• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. suatu perusahaan. Dalam penelitian ini, faktor keuangan diwakili oleh rasio

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. suatu perusahaan. Dalam penelitian ini, faktor keuangan diwakili oleh rasio"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Faktor Keuangan

Faktor keuangan merupakan faktor-faktor yang terkait dengan keuangan suatu perusahaan. Dalam penelitian ini, faktor keuangan diwakili oleh rasio keuangan perusahaan. Faktor-faktor keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.1.1.1 Earning per Share (EPS)

Earning per Share (EPS) merupakan jumlah laba yang diperoleh dan tersedia untuk tiap lembar saham biasa yang beredar. Nilai EPS inilah yang menjadi salah satu faktor utama pertimbangan para investor ketika akan melakukan investasi pada suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai EPS maka semakin baik pula nilai perusahaan bagi para investor. Nilai variabel EPS diperoleh berdasarkan perhitungan berikut (Gitman, 2009):

Earnings available for common stockholders

Earning per Share = x 100%

Number of shares of common stock outstanding

2.1.1.2 Debt Ratio (DR)

Debt Ratio (DR) merupakan rasio yang menggambarkan besarnya utang yang dimiliki perusahaan, yang digunakan untuk pengoperasian perusahaan. Semakin rendah rasio DR maka semakin baik pula kondisi keuangan perusahaan dikarenakan jumlah utang perusahaan yang kecil, yang juga menggambarkan bahwa perusahaan

(2)

masih dapat dioperasikan dengan menggunakan keuangan perusahaan sendiri. Nilai variabel DR diperoleh berdasarkan perhitungan berikut (Gitman, 2009):

Total liabilities

Debt Ratio = x 100%

Total assets 2.1.1.3 Current Ratio (CR)

Current Ratio (CR) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek atau utang jangka pendeknya. Dengan kata lain CR mewakili tingkat likuiditas suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai CR maka semakin baik keadaan perusahaan, karena kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek atau utang jangka pendeknya semakin baik. Nilai variabel CR diperoleh berdasarkan perhitungan berikut (Gitman, 2009):

Current Assets

Current Ratio = x 100%

Currrent Liabilities

2.1.1.4 Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM) mewakili besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan atas setiap pendapatan atau penjualan yang terjadi. Semakin tinggi nilai NPM maka semakin baik nilai penghasilan bersih yang diterima perusahaan, dan juga akan mempengaruhi nilai EPS yang akan diterima investor. Nilai variabel NPM diperoleh berdasarkan perhitungan berikut (Gitman, 2009):

Earnings available for common stockholders

Net Profit Margin = x 100%

(3)

2.1.2 Faktor Nonkeuangan

Faktor nonkeuangan merupakan faktor-faktor yang tidak terkait dengan keuangan suatu perusahaan, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Faktor-faktor nonkeuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 2.1.2.1 Umur Perusahaan

Umur perusahaan mewakili lama perusahaan dalam pengoperasian bisnisnya. Lama perusahaan beroperasi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan bisnisnya. Selain itu, perusahaan yang beroperasi lebih lama cenderung memiliki informasi yang lebih banyak dan lebih luas yang dapat diakses oleh publik, resiko yang dimiliki perusahaan lebih rendah, dan menggambarkan bahwa perusahaan memiliki strategi yang baik sehingga dapat beroperasi dalam jangka waktu yang lama.

Pada penelitian ini, variabel umur perusahaan diukur dengan menggunakan skala tahunan, yaitu dari tanggal berdiri perusahaan hingga tanggal saat perusahaan melakukan penawaran perdana saham. Untuk perusahaan yang memiliki umur dibawah satu tahun akan dibulatkan menjadi satu tahun untuk mempermudah pengukuran ketika pengujian dilakukan.

2.1.2.2 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan besarnya bisnis yang dijalankan perusahaan yang pada umumnya dapat diwakilkan dengan jumlah aset yang dimiliki, atau diwakili oleh jumlah cabang perusahaan yang ada. Ukuran perusahaan dipengaruhi oleh kualitas dan reputasi manajemen perusahaan. Besarnya skala perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan dan manajemen perusahaan yang baik dalam mengembangkan perusahaan sehingga perusahaan dapat berkembang menjadi

(4)

perusahaan yang berskala lebih besar. Perusahaan yang berskala besar umumnya lebih dikenal oleh masyarakat dan memiliki lebih banyak informasi yang dapat diakses oleh publik.

Pada penelitian ini, variabel ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aktiva perusahaan pada periode terakhir sebelum perusahaan melakukan penawaran umum perdana saham (Ibrahim, 2008).

