BAB V - 1
BAB V
KETERPADUAN STRATEGI
PENGEMBANGAN KABUPATEN
5.1. Arahan Kawasan Strategis Kabupaten Probolinggo Dalam RTRW
5.1.1. Lokasi dan Jenis Kawasan Strategis
Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang memberikan kontribusi
secara lokal, regional maupun nasional, serta mempunyai pengaruh yang cukup
penting dalam lingkup kabupaten terhadap pengembangan ekonomi, sosial, budaya
dan atau lingkungan. Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya
berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap :
Tata ruang di wilayah sekitarnya;
Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya; dan/atau
Peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan :
1. Memperhatikan faktor-faktor di dalam tatanan ruang wilayah kabupaten yang
memiliki kekhususan;
2. Memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis wilayah provinsi
yang ada di wilayah kabupaten;
3. Dapat berhimpitan dengan kawasan strategis nasional, maupun harus memiliki
kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian kewenangan
antara pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota yang jelas;
4. Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten yaitu merupakan aglomerasi
berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki :
a) potensi ekonomi cepat tumbuh;
b) sektor unggulan yang menggerakkan pertumbuhan ekonomi;
c) potensi ekspor;
d) dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
BAB V - 2 f) fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan;
g) fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangkan
mewujudkan ketahanan energi; atau
h) kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di
dalam wilayah kabupaten.
5. Kawasan budi daya maupun kawasan lindung yang memiliki nilai strategis sosial
budaya di wilayah kabupaten, antara lain kawsan yang merupakan :
a) tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya;
b) prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;
c) aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;
d) tempat perlindungan peninggalan budaya;
e) tempat yang memberikan perlindungan terhadap keaneka ragaman budaya;
atau
f) tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial.
6. Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber daya
alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah kabupaten, antara lain kawasan yang
memiliki :
a) peruntukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis, pengembangan antariksa,
serta tenaga atom dan nuklir;
b) sumber daya alam strategis;
c) fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembanagn antariksa;
d) fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau
e) fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
7. Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup, antara lain merupakan :
a) tempat perlindungan keaneka ragaman hayati;
b) kawasan lindung yang ditetapkan sebagai perlindungan ekosistem, flora
dan/atau fauna yang hampir punahatau diperkirakan akan punah yang harus
dilindungi dan/atau dilestarikan;
c) kawasan yang memberi perlindungan keseimbangan tata guna air yang
BAB V - 3 d) kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim
makro;
e) kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan
hidup;
f) kawasan rawan bencana alam; atau
g) kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan
mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
8. Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis lainnya yang sesuai dengan
kepentingan pembagunan spasial wilayah kabupaten;dan
9. Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi dalam
rencana struktur ruang dan rencana pola ruang.
Kawasan yang termasuk kawasan strategis di Kabupaten Probolinggo di
antaranya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton, kawasan wisata alam
dan budaya yang tersebar di Kabupaten Probolinggo, Taman Nasional
Bromo-Tengger-Semeru, kawasan lindung, kawasan perkotaan dengan perkembangan
dinamis, lokasi industri strategis, kawasan sepanjang jalan arteri primer dan jalur
regional, kawasan sepanjang pantai utara, serta kawasan perkebunan (hortikultura),
yang perkembangannya akan dapat memberikan imbas positif pada sektor
perhubungan, perdagangan, hotel dan restoran serta industri kecil/kerajinan.
Beberapa kawasan strategis yang ada di Kabupaten Probolinggo ini kemudian
dikelompokkan berdasarkan jenisnya yaitu kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, pendayagunaan
sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, serta fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup.
Adapun jenis-jenis kawasan strategis adalah sebagai berikut:
1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan Hankam
2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi kabupaten;
3. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya di wilayah kabupaten ;
4. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam
dan/atau teknologi tinggi di wilayah kabupaten ;
5. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
BAB V - 4 5.1.1.1. Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten
A. Kawasan Andalan
Kawasan andalan merupakan salah satu kawasan strategis ekonomi. Kawasan
andalan adalah bagian dari kawasan budi daya,baik di ruang darat maupun ruang
laut yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
bagi kawasan tersebut dan kawasandi sekitarnya. Sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional bahwa di Kabupaten Probolinggo terdapat kawasan andalan
Probolinggo-Pasuruan-Lumajang yang berpusat di Kota Probolinggo. Kawasan
Probolinggo-Pasuruan-Lumajang dikembangkan karena mempunyai unggulan di
sektor pertanian, industri, pertambangan, perkebunan, pariwisata dan perikanan.Selain
itu dalam Rencana Tata Ruang Pulau Jawa Bali juga disebutkan bahwa Pengelolaan
ruang pada Kawasan Andalan Probolinggo – Pasuruan – Lumajang dengan dilakukan
dengan prioritas tinggi.
Sesuai dengan hasil dari analisa ekonomi yang dilakukan di Kabupaten
Probolinggo, dan dari tujuan penataan ruang Kabupaten Probolinggo bahwa
Kabupaten Probolinggo memiliki potensi di bidang pertanian, pariwisata, perikanan
dan pertambangan. Untuk memantapkan dan mendukung Kabupaten Probolinggo
sebagai bagian dari kawasan andalan Probolinggo-Pasuruan-Lumajang maka
pengembangan yang harus dilakukan di Kabupaten Probolinggo adalah
pengembangan agropolitan, minapolitan, industri dan ekowisata. Dengan
pengembangan tersebut, diharapkan saling terkait dan berbentuk linkage antara
Kabupaten Probolinggo dengan kabupaten-kabupaten lain di sekitarnya yang
termasuk dalam kawasan andalan.
Oleh sebab itu maka kawasan andalan merupakan ditetapkan sebagai
kawasan strategis nasional yang ada di Kabupaten Probolinggo. Untuk lebih jelasnya
lihat Tabel 5.1 dan Peta 5.1 tentang Rencana kawasan Andalan di Kabupaten
BAB V - 5 Tabel 5.1 Kawasan Andalan Probolinggo – Pasuruan – Lumajang
Kawasan
Andalan Sektor Unggulan
Kawasan Andalan Laut yang Terkait
Kota dalam Kawasan DPS yang
Melayani
PKN PKW
Probolinggo-Pasuruan- Lumajang
Pertanian Kw. Andalan Laut. Madura dsk
- Probolinggo Kali Rejoso
Industri Sektor Unggulan: - Pasuruan Kali Kendil
Pertambangan -Perikanan - - -
Perkebunan -Pertambangan - - -
Pariwisata -Pariwisata - - -
Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
B. Kawasan Agropolitan
Kabupaten Probolinggo mempunyai kawasan strategis ekonomi berdasarkan
propinsi (KSP), yaitu :
a. Kawasan agropolitan regional yang merupakan sistem agropolitan Bromo – Tengger – Semeru;
b. Pusat industri pengolahan pupuk dan pengolahan hasil ikan.
Kawasan agropolitan di Kabupaten Probolinggo terbagi menjadi 2 yaitu wilayah
pengembangan barat dan timur. Wilayah pengembangan barat yaitu Kecamatan
Sukapura, Kecamatan Sumber, Kecamatan Lumbang, Kecamatan Tongas. Wilayah
pengembangan bagian timur yaitu Kecamatan Tiris, Kecamatan Krucil dan
Kecamatan Gading. Kecamatan tersebut dijadikan sebagai kawasan strategis dengan
pertimbangan karena sektor pertanian yang terdapat pada kawasan tersebut memiliki
kontribusi yang berarti bagi PDRB Kabupaten probolinggo dalam sektor primer.
Selain itu terdapat rencana peningkatan pendapatan hasil pertanian melalui
program Prima Tani di Desa Klampok Kecamatan Tongas, peningkatan pendapatan
masyarakat sekitar melalui kegiatan kepariwisataan di lokasi wisata air terjun
Madakaripura (Desa Lumbang, Kecamatan Lumbang), peningkatan usaha
peternakan sapi dalam rangka menunjang kebutuhan pabrik susu Nestle di Krucil.
Kawasan agropolitan yang terdiri atas tujuh kecamatan sebagai sentra produksi
pangan tersebut perlu untuk dilindungi karena diproyeksikan untuk tumbuh dan
berkembang melalui sistem dan usaha agribisnis yang mampu melayani, mendorong,
menarik, menghela kegiatan pembangunan di Kabupaten Probolinggo khususnya
BAB V - 7 C. Kawasan Perikanan dan Minapolitan
Rencana penetapan kawasan strategis pada kawasan perikanan adalah
sebagai berikut :
Kecamatan Paiton merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan
perikanan tangkap karena di wilayah ini terdapat Pelabuhan Perikanan Pantai
(PPP) Paiton yang merupakan pusat pendaratan ikan di wilayah timur Kabupaten
Probolinggo. Perahu nelayan yang dilayani berasal dari Kecamatan Kraksaan dan
Kecamatan Paiton maupun dari daerah lain seperti Kabupaten Lamongan. PPP
Paiton diarahkan untuk menjadi basis kegiatan penangkapan baik skala kecil
maupun menengah dengan fasilitas pendukung meliputi kolam labuh, dermaga,
TPI, suplai BBM (SPDN), gudang es dan gudang dingin. Pengembangan selanjutnya
diarahkan pada penyediaan sarana cold storage, dok/slipway dan bengkel
nelayan. Keberadaan PPP Paiton juga mendorong perkembangannya industri
pengolahan ikan di daerah sekitarnya.
Kecamatan Dringu merupakan wilayah potensial pengembangan industri
pengolahan hasil perikanan. Wilayah ini merupakan sentra industri pengolahan ikan
rebus/pindang, ikan asin, terasi dan petis. Industri pengolahan ikan menyerap
bahan baku ikan segar baik dari Kecamatan Dringu sendiri (TPI Randuputih)
maupun kecamatan sekitar seperti Kraksaan dan Paiton bahkan daerah lain seperti
Banyuwangi dan Jember. Keberadaan obyek wisata Pantai Bentar bisa
dimanfaatkan untuk meningkatkan pemasaran hasil pengolahan ikan, mengingat
lokasinya yang berdampingan dengan sentra industri pengolahan ikan di Desa
Tamansari Kecamatan Dringu.
Kawasan Minapolitan dikembangkan secara terintegrasi antara Kecamatan
Tongas, Sumberasih, Dringu, Gending, Pajarakan, Kraksaan, Banyuanyar, Paiton dan
Kecamatan Tiris.Kecamatan Banyuanyar dan sekitarnya (Maron, Gading, Tegalsiwalan)
merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan budi daya ikan di kolam
maupun keramba sungai. Kegiatan budidaya ikan terutama lele dan nila mulai
berkembang dan ditunjang keberadaan Balai Benih Ikan (BBI) Klenang Lor untuk
mencukupi kebutuhan benih. Di wilayah ini pasokan air untuk kebutuhan budidaya
BAB V - 8 Kawasan perairan sekitar Pulau Giliketapang Kecamatan Sumberasih dan
terutama di perairan Desa Binor, (gugusan Karang Kranji) Kecamatan Paiton,
merupakan kawasan strategis untuk perlindungan trumbu karang.
5.1.2. Rencana Pengembangan Kawasan Strategis Prioritas
Sesuai dengan penetapan kawasan strategis Kabupaten Probolinggo dan
skenario pengembangan wilayah, maka ditetapkan rencana pengembangan
kawasan strategis prioritas, yaitu:
1. Prioritas I : Pengembangan Kawasan Strategis Agropolitan, Ecowisata, Industry
guna mendukung pengembangan wilayah barat.
Wilayah Kabupaten Probolinggo bagian barat mempunyai potensi yang besar
karena terdapat beberapa kawasan strategis Kabupaten Probolinggo antara lain:
Kawasan agropolitan bagian barat yang terdiri dari Kecamatan Tongas,
Lumbang, Sukapura, Sumber.
Jalur Pariwisata Nasional-Internasional Tanaman Nasional Bromo Tengger
Semeru,
Pengembangan kawasan industry di Kecamatan Tongas.
Sesuai dengan tujuan, kebijakan dan strategi pengembangan perwujudan ruang
Kabupaten Probolinggo, maka kawasan strategis yang terletak di Kabupaten
Probolinggo bagian barat merupakan prioritas I pengembangan. Pengembangan
kawasan strategis bagian barat ini diarah pada pengembangan kawasan
agropolitan, ecowisata dan industry.
2. Prioritas II : Pengembangan Kawasan Strategis pada Sistem Perkotaan Pendukung
Sistem perkotaan pendukung merupakan kawasan Perkotaan Kraksaan dan
kawasan pusat-pusat pelayanan. Pengembangan kawasan ini meruakan prioritas
pengembangan karena kawasan system perkotaan pendukung ini fungsinya
sebagai sentra-sentra pengembangan, simpul distribusi pelayanan dan simpul
penarik keterkaitan antar antar wilayah. Pengembangan kawasan ini diarahkan
sesuai dengan fungsi dan perannya seperti telah dirumuskan rencana struktur
BAB V - 9 3. Prioritas III: Pengembangan Kawasan Strategis Agropolitan, Ekowisata, Industry
guna mendukung pengembangan wilayah timur.
Wilayah Kabupaten Probolinggo bagian timur mempunyai potensi
pengembangan kawasan strategis Kabupaten Probolinggo antara lain:
Kawasan agropolitan bagian timur yang terdiri dari Kecamatan Tiris, Krucil,
Gading.
Kawasan wisata Pegunungan Argopuro/Dataran Tinggi Hyang, arung jeram
Sungai Pekalen,
Pengembangan kawasan industri di Kecamatan Paiton.
Sesuai dengan tujuan, kebijakan dan strategi pengembangan perwujudan ruang
Kabupaten Probolinggo, maka kawasan strategis yang terletak di Kabupaten
Probolinggo bagian timur merupakan prioritas III pengembangan. Sama halnya
dengan kawasan bagian timur, pengembangan kawasan strategis bagian timur ini
diarah pada pengembangan kawasan agropolitan, ecowisata dan industri.
4. Prioritas IV: Pengembangan Kawasan Strategis Minapolitan
Selain potensi pertanian, industri dan pariwisata, Kabupaten Probolinggo
mempunyai potensi yang besar di sektor perikanan. Potensi perikanan meliputi
perikanan laut disekitar laut Pantai Utara dan perikanan darat berupa budidaya
tambak. potensi perikanan tersebut juga telah didukung oleh sentra-sentra
pengolahan. Tetapi potensi perikanan kurang diperhatikan terutama untuk
perikanan laut. Sehingga kawasan perikanan laut dan kawasan tambak disekitar
Pantai Utara banyak yang mengalami alih fungsi ke industri, permukiman dan
perdagangan. Sehingga pengembangan kawasan strategis minapolitan berupa
pengembangan sentra-sentra perikanan sangat diperlukan dan menjadi prioritas
pengembangan. Pengembangan kawasan strategis minapolitan meliputi:
Pengembangan kawasan tambak disekitar Kecamatan Tongas, Sumberasih,
Dringu, Gending, Panjarakan, Kraksaan dan Paiton.
Pengembangan kawasan budidaya laut tersebar di Kecamatan Tongas,
BAB V - 10 5.2. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
5.2.1. Visi dan Misi
Visi, “Terwujudnya Kabupaten Probolinggo yang sejahtera, berkeadilan, mandiri,
berwawasan lingkungan, dan berakhlak mulia”.
Misi, (a). Mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan daya
saing daerah, pertumbuhan ekonomi yang berbasis kerakyatan, dan optimalisasi
pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan. (b). Mewujudkan masyarakat yang
berakhlak mulia melalui peningkatan otonomi daerah dalam penyelenggaraan
kepemerintahan yang baik dan bersih.
5.2.2. Arahan Kebijakan Bidang Cipta Karya Kabupaten Probolinggo
Sasaran pembangunan daerah bidang Cipta Karya yang ingin dicapai oleh
Pemerintah Kabupaten Probolinggo selama kurun waktu lima tahun sesuai dengan
tujuan pembangunan yang telah ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Probolinggo
Tahun 2008 - 2013 adalah sebagai berikut :
A. Sasaran Meningkatnya Ketahanan Pangan Melalui Optimalisasi Produksi Pertanian,
Perkebunan, Peternakan dan Perikanan.
Meningkatnya Ketahanan Pangan Melalui Optimalisasi Produksi Pertanian,
Perkebunan, Peternakan Dan Perikanan merupakan sasaran yang pertama dari
Tujuan Meningkatnya Perekonomian Daerah yang meliputi pertanian tanaman
pangan dan perkebunan, peternakan, serta kelautan dan perikanan. Dalam era
otonomi daerah, pemerintah Kabupaten Probolinggo selalu berupaya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai bidang pembangunan
salah satunya melalui peningkatan ketahanan pangan daerah untuk menunjang
ketahanan pangan nasional. Bidang Pertanian selama ini mempunyai peran yang
cukup strategis dalam perekonomian dan mempunyai multiplier effect yang besar,
karena di sektor ini sebagian besar masyarakat Kabupaten Probolinggo
menggantungkan hidupnya.
Permasalahan
Pembangunan di bidang Pertanian kedepan menghadapi masalah antara lain
semakin terbatas dan menurunnya daya dukung lahan dan kelangkahan sumber
daya alam pertanian ditengah kondisi adanya kecenderungan peningkatan
kuantitas dan kualitas kebutuhan pangan. Pada sisi lain kesempatan usaha
BAB V - 11 efektivitasnya dan belum mendorong terwujudnya sistem dan usaha agribisnis
yang berdaya saing, berkerakyatan dan berkelanjutan. Pengembangan kawasan
agropolitan terutama dengan Program Agrobisnis dan Agroindustri mempunyai
peluang/potensi pengembangan yang sangat besar serta berkemampuan dalam
menciptakan lapangan kerja, tetapi pelatihan dan penanganan proses produksi
serta informasi pasar dan penerapan teknologi tepat guna belum optimal.
Permasalahan kelangkaan pupuk pada saat tanam serta rendahnya harga pada
saat panen raya merupakan permasalahan klasik yang perlu penanganan
terpadu antar sektor, sehingga kebutuhan pupuk dalam jumlah, jenis, lokasi dan
waktu harus selalu terpantau sehingga pendistribusian secara tepat dapat
terlaksana. Adapun permasalahan ketahanan pangan meliputi:
1. Nilai Tukar Petani (NTP) masih rendah berarti pendapatan dan kesejahteraan
petani masih rendah, menyebabkan rendahnya kemampuan ketahanan
pangan keluarga
2. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan yang bergizi
3. Belum optimalnya pengembangan sistem pengamanan pangan
4. Ketrampilan petani masih rendah
5. Distribusi dan ketersediaan pangan yang tidak merata, serta distribusi (waktu
dan Lokasi) harga pangan yang tidak merata, serta keberadaan dan fungsi
lumbung pangan masyarakat sebagai bagian dari penyangga pangan dan
sudah dikenal di kalangan petani belum berjalan secara optimal
6. Prasarana dan sarana distribusi pangan untuk menjangkau seluruh wilayah
konsumen belum memadai, sehingga arus lalu lintas pangan antar wilayah
dan antar waktu kurang lancar
7. Kelembagaan petani yang belum sepenuhnya berfungsi secara optimal.
Arah Kebijakan
Untuk mengatasi permasalahan urusan pertanian yang meliputi pertanian
tanaman pangan, peternakan, perkebunan dan perikanan di Kabupaten
Probolinggo, maka arah kebijakan pembangunan adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan dalam pengamanan ketahanan pangan diarahkan untuk:
Mempertahankan tingkat produksi pangan di Kabupaten Probolinggo Melakukan penganekaragaman pangan untuk menurunkan
ketergantungan pada beras dengan rekayasa sosial terhadap pola
BAB V - 12 2. Kebijakan dalam peningkatan efisiensi, produktivitas, produksi, daya saing dan
nilai tambah produk pertanian dan perikanan diarahkan untuk:
Pengembangan usaha pertanian dengan pendekatan terpadu
Peningkatan daya saing produk pertanian dan perikanan melalui
dorongan untuk peningkatan pasca panen dan pengolahan hasil
pertanian dan perikanan, peningkatan standar mutu komoditas pertanian
dan keamanan pangan serta mengupayakan perlindungan
petani/nelayan dari persaingan yang tidak sehat
Penguataan sistem pemasaran dan manajemen usaha untuk mengatasi
resiko usaha pertanian maupun dalam mendukung pengembangan
agroindustri
Peningkatan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan untuk
mendukung ekonomi dan tetap menjaga kelestariannya.
3. Kebijakan dalam peningkatan kemampuan petani dan nelayan serta pelaku
pertanian dan perikanan lain beserta penguatan lembaga pendukungnya,
diarahkan:
Penyuluhan dan pendampingan petani, termasuk peternak, nelayan, dan
pembudidaya ikan
Menghidupkan dan memperkuat lembaga pertanian dan perdesaan
untuk meningkatkan akses petani dan nelayan terhadap sumberdaya
produktif
Peningkatan kemampuan/kualitas SDM pertanian/perikanan Penerapan standar mutu produk
Peningkatan penganekaragaman pangan asal hewani dan ikani
Meningkatkan ketersediaan data dan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan, kontinyu dan tepat waktu
Mengembangkan infrastruktur pendaratan ikan
Meningkatkan pengamanan lingkungan budidaya peternakan dan
perikanan terhadap penyakit hewan menular dan penyakit ikan.
B. Sasaran Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Investasi Daerah
Pembangunan Infrastruktur Daerah dan investasi daerah merupakan sasaran dari
Tujuan Meningkatnya Daya Saing Daerah yang meliputi Infrastruktur Sumber daya
Air; Transportasi dan Perhubungan; Perumahan dan Pemukiman; Energi dan
BAB V - 13 1. Sumber Daya Air
Air merupakan kebutuhan pokok manusia untuk melangsungkan kehidupan
dan meningkatkan kesejahteraannya. Pembangunan di bidang sumber daya
air pada dasarnya adalah upaya untuk memberikan akses secara adil kepada
seluruh masyarakat untuk mendapatkan air agar mampu berperikehidupan
yang sehat, bersih, dan produktif. Selain itu, pembangunan di bidang sumber
daya air juga ditujukan untuk mengendalikan daya rusak air agar tercipta
kehidupan masyarakat yang aman. Secara umum sumber air di wilayah
Kabupaten Probolinggo bersumber dari air permukaan dan air tanah.
Permasalahan
Berdasarkan telaah dan pengamatan terhadap kondisi sumber daya air di
Kabupaten Probolinggo, maka dapat dirumuskan tentang berbagai
permasalahan yang terkait dengan sumber daya air ini.
Permasalahan-permasalahan tersebut adalah:
Ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan sumber daya air
dalam perspektif ruang dan waktu
Meningkatnya ancaman terhadap keberlanjutan daya dukung sumber
daya air, baik air permukaan maupun air tanah
Menurunnya kemampuan penyediaan Air
Kurang optimalnya tingkat layanan jaringan irigasi
Lemahnya koordinasi, Kelembagaan, dan Ketatalaksanaan
Rendahnya kualitas pengelolaan data dan sistem informasi.
Arah Kebijakan
Arah Kebijakan untuk mencapai sasaran tersebut adalah:
Pengelolaan sumber daya air dilaksanakan dengan memperhatikan
keserasian antara konservasi dan pendayagunaan, antara hulu dan hilir,
antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah, antara pengelolaan
demand dan supply, serta antara pemenuhan kepentingan jangka
pendek dan kepentingan jangka panjang
Pendekatan vegetatif dalam rangka konservasi sumber-sumber air adalah
hal yang sangat perlu dilakukan karena begitu penting fungsi vegetatif
dalam konteks lingkungan
Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi
BAB V - 14 jaringan irigasi yang sudah dibangun tapi belum berfungsi, rehabilitasi
pada areal irigasi berfungsi yang mengalami kerusakan, dan peningkatan
kinerja operasi dan pemeliharaan
Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi diselenggarakan dengan
berbasis partisipasi masyarakat dalam seluruh proses kegiatan. Untuk
mengendalikan kecenderungan meningkatnya alih fungsi lahan, akan
dikembangkan berbagai skema insentif kepada petani agar bersedia
mempertahankan lahan sawahnya
Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air baku
diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga
terutama di wilayah rawan defisit air, wilayah tertinggal, dan wilayah
strategis
Penanggulangan banjir diutamakan pada wilayah berpenduduk padat
dan wilayah strategis. Pengamanan pantai-pantai dari abrasi terutama
dilakukan pada daerah pusat kegiatan ekonomi. Pengembangan dan
pengelolaan sumber daya air memerlukan penataan kelembagaan
melalui pengaturan kembali kewenangan dan tanggung jawab
masing-masing pemangku kepentingan
Penataan dan penguatan sistem pengolahan data dan informasi sumber
daya air dilakukan secara terencana dan dikelola secara
berkesinambungan sehingga tercipta basis data yang dapat dijadikan
dasar acuan perencanaan pengembangan dan pengelolaan sumber
daya air.
2. Transportasi dan Perhubungan
Transportasi secara umum berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah. Pada umumnya
infrastruktur transportasi mengemban fungsi pelayanan publik dan sebagai
industri jasa. Transportasi merupakan sarana yang membantu pergerakan
manusia dari suatu tempat ke tempat lainnya, oleh karena itu perlu adanya
suatu pengelolaan yang terpadu sehingga membantu kelancaran bagi
manusia untuk melakukan pergerakan interaksi fungsional antar pusat kegiatan
satu dengan yang lainnya. Sistem jaringan jalan mempunyai pengaruh yang
BAB V - 15 Tumpuan pergerakan regional dilayani oleh jaringan pergerakan kendaraan
bermotor di jalan raya dan sebagian kereta api.
Sistem jaringan jalan di Kabupaten Probolinggo secara keseluruhan didominasi
oleh transportasi jalan raya dengan sarana dan prasarana yang telah
menjangkau seluruh wilayah kecamatan yang ada. Dalam perkembangannya
sampai saat ini prasarana transportasi telah ditingkatkan melalui
program-program pembangunan jalan dan jembatan serta rehabilitasi jalan dan
jembatan yang ada. Melalui pembangunan dan peningkatan prasarana jalan
akan terbentuk suatu sistem jaringan yang mampu melayani pendistribusian
barang secara efektif serta upaya mengeliminir permasalahan-permasalahan
dalam transportasi.
Ruas jalan yang ada di Kabupaten Probolinggo terbagi dalam 3 kategori yaitu
: jalan negara panjangnya 38,21 km dalam kondisi baik, jalan Provinsi
sepanjang 54 km. Sedangkan jalan Kabupaten sepanjang 785,82 km. Menurut
kondisinya, jalan kabupaten terbagi dalam kondisi baik sepanjang 604,55 km,
kondisi sedang sepanjang 69,55 km dan kodisi rusak sepanjang 51,70 km serta
kondisi rusak parah sepanjang 60,02 km.
Permasalahan
Berdasarkan telaah dan pengamatan terhadap kondisi prasarana jalan di
Kabupaten Probolinggo, maka dapat dirumuskan berbagai permasalahan
yang terkait dengan prasarana jalan ini. Permasalahan-permasalahan tersebut
adalah :
Belum optimalnya pengelolaan prasarana jalan dan jembatan Masih rendahnya jumlah jalan dan jembatan yang mantap
Masih rendahnya jumlah kapasitas jalan Masih kurangnya layanan telekomunikasi
Kurangnya sarana dan prasarana transportasi desa miskin yang mantap
Kurang optimalnya kualitas kerja dan kualitas tingkat kompetensi aparatur Masih rendahnya aksesibilitas sarana dan prasarana jalan yang
mendukung sektor Pariwisata.
Arah Kebijakan
Arah kebijakan pembangunan prasarana Jalan, Jembatan dan Sarana
Telekomunikasi di Kabupaten Probolinggo diarahkan pada:
BAB V - 16 Meningkatkan keselamatan trasportasi
Meningkatkan pengelolaan prasarana jalan dan jembatan
Penanganan seluruh ruas Jalan dan Jembatan dengan mengutamakan
pemeliharaan rutin dan berkala
Meningkatkan daya dukung dan kapasitas Jalan dan Jembatan untuk
mengatasi pertumbuhan lalu lintas
Membangun prasarana transportasi yang medukung pengembangan
daerah terpencil dan perbatasan
Meningkatkan profesionalisme dan SDM bidang penyelenggara prasarana
Jalan dan Jembatan
Membangun sistem jaringan Jalan yang menunjang kawasan strategis
potensial dan pariwisata
Meningkatkan pelayanan telekomunikasi di seluruh wilayah kecamatan
C. Sasaran Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pencegahan Bencana
Pelestarian fungsi lingkungan hidup dan pencegahan bencana merupakan
sasaran dari Tujuan Meningkatnya Pengelolaan Sumber Daya Yang Berkelanjutan
yang meliputi bidang lingkungan hidup.
Konstitusi mengamanatkan bahwa Sumber Daya Alam dimanfaatkan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dan dalam pengelolaan Sumber Daya Alam
ini tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Fungsi perlindungan
lingkungan hidup meliputi pelayanan daerah terhadap manajemen limbah, air
limbah, penanggulangan polusi, konservasi sumber daya alam, tata ruang dan
pertanahan, penelitian dan pengembangan perlindungan lingkungan hidup serta
perlindungan lingkungan hidup lainnya.
Kawasan pantai secara umum merupakan kawasan lindung yang harus dijaga
kelestariannya. Kawasan yang harus dilindungi tersebut berupa hutan mangrove.
Mangrove selain berfungsi sebagai penangkis ombak yang dapat merusak pantai
juga berfungsi sebagai tempat hidup organisme laut. Apabila kegiatan
pengrusakan ini tidak segera dikendalikan maka dikhawatirkan akan terjadi
kerusakan lingkungan pantai yang lebih parah lagi.
Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam Pelestarian fungsi Lingkungan Hidup Dan
Pencegahan Bencana Alam, yaitu :
BAB V - 17 Semakin rusaknya habitat ekosistem pesisir dan laut, panjang pantai yang
terkena Abrasi mencapai 14 Km dan hutan Mangrove seluas 712 ha tersebar di
7 (tujuh) kecamatan yang menyebabkan perubahan garis pantai,
pencemaran laut, dan rusaknya habitat ikan.
Belum optimalnya pendayagunaan potensi kelautan
Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan ligkungan Adanya keterbatasan data dan informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Arah Kebijakan
Peningkatan kelestarian hutan untuk keseimbangan tata air dan lingkungan
hidup dengan melibatkan masyarakat sekitar hutan
Peningkatan kegiatan penghijauan, Rehabilitasi lahan kritis dan Rehabilitasi
hutan lindung
Penegakkan hukum dan peningkatan koordinasi antar daerah dalam rangka
pengamanan hutan dan peredaran hasil hutan
Mengelola dan mendayagunakan potensi sumber daya laut, pesisir secara
lestari berbasis kemasyarakatan
Meningkatkan upaya konservasi laut, pesisir serta merehabilitasi ekosistem yang
rusak (terumbu karang dan mangrove)
Mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup wilayah pesisir,
laut dan perairan tawar
Meningkatkan peran aktif masyarakat dan swasta dalam pengelolaan
sumberdaya laut dan pesisir
Pengelolaan lingkungan alam dengan penekanan pengendalian kerusakan
dan pencemaran lingkungan
Pengelolaan lingkungan buatan dengan penekanan pengendalian kegiatan
yang berakibat kerusakan dan pecemaran lingkungan
Pengelolaan lingkungan buatan yang penekanan pada kapasitas
kelembagaan, sumberdaya manusia, peran pengusaha dan peran
masyarakat
Penegakkan hokum lingkungan agar masyarakat mematuhi peraturan
lingkungan yang berlaku
BAB V - 18 5.3. Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK)
5.3.1. Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Probolinggo
Visi dari pokja Sanitasi Kabupaten Probolinggo adalah : “Terwujudnya
kabupaten Probolinggo sehat dan berwawasan lingkungan melalui sanitasi partisipasipatif tahun 2018”.
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan
untuk mewujudkan visi. Misi berfungsi sebagai pemersatu gerak, langkah dan
tindakan nyata bagi segenap komponen penyelenggara pemerintahan tanpa
mengabaikan mandat yang diberikannya. Adapun Misi Sanitasi Kabupaten
Probolinggo adalah sebagai berikut
Misi dari buku putih sanitasi Kabupaten Probolinggo adalah :
1. Mewujudkan kualitas lingkungan sehat melalui pembangunan sanitasi yang
berwawasan lingkungan.
2. Mewujudkan partisipasi masyarakat melalui penjaringan aspirasi,
pemberdayaan, kesetaraan gender dan kebersamaan dalam
pembangunan sanitasi
3. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan kualitas
pelayanan publik sektor sanitasi dan membudayakan prilaku hidup bersih
dan sehat.
5.3.2. Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian
A. Sub Sektor Air Limbah
Tujuan:
Meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih di Kabupaten Probolinggo melalui
pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah tangga yang berwawasan
lingkungan.
Sasaran:
1. Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah
2. Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah
tangga skala kabupaten pada akhir tahun 2016.
3. Meningkatnya cakupan kepemilikan jamban keluarga dengan menggunakan
tangki septic dari 43,71 % menjadi 73 % untuk rumah tangga miskin pada akhir tahun
2016.
BAB V - 19 Tabel 5.2 Tahapan Pencapaian Air Limbah
No Sasaran 2012 2013 2014 2015 2016
1. Peningkatan sarana dan
prasarana pengelolaan air limbah √ √ √ √ √
2. Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah tangga skala kabupaten pada akhir tahun 2016
√ √ √ √
3. Meningkatnya cakupan
kepemilikan jamban keluarga dengan menggunakan tangki septic dari 43,71 % menjadi 73 % untuk rumah tangga miskin pada akhir tahun 2016 .
6% 6% 6% 6% 6%
4. Tersedianya dan berfungsinya IPAL
Komunal pada akhir tahun 2016 √ √ √ √
B. Sub Sektor Persampahan
Tujuan:
Mewujudkan lingkungan yang sehat , nyaman dan bersih di Kabupaten Probolinggo
melalui peningkatan kualitas dan kuantitas pengelolaan sampah yang berwawasan
lingkungan.
Sasaran:
1. Meningkatnya cakupan layanan pengelolaan persampahan dari 8% menjadi 20%
pada akhir tahun 2016
2. Mengurangi timbulan sampah perkotaan post collection hingga 68 m3/hari pada
tahun 2016.
BAB V - 20 Tabel 5.3 Tahapan Pencapaian Persampahan
No Sasaran 2012 2013 2014 2015 2016
1 Meningkatnya cakupan
layanan pengelolaan
persampahan dari 8 % menjadi 20% pada akhir tahun 2016
2 2 2 3 3
2 Mengurangi timbulan sampah perkotaan post collection hingga 68 m3/hari pada tahun
2016.
10 m3/hr
10 m3/hr
15 m3/hr
15 m3/hr
18 m3/hr
3 Meningkatnya fasilitas
pengolahan sampah di TPA √ √ √ √
C. Sub Sektor Drainase Lingkungan
Tujuan:
Meningkatkan Iingkungan yang sehat dan bersih di Kabupaten Probolinggo melalui
penyediaan sarana dan prasarana drainase.
Sasaran:
1.
Tersedianya dokumen manajemen sistem drainase pada wilayah genangan padaakhir tahun 2016
2.
Berkurangnya wilayah genangan dari 74 Ha menjadi 44 Ha pada akhir Tahun 2016Tabel 5.4 Tahapan Pencapaian Drainase Lingkungan
No Sasaran 2012 2013 2014 2015 2016
1 Tersedianya dokumen manajemen sistem drainase pada wilayah genangan pada akhir tahun 2016
√ √ √ √
2 Berkurangnya wilayah
genangan dari 74 Ha menjadi 44 Ha pada akhir Tahun 2016
BAB V - 21 D. Sub Sektor Higiene
Tujuan:
Mewujudkan Kabupaten Probolinggo yang sehat dengan membudayakan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat.
Sasaran:
1. Meningkatnya cakupan PHBS strata utama dan paripurna dari 21,82% menjadi 62%
pada Tahun 2016.
2. Meningkatnya peran media dalam promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
3. Peningkatan standar higiene pada masyarakat yang terkena bencana.
Tabel 5.5 Tahapan Pencapaian Higiene
No Sasaran 2012 2013 2014 2015 2016
1 Meningkatnya cakupan PHBS strata utama dan paripurna dari 21,82% menjadi 62% pada Tahun 2016
6% 7% 8% 9% 10,18%
2 Meningkatnya peran media
dalam promosi PHBS √ √ √ √
3 Peningkatan standar higiene pada masyarakat yang terkena bencana
√ √ √ √ √
5.3.3. Strategi Aspek Teknis dan PHBS
A. Sub Sektor Air Limbah Domestik
Berdasarkan pertimbangan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
melekat dalam berbagai aspek dan hasil analisis SWOT untuk sektor air limbah, maka
strategi teknis yang diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan sektor air
limbah tersebut adalah:
1. Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah
a. Penambahan armada penyedot tinja
b. Penambahan IPLT
2. Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah
tangga skala kabupaten pada akhir tahun 2016.
a. Melakukan kajian kelayakan pengelolaan air limbah domestik dan industri
BAB V - 22 b. Mengembangkan perencanaan pengelolaan air limbah skala kabupaten
pada kawasan potensial (CBD) dan padat penduduk.
c. Meningkatkan pemahaman, kemitraan dan komitmen pengelolaan air limbah
domestik dan industri rumah tangga dengan off site system pada wilayah CBD
dan wilayah padat.
3. Meningkatnya cakupan kepemilikan jamban keluarga dengan menggunakan
tangki septic dari 43,71 % menjadi 73 % untuk rumah tangga miskin pada akhir
tahun 2016
a. Mengoptimalkan dan inovasi program stimulus kepemilikan jamban keluarga
untuk rumah tangga miskin.
b. Meningkatkan koordinasi antar SKPD untuk mensosialisasikan pentingnya
jamban dengan tangki septik.
c. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan stakeholder tentang
pengelolaan jamban keluarga sehat.
d. Meningkatkan kebutuhan pengadaan jamban keluarga sesuai standar
kesehatan
4. Tersedianya dan berfungsinya IPAL Komunal pada akhir tahun 2016
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan stakeholder pengelolaan IPAL
komunal industri rumah tangga yang ramah lingkungan.
b. Mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan IPAL komunal IRT melalui
pengorganisasian pelaku industri.
c. Membangun sarana IPAL komunal industri rumah tangga di wilayah baru.
B. Sub Sektor Persampahan
Berdasarkan pertimbangan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
melekat dalam berbagai aspek dan hasil analisis SWOT untuk sektor air limbah, maka
strategi teknis yang diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan sektor
persampahan tersebut adalah:
1. Meningkatnya cakupan layanan pengelolaan persampahan dari 8% menjadi 20%
pada akhir tahun 2016
a. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan
skala kabupaten
BAB V - 23 c. Meningkatkan jumlah dan kinerja operator layanan persampahan skala
kabupaten
d. Mengoptimalkan daya dukung kebijakan pengelolaan persampahan
2. Mengurangi timbulan sampah perkotaan post collection hingga 68 m3/hari pada
tahun 2016.
a. Optimalisasi pengelolaan composting skala desa/kelurahan
b. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang konsep 3 R.
c. Meningkatkan kerja sama dengan pihak swasta terkait pengelolaan sampah.
3. Meningkatnya fasilitas pengolahan sampah di TPA
a. Meningkatkan ketersediaan sarana pengelolaan persampahan di TPA
b. Mengalihfungsikan TPA Leces menjadi pusat daur ulang dan komposting (3R)
skala regional
C. Sub Sektor Drainase Lingkungan
Berdasarkan pertimbangan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
melekat dalam berbagai aspek dan hasil analisis SWOT untuk sektor air limbah, maka
strategi teknis yang diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan sektor drainase
lingkungan tersebut adalah:
1. Tersedianya dokumen manajemen sistem drainase pada wilayah genangan pada
akhir tahun 2016
a. Pengembangan perencanaan sistem drainase pada wilayah genangan yang
komprehensif dan terintegrasi
b. Pengembangan monitoring dan evaluasi melalui pemuktahiran basis data
drainase
2. Berkurangnya wilayah genangan dari 74 Ha menjadi 44 Ha pada akhir Tahun 2016
a. Melaksanakan pembangunan sistem drainase pada wilayah genangan
b. Mengoptimalkan fungsi sistem drainase yang sudah ada
c. Meningkatkan pemahaman, kemitraan dan komitmen pengelolaan drainase
BAB V - 24 D. Sub Sektor Higiene
Berdasarkan pertimbangan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
melekat dalam berbagai aspek dan hasil analisis SWOT untuk sektor air limbah, maka
strategi teknis yang diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan sektor higiene
tersebut adalah:
1. Meningkatnya cakupan PHBS strata utama dan paripurna dari 21,82% menjadi 62%
pada akhir Tahun 2016.
a. Mengoptimalkan program Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam PHBS.
b. Meningkatkan kuantitas dan kualitas kader kesehatan lingkungan dalam
promosi PHBS.
c. Mengoptimalkan peran instansi pemerintah dan sekolah dalam pemicuan dan
penerapan PHBS.
2. Meningkatnya peran media dalam promosi PHBS.
a. Mengembangkan program promosi PHBS yang menarik dan menjangkau
semua lapisan masyarakat.
b. Meningkatkan pemahaman tentang PHBS melalui saluran-saluran (media)
informasi yang sudah ada.
