• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PENGARUH NAUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN SELADA MERAH (Lactuca sativa L. Var. Red rapids) SECARA HIDROPONIK SISTEM WICK - Repository Unja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PENGARUH NAUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN SELADA MERAH (Lactuca sativa L. Var. Red rapids) SECARA HIDROPONIK SISTEM WICK - Repository Unja"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Selada

Tanaman selada (Latuca sativa L.) termasuk family asteraceae, merupakan tanaman sayuran semusim. Kedudukan tanaman selada dalam sistematika tumbuhan, berikut ini adalah klasifikasi tanaman selada: Divisi Spermatophyta, Sub Divisi Angiospermae, Kelas Dicotyledonae, Ordo Asterales, Famili Compositac (Asteraceae), Genus Latuca, Spesies Latuca sativa L. (Rukmana, 1994).

Selada yang umum dibudidayakan saat ini dapat dikelompokkan menjadi empat tipe, yaitu selada krop, selada rapuh, selada batang dan selada daun (Cahyono 2014). Selada merah (Lactuca sativa var. Red rapids) merupakan tipe selada daun yang berasal dari Timur Tengah dan dikenal sebagai tanaman sayuran jauh sebelum masehi. Selada daun sendiri memiliki nama internasional yakni leaf lettuce atau cut lettuce. Selada jenis ini helaian daunnya lepas dan tepiannya berombak atau bergerigi serta berwarna hijau kemerahan (Haryono 2004). Selain dikonsumsi langsung, selada merah dapat digunakan sebagai hiasan untuk aneka masakan.

Selada merupakan sayuran daun yang berumur pendek dan dapat ditanam di dataran tinggi atau dataran rendah. Kandungan dalam 1000 gram selada terdiri dari protein 1,2 g, lemak 0,2 g, karbohidrat 2,9 g, Ca 22,0 g, P 25,0 g, Fe 0,5 g, Vitamin A 162 mg, vitamin B 0,04 g, dan vitamin C 8, 0 g (Edi dan Yusri, 2010).

Selada termasuk tanaman Herbaceous. Batang tanaman selada merah berbentuk bulat, berbuku-buku, kokoh dan kuat dan ukurannya beragam. Warna batang umumnya hijau muda, batang tanaman tersebut merupakan tempat tumbuhnya tangkai-tangkai daun yang rimbun sehingga sebagian besar batang tertutup oleh tangkai-tangkai daun yang rimbun. Permukaan batang halus dan pada buku-buku batang tempat tumbuhnya tangkai daun. Diameter batang selada daun adalah 3 cm (Rukmana, 1994).

(2)

lonjong dan lebar, bulat panjang dan lebar. Warna daun bermacam – macam, tergantung varietasnya dan daun memiliki tulang-tulang daun yang menyirip seperti duri ikan, helaian daun umumnya bergerigi pada bagian tepinya. Tanaman selada berdaun tunggal, umumnya berukuran panjang antara 20–25 cm atau lebih dan lebarnya sekitar 15 cm. Helaian daun tipis agak tebal, lunak, halus dan licin (Rukmana, 1994).

Sistem perakaran tanaman berupa akar tunggang dengan akar bercabang yang menyebar kesemua arah. Akar tunggangnya tumbuh lurus kedalam tanah sampai kedalaman 50 cm, sedangkan akar cabangnya menjalar keseluruh media. Akar tanaman selada memiliki warna putih (Rukmana, 1994).

2.1.1 Syarat Tumbuh dan Teknis Budidaya

Selada dapat tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah. Namun, hampir semua jenis tanaman selada lebih baik dibudidayakan di dataran tinggi. Hanya jenis selada daun saja yang masih toleran terhadap dataran rendah. Penanaman di dataran tinggi, jenis-jenis selada telur mengahasilkan krop. Di dataran sedang hingga rendah pertumbuhannya kurang baik dan tidak menghasilkan krop. Di tempat yang panas (dataran rendah) selada juga lebih cepat berbunga (Haryanto et al., 2003)

Selada menyukai tanah yang subur, banyak mengandung humus, pasir ataupun lumpur. pH tanah yang diinginkan antara 5 - 6,5. Daerah yang sesuai untuk penanaman selada berada pada ketinggian 500 - 2.000 m diatas permukaan laut (dpl) (Pracaya, 2004). Suhu optimum bagi pertumbuahn selada adalah 15°C -25°C. waktu tanam terbaik adalah pada akhir musim hujan, walaupun demikian dapat pula ditanama pada musim kemarau dengan pengairan atau penyiraman yang cukup, dengan system hidroponik keadaan tanah yang banyak mengandung humus bisa terpenuhi pula dengan unsur hara makro dan mikro dari larutan nutrisi (Aini et al., 2010).

(3)

Penyemaian Biji selada dilakukan dengan cara ditabur di tempat penyemaian dan kelembapan tempat penyemaian biji selada tersebut dijaga, sehingga selada tumbuh cepat dan baik. Benih selada dapat dipindahkan ke penanaman apabila memiliki daun 4 – 5 helai. Penanaman selada di anjurkan pada akhir musim hujan, akan tetapi bisa juga ditanam pada musim kemarau dengan system hidroponik, asalkan nutrisinya terpenuhi. Selada dapat ditanam secara langsung, akan tetapi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik disarankan benih disemaikan terlebih dahulu (Supriati dan Herlina, 2014).

Setelah penanaman, dilakukan pemberian larutan nutrisi. Kebutuhan larutan hara hidroponik untuk selada muda 25 cc/tanaman/sekali siram. Semakin besar tanaman, larutan yang diberikan semakin banyak pula, 50 cc lalu meningkat lagi hingga 75 cc per sekali siram. Tanaman selada yang sudah besar hingga menjelang panen membutuhkan 100 – 150 cc larutan hidroponik sekali siram. Volume penyiraman dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman itu sendiri (Haryanto et al., 2003).

Hama dan penyakit yang menyerang tanaman selada adalah kutu daun dan penyakit busuk akar karena Rhizoctonia sp. Pengendalian HPT yang menyerang dilakukan tergantung pada HPT yang menyerang. Apabila diperlukan pestisida digunakan sesuai kebutuhan dengan memperhatikan ketepatan pemilihan jenis, dosis, volume, waktu, interval dan cara aplikasi (Supriati dan Herliana, 2014).

(4)

2.2 Konsep Hidroponik

Hidroponik adalah sistem budidaya yang menggunakan larutan hara dengan atau tanpa penambahan media inert seperti pasir, rockwool atau arang sekam (Harjadi, 1989). Media inert adalah media tanaman yang tidak bereaksi dengan larutan hara yang diberikan. Penanaman secara hidroponik memiliki beberapa kelebihan antara lain keseimbangan hara akan terkontrol karena menggunakan media yang homogen sehingga mutu produk, bentuk, ukuran, warna, dan rasa dapat terjamin. Mencegah penyakit yang menyerang akar, karena adanya proses sterilisasi media dan wadah. Kekurangan dari media hidroponik adalah biaya investasi yang relatif mahal, juga memerlukan keahlian dalam sistem operasional (Schwarch, 1995).

Persyaratan untuk pertumbuhan tanaman Hidroponik meliputi suhu, cahaya, air, oksigen, nutrisi mineral, dan jumlah kebutuhan mineral. Tanaman sayuran yang diusahakan secara hidroponik umumnya membutuhkan suhu ideal 27°C - 30°C, dengan tingkatan penyinaran matahari selama 10 jam perhari. Tanaman sayuran yang diusahakan secara hidroponik juga membutuhkan kandungan air yang tidak mengandung garam lebih dari 320 ppm dengan pasokan oksigen yang cukup untuk perakaran tanaman.

Nutrisi mineral yang dibutuhkan perakaran terbuat dari garam-garam mineral yang telah dimurnikan dan mengandung hara makro dan hara mikro. Unsur hara makro diperlukan bagi tanaman dalam jumlah banyak (konsentrasi 1000 mg/kg bahan kering), sementara unsur hara mikro adalah unsur hara yang diperlukan dalah jumlah sedikit (konsentrasi kurang atau sama dengan 100 mg/kg bahan kering) (Herwibowo dan Budiana, 2014).

2.2.1 Teknik Menanam Hidroponik

(5)

Sistem yang paling sederhana serta fasif adalah sistem sumbu. Sistem sumbu merupakan metode hidroponik yang paling sederhana Karena hanya memanfaatkan prinsip kapilaritas air. Larutan nutrisi dari bak penampungan menuju perakaran tanaman memalui sumbu mirip cara kerja kompor minyak (Heru dan Agus, 2014). sistem sumbu dapat menggunakan berbagai media tanam, misalnya perilite, vermiculite, kerikil, pasir, sekam bakar, dan serat/serbuk buah kelapa. Media tanam akan terus menerus basah oleh air dan nutrisi yang diberikan disekitar tanaman (Syarifa et al., 2014).

2.2.2 Media Hidroponik

Dalam hidroponik substrat tidak menggunakan air sebagai media, tetapi menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat mendukung akar tanaman seperti halnya fungsi tanah. Media yang dapat digunakan dalam hidroponik substrat ini antaranya pasir, serbuk gergaji, dan lain-lain. Schwarch (1995) menyatakan bahwa syarat media dalam hidroponik harus terbebas dari zat yang berbahaya bagi tanaman, bersifat inert, daya pegang air baik, drainase dan aerasi baik. Media tumbuh yang digunakan sama sekali tidak berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman, melainkan berfungsi sebagai penopang akar dan penyangga larutan hara. Oleh sebab itu bahan yang baik digunakan sebagai media adalah bahan yang tidak mengandung hara dan bersifat porous.

(6)

2.2.3 Nutrisi Hidroponik

Pertumbuhan dan hasil tanaman yang optimum dapat dicapai dengan pemberian larutan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman. Terdapat 13 unsur hara essensial untuk pertumbuhan tanaman, air (H2O) dan karbon dioksida (CO2). Unsur hara essensial dapat dikelompokkan menjadi hara makro dan hara mikro. Hara makro dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak untuk pertumbuhan tanaman dari pada hara mikro.

Larutan hara untuk pemupukan tanaman hidroponik diformulasikan sesuai dengan kebutuhan tanaman menggunakan kombinasi garam-garam pupuk. Pupuk-pupuk yang dapat digunakan dalam sistem hidroponik harus mempunyai tingkat kelarutan yang tinggi (Susila, 2006). Pupuk tanaman sayur untuk hidroponik dikenal dengan sebutan AB Mix. Pupuk ini terdiri atas dua kelompok, yaitu stock A dan stock B.

Wardhani (2003) menyatakan tanaman dengan hara AB Mix menghasilkan tinggi, bobot, bobot buah layak konsumsi lebih tinggi dari hara dengan pupuk majemuk lainnya pada tanaman tomat. Menurut Jones (2008) larutan hara makro dan mikro dalam AB Mix terdiri dari NH4NO3 1.2 mmol/ l, KNO3 9.5 mmol/l, Ca(NO3)2 5.4 mmol/l, MgSO4 2.4 mmol/l, K2SO4 4.4 mmol/l, KH2PO4 1.5 mmol/l. Larutan hara mikro terdiri dari Fe EDTA 15µmol/l, MnSO4 10µmol/l, ZnSO4 5µmol/l, H3BO3 30 µmol/l, CuSO4 0.75 µmol/l, NH4-MoO4 0.5 µmol/l.

2.3 Naungan

Cahaya merupakan salah satu spectrum gelombang elektromagnetik, yaitu gelombang yang merambat tanpa memerlukan medium. Cahaya matahari adalah salah satu faktor yang berperan penting dalam laju fotosintesis. Cahaya matahari berasal dari cahaya putih yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen warna karena panjang gelombang cahaya yang berbeda untuk setiap warna yang berbeda (Handoko, 2007).

(7)

dan Zeiger, 1991). Menurut Harjadi (1989) pertumbuhan, perkembangan dan hasil panen bergantung pada beberapa faktor, salah satunya adalah intensitas cahaya.

Menurut Bey dan Las (1991), mekanisme pengaruh radiasi surya pada tanaman terdiri atas fotosintesis dan fotostimulus yang terdiri atas proses pergerakan dan proses pembentukan (klorofil, pigmen, perluasan daun, pertunasan dan pembungaan).

Spektrum cahaya tampak adalah spektrum yang dapat membangkitkan proses fotosintesis yaitu pada spektrum PAR (Photosynthetic Active Radiation) atau energi cahaya tampak. Di dalam proses fotosintesis radiasi spektrum PAR diubah dari energi fisika menjadi energi kimia organik dan disimpan ke dalam gugus (CH2O)n atau karbohidrat di dalam sel organ (Nasir 2001).

Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa tanaman yang tumbuh pada intensitas cahaya tinggi umumnya mengabsorbsi ion lebih cepat daripada tanaman yang tumbuh pada intensitas cahaya rendah. Hal ini terjadi karena gula yang dihasilkan dari fotosintesis ditranslokasikan ke akar, direspirasikan, dan energi yang dihasilkan digunakan untuk menyerap ion.

Kekurangan intensitas cahaya menyebabkan jumlah energi yang tersedia untuk penggabungan karbondioksida dan air sangat rendah, akibatnya pembentukan karbohidrat hasil fotosintesis yang digunakan untuk pembentukan senyawa lain juga rendah. Widiastoety dan Bahar (1995) menyatakan bahwa intensitas cahaya yang kurang menyebabkan laju fotosintesis menurun, sehingga hasil fotosintesis dapat habis terombak oleh proses respirasi, cadangan makanan berkurang sehingga pertumbuhan tanaman dapat terhambat.

(8)

menonaktifkan enzim yang merubah gula ke pati, lalu gula menumpuk dan mengakibatkan fotosintesis menjadi lambat (Harjadi, 1989).

Perkembangan maupun pertumbuhan tanaman sangat ditentukan oleh unsur - unsur cuaca seperti suhu udara. Namun faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan tanaman adalah suhu dan panjang hari, sedangkan pada pertumbuhan hampir semua unsur cuaca sangat mempengaruhinya (Handoko 1994).

Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan terutama pada respirasi dan kecepatan proses biokimia dalam fotosintesis. Dalam proses respirasi, hasil fotosintesis akan diubah menjadi C02 dan H20, sehingga semakin besar

respirasi laju pertumbuhan tanaman menjadi berkurang. Fotosintesis dan respirasi merupakan reaksi kimia yang dikenal dengan nama proses biokimia. Intensitas/kecepatan reaksinya sangat ditentukan oleh aktivitas katalisator. Hanya saja pada proses biokimia katalisatorya adalah enzim yang daya toleransinya terhadap suhu lingkungan sangat terbatas dan bervariasi untuk tiap varietas tanaman karena enzim tersebut dari protein yang spesifik. Pada batas kisaran toleransi optimum, semakin tinggi suhu akan semakin meningkatkan aktivitas dari enzim, yang akhirnya akan meningkatkan produk fotosintesis dan respirasi. Meningkatnya cahaya dari angka optimumnya akan mengakibatkan penurunan produk, karena mulai terjadi perusakan enzim, yang akhirnya proses fotosintesis dan respirasi akan berhenti bila seluruh enzim rusak (mengurai) oleh suhu yang terlalu tinggi ( Nasir 1999).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis pengontrolan kualitas produksi biskuit Square Puff dengan menggunakan diagram kendali D 2 dan diagram kendali T 2 Hotelling Individual, dihasilkan

Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut, maka mendapatkan beberapa saran yang dapat di jadikan tolak ukur atau pertimbangan untuk memperbaiki konsep diri dalam

Kegagalan yang dimaksud dalam Failure Mode Effect Analysis adalah suatu hal apa saja yang menyebabkan kecacatan dan kegagalan seperti kecacatan hasil pekerjaan, kecacatan hasil

Langkah pertama yang dilakukan dalam pengambilan data penelitian adalah dengan melakukan observasi terhadap 20 siswa sebagai pretest (sebelum diberikan

Laporan studi kasus ini dapat dijadikan sumber pengetahuan ilmiah dan memberi tambahan referensi tentang asuhan kebidanan berkelanjutan pada ibu Hamil, ibu bersalin,

Namun dalam praktik berjalannya finance lease sering terjadi persengketaan antara pihak lessor dan pihak lessee itu sendiri seperti penahan surat tanda kepemilikan

tahun 2014 tentang desa, pasal 1, ayat 1) Desa adalah desa kesatuan masyarakat9. hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur

mudharabah , diantaranya yaitu pada bagian pengakuan saat penyaluran dana belum diakui sebagai investasi mudharabah , bagian penyajian dana syirkah temporer dan