• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka pertama yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka pertama yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Kajian Pustaka

Kajian pustaka pertama yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah tulisan Somuncu & Yigit (2010) yang berjudul World Heritage Sites in Turkey: Current Status and Problems of Conservation and Management. Tulisan Somuncu dan Yigit (2010) memaparkan mengenai status dari Warisan Budaya Turki dan masalah dalam konservasi dan manajemennya. Tulisan ini memfokuskan pada Warisan Budaya Turki yang mengalami kekurangan dalam hal manajemen dan pelestarian dan isu-isu dari alih fungsi lahan mulai menimbulkan dampak terhadap Warisan Budaya Dunia di Turki. Tulisan ini juga menjelaskan permasalahan dalam kurangnya kerjasama dalam pelestarian dan manajemen Warisan Budaya Dunia antara pemerintah Turki dan UNESCO.

Penelitian Somuncu & Yigit (2010) memaparkan bahwa terdapat sembilan situs Warisan Budaya Dunia yang terdapat di Turki yang perlu untuk mendapatkan manajemen dan konservasi untuk masa mendatang. Tulisan ini menjelaskan UNESCO sebagai sebuah organisasi yang memonitor Warisan Budaya Dunia yang menjadi acuan terutama dalam menjalankan manajemen Warisan Budaya Dunia. Somuncu & Yigit (2010) memaparkan bahwa Warisan Budaya Dunia memerlukan sebuah management plan untuk mendukung kelestarian dari situs untuk di masa depan.

(2)

Tulisan Somuncu & Yigit (2010) menggunakan konsep Warisan Budaya Dunia dan monitoring. Penelitian penulis juga menggunakan konsep yang sama yaitu Warisan Budaya Dunia namun penulis juga menggunakan konsep lainnya yaitu Organisasi Internasional dengan melihat pada perlindungan, identifikasi, rehabilitasi hingga konservasi. Penelitian penulis lebih mengkhususkan pada peran UNESCO dalam perlindungan Warisan Budaya Dunia sedangkan dalam tulisan Somuncu & Yigit (2010) lebih memfokuskan pada peran UNESCO dalam memonitor dan memberikan acuan dalam manajemen perlindungan melalui Convention Text 1972. Peran UNESCO dalam Somuncu & Yigit (2010) kurang dijelaskan secara detail dalam merencanakan manajemen perlindungan Warisan Budaya Dunia dan hanya memaparkan UNESCO sebagai sebuah organisasi yang bertugas untuk memasukkan sebuah situs sebagai Warisan Budaya Dunia. Tulisan Somuncu & Yigit (2010) memberikan kontribusi dalam penelitian penulis karena memaparkan pentingnya Warisan Budaya Dunia untuk melakukan manajemen perlindungan untuk melindungi status sebagai Warisan Budaya Dunia.

Kajian pustaka kedua yang penulis gunakan berjudul Imbalance of World Heritage List: Did the UNESCO Strategy Work? (Steiner & Frey, 2011). Tulisan Steiner & Frey (2011) memaparkan mengenai UNESCO sebagai organisasi internasional yang memiliki peran dalam perlindungan warisan budaya dengan memasukkannya ke dalam daftar Warisan Budaya Dunia. Selain memfokuskan pada strategi dan peran UNESCO tulisan ini juga memaparkan mengenai pentingnya sebuah warisan budaya masuk ke dalam daftar Warisan Budaya Dunia

(3)

UNESCO yang berguna untuk perlindungan dan manajemen warisan budaya tersebut.

Salah satu peran UNESCO yang dijelaskan dalam tulisan Steiner & Frey (2011) adalah mengeluarkan kebijakan yaitu Global Strategy for a Balanced, Representative and Credible World Heritage List untuk lebih seimbang dan kredibel dalam memasukkan warisan budaya sebagai Warisan Budaya Dunia. Selain itu, dalam tulisan ini Steiner & Frey (2011) juga memaparkan UNESCO sebagai organisasi internasional yang terlibat dalam perlindungan warisan budaya yang secara langsung bekerjasama dengan negara. Hal ini memperlihatkan adanya peran UNESCO sebagai organisasi internasional yang membantu negara untuk mencapai tujuannya.

Tulisan Steiner & Frey (2011) menggunakan konsep peran UNESCO yaitu sebagai pembentuk kebijakan (policy maker) dan Warisan Budaya Dunia yang merupakan dua konsep yang penulis juga gunakan dalam penelitian. Akan tetapi penulis juga memaparkan konsep peran dari UNESCO. Tulisan Steiner & Frey (2011) dan penelitian penulis memiliki konteks yang sama yaitu peran dari UNESCO. Tetapi Steiner & Frey (2011) mengkhususkan pada peran UNESCO sebagai pengambil kebijakan sedangkan penulis mengambil peran sebagai identifikasi, rehabilitasi, dan konservasi. Tulisan Steiner & Frey (2011) memberikan kontribusi dalam penelitian ini dengan memaparkan pentingnya peranan UNESCO dalam pengelolaan Warisan Budaya Dunia.

(4)

II.2. Kerangka Konseptual

Konsep adalah suatu simbol atau obyek, sifat maupun suatu fenomena tertentu. Konsep dalam ilmu sosial menunjuk pada sifat dari obyek yang dipelajari oleh studi tertentu yang dapat berupa kelompok, negara dan organisasi internasional (Mas’oed, 1994). Melalui konsep, penulis dapat menentukan bagian mana dari suatu obyek tertentu yang menjadi hal penting dalam penelitian ini. Penulis menggunakan beberapa konsep yaitu peran organisasi internasional yaitu UNESCO dan Warisan Budaya Dunia.

II.2.1. Warisan Budaya Dunia

Warisan Budaya Dunia didefinisikan sebagai sebuah gabungan hasil kreasi dari alam dan manusia yang membentuk sebuah lingkungan tