• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Menimbang

Mengingat

W

BUPATI KARANGASEM

PERATURAN BUPATI KARANGASEM

NOMOR 16 TAHUN 2014

TENTANG

TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KARANGASEM,

a. bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 18 ayat (4) Peraturan Daerah Kabupaten Karangasem Nomor 9 Tahun 2010 tentang Pajak Air Tanah, perlu diatur mengenai tata cara pemungutan Pajak Air Tanah;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Air Tanah; 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang

Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 1655) ;

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara republik

Indonesia Nomor 4740) ;

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentsing Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan

(2)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua

Atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan

Daerah

(Lembaran

Negara

Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah

dan

Retribusi

Daerah

(Lembaran

Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

6. Undang-Undang

Nomor

12

Tahun

2011

tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5234);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air

Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor

83,

Tambahan

Lembaran

Negara

Republik

W Indonesia Nomor 4859);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang

Jenis Pajak Daerah yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah Atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179) ;

9. Peraturan Daerah Kabupaten Karangasem Nomor 9 Tahun 2010 tentang Pajak Air Tanah (Lembaran Daerah Kabupaten Karangasem Tahun 2010 Nomor 9, Tambahan

Lembaran Daerah Kabupaten Karangasem Nomor 7);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Bupati adalah Bupati Karangasem.

2. Dinas adalah Dinas Pendapatan Kabupaten Karangasem.

3. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Kabupaten

Karangasem.

4. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang

Perpajakan Daerah sesuai dengan Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku.

5. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah

kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang

(3)

Undang-Undang, dengan

tidak

mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

6. Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau

pemanfaatan air tanah.

7. Air Tanah adalah Air yang terdapat dalam lapisan tanah

atau batuan dibawah permukaan tanah.

8. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang

merupakan

kesatuan,

baik

yang

melakukan

usaha

maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi

perseroan

terbatas,

perseroan

komanditer,

perseroan

lainnya, badan usaha milik negara (BUMN/, atau badan

usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam

bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,

persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,

organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga

dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi

^

kolektif dan bentuk usaha tetap.

9. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat

SSPD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak

yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke Kas Daerah melalui

tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

10. Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat

SKPD, adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan

besamya jumlah pokok pajak yang terutang.

11. Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat

STPD, adalah surat untuk melakukan tagihan pajak

dan/atau sanksi administratif barupa bunga dan/atau

denda.

12. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender

^

atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan

Bupati paling lama 3 (tiga) bulan kalender, yang menjadi

dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan

melaporkan pajak yang terutang.

13. Pajak yang terutang adalah pajak yang hams dibayar pada

suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak, atau

dalam bagian tahun pajak sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

14. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari

penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan

besamya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan

pajak

kepada

Wajib

Pajak

serta

pengawasan

penyetorannya.

15. Subjek pajak adalah orang pribadi atau Badan yang dapat

dikenakan pajak.

16. Wajib pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi

pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak,

(4)

w

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan daerah.

17. Nilai Perolehan Air Tanah yang selanjutnya disingkat NPAT adalah dasar perhitungan pengenaan Pajak Air Tanah.

18. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh bupati untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.

19. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD yang bertindak dalam kapasitas sebagai

bendahara umum daerah.

BAB II RUANG LINGKUP

Pasal 2

(1) Pajak Air Tanah merupakan jenis pajak yang dipungut berdasarkan penetapan Bupati.

(2) Bupati menunjuk Dinas sebagai pelaksana pemungutan Pajak Air Tanah.

Pasal 3

Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Bupati ini

meliputi:

a. tata cara pendataan;

b. tata cara penentuan besamya pajak terutang; c. tata cara pembayaran;

d. tata cara angsuran dan penundaan pembayaran; e. tata cara pengurangan dan/atau penghapusan

sanksi administratif;

f. tata cara penagihan; dan

g. tata cara pelaporan

BAB III

PEMUNGUTAN PAJAK

Bagian Kesatu

Tata Cara Pendataan

Pasal 4

(1) Setiap orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah wajib mendaftar sebagai Wajib Pajak.

(2) Setiap Wajib Pajak diwajibkan memasang meter air ber-Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai dasar untuk mengetahui volume pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

(5)

Pasal 5

(1)Wajib Pajak yang secara nyata telah melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah, namtan

belum atau tidak mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak,

dilakukan pendaftaran oleh Dinas sebagai Wajib Pajak

dengan

memperhitungkan

pengambilan

dan/atau

pemanfaatan air tanah yang telah dilakukan sebelum terdaftar sebagai wajib pajak.

(2) Perhitungan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah yang telsih dilakukan sebelum terdaftar sebagai Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan

secara jabatan.

(3) Perhitungan secara jabatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) menggunakan taksiran terhadap jumlah pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah dikalikan

dengan jumlah hari pengambilan yang telah dilakukan

Wajib Pajak paling lama 365 hari.

Pasal 6

(1) Dinas melakukan pendataan secara periodik terhadap

volume pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

(2) Pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

paling lambat 7 (tujuh) hari setelah berakhimya masa pajak.

Pasal 7

(1) Terhadap Wajib Pajak yang tidak menggunakan meter air, perhitungan volume pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah dilakukan dengan mengalikan kapasitas mesin pompa dengan lamanya penggunaan dalam masa pajak bersangkutan.

(2) Lamanya penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan 8 (delapan) jam per hari.

Pasal 8

(1) Terhadap meter air yang rusak, Dinas memberikan surat teguran kepada Wajib Pajak untuk segera memperbaiki dan/atau mengganti meter air.

(2)

bulan.

Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diberikan setiap bulan untuk jangka paling lama tiga

bulan.

(3) Apabila

Wajib

Pajak

mengabaikan

surat

teguran

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), perhitungan volume

pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah mengacu

pada Pasal 7.

(6)

Pasal 9

Penetapan volume pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah terhadap meter air yang rusak menggunakan volume

pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah tertinggi selama tiga bulan terakhir.

Bagian Kedua

Tata Cara Penetapan

Pasal 10

(1) Tarif pajak ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen).

(2) Dasar pengenaan Pajak Air Tanah adalah NPAT.

(3) Perhitungan besaran pokok pajak terutang dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

Pajak = V Xn XTarif

Pajak = Jumlah besaran pokok pajak terutang;

V = Volume pengambilan/pemanfaatan air tanah (m^);

n

= Nilaii rupiah air tanah per meter kubik/NPAT sesuai

dengan Peraturan Bupati tentang NPAT ; dan Tarif = 20% (dua puluh persen).

Pasal 11

(1) Berdasarkan hasil perhitungan sebagaimana dimaJcsud dalam Pasal 10 ayat (3), Bupati melalui Kepala Dinas menetapkan pajak terutang dengan menerbitkan SKPD. (2) Kepala Dinas dapat mendelegasikan penandatanganan

SKPD kepada Pejabat yang membidangi penerbitan SKPD.

Pasal 12

(1) SKPD disampaikan kepada Wajib Pajak paling lambat 7 (tujuh) hari setelah data pencatatan meter air diterima oleh fungsi penetapan.

(2) SKPD wajib dibayar oleh Wajib Pajak paling lambat 15 (lima belas) hari setelah diterima.

(3) Apabila pembayaran SKPD dilakukan setelah batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Wajib Pajak dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar 2% (dua persen) sebulan.

Bagian Ketiga Tata Cara Pembayaran

Pasal 13

(1) Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah melalui

(7)

w

yang ditunjuk oleh Bupati sesuai waktu yang ditentukan

dalam SKPD dan STPD.

(2) Apabila pembayaran pajak dilakukan ditempat lain yang

ditunjuk, hasil penerimaan pajak hams disetor ke

Rekening Kas Umum Daerah paling lama 1 (satu) hari

keija.

Pasal 14

(1) Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dilakukan dengan menggunakan SSPD atau dokumen lain

yang dipersamakan.

(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) antara lain berupa tanda bukti pembayaran.

Bagian Keempat

Tata Cara Angsuran dan Penundaan Pembayaran

Pasal 15

(1) Pembayaran pajak dilakukan sekaligus atau lunas.

(2) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak

untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak

terutang dalam kurun waktu tertentu dengan dikenakan

bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak

yang belum atau kurang dibayar, setelah memenuhi

persyaratan yang ditentukan.

(3) Bupati mendelegasikan kewenangan untuk memberikan

persetujuan mengangsur atau menunda pembayaran pajak

terutang kepada Kepala Dinas. Pasal 16

(1) Tata cara angsuran diatur sebagai berikut:

a. Wajib Pajak mengajukan permohonan angsuran dalam Bahasa Indonesia kepada Bupati melalui Kepala Dinas disertai alasan yang jelas dan melampirkan salinan

SKPD atau STPD;

b. permohonan angsuran yang lengkap diterima dan

diregistrasi oleh dinas serta diberikan tanda bukti

penerimaan permohonan angsuran;

c. dinas melakukan penelitian dan/atau pemeriksaan

untuk menindaklanjuti permohonan;

d. dinas memberikan jawaban atas permohonan angsuran

oleh Wajib Pajak sebelum jatuh tempo SKPD atau STPD yang dimohonkan angsuran;

e. permohonan angsuran yang disetujui dituangkan dalam

Surat

Peijanjian

Angsuran

yang

ditandatangani

bersama oleh Kepala Dinas dan Wajib Pajak yang

bersangkutan;

f. pembayaran angsuran dilakukan secara teratur dan berturut-turut setiap bulannya berdasarkan Surat

(8)

Perjanjian Angsuran; dan

g. permohonan angsuran yang tidak disetujui dibuatkan

Surat Penolakan Angsuran disertai dengan alasan

penolakan.

(2) Alasan yang jelas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a diantaranya adalah :

a. Wajib

Pajak

mengalami

kerugian

dan

kesulitan

likuiditas pada masa pajak sebelumnya;

b. Wajib Pajak tidak beroperasi paling sedikit setengah

dari masa pajak;

c. hasil penjualan lebih kecil dari jumlah pokok pajak

terutang; dan/atau d. kondisi/keadaan kahar.

(3) Pengajuan

permohonan

angsuran

harus

memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a. pengajuan permohonan diterima paling lambat 7 (tujuh)

hari sebelum jatuh tempo SKPD atau STPD;

b. pembayaran angsuran diberikan paling lama untuk 10

W

(sepuluh) kali angsuran dalam jangka waktu

10

(sepuluh)

bulan sesuai dengan

Surat

Perjanjian

Angsuran;

c. satu berkas permohonan untuk satu SKPD atau STPD;

d. SKPD atau STPD yang sudah diajukan permohonan

angsuran,

tidak

dapat

diajukan

permohonan

penundaan pembayaran; dan

e. Pembayaran angsuran setiap bulan dilakukan sekaligus

atau lunas.

(4) Perhitungan untuk pembayaran angsuran adalah sebagai

berikut :

a. pokok pajak angsuran adalah hasil pembagian antara

jumlah pajak terutang yang akan diangsur, dengan

jumlah bulan angsuran;

b. bunga adalah hasil perkalian antara jumlah sisa

angsuran dengan bunga sebesar 2% (dua persen);

c. perhitungan sanksi bunga dikenakan hanya terhadap

jumlah sisa pokok pajak yang belum dibayar; dan

d. besamya jumlah yang harus dibayar tiap bulan

angsuran adalah pokok pajak angsuran ditambah

dengan

bunga

sebesar

2%

(dua

persen)

yang

dituangkan dalam STPD;

