

penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional; penyusunan rencana

pembangunan jangka menengah nasional; pemanfaatan ruang dan pengendalian

pemanfaatan ruang di wilayah nasional; mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan

keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor; penetapan

lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; penataan ruang kawasan strategis nasional; dan

penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Oleh karena itu, RTRWN disusun

dengan memperhatikan dinamika pembangunan yang berkembang, antara lain, tantangan

globalisasi, otonomi dan aspirasi daerah, keseimbangan perkembangan antara Kawasan

Barat Indonesia dengan Kawasan Timur Indonesia, kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang rentan terhadap bencana, dampak pemanasan global,

pengembangan potensi kelautan dan pesisir, pemanfaatan ruang kota pantai, penanganan

kawasan perbatasan negara, dan peran teknologi dalam memanfaatkan ruang. Untuk

mengantisipasi dinamika pembangunan tersebut, upaya pembangunan nasional juga harus

ditingkatkan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang

lebih baik agar seluruh pikiran dan sumber daya dapat diarahkan secara berhasil guna dan

berdaya guna. Salah satu hal penting yang dibutuhkan untuk mencapai maksud tersebut

adalah peningkatan keterpaduan dan keserasian pembangunan di segala bidang

pembangunan, yang secara spasial dirumuskan dalam RTRWN.

Penggunaan sumber daya alam dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung

jawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya, dengan mengutamakan

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, memperkuat struktur ekonomi yang memberikan efek

pengganda yang maksimum terhadap pengembangan industri pengolahan dan jasa dengan

tetap memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup serta

(2)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-2 dengan itu, RTRWN yang berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional

merupakan matra spasial dalam pembangunan nasional yang mencakup pemanfaatan sumber

daya alam yang berkelanjutan dan pelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan secara

aman, tertib, efektif, dan efisien.

RTRWN memadukan dan menyerasikan tata guna tanah, tata guna udara, tata guna air, dan

tata guna sumber daya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan

dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi dan

disusun melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam dan

lingkungan sosial. Untuk itu, penyusunan RTRWN ini didasarkan pada upaya untuk

mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah nasional, antara lain, meliputi perwujudan

ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan serta perwujudan

keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah, yang diterjemahkan dalam

kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional.

Struktur ruang wilayah nasional mencakup sistem pusat perkotaan nasional, sistem jaringan

transportasi nasional, sistem jaringan energi nasional, sistem jaringan telekomunikasi

nasional, dan system jaringan sumber daya air nasional. Pola ruang wilayah nasional

mencakup kawasan lindung dan kawasan budi daya termasuk kawasan andalan dengan

sektor unggulan yang prospektif dikembangkan serta kawasan strategis nasional.

Selain rencana pengembangan struktur ruang dan pola ruang, RTRWN juga menetapkan

kriteria penetapan struktur ruang, pola ruang, kawasan andalan, dan kawasan strategis

nasional; arahan pemanfaatan ruang yang merupakan indikasi program utama jangka

menengah lima tahunan; serta arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas

indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, dan

arahan sanksi. Secara substansial rencana tata ruang pulau/kepulauan dan kawasan strategis

nasional sangat berkaitan erat dengan RTRWN karena merupakan kewenangan Pemerintah

dan perangkat untuk mengoperasionalkannya.

3.1.1 Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Strategis Nasional (KSN) ialah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan.

Hal ini karena secara nasional, KSN berpengaruh sangat penting terhadap kedaulatan

negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan,

termasuk wilayah di dalamnya yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Di dalam PP No.

(3)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-3 yang memiliki kepentingan ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, pendayagunaan

sumber daya alam dan teknologi tinggi, serta pertahanan dan keamanan.

Hingga saat ini, telah ditetapkan 4 (empat) Perpres RTR KSN Perkotaan yaitu RTR

Jabodetabekpunjur (Perpres 54/2008), Sarbagita (Perpres 45/2011), Mamminasata (Perpres

55/2011) dan Mebidangro (Perpres 62/2011). Masing-masing KSN tersebut memiliki

karakteristik dan tantangan yang berbeda-beda. Dengan demikian kebijakan dan program

yang spesifik diperlukan agar tujuan RTR KSN tersebut berhasil.

Dengan adanya penetapan Kawasan Strategi Nasional (KSN) menurut Peraturan Pemerintah

Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Nasional tersebut, wilayah Provinsi

Bengkulu yang termasuk didalamnya adalah :

1. Kawasan Lingkungan Hidup Taman Nasional Kerinci Seblat (Provinsi Jambi) (I/B/1),

yang didalamnya terdapat bagian wilayah Kabupaten Lebong.

2. Kawasan Perbatasan Negara termasuk 19 pulau kecil terluar yang berhadapan dengan

laut lepas (Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat,

Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa

Tenggara Barat) (I/E/2). Pulau yang berhadapan langsung dengan laut lepas di wilayah

Propinsi Bengkulu adalah Pulau Enggano, Pulau Mega dan Pulau Tikus.

Keterangan:

I : Tahapan Pengembangan I B/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan

E/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

3.1.2 Kawasan Perkotaan Nasional

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menetapkan 4 (empat) Kota di Wilayah

Propinsi Bengkulu sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yaitu: Kota Bengkulu, Kota

Manna, Kota Mukomuko dan Kota Curup. Empat kota tersebut mempunyai 2 (dua)

klasifikasi pengembangan, yaitu:

 Kota Bengkulu dan Kota manna termasuk kategori II/C/1, yaitu tipikal pengembangan

dalam rangka peningkatan fungsi

 Kota Curup dan Kota Mukomuko termasuk kategori II/C/2, yaitu tipikal pengembangan

baru

Selengkapnya tentang Sistem Perkotaan Nasional di wilayah Propinsi Bengkulu yang

(4)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-4

Tabel 3.1

Sistem Perkotaan Nasional di Propinsi Bengkulu Menurut RTRW Nasional

No Kabupaten/Kota PKN PKW PKSN Keterangan

1 Kota Bengkulu Kota Bengkulu II/C/1

2 Bengkulu Selatan Kota Manna II/C/1

3 Rejang Lebong Kota Curup II/C/2

4 Mukomuko Kota Mukomuko II/C/2

Sumber : RTRW Nasional

Keterangan : I – IV = Tahap pembangunan C1 = Peningkatan Funsi C2 = Pengembangan Baru

3.1.3 Fungsi-Fungsi Strategis Nasional Linnya

Fungsi-fungsi strategis lainnya yang ditetapkan dalam RTRW Nasional dan terdapat di

Wilayah Provinsi Bengkulu adalah: 1). Kawasan Andalan 2). Jalan Bebas Hambatan 3).

Pelabuhan sebagai Simpul Transportasi Laut Nasional, 4). Pusat penyebaran tersier; dan 5).

Wilayah Sungan (WAS).

1). Kawasan Andalan

Berdasarkan RTRWN, wilayah Provinsi Bengkulu dibagi menjadi tiga kawasan andalan

sebagaimana yang diperlihatkan seperti pada Tabel 3.2. Dalam perfektif ini, wilayah

Kabupaten Kaur termasuk di dalam kawasan Manna dan sekitarnya dengan fungsi

sebagai kawasan pengembangan: pertanian, perkebunan, perikanan, industri dan

pariwisata. Sektor/sub sektor tersebut, dalam pengembangannya, secara nasional

termasuk kategori tahap II dan III.

2). Jalan Bebas Hambatan

Rencana pengembangan jalan bebas hambatan di wilayah Provinsi Bengkulu meliputi

Rute; Lubuk Linggau – Curup – Bengkulu. Dalam persfektif ini, wilayah Kabupaten Kaur tidak terkait secara langsung. Namun demikian, rencana tersebut perlu juga

diantisipasi berbagai implikasinya, terutama dalam hal arus pergerakan orang dan

barang yang lebih efisien bagi wilayah Kabupaten Kaur. Artinya, keberadaan jalan

bebas hambatan yang direncanakan tersebut, harus dilihat dalam perfektif sebagai suatu

(5)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-5 Tabel 3.2

Kawasan Andalan Nasional di Wilayah Provinsi Bengkulu Berdasarkan RTRWN

No Klaster Pengembangan Fungsi Kawasan

I

A : Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Andalan untuk Sektor Pertanian A/1 : Pengendalian Kawasan Andalan untuk Pertanian Pangan Abadi

A/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertanian

B : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan B/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Perkebunan

B/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan

C : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor Pertambangan C/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Pertambangan

C/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertambangan

D : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk industri pengolahan D/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Industri Pengolahan

D/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Industri Pengolahan

E : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor Pariwisata E/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Pariwisata

E/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pariwisata

F : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor Perikanan F/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Perikanan

F/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perikanan

3). Simpul Transportasi Laut Nasional

Simpul Transportasi Laut Nasional di wilayah Provinsi Bengkulu yang ditetapkan

sebagai Pelabuhan Nasional adalah Pulau Baai – Bengkulu (III/3). Artinya bahwa Pulau

Baai akan dikembangkan agar mempunyai peran sebagai salah satu simpul transportasi

laut nasional.

4). Pusat Penyebaran Tersier

Menurut RTRWN, Bandara Fatmawati, ditetapkan fungsinya sebagai pusat penyebaran

tersier. Dengan sendirinya, peran Bandara Fatmawati hanya bersifat melayani teritori

(6)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-6

5). Kawasan Lindung Nasional

Kawasan Lindung Nasional yang terdapay di wiayah Provinsi Bengkulu meliputi:

 Cagar Alam Danau Dusun Besar Register 61 (III/B/3)

 Cagar Alam Air Ketebat Danau Tes Register 57 (II/B/3)

 Cagar Alam Teluk Klowe Register 96 (III/B/3)

Keterangan:

I – IV: Tahapan Pengembangan

B : Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional B/3 : Cagar Alam dan Cagar Alam Laut

3.2 RTRW Pulau Sumatera

Wilayah pulau Sumatera merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia yang berperan

penting dalam mendukung peningkatan kinerja pembangunan nasional. Wilayah Sumatera

memiliki posisi geografis yang relatif strategis di wilayah barat Indonesia dan berhadapan

langsung dengan kawasan Asia Timur yang menjadi salah pusat perekonomian dunia dan

memiliki hubungan interaksi paling dekat dengan pulau Jawa sebagai pusat perekonomian di

Indonesia.

Pembangunan wilayah Sumatera diarahkan untuk menjadi pusat produksi dan industri

pengolahan hasil pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan; lumbung energi

nasional, pusat perdagangan dan pariwsata sehingga wilayah Sumatera menjadi salah satu

wilayah utama dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional (RTRWN), pengembangaan wilayah Sumatera diarahkan untuk :

(1) Memantapkan interaksi antar-kawasan pesisir timur, kawasan tengah, dan kawasan,

pesisir barat Sumatera melalui pengembangan sistem jaringan transportasi darat, laut,

dan transportasi udara lintas Sumatera yang handal;

(2) Mendorong berfungsinya pusat-pusat permukiman perkotaan sebagai pusat pelayanan

jasa koleksi dan distribusi di Pulau Sumatera;

(3) Mengembangkan akses bagi daerah terisolir dan pulau-pulau kecil di pesisir barat dan

timur Sumatera sebagai sentra produksi perikanan, pariwisata, minyak dan gas bumi

ke pusat kegiatan industri pengolahan serta pusat pemasaran lintas pulau dan lintas

negara;

(4) Mempertahankan kawasan lindung sekurang-kurangnya 40% dari luas Pulau Sumatera

(7)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-7 keselamatan masyarakat dan asset-asset sosial-ekonomi yang berbentuk prasarana,

baik pusat permukiman maupun kawasan budidaya;

(5) Mengembangkan komoditas unggulan wilayah yang memiliki daya saing tinggi

melalui kerjasama lintas sektor dan lintas wilayah provinsi dalam pengelolaan dan

pemasarannya dalam rangka mendorong kemandirian akses ke pasar global dengan

mengurangi ketergantungan pada negara-negara tetangga;

(6) Menghindari konflik pemanfaatan ruang pada kawasan perbatasan lintas wilayah

meliputi lintas wilayah provinsi, lintas wilayah kabupaten dan kota;

(7) Mempertahankan dan melestarikan budaya lokal dari pengaruh negatif globalisasi dan

liberalisasi perdagangan dunia; (8) memantapkan keterkaitan antara kawasan andalan,

kawasan budidaya lainnya, berikut kota-kota pusat-pusat kegiatan di dalamnya dengan

kawasan-kawasan dan pusat-pusat pertumbuhan antar pulau di wilayah nasional, serta

dengan pusat-pusat pertumbuhan di kawasan subregional ASEAN, Asia Pasifik dan

kawasan internasional lainnya.

Pusat-pusat pengembangan di wilayah Sumatera yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional

(PKN) diarahkan untuk :

(1) Mendorong pengembangan kota Lhokseumawe, Dumai dan Batam di wilayah Timur

dan kota Padang di wilayah Barat sebagai pusat pelayanan primer;

(2) Mengendalikan pengembangan kawasan perkotaan Medan-Binjai-Deli Serdang, Bandar

Lampung dan sekitarnya (dsk), dan Palembang dsk, sebagai pusat pelayanan primer

yang sesuai dengan daya dukung lingkungannya; dan

(3) Mendorong pengembangan kota Pekanbaru dan Jambi sebagai pusat pelayanan

sekunder.

Berdasarkan Rapat Koordinasi Gubernur Se Sumatera, disepakati berbagai rumusan

rekomendasi sebagai berikut:

1. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan

Pengembangan Program Pendidikan selain dalam rangka peningkatan kualitas

sumberdaya manusia, juga diarahkan untuk peningkatan relevansi guna pemenuhan

kebutuhan pasar kerja (link and match), baik domestik maupun pasar kerja luar negeri.

Untuk percepatan pelaksanaan program pendidikan, direkomendasikan sebagai berikut:

(8)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-8 (b) menyusun program bidang studi unggulan pada masing-masing perguruan tinggi

se-Sumatera

(c) mendorong percepatan proses peningkatan status Perguruan Tinggi yang telah

dibangun menjadi PTN di Provinsi Kepulauan Riau dan Bangka Belitung

(d) mendorong Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk mendukung anggaran untuk

mewujudkan center of excelence perguruan tinggi se-Sumatera

(e) mendorong pembentukan training center peningkatan kompetensi guru/dosen

bidang studi sesuai potensi keunggulan masing-masing provinsi

(f) mengembangkan kerjasama penelitian dan pengembangan antar perguruan tinggi

se-Sumatera

(g) menyusun skema beasiswa untuk memberi peluang mahasiswa dari Sumatera

(h) menyusun skema kerjasama antar PTN dan antara PTN dan Pemerintah Provinsi Se

Sumatera

(i) Pengawasan Perguruan Tinggi Swasta untuk tetap dapat menjaga standar mutu

(j) Khusus jurusan/Fakultas Bidang Studi Keguruan agar dikelola oleh Perguruan

Tinggi Negeri, guna menjaga standar guru yang berkualitas

(k) Perlu dilakukan studi pengembangan dan event kebudayaan secara reguler dalam

rangka memperkuat Common Sense untuk pembangunan lainnya di berbagai

bidang serta upaya menciptakan masyarakat kreatif yang tidak krisis identitas dan

krisis kepemimpinan.

Untuk lebih menkongkritkan berbagai usulan di Bidang Pendidikan se Wilayah

Sumatera, perlu diagendakan rapat teknis bersama Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi Depdiknas, Forum Rektor dan Bappeda se Sumatera dalam upaya

penyempurnaan rumusan konsep Center of Excelence guna memfungsikan peningkatan

mutu sumberdaya manusia.

2. Bidang Infrastrukur dan Perhubungan

Dalam upaya pemenuhan kebutuhan infrastruktur dan Perhubungan Se Wilayah

Sumatera direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut:

(a) Untuk merealisasikan pembangunan Jembatan Selat Sunda yang telah masuk dalam

RTRWN, RTRW Pulau Sumatera, RTRWP Provinsi Lampung dan Provinsi Banten

dan Blue Book Tri Partit proyek nasional di Bappenas, diperlukan upaya mendesak

(9)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-9 melalui jalur strategis, termasuk pembentukan Badan/Pengelola Pengembangan

Kawasan/Jembatan Selat Sunda, yang melibatkan Pemerintah Daerah di Sumatera.

(b) Untuk merealisasikan program Tol Sumatera diharapkan: (a) setiap daerah untuk

segera membebaskan lahan dan mempersiapkan seluruh dokumen perencanaan

terkait dengan pembangunan Jalan Tol Sumatera dan (b) mendorong Pemerintah

(Bappenas dan Departemen PU) untuk segera merealisasikan pembangunan jalan

tol, baik melalui pendanaan Pemerintah dan Loan, Private Sector maupun

Kerjasama Pemerintah dan Dunia Usaha (Public Private Partnership), yang secara

khusus perlu percepatan pembangunan antara lain: Medan – Kuala Namu – Tebing

Tinggi, Pekanbaru – Dumai, Indralaya – Palembang - Betung, Pekanbaru – Padang,

Lampung – Palembang, Palembang – Bengkulu dan Medan – Banda Aceh.

(c) Departemen PU diharapkan segera menangani Program Peningkatan Jalan Lintas

Sumatera, Feeder Road, Jalan Nasional perkotaan dan Jalan Strategis Nasional/

Jalan Strategis Nasional Rencana di Provinsi-Provinsi Pulau Sumatera, Kepulauan

Riau dan Bangka Belitung, untuk itu dapat ditetapkan sebagai Rencana Aksi dalam

RPJMN 2010-2014, sesuai dengan skala prioritas dan mengacu kepada RTRW

Pulau Sumatera serta arah dan pola pengembangan kawasan strategis di wilayah

Sumatera. Khusus untuk jalan lintas barat maka konstruksi pembangunan/

peningkatan jalan perlu memperhatikan kondisi daerah rawan bencana dan

konservasi kawasan hutan, sedangkan rencana pembangunan Jembatan Selat

Malaka perlu pembahasan yang lebih mendalam antara Pemerintah RI dan

Pemerintah/Kerajaan Malaysia.

(d) Tindakan percepatan dalam pembangunan Rail Way Sumatera antara lain (a)

Penyusunan Road Map dan Grand Design Pembangunan Jalan Kereta Api

Sumatera, (b) setiap Provinsi menyiapkan DED jaringan jalan kereta api sesuai

dengan Road Map dan Grand Design secara terintegrasi (c) mendorong pemerintah

untuk mempercepat realisasi pembangunan kereta api bagi daerah yang telah

memiliki DED sesuai dengan skala prioritas secara berkesinambungan, (d)

merevitalisasi Balai Yasa Kereta Api Lahat, Sumatera Selatan sebagai pusat

pemeliharaan kereta api Sumatera, dan (e) reorganisasi PT Kereta Api Indonesia

dengan membuat PT. Kereta Api Indonesia Wilayah Sumatera dan PT. Kereta Api

(10)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-10 (e) Untuk mempercepat pelaksanaan Sumatera Shipping Lines dibutuhkan upaya: (a)

penyusunan Grand Design Sumatera Shipping Lines, (b) PT. Sumatera Shipping

Lines (SSL ) akan mengadakan Road Show ke masing-masing Provinsi, (c) Dalam

rangka implementasi teknis penyediaan kapal, diharapkan dapat bekerjasama

dengan berbagai pihak seperti PT. Jakarta D’lloyd, PT. Krakatau Steel dan lain-lain

(d) PT. SSL diberi waktu hingga tahun 2010 untuk merealisasikan Sumatera

Shipping Lines, dan apabila sampai tahun 2010 tidak terwujud, maka Agenda SSL

akan ditinjau kembali,

(f) Untuk mempercepat Pembangunan Pelabuhan Samudera disepakati: (a) agar

pemerintah pusat memberikan otoritas pelabuhan kepada provinsi se Sumatera

melalui penyempurnaan regulasi, (b) melakukan validasi data untuk menetapkan

pelabuhan-pelabuhan utama di wilayah Sumatera serta mempersiapkan Master Plan

yang komprehensif.

(g) Untuk peningkatan pengembangan Sumatera Airlines melalui operasional Riau

Airlines pada rute penerbangan di wilayah Provinsi Se Sumatera maka diperlukan

upaya pengembangan Riau Airlines ke depan: (a) meningkatkan performance

kinerja, (b) merealisasikan master plan rute untuk wilayah se Sumatera pada tahun

2010 dan (c) masing-masing Provinsi diharapkan memberikan penguatan melalui

penyertaan modal dan block seat pada rute yang memiliki load factor rendah,

disamping upaya penyertaan modal dari berbagai investor untuk pengembangan

armada dan manajemen pengelolaan usaha.

(h) Mengingat program Sumatera On Line tidak berjalan sebagai mana mestinya, maka

direkomendasikan untuk menjadi bagian dari program Sumatera Promotion Center.

3. Bidang Penataan Ruang

Perlu dikaji kembali tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau Sumatera terutama

tentang penyusunan pola dan struktur ruang dengan memperhatikan ekosistem dan

pengamanan DAS, mengakomodir jaringan jalan lintas tengah dari perbatasan Lampung

dengan Sumatera Selatan sampai dengan Aceh termasuk berbagai usulan pembangunan

infrastruktur strategis, seperti Jalan Tol Sumatera, Jalan Kereta Api Sumatera dan

perencanaan kawasan-kawasan yang akan tumbuh sebagai akibat terhubungnya Pulau

(11)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-11 4. Bidang Kelistrikan

Dalam pemenuhan kebutuhan energi listrik di Sumatera diperlukan langkah-langkah

antara lain: (a) agar dilakukan penguatan kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan

PT. PLN dan merekomendasikan pembentukan PT. Sumatera Power yang secara teknis

akan dibahas dalam pertemuan berikutnya, (b) untuk mendayagunakan potensi

sumberdaya energi yang difasilitasi oleh Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral dan

pemenuhan kebutuhan listrik di Pulau Sumatera maka perlu dilakukan penyusunan/up

dating RUKD Wilayah Sumatera, (c) perlu mendorong Pemerintah Pusat untuk

menerbitkan Peraturan Pemerintah sebagai tindak lanjut UU No. 30 Tahun 2009 tentang

Ketenagalistrikan, yang diharapkan berorientasi pada penguatan kewenangan

pembangunan dan pengelolaan kelistrikan di daerah.

5. Bidang Perdagangan dan Industri

Untuk mengoptimalkan fungsi dan peran Sumatera Promotion Center (SPC) diusulkan

untuk : (a) perlu peningkatan kinerja pengelolaan SPC dalam rangka promosi investasi,

trade and tourism, (b) PT. Sumatera Promotion Center diharapkan dapat menambah

wawasan melalui studi banding kepada pihak-pihak lain dan c) merencanakan ulang

tentang lokasi permanent display dan dikaitkan dengan pengembangan sistem Sumatera

On Line,

6. Bidang Khusus

a. Terkait dengan permasalahan tapal batas antar wilayah Se Sumatera, upaya yang

telah dan akan dilakukan antara lain: (a) penyelesaian tapal batas beberapa Provinsi

telah diselesaikan secara bertahap namun kedepan perlu ditingkatkan

penyelesaian-nya serta penguatan kerjasama pembangunan pada kawasan perbatasan dan untuk itu

masing-masing Provinsi diharapkan mengalokasikan anggaran untuk penyelesaian

tapal batas, (b) Untuk tapal batas beberapa Provinsi di Sumatera yang belum dapat

diselesaikan, telah diupayakan penyelesaiannya hingga ke tingkat DPR RI dan

mengharapkan pihak Departemen Dalam Negeri lebih meningkatkan peran aktif

fasilitasi di dalam penyelesaian tapal batas.

b. Semua usulan rekomendasi yang disepakati Gubernur Se Sumatera menjadi bagian

(12)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-12 7. Isu-Isu Aktual

(a) Dana Bagi Hasil Migas (DBH Migas) yang telah dianggarkan pada tahun berjalan

agar tetap direalisasikan pada tahun tersebut dan tidak ditunda pembayaran pada

tahun berikutnya.

(b) Dalam upaya mewujudkan transparansi dan performance Dana Bagi Hasil

sumberdaya alam bagi daerah, maka perlu dibentuk Tim Advokasi Dana Bagi Hasil

Se Sumatera.

(c) Dalam rangka penguatan perencanaan pembangunan Se Sumatera maka perlu

dibentuk Komite Research and Development dan sebagai implementasi perlu

dilakukan Studi Potensi Pengembangan dan Pembangunan Regional Sumatera.

(d) Dalam rangka meningkatkan potensi penerimaan daerah dari Sektor Kepariwisataan

maka diperlukan penguatan simpul-simpul kepariwisataan melalui kerjasama

pengembangan kepariwisataan Se Sumatera.

(e) Mendasari atas potensi sumberdaya alam wilayah Sumatera yang cukup besar baik

dari Pertanian, Perikanan, Perkebunan maupun Peternakan, maka perlu dilakukan

peningkatan olahan produk menjadi agroindustri dalam bentuk Sentra Industri Hilir

serta penguatan Mapping Area dalam rangka mendorong pengembangan ekonomi

antar wilayah, sesuai dengan potensi yang dimiliki.

(f) Mencermati kondisi geografis Sumatera yang rentan terhadap bencana alam, maka

diperlukan Kerjasama dalam upaya penanggulangan Mitigasi dan Penanggulangan

Bencana Alam.

(g) Mendasari atas potensi sumberdaya alam khususnya di Bidang Perkebunan, dan

dikaitkan dengan sumber penerimaan daerah dari Dana Bagi Hasil, maka

diharapkan agar Pemerintah merealisasikan usulan Dana Bagi Hasil Perkebunan,

terutama dari pajak/tarif ekspor bagi daerah penghasil.

Dalam rangka mengoptimalkan implementasi berbagai agenda kerjasama pembangunan Se

Sumatera tersebut, maka perlu dibentuk kelembagaan sebagai penanggung jawab secara

operasional Kerjasama Gubernur se-Sumatera ke depan dengan komposisi antara lain

sebagai berikut:

(1) Komite Infrastruktur, Perhubungan dan Pengembangan wilayah;

(2) Komite Kelistrikan;

(3) Komite Perindustrian dan Perdagangan;

(13)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-13 (5) Komite Daerah Perbatasan;

(6) Komite Research and Development

(7) Komite Pengembangan Kepariwisataan

Dalam RTR pulau Sumatera menyebutkan pulau Sumatra sebagai kesatuan fungsional

wilayah geografis dan ekosistem yang mencakup wilayah darat, laut, udara dan termasuk

ruang didalam dalam bumi yang mencakup sepuluh provinsi di Sumatera. Dalam perpres ini

juga mengatur koridor ekosistem yang disebutka dalam RTRWN sebagai kawasan koridor

bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi adalah wilayah yang merupakan bagian dari

kawasan lindung dan atau kawasan budidaya yang berfungsi sebagai alur migrasi satwa atau

biota laut, yang menghubungkan antar kawasan konservasi.