SIZE = LN(ΣAset)

2.1.2.3 Penjamin Emisi Efek (Underwriter)

Underwriter merupakan pihak yang berperan penting dalam pelaksanaan penawaran umum perdana saham. Underwriter bertugas membantu emiten dalam pelaksanaan penawaran umum perdana saham seperti dalam hal membantu emiten mempersiapkan pernyataan pendaftaran emisi beserta dokumen pendukungnya, memberi masukan di bidang keuangan seperti jumlah dan jenis Efek apa yang akan diterbitkan, bursa yang dipilih untuk mencatatkan saham, penentuan jadwal emisi, penunjukkan lembaga penunjang lain, melakukan penjaminan Efek yang diemisikan dan lain sebagainya. Proses penjaminan emisi ini disebut sebagai underwriting.

Harga saham pada penawaran perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara peusahaan emiten dengan underwriter (penjamin emisi Efek). Underwriter dalam hal ini memperoleh informasi lebih baik mengenai permintaan saham-saham emiten, dibandingkan emiten itu sendiri. Oleh karena itu, underwriter akan memanfaatkan informasi yang dimiliki untuk memperoleh kesepakatan optimal dengan emiten.

Di dalam melakukan penjaminan emisi suatu Efek, umumnya underwriter membentuk suatu kelompok yang terdiri dari lead underwriter (penjamin pelaksana

(5)

emisi) dan anggota underwriter (penjamin emisi). Underwriting suatu Efek dilakukan dengan menandatangani kontrak penjaminan emisi antara lead underwriter dengan emiten.

Menurut Ang (1997) terdapat empat jenis kontrak penjaminan emisi berdasarkan tipe kesanggupan penjaminan yaitu:

1. Best Effort (Kesanggupan Terbaik)

Underwiter tidak bertanggung jawab atas sisa efek yang tidak terjual, tetapi underwriter akan berusaha dengan sebaik-baiknya untuk menjual efek emiten. Dengan metode ini, perusahaan sekuritas bertindak hanya sebagai agen penjual (tidak membeli saham), pada harga penawaran tertentu, dan memperoleh komisi untuk saham yang terjual. Jika ada saham yang tidak terjual, saham tersebut akan ditarik oleh perusahaan.

2. Full Commitment (Kesanggupan Penuh)

Underwriter bertanggung jawab penuh terhadap penjualan efek. Dengan metode ini, underwriter membeli semua saham yang dijual oleh emiten dengan harga yang lebih rendah dari harga penawaran dan menanggung semua risiko atas saham yang tidak terjual.

3. Stand-by Commitment (Kesanggupan Siaga)

Tanggung jawab underwriter disini hampir sama dengan full commitment, hanya saja bedanya underwriter bertanggung jawab mengambil sisa saham yang tidak terserap di masyarakat pada harga lebih murah dibawah harga pada penawaran perdana yang telah disepakati sebelumnya.

(6)

Apabila minat di masyarakat terhadap saham yang ditawarkan tidak memenuhi target yang telah ditetapkan, maka underwriter tidak akan melanjutkan proses emisi.

Masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang berbeda. Emiten dalam hal ini menginginkan harga perdana yang tinggi karena dengan harga yang tinggi maka semakin tinggi pula emiten dapat merealisasikan proyek yang akan dilakukan. Sedangkan bagi underwriter sebagai penjamin emisi menginginkan harga yang rendah untuk meminimalkan resiko yang ditanggungnya. Karena dalam hal ini apabila harga saham yang ditawarkan tinggi maka akan adanya kecenderungan terdapat sisa saham, sedangkan underwriter bertanggung jawab atas terjualnya saham. Lain halnya bagi underwriter yang memiliki reputasi tinggi, mereka akan lebih berani untuk menjual saham dengan harga yang tinggi sebagai konsekuensi dari kualitas penjaminannya.

Pada penelitian ini, variabel underwriter diukur dengan menggunakan skala tahunan atas umur perusahaan underwriter yaitu dari tahun berdiri perusahaan underwriter hingga tahun saat perusahaan (emiten) melakukan penawaran umum perdana saham. Nilai variabel underwriter diwakili oleh umur perusahaan underwriter tersebut berdasarkan asumsi bahwa umur perusahaan mewakili kualitas underwriter tersebut. Dimana, semakin lama suatu perusahaan berdiri maka kualitas perusahaan tersebut akan semakin baik begitu pula dengan sebaliknya yang juga dapat terlihat dari jasa underwriter tersebut yang masih digunakan hingga saat pelaksanaan initial public offering.

Dikarenakan sebagian besar data underwriter yang terkait dengan tanggal berdirinya tidak lengkap, maka peneliti hanya menggunakan tahun berdiri perusahaan underwriter dalam perhitungan. Untuk perusahaan dengan underwriter

(7)

gabungan, peneliti hanya menggunakan salah satu jumlah tahun berdiri terlama dari gabungan tersebut.

