• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diabetes melitus adalah suatu sindrom gangguan metabolisme

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Diabetes melitus adalah suatu sindrom gangguan metabolisme"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini, baik di negara berkembang maupun negara maju telah terjadi pergeseran penyakit dari penyakit menular (infeksi) ke penyakit tidak menular (degeneratif). Penyebab utama meningkatnya kejadian penyakit degeneratif ini terutama dipicu oleh pola makan dan aktivitas fisik masyarakat yang cenderung berlebihan dan jarang berolahraga. Salah satu yang harus diwaspadai adalah penyakit diabetes mellitus.

Diabetes melitus adalah suatu sindrom gangguan metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin, sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) (Guyton, 2006). Hiperglikemia akan mengakibatkan kerusakan fungsi dan gangguan organ seperti mata, ginjal, sistem saraf, jantung dan pembuluh darah (ADA, 2004).

Diabetes melitus adalah penyakit mematikan nomer keempat di negara-negara berpendapatan tinggi di dunia. Sedangkan negara-negara Indonesia menduduki peringkat ketujuh dunia dalam prevalensi diabetes (IDF, 2013). Prevalensi diabetes di dunia diperkirakan mencapai 2,8% pada tahun 2000 dan meningkat menjadi 4,4% pada tahun 2030; pada tahun 2000 penderita diabetes sekitar 171 juta jiwa dan diprediksikan akan meningkat pada tahun 2030 menjadi 366 juta jiwa (Wild et al., 2004). Menurut Riskesdas (2007), angka prevalensi diabetes mellitus di Indonesia mencapai 5,7% dengan prevalensi toleransi glukosa darah terganggu sebesar 10,2%. Secara ekonomi, American Diabetes Association

(2)

(ADA) memperkirakan bahwa total biaya tahunan 2007 sebesar 174 milyar USD (ADA, 2008). Sedangkan di Indonesia, khususnya di Yogyakarta, biaya total yang digunakan untuk mengelola penyakit DM tipe II berkisar antara Rp 208.400,00 sampai Rp 754.500,00 perbulan (Andayani,2005).

Rendahnya kontrol diabetes dapat memicu timbulnya komplikasi. Komplikasi tersebut antara lain penyakit vaskular sistemik (percepatan aterosklerosis), penyakit jantung, penyakit mikrovaskular pada mata sebagai penyebab kebutaan dan degenerasi retina (retinopati diabetik), katarak, kerusakan ginjal sebagai penyebab gagal ginjal serta kerusakan saraf tepi (neuropati diabetik) (Halliwel,1999). Luasnya komplikasi pada diabetes tampaknya berkorelasi dengan konsentrasi glukosa darah sehingga glukosa berlebih diduga menjadi penyebab utama kerusakan jaringan (Rahbani, 1999).

Komplikasi diabetes dapat disebabkan oleh kemampuan hiperglikemia secara in vivo dalam modifikasi oksidatif sebagai substrat dan proses pembentukan radikal bebas (Droge, 2002). Radikal bebas yang dihasilkan berupa senyawa oksigen reaktif dari proses autooksidasi glukosa, glikasi protein, dan aktivasi jalur metabolisme poliol. Senyawa oksigen reaktif tersebut dapat meningkatkan modifikasi lipid, DNA, dan protein pada berbagai jaringan (Ueno, 2002). Modifikasi molekuler pada berbagai jaringan tersebut mengakibatkan ketidakseimbangan antara pertahanan antioksidan dan peningkatan produksi radikal bebas yang merupakan awal kerusakan oksidatif yang dikenal sebagai stres oksidatif (Nuttal, 1999). Hasil akhir dari peroksidasi lipid adalah produk malondialdehyde (MDA). Kadar MDA yang tinggi mengindikasikan terjadinya proses oksidasi atau kerusakan membran sel akibat radikal bebas (Frei dan Hidgon 2003) dalam (Pribadi dan Ernawati, 2010).

(3)

Untuk mengurangi kerusakan oksidatif tersebut diperlukan antioksidan. Peningkatan suplai antioksidan yang cukup akan membantu pencegahan komplikasi klinis diabetes melitus (Rahbani, 1999). Antioksidan secara alami dapat ditemukan di tanaman terutama sayur-sayuran dan buah-buahan segar. Hasil review penelitian mengenai tanaman sebagai kardioprotektif menunjukkan bahwa ekstrak dari Muntingia calabura mengandung senyawa pinocembrin, pinostrobin, chrysin, isokaemferide, ermanin, (2R,3R)-7 -methoxy-3,5,8-trihidroxy flavonone dan gnaphalin (Rajalaksmhy et al., 2011).

Studi yang dilakukan oleh Kubola et al. (2011) juga membuktikan bahwa buah kersen termasuk buah yang kaya akan senyawa fenolik, memiliki aktivitas antioksidan. Menurut Verdayanti (2009), buah kersen (Muntingia calabura L) merupakan salah satu tanaman yang diduga memiliki substansi aktif sebagai antidiabetes yaitu asam askorbat, serat, niasin dan betakaroten. Dalam penelitiannya yang berjudul Uji Efektifitas Jus Buah Kersen (Muntingia calabura L.) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) menunjukkan bahwa jus buah Muntingia calabura L. berpengaruh dalam menurunkan glukosa darah. Pengujian terbaik yang dapat menurunkan glukosa darah adalah pada jus buah kersen (Muntingia calabura L.) dengan 4 dosis mL.