3.3 RTRW Provinsi Bengkulu

3.3.1 Rencana Sistem Perkotaan

Rencana pengembangan sistem perkotaan di Provinsi Bengkulu bertujuan untuk mendorong

peran dan fungsi setiap kota dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan dalam

lingkup Provinsi Bengkulu.

A. Rencana Pusat Kegiatan

Rencana pengembangan pusat kegiatan terdiri dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN),

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Di Provinsi Bengkulu

ditetapkan seperti terlihat pada Tabel 3.3.

Berdasarkan kriteria dan arahan kebijakan pengembangan tata ruang Provinsi Bengkulu,

maka rencana struktur pusat kegiatan di Provinsi Bengkulu sampai tahun 2030 terdiri

dari 1 (satu) kota PKNp yaitu ibukota Provinsi Bengkulu yaitu Kota Bengkulu yang

dipromosikan menjadi PKN, 3 (tiga) kota PKW, 3 (tiga) Kota Pkl yang diusulkan

menjasi PKWpromosi (PKWp) dan 10 (sepuluh Pusat Kegiatan Lokal) Kota PKL.

Sistem Perkotaan fungsional wilayah Provinsi Bengkulu diarahkan memiliki 3 hirarki

pusat pelayanan, yaitu :

a. Pusat Kegiatan Nasional promosi (PKNp), yaitu pusat yang melayani wilayah

Provinsi Bengkulu, dan wilayah nasional/internasional yang lebih luas. Pusat

pelayanan ini terletak di kawasan perkotaan Bengkulu (Bengkulu, Sungai Hitam,

Betungan dan Nakau). Pengembangan Kota Bengkulu dan sekitarnya ini

(14)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-14

a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional; b. Kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi;

dan/atau

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;

b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten/ kota; dan/atau

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten/ kota; ditetapkan secara nasional.

3.

Pusat Kegiatan Wilayah yang dipromosikan Provinsi (PKWp)

a. Kawasan Perkotaan yang berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor;

b. Kawasan Perkotaan yang berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten/ kota; dan/atau c. Kawasan Perkotaan yang berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota;

d. dipromosikan oleh pemerintah provinsi

4 Pusat Kegiatan Lokal (Pkl)

a. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan; dan/atau

b.Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan; c.Diusulkan oleh pemerintah kabupaten/kota Sumber : PP 26 Tahun 2008 dan Hasil Analisis Tahun 2009

b. Pusat Kegiatan Wilayah(PKW), yaitu pusat yang melayani satu atau lebih daerah

Kabupaten/Kota. Pusat pelayanan sekunder ini dikembangkan dengan intensitas

yang lebih tinggi untuk memacu pertumbuhan perekonomian di wilayah sekitarnya.

Berdasarkan PP No 26/ Tahun 2008 ,maka ada tiga Pusat Kegiatan Wilayah yang

telah ditetapkan yaitu Kota Curup(ibukota Kabupaten Rejang Lebong), Manna

(ibukota Kabupaten Bengkulu Selatan) dan Muko-Muko. ibukota Kabupaten

Muko-Muko

Selanjutnya, selain PKW yang sudah ditetapkan dalam PP no. 26/Tahun 2008,

maka ibukota-ibukota kabupaten yang merupakan hasil pemekaran dan saat ini

berstatus sebagai PKl dipromosikan dalam perencanaan Provinsi Bengkulu 20

tahun mendatang untuk menjadi PKWp yaitu Kota Kepahiang, Arga Makmur dan

(15)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-15 c. Pusat Kegiatan Lokal(PKL) yaitu kota-kota pusat pelayanan tersier yang

dikembangkan untuk melayani satu atau lebih kecamatan. Pusat pelayanan tersier

ini terutama dikembangkan untuk menciptakan satuan ruang wilayah yang lebih

efisien sebagai sentra pelayanan kegiatan lokal.

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) ditentukan berdasarkan analisis kebutuhan ruang

kawasan perkotaan di Provinsi Bengkulu hingga akhir tahun perencanaan adalah

meliputi Kota Ipuh di Kabupaten Muko-Muko; Ketahun dan Malakoni (P.

Enggano) di Kabupaten Bengkulu Utara; Karang Tinggi di Kabupaten Bengkulu

Tengah; Kota Padang di Kabupaten Rejang Lebong; Dan selanjutnya Bermani Ilir

di Kabupaten Kepahiang, Kota Muara Aman/Tubei di Kabupaten Lebong, Kota

Tais di Kabupaten Seluma, Kota Linau di Kabupaten Kaur dan Kota Masat di

Kabupaten Bengkulu Selatan. Secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan

Tabel 3.5.

Tabel 3.4

Sistem Perkotaan Provinsi Bengkulu Sampai Tahun 2030

Sumber : PP 26 Tahun 2008, dan Hasil Rencana, 2030. Keterangan :

PKN dan PKW : ditetapkan sesuai Kebijakan Nasional

PKWp dan PKL : ditetapkan Atas Usulan dan sesuai Potensi dan Arah Kebijakan Provinsi Bengkulu

B. Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Bengkulu

Sesuai pengertian dalam PP Nomor 26 Tahun 2008 bahwa Kawasan Metropolitan

adalah Kawasan Perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri

sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan disekitarnya yang saling

memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana

wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan

sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa. Sehingga dalam penetapan kawasan metropolitan

dapat disampaikan kriteria sebagai berikut :

PKNp PKW PKWp PKL

Bengkulu

1.Muko-Muko 1. Ipuh

1. Arga Makmur 2. Ketahun

3. Malakoni 4. Karang Tinggi

5. Muara Aman

2.Kepahiang 6. Bermani Ilir

2.Curup 7. Kota Padang

8. Tais

3.Manna 9. Masat

(16)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-16 Tabel 3.5

Rencana Sistem Perkotaan di Provinsi Bengkulu Sampai Tahun 2030

No. Nama & Hirarki

Kota Strategi Fungsi

I. PKW dipromosikan menjadi PKNp

1. Kota Bengkulu Pengembangan/Peningkatan Fungsi

 Pusat pemerintahan provinsi

 Pusat perdagangan dan jasa regional.

 Pusat distribusi dan koleksi hasil pertanian, perkebunan dan perikanan

 Pusat Industri

 Pusat transportasi darat, laut dan udara

 Pusat wisata sejarah dan pendukung jasa pariwisata.

 Pusat Pendidikan tinggi.

 Pusat Industri.

II.A PKW (sesuai PP no.26 Tahun 2008)

1. Manna(Kabupaten Bengkulu Selatan)

Pengembangan/Peningkatan Fungsi

 Pusat pemerintahan kab.

 Pusat Pelayanan Fasilitas : Pendidikan Tinggi, kesehatan, dll.

 Pusat perdagangan dan jasa

 Pusat Koleksi dan distribusi hasil Pertanian, Perkebunandan sub sector pertanian, dan Perikanan

 Industri Pengolahan Hasil Pertanian & Industri Rumah Tangga (Makanan-Minuman)

 Pusat Agroindustri

 Pusat Transportasi

 Permukiman

 Pariwisata bahari dan pariwisata buatan

 Pertambangan

 Pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan beberapa kab.

 Pusat koleksi dan distribusi hasil-hasil tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan kehutanan

 Pusat Industri (antara lain pengolahan Kelapa Sawit)

 Pusat Pertambangan (batubara)

 Pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan beberapa kab.

 Pusat Industri

 Simpul transportasi utama penghubung ke jaringan Lintas Tengah Sumatera (PKN :Palembang).

 Pusat Kegiatan Pertanian, (tanaman pangan dan perkebunan, peternakan, perikanan darat)

 Pusat Pariwisata Alam (perkebunan) II.B PKWp (promosi) Ibukota-Ibukota Kabupaten Hasil Pemekaran (Pkl) yang diusulkan menjadi PKW

1 Kepahiang Pengembangan/Peningkatan Fungsi

 Pusat pemerintahan kab.

 Pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan beberapa kabupaten .

 Simpul transportasi untuk beberapa kabupaten .

 Pusat kegiatan Pertanian dan Perkebunan(teh) skala wilayah.

 Pariwisata Alam

2 Arga Makmur Pengembangan/Peningkatan Fungsi

 Pusat pemerintahan kab.

 Pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan beberapa kab .

 Pusat Industri

 Pusat Pertanian, Perkebunan, Perikanan Laut dan Kehutanan skala wilayah.

 Pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan beberapa kabupaten .