2.1.3 Pasar modal

Pasar modal adalah tempat dimana instrumen keuangan investasi jangka panjang diperjualbelikan. Sedangkan menurut UU No.8 Tahun 1995 Bab 1 Pasal 1 Ayat 13 tentang pasar modal menyebutkan bahwa pasar modal merupakan “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”

Instrumen keuangan investasi jangka panjang atau yang sering disebut dengan Efek atau surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal terdiri dari dua jenis utama yaitu (a) surat berharga yang bersifat penyertaan atau modal dan (b) surat berharga yang bersifat utang. Surat berharga yang bersifat penyertaan atau modal dikenal sebagai saham, sedangkan surat berharga yang bersifat utang dikenal dengan obligasi. Secara keseluruhan, efek yang diperjualbelikan di pasar modal terdiri dari obligasi (bond), obligasi konversi (convertible bond), saham (stock), saham preferen (preferred stock), right dan waran (warrant). Pada penelitian ini, peneliti berfokus pada penawaran perdana atas saham.

Pasar modal memiliki peranan dan fungsi yang penting serta sangat besar bagi suatu negara. Melalui pasar modal, perekonomian suatu negara dapat berkembang menjadi lebih baik karena melalui pasar modal perusahaan-perusahaan dipertemukan dengan pihak-pihak yang memiliki dana lebih atau para investor baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri, yang akan menginvestasikan dana tersebut pada perusahaan. Dana investasi inilah yang akan

(8)

membantu perusahaan untuk berkembang menjadi lebih baik dan menjadi perusahaan yang lebih besar. Perkembangan perusahaan ini akan memberikan dampak positif bagi kemajuan perkembangan perekonomian negara pada akhirnya.

2.1.4 Saham

Saham (stock) adalah lembar kertas yang mewakili tanda kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Semakin banyak saham yang dimiliki mewakili besarnya dana investasi yang ditanamkan serta mewakili besarnya persentase kepemilikan dalam suatu perusahaan. Selain perusahaan memperoleh tambahan dana bagi pengembangan perusahaan, para investor pun akan memperoleh keuntungan atas kepemilikan saham tersebut, yaitu berupa:

1. Dividen

Dividen merupakan keuntungan yang diperoleh perusahaan yang diberikan kepada para investor. Umumnya besar keuntungan yang diberikan kepada para investor didasarkan pada besarnya persentase kepemilikan saham investor dalam perusahaan.

2. Capital gain

Ketika harga saham naik, umumnya para pemegang saham akan menjual kembali saham yang mereka miliki di pasar modal dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atas selisih harga jual dengan harga beli saham. Selisih inilah yang disebut dengan capital gain.

Berdasarkan prioritas penerimaan, saham dibagi menjadi dua jenis yaitu saham biasa dan saham preferen. Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi terakhir dalam pembagian dividen atau hak atas kekayaan perusahaan ketika perusahaan dilikuidasi. Sedangkan, saham preferen merupakan

(9)

saham yang meletakkan pemiliknya pada posisi utama dalam pembagian dividen atau hak kekayaan perusahaan sebelum dibagikan kepada para pemilik saham biasa, hal ini terjadi dikarenakan saham preferen memiliki karakteristik gabungan antara saham biasa dan obligasi sehingga hal ini menempatkan saham preferen pada posisi dibawah obligasi utama perusahaan. Di pasar modal, saham yang paling banyak diperjualbelikan adalah saham biasa dikarenakan saham ini lebih mudah diperoleh dan lebih banyak ditawarkan oleh perusahaan dibandingkan dengan saham preferen.

2.1.5 Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering)

Penawaran umum perdana (initial public offering) (IPO) atau yang sering disebut dengan go public merupakan kegiatan penawaran atau penjualan perdana Efek perusahaan ke publik dalam ketentuan agar perusahaan atau emiten dapat menjual Efeknya di Bursa Efek. Sedangkan, menurut UU No.8 Tahun 1995 tentang pasar modal, mendefinisikan penawaran umum sebagai “kegiatan penawaran Efek yang dilakukan emiten untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam UU Pasar modal dan Peraturan Pelaksanaannya”.

Untuk dapat menjual sahamnya di pasar modal, perusahaan harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan, sebagaimana tercantum dalam keputusan Menteri Keuangan RI nomor 859/KMK.01/1989 tentang emisi efek di bursa dan peraturan tentang pelaksanaan emisi dan perdagangan saham yang tercantum dalam keputusan BAPEPAM No.011/PM/1987. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi perusahaan untuk dapat menjadi perusahaan publik antara lain: 1. Perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas yang telah beroperasi

(10)

2. Memiliki Aktiva Bersih Berwujud sekurang-kurangnya Rp 5.000.000.000 dengan laporan keuangan auditan tahun buku terakhir memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian yang dinyatakan oleh akuntan publik yang terdaftar di BAPEPAM, dan

3. Menjual minimal 50.000.000 saham atau sebanyak 35% dari jumlah saham yang diterbitkan dan jumlah pemegang saham publik minimal sebanyak 500 pihak.

Tahap-tahap penawaran perdana saham yang harus dilakukan oleh perusahaan (Ang, 1997) adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan merupakan tahapan yang paling panjang diantara tahapan yang lain kegiatan yang dilakukan tahapan ini merupakan persiapan sebelum mendaftar ke Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal). Dalam tahapan ini, Perusahaan harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan rencana go public melalui RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Kemudian, perusahaan harus menunjuk penjamin emisi (lead underwriter) serta lembaga dan profesi pasar modal, yaitu akuntan publik, konsultan hukum, penilai independen, Biro Administrasi Efek (BAE), notaris, security printer serta prospectus printer dalam penyiapan seluruh dokumen yang diperlukan seperti laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik terdaftar di Bapepam dan LK, anggaran dasar beserta amandemennya yang disiapkan oleh notaris dan disahkan oleh instansi berwenang, legal audit dari konsultan hukum yang terdaftar di Bapepam dan LK, laporan penilai independen, prospektus penawaran umum, dan dokumen lainnya.

(11)

2. Tahap Pemasaran

Pada tahap ini, Bapepam dan LK akan melakukan pemeriksaan atas keabsahan dokumen, keterbukaan seluruh aspek legal, akuntansi, keuangan dan manajemen perusahaan pendaftar. Langkah selanjutnya adalah pernyataan pendaftaran yang diajukan ke Bapepam dan LK sampai pernyataan pendaftaran yang efektif, maka langkah-langkah lain yang harus dilakukan adalah :

a. Due diligence meeting

Due diligence meeting adalah pertemuan dengar pendapat antara calon emiten dengan underwriter, baik lead underwriter maupun underwriter. Dalam hal ini juga mengandung unsur pendidikan, yaitu mendidik emiten untuk dapat menghadapi pertanyaan yang nantinya diajukan oleh calon investor.

b. Public expose dan roadshow

Public expose merupakan tindakan pemasaran kepada masyarakat pemodal dengan mengadakan pertemuan untuk mempresentasikan kinerja perusahaan, prospek usaha, resiko, dan sebagainya sehingga timbul daya tarik dari para pemodal untuk membeli saham yang ditawarkan. Rangkaian public expose yang diadakan berkesinambungan dari satu lokasi ke lokasi yang lain disebut roadshow, khususnya penawaran saham kepada investor asing. didalam public expose atau roadshow ini calon emiten dapat menyebarkan info memo dan prospektus awal

c. Book building

Didalam proses roadshow, para pemodal akan menyatakan minat mereka atas saham yang ditawarkan. Didalam roadshow atau public expose dinyatakan suatu kisaran harga saham sehingga para pemodal akan menyatakan kesediaan mereka untuk membelinya. Proses mengumpulkan jumlah-jumlah saham yang diminati oleh pemodal inilah yang disebut book building.

(12)

d. Penentuan harga perdana

Langkah terakhir yang harus dilakukan adalah penentuan harga final harga perdana saham, yang dilakukan antara lead underwriter dan calon emiten.

3. Tahap Penawaran Umum Perdana

Pada tahap ini calon emiten menerbitkan prospektus ringkas di dua media cetak yang berbahasa Indonesia, yang dilanjutkan dengan penyebaran prospektus lengkap final. Calon perusahaan tercatat menawarkan sahamnya kepada investor, melakukan penjatahan, refund dan akhirnya penyerahan Surat Kolektif Saham (SKS) bagi yang mendapat jatahnya.

4. Tahap Perdagangan Sekunder

Tahap ini meliputi tahapan melakukan pendaftaran saham ke bursa efek sesuai dengan kelanjutan perjanjian pendahuluan pencatatan yang telah disetujui. Setelah tercatat maka saham dapat diperdagangkan dilantai bursa.

2.1.6 Initial return

Initial return merupakan selisih antara harga saham yang ditawarkan perusahaan pada saat initial public offering dengan harga penutupan saham hari pertama pada saat saham dijual di pasar sekunder. Initial return yang akan diperoleh perusahaan terbagi dalam dua jenis, yaitu initial return bersifat positif atau disebut dengan underpricing dan initial return bersifat negatif atau disebut dengan overpricing. Underpricing adalah keadaan dimana harga penutupan saham hari pertama memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga perdana saham yang ditawarkan oleh perusahaan. Sedangkan overpricing adalah keadaan dimana

(13)

harga penutupan saham hari pertama memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan harga perdana saham yang ditawarkan oleh perusahaan. Penentuan nilai initial return merupakan underpricing ataukah overpricing diperoleh berdasarkan perhitungan berikut (Amin, 2007):

CP – OP

Underpricng = x 100%

OP Dimana:

CP = Closing price (Harga saham hari pertama penjualan di pasar sekunder) OP = Offering price (Harga perdana saham yang ditawarkan)

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai initial public offering telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya dari berbagai negara dan juga dari Indonesia. Berbagai macam penelitian tersebut juga memberikan hasil yang beragam pula. Daljono (2000) dengan data perusahaan yang melakukan IPO tahun 1990-1997 di BEJ menemukan bahwa reputasi penjamin emisi dan financial leverage berpengaruh positif signifikan pada initial return.

Abdullah (2000) melakukan penelitian terhadap 50 sampel perusahaan yang menunjukkan hasil bahwa variabel besaran perusahaan, profitabilitas perusahaan (ROE), jenis industri manufaktur (dummy), dan persentase saham yang ditawarkan pada publik secara bersama-sama berpengaruh signifikan pada initial return. Sedangkan ketika dilakukan pengujian parsial atau terpisah, hanya variabel jenis industri dan profitabilitas (ROE) yang berpengaruh signifikan pada initial return.

(14)

Durukan (2002) meneliti variabel metode penawaran, jumlah penawaran, presentase penawaran saham, ukuran perusahaan, umur perusahaan, DER, PER dan tipe investor dan privatisasi dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan metode penawaran saham berpengaruh signifikan negatif terhadap initial return sedangkan variable umur perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap initial return. Sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan.

Kim, Kish, Vasconcellos (2002) meneliti pengaruh variabel metode penawaran, presentase jumlah penawaran saham, kualitas underwriter, ukuran perusahaan, umur perusahaan, tingkat resiko perusahaan, standard error, subsitusi saham yang ditawarkan, subsitusi grup saham yang ditawarkan, tingkat suku bunga bebas resiko, subscribe, dilution, premium yang terjadi, covariance terhadap initial return dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel tipe penawaran, resiko beta, subscribe berpengaruh positif signifikan terhadap initial return, sedangkan variabel presentase penawaran saham, kualitas underwriter, subsitusi saham baru, grup subsitusi saham baru dan premium berpengaruh negatif signifikan terhadap initial return. Sedangkan variabel ukuran perusahaan, umur perusahaan, standar error saham, suku bunga bebas resiko, dilution dan covariance tidak berpengaruh signifikan.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Sandhiaji (2004) dengan sampel perusahaan manufaktur yang melakukan IPO tahun 1996-2002, menunjukkan bahwa reputasi underwriter, ROA, umur perusahaan, ukuran perusahaan, berpengaruh signifikan negatif pada underpricing. Sedangkan jumlah saham yang ditahan oleh pemilik lama (ownership retention) dibuktikan berhubungan positif dengan underpricing, dan reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan pada underpricing.

(15)

Penelitian yang dilakukan oleh Chen, Kenbata (2008) menunjukkan hasil bahwa variabel reputasi underwriter tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan initial public offering.

Penelitian yang dilakukan Syarifah Aini (2009) menunjukkan bahwa variabel ROA dan harga saham perdana berpengaruh negatif signifikan terhadap underpricing pada tingkat signifikansi 1%, reputasi penjamin emisi berpengaruh negatif signifikan terhadap underpricing pada tingkat signifikansi 5%, financial leverage dan waktu IPO berpengaruh positif signifikan terhadap underpricing pada tingkat signifikansi 1%, prosentase saham berpengaruh positif signifikan terhadap underpricing pada tingkat signifikansi 10% sedangkan variabel ukuran perusahaan, umur perusahaan, tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing..

Penelitian yang dilakukan Sarma Uli Irawati (2009) terhadap 42 sampel perusahaan menunjukkan hasil bahwa variabel size, ROI, EPS dan financial leverage saja yang memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap initial return perusahaan. Sedangkan variabel reputasi auditor, kualitas underwriter dan jenis industri tidak berpengaruh terhadap initial return perusahaan pada saat initial public offering.

Penelitian oleh Islam et al. (2010), dengan sampel 191 perusahaan yang melakukan IPO di Chittagong Stock Exchange periode 1995-2005, menunjukkan bahwa umur dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif pada initial return. Sedangkan jumlah saham yang ditawarkan dan jenis industri berpengaruh signifikan negatif pada initial return. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Bangassa (2008), dengan sampel perusahaan yang melakukan IPO di China stock market periode 2001-2006, menunjukkan bahwa reputasi underwriter tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.

(16)

Penelitian oleh Ardhini Yuma Sari (2011) menunjukkan hasil bahwa variabel ukuran perusahaan, return on investment dan current ratio berpengaruh signifikan terhadap underpricing, sedangkan variabel umur perusahaan, ukuran penawaran dan earning per share tidak berpengaruh terhadap underpricing.