(5) Contoh

perhitungan

angsuran

adalah

sebagaimana

tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 17

(1) Tata c^a penundaan pembayaran diatur sebagai berikut:

a. Wajib

Pajak mengajukan permohonan penundaan

pembayaran dalam Bahasa Indonesia kepada Bupati

melalui Kepala Dinas disertai alasan yang jelas dan

melampirkan salinan SKPD atau STPD;

b. permohonan penundaan pembayaran yang lengkap

W

(9)

diterima dan diregistrasi oleh dinas dan diberikan tanda

bukti

penerimaan

permohonan

penundaan

pembayaran;

c. dinas melakukan penelitian dan/atau pemeriksaan

untuk menindaklanjuti permohonan;

d. dinas memberikan jawaban atas permohonan penundaan pembayaran oleh Wajib Pajak sebelum jatuh tempo SKPD atau STPD yang dimohonkan

penundaan pembayaran;

e. permohonan penundaan pembayaran yang disetujui

dituangkan diam Surat Penundaan Pembayaran yang

ditandatangani oleh Kepala Dinas;

f. pembayaran dilakukan paling lambat sesuai dengan tanggal yang tercantum dalam Surat Penundaan Pembayaran; dan

g. permohonan penundaan pembayaran yang tidak

disetujui dibuatkan Surat Penolakan Penundaan

Pembayaran disertai dengan alasan penolakan.

(2)Alasan yang jelas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

W huruf a digintaranya adalah :

a. Wajib Pajak mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas pada masa pajak sebelumnya;

b. Wajib Pajak tidak beroperasi paling sedikit setengah dari masa pajak;

c. hasil penjualan lebih kecil dari pajak terutang;

dan/atau

d. kondisi/keadaan kahar.

(3) Pengajuan permohonan penundaan pembayaran harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. pengajuan permohonan diterima paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum jatuh tempo SKPD atau STPD;

b. penundaan pembayaran diberikan paling lama untuk jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal

Surat Penundaan Pembayaran.

W c. satu berkas permohonan untuk satu SKPD atau STPD; d. SKPD atau STPD yang sudah diajukan permohonan

penundaan pembayaran, tidak dapat diajukan

permohonan angsuran; dan

e. pembayaran dilakukan sekaligus atau lunas.

(4) Perhitungan pembayaran untuk penundaan pembayaran

adalah sebagai berikut:

a. perhitungan sanksi bunga dikenakan terhadap jumlah pokok pajak yang dimohonkan penundaan;

b. bunga adal^ hasil perkalian antara jumlah pokok

pajak terutang dengan bunga sebesar 2% (dua persen);

dan

c. besarnya jumlah yang harus dibayar adalah pokok pajak ditambah dengan bunga sebesar 2% (dua persen)

tiap bulan keterlambatan.

(5) Contoh perhitungan penundaan adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

(10)

10

Bagian Kelima

Tata Cara Pengurangan dan/atau Penghapusan Sanksi Administratif

Pasal 18

(1) Bupati dapat mengurangkan atau menghapuskan sanksi

administratif berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak

yang terutang menurut peraturan perundang-undangan

perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebut dikenakan

karena

kekhilafan

wajib

pajak

atau

bukan

karena

kesalahannya. io)

(2) Pengurangan diberikan sebesar 50% (lima puluh persen)

dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak.

(3) Pengurangan sebesar 100% (seratus persen)/penghapusan

diberikan dalam hal sanksi tersebut dikenakan bukan

^

karena kesalahan Wajib Pajak.

(4) Pengurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak

dapat diberikan untuk permohonan yang kedua dan

seterusnya atas objek pajak yang sama.

Pasal 19

(1)Tata

cara

pengurangan

atau

penghapusan

sanksi

administratif diatur sebagai berikut:

a. Wajib Pajak mengajukan permohonan secara tertulis

dalam Bahasa Indonesia kepada Bupati melalui Kepala

Dinas

dengan

mencantumkan

besamya

sanksi

administratif yang dimohonkan

pengurangan atau

penghapusan

disertai

alasan

yang

mendukung

permohonannya dan melampirkan salinan STPD;

W

b. alasan yang mendukung permohonan dilampirkan

dalam bentuk tertulis yang ditandatangani Wajib Pajak;

c. permohonan yang lengkap diterima dan diregistrasi oleh

Dinas

serta

diberikan

tanda

bukti

penerimaan

permohonan;

d. dinas melakukan penelitian dan/atau pemeriksaan

untuk menindaklanjuti permohonan;

e. dinas memberikan keputusan atas permohonan oleh

Wajib Pajak paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah

tanggal registrasi permohonan berdasarkan hasil pembahasan oleh tim yang dibentuk;

f. dinas menerbitkan keputusan bupati untuk menolak

atau menerima permohonan paling lambat 7 (tujuh)

hari setelah adanya keputusan oleh tim;