 Pusat Pertanian, Pertambangan(pasir kuarsa, migas, emas, andesit dan marmer), Perkebunan (jahe gajah) dan Perikanan skala wilayah

 Industri Minuman Jahe instan III PKL (Pusat Kegiatan Lokal)

1. Ipuh

(Kab. Muko-Muko) Pengembangan/Peningkatan Fungsi

 Pusat Pemerintahan Kecamatan

 Pusat Perdagangan dan Jasa Skala Lokal

 Simpul transportasi darat yang terletak di Jalinbar Muko-Muko - Bengkulu

(17)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-17

 Pusat Kawasan Agropolitan (KTM)LAGITA

 Pusat Pertanian (padi), Perkebunan (Kelapa sawit dan karet) dan pertambangan batubara

 Pusat perdagangan dan jasa skala lokal

 Pusat perikanan laut

 Pusat Kawasan Kegiatan Wisata Laut

 Pusat Pertahanan Kemanan (pulau terluar)

4.

 Pusat Perdagangan Jasa skala lokal

 Simpul transportasi dari arah Timur (Provinsi Sumatera Selatan)menuju Kota Bengkulu

 Pusat Pertanian dan Perkebunan skala lokal

5.. Kota Padang (Kab.Rejang Lebong)

Pengembangan/Peningkatan Fungsi

 Pusat Pemerintahan Kecamatan

 Simpul transportasi jalan rel dan jalan raya (menuju Provinsi Sumatera Selatan dari Kota Bengkulu)

 Pusat Perdagangan dan jasa skala lokal

 Pusat Pertanian dan Perkebunan skala lokal

6. Bermani Ilir (Kab.Kepahiang)

 Pusat Pemerintahan Kecamatan

 Simpul transportasi dari Kota Bengkulu menuju Kab. Rejang Lebong

 Pusat Perdagangan dan jasa skala lokal

 Pusat Pertanian dan Perkebunan karet, kelapa sawit, kopi dan kelapa skala lokal

7 Muara Aman/Tubei (Kab. Lebong)

 Pusat Pemerintahan Kabupaten

 Pusat Pertanian dan Perkebunan dan Kehutanan

 Pusat Konservasi

8. Tais (Kab. Seluma) Pengembangan/Peningkatan Fungsi

 Pusat pemerintahan Kabupaten

 Simpul transportasi yang terletak di Jalan Lintas barat

 Pusat pertanian dan perkebunan

9.

 Pusat perdagangan dan jasa skala lokal

 Pusat perikanan laut

 Pusat wisata

1) Memiliki jumlah penduduk paling sedikit 1.000.000 (satu juta) jiwa;

2) Terdiri atas satu kawasan perkotaan inti dan beberapa kawasan perkotaan di

sekitarnya yang membentuk satu kesatuan pusat perkotaan; dan

3) Terdapat keterkaitan fungsi antar kawasan perkotaan dalam satu sistem

metropolitan.

Berdasarkan pada kriteria tersebut di atas, maka kawasan metropolitan Bengkulu secara

administrasi meliputi wilayah Kota Bengkulu, Sungai Hitam, Betungan dan Nakau

dapat dikembangkan sebagai kota metropolitan dengan peran masing-masing sebagai

berikut :

a. Kota Bengkulu sebagai kawasan perkotaan inti,

(18)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-18

C. Rencana Pembangunan dan Peningkatan Jalan

Rencana Pembangunan dan Peningkatan Jalan di Provinsi Bengkulu dimaksudkan untuk

mendukung Rencana Struktur Ruang Kota Bengkulu. Sesuai arahan struktur ruang

ibukota Provinsi Bengkulu diarahkan sebagai Kota PKNp. Mengingat, bahwa penetapan

Kota Bengkulu sebagai Kota PKNp memerlukan kajian dan proses legal yang lama dan

sebelum Kota Bengkulu menjadi Kota PKN, maka jalan yang menuju kota Bengkulu

belum dapat ditetapkan menjadi jalan Arteri Primer. Rencana pembangunan dan

peningkatan jalan dan jembatan sampai dengan tahun 2030 di Provinsi Bengkulu yaitu:

Peningkatan kondisi jalan dan geometrik jalan sesuai dengan fungsinya

Pembangunan dinding penahan abrasi air laut pada ruas jalan Batas

Sumbar-Bengkulu

Rencana pengembangan jaringan jalan Nasional Trans Enggano yaitu ruas jalan Ka’ana-Kahyapu, Kahyapu-Tg.Keramai, Malakoni-Ka’ana, Malakoni-Banjarsari sebagai pendukung keterbukaan wilayah pulau Enggano

Perbaikan perkerasan pada ruas jalan-ruas jalan Kolektor Primer 2 yang rusak .

Perlindungan terhadap kerusakan lingkungan khusunya pada ruas jalan yang

meilntasi hutan lindung dan taman nasional.

Sejalan dengan rencana pengembangan Struktur Ruang Provinsi, bahwa Kota

Bengkulu diarahkan sebagai PKNp, maka peningkatan kondisi jalan dan geometrik

jalan Provinsi pada akhir tahun perencanaan sesuai dengan fungsi dengan asumsi,

bahwa apabila Kota Bengkulu sudah disetujui sebagai PKN sehingga pembangunan

dan peningkatan jalan dalam jangka Panjang adalah peningkatan fungsi jalan

nasional dari K-1 menjadi Arteri Primer (AP) nasional Batas Sumbar – Bengkulu –

Batas Lampung. Beberapa ruas jalan yang akan berubah fungsinya, apabila Kota

Bengkulu berstatus sebagai PKNp dapat dilihat pada Tabel 3.6 - Tabel 3.9.

Rencana pembangunan Jalan Lintas Tengah Provinsi Bengkulu yaitu pembangunan

jalan baru yang berfungsi sebagai jalan kolektor primer meliputi ruas jalan dan

jembatan yaitu: Batas Provinsi Lampung - Muara Dua - Muara Sahung - Datar

Lebar - Batu Ampar - Palak Bengkerung -Simpang Pino – Sendawar - Padang Capo

- Lubuk Sini – Pelajau - Lubuk Durian - Gunung Selan - Giri Mulya - Dusun Baru -

Napal Putih - Suka Merindu - Talang Gelumbang -Talang Arah – Tunggang -

Bunga Tanjung - Lubuk Saung - Lalang Petai - Lubuk Pinang - Batas Sumatera

(19)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-19

Tabel 3.6

Jaringan Jalan Nasional Provinsi Bengkulu Menurut Keputusan Menteri PU No 630/KPTS/M/2009

Nomor Ruas

Baru Nama Ruas Jalan

PanjangJ

alan (km) Fungsi Status Kabupaten 001 Batas Prov. Sumbar - Mukomuko 33.520 K-1 Nasional Muko-Muko 002 Muko-Muko- Bantal 51.420 K-1 Nasional Muko-Muko

008 Lais- Kerkap 20.620 K-1 Nasional Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah

013 11 K Jln. Air Sebakul - Betungan(BENGKULU) 6.330 K-1 Nasional Kota Bengkulu

014 11 K Jln. Betungan- Padang Serai(BENGKULU) 4.400 K-1 Nasional Kota Bengkulu

015 11 K Jln. Akses Pelabuhan(BENGKULU) (PG. DEWA P. BAAI) 5.140 AP Nasional Kota Bengkulu

020 Maras – Sp Kurawan (MANNA) 14.770 K-1 Nasional Seluma, Bengkulu Selatan

020 11 K Sp Kurawan – K. Bupati (MANNA) 4.110 K-1 Nasional Bengkulu Selatan

020 12 K K. Bupati – Jln. Samsul Bahrun(MANNA) 5.720 K-1 Nasional Bengkulu Selatan

021 Sp. Rukis(Manna) – Tanjung Kemuning 40.700 K-1 Nasional Bengkulu Selatan 021 11 K Jln. Iskandar Basir (MANNA) 1.450 K-1 Nasional Bengkulu Selatan 022 Tanjung Kemuning – Linau 44.260 K-1 Nasional Bengkulu Selatan

023 Linau – Batas Prov. Lampung 28.410 K-1 Nasional Bengkulu Selatan

024 Nakau – Batas Kota Kepahyang 48.560 AP Nasiona Kota Bengkulu, Kepahyang

024 11 K Jln. Merdeka(KEPAHYANG) 2.000 AP Nasiona Kepahyang

024 12 K Jln. Santoso(KEPAHYANG) 0.300 AP Nasiona Kepahyang

024 13 K Jln. Lintas Bengkulu(KEPAHYANG) 1.900 AP Nasiona Kephyang

025 Bts Kota Kepahyang – Sp Tabamulan

(CURUP) 21.130 AP Nasiona Kepahyang, Rejang Lebong 026 Sp. Tabamulan – Bts Kota CURUP 5.060 AP Nasiona Rejang lebong

026 11 K Jln. Thamrin(CURUP) 0.900 AP Nasiona Rejang lebong

026 12 K Jln. Merdeka(CURUP) 1.600 AP Nasiona Rejang lebong

026 13 K Jln. A. Yani (CURUP) 1.300 AP Nasiona Rejang lebong

027 Sp. Nangka(CURUP) – Batas Prov .

SUMSEL 42.960 AP Nasiona Rejang lebong

027 11 K Curup – Sp. Nangka (Curup) 6.450 AP Nasiona Rejang lebong

(20)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-20

Tabel 3.7

Jaringan Jalan Kolektor Primer 2 (KP-2) yang menjadi Kewenangan Provinsi Bengkulu Menurut Status dan Fungsi Jalan

Nomor Ruas Nama Ruas Jalan

Panjang

(21)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-21

Tabel 3.8

Usulan Rencana Peningkatan Jaringan Jalan Nasional (KP1 menjadi AP) di Provinsi Bengkulu untuk Mendukung Fungsi Kota Bengkulu sebagai PKNp(romosi)

Nomor Ruas

Baru Nama Ruas Jalan

Panjang

Jalan (km) Fungsi Status Kabupaten 001 Batas Prov. Sumbar - Mukomuko 33.520 AP Nasional Muko-Muko 002 Muko-Muko- Bantal 51.420 AP Nasional Muko-Muko

008 Lais- Kerkap 20.620 AP Nasional Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah

009 Kerkap – Ps Pedati(S. Hitam) 21.130 AP Nasional Bengkulu Tengah, Kota 013 11 K Jln. Air Sebakul - Betungan(BENGKULU) 6.330 AP Nasional Kota Bengkulu

014 11 K Jln. Betungan- Padang Serai(BENGKULU) 4.400 AP Nasional Kota Bengkulu 018 Betungan – Tais 43.420 AP Nasional Kota Bengkulu, Seluma

019 Tais – Maras 58.120 AP Nasional Seluma

020 Maras – Sp Kurawan (MANNA) 14.770 AP Nasional Seluma, Bengkulu Selatan

020 11 K Sp Kurawan – K. Bupati (MANNA) 4.110 AP Nasional Bengkulu Selatan

020 12 K K. Bupati – Jln. Samsul Bahrun(MANNA) 5.720 AP Nasional Bengkulu Selatan

021 Sp. Rukis(Manna) – Tanjung Kemuning 40.700 AP Nasional Bengkulu Selatan 021 11 K Jln. Iskandar Basir (MANNA) 1.450 AP Nasional Bengkulu Selatan 022 Tanjung Kemuning – Linau 44.260 AP Nasional Bengkulu Selatan 023 Linau – Batas Prov. Lampung 28.410 AP Nasional Bengkulu Selatan

Tabel 3.9

Nama Ruas Jalan yang merupakan Rencana Pembangunan Jalan Baru (Jalan Lintas Tengah) di Provinsi Bengkulu Menurut Status dan Fungsi

No Nama Ruas Jalan Fungsi Status Kabupaten

1

Lubuk Pinang - Lalang Luas –Lubuk Pauh-Sungai Jerinjing-Sungai Ipuh-Lubuk Saung - Bukit Makmur - Talang Arah - Gajah Makmur (SP VIII

K-2 Provinsi Muko Muko

2

Suka Baru (PLG) - Air Tenang – Talang Lumpang-Tanjung Dalam-Teluk Kangu- Batu Payung - Talang Benai - Daen Sunraio - Limas Jaya (D IV) – Unit IX - Giri Mulya - Kuro Tidur – Senali – Taba Tembilang - Lubuk Saung – Kemumu - Lubuk Durian - Pematang Tiga – Sekayun – Bajak – Kelindang - Lubuk Sini - Suka Rami

K-2 Provinsi Bengkulu Utara

3 Padang Capo – Ulu Talo - Durian Bubur – Sendawar K-2 Provinsi Seluma 4 Simpang Manna+Tanjung Sakti – Palak Bengkerung –

Batu Ampar K-2 Provinsi Bengkulu Selatan

(22)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-22

D. Rencana Terminal dan Sarana Angkutan Umum

Terminal penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menaikkan/

menurunkan penumpang, perpindahan intra dan atau antar moda transportasi serta

pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. Terminal penumpang

berdasarkan fungsi pelayanannya dibagi menjadi :

1. Terminal Penumpang Tipe A, berfungsi melayani kendaraan angkutan umum untuk

angkutan luar kota antar propinsi, dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan

antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.

2. Terminal Penumpang Tipe B, berfungsi melayani kendaraan angkutan umum untuk

angkutan kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.

3. Terminal Penumpang Tipe C, berfungsi melayani kendaraan angkutan umum untuk

angkutan pedesaan

Persyaratan Lokasi untuk masing-masing tipe terminal adalah sebagai berikut:

1. Terminal Tipe A

Terletak di Ibukota Propinsi, Kota atau Kabupaten dalam jaringan trayek antar

kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara

Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III A

Jarak antara dua terminal penumpang, tipe A sekurang-kurangnya 20 km di

Pulau Jawa, 30 km di pulau Sumatera dan 50 km di pulau lainnya

Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk terminal di Pulau

Jawa dan Sumatera dan 3 ha untuk pulau lainnya

Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal,

sekurang-kurangnya berjarak 100 meter di Pulau Jawa dan 50 meter di pulau lainnya.

2. Terminal Tipe B

Terletak di Kota atau Kabupaten dalam jaringan trayek antar kota dalam

propinsi.

Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang-kurangnya

kelas III B.

Jarak antara dua terminal penumpang, tipe B atau dengan terminal tipe A

sekurang-kurangnya 15 km di Pulau Jawa, dan 30 km di pulau lainnya

Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 3 ha untuk terminal di Pulau

(23)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-23 Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal,

sekurang-kurangnya berjarak 50 meter di Pulau Jawa dan 30 meter di pulau lainnya.

Berdasarkan kriteria di atas, maka struktur pengembangan terminal penumpang di

Provinsi Bengkulu diarahkan pada pemberdayaan fungsi Terminal tipe A dan Tipe B

yang sudah terbangun di Provinsi Bengkulu, seperti disajikan pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10

Terminal Tipe A dan Tipe B di Provinsi Bengkulu

No. Nama Terminal Type Lokasi

1 Betungan A Kota Bengkulu

2 Ketahun B Ketahun

3 Ipuh B Ipuh

4 Lubuk Pinang B Lubuk Pinang

5 Taba Penanjung B Taba Penanjung

6 Gunung Ayu B Manna

7 Simpang Nangka B Curup

E. Jalan Rel

Sesuai dengan arahan pola pengelolaan sistem jaringan jalan rel pulau Sumatera,

arahan pengembangan jalan rel di Provinsi Bengkulu didasarkan pada strategi

pengembangan jaringan transportasi kapasitas tinggi, khususnya untuk angkutan

barang atau produk komoditas berskala besar.

Jalan rel kereta api merupakan pengembangan baru yang menghubungkan wilayah

Provinsi Bengkulu dengan Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Sumatera

Barat.Lintasan jalan rel kereta api yang dikembangkan adalah :

- Lintasan Tebingtinggi – Bengkulu

- Lintasan Bengkulu – Muko-Muko -Kota Padang- Pariaman dst.

- Lintasan Linau(Bintuhan) – Muara Enim

Pengembangan jalan rel kereta api ini masih memerlukan kajian tentang kelayakannya

serta perencanaan dan perancangan teknis.Selain itu, karena rencana jalan rel Linau –

(24)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-24

F. Angkutan Penyeberangan

Pengembangan angkutan penyeberangan diarahkan pada peningkatan keterkaitan pulau

Enggano dengan wilayah daratan Provinsi Bengkulu. Pengembangan angkutan

penyeberangan merupakan peningkatan dari angkutan penyeberangan yang ada

sekarang dan pengembangan lintasan baru disertai pembangunan dermaga/terminal

penyeberangan.

Pengembangan angkutan penyeberangan di Provinsi Bengkulu meliputi :

1. Lintasan Bengkulu – Enggano, dengan pelabuhan penyeberangan masing-masing

Pulau Baai dan Kahyapu dengan kapal jenis Ro-Ro. Peningkatan pelayanan

angkutan penyeberangan Pulau Baai – Kahyapu ini terutama berkaitan dengan

pengembangan Pulau Enggano.

2. Lintasan Pulau Baai – Pulau Tikus, dengan pembangunan pelabuhan di Pulau

Tikus. Pengembangan angkutan penyeberangan ini adalah untuk mendukung

pengembangan kegiatan wisata di Pulau Tikus.

3. Lintasan Linau (Kabupaten Kaur) – Kahyapu (Enggano), dengan pengembangan

pelabuhan baru di Linau.

4. Lintasan Ketahun (Kabupaten Bengkulu Utara) – Enggano, dengan pengembangan

pelabuhan baru di Ketahun.

G. Transportasi Laut

Pengembangan transportasi laut diarahkan pada peningkatan dukungan transportasi laut

dalam keterkaitan pelayanan antar kawasan di Provinsi Bengkulu.

Pengembangan transportasi laut di Provinsi Bengkulu merupakan peningkatan dari

prasarana pelabuhan yang ada sekarang dan pengembangan pelabuhan baru, meliputi :

1. Pengembangan Pelabuhan Pulau Baai menjadi pelabuhan pengumpul prioritas

sedang pada jangka Menengah(sebelum Bengkulu menjadi PKN). Apabila Kota

Bengkulu disetujui menjadi PKNp, maka Pengembangan Pelabuhan Pulau Baai

direncanakan menjadi pelabuhan utama. Pelabuhan Pulau Baai ini akan melayani

kegiatan ekspor dan impor bagi Provinsi Bengkulu. Peningkatan prasarana dan

sarana di pelabuhan P.Baai meliputi:

a. Peningkatan dermaga Pulau Baai untuk melayani kapal berbobot besar dengan

(25)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-25 b. Pembangunan lapangan penumpukan peti kemas.

c. Perpanjangan break water pelabuhan P. Baai.

d. Pengembangan fasilitas kesyahbandaran dan penjagaan laut dan pantai.

e. Pemeliharaan alur dan kolam Pelabuhan Pulau Baai.

