• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah triple burden diseases. Di satu sisi, penyakit menular masih menjadi masalah ditandai dengan masih sering terjadi KLB beberapa penyakit menular tertentu, munculnya kembali beberapa penyakit menular lama, serta munculnya penyakit-penyakit menular baru. Di sisi lain, Penyakit Tidak Menular (PTM) menunjukkan adanya kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI, 2012a). Di dunia, PTM merupakan penyebab utama kematian, laporan dari WHO menunjukkan penyakit tidak menular membunuh 38 juta orang setiap tahun, dimana sekitar 28 juta dari kematian tersebut terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2015a). Sedangkan di Indonesia, pada tahun 2008 terdapat 582.300 laki-laki dan 481.700 perempuan yang meninggal karena PTM. Selama tahun 1995 hingga 2007 di Indonesia proporsi penyakit menular telah menurun sepertiganya, akan tetapi proporsi penyakit tidak menular telah meningkat setengahnya (Kemenkes RI, 2012a). Ada 4 faktor resiko yang meningkatkan terjadinya kematian akibat penyakit tidak menular yang bisa dicegah, yaitu mengonsumsi rokok, kurang aktivitas fisik, diet yang tidak sehat, dan penggunaan alkohol. Dari keempat faktor tersebut, konsumsi rokok merupakan faktor yang paling tinggi yang dapat meningkatkan terjadinya kematian akibat penyakit tidak menular (WHO, 2015a).

(2)

Epidemi tembakau adalah salah satu ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia yang pernah dihadapi, dimana permasalahan terkait rokok belum bisa terselesaikan hingga saat ini. Mengonsumsi rokok adalah pembunuh nomor satu yang dapat dicegah didunia. Mengonsumsi rokok dapat membunuh sekitar 6 juta orang per tahun, dimana lebih dari 5 juta kematian tersebut adalah akibat dari mengonsumsi rokok secara langsung, sementara lebih dari 600.000 kematian terjadi pada orang yang bukan perokok akibat terpapar Asap Rokok Orang Lain (AROL) (WHO, 2015b). Di Indonesia sendiri total kematian akibat konsumsi rokok mencapai 190.260 (100.680 laki-laki dan 50.520 wanita) atau 12,7% dari total kematian pada tahun 2010. 50% dari orang yang terkena penyakit terkait rokok mengalami kematian dini. Penyebab kematian terbanyak adalah penyakit stroke, jantung koroner, serta kanker trakhea, bronkhus, dan paru (TCSC-IAKMI, 2013).

Ada lebih dari 4000 zat kimia dalam rokok, dimana sedikitnya 250 dari zat tersebut diketahui berbahaya dan lebih dari 50 zat diketahui dapat menyebabkan kanker. Pada orang dewasa, terpapar asap rokok akan menyebabkan penyakit kardiovaskuler dan pernapasan serius, termasuk penyakit jantung koroner dan kanker paru. Pada bayi dapat menyebabkan kematian tiba-tiba dan pada ibu hamil menyebabkan bayi lahir rendah (WHO, 2015b). Pada tahun 2010, diperkirakan 384.058 orang (237.167 laki-laki dan 146.881 wanita) di Indonesia menderita penyakit terkait konsumsi tembakau. (TCSC-IAKMI, 2013).

Merokok saat ini sudah melanda berbagai kalangan, dari orang tua sampai anak-anak, laki-laki maupun perempuan. Menurut Global Adult Tobacco Survey, dari 22 negara yang disurvey, ada 879 juta orang dewasa yang merokok (721 juta laki-laki dan 158 juta perempuan), dimana Indonesia menempati urutan pertama prevalensi perokok pada laki-laki yaitu sebesar 67% atau sekitar 58 juta laki-laki dan

(3)

57% diantaranya mengonsumsi rokok setiap hari. Sedangkan untuk prevalensi perokok pada perempuan di Indonesia sebesar 4% atau sekitar 3,8 juta perempuan dan 3% diantaranya mengonsumsi rokok setiap hari (WHO, 2015c).

Usia pertama kali mulai merokok terutama pada kalangan remaja cenderung mengalami peningkatan. Menurut Global Youth Tobacco Survey, selama kurun waktu 3 tahun yaitu tahun 2006-2009 terjadi peningkatan dua kali lipat remaja yang merokok (Kemenkes RI, 2011a). Pada tahun 2013, usia pertama kali merokok setiap hari di Indonesia terbanyak berada pada usia SMP dan SMA pada kelompok umur 15-19 tahun yaitu sebesar 50% dan terbanyak kedua pada usia Perguruan Tinggi pada kelompok umur 20-24 tahun yaitu 27%. Sedangkan proporsi perokok aktif setiap hari pada umur 15-19 tahun yaitu sebesar 11,2% dan pada umur 20-24 tahun sebesar 27,7% di Indonesia (Kemenkes RI, 2013a). Sementara di Bali sendiri proporsi umur mulai merokok terbanyak juga berada pada usia SMP dan SMA pada kelompok umur 15-19 tahun sebesar 48,6% dan terbanyak kedua juga pada usia Perguruan Tinggi pada kelompok umur 20-24 tahun yaitu sebesar 30% (Kemenkes RI, 2013b).

Guna menghadapi permasalahan epidemi tembakau tersebut, WHO menyarankan 6 langkah-langkah pengendalian tembakau dan kematian yang disebut dengan strategi MPOWER, yaitu Monitor penggunaan tembakau dan pencegahannya, Perlindungan terhadap asap tembakau, Optimalkan dukungan untuk berhenti merokok, Waspadakan masyarakat akan bahaya tembakau, Eliminasi iklan, promosi, dan sponsor terkait tembakau, dan Raih kenaikan cukai tembakau (TCSC-IAKMI, 2012). Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk dapat menerapkan peraturan dan perundangan pengendalian tembakau yang terintegrasi yang tercakup dalam strategi MPOWER tersebut. Sejalan dengan hal itu, sebagai bentuk

(4)

penanggulangan masalah yang ditimbulkan terkait perilaku merokok dan jumlah perokok yang semakin meningkat, Kemenkes RI mengharapkan setiap daerah mengembangkan kebijakan kawasan tanpa rokok sesuai dengan yang terdapat dalam UU nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan yaitu pada pasal 113 mengenai pengamanan zat adiktif, dimana rokok termasuk kedalam zat adiktif (Kemenkes RI, 2009). Penetapan kawasan tanpa rokok ini sebagai perwujudan dari penerapan bentuk perlindungan terhadap asap rokok, eliminasi iklan, promosi, dan sponsor terkait tembakau yang termasuk dalam strategi pengendalian tembakau dan kematian yang direkomendasikan oleh WHO.

Mengacu kepada undang-undang tersebut, pemerintah Provinsi Bali telah menetapkan Peraturan Daerah no. 10 tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Peraturan Daerah Kota Denpasar no. 7 tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok . Dalam perda tersebut ada 7 kawasan yang termasuk dalam KTR, meliputi sarana kesehatan, tempat belajar mengajar, area bermain anak, tempat umum, tempat kerja, tempat ibadah, dan angkutan umum. Tempat proses belajar mengajar yang dimaksud meliputi sekolah, perguruan tinggi, balai pendidikan dan pelatihan, balai latihan kerja, bimbingan belajar, dan tempat kursus (Pemprov Bali, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Bali Tobacco Control Initiative (BTCI), dari 7 kawasan yang telah ditetapkan dalam perda KTR angka kepatuhannya yang terendah berada pada kawasan tempat umum dan kepatuhan tertinggi berada pada kawasan tempat anak bermain. Kepatuhan di tempat proses belajar mengajar sebesar 83,2% sudah mencapai target yang telah ditetapkan (BTCI, 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prabandari, dkk (2009), penerapan kampus bebas rokok terbukti sebagai salah satu metode yang efektif untuk pengendalian rokok dan menurunkan jumlah perokok. Namun dalam penelitian yang

(5)

dilakukan Nasyuruddin (2013), implementasi kawasan tanpa rokok di sekolah belum berjalan optimal. Hal ini dibuktikan dengan masih ditemukannya pelanggaran, pengetahuan yang kurang, sumber daya yang kurang mendukung, proses sosialisasi yang tidak optimal, belum ada SOP, komitmen sekolah yang kurang dan tidak adanya bimbingan dan pengawasan yang menyebabkan implementasi kawasan tanpa rokok menjadi tidak berjalan efektif. Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh Efraldo (2014), mengenai implementasi peraturan daerah tentang kawasan tanpa rokok, didapatkan hasil bahwa pimpinan (dekan) belum mengetahui aturan mengenai kewajiban yang harus dilakukan olehnya, belum ada tanda larangan merokok, kurangnya peran aktif dari masyarakat yang ada di kampus untuk menegur atau mengingatkan orang yang merokok di dalam lingkungan kampus, masih ada dosen dan mahasiswa yang kurang mendukung penerapan kawasan tanpa rokok, serta kantin di lingkungan kampus yang masih menjual rokok. Dari hasil-hasil penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa proses implementasi perda kawasan tanpa rokok ini masih belum optimal.

Universitas Udayana merupakan salah satu perguruan tinggi negeri di Bali, Universitas Udayana juga telah memiliki peraturan yang dikeluarkan oleh Rektor no. 01/UN.14/HK/2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok Universitas Udayana yang mulai berlaku sejak 8 Mei 2015, dimana seharusnya sudah dapat menerapkan peraturan ini dengan baik. Namun, pada kenyataannya, peraturan ini belum dapat diterapkan secara optimal. Dari hasil pengamatan awal ditemukan masih terlihat beberapa pelanggaran-pelanggaran yang terjadi, seperti pengamatan yang dilakukan di Fakultas Kedokteran masih terlihat pegawai yang merokok di bale dekat tempat parkir. Selain itu di Fakultas Teknik di area kantin juga terlihat beberapa mahasiswa

(6)

yang merokok. Mobil distributor rokok juga dengan bebas masuk ke dalam kampus dan di koperasi juga masih menjual rokok.