3. Peningkatan standar higiene pada masyarakat yang terkena bencana alam
a. Peningkatan kualitas higiene di wilayah rawan bencana
b. Perbaikan kualitas sarana higiene pada jalur - jalur evakuasi
4. Penurunan angka BABS
a. Meningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya PHBS
5.4. Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS)
5.4.1. Permasalahan Sub-sektor Sanitasi
Berikut uraian permasalahan – permasalahan pada sub sektor sanitasi yang
dihadapi oleh Kabupaten Probolinggo :
A. Sistem Air Limbah :
User Interface: Study EHRA Tahun 2011
BAB V - 25 Masyarakat Kabupaten Probolinggo jumlah KK yang BAB yang
terakses pada jamban sehat adalah 58,28 % sedangkan 41,70 % BABnya masih sembarang tembat (OD).
PERSENTASE JUMLAH KK YANG TERAKSES JAMBAN SEHAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO
Pengumpulan& Penampungan/ Pengolahan Awal:
Persentase Pembuangan Akhir Tinja :
Tempat penyaluran akhir tinja Rumah Tangga:
Berdasarkan presentase pembuangan akhir tinja di Kabupaten Probolinggo, dari 59,60% tidak semuanya menggunakan tangki septic untuk pembuangan akhir tinja, yaitu presentase jamban dilengkapi tangki septic 29,23% sedangkan non tangki septic sejumlah 70,77%.
40.40% 59.60%
PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI JAMBAN
PRIBADI DI KABUPATEN PROBOLINGGO
TIDAK MEMILIKI MEMILIKI
Akses
Tidak Terakses 41,70 %
58,28 %
50.11%
35.25% 10.00%
4.69%
Tidak ada Air mengalir
BAB V - 26 Adapun pembuangan akhir tinja di Kabupaten
Probolinggo, septic tank 29,23%, cubluk 43,54%, saluran drainase 2,58%, sungai/danau/pantai/laut 16,76%, kolam/sawah 0,76%, kebun/tanah lapang 5,21%, dan lainnya 0,98%.
Pengangkutan Buku Putih Tahun 2011
Hanya ada armada 1 truk penyedot tinja, pembuangan tinja ke lokasi pembuangan yang bersebelahan dengan TPA Seboro, praktek pengurasan tangki Kabupaten Probolinggo 5 – 10 pengurasan tiap bulan. Melihat kondisi tersebut diperlukankegiatan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah domestik.Pengolahan Akhir Terpusat
Pengelolaan IPLT masih belum optimal sedangkan IPAL terpusat di Kabupaten Probolinggo hanya terdapat 2 lokasi di perumahan PLTU Paiton.Daur Ulang Pembuangan Akhir:
Pelaksanaan daur ulang pada limbah belum dilakukan, karena volume penyedotan/pengurasan air limbah domestik di Kabupaten Probolinggo relative kecil. Air limbah domestik tersebut habis melalui proses penguapan sebelum dilakukan proses pengelolaan.
B. Lain - lain
Pendanaan: Relatif rendahnya alokasi pendanaan dari Pemerintah
Belum adanya sektor swasta untuk melakukan investasi
Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat
Kelembagaan dan Peraturan Undang- Undang
Belum memadainya perangkat Perda dan legalitas lain (perdes) yang diperlukan dalam pengelolaan
Belum terpisahnya fungsi regulator dan Operator dalam pengelolaan (saat ini dikelola oleh BLH)
Masih rendah dan terbatasnya SDM yang terkait pengelolaan
Rendahnya koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan
Peran Masyarakat
Masih rendahnya partisipan masyarakat
Terbatasnya penyelenggaraan pengembangan system yang berbasis masyarakat
Masih kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya pengelolaan
BAB V - 27 Tabel 5.6
Permasalahan Utama Sub-sektor Persampahan A. Sistem Persampahan Domestik
User Interface: Study EHRA Tahun 2011
Tingkat Pengolahan Sampah Rumah Tangga (RT) sbb:
Tingkat layanan penanganan sampah RT : mendapat layanan pengangkutan sampah pada tahun 2011 hanya 2,79 % sedangkan 97,21 % untuk pengelolaan sampahnya dilakukan di rumah tangga secara mandiri dan konvensional (dikubur, dibuang ke sungai, dibuang ke lahan kosong dsb)
Pengelolaan Sampah pada RT:
Praktek Pengelolaan Sampah oleh RT:
Sedangkan limbah padat medis (infeksius) di Kabupaten Probolinggo belum dikelola secara optimal, mengingat sebagian besar puskesmas-puskesmas belum dilengkapi alat pengelola limbah padat medis.
NO PENGELOLAAN
3 Dijadikan makanan binatang 0.13%
4 Dikumpulkan di tempat sampah 3.74%
5 Langsung dibakar 49.18%
6 Dibuang sungai/laut/danau 5.09%
7 Dibuang ke lahan kosong 17.41% geomorfologi lahan beraneka ragam terutama di daerah selatan sehingga tidak bisa melayani keseluruhan penduduk.
Penampungan Sementara (TPS):
BAB V - 28
Dari 60 TPS tersebut sebagian besar terbuat dari pasangan batu bata dan tidak terpelihara serta ada TPS yang tidak berfungsi.
Diperlukan TPS berupa landasan container dan transfer depo.
Pengangkutan: Masih kurangnya sarana pengangkut, baru ada 12 truk pengangkut unit yaitu truck armroll 4 unit, dump truck 6 unit, dan truck bak 1 unit, dari total kebutuhan 24 armada pengangkut. Kebutuhan armada pengangkut sampah sangat dibutuhkan karena jumlah Timbulan sampah pada tahun 2011 adalah sebesar 2.098,74 m3/hari dengan komposisi sampah yang didasarkan pada sampling, diperoleh data komposisi sampah Kabupaten Probolinggo didominasi sampah organik 77,56% dan sampah non-organik sebesar 22,44%.
(Semi) Pengolahan Akhir
Terpusat:
Telah ada 5 kelompok proyek 3R
Daur
Ulang/Pembuangan Akhir:
Dari 2 TPA yang ada, hanya 1 TPA (TPA Seboro) yang pengelolaannya menggunakan sistem sanitary landfill, sedangkan TPA leces tidak memungkinkan dikembangkan lagi karena lahan yang sempit dan full capasity.
Luas wilayah Kabupaten Probolinggo yang sangat luas, terdiri dari 24 kecamatan, hanya 16 kecamatan yang dapat dilayani oleh TPA Seboro. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan TPA Baru disebelah barat agar akses pelayanan persampahan dapat meningkat.
B. Lain-lain Dokumen Perencanaan
Sudah ada Rencana Induk Pengelolaan Persampahan Kabupaten Probolinggo.
Kapasitas Pengelolaan Sampah
Cakupan pelayanan pengelolaan persampahan di Kabupaten Probolinggo hanya 1,8% atau 41,59 m3 per hari yaitu meliputi 16 Kecamatan dari 24 Kecamatan.
Makin besarnya timbulan sampah, belum maksimalnya usaha pengurangan sampah dari sumbernya
Masih rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan Persampahan
TPA: dikelola dengan sanitary landfill, jika dikelola dengan 3R dengan baik akan penuh pada tahun 2027.
Kelembagaan Dinas masih berfungsi sebagai operator dan regulator dan minimnya koordinasi antara dinas terkait
SDM kurang memadai, baik dari kuantitas dan kualitas
Pendanaan Penganggaran terkait pengelolaan persampahan baru mencapai 2% per tahun dari belanja langsung APBD Kabupaten Probolinggo.
Pengelolaan sampah masih kurang menjadi prioritas.
Pola penanganan sampah belum optimal.
Rendahnya dana penarikan restribusi. Peran Serta
Masyarakat dan Dunia Usaha / Swasta
Potensi masyarakat belum dikembangkan secara sistematis.
Belum maksimalnya investasi dunia usaha/swasta, hanya terdapat 2 perusahaan di Kecamatan Paiton yang mengelola sampah, yaitu sampah dari perumahan PLTU Paiton.
Peraturan Perundangan
dan penegakan hukum:
Penerapan sanksi hukum dari Perda belum efektif
BAB V - 29 Tabel 5.7
Permasalahan Utama Sub-sektor Drainase Lingkungan A. Sistem Drainase Lingkungan
User Interface: Lama genangan bila terjadi banjir yang lebih dari 1 hari: 2%
dari total wilayah atau 3.409,33 Ha. Penampungan /
Pengolahan Awal:
grey water masih bercampur dengan saluran drainase dan saluran irigasi, serta kurangnya sumur resapan.