Penelitian yang dilakukan oleh Tian Yuan (2012) menunjukkan hasil bahwa variabel issue size berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing, sedangkan variabel systematic risks dan debt ratio berpengaruh signifikan positif terhadap underpricing. Untuk variabel firm age, underwriter reputation, P/E ratio dan ROA diperoleh hasil bahwa keempat variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap underpricing.

Dan pada penelitian yang dilakukan oleh Rani Wulandari Lestari (2013) menunjukkan hasil bahwa variabel net profit margin, return on assets dan return on equity memiliki pengaruh signifikan positif terhadap harga saham pada saat initial public offering. Ringkasan penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Sebelumnya

No Tahun Nama Variabel Hasil

1 2000 Daljono

Reputasi auditor Reputasi underwriter Umur perusahaan Saham yang ditawarkan ROA Financial leverage Solvability Ratio Tidak berpengaruh Signifikan (+) Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Signifikan (+) Tidak berpengaruh 2 2000 Abdullah Besaran perusahaan ROE Jenis industri Tidak berpengaruh Signifikan (-) Signifikan (+)

(17)

% Saham yang ditawarkan Tidak berpengaruh

3 2002 Durukan

Metode penawaran Jumlah penawaran

Prosentase penawaran saham Ukuran perusahaan Umur perusahaan DER PER Tipe investor Privatisasi Signifikan (-) Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Signifikan (-) Signifikan (+) Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh 4 2002 Kim, Kish, Vasconcellos Metode penawaran

Prosentase jumlah penawaran saham

Kualitas underwriter Ukuran perusahaan Umur perusahaan

Tingkat resiko perusahaan Standard error

Subsitusi saham yang ditawarkan

Subsitusi grup saham yang ditawarkan

Tingkat suku bunga bebas resiko Subscribe

Dilution

Premium yang terjadi Covariance Signifikan (+) Signifikan (-) Signifikan (-) Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Signifikan (+) Tidak berpengaruh Signifikan (-) Tidak berpengaruh Signifikan (+) Tidak berpengaruh Signifikan (-) Tidak berpengaruh Signifikan (+) 5 2004 Sandhiaji Reputasi underwriter Reputasi auditor

Jumlah saham yang ditahan pemilik ROA Umur perusahaan Signifikan (-) Tidak berpengaruh Signifikan (+) Signifikan (-) Signifikan (-)

(18)

Ukuran perusahaan Signifikan (-) 6 2008 Chen,

Kenbata Reputasi underwriter Tidak berpengaruh

7 2009 Syarifah Aini

Umur perusahaan Prosentase saham yang ditawarkan ke publik Profitabilitas perusahaan Financial leverage Ukuran perusahaan Waktu IPO

Harga saham perdana Reputasi penjamin emisi

Tidak berpengaruh Signifikan (+) Signifikan (-) Signifikan (+) Tidak berpengaruh Signifikan (+) Signifikan (-) Signifikan (-) 8 2009 Sarma Uli Irawati

Firm size / besaran perusahaan Earning per share (EPS) Rate of return on investment (ROI) Financial leverage Reputasi auditor Reputasi underwriter Jenis industri Signifikan (-) Signifikan (-) Signifikan (-) Signifikan (-) Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh 9 2010 Islam et al. Umur perusahaan Ukuran perusahaan % Saham yang ditawarkan Jenis industri Signifikan (+) Signifikan (+) Signifikan (-) Signifikan (-) 10 2011 Ardhini Yuma Sari Umur perusahaan Ukuran perusahaan Ukuran penawaran Earning per share (EPS) Return on investment (ROI) Current ratio (CR) Tidak berpengaruh Signifikan Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Signifikan Signifikan 11 2012 Yuan Tian Issue size Firm age Systematic risk Signifikan (-) Tidak berpengaruh Signifikan (+)

(19)

Underwriter reputation P/E ratio Debt ratio ROA Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Signifikan (+) Tidak berpengaruh 12 2013 Rani Wulandari Lestari

Net profit margin (NPM) Return on assets (ROA) Return on equity (ROE)

Signifikan (+) Signifikan (+) Signifikan (+)

2.3 Hipotesis

2.3.1 Klasifikasi Hipotesis

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan hipotesis kausal yang menggambarkan hubungan sebab akibat antara variabel bebas dengan variabel terikat. Klasifikasi hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 : β = 0 Ha : β ≠ 0

H0 = Variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Ha = Variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat

Bila H0 diterima, maka Ha tidak diterima, yang berarti variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. Sedangkan bila H0 tidak diterima, maka Ha diterima, yang berarti variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.

2.3.2 Pengembangan Hipotesis

1. Earnings per share (EPS)

Earning per Share merupakan jumlah laba yang diperoleh dan tersedia untuk tiap lembar saham biasa yang beredar yang dimiliki para pemegang saham. Nilai

(20)

EPS inilah yang menjadi salah satu faktor utama pertimbangan para investor ketika akan melakukan investasi pada suatu perusahaan. Nilai EPS yang tinggi akan dapat menarik lebih banyak minat investor untuk berinvestasi dalam perusahaan, sehingga akan menurunkan tingkat underpricing selama penawaran perdana saham. Dengan kata lain, besar kecilnya nilai EPS perusahaan akan mempengaruhi jumlah investasi yang akan terjadi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat underpricing pada saat penawaran perdana saham. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sarma Uli Irawati (2009) menunjukkan hasil bahwa nilai EPS berpengaruh signifikan negatif terhadap initial return atau underpricing (karena dalam penelitiannya diketahui bahwa nilai initial return yang digunakan adalah yang bernilai positif), sedangkan hasil ini berbeda dengan hasil dalam penelitian Ardhini Yuma Sari (2011) yang disimpulkan bahwa nilai EPS tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada saat initial public offering. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H01 : Earnings per share (EPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat

underpricing pada saat pelaksanaan IPO.

Ha1 : Earnings per share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO.

2. Debt Ratio (DR)

Debt Ratio mewakili besarnya utang yang dimiliki perusahaan, yang digunakan untuk pengoperasian perusahaannya. Perusahaan dengan tingkat DR yang tinggi akan kurang diminati oleh para investor karena hal tersebut juga diiringi dengan tingginya tingkat resiko yang dimiliki perusahaan. Sedangkan perusahaan dengan tingkat DR yang rendah akan lebih diminati oleh para investor dikarenakan

(21)

tingkat resiko yang dimiliki rendah. Dengan kata lain, tinggi rendahnya nilai DR perusahaan akan mempengaruhi jumlah permintaan dan penawaran jumlah saham pada saat penjualan saham di pasar sekunder dan akan mempengaruhi harga saham. Pada akhirnya hal ini akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat underpricing pada saat penawaran perdana saham. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sarma Uli Irawati (2009) disimpulkan bahwa variabel financial leverage yang diwakili dengan perhitungan debt ratio berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat initial return atau berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat underpricing. Hasil ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuan Tian (2012) yang menunjukkan bahwa variabel debt ratio berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat underpricing. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H02 : Debt Ratio (DR) tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO.

Ha2 : Debt Ratio (DR) berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO.

3. Current Ratio (CR)

Current Ratio (CR) mewakili tingkat likuiditas suatu perusahaan. semakin tinggi tingkat likuiditas suatu perusahaan maka akan semakin menarik minat para investor untuk menanamkan dana mereka pada perusahaan. Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang rendah memiliki tingkat resiko yang tinggi, dikarenakan kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya rendah. Dengan kata lain, bila kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan rendah lalu bagaimana peruahaan dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Tinggi

(22)

rendahnya nilai CR perusahaan akan mempengaruhi jumlah permintaan dan penawaran saham saham pada saat penjualan saham di pasar sekunder, dan pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat underpricing pada saat penawaran perdana saham. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Ardhini Yuma Sari (2011) menunjukkan bahwa variabel current ratio berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H03 : Current Ratio (CR) tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO.

Ha3 : Curentt Ratio (CR) berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO.

4. Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM) menggambarkan baik buruknya kemampuan perusahaan yang dalam menghasilkan pendapatan atau meningkatkan jumlah penjualan. Nilai NPM perusahaan yang tinggi akan lebih diminati oleh para investor karena nilai keuntungan yang akan diperoleh investor pun akan tinggi. Dengan kata lain, tinggi rendahnya nilai NPM perusahaan akan mempengaruhi jumlah permintaan dan penawaran saham pada saat penjualan saham di pasar sekunder, yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Sehingga tingkat underpricing pada saat penawaran perdana saham pun akan terpengaruhi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rani Wulandari Lestari (2013) menunjukkan hasil bahwa variabel net profit margin memiliki pengaruh signifikan positif terhadap harga saham pada saat pelaksanaan initial public offering yang berarti dengan meningkatnya harga saham pada saat initial public offering maka tingkat

(23)

underpricing akan menurun. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H04 : Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO.

Ha4 : Net Profit Margin (NPM) berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO.

5. Umur Perusahaan

Umur perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dan terus beroperasi selama mungkin. Semakin lama umur suatu perusahaan menunjukkan kualitas manajemen perusahaan yang baik dalam menjalankan perusahaan. Sehingga para investor juga mempertimbangkan umur perusahaan dalam perencanaan investasi mereka, karena umur perusahaan yang masih baru atau tidak terlalu lama memiliki resiko kerugian yang lebih tinggi bagi para investor dan juga memiliki informasi yang kurang mencukupi untuk dapat meyakinkan para investor. Oleh karena itu, umur perusahaan dapat mempengaruhi jumlah investasi yang akan terjadi selama penawaran umum perdana saham dan jumlah investasi yang terjadi akan mempengaruhi tingkat underpricing.

Penelitian yang dilakukan oleh Daljono (2000), Kim, kish, Vasconcellos (2002), Syarifah Aini (2009), Ardhini Yuma Sari (2011) dan Yuan Tian (2012) menunjukkan hasil bahwa variabel umur perusahaan atau firm age tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Islam et al. (2010) menunjukkan hasil bahwa variabel umur perusahaan atau firm age berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing, dan pada penelitian yang dilakukan oleh Durukan (2002) dan Sandhiaji (2004) menunjukkan hasil bahwa

(24)

variabel umur perusahaan memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap tingkat underpricing pada saat initial public offering. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H05 : Umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO.

Ha5 : Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO.

6. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menggambarkan kemampuan manajemen perusahaan dalam mengembangkan bisnis perusahaan menjadi lebih baik, luas dan lebih besar. Perusahaan berskala besar akan menarik lebih banyak investor dibandingkan dengan perusahaan yang berskala kecil. Para investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan yang berskala besar, yang akan memberikan lebih banyak keuntungan bagi para investor. Maka, ukuran perusahaan akan mempengaruhi jumlah investasi yang akan terjadi selama penawaran umum perdana saham, dimana jumlah investasi ini pada akhirnya akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat underpricing yang akan terjadi.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Abdullah (200), Kim, kish, Vasconcellos (2002) dan Syarifah Aini (2009) menunjukkan hasil bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Sandhiaji (2004), Islam et al. (2010) dan Ardhini Yuma Sari (2011) menunjukkan hasil bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap inital return yang berarti berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing, serta pada penelitian yang dilakukan oleh Durukan (2002) dan

(25)

Sarma Uli Irawati (2009), dan disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing pada saat initial public offering. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H06 : Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO.

Ha6 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO.

7. Kualitas Underwriter

Underwriter merupakan pihak yang berperan dalam penentuan harga saham yang akan dijual dalam penawaran umum perdana saham bersama dengan pihak perusahaan (emiten). Tinggi rendahnya tingkat underpricing juga dipengaruhi oleh harga saham yang disepakati oleh underwriter dengan perusahaan, underwriter yang memiliki kualitas baik akan mampu meminimalisir tingkat underpricing serendah mungkin agar tidak merugikan perusahaan. Oleh karena itu, kualitas underwriter mempengaruhi harga saham yang ditawarkan, yang pada akhirnya harga tersebut akan mempengaruhi tingkat underpricing yang akan terjadi.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Chen, Kenbata (2008), Sarma Uli Irawati (2009) dan Yuan Tian (2012) menunjukkan hasil bahwa variabel reputasi underwriter tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Kim, kish, Vasconcellos (2002) disimpulkan bahwa variabel reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap tingkat initial return yang berarti berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing. Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian Daljono (2000), Sandhiaji (2004) dan Syarifah Aini (2009)

(26)

yang menyimpulkan bahwa variabel reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H07 : Kualitas underwriter tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO.

Ha7 : Kualitas underwriter berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat pelaksanaan IPO.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu penelitian ini bertujuan mendeskripsikan efektivitas pembelajaran bahasa Indonesia secara daring yang membangun kecakapan hidup bagi peserta didik berupa

datar Rambatan Simawang 101 1310314009 Nur izzah atirah binti hardinur Perempuan Kabupaten tanah Rambatan Simawang... Ivan pratama zebua Laki-laki Kabupaten padang 2

Memaraf dan menandatangani konsep atau naskah dinas sesuai bidang tugas dan kewenangan serta ketentuan yang berlaku;.. Mengatur layanan administrasi : Tata Warkat,

1) Pengendalian siklus pengembangan sistem. Setiap usulan pengembangan sistem sebaiknya melalui sebuah prosedur yang memerlukan otorisasi dari manajer pengembangan

Demikian Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Perguruan Tinggi Swasta Unggulan disusun sebagi pedoman bagi Pimpinan PTS dalam mengisi borang, dengan harapan agar

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan artikel pada majalah Juma dalam pembelajaran membaca bahasa Jerman, kemampuan membaca global dan

Proses pengomposan secara an-aerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asamasetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine),

Dapat disimpulkan bahwa secara statistik tidak ada perbedaan kualitas hidup yang signifikan pada pasien hipertensi dengan dan tanpa komplikasi baik menggunakan EQ5D