Selain buah, bunga dari tanaman seperti bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) juga mengandung antioksidan berupa antosianin dan asam protokatekin. Tee et al. (2002) meneliti bahwa antioksidan pada ekstrak kaliks bunga rosella lebih kuat dibanding butylated hydroxy-anizole (BHA) atau tokoferol dalam menghambat peroksidasi asam linoleat. Kelopak kering (kaliks) bunga rosella terdiri dari flavonoids gossypetine, hibiscetine and sabdaretine.

(4)

Pigmen utama berbentuk hibidcine sudah diidentifikasi sebagai daphniphylline. Selain itu terdapat sejumlah kecil myrtillin (delphinidin 3-monoglucoside), chrysanthenin (cyanidin 3-monoglucoside), dan delphinidin. Biji rosella sebagai sumber antioksidan larut lemak, sebagian besar γ-tocopherol (Mohamed, 2007).

Flavonoid diketahui mampu menangkap radikal bebas atau berfungsi sebagai antioksidan alami (Lugasi, 2003). Selain itu flavonoid dapat memperbaiki kerusakan morfologi jaringan pankreas tikus yang diakibatkan oleh alkilasi DNA akibat induksi aloksan. Flavonoid dilaporkan memiliki aktivitas antidiabetes yang mampu meregenerasi sel pada pulau Langerhans (Sandhar, 2011). Menurut penelitian Atiqoh (2011), ada pengaruh yang bermakna berbagai konsentrasi infusa kelopak bunga rosella terhadap penurunan kadar glukosa darah (p value = 0,000).

Selain itu, rosella merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang terbukti memiliki berbagai khasiat diantaranya sebagai bahan obat (alami), berkhasiat untuk meredam batuk, mempermudah buang air kecil, melunakkan feces, pendingin tubuh, antiscorbutik (Mutschler, 1986) antidiabetes, antikolesterol, antibakteri, mencegah keropos tulang, mengurangi derajat viskositas (kekentalan) darah, menurunkan hipertensi, dapat membantu sistem imun, mempunyai sifat astringent dan antiseptik (Tjokroprawiro, 2001).

Meskipun penelitian pengaruh jus buah kersen dan infusa bunga rosella terhadap tikus diabetes pernah dilakukan, namun efek kombinasi sediaan jus buah kersen dan seduhan bunga rosella belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengkaji lebih lanjut pemberian jus kersela untuk melihat pengaruhnya terhadap glukosa dan MDA (Malondialdehyde) darah pada tikus. Diharapkan dengan kombinasi pada jus kersela dapat memberikan manfaat yang

(5)

lebih besar terhadap penurunan kadar glukosa dan MDA (Malondialdehyde) darah tikus Wistar diabetes tipe 2. Namun sebelum dilakukan pemberian ke tikus, peneliti melakukan uji pendahuluan kadar flavonoid pada jus kersen dan seduhan kelopak bunga rosella terlebih dahulu untuk penentuan dosis yang diberikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dibuat perumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah jus kersela mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus wistar diabetes melitus tipe 2.

2. Apakah jus kersela mampu menurunkan kadar MDA (Malondialdehyde) darah tikus wistar diabetes melitus tipe 2.

3. Apakah terdapat perbedaan efek pemberian jus kersen, seduhan bunga rosella dan jus kersela dalam penurunan kadar glukosa dan MDA (Malondialdehyde) darah tikus wistar diabetes melitus tipe 2?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum:

Mengetahui kadar glukosa dan MDA darah tikus wistar yang diinduksi streptozotocin dan nicotonamide sebelum dan sesudah pemberian jus buah kersen, seduhan bunga rosella dan jus kersela.

2. Tujuan khusus:

a. Mengkaji pengaruh pemberian jus kersela terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus diabetes melitus tipe 2.

(6)

b. Mengkaji pengaruh pemberian jus kersela terhadap penurunan kadar MDA (Malondialdehyde) darah tikus diabetes melitus tipe 2.

c. Mengkaji perbedaan efek pemberian jus kersen, seduhan bunga rosella dan jus kersela dalam penurunan kadar glukosa dan MDA (Malondialdehyde) darah tikus diabetes melitus tipe 2.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis : Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan di bidang biokimia dan ilmu-ilmu terkait dengan penggunaan tanaman Indonesia terkhusus tentang pemanfaatan jus kersela (kombinasi jus buah kersen dan seduhan bunga rosella) dalam mengontrol kadar glukosa darah. Selain itu sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dengan maksud mencari dosis yang tepat, aman dan efektif bagi manusia.