Pengangkutan / Pengaliran:
Kondisi drainase lingkungan berdasarkan hasil EHRA 2011:
Data lain berdasarkan hasil EHRA Juni 2011:
Ditemukan bahwa sekitar 4,80% rumah tangga memiliki lingkungan sekitar rumah yang terdapat genangan air.
Pada umumnya, drainase lingkungan masih menjadi satu antara pembuangan air hujan (pematusan air hujan) dan saluran limbah rumah tangga (grey water).
Porsi belanja fisik sub sektor drainase masih 0,833%. Rp 2,5 pd milyar pada th 2012.
Prosentase panjang saluran drainase yang berfungsi baik masih 45,25%.
Akses masyarakat terhadap sarana drainase lingkungan masih 49,89%
Luas area genangan 3.409,33 Ha (di Kec. Banyuanyar, Tiris, Kraksaan, Pajarakan, Gending, Dringu, Leces, Tongas, Paiton dan Sumberasih).
B. Lain - lain Dokumen Perencanaan
Terdapatnya master plan drainase dan dokumen perencanaan lainnya pada prioritas Ibu Kota Kabupaten di Kecamatan Kraksaan.
50.11% 35.25%
10.00% 4.69%
BAB V - 30 Tabel 5.8
Permasalahan Utama Aspek PHBS Berdasarkan hasil
EHRA Juni 2011, maka:
Masih rendahnya kesadaran sebagian kecil masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat didukung dengan pola hidup masyarakat yang berdampak pada penurunan kualitas lingkungan tempat tinggal. Lemahnya kepedulian masyarakat dan pengambil kebijakan terhadap program-program yang bersifat preventif dan promotif (pencegahan dan promosi).
5.4.2. Sasaran Prioritas
Berikut resume Sasaran prioritas yang akan dicapai pada pembangunan Sektor
Sanitasi dan Aspek PHBS sampai dengan periode Tahun 2017.
Sub Sektor Air Limbah
1. Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah
2. Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah tangga skala kabupaten pada akhir tahun 2017.
3. Meningkatnya akses jamban sehat dari 58,28 % menjadi 70 % pada akhir tahun 2017.
4. Meningkatnya cakupan kepemilikan jamban dengan menggunakan tangki septic dari 29,23 % menjadi 39,23 % untuk rumah tangga miskin pada akhir tahun 2017.
5. Tersedianya dan berfungsinya IPAL Komunal pada akhir tahun 2017 Sub Sektor Persampahan
1. Meningkatnya cakupan layanan pengelolaan persampahan di Kabupaten Probolinggo dari 2,79 % menjadi 8 % pada akhir tahun 2017.
2. Mengurangi timbulan sampah perkotaan post collection hingga 68 m3/hari pada tahun 2017.
3. Meningkatnya fasilitas pengolahan sampah di TPA Sub Sektor Drainase Lingkungan
1. Tersedianya dokumen manajemen sistem drainase pada wilayah genangan pada akhir tahun 2017
2. Berkurangnya wilayah genangan dari 3.409,33 Ha menjadi 3.309,33 Ha pada akhir Tahun 2017
Aspek PHBS
1. Meningkatnya cakupan PHBS dari 19,39 % pada th 2011 menjadi 65 % pada Tahun 2017.
2. Meningkatnya sosialisasi dalam promosi PHBS.
3. Peningkatan standar higiene pada masyarakat yang terkena bencana. 4. Mendukung penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
Bayi (AKB) di Kabupaten Probolinggo, yaitu kurang dari 100 per 100.000 kelahiran hidup untuk AKI dan
BAB V - 31 5.5. Arahan Rencana Kawasan Agropolitan
5.5.1. Struktur Ruang
Penentuan struktur ruang Kabupaten Probolinggo merupakan tahap awal dari
kegiatan integrasi spasial dalam pengembangan wilayah. Struktur tata ruang kawasan
agropolitan Kabupaten Probolinggo dibentuk dalam suatu sistem tata ruang yang
terintegrasi agar dapat mengoptimalkan peran dan pertumbuhan masing-masing
kecamatan yang termasuk kawasan agropolitan berdasarkan potensi yang dimilikinya
serta saling melengkapi dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan.
Perencanaan pusat dan sub pusat pengembangan wilayah di kawasan
agroplitan Kabupaten Probolinggo meliputi pengembangan sistem kawasan dan
sarana prasarana pendukung, sehingga akan memberikan perhatian utama pada
penataan sistem kawasan dan sarana prasarana pendukung yang terintegrasi dalam
ruang. Suatu sistem yang terintegrasi akan memberikan akses yang potensial bagi
penduduk di seluruh wilayah terhadap pasar yang beragam, berbagai fasilitas
perkotaan dan input yang berguna bagi pengembangan pertanian.
Pembentukan struktur ruang kawasan agropolitan Kabupaten Probolinggo akan
mengacu pada kebijakan struktur ruang wilayah Kabupaten Probolinggo dengan
modifikasi agar dapat mengakomodasi pengembangan ruang kegiatan sektor
ekonomi unggulan.
Pusat kegiatan perkotaan di Kabupaten Probolinggo ditentukan oleh analisis
skalogram untuk menentukan pusat kegiatan dan wilayah pelayanandalam skala
regional dan lokal yang secara langsung mempengaruhi sistem perkotaan di
Kabupaten Probolinggo. Untuk membentuk pusat kegiatan yang terintegrasi dan
berhirarki di Probolinggo dengan:
a. PKW Kota Probolinggo dengan fungsi pelayanan pusat pemerintahan, pendidikan,
kesehatan, olah raga, perdagangan dan jasa;
b. Pengembangan dan pemantapan Perkotaan Kraksaan sebagai Pusat Kegiatan
Lokal (PKL) sekaligus berfungsi sebagai ibukota kabupaten;
c. Pengembangan perkotaan Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) yaitu perkotaan
Tongas, Perkotaan Wonomerto, Perkotaan Leces, Perkotaan Gading dan
Perkotaan Paiton;
d. Pengembangan perkotaan ibukota kecamatan yang bukan sebagai PKLp yaitu
sebagai Pusat Pelayanan Kawasan PPK meliputi perkotaan Pajarakan, perkotaan
BAB V - 32 perkotaan Sukapura, perkotaan Bantaran, perkotaan Kuripan, perkotaan Sumber,
perkotaan Dringu, perkotaan Gending, perkotaan Banyuanyar, perkotaan
Tegalsiwalan, perkotaan Krucil, perkotaan Tiris, perkotaan Kotaanyar, perkotaan
Besuk dan perkotaan Pakuniran;
e. Pengembangan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yaitu Desa Jorongan
Kecamatan Leces, Desa Randuputih Kecamatan Dringu, Desa Krucil, Kecamatan
Krucil, Desa Ngepung, Kecamatan Sukapura, Desa Tukul, Kecamatan Sumber,
Desa Jatisari, Kecamatan Kuripan, Desa Tempuran, Kecamatan Bantaran, Desa
Sumberbulu, Kecamatan Tegalsiwalan, Desa Banyuanyar Tengah, Kecamatan
Banyuanyar, Desa Mojolegi, Kecamatan Gading, Desa Glagah, Kecamatan
Pakuniran, Desa Kedungrejoso, Kecamatan Kotaanyar, Desa Randu Merak,
Kecamatan Paiton, Desa Sumberan, Kecamatan Besuk, Desa Sentong, Kecamatan
Krejengan, Desa Karanggeger, Kecamatan Pajarakan, Desa Brumbungan Kidul,
Kecamatan Maron, Desa Klaseman, Kecamatan Gending, Desa Poh Sangit Lor,
Kecamatan Wonomerto, Desa Purut, Kecamatan Lumbang, Desa Tambakrejo,
Kecamatan Tongas dan Desa Pesisir, Kecamatan Sumberasih.
5.5.2. Pola Ruang
Pola pemanfaatan ruang meliputi batas-batas kawasan lindung dan kawasan
budidaya, letak, ukuran dan fungsi kawasan lindung dan budidaya. Kawasan lindung
adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
kemampuan lingkungan hidup mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan
guna kepentingan pembangunan bekelanjutan. Pengelolaan kawasan lindung
adalah upaya penetapan, pelestarian dan pengendalian pemanfaatan kawasan
lindung.
