• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI BENIH KEDELAI DAN KENDALA PERTANAMAN DI LUAR MUSIM TANAM (OFF SEASON ) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROVINSI JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PRODUKSI BENIH KEDELAI DAN KENDALA PERTANAMAN DI LUAR MUSIM TANAM (OFF SEASON ) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROVINSI JAMBI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKSI BENIH KEDELAI DAN KENDALA PERTANAMAN

DI LUAR MUSIM TANAM (OFF SEASON )

DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROVINSI JAMBI

Kamalia M1), Julistia B2) dan Jumakir2

Peneliti Pertama1) dan Peneliti Madya2)

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi email : jumakirvilla@yahoo.co.id

ABSTRAK

Usaha perbenihan kedelai diharapkan dapat berkembang dengan adanya kegiatan perbenihan kedelai di Provinsi Jambi karena untuk memperoleh produksi benih bermutu selalu memerlukan ketersediaan benih sumber yang berkesinambungan. Tujuan pengkajian ini adalah memproduksi benih kedelai dan menyediakan benih kedelai bermutu di Provinsi Jambi. Pengkajian ini dilaksanakan di lahan sawah irigasiDesa Sri Agung Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada bulan Maret 2014. Varietas yang digunakan adalah varietas Anjasmoro, Willis dan Grobogan dengan luas tanam 3,0 ha kelas benih BS. Pertanaman kedelai dilakukan pada saat yang bersamaan tanam padi dengan pola tanam padi-padi-palawija. Hasil pengkajian memperlihatkan pertumbuhan tanaman kedelai dengan keragaan yang cukup baik pada fase vegetatif maupun fase generatif. Upaya yang dilakukan untuk mengatisipasi munculnya hama-hama yang akan menyerang tanaman kedelai dengan melakukan pengamatan/monitoring hama dan penyakit serta penyemprotan insektisida. Pertumbuhan tanaman kedelai cukup baik dan intensitas serangan hama masih rendah. Namun memasuki fase pengisian polong dan tanaman padi memasuki fase bunting muncul hama tikus dan kepik yang menyerang tanaman kedelai. Upaya yang dilakukan dengan sanitasi disekitar pertanaman kedelai dan umpan beracun sertapenyemprotan insektisida. Intensitas serangan hama tikus dan kepik cukup tinggi, selain itu pertanaman kedelai dilakukan spot-spot atau tidak dalam satu hamparan. Hasil pertanaman kedelai dapat memperoreh benih varietas Anjasmoro 200 kg kelas BS ke FS dan Wilis 100 kg kelas BS ke FS sedangkan varietas Grobogan tidak bisa dijadikan benih. Selain itu kendala kelompok penangkaran benih kedelai diantaranya modal terbatas, dan masih diperlukan pembinaan dan pendampingan yang lebih intensif.

Kata kunci : Kedelai, produksi, dan sawah irigasi

PENDAHULUAN

Kedelai merupakan tanaman kacang-kacangan terpenting di Indonesia dan kebutuhan akan komoditi tersebut terus meningkat dari tahun ketahun sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan kesadaran masyarakat akan gizi makanan. Kedelai merupakan sumber bahan makanan yang mengandung protein tinggi, rendah kolesterol dan harga terjangkau (Departemen Pertanian, 2007). Kebutuhan kedelai pada tahun 2013 diproyeksikan mencapai sekitar 4,5 juta ton, sementara produksi nasional dewasa ini baru sekitar 2,5 juta ton/tahun. Upaya mencukupi kebutuhan di dalam negeri, pemerintah terpaksa mengimpor sekitar 1,9 juta ton kedelei setiap tahun. Impor yang cukup tinggi ini akan merupakan pengeluaran devisa yang cukup besar sehingga upaya untuk meningkatkan produksi di dalam negeri perlu dipacu dan dicarikan jalan keluarnya

(2)

identifikasi dan karakerisasi AEZ terdapat kurang lebih 1.380.700 ha lahan kering untuk lahan pertanian yang sesuai untuk pengembangan tanaman padi gogo, jagung dan palawija (Busyra et al. 2000).