Selain itu, perguruan tinggi merupakan garda terdepan yang salah satu tujuannya untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak para generasi muda dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Kemenhum dan HAM, 2012). Oleh karena itu, pentingnya bagi semua tempat proses belajar mengajar agar dapat menerapkan dan melaksanakan KTR ini dengan baik. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian terhadap implementasi perda KTR di Universitas Udayana.

1.2 Rumusan Masalah

Saat ini permasalahan terkait tembakau seperti perilaku merokok sudah menjadi epidemi yang harus mendapat perhatian serius dan segera dicari upaya penanggulangannya. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menanggulangi permasalahan tersebut. Salah satu tempat yang penting perlu mendapat perhatian adalah perguruan tinggi yang merupakan garda terdepan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak para generasi muda. Perguruan tinggi juga merupakan kombinasi antara tempat kerja bagi pegawai dan dosen serta sebagai tempat proses belajar mengajar, dimana antara tempat kerja dan tempat proses belajar mengajar pemberlakuan perda KTR ini terdapat perbedaan. Pada tempat kerja tidak diwajibkan memberlakukan 100% KTR seperti di tempat proses belajar mengajar, sehingga masih ada ketimpangan dalam penerapannya. Selain itu, mobilisasi mahasiswa yang cukup tinggi dan latar belakang perilaku merokok pada mahasiswa yang dibawa sejak SMA tentu saja berbeda yang tentunya akan berdampak pada proses implementasi KTR ini. Apalagi perda KTR ini telah berlaku sejak tahun 2011, namun dalam pengamatan terlihat jika masih terdapat

(7)

banyak pelanggaran dalam implementasinya seperti masih adanya pegawai dan mahasiswa yang merokok di dalam lingkungan kampus serta kesadaran yang kurang untuk menegur dan melaporkan pelanggaran yang terjadi. Sehingga penting bagi perguruan tinggi untuk menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dibuat pertanyaan penelitiannya yaitu bagaimana implementasi Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Universitas Udayana Tahun 2016?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Universitas Udayana Tahun 2016.

(8)

1.4.2 Tujuan Khusus

1.4.2.1 Mengetahui kepatuhan dalam implementasi peraturanKawasan Tanpa Rokok (KTR) di Universitas Udayana.

1.4.2.2 Mengetahui gambaran pengetahuan kelompok sasaran terkait Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Universitas Udayana.

1.4.2.3 Mengetahui dukungan kelompok sasaran dalam implementasi peraturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Universitas Udayana.

1.4.2.4 Mengetahui hambatan dalam implementasi peraturanKawasan Tanpa Rokok (KTR) di Universitas Udayana.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pembuat kebijakan mengenai proses pelaksanaan, pengawasan serta evaluasi dari kebijakan sehingga kebijakan dapat berjalan optimal dan memberi manfaat sesuai tujuan pembentukannya. Sebagai masukan untuk Universitas Udayana mengenai pengembangan strategi dalam proses implementasi suatu kebijakan. Selain itu bagi masyarakat dapat dijadikan bahan masukan dan pengetahuan sebagai tindakan pencegahan dan pengawasan terhadap perilaku merokok di lingkungan sekitarnya yang dapat membahayakan kesehatan dan juga penerapan perda KTR.

1.5.2 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang implementasi penerapan perda KTR di perguruan tinggi. Selain itu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian selanjutnya.

(9)

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang keilmuan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan khususnya mengenai implementasi Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Udayana tahun 2016.

Referensi

Dokumen terkait

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 merupakan sistem pendidikan yang hanya memberikan layanan kepada peserta didik penyandang.. disabilitas dengan kurikulum khusus dan

Variasi kadar air kaca (waterglass) sebagai bahan pengikat pembuatan cetakan pasir kering (dry sand) akan mempengaruhi kekerasan dan kekuatan tarik produk pulley

Data primer diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari auditor atau

***Apabila kita melakukan Sell dan kita meletakkan Stop Loss diatas Resistance maka Stop Loss kita adalah order Buy Stop yang belum dipenuhi2. Ini adalah asas Order yang semua

Begitu juga dengan tajaman kapak persegi di situs Loyang Mendale yang menujukkan tipe bifasial, sehingga dapat dikatakan bahwa kapak persegi dan belincung di Pulau Weh

Menurut Kotler (2000: 9- 10), faktor sosial merupakan perilaku seseorang konsumen yang mempengaruhi faktor-faktor sosial seperti kelompok referensi, keluarga, serta peran

Hal-hal yang diperlukan pada pengujian ini adalah posisi tempat (lintang dan bujurnya), rumus arah kiblat, dan software QiblaLocator. Pada tabel 4 di bawah adalah

PT Henan Putihrai Sekuritas tidak akan bertanggung jawab atas setiap kehilangan dan/atau kerusakan yang disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh laporan ini atau