2. Pengembangan pelabuhan Malakoni untuk angkutan khusus wisatawan. Sementara

untuk mendukung kegiatan perikanan berpeluang dikembangkan pelabuhan

perikanan (pelabuhan khusus). Pelabuhan Malakoni diarahkan menjadi Pelabuhan

Pengumpan Lokal.

3. Pengembangan Pelabuhan Linau, di Kabupaten Kaur, yang merupakan peningkatan

dari kegiatan pelabuhan yang ada untuk mendukung peluang integrasi antara

pelabuhan laut dengan pelabuhan penyeberangan dan jalan rel. Pelabuhan Linau

diarahkan menjadi Pelabuhan Pengumpul prioritas sedang.

4. Peningkatan pelabuhan Mukomuko, di Kabupaten Mukomuko, yang merupakan

peningkatan dari kegiatan pelabuhan yang ada/pernah ada. Pelabuhan ini diarahkan

menjadi Pelabuhan Pengumpan Lokal.

5. Pengembangan angkutan laut perintis dari P. Baai ke Pulau Enggano, Muko-Muko,

Linau.

6. Pengembangan pelabuhan khusus Ipuh dan Ketahun untuk mendukung kegiatan

ekonomi, khususnya perkebunan sawit di kawasan KTM Lagita (pelabuhan

Ketahun).

7. Dan pembangunan pelabuhan khusus Putri Hijau di Bengkulu Utara untuk

mendukung kegiatan pengangkutan batubara.

H. Transportasi Udara

Seperti halnya pengembangan transportasi laut, pengembangan transportasi udara juga

diarahkan pada peningkatan dukungan transportasi udara dalam pelayanan keterkaitan

antar kawasan di Provinsi Bengkulu. Pengembangan transportasi udara di Provinsi

Bengkulu merupakan peningkatan dan pelengkapan serta pembangunan baru bandar

udara, meliputi :

1. Peningkatan jalur pelayanan ke Provinsi lain dan luar negeri untuk mendukung

fungsi kota Bengkulu menjadi PKN.

2. Peningkatan pelayanan Bandar Udara Fatmawati (Padang Kemiling) Bengkulu

meliputi:

(26)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-26 b. peningkatan kapasitas dan fasilitas terminal bandara.

c. Pengembangan Rute Penerbangan ke luar propinsi

d. Peningkatan fasilitas barang/car

e. Pengembangan penerbangan kabupaten ke Muko-muko dam Enggano.

3. Peningkatan Bandar Udara Mukomuko, di Kabupaten Mukomuko dari lapangan

terbang yang ada sekarang, dengan kapasitas pelayanan untuk pesawat kecil.

4. Pengembangan Bandar Udara di Enggano, yang akan mendukung pengembangan

Pulau Enggano, terutama untuk mendukung kegiatan pariwisata.

3.3.2 Rencana Sistem Jaringan Energi Listrik

Rencana sistem jaringan prasarana energi listrik di Provinsi Bengkulu dilaksanakan sbb :

mengembangkan sistem jaringan listrik interkoneksi Pulau Sumatera, untuk mendukung

pusat-pusat permukiman, pusat produksi dan distribusi dalam kawasan pusat kegiatan

(nasional(promosi), wilayah(promosi), lokal dan kawasan strategis); pemanfaatan

sumber energi biomassa, mikrohidro dan panas bumi sebagai alternatif sumber energi

terbarukan (renewable);

serta mengembangkan sistem jaringan energi dan listrik terbarukan pada kawasan

tertinggal dan terisolir, termasuk kepulauan dan gugusan pulau-pulau kecil.

Sumber energi listrik yang melayani Provinsi Bengkulu pada saat ini tahun 2009 ada dua

yaitu PLTA Danau Tes dan PLTA Musi. PLTA Danau Tes menghasilkan listrik dengan

kapasitas 18,96 MW. Sedangkan PLTA Musi memiliki kapasitas yang mencapai 210 MW

(efektif melayani provinsi Bengkulu hanya 35 MW, sisanya digunakan untuk melayani

Provinsi Sumatera Selatan melalui jaringan interkoneksi). Dengan demikian maka kapasitas

daya tersedia mencapai total 228,96 MW untuk melayani provinsi Bengkulu dengan asumsi

PLTA Danau Tes dimanfaatkan seluruhnya untuk Provinsi Bengkulu.

Rencana pengembangan jaringan energi listrik di Provinsi Bengkulu dilakukan berdasarkan

perhitungan kebutuhan daya listrik mengacu kepada SNI 03-1733-2004 dengan ketentuan

sebagai berikut:

Setiap unit rumah tangga harus mendapatkan daya listrik dari PLN atau dari sumber

lain; dan

Setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik minimum 450 VA per jiwa

(27)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-27 Disediakan gardu listrik untuk setiap 200KVA daya listrik yang ditempatkan pada lahan

yang bebas dari kegiatan umum.

Kebutuhan daya listrik diperkirakan dengan asumsi sebagai berikut:

Kebutuhan listrik perumahan adalah sebesar 40% dari kebutuhan total.

Kebutuhan listrik fasilitas pemerintah dan pelayanan umum adalah 15% dari kebutuhan

total.

Kebutuhan listrik industri adalah 15% dari kebutuhan total.

Kebutuhan listrik fasilitas komersial adalah 10% dari kebutuhan total.

Kebutuhan listrik penerangan jalan adalah 10% dari kebutuhan total.

Kebutuhan untuk cadangan listrik adalah 10% dari kebutuhan total.

Berdasarkan standar dan asumsi diatas, maka kebutuhan daya listrik untuk Provinsi

Bengkulu sampai dengan tahun 2030 diperkirakan adalah sebesar 2900 Mwatt. Untuk lebih

jelasnya tentang perkiraan kebutuhan daya listrik dapat diLihat Tabel 3.11. Untuk

memenuhi kebutuhan daya listrik sebesar total 2.899,5 MW, maka rencana pengembangan

sistem kelistrikan di Provinsi Bengkulu untuk 20 tahun ke depan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.11

Proyeksi Kebutuhan Daya Listrik Provinsi Bengkulu s/d 2030 (dalam MWatt)

mengembangkan sumber-sumber energi listrik yang diprioritaskan untuk mendukung

ketersediaan pasokan tenaga listrik untuk kegiatan permukiman dan jasa pendukungnya,

perkantoran dan pariwisata di kawasan perkotaan, perdesaan dan pulau-pulau kecil .

kebijakan, bahwa pasokan sumber energi listrik kegiatan industri swasta diharapkan

memenuhi kebutuhannya sendiri melalui berbagai sumber energi alternatif berbasiskan

pemanfaatan teknologi tinggi yang mampu menghasilkan energi untuk mengurangi

(28)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-28 meningkatkan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Air meliputi PLTA Tes ; PLTA

Musi dan Pengembangan PLTA lainnya meliputi Air Ketahun, Air Elang, Air Numan

Air Nasal, Air Padang dan Air Seginim.

mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan adanya cadangan

batubara yang memadai, serta pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

(PLTP) atau Geothermal di Ulu Lais, PLTG Alam dan PLTD disesuaikan dengan

ketersediaan potensi sumber.

mengembangkan potensi panas bumi di Tambang Sawah, Suban dan Lebong Simpang,

Potensi panas bumi tersebut dapat dikembangkan menjadi pembangkit tenaga listrik

panas bumi.

mengembangkan Pembangkit Listrik Mikrohidro (PLTMH) di daerah perdesaan, yang

didukung dengan adanya sekitar 130 sungai di provinsi Bengkulu, yang sangat

mendukung untuk pengembangan PLTMH.

Jaringan transmisi tenaga listrik yang menghubungkan Provinsi di Sumatera dan Pulau Jawa

merupakan transmisi yang terdiri atas Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dan

Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT);

3.3.3 Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi

Rencana Sistem JaringanTelekomunikasi merupakan prasarana penting dalam mendukung

kegiatan sosial-ekonomi masyarakat, kegiatan pemerintahan serta kegiatan lainnya di

Provinsi Bengkulu.