Produktivitas kedelai di daerah sentra Provinsi Jambi baru mencapai 1,3 ton/ha (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2014). Sedangkan produktivitas tanaman kedelai di Indonesia rata-rata 1,28 t/ha, masih dibawah potensi hasil beberapa varietas unggul yang dapat mencapai 2-2,5 t/ha (Suhartina, 2005). Menurut Subandi et al,. (2007) produktivitas tanaman menggambarkan tingkat penerapan teknologi produksi oleh petani.

Rendahnya produktivitas kedelai di Provinsi Jambi disebabkan oleh ketersediaan benih bermutu terbatas, waktu tanam, pemupukan, hama penyakit, pasca panen dan harga (Jumakir dan Endrizal, 2003; Taufiq et al,. 2007). Selanjutnya Zakaria et al., (2010) mengatakan bahwa faktor yang menghambat peningkatan produktivitas usahatani kedelai mencakup aspek teknis dan sosial ekonomi. Aspek teknis yaitu 1) kualitas benih yang bermutu tinggi sulit diperoleh, 2) waktu tanam tidak tepat, 3) Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) tidak optimal dan 4) penanganan panen dan pasca panen tidak tepat. Aspek sosial ekonomi terkait dengan kurang insentif ekonomi dan ketersediaan modal yang terbatas. Peluang peningkatan produksi kedelai masih cukup besar melalui intensifikasi dengan penerapan teknologi budidaya kedelai melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) (Balitkabi, 2007).

Upaya untuk meningkatkan produktivitas kedelai secara berkelanjutan, salah satunya adalah mencari dan meyediakan varietas yang mampu beradaptasi dengan baik, produksi tinggi dan disukai petani dan konsumen. Antara lain dengan mekakukan upaya untuk meningkatkan produksi kedelai dan menyediakan benih unggul bermutu antara lain dengan melakukan usaha perbenihan kedelai. Benih merupakan salah satu input produksi yang mempunyai kontribusi signifikan terhadap peningkatan produktivitas dan kualitas hasil pertanian. Ketersediaan benih dengan varietas yang berdaya hasil tinggi dan mutu yang tinggi, baik mutu fisik, fisologis, genetik maupun mutu patologis mutlak diperlukan di dalam suatu sistem produksi pertanian. Menurut Nugraha (2004); TeKrony (2006), dalam pertanian modern, benih berperan sebagai delivery mechanism yang menyalurkan keunggulan teknologi kepada petani dan konsumen lainnya. Sistem perbenihan yang baik sangat diperlukan agar keunggulan teknologi dari suatu varietas dapat tersalurkan.Tujuan pengkajian ini adalah memproduksi benih kedelai dan menyediakan benih kedelai bermutu di Provinsi Jambi.Dengan adanya usaha perbenihan kedelai diharapkan dapat berkembangnya kegiatan perbenihan kedelai di Provinsi Jambi karena untuk memperoleh produksi benih bermutu selalu memerlukan ketersediaan benih sumber yang berkesinambungan.

METODE PENELITIAN

(3)

dan label yang digunakan adalah label yang dikeluarkan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) (Merina, 2013)

Tabel 1. Varietas, kelas benih dan luas tanam kedelai di Desa SriAgung Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat-Jambi

No Petani Varietas Kelas Banih Luas tanam (ha)

1. Suyitno Anjasmoro BS-FS 0,50

Grobogan BS-FS 0,50

2. Salim Willis BS-FS 0,50

3. Sutimin Willis BS-FS 1,00

4. Cipto Anjasmoro BS-FS 0,50

Komponen teknologi perbenihan kedelai tertera pada Tabel 2 (Badan Litbang Pertanian, 2007). Proses pembuatan benih dan sertifikasi, dilakukan oleh petani penangkar yang telah mempunyai izin sebagai penangkar benih. Parameter pengamatan meliputi karakteristik wilayah, aspek agronomis, produksi benih dan kendala yang dihadapi.

Tabel 2. Komponen teknologi Perbenihan kedelai di Desa Sri Agung Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi

No Komponen Teknologi Teknologi Perbenihan

1 2 3

1 Varietas Anjasmoro, Grobogan dan Willis

2 Pemilihan lokasi Lahan yang akan digunakan bukan bekas pertanaman kedelai.

Memiliki kesuburan tinggi, datar, tidak bermasalah dengan hara.

●Memiliki fasilitas pengairan dan tata air yang baik. Bukan endemik hama atau penyakit.

Aman dari gangguan ternak.

3 Penyiapan lahan Tentukan varietas yang akan ditanam.

Siapkan benih sesuai dengan luasan yang akan ditanami (40-50 kg/ha, tergantung ukuran biji dan daya tumbuh). Gunakan sumber benih yang jelas identitasnya dan berkualitas

baik.

4 Ciri-ciri benih berkualitas baik

Kemurnian tinggi Varietas jelas Daya tumbuh tinggi Vigor baik

Sehat dan bernas

5 Penan aman

Lahan sawah bekas padi dan TOT : tanam paling lambat 6 hari

setelah padi dipanen, dan berikan mulsa jerami.

●Lahan kering : jika sudah tercapai kelembaban tanah optimal.

●Teratur, jarak tanam 40 cm x 15 cm, 1-2 biji/lubang. Pada lahan

Subur dapat digunakan jarak tanam 40 cm x 20 cm. Lakukan penjarangan setelah tanaman berumur 7 hari,

disisakan

1 tanaman/rumpun.

(4)

seed treatment.

Tutup lubang tanam dengan abu, pasir atau tanah berpasir agar

benih dapat tumbuh serempak.

1 2 3

6 Pengairan Berikan pengairan pada saat diperlukan, sehingga tanaman

terhindar dari kekeringan.

Jika curah hujan terbatas dan air irigasi tersedia, berikan pengairan pada 3-4 hari sebelum tanam, umur 2–3 minggu, 4–5

minggu, dan 8–9 minggu setelah tanam.

Fase kritis: awal pertumbuhan vegetatif, saat berbunga, dan saat

pengisian polong.

7 Pemupukan Lahan tidak masam atau kemasaman rendah (pH >6,0)

Lahan sawah bekas tanaman padi : 23 kg N + 27 kg P2O5

+

45 kg K2O per ha.

Lahan kering : 35 kg N + 36 kg P2O5 + 60 kg K2O per ha.

Lahan masam (pH <6,0)

Lahan kering masam : 33 kg N + 36 kg P2O5 + 60 kg K2O

per ha +dolomit dosis 1/4-1/2 x kandungan Aluminium (Al-dd). Untuk

kandungan Al-dd 1,85 me/100 g, dosis dolomit 1500 kg/ha. Jika

disertai pupuk kandang 1-2 t/ha, dosis dolomit 750 kg/ha.

Lahan pasang surut: 23 kg N + 36 kg P2O5 + 30 kg K2O

per ha +

300-700 kg/ha dolomit + 1 t/ha pupuk kandang. Atau 150 kg/ha

phonska +50 kg SP36 + 300-700 kg/ha dolomit + 1 t/ha pupuk

kandang

Dolomit/pupuk kandang disebar sebelum tanam. Pupuk NPK disebar rata sesaat sebelum tanam atau 10

hari

setelahtanam pada alur 10-15 cm di samping barisan tanaman dan

ditutup.

8 Pengendalian hama/ penyakit

●Intensif (kimiawi maupun mekanis), sejak awal pertumbuhan

hingga menjelang panen (pengendalian berdasar pemantauan).

(5)

hari dan secara tepat (jenis insektisida, dosis dan waktu).

Lakukan pengendalian secara tepat dan intensif, terutama pada

fase generatif.

9 Pengendalian Gulma ●Secara optimal, sehingga pertanaman tidak mengalami gangguan (minimal 2x, yaitu umur 10–14 HST dan 21–

2HST).

Pada penyiangan ke-2, ikuti dg penggemburan tanah. Jika perlu penyiangan setelah berbunga, lakukan dengan cara mencabut atau memotong gulma.

1 2 3

10 Pemeriksaan Lapang 1. Fase kecambah

 Dilakukan sekitar umur 10-12 hari setelah tanam.

 Indikator utama : warna hipokotil dan bentuk daun.

 Jika masih ragu, gunakan indikator morfologi lain:

 Hipokotil hijau  bunga putih

 Hipokotil ungu  bunga ungu

 Berbiji besar  keping biji, daun trifoliat pertama berukuran besar

 Berbiji bulat  bentuk daun trifoliat pertama mendekati bulat

 Cabut tanaman yang dianggap menyimpang dari deskripsi varietas yang benar.