(2) Pengajuan permohonan pengurangan atau penghapusan

sanksi administratif hams memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

a. satu permohonan untuk satu STPD;

(11)

w

11

keberatan namun tidak dapat dipertimbangkan, atau

mengajukan keberatan kemudian mencabut

keberatannya atas STPD yang diajukan permohonan

pengurangan atau penghapusan; dan

c. Wajib Pajak telah melunasi pokok pajak yang tidak atau kurang dibayar yang menjadi dasar penghitungan sanksi administratif.

Bagian Keenam Tata Cara Penagihan

Pasal 20

(1) Penagihan dilaksanakan melalui penerbitan STPD.

(2) STPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diikuti dengan Surat Teguran atau Surat Peringatan dan/atau Surat Paksa.

(3) Surat Teguran atau surat peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya memuat: a. nama wajib pajak;

b. Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD);

c. jenis pajak;

d. rincian besarnya utang pajak dan masa pajak;

e. perintah untuk membayar; dan

f. jangka waktu pelunasan utang pajak.

(4) Dalam rangka pelaksanaan penagihan, dinas dapat bekeija sama dengan aparat penegak hukum.

Pasal 21

Tata cara penagihan diatur sebagai berikut:

a. Dinas membuat daftar STPD yang telah jatuh tempo.

b. berdasarkan daftar sebagaimana dimaksud pada huruf a, diterbitkan surat teguran kepada Wajib Pajak atas yang tidak atau kurang dibayar.

c. surat teguran disampaikan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah jatuh tempo STPD.

d. apabila pembayaran pajak terutang tidak dilakukan sesuai dengan batas waktu yang tercantum dalam surat teguran, penagihan pajak dilakukan dengan penerbitan

surat paksa.

e. penerbitan surat paksa sebagaimana dimaksud pada huruf d diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketujuh Tata Cara Pelaporan

Pasal 22

(1) Pelaporan dilaksanakan oleh Dinas melalui fungsi

(12)

w

w

12

(2) Pelaporan bertujuan untaik memberikan informasi tentang

realisasi penerimaan dan piutang Pajak Air Tanah sebagai

bagian dari Pendapatan Asli Daerah.

Pasal 23

(1) Pelaporan oleh Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 berdasarkan dokumen berupa SKPD, SSPD, STPD dan

dokumen lain yang sah dari Bendahara Penerimaan,

Bendahara Penerimaan Pembantu atau tempat lain yang

ditunjuk.

(2) Berdasarkan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), fungsi pembukuan setiap bulan menyajikan Daftar Piutang Pajak dan Piutang Denda Pajak.

(3) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

disimpan sebagai bukti pencatatan. Pasal 24

(1) Untuk menjamin keakuratan data, fungsi pembukuan

melaksanakan rekonsiliasi.

(2) Rekonsiliasi sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari:

a. Rekonsiliasi

penerimaan

dilaksanakan

dengan

Bendahara Penerimaan Dinas dan BUD;

b. Rekonsiliasi ketetapan dilaksanakan dengan fungsi

penetapan.

(3) Hasil rekonsiliasi dituangkan dalam berita acara.

BAB IV NASKAH DINAS

Pasal 25

Bentuk naskah dinas yang digunakan dalam pemungutan Pajak Air Tanah ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan

Kepala Dinas.

