• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIVASI: URGENSITASNYA DALAM PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MOTIVASI: URGENSITASNYA DALAM PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIVASI: URGENSITASNYA DALAM PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

Siti Fahimah

Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Dr ajat Lamongan email: fahimahsiti@gmail.com

Abstr act: In the pr ocess of educat ion or lear ning, w e often categor ize childr en or adult into successful or unsuccessful. These ter ms of categor ization ar e based on exter nal monitor ing. But the success of pupils depends lar gely on their motivat ion. Ther e ar e pupils show ing the laziness in lear ning because t hey lack motivation, inter nally or exter nally. They need positive motivat ion. Ther e is intr insic mot ivation, i.e. the motivat ion w hich emer ges fr om inside t he self or the motivation w hich is closely connected w ith the pur pose. And t her e is extr insic motivation, i.e. the motivation w hich comes fr om outside the self or the motivat ion w hich has no connect ion w ith the pur pose. The motivat ion is intimately r elated to psychological condition. Ther e ar e many theor ies of motivation, but they all go back to the individual state of a per son. Ther e ar e also sever al w ays to r aise motivation: 1) Cr eating competition, 2) Defining clear and r ecognized pur pose, 3) Accomodating the inter ests of pupils. The pur poses of motivation ar e: 1) to urge people to r each their goals, 2) to point them in the dir ection of their goals, and 3) to select car efully the appr opr iate action to r each the goals. The clear motivation can help t eacher s to car r y out the mor e effective pr ocess of lear ning w ith the better r esults.

Keywords: motivation, motive, psychology, lear ning effect iveness.

(2)

dengan tujuan belajar . Sedangkan motivasi itu sendir i sangat er at kaitannya dengan psikologi seseor ang, banyak teor i yang sudah dibangun par a tokoh tentang motivasi, tetapi semua tetap kembali kepada individu masing-masing. Adapun car a meningkatkan motivasi adalah 1.Kompetisi/ Per saingan (Competition), 2.Tujuan yang Jelas dan Diakui ser ta 3.Minat, dar i ketiganya dihar apkan motivasi mempunyai tujuan Yaitu: 1. Pendor ong or ang untuk ber buat dalam mencapai tujuan, 2. Penentu arah per buatan yakni kear ah tujuan yang hendak dicapai, dan 3. Penyeleksi per buatan sehingga per buatan or ang yang mempunyai motivasi. Dar i adanya motivasi yang jelas akan mempunyai dan menjadi pembelajar an yang efektif dengan hasil yang diharapkan.

Kata-Kata Kunci: motivasi, motif, psikologi, efektifitas pembelajar an.

Pendahuluan

Kegiatan individu bukan suatu kegiatan yang ter jadi begitu saja, tetapi selalu ada factor yang mendor ong dan itu adalah motif, banyak sekali bahkan sudah umum or ang menyebutnya dengan "motif" untuk menunjuk mengapa seseor ang itu ber buat sesuatu, dan kata motif itu biasanya diar tikan sebagai daya upaya yang mendor ong seseor ang untuk melakukan sesuatu, tujuanya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan memper tahankan eksistensinya, dan setiap kegiatan individu selalu ada yang mendor ongnya dan ada pula yang ditujunya.

Sementar a dalam dunia pendidikan, ada yang dinamakan inter aksi belajar mengajar , didalam inter aksi ter sebut dihar apkan ada pr oses motivasi, maksudnya bagaimana dalam pr oses inter aksi itu pihak pengajar mampu member ikan dan mengembangkan motivasi ser ta r einfor cmen kepada pihak sisw a agar dapat melakukan kegiatan belajar secar a optimal. Inter aksi itu sendir i, dalam hal inter aksi yang disengaja – disebut inter aksi edukatif yaitu inter aksi yang ber langsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajar an atau dengan kata lain dikenal dengan istilah inter kasi belajar mengajar , tidak hanya itu dalam belajar mengajar membutuhkan motivasi, kar ena dalam ber bagai kegiatan aktif manusia mempunyai motif juga membutukan motivasi.

(3)

didalam pr oses belajar mengajar sisw a tidak selamanya semangat dan mempunyai kondisi psikologis yang stabil, kadangkala ber ada dalam siklus yang membutuhkan penyemangat –kalau memang dia pandai-, tapi kadang kala seor ang sisw a membutuhkan motivasi dikala dia mengalami kegagalan atau memang ber ada di baw ah teman-temanya dalam hal kualitas. Dalam banyak kasus bisa ditemukan di sekolah ser ingkali ter dapat anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos, tidur dalam kelas, tidak memper hatikan apa yang disampaikan gur u, main hand pond, dalam hal ini diidentifikasi bahw a seor ang gur u telah gagal member ikan motivasi, bahkan ada beber apa

anak tidak mempunyai motivasi, kemudian bagaimanakah

meningkatkan kualitas anak didik dar i adanya motivasi? ada beber apa teor i motivasi yang bisa diter apkan dan dipilih sebagai salah satu car a mengatasi pr oblem belajar mengajar yang akan dibahas.

Motivasi dan Teori-Teorinya 1. Penger tian Motivasi

Dalam membahas tentang motivasi, ser ing kita menemukan beber apa istilah yang mengandung r elevansi hampir sama (identik) penger tianya yaitu mot ive, dr ive dan needs. Mot ive dipakai untuk menunjukkan keadaan dalam dir i seseor ang yang ber asal dar i akibat suatu kebutuhan. Motif sebagai pendor ong yang tidak ber dir i sendir i, tetapi saling kait mengkait dengan factor -faktor yang lain. Hal-hal yang mempengar uhi motif adalah motivasi. Need (kebutuhan) dipaki untuk menjelaskan adanya kekur angan yang pokok pada tubuh atau tuntutan yang lebih dipelajar i atau gabungan antar a adanya kekur angan yang pokok pada tubuh dan tuntutan yang lebih dipelajar i atau dor ongan yang ber hubungan dengan kebutuhan biologis apabila individu mer asa adanya kekur angan, misalnya kebutuhan seseor ang akan kalor i. Sedangkan dr ive (dor ongan) motif yang muncul untuk memenuhi kebutuhan dasar , seper ti makan, minum, dan ada lagi instink, kadang-kadang diper gunakan untuk member ikan gambar an tentang kebutuhan fisik untuk menggambar kan pr ilaku r umit yang pada dasar nya dar i w ar isan ketur unan(E. Usman Efendi dan Juhaya, 1984: 61).

(4)

dibedakan secar a tegas. Dalam penger tian Ngalim diar tikan bahw a motif adalah suatu dor ongan yang timbul dar i dalam dir i seseor ang yang menyebabkan or ang ter sebut mau ber tindak melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah 'pendor ongan' suatu usaha yang disadar i untuk mempengar uhi tingka laku seseor ang agar ia ter ger ak hatinya untuk ber tindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan ter tentu. Tetapi oleh Sar tain dalam bukunya Psykologi

Under st anding of Human Behaviour diar tikan motif adalah suatu

per nyataan yang kompleks didalam suatu tujuan atau per angsang. (Ngalim Pur w anto. 2000: 60 dan 71)

Oleh kar ena itu motivasi secar a umum dapat diar tikan sebagai daya pengger ak yang telah menjadi aktif ter utama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dir asakan mendesak (Sar diman A.M, 2003: 75). Vr oom mengar tikan motivasi adalah mengacu kepada suatu pr oses mempengar uhi pilihan-pilihan individu ter hadap ber macam-macam bentuk kegitan yang dikehendaki. Menur ut kebanyakan definisi, motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu mengger akkan, mengar ahkan, dan menopang tingkah laku manusia (Ngalim Pur w anto. 2000: 72) yang kesemuanya mempunyai tujuan untuk mengger akkan atau menggugah seseor ang agar timbul keinginan dan kemauanya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memper oleh hasil atau mencapai tujuan ter tentu. Ada juga yang mengar tikan bahw a motivasi adalah suatu pr oses inter nal yang mengaktifkan, memimpin dan mengar ahkan sikap setiap saat (Bar on, 1992; Schunk 1990), dan yang lain mengar tikan motivasi adalah hal yang mempengar uhi kebutuhan dan keinginan atas intensitas dan petunjuk atas pr ilaku (Slavin, 1994)

(5)

semangat untuk belajar . Sisw a yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak ener gi untuk melakukan kegiatan belajar .

Per soalan motivasi ini dapat juga dikaitkan dengan per soalan minat. Minat diar tikan sebagai suatu kondisi yang ter jadi apabila seseor ang melihat cir i-cir i atau ar ti sementar a situasi yang

dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau

kebutuhan-kebutuhannya sendir i dan minat seper ti yang dikatan Ber nar d bahw a minat tidak timbul secar a tiba-tiba atau spontan melainkan timbul dar i par tisipasi, pengalaman, kebiasaan pada w aktu belajar atau beker ja (Sar diman, 2003: 76).

Secar a esensial dalam pengembangan motivasi seseor ang bisa dipengar uhi oleh dua hal yaitu; Int r insic yaitu motivasi yang timbul dar i dalam dir i seseor ang atau motivasi yang er at hubunganya dengan tujuan. Ekst r insik yaitu motivasi yang datangnya dar i luar individu, atau motivasi ini tidak ada kaitanya dengan tujuan belajar (Alisuf Sabr i, 1995: 85).

Menur ut Deci dan Ryan bahw a sisw a yang ter motivasi dar i instr insik ini akan menganggap bahw a segala hal yang diber ikan gur u adalah ber guna dan akan meningkatkan kualitasnya, seper ti adanya tugas. Adapun elemen dar i motivasi intr insic ini adalah pember ian tugas yang susah, hasr at ber petualang dan menemukan hal yang bar u, ker ja ker as untuk mendapatkan hasil yang maksimal atas peker jaan dan mencoba untuk memahami sesuatu yang ber guan untuk mengembangkan dir i guna mencapai tujuan. Dar i pemapar an diatas mengindikasikan bahw a motivasi dar i intr insic adalah lebih unggul, tapi tidak menur ut Recent, menur utnya antar a intr insic dan ekstr insik adalah sama yang membedakan hanya kealamian tugas (Dennis M. Mclner ney dan Velentina Mclner ney, (ttp. Tt): 173-174).

2. Teor i Motivasi

(6)

motive) dan 3) Motif Objektif. Beber apa motif dasar (biological dr ives) yang dimiliki manusia dan hew an antar a lain; Motif dasar untuk makan, minum, ber nafas, motif dasar untuk per lindungan dir i/ r asa aman, motif dasar untuk ber istir ahat dan ber ger ak, motif dasar untuk memper kembangkan tur unan. Sedang motif social (social motive) adalah motif yang dipelajar i dan ini bias ber beda-beda pada setiap bangsa dan kelompok, dinatar a motif-motif ini adalah motif untuk dikenal, motif untuk dibutuhkan, motif untuk memper oleh penghar gaan dan per lakuan yang sama dengan or ang lain, motif untuk ber kelompok (ber or ganisasi dan ber masyar akat), motif untuk memper oleh status social, motif motif social yang ber hubungan dengan sisitem-sistem nilai Dan yang ter akhir adalah Motif objektif , yang ter masuk jenis ini adalah Eksplor at ion Mot ive yaitu motif yang menyelidiki dengan tujuan untuk memper oleh suatu kebenar an yang lebih obyektif, seper ti penelitian-penilitian ilmiah, Manipulation motive yaitu ber tujuan untuk memanfaatkan sesuatu yang ada dar i ligkungan sehingga dapat ber guna bagi kelangsungan hidupnya, dan Inter est atau minat yaitu memusatkan kegiatan mental dan per hatian ter hadap suatu objek, yang banyak sangkut pautnya dengan keadaan dir i individu. (E. Usman Effendi dan Juhaya S. Pr aja, 1984: 62-69)

Atau dengan kata lain menur ut w oodw or th dan mar quis motivasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu; 1)kebutuhan or ganic seper ti kebutuhan makan, minum, ber nafas dan lain-lain 2)motif dar ur at yang mencakup dor ongan untuk menyelamatkan dar i dor ongan untuk membalas dan 3)motif obyektif yang mencakup kebutuhan untuk melakukan eksplor asi (M. Ngalim Pur w anto, 2000: 77).

Kemudian dalam hubunganya dengan kegiatan belajar , yang penting bagaimana menciptakan kondisi atau suatu pr oses yang mengar ahkan sisw a untuk melakukan aktifitas belajar . Dalam hal ini sudah bar ang tentu per an gur u sangat penting. Bagaimana gur u melakukan usaha-usaha untuk dapat menimbulkan dan member ikan motivasi agar anak didiknya melakukan aktivitas belajar dengan baik, untuk belajar dengan baik diper lukan pr oses dan motivasi yang baik pula, itulah maka par a ahli psikologi pendidikan mulai memper hatikan soal motivasi yang baik, kar ena pada hakekatnya member ikan motivasi kepada seor ang sisw a ber ar ti mengger akkan sisw a untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu pada tahap aw alnya akan menyebabkan si subjek belajar itu mer asa ada kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar (Sar diman A.M,2003: 77).

(7)

a. Motivasi dan Teor i Behaviour Lear ning

Dalam memahami kondisi seor ang sisw a yang sangat kompleks, ada beber apa hal yang bisa dijadikan pijakan aw al untuk mendeteksi psikologi sisw a dalam member ikan motivasi, dan hal ini sangat er at kaitanya dengan inter aksi seor ang sisw a baik dar i dir inya maupun dengan lingkungan luar nya, seper ti kasus kenapa ada sisw a yang tidak menyer ah menghadapi kegagalan sementar a yang lain menyer ah? Kenapa ada sisw a ber sikap dan ber tindak untuk menyenangkan gur u, ber usaha mencapai nilai yang baik, dan yang lain hanya ter tar ik untuk belajar ? Dan kenapa ada sisw a yang mencapai hasil melampaui batas dar i yang dipr ediksi sementar a yang lain malah sebaliknya? (Dennis M. Mclner ney dan Velentina Mclner ney, (ttp. Tt). :173)

Satu hal yang bisa diambil dar i kasus ini adalah bahw a motivasi untuk seseor ang sangat kompleks apalagi memper hatikan kondisi seor ang pelajar yang sangat kompleks. Dalam bukunya Ngalim mengkategor ikan dengan teor i nalur i, yang hal itu tidak akan ter lepas dar i sumber dor ongan (nalur i) manusia untuk memper tahankan dir i, mengembangkan dir i dan mengembangkan / memper tahankan jenis.

Dengan memiliki ketiga nalur i pokok itu, maka kebiasaan-kebiasan ataupun tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia yang diper buatnya sehar i-har i mendapat dor ongan atau diger akkan oleh ketiga nalur i ter sebut. Oleh kar ena itu, menur ut teor i ini untuk memotivasi seseor ang har us ber dasar kan nalur i mana yang akan dituju dan per lu dikembangkan.

Selain itu, seor ang pendidik yang ber tugas member ikan motivasi kepada seor ang anak didik har us juga mengetahui tindakan dan pr ilaku tidak hanya dar i nalur i-nalur i tetapi dar i tingka laku yang dipelajar i dar i kebudayaan ditempat or ang itu hidup. Or ang belajar paling banyak dar i lingkungan kebudayaan ditempat ia hidup dan dibesar kan.

Dengan mengetahui latar belakang kebudayaan seseor ang kita dapat mengetahui pola tingka lakunya dan dapat memahami pula mengapa ia ber eaksi atau ber sikap yang mungkin ber beda dengan or ang lain dalam menghadapi suatu masalah (Ngali m pur w anto, 2000: 75-76). Hal itu dijelaskan oleh Zikr i bahw a ada beber apa faktor yang melatar belakangi ter jadinya tingkah laku;1) lingkungan (kegaduhan, desakan, dan lain-lain). 2) dalam dir i seseor ang (har apan/ cita-cita, emosi dan keinginan). 3) Tujuan atau nilai dar i suatu objek (kepuasan ker ja dan tanggungjaw ab).

(8)

1. Mer angsang tingkah laku lain dengan tanggapan yang ber beda-beda.

2. Mer angsang yang lemah untuk menimbulkan r eaksi yang hebat atau sebaliknya .

3. Mengar ahkan pada tujuan ter tentu.

4. Positive r einfor cement, tingkah laku ter ulang kembali. 5. Keutamaan per ilaku akan melemah bila per buatan ter sebut

ber sifat tidak enak (Zikr i neni iska,tt :35)

Adapun mengenai teor i belajar par a psikolog pendidikan ber beda-beda dalam mer umuskannya, diantar anya adalah (Muhibbin Syah, 1999: 82-88):

1. Connectionism (koneksionisme). Teor i ini ditemukan dan dikembangkan oleh Edw ar d L. Thor ndike (1874-1949), yang dimaksudkan Thor ndike dengan koneksionisme adalah hubungan antar a stimulus dengan r espon, teor i ini disebut juga dengan Tr ial and Er r or Lear ning. Istilah ini menunjuk pada panjangnya w aktu atu banyaknya jumlah kekelir uan dalam mencapai suatu tujuan.

2. classical conditioning (pembiasaan klasik). Teor i pembiasaan klasik ini ber kembang ber dasar kan atas hasil exper iment yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936). Pada dasar nya Classical Conditioning adalah sebuah pr osedur penciptaan r efleks bar u dengan car a mendatangkan stimulus sebelum ter jadinya r efleks ter sebut.

3. oper ant conditioning (pembiasaan per ilaku r espon). Teor i pembiasaan per ilaku r espon ini mer upakan teor i belajar yang ber usia paling mudah dan masih sangat ber pengar uh di kalangan par a ahli psikologi belajar masa kini. Penciptanya ber nama Bur r hus Fr eder ic Skinner (1904), Oper ant adalah sejumlah per ilaku atau r espon yang membaw a efek yang sama ter hadap lingkungan yang dekat, r espon dalam Oper ant Conditioning ter jadi tanpa didahului oleh stimulus melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh r einfor cer .

Melihat beber apa teor i diatas seor ang gur u sebagai motivator bisa mengambil teor i yang sekir anya cocok untuk diter apkan kepada anak didik untuk meningkatakan kemampuannya secar a maksimal untuk mencapai tujuan, hali ini seper ti yang dikemukakan oleh Duncan dalam bukunya Or ganisat ion Behavioul dalam mengar tikan motifasi dilihat dar i sisi per ilaku.

(9)

Teor i tentang motivasi ini lahir dan aw al per kembangannya ada dikalangan par a psikolog. Teor i motivasi yang sekar ang banyak dianut or ang adalah teor i kebutuhan. Teor i ini ber anggapan bahw a tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Oleh kar ena itu, menur ut teor i ini apabila seor ang pendidik ber maksud member ikan motivasi kepada seseor ang, ia har us ber usaha mengetahui ter lebih dahulu apa kebutuha-kebutuhan or ang yang akan dimotivasinya.

Menur ut ahli ilmu jiw a dijelaskan bahw a didalam motivasi itu ada suatu hir ar ki, maksudnya motivasi itu ada tingkatan-tingkatannya, dar i baw ah keatas. Dalam hal ini ada beber apa teor i tentang motivasi yang selalu ber gayut dengan soal kebutuhan yang dibagi menjadi dua yaitu: Deficiency needs dan Gr owt h needs. Teor i ini dikembangkan oleh Abr aham Maslow . (Abr aham H. Maslow , 1993: 50)

Deficiency needs adalah kebutuhan pokok yang har us dipenuhi

baik dar i segi psikis atau psikologis, Maslow mengemukakan adanya empat tingkatan kebutuhan pokok manusia. Keempat tingkatan kebutuhan pokok inilah yang kemudian dijadikan penger tian kunci dalam mempelajar i motivasi manusia, kebutuhan itu adalah:

1. Kebutuhan fisiologis: kebutuhan ini mer upakan kebutuhan dasar , yang ber sifat pr imer yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dar i or ganisme manusia seper ti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan fisik, kebutuhan sex dan lain sebagainya.

2. Kebutuhan r asa aman dan per lindungan (safet y and secur it y) seper ti ter jamin keamanannya, ter lindung dar i bahaya dan ancaman penyakit, per ang, kemiskinan, kelapar an, per lakuan tidak adil dan lain-lain.

3. Kebutuhan social (social needs) yang meliputi antar a lain kebutuhan akan dicintai, diper hitungkan sebagai pr ibadi, diakui sebagai anggota kelompok, r asa setia kaw an, ker ja sama dan lain-lain.

4. Kebutuhan akan penghar gaan (est eem needs) seper ti

kebutuhan dihar gai kar ena pr estasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat dan lain-lain.

Sedangkan gr ow needs adalah kebutuhan untuk mengetahui, ber apr esiasi dan memahami yang mana seseor ang akan memenuhinya setelah ter penuhinya kebutuhan pokok diatas, kebutuhan itu adalah:

(10)

2. Kebutuhan astetik (pemenuhan kebutuhan yang hanya ber sifat keindahan tidak pokok)

3.Kebutuhan akan aktualisasi dir i (self actualization) seper ti kebutuhan memper tinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembngan dir i secar a maksimum, kr eatifitas dan ekspr esi dir i.

Sejalan dengan teor i kebutuhan dar i Maslow , David mengemukakan juga teor i tentang "vir us mental" Menur ut David bahw a didalam setiap kehidupan psikologi manusia baik secar a individual maupun kelompok ter dapat suatu daya kekuatan mental yang mampu mendor ong kear ah suatu aktivitas kehidupan yang luar biasa hebatnya sehingga dengan daya pendor ong ter sebut disebut

n.act yaitu suatu kependekan dar i 'need for echievment ' yang ar tinya kebutuhan untuk melakukan atau mengusahakan sesuatu yang lebih baik, lebih efesien, lebih cepat dan lebih gemilang dar i pada apa yang dilakukan (E. Usman Efendi dan Juhaya, 1984: 62).

c. Motivasi dan Teor i Kepr ibadian

Kepr ibadian adalah sebuah konsep yang sukar dimenger ti dalam psikologi, meskipun istilah ini digunakan sehar i-har i. Ada banyak teor i tentang definisi kepr ibadian tetapi dar i beber apa definisi ter sebut yang ser ing digunakan adalah or ganisasi dinamis dalam dir i individu yang ter dir i dar i system-sistem psiko-fisik yang menentukan car a penyesuaian dir i yang unik (khusus) dar i individu ter sebut ter hadap lingkunganya (Sar lito Wir aw an Sar w ono, 196: 78)

Dalam mempelajar i or ientasi dalam lapangan psikologi kepr ibadian ini, maka akan nyata bahw a yang dijumpai bukanlah satu teor i saja, bukanlah suatu psikologi kepr ibadian melainkan macam-macam teor i, antar a lain yang diidentifikasi sangat ber guna yaitu atas pendekatan (appr oach) dan hal ini dibedakan menjadi dua kelompok yaitu;

a. Teor i yang mempunyai car a pendekatan tipologis (typological Appr oach)

b. Teor i yang mempunyai car a pendekatan pensifatan (tr ais appr oach) (Sumadi Sur yabar ata, 1995: 4)

(11)

gambar an yang umum tentang kepr ibadian. Yang dapat kita lakukan adalah mencoba mengenal seseor ang dengan mencoba mengetahui str ujtur kepr ibadianya, str uktur kepr ibadian ini dapat diketahui melalui pemer iksaan ter hadap sejar ah hidup, cita-cita dan per soalan-per soalan yang dihadapi seseor ang (Sar lito, 1976: 79).

Dalam dunia pendidikan, teor i kepr ibadain ini bisa dikategor ikan sebagai teor i ter api dir i dengan ter api kognitif, kar ena seor ang pelajar dapat meningkatkan kualitas belajar nya dengan lebih efektif melalui teor i ini, kar ena seseor ang dapat mencapai kegagalan dan kesuksesan lew at dor ongan yang ada pada dir i masing-masing. Implikasi teor i yang disajikan di sini ialah bahw a ter api-dir i selain mempunyai kemungkinan, juga mengandung pembatasan yang lebih besar dar ipada yang selama ini disadar i. Apabila setiap or ang belajar

mengenal kekur angan dir inya, mengetahui pokok-pokok

pengetahuanya, maka ia secar a sadar bisa mencoba mengejar kekur angan ter sebut. Dapatlah dikatakan bahw a dengan teor i ini kebanyakan or ang, lebih dar i pada yang mer eka sadar i, mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk memper baiki dir i dar i segala kekur angan kecil yang umum menur ut masyar akat kita (Abr aham. H. Maslow , 1993: 141). Selain telah diakui oleh umum bahkan telah dibuktikan bahw a factor yang paling menentukan kesuksesan adalah ber sumber dar i dir i masing-masing.

d. Motivasi dan Teor i Dessonanci

Dessonanci adalah suatu pantulan, dengan ar ti teor i ini ketika

seor ang sisw a mengalami kegagalan, maka dia akan mencar i-car i kambing hitam/ kesalahan dar i kegagalanya, kar ena sudah sangat w ajar ketika seor ang sisw a mengalami kegagalan maka dia akan mengalami fr ustasi atau ketegangan psikologis sehingga untuk menghindar i dar i penyalahan atas dir i sendir i mer eka mencar i car a aman. Hal ini bisa dilihat dar i studi kasus ketika ada seor ang anak didik – Joni misalnya- mengalami kegagalan dalam tes atau ujian maka ada dua kemungkina per tama, ia akan mencar i alasan bisa dengan car a menyalahkan gur u kar ena tidak member i tahu, atau kar ena pelajar anya belum diajar kan atau yang hal yang lain, atau dengan dia intr ospeksi dir i dar i kualitas belajar nya.

(12)

sekitar nya. Bentuk-bentuk dar i pada r eaksi emosional digolongkan sebagai ber ikut:

a) Reaksi emosional yang tek ter pikir kan, dalam hal inipun bisa dikategor ikan menjadi;

1. Agr esi Mar ah (Angr y Agr ession). Agr esi mar ah ini muncul kar ena individu tidak ber hasil dalam mencapai suatu tujuan kegaiatan atau usahanya disebabkan adanya r intangan-r intangan, maka individu itu maintangan-r ah baik teintangan-r hadap diintangan-r inya maupun ter hadap sesuatu di luar dir inya

2. Ketidakber dayaan (Helplessness Anxiety). Ketidakber dayaan menunjukkan sikap yang tak ber daya, pasif, patah hati, dan hal ini bisa menyebabkan or ang sampai sakit, seper ti seor ang sisw a tahu bahw a dia tidak lulus.

3. Kemundur an (Regr ession). Regr ession yaitu suatu r eaksi dar i seor ang individu yang telah dew asa tapi menunjukkan tingkah laku yang umum ber sifat kekanak-kanakan, misalnya seor ang mahasisw a tang dalam ujianya tidak lulus kemudian ia menangis mer aung-r aung

4. Fiksasi (Fixation). Fiksasi adalah bentuk r eaksi fr ustasi emosional dimana individu mengulang kembali sesuatu car a yang per nah member ikan hasil yang baik/ memuaskan.)

5. Penekanan (Repr ession). Penekanan adalah suatu bentuk

fr ustasi emosional dimana individu menekan emosinya atau ber usaha untuk melupakan sesuatu per buatan/ pengalamanya yang telah dilakukanya, kar ena dianggap pengalaman itu dianggap sebagai hal yang bur uk.

6. Reaction For mation. Yaitu suatu fr ustasi yang dibuat -buat, semisal seoar ang sisw a kar ena mer asa takut kepada gur unya w aktu menghadapi ujian, maka ia mengger akkan kakinyauntuk menghilangkan r asa takut itu. (Usaman dan Juhaya, 1986: 75-76)

b) Melempar kan sebab-sebab kegagalan kepada or ang lain atau sesuatu yang ada di luar dir inya

Yang masuk dalam jenis fr ustasi ini adalah;

(13)

2. Pr oyeksi (Pr oyeksion). Pr oyeksi adalah suatu bentuk r eaksi emosional dimana individu melepmpar kan kegagalan atau kesalahan-nya kepada or ang lain atau kepada hal yang ada diluar dir inya, misalnya seor ang atlit yang kalah ber main mengatakan bahw a pelatihnya tidak mendampinginya

c) Mencar i tujuan Pengganti, bisa dengan car a;

1. Kompensasi. Yaitu suatu bentuk r eaksi fr ustasi dengan jalan mencar i sukses dengan jalan lain, setelah dia mengalami kegagalan dalam satu bidang.

2. Sublimasi (Sublimation), Yaitu mengalihkan suatu tujuan/ motif kepada suatu kegiatan lain yang lebih luhur .

3. Melamun (Day Dr eaming), Yaitu bentuk r eaksi fr ustasi emosional kar ena gagal dalam hal-hal yang nyata dan r iil dan melar ikan dir i ke alam hayal yang mudah diciptakan, dalam hal yang positif or ang itu bisa menjadi penyair atau pengar ang. e. Motivasi dan Teor i Atr ibusi

Teor i at r ibusi adalah penjelasan motivasi yang ter fokuskan

pada bagaimana seseor ang menjelaskan sebab dar i kesuksesan dan kegagalan mer eka. Seper ti yang dijelaskan Dennis M. Mclner ney dan

Velentina Mclner ney dalam bukunya Educat ional Psycology;

Cont r uct ing Lear ning, bahw a ada tiga asumsi pokok dalam teor i

atr ibusi ini, yaitu; per t ama, pengar uh itu ber asal dar i tingkah laku mer eka sendir i dan juga yang ada diluar nya, dengan kata lain pengar uh yang tidak ter pr ediksi baik negative maupun tidak yang ada diluar individu. Kedua, alasan itu ber asal dar i penjelasan atas sikap mer eka

dan yang Ket iga adalah penyebab yang akan mempengar uhi

emosioanal ber ikutnya dan tingkah laku kognitif.

Dalam hal ini, Weiner menjelaskan ada beber apa bentuk untuk menumbuhkan motivasi dalam menjelaskan kegagalan dan kesuksesan seseor ang, yaitu bisa dikategor ikan dengan inter nal dan ekster nal.

Inter nal meliputi kebiasaan dan usaha, sedangkan exter nal ber upa tugas yang susah dan keber untungan. Kebiasaan kembali pada pener imaan masing-masing individu dalam aktivitasnya, seper ti ada beber apa or ang mer asa mar eka pandai dalam hal tennis, ada yang mer asa pandai dalam matimatika dan lain-lain.

(14)

har ga dir i adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting, kar ena secar a umum seor ang sisw a akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh kar ena itu membr i ulangan ini juga mer upakan sar ana motivasi.(Sar diman, 2003: 93).

Sedangkan keber untungan adalah kembali pada var iable yang ada diluar kemampuan dar i seseor ang atau diluar contr ol, hal ini tidak bisa dijadikan suatu motivasi kar ena sangat spekulatif tidak ber dasar , oleh kar ena itu seor ang pelajar har us sedapat mungkin ber usaha dengan car a yang nyata dan obyektif.

Walupun ada banyak teor i dalam r angka meningkatkan motivasi belajar seor ang anak didik, tetapi semuanya masih ter kembali pada dir i masing-masing kar ena itulah yang sangat menentukan keber hasilan seseor ang, Dalam teor i Yer kes dijelaskan bahw a ketika motivasi seser ang dalam dir inya itu tinggi (high-need achiever s), maka dalam menghadapi kesulitan dia anggap mudah dan dapat diselesiakn apabila mau ber usaha, dan hal itu akan pula menentukan keber hasilanya. Ber beda dengan yang yang r endah motivasinya (low -need achiever s), segala hal yang dia hadapi dianggapnya beban dan sulit sehingga hasil yang dicapaipuntidak akan maksimal bahkan nol (Dennis M. Mclner ney dan Velentina Mclner ney, (ttp. Tt): 177).

f. Motivasi dan Teor i Expect ansi (teor i har apan untuk ber hasil) Teor i ekspect ansi ini adalah teor i motivasi yang ber dasar kan keper cayaan dan har apan akan ber hasil dan untuk diter ima ber dasar kan atas nilai usaha mer eka, dengan kata lain teor i ini adalah ber dasar kan atas kebutuhan akan hasil yang dicapai, teor i ini banyak mengacu kepada motivasi tingka laku kar ena hal itu dilalui dengan inter es dan har apan akan sukses, teor i ini dikembangkan oleh Atkinston dan Feather (Dennis M. Mclner ney dan Velentina Mclner ney, (ttp. Tt): 177).

Atkinston menganjur kan bahw a msing-masing individu pasti mempunyai kecender ungan untuk mendapatkan kesuksesan dan menghindar i kegagalan, kar ena ini adalah w atak dasar manusia, hal ini bisa dilakukan cukup dengan adanya har apan masing-masing individu dan itu bisa dipengar uhi oleh si subjek atau lingkunganya (Dennis M. Mclner ney dan Velentina Mclner ney, (ttp. Tt): 178).

(15)

r einfor cmen ini har us selalu dikaitkan dengan pr estasi yang baik. Anak-anak har us diber i kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan sesuatu dengan hasil yang optimal, sehingga ada "sense of success". Dalam kegiatan belajar mengajar maka peker jaan atau kegiatan itu har us dimulai dar i yang mudah/ seder hana dan ber tahap menuju sesuatu yang semakin sulit/ kompleks (Sar diman, 2003, 79-80).

Dengan kata lain, teor i ini mencoba untuk menjelaskan apa penyebab beber apa individu membentuk tingkah laku ter tentu dan yang lain tidak, jika kedua-duanya adalah sama maka yang dianggap penting tidak hanya har apan untuk sukses tetapi juga nilai dar i kesuksesan itu. Dalam hal ini Atkinston mengkategor ikan bahw a individu itu mempunyai dua tipe yaitu;

1. Or ang yang mempunyai semangat dan dor ongan tinggi untuk

mencapai kesuksesan (High-need Achiever)

2. Or ang yang selalu pesimis dan selalu mer asa gagal (Low-need Achiever s)

Bagi kelompok per tama situasi adanya tantangan adalah mer upakan hal yang sangat ber guna untuk member ikan motivasi, segala tugas yang ada mer eka anggap sebagai hal yang mudah, sehingga dar i situ motivasi didapatkan dar i segala ar ah. Kebalikan dar i kelompok per tama, kelompok kedua (Low-need Achiever s) segala tugas dianggap sebagai suatu yang menakutkan dan sulit, sehingga kegagalan-lah yang selalu membayangi mer eka, kesuksesan seolah-oleh jauh dar i mer aka (Dennis M. Mclner ney dan Velentina Mclner ney, (ttp. Tt): 178).

Usaha Untuk Membangkitakan Motivasi

Sudah dikemukakn di atas bahw a motivasi mempunyai per anan yang sangat penting dalam kegiatan individu dalam r angka meningkatkan pr estasi, agar kegiatan individu itu bar hasil dengan efektif maka diper lukan adanya motivasi, hal itu bisa dilakukan dengan car a:

1.Kompetisi/ Per saingan (Competition)

Kompetisi ini ada dua macam, yaitu per t ama; kompetisi dengan pr estasi sendir i. Dalam penger tian individu itu har us mengetahui pr estasi yang telah dicapainya, kemudian ia ber usaha untuk meningkatkan pr estasi yang telah dicapai itu, kedua; kompetisi dengan or ang lain. Individu mempelajar i dan membandingkan pr estasi yang telah dicapainya dengan pr estasi yang telah dicapai or ang lain, sehingga usaha untuk mencapai tujuan akan makin kuat.

(16)

Tujuan dar i suatu kegiatan ser ingkali sangat jauh dan kalau melihat tujuan yang ter lalu jauh itu pada umumnya individu malas untuk mencapainya. Agar tujuan itu tidak tanpak jauh maka untuk membangkitkan semangat har us ada tujuan-tujuan sementar a yang dekat. Penentuan tujuan sementar a ini disebut "Pace Maker '

2. Tujuan yang Jelas dan Diakui

Motivasi mendor ong individu untuk mencapai tujuan. Kalau tujuan itu jelas dan ber ar ti bagi individu, ia akan ber usaha untuk mencapainya. Dengan per kataan lain dapat dir umuskan, semakin jelas dan ber ar ti tujuan yang ingin dicapai itu, semakin besar kekuatan motif untuk mencapainya.

3. Minat

Suatu kegiatan akan ber jalan dengan lancer apabila ada minat, atau motivasi itu akan bangkit bila ada minat yang besar . Minat ini dapat ditimbulkan dengan car a ber ikut:

a. membangkitkan suatu kebutuhan

b. menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman yang

lampau

c. Member ikan kesempatan untuk mendapat hasil yang baik

"nothing success like success" atau mengetahui sukses yang diper oleh individu itu, sebab sukses akan menimbulkan r asa puas (E Usman Effendi dan Juhaya, T.tp: 71-72).