 Lakukan pemeriksaan lapang dari tanaman ke tanaman secara sistematik.

2. Fase berbunga

 Indikator utama: warna bunga.

 Jika masih ragu gunakan indikator morfologi lain : bentuk daun, warna daun, warna bulu dan bentuk tanaman secara keseluruhan.

 Cabut tanaman yang dianggap menyimpang dari deskripsi varietas yang benar.

 Lakukan pemeriksaan lapang dari tanaman ke tanaman secara sistematik.

3. Fase masak

 Pemeriksaan lapang terakhir.

 Indikator : karakter bentuk tanaman, warna dan bentuk polong, serta warna bulu pada polong.

 Cabut tanaman yang dianggap menyimpang dari deskripsi varietas yang benar.

 Lakukan pemeriksaan lapang dari tanaman ke tanaman secara sistematik.

Prinsip

Pemeriksaan Lapang

Mengetahui identitas varietas (deskripsi varietas) Memahami karakteristik morfologi

●Pemeriksaan minimal 3 kali dan jika ada keraguan dibuang

11 Panen  Indikator : 90-95% daun rontok, polong berwarna kuning/coklat dan kering

 Cara : memotong pangkal batang tanaman. Hindari dengan cara mencabut agar tanah tidak terbawa.

(6)

jangan tumpuk brangkasan, sedapat mungkin berdirikan brangkasan dalam ruangan.

 Jemur polong dengan menggunakan alas berupa tikar atau terpal. Jangan jemur polong tanpa alas.

 Pisahkan hasil panen sesuai varietasnya, atur jarak saat penjemuran.

1 2 3

Pembijian polong:  Dengan cara dipukul: dilakukan pada kadar air biji 12-13%.

 Dengan powerthresher : dilakukan pada kadar air biji 14-15%, kecepatan putaran silinder 600-700 rpm 12 Pengeringan Benih Penjemuran di bawah sinar matahari:

 Gunakan alas tikar atau terpal.

 Lakukan pembalikan benih agar benih menjadi kering merata.

 Jika suhu terlalu tinggi (maksimal 40oC), masukkan

benih ke gudang.

 Atur jarak untuk menghindari campuran fisik benih dari varietas lain.

 Pengeringan hingga kadar air benih 10%.

 Lakukan proses pembersihan benih dengan menggunakan tampi atau seed cleaner.

 Keringkan kembali benih yang telah bersih hingga kadar air 9%.

13 Pembersihan dan Sortasi

 Lakukan proses pembersihan benih dengan menggunakan tampi atau seed cleaner.

 Lakukan proses sortasi benih secara manual atau dengan menggunakan seed grader.

 Setelah benar-benar bersih dari campuran fisik benih, seperti kotoran dan benih tanaman atau varietas lain, simpan benih dalam wadah yang aman.

 Pastikan label benih tetap ada dan harus terlihat jelas dan benar.

Pemeriksaan Benih  Lakukan pemeriksaan terhadap benih yang telah dibersihkan dari kotoran (tanah, kerikil, potongan batang, tangkai dan daun), benih abnormal dan benih yang terlalu kering.

 Indikator : karakter warna kulit biji, bentuk dan warna hilum, serta bentuk dan ukuran biji.

 Walaupun secara genetik benar, pisahkan benih berukuran terlalu besar maupun kecil, sehingga diperoleh lot benih dengan ukuran hampir seragam.

 Beri label yang kuat dan jelas pada benih yang dianggap benar dan simpan pada tempat yang aman. Pengepakan Benih  Segera masukkan benih ke dalam kemasan yang baik.

 Beri label di dalam dan luar kemasan (meliputi varietas, tanggal panen, jumlah)

(7)

Penyimpanan Benih  Simpan benih pada ruang penyimpanan ber-AC, suhu sekitar 10 oC, kelembaban relatif sekitar 40%.

 Tempatkan pada rak-rak atau pada lantai yang diberi alas kayu.