BAB V

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 26

Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati Karangasem Nomor 19 Tahun 2011 tentang Sistem

dan Prosedur Administrasi Pemungutan Pajak Daerah (Berita

Daerah Kabupaten Karangasem Tahun 2011 Nomor 19)

dinyatakan

tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan

(13)

13 BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 27 PeraturanBupati inimulai berlakupada tanggal1 Juli2014. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan

PeraturanBupati

ini

dengan

penempatannya

dalamBerita DaerahKabupaten Karangasem. Ditetapkandi Amlapura padatanggal 26Mei 2014

't.BUPATIKARANGASEM

^I

WAYANGEREDEG

Amlapura Diundangkandi

padatanggal 26Mei 2014 SEKRETARISDAERAH KABUPATENKARANGASEM, I GEDEADNYA MULYADI BERITADAERAH KABUPATENKARANGASEM TAHUN2014 NOMOR 16 W

(14)

W

14

LAMPIRAN

PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 16 TAHUN 2014

TENTANG

TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH

A. Contoh Perhitungan Angsuran

Wajib Pajak X pada tanggal 14 Juli 2014 menerima SKPD untuk masa pajak bulan Juni sebesar Rp 1.000.000,00. Karena sedang dilakukan renovasi terhadap tempat usahanya selama 3 minggu pada bulan Juni-Juli, maka Wajib Pajak X mengajukan permohonan pembayaran dengan Angsuran selama 5 kali pembayaran.

Perhitungan Angsurannya:

1. SKPD diterima tanggal 14 Juli 2014, maka jatuh tempo pembayarannya tanggal

29 Juli 2014 dan permohonan paling lambat diterima tanggal 21 Juli 2014. 2. Rincian pembayaran pokok pajak dan angsurannya :

No Uraian Sisa Pokok

Pajak Terutang

Angsuran

Pokok Pajak Bunga 2%

Jumlah Angsuran Jadwal Pembayargin 1 Angsuran I 1.000.000 200.000 20.000 220.000 15-08-2014 2 Angsuran II 800.000 200.000 16.000 216.000 15-09-2014 3 Angsuran III 600.000 200.000 12.000 212.000 15-10-2014 4 Angsuran IV 400.000 200.000 8.000 208.000 15-11-2014 5 Angsuran V 200.000 200.000 4.000 204.000 15-12-2014 JUMLAH 1.000.000 60.000 1.060.000

B. Contoh Perhitungan Penundaan Pembayaran

Wajib Pajak Y pada tanggal 14 Mei 2014 menerima SKPD untuk masa pajak bulan April sebesar Rp 3.500.000,00. Karena kesulitan keuangan pada bulan sebelumnya dimana hasil penjualan pada bulan sebelumnya hanya mencapai Rp 3.300.000,00 maka Wajib Pajak Y mengajukan permohonan penundaan pembayaran selama 3 bulan.

Perhitungan Penundaan pembayarannya:

1. SKPD diterima tanggal 14 Mei 2014, maka jatuh tempo pembayarannya tanggal 29 Mei 2014 dan permohonan paling lambat diterima tanggal 21 Mei 2014.

2. Rincian pembayaran penundaan :

No Uraian Pokok PajakTerutang Bunga 2%

/bulan Jumlah Pembayaran Jadwal Pembayaran 1 Penundaan 3 (tiga) bulan 3.500.000 210.000 3.710.000 15-08-2014

^^BUPATI KARANGASE]|[,

^^^vywvwvvC^/^

j IWAYAN GEREDEG

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Investment Opportunity Set (IOS) mempunyai pengaruh

Cocokan jawaban/fakta dengan aturan (tabel 2 pada kolom gejala) yang sudah ditentukan. Jika ditemukan sesuai dengan aturan yang sudah ditentukan maka dihasilkan

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien yang telah terdiagnosis lepra BL/LL dengan ENL dan kriteria eksklusia dalah pasien lepra BL/LL dengan pengobatan MDT yang

Akuntansi pada dasarnya merupakan sistem informasi yang berbeda dengan sistem informasi lainnya namun tetap saling berhubungan, data yang diberikan sistem

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya kognitif dan motivasi belajar secara bersama-sama terhadap prestasi belajar matematika. Penelitian

Berdasarkan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang negatif yang sangat signifikan antara Kontrol Diri dengan

1) Pembiayaan jangka pendek merupakan pembiayaan yang diberikan dengan jangka waktu maksimal satu tahun. Pembiayaan jangka pendek biasanya diberikan oleh bank

Hanya dengan izin Allah SWT, penulis akhirnya berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Aspek Religius dalam Novel Cahaya Cinta Pesantren karya Ira