Pengembangan kawasan budidaya melingkupi kawasan yang ditetapkan
fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya yang ada di
wilayah Kabupaten Probolinggo terdiri dari berbagai penggunaan kegiatan budidaya,
antara lain:
1. Hutan Produksi
Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan yang dibudidayakan dengan
tujuan diambil hasil hutannya baik hasil hutan kayu maupun non kayu. Kawasan ini
BAB V - 33 memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya pembangunan,
mendukung pengembangan industri dan ekspor. Kawasan hutan produksi saat
tersebar di 30 kabupaten - kota di Jawa Timur yang terbagi menjadi 31 KPH
(Kesatuan Pemangku Hutan), merupakan unit perum perhutani yang mengelola
hutan produksi pada kawasan tertentu. KPH di wilayah Provinsi Jawa Timur
terdapat 23 wilayah kawasan pemangku hutan yang berfungsi untuk mengawasi
sumberdaya hutan. Hutan produksi yang dibagi menjadi tiga kelompok, yakni
hutan jati rimba, hutan lindung dan kawasan konservasi. Adapun wilayah KPH
tersebut adalah KPH Padangan, KPH Bojonegoro, KPH Parengan, KPH Jatirogo, KPH
Tuban, KPH Ngawi, KPH Madiun, KPH Saradan, KPH Nganjuk, KPH Jombang, KPH
Mojokerto, KPH Madura, KPH Lawu dan sekitarnya, KPH Kediri, KPH Blitar, KPH
Malang, KPH Pasuruan, KPH Probolinggo, KPH Jember, KPH Bondowoso. KPH
Banyuwangi Selatan, KPH Banyuwangi Utara, KPH Banyuwangi Barat.
2. Kawasan Pertanian
Provinsi Jawa Timur memiliki luas baku sawah irigasi teknis 991.678 Ha. Sebagai
wilayah penghasil padi dan tanaman pangan lain atau sebagai lumbung padi
nasional, maka lahan pertanian beririgasi teknis harus dipertahankan bahkan
ditambah luasnya. Kawasan penghasil padi ini terdapat di seluruh wilayah, akan
tetapi pasokan terbesar berasal dari wilayah: Kabupaten Banyuwangi, Jember,
Lumajang, Magetan, Nganjuk, Ngawi, Lamongan, Bojonegoro, Blitar, Malang,
Pasuruan, Sidoarjo. Saluran irigasi teknis harus dipertahankan dan dilakukan
peningkatan irigasi sederhana dalam skala wilayah.
3. Kawasan Perikanan
Produksi perikanan di Jawa Timur rata-rata sebesar 300.000 ton per tahun. Wilayah
paling banyak menghasilkan ikan khususnya ikan laut adalah pantai utara Jawa,
Kabupaten Sumenep, Selat Bali. Pantai Selatan Jawa Timur memiliki prospek
pengembangan ikan yang sangat besar, akan tetapi belum dimanfaatkan dan
dikembangkan secara optimum.
Kawasan perikanan tangkap,
Pengembangan kawasan perikanan laut di Jawa Timur memiliki prospek yang
bagus, didukung oleh: pengembangan pelabuhan perikanan Brondong yang
terletak di pantai Utara Jawa Timur, pengembangan pelabuhan perikanan di
Muncar – Banyuwangi, dan Prigi – Trenggalek. Pengembangan Pelabuhan
BAB V - 34 Jember, Pondokdadap Sendang Biru Kabupaten Malang, Mayangan Kota
Probolinggo, Paiton Kabupaten Probolinggo dan Lekok Kabupaten Pasuruan.
Perikanan budidaya air laut,
Kawasan yang memiliki prospek dalam pengembangan perikanan budidaya
air laut adalah Kabupaten Blitar, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten
Banyuwangi, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Malang, Kabupaten
Pamekasan, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Sampang, Kabupaten
Sumenep, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Tuban, Kabupaten Trenggalek
dan Kabupaten Tulungagung.
4. Kawasan Perkebunan
Provinsi Jawa Timur dikembangkan berdasarkan fungsi kawasan dan potensi yang
ada pada daerah masing-masing berdasarkan prospek ekonomi yang dimiliki.
Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan untuk meningkatkan peran serta,
efisiensi, produktivitas dan keberlajutan, dengan mengembangkan kawasan
industri masyarakat perkebunan yang selanjutnya disebut KIMBUN. Kimbun di
Kabupaten Probolinggo termasuk dalam Kimbun Bromo – Tengger – Semeru yang
meliputi: Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang,
Kabupaten Probolinggo. Kimbun Bromo – Tengger – Semeru di Kabupaten
Probolinggo dengan komoditi yang dikembangkan antara lain kopi, tebu, kelapa
dan cengkeh.
5. Peternakan
Sentra peternakan ternak besar di Provinsi Jawa Timur, meliputi Kabupaten Blitar,
Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Banyuwangi,
Kabupaten Jember, Kabupaten Kediri, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang,
Kabupaten Magetan, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten
Probolinggo, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Trenggalek,
Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Tuban.
6. Kawasan Pariwisata
Pengembangan pariwisata dilakukan melalui penataan kawasan wisata terdiri
atas: penetapan obyek/atraksi unggulan, kota pusat pelayanan pariwisata, dan
jalur wisata. Upaya pengembangan wisata Provinsi Jawa Timur ini juga tetap
dikaitkan dengan pusat pariwisata nasional yakni: Jakarta, Jogja, dan Bali sebagai
satu kesatuan tujuan wisata nasional sekaligus untuk menarik minat pengunjung.
BAB V - 35 termasuk dalam kawasan pengembangan pariwisata koridor tengah. Kawasan
pengembangan pariwisata koridor tengah, terdiri dari Kabupaten Magetan,
Kabupaten Ngawi, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Madiun, Kabupaten
Nganjuk, Kabupaten Kediri, Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokerto,
Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo berupa obyek
wisata Air terjun Madakaripura, Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Bondowoso.
7. Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman merupakan kawasan diluar kawasan lindung yang
digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian masyarakat
yang berada di wilayah perkotaan dan perdesaan Provinsi Jawa Timur, dengan
mempertimbangkan kelestarian lingkungan dan diupayakan tidak melakukan
peralihan fungsi terhadap lahan pertanian teknis. Adapun kriteria pengembangan
kawasan permukiman di wilayah Kabupaten Probolinggo masuk dalam kategori
pengembangan permukiman pada kawasan pariwisata di sekitar Gunung
Bromu-Tengger-Semeru
8. Kawasan Industri
Pengembangan Kawasan Industri di Jawa Timur dikembangkan berdasarkan
ketersediaan bahan baku, ketersediaan tenaga kerja, permintaan pasar,
ketersediaan infrastruktur dan perkembangan wilayah. Rencana pengembangan
kawasan industri di Jawa Timur didasarkan pada kecenderungan perkembangan
lokasi kawasan industri di Jawa Timur saat ini dan potensi kawasan. .
Kawasan-kawasan industri yang perlu dikembangkan dan optimalisasi pengendalian
diwilayah Kabupaten Probolinggo adalah Kawasan Industri Gerbang Mas dan
Kawasan Industri Paiton.
9. Kawasan Pertambangan
Provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang kaya akan hasil tambang, terutama:
tambang, bahan galian dan berbagai sumberdaya mineral. Berdasarkan sebaran
bahan galian tambang di Jawa Timur, maka dapat dibagi kedalam tiga zona.
Kabupaten zona tengah dengan kelompok yang dikembangkan pada mineral
agregat dan kelompok alumino silikat serta mineral lempung. Pada
perkembangannya, kawasan Dataran Hyang berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan memiliki potensi dikembangkan pertambangan gas bumi yang tidak
BAB V - 36 10. Kawasan Perdagangan
Kawasan perdagangan secara umum merata tersebar di seluruh wilayah Provinsi
Jawa Timur, dalam skala besar perdagangan terkon wilayah yang memiliki
kelengkapan fasilitas dan sarana penunjangnya pada kota besar seperti
Surabaya, Malang, Madiun, Kediri, Jember, Probolinggo dan sebagainya. Kawasan
perdagangan di Jawa Timur memiliki beberapa skala dimana pengembangan
perdagangan dalam skala regional ditandai oleh adanya pasar induk, dan grosir.
Kawasan perdagangan ini memiliki dampak pengembangan wilayah yang cukup
besar, sehingga berbagai dampak perkembangan kegiatan khususnya
transportasi, perumahan, pertokoan harus ditata sebagai satu kesatuan sistem.
Rencana pengembangan dan penataan kawasan perdagangan di Kabupaten
Probolinggo pada kawasan perdagangan skala regional pada kawasan pusat
kota dan sekitar akses Pantura.