Adapun Dalam r angka meningkatkan motivasi seor ang sisw a dalam kegiatan belajar di sekolah, seor ang gur u bisa menempuh beber apa car a, diantar anya:

1. Member i angka

2. Hadiah

3. Saingan/ kompetisi

4. Ego-involvement

5. Member i ulangan

6. Mengetahui Hasil

7. Pujian

8. Hukuman

9. Hasr at untuk Belajar 10.Minat

11.Tujuan yang diakui

Peran dan Fungsi Motivasi dalam Belajar

(17)

diw ujudkan. Sisw a yang dalam pr oses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan ber hasil belajar nya. Kepastian itu dimungkinkan ada sebab adanya ketiga fungsi motivasi sebagi ber ikut:

1. Pendor ong or ang untuk ber buat dalam mencapai tujuan

2. Penentu ar ah per buatan yakni kea r ah tujuan yang hendak dicapai

3. Penyeleksi per buatan sehingga per buatan or ang yang

mempunyai mitivasi. senantiasa selektif dan tetap ter ar ah kepada tujuan yang ingin dicapai. (Alisuf Sabr i, 1996: 86) Ber dasar kan ar ti dan fungsi motivasi di atas dapat disimpulkan bahw a motivasi itu bukan hanya ber fungsi sebagai penentu ter jadinya suatu per buatan tetapi juga mer upakan penentu hasil per buatan.

Kesimpulan

Dar i definisi dan teor i tentang motivasi seper ti diur aikan diatas dapat dipahami bahw a pada individu ter dapat mer macam-macam motivasi yang mendor ong untuk mengger akkan manusia untuk melakukan kegiatan dalam mencapai sesuatu tujuan-hususnya dalam

lingkup belajar mengajar - dalam r angka memper tahankan

eksistensinya. Dar i keter angan diatas dapat diambil kesimpulan dengan memakai r umus:

Bahw a behaviour ber fungsi untuk member ikan (dalam per sonal input-inter nal):

1. Motivasi (nilai)

2. Expectansi (har apan untuk ber hasil)

3. fr er equsite (keter ampilan sebagai pr asar at) 4. Evaluasi kognitif (adil atau tidak adil)

Yang kesemuanya har us ada usaha untuk mencapai dan menentukan keber hasilan

Sedang fungsi behaviour dar i sisi Envir onment input (ekster nal) adalah:

1. Rancanagan dan pengelolaan motivasional

2. Rancanagan dan pengelolaan KBM

3. Rancanagan dan pengelolaan Reinfor cement

Yang dar i kesemuanya itu menghasilkan: a. Minat;

1) Per septual Qur iasity (per hatian atau r asa ingin tahu) 2) Epistemic Qur iasity (Minat)

b. Relevansi

(18)

c. Har apan; yaitu har apan untuk or ang lain dan har apan untuk dir i sendir i

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Sabr i, Alisuf. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakar ta, PT Pedoman ilmu Jaya.

Pur w anto, Ngalim. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakar ya.

Sar diman, A.M,. 2003. Int er aksi dan Mot ivasi Belajar Mengajar. Jakar ta: PT Raja Gr afindo Per sada.

Mclner ney, Dennis M. dan Velentina Mclner ney. t.t. Educat ional Psycology; Cont r uct ing Lear ning. ttp.

Sar w ono, Sar lito Wir aw an. 1976. Pengant ar Umum Psikologi. Jakar ta: Bulan Bintang.

Sur yabr ta, Sumadi. 1995. Psikologi Kepr ibadian. Jakar ta: PT Raja Gr afindo Per sada.

_______. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakar ta: PT Raja Gr afindo Per sada.

Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Belajar. Jakar ta: PT. Logoa Wacana Ilmu.

Effendi, E. Usman dan Juhaya S Pr aja. t.t. Pengant ar Psikologi. Bandung: Angkasa.

Iska, Zikr i Neni. Diktat Psikologi Umum

Maslow , Abr aham H. 1993. Mot ivasi dan Kepr ibadian 2; Teor i Mot ivasi

dengan Pendekat an Hir ar ki Kebut uhan Manusia, ter j. Nur ul Iman.

Jakar ta: PT Midas Sur ya Gr afindo.

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Mendasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Pemahaman memadahi tentang dampak teknologi informasi terhadap pekerjaan, tipe pekerja, organisasi, dan system manajemen akan memberikan wawasan luas bagi auditor dalam

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081,

94 LAMPIRAN

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisi dapat dikemukakan dalam penelitian ini: (1)Terdapat pengaruh yang signifikan dari Efikasi Diri terhadap Hasil Belajar

Bangsa Indonesia adalah sebagai asal dari nilai-nilai Pancasila, sehingga Pancasila itu pada hakikatnya nilai-nilai yang merupakan unsur-unsur Pancasila digali

 Bank Rakyat Indonesia dan Bank Expor Impor Bank ini berasal dari De Algemene Volkscrediet Bank, kemudian di lebur setelah menjadi bank tunggal dengan nama Bank Nasional

Berangkat dari pemikiran itu, telah dilakukan peneli- tian bahan isolasi dari tandan kosong sawit yang ter- nyata banyak mengandung selulosa dan belum diman- faatkan secara