2. Manfaat aplikatif : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dan dasar penelitian untuk pengembangan minuman fungsional jus kersela sebagai pilihan terapi alternatif yang rasional, mudah diperoleh dan ekonomis untuk menurunkan resiko penyakit diabetes. Dengan demikian secara tidak langsung juga dapat meningkatkan nilai pangan tradisional.

(7)

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang berkaitan dengan pengaruh pemberian jus kersela (jus buah kersen dan seduhan bunga rosella) terhadap kadar glukosa darah tikus Wistar diabetes melitus tipe 2 belum pernah dilakukan. Penelitian yang telah dilakukan menggunakan variabel buah kersen (Muntingia calabura L) dan bunga rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Verdayanti (2009) yang berjudul Uji Efektifitas Jus Buah Kersen (Muntungia calabura L.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Tikus Putih (Rattus norvegicus). Jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian acak lengkap dengan enam perlakuan: A (normal), B (hiperglikemia), C (alloxan+jus buah kersen 2 mL), D (alloxan+jus buah kersen 3 mL), E (alloxan+jus buah kersen 4 mL), F (alloxan+jus buah kersen 6 mL). Analisis kadar glukosa darah menggunakan metode GOD-PAP. Hasil penelitian yang diperoleh adalah jus buah kersen dapat menurunkan kadar glukosa darah. Dosis paling efektif adalah jus buah kersen 4 mL.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Atiqoh (2011) yang berjudul Uji Antidiabetik Infusa Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar yang Diinduksi Glukosa. Jenis penelitian eksperimental murni dengan desain penelitian One Group Pre and Post Test With Control Design dengan lima perlakuan: A (kontrol positif: STZ-NA+metformin), B (kontrol negatif: STZ-NA tanpa metformin), C (STZ-NA+infusa kelopak bunga rosella 62,5mg/200gBB), D (STZ-NA+infusa kelopak bunga rosella 125mg/200gBB), E (STZ-NA+infusa kelopak bunga rosella 250 mg/200gBB).

(8)

Analisis kadar glukosa darah menggunakan metode GOD-PAP. Hasil penelitian yang diperoleh adalah infusa kelopak bunga rosella dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan galur wistar. Konsentrasi paling efektif adalah 250 mg/200gBB.

Sejauh ini, penelitian tentang kombinasi buah kersen dan seduhan bunga rosella belum pernah diteliti dan dipublikasikan. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk meneliti pengaruh pemberian sediaan kombinasi jus kersen dan seduhan bunga rosella terhadap kadar glukosa dan MDA darah tikus wistar yang diinduksi streptozotocin-nicotinamide (STZ-NA).

3. Penelitian yang dilakukan oleh Pramono (2011) yang berjudul Pengaruh Ekstrak Buah Kersen (Muntinga calabura) Terhadap Kadar Gula Darah Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus) Yang Diinduksi Streptozotocin (STZ). Jenis penelitian eksperimental dengan desain penelitian One Group Pre, Mid and Post Test With Control Design dengan lima perlakuan: Kelompok I (Kontrol Negatif) yaitu tikus tidak diabetes; Kelompok II (Kontrol Positif) yaitu tikus diabetes; Kelompok III yaitu tikus diabetes dan diberikan ekstrak buah kersen 100 mg/kg BB sebanyak 2 mL; Kelompok IV yaitu tikus diabetes dan diberikan ekstrak buah kersen 200 mg/kg BB sebanyak 2 mL; Kelompok V yaitu tikus diabetes dan diberikan ekstrak buah kersen 400 mg/kg BB sebanyak 2 mL. Analisis statistik kadar glukosa darah dengan metode Repeated Analysis of Variance (Repated ANOVA). Hasil penelitian yang diperoleh adalah jus buah kersen dapat menurunkan kadar glukosa darah. Dosis paling efektif adalah ekstrak buah kersen dengan dosis 100 mg/ kg BB.

Referensi

Dokumen terkait

Para pakar di atas, mengemukakan pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang diawali dengan penyajian masalah kontekstual untuk mendorong

DALAM PORSENI BMPD DIY / CABANG OLAH RAGA BOLA VOLEY / DIIKUTI OLEH SEJUMLAH KONTINGEN PERWAKILAN DARI PERBANKAN, BANK INDONESIA, BPR ATAU BPRS DAN. PERBANKAN

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan Formula Fast Disintegarating Tablet Ibuprofen

Factors that affect these conditions include: factors anatomically female genital, histological endocervical conditions (area transitional epithelial cells and cuboid),

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh akupresur pada titik pericardium 6 terhadap penurunan mual dan muntah pada pasien dyspepsia di Ruang Rawat

Para siswa dan siswi dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk melihat seberapa baik ketercapaian pendidikan karakter terintegrasi yang diberikan kepada diri mereka dan

Media pembelajaran salah satunya alat peraga adalah sebagai alat bantu atau pelengkap yang dapat digunakan untuk membantu dalam memperlancar penyampaian konsep

Adapun keadaan pendidikan sampai dengan tahun 1924 pendidikan modern, diluar beberapa sekolah militer, hampir terbatas pada masyarakat minoritas non-muslim; bagi