Berdasarkan RTR Pulau Sumatera, pengembangan sistem telekomunikasi di provinsi

Bengkulu akan diarahkan pada perwujudan sistem telekomunikasi satelit pada kota-kota

PKW. Pengembangan sistem prasarana telekomunikasi di Provinsi Bengkulu adalah:

a. mengembangkan jaringan telekomunikasi untuk meningkatkan keterkaitan antar

wilayah di Provinsi Bengkulu .

b. mengembangkan jaringan telekomunikasi sampai ke desa-desa terutama Desa Pusat

Pertumbuhan (DPP) dalam rangka meningkatkan keterkaitan kota-desa.

c. mengembangkan jaringan telekomunikasi untuk mendukung pengembangan kota-kota

(PKN promosi dan PKW promosi) dan kawasan strategis serta hingga ke pelosok

(29)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-29 d. mengembangan prasarana telekomunikasi meliputi sistem terestrial yang terdiri dari

sistem kabel,system seluler dan system satelitsebagai penghubung antar pusat-pusat

pertumbuhan.

Rencana Sistem jaringan telekomunikasi berdasarkan perkiraan kebutuhan pelayanan

telepon (menggunakan SNI 03-1733-2004) diarahkan pada penyediaan pelayanan untuk

335.057 sambungan telepon, 10.309 telepon umum, 35 Sentral Telepon Otomat (STO) dan

jaringan distribusi untuk mendukung pusat-pusat kegiatan ekonomi pada pusat kegiatan

(Nasional(promosi), Wilayah(promosi) dan Lokal) serta kawasan strategis dan prioritas

sebagai salah satu pendorong berkembangnya investasi. Secara lebih rinci dapat dilihat pada

Tabel 3.12.

Tabel 3.12

Kebutuhan Pelayanan Telepon di Provinsi Bengkulu Tahun 2030

No. Kabupaten Sambungan Telepon

Telepon

Umum STO

1. Bengkulu Selatan 27.520 847 3

2. Rejang Lebong 49.042 1.509 5

3. Bengkulu Utara 44.361 1.365 5

4. Kaur 28.397 874 3

5. Seluma 45.239 1.392 5

6. Muko-muko 33.558 1.033 3

7. Lebong 20.006 616 2

8. Kepahiang 25.903 797 3

9. Bengkulu 45.104 1.388 5

10. Bengkulu tengah 15.928 490 2

Jumlah 335.057 10.309 35

Sumber : Analisis Kebutuhan Tahun 2029

3.3.4 Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Rencana pengembangan prasarana sumberdaya air meliputi konservasi sumber daya

air,pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Konservasi

sumberdaya air dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan dan

sumber air tanah melalui optimasi pemanfaatan sumber,pembuatan bendungan, dan

penjernihan air. Selain itu juga diperlukan penurapan mata air dan membangun sumur bor,

pencegahan pencemaran pada cekungan air tanah (cat) di berbagai sumber. untuk

meningkatkan pendayagunaan sumber daya air direncanakan melalui pengembangan

jaringan irigasi pada wilayah kabupaten yang memiliki pertanian lahan basah, sedangkan

untuk pengendalian daya rusak air dilakukan melalui pembangunan dan/atau pengembangan

(30)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-30 Rencana pendayagunaan Sumber Daya Air di Provinsi Bengkulu diarahkan untuk

pengembangan prasarana sumberdaya air yang memenuhi berbagai kepentingan.

Pengembangan prasarana sumberdaya air untuk air baku diarahkan untuk mengoptimalkan

pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah.

Berdasarkan RTR Pulau Sumatera pengembangan sumber daya air di wilayah Provinsi

Bengkulu dalam kaitannya dengan wilayah yang lebih luas adalah sebagai berikut:

1. Pengelolaan wilayah sungai lintas provinsi beserta DAS yang termasuk di dalamnya

adalah:

a. WS Musi (Sumatera Selatan – Bengkulu – Lampung) yang meliputi DAS Musi,

DAS Lakitan, DAS Kelingi, DAS Rawas, DAS Semangus dan DAS Batanghari

Leko.

b. WS Teramang – Ipuh (Bengkulu – Jambi) yang meliputi DAS Teramang, DAS

Ipuh, DAS Retak, DAS Buluh, DAS Selagan, DAS Bantai, DAS Dikit dan DAS

Manjuto.

c. WS Nasal – Padang Guci (Bengkulu – Sumatera Selatan – Lampung) yang

meliputi DAS Air nasal, DAS Air Sambat, DAS Air Tetap, DAS Air Luas, DAS

Air Kinal, DAS Air Padang Guci, DAS Air Sulau, DAS Air Kedurang, DAS Air

Bengkenang dan DAS Air Manna.

2. Pengembangan sarana/prasarana sumber daya air yang terdiri atas: pemeliharaan

kawasan di sekitar bendung yang meliputi bendung Muko-Muko kiri, bendung Air

Majunto, bendung Air Kesubun, bendung Air Lais Kurotidur, bendung Air Seluma,

bendung Air Selebang Kedurang, bendung Batutegi.

A. Air Tanah dan Air Permukaan (Wilayah Sungai)

Sumber air tanah di Provinsi Bengkulu, bagian puncak jajaran gunungapi strato di

bagian timur merupakan daerah penangkap hujan di mana aliran permukaan lebih

dominan, sehingga digolongkan sebagai daerah air tanah langka. Secara alami sungai

yang mulai terbentuk di bagian pucak tersebut serta bagian tubuh gunung akan mengalir

menyebar ke arah kaki gunung sehingga produktivitas akuifer di daerah gunungapi

strato secara berangsur akan semakin meninggi ke arah bagian kaki gunung. Daerah

sekitar Curup-Kepahiang merupakan daerah paling prospektif kandungan air tanahnya,

mengingat daerah tersebut merupakan cekungan antara gunung sehingga aliran air tanah

(31)

Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 3-31 sebagai penyalur air tanah memberikan sumbangan bagi terkumpulnya sumber air tanah

di cekungan ini. Akuifer terpenting di daerah gunungapi adalah endapan lahar dan

lava vesikuler. Tercatat beberapa mata air yang muncul dari akuifer tersebut debitnya

mencapai lebih dari 200 l/detik.

Daerah Aliran Sungai (DAS) di Provinsi Bengkulu sangat dipengaruhi oleh kondisi

bentuk wilayah, tanah, geologi, geomorphologi, intensitas hujan dan vegetasi. DAS

yang termasuk luas dan sedang ada 27 buah, dan DAS yang terluas adalah Air Kungkai

mempunyai luas 285.016,31 Ha dan Air Ketahun seluas 263.033,72 Ha.

Aliran air sungai yang deras dan tajam mempunyai potensi untuk dijadikan sebagai

sumber pembangkit listrik tenaga air berskala kecil (mikro) terutama pada sungai-sungai

yang DAS-nya luas, kondisi topografi bergelombang - berbukit dan kondisi penutupan

lahannya didaerah hulu masih baik seperti Air Seblat, Air Ipuh, dan Air Ketahun.

Rencana arahan pengelolaan sumberdaya air di Provinsi Bengkulu adalah sbb:

a. Pembangunan prasarana sumber daya air.

b. Semua sumber air baku dari dam, embung, waduk, telaga, bendungan serta

sungai-sungai yang airnya dapat dimanfaatkan secara langsung dan dikembangkan untuk

berbagai kepentingan.

c. Zona pemanfaatan DAS dilakukan dengan membagi tipologi DAS berdasarkan

tipologinya.

d. Penetapan zona pengelolaan sumber daya air sesuai dengan keberadaan wilayah

sungai tersebut pada zona kawasan lindung tidak diijinkan pemanfaatan sumber

daya air untuk fungsi budidaya, termasuk juga untuk penambangan.

e. Prasarana sumberdaya air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan lintas

wilayah administratif kabupaten/kota, dikoordinasikan oleh Pemerintah Provinsi.

B. Air Baku

Sumber air permukaan dimanfaatkan untuk menunjang kebutuhan manusia. Air

permukaan mempunyai fungsi utama sebagai air irigasi dan sumber air minum. Sumber

air permukaan sangat terkait dengan karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) atau

Satuan Wilayah Sungai (SWS). Wilayah Provinsi Bengkulu terbagi dalam 9 SWS yang

merupakan 27 DAS yang termasuk kategori besar dan sedang. Pengelolaan air

Gambar

Tabel 3.1 Sistem Perkotaan Nasional di Propinsi Bengkulu Menurut RTRW Nasional
Tabel 3.2
Tabel 3.3 Kriteria Fungsi Kota
Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis regresi faktor-faktor produksi pada usahatani padi sawah di desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, penggunaan pupuk

Pada penelitian ini, lebih berfokus pada unsur proses komunikasi yaitu efek yaitu sikap karena sikap yang ditimbulkan oleh para UMKM tersebut penting

Kemampuan menganalisis dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan hubungan antar-bagian tersebut,

DBL Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang olahraga dengan segementasi anak remaja SMP hingga SMA. DBL Indonesia memiliki kegiatan tahunan yang rutin

Memang pemanfaatan komputer dalam pembelajaran, saat ini baru dimanfaatkan oleh guru sebatas menyampaikan materi pembelajaran dengan power point, sedangkan untuk keperluan

dilakukan pada aktifitas pembelajaran sesuai dengan mesin CNC yang

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

Rekomendasi kredit dibuat oleh pejabat perekomendasi kredit berdasarkan analisis/evaluasi yang dibuat oleh pemrakarsa/penganalisis kredit. Dalam memberikan rekomendasi