 Kelompokkan benih berdasarkan varietas, untuk memudahkan pengecekan benih dan dokumentasikan data benih yang disimpan. dalam wilayah kerja penyuluh pertanian (WKPP) Kecamatan Batang Asam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi dengan luas wilayah 1.288 ha, kemudian desa tersebut dikembangkan menjadi dua desa yaitu Desa Sri Agung dan Desa Rawa Medang. Pengusahaan lahan oleh petani diperuntukan sebagai lahan sawah dan lahan pekarangan. Secara umum sistem usahatani yang berkembang di Desa Sri Agung adalah sistem usahatani berbasis tanaman pangan dengan pola tanam Padi-Padi-Palawija (Tabel 3).

Tabel 3. Kalender musim dan pola tanam di Desa Sri Agung Kecamatan Batang Asam

Pola curah hujan di Desa Sri Agung hampir merata sepanjang tahun dengan curah hujan rata-rata 2.600 mm/tahun. Curah hujan bulanan tertinggi umumnya terjadi bulan Desember/Januari dan curah hujan terendah bulan Agustus (Gambar 1).

Gambar 1. Pola curah hujan di Desa Sri Agung Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat-Jambi

Tanah di Desa Sri Agung memiliki karakterisik antara lain berwarna hitam kelabu sampai cokelat tua karena bahan organiknya sudah berkurang, berstruktur remah dan

0

Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun Juli Ags Sep

(8)

tekstur lempung berpasir, kandungan unsur hara rendah dan pH tanah agak masam yaitu 4,89. Kondisi tanah tersebut memerlukan perbaikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan hasil tanaman.

Keragaan Tanaman

Persentase tumbuh tanaman kedelai varietas Anjasmoro, Willis dan Grobogan cukup baik yaitu mencapai lebih dari 80 persen, hal ini menunjukkan bahwa benih kedelai yang ditanam bermutu/berkualitas dan sumber benih berasal dari Balitkabi Malang.Pertanaman kedelai dilakukan pada bulan Maret dan pada saat yang bersamaan pola tanam yang umum dilakukan petani Desa Sri Agung adalah tanam padi dengan pola tanam padi-padi-palawija. Pertanaman kedelai berada diantara tanaman padi. Pertumbuhan tanaman kedelai menunjukkan keragaan yang cukup baik sesuai dengan sifat genetik masing-masing varietas. Pada fase vegetatif maupun fase generatif. Upaya yang dilakukan untuk mengatisipasi munculnya hama-hama yang akan menyerang tanaman kedelai dengan melakukan pengamatan/monitoring hama dan penyakit serta penyemprotan insektisida. Memasuki fase pengisian polong dan tanaman padi memasuki fase bunting muncul hama tikus yang menyerang tanaman kedelai. Upaya yang dilakukan dengan sanitasi disekitar pertanaman kedelai dan umpan beracun, serta intensitas serangan hama tikus cukup tinggi, selain itu pertanaman kedelai dilakukan spot-spot atau tidak dalam satu hamparan. Hama lain yang muncul pada pertanaman kedelai adalah belalang, jangkrik, kepik sedangkan penyakitnya seperti karat daun. Beberapa hama tersebut yang sangat mempengaruhi pertanaman kedelai adalah hama kepik. Hama tersebut mengisap polong kedelai sehingga perkembangan polong kedelai tidak sempurna. Sedangkan hama belalang dan jangkrik intensitas serangan cukup rendah, pengendalian dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida.

Pertumbuhan ke tiga varietas kedelai cukup baik dan merata. Varietas Anjasmoro memiliki tinggi tanaman 62 cm, jumlah cabang 3, dan jumlah polong isi 42. Varietas Willis tinggi tanaman 51,4 cm, jumlah cabang 3, jumlah polong isi 35.Varietas Grobogan tinggi tanaman 50 cm, jumlah cabang 3 dan jumlah polong isi 30 (Tabel 4).

Tabel 4. Keragaan beberapa varietas kedelai di lahan sawah irigasi Desa Sri Agung Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat – Jambi

Varietas Anjasmoro Willis Grobogan Keterangan

Pertumbuhan

- Vegetatif 3 3 3 Pertumbuhan

baik dan merata

- Generatif 3 3 3

Reaksi thd penyakit

- Karat daun T T T Tahan

- Layu bakteri T T T Tahan

Tinggi Tanaman (cm) 62 51,4 50,5

Jumlah cabang/tanaman 3 3 3

Jumlah polong isi/tanaman 42 35 30

Produksi dan Kendala Perbenihan

Produksi benih kedelai dari beberapa varietas yang ditanam diperoleh dua varietas yang dapat mengasilkan benih yaitu varietas Anjasmoro dan varietas Willis, sedangkan varietas Grobogan tidak bisa dijadikan benih karena pada saat panen dan prosesing kualitas benihnya tidak memenuhi standar yaitu benihnya tidak bernas dan agak kehitaman. Benih yang diperoleh dari masing-masing varietas adalah Anjasmoro 200 kg kelas BS ke FS dan Wilis 100 kg kelas BS ke FS (Tabel 4). Produksi benih kedelai yang diperoleh rendah, biasanya produksi benih kedelai yang optimal dengan luas tanam 1 ha diperoleh 800 kg sampai 1000 kg.

(9)

tanaman kedelai dan hama kepik menghisap polong kedelai sehingga perkembangan polongnya tidak sempurna.

Aspek kelembagaan perbenihan kedelai yang dilakukan gapoktan masih diperlukan pembinaan dan pendampingan yang lebih intensif. Kendala kelompok penangkara benih kedelai antara lain modal, dengan kondisi ekonomi anggota kelompok sangat beragam sehingga tidak setiap anggota kelompok mau menunda penjualan hasil panen sampai menjadi benih artinya sebagian dijual untuk konsumsi untuk membayar pinjaman baik berupa sarana produksi seperti pupuk maupun biaya persiapan lahan. Gapoktan sendiri belum mampu untuk menampung hasil panen karena modal masih sedikit dan digunakan untuk pembelian saprodi. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut perlu penyediaan modal usahatani berupa kredit usahatani dan pemasaran hasil agar harga yang diterima petani cukup menguntungkan secara finansial.

Tabel 5. Produksi benih kedelai varietas Anjasmoro dan Willis di lahan sawah irigasiDesa Sri Agung Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Varietas Luas 7). Penanaman dilakukan pada bulan Agustus dan panen bulan Nopember. Pertumbuhan tanaman kedelai masing-masing varietas cukup baik pada fase vegetatif dan fase generatif. Namun pada saat panen dan prosesing curah hujan cukup tinggi sehingga mempengaruhi prosesing kedelai sehingga mempengaruhi mutu benih kedelai yaitu dicirikan benih tidak bernas dan agak kehitaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu kedelai yaitu kadar air, persentase biji keriput dan persentase kotoran (Tri S, 2015). Penjemuran di bawah sinar matahari menggunakan alas tikar atau terpal, pembalikan benih agar benih menjadi kering merata, jika suhu terlalu tinggi (maksimal 40oC), masukkan benih ke gudang, diatur jarak

untuk menghindari campuran fisik benih dari varietas lain, pengeringan hingga kadar air benih 10% dan proses pembersihan benih dengan menggunakan tampi atau seed cleaner. Keringkan kembali benih yang telah bersih hingga kadar air 9% (Badan Litbangtan, 2007).

Tabel 6. Varietas Anjasmoro dan Willis kelas benih FS-SS di Desa Sri Agung Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat-Jambi

N No.

Petani Varietas Kelas Benih Luas tanam

(ha) 1

1.

Syaefullah Anjasmoro FS-SS 1,00

(10)

Peluang penyebaran benih kedelai khususnya varietas Anjasmoro cukup besar karena penananaman kedelai dilakukan pada beberapa agroekosistem lahan rawa pasang surut (Kabupaten Tanjung Jabung Timur), rawa lebak (Kabupaten Batanghari), lahan kering (Kabupaten Tebo) dan sawah irigasi (Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Bungo). Hal ini disebabkan varietas Anjasmoro dapat beradaptasi baik di beberapa agroekosistem tersebut dan respon petani bahwa varietas anjasmoro memiliki keragaannya baik, produksinya cukup tinggi, biji besar dan polong tidak mudah pecah.Varietas unggul Anjasmoro memiliki daya hasil 2,03-2,25 t/ha, tahan rebah, polong tidak mudah pecah dan moderat terhadap karat daun ( Balitkabi , 2008).

KESIMPULAN

1. Produksi benih kedelai varietas Anjasmoro 200 kg kelas BS ke FS dan Wilis 100 kg kelas BS ke FS.

2. Kendalaproduksi benih kedelai adalah hama tikus dan kepik serta curah hujan tinggi, selain itu kelompok penangkaran benih kedelai modal terbatas, masihdiperlukan pembinaan dan pendampingan yang lebih intensif.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian, 2007. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanan. Departemen Pertanian.

Balitkabi. 2007. Teknik Budidaya Kedelai Lahan Sawah, Lahan Kering Masam. Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Malang

Balitkabi. 2008. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-Kacangan Dan Umbi-Umbian. Malang

Busyra BS, N Izhar, Mugiyanto, Lindawati dan Suharyon 2000. Karakterisasi Zona Agro Ekologi (AEZ). Pedoman Pengembangan Pertanian di Propinsi Jambi. Instansi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Departemen Pertanian. 2007. Percepatan bangkit kedelai. Deptan. Direktorat JenderalTanaman pangan. Jakarta

Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2014. Data Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun 2013. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi.

Jumakir dan Endrizal. 2003. Potensi Produksi Kedelai Di Lahan Pasang Surut Wilayah Rantau Rasau Provinsi Jambi. Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi. Jambi, 18-19 Desember 2003. BPTP dan Badan Litbang Daerah provinsi Jambi.

Merina, Nely. 2013. Kedelai Bermutu Kedelai Bersertifikat.

http://www.teknopreneur.com/how/

teknopreneur-kedelai-bermutu-kedelai-bersertifikat-29-10-2013-1512.Diakses tanggal 24 Februari 2017.

(11)

Suhartina. 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-Kacangan Dan Umbi-Umbian. Malang

Taufiq A, Andi W, Marwoto, T Adisarwanto dan Cipto Prahoro. 2007. VerifikasiEfektifitas Teknologi Produksi Kedelai Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di Lahan Pasang Surut Provinsi Jambi. Balitkabi. Malang

TeKrony DM. 2006. Seeds: the delivery system for crop science. Crop Sci. 46: 2263-2269.

TriS,Yulia.2015.StandarMutuBijiKedelai.http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluha

n/Detail/10349/standart-mutu-biji-kedelai.Diakses tanggal 23 Februari 2017.

Gambar

Tabel 1.  Varietas, kelas benih dan luas tanam kedelai di Desa SriAgung Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat-Jambi
Gambar 1.   Pola curah hujan di Desa Sri Agung Kecamatan Batang Asam Kabupaten   Tanjung Jabung Barat-Jambi
Tabel 4. Keragaan beberapa varietas kedelai  di lahan sawah irigasi  Desa Sri Agung Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat – Jambi   Varietas Anjasmoro Willis Grobogan Keterangan
Tabel 5.  Produksi  benih kedelai varietas Anjasmoro dan Willis di lahan sawah irigasiDesa Sri  Agung Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Referensi

Dokumen terkait

Dalam konteks pembaruan hukum yang dilakukan Imam Syafi‟i dengan istilah yang masyhur disebut dengan qaul qadim dan qaul jadid, penulis melihat beliau melakukan

Pemilihan Kepala Desa di Desa Kandangan sebelum diterapkannya e- Pilkades berjalan seperti biasanya.Akan tetapi panitia atau masyarakat tidak tau apakah daftar calon pemilih itu

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan yang bersinergitas dengan e-Commerce yang menggunakan fasilitas responsive, yaitu web bootstrap, dalam membantu pendanaan

Hasil ini menunjukan posisi strategi berada dalam kuadran ( I ) dimana faktor kekuatan lebih besar dari faktor kelemahan dan faktor peluang lebih besar dari

Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti, yaitu terdapat hubungan positif antara citra tubuh dengan pengungkpan siri pada

Dari hasil perhitungan rata – rata nilai TCR resistor dapat disimpulkan bahwa semakin besar semakin besar Rs ( Resistivity Sheet ) semakin kecil nilai TCR dan

Pipet 10 ml larutan baku 100 µg/ml Nitrit ke dalam labu ukur 1000 ml kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda garis. Tambahkan 2,5 ml pereaksi sulfanilamida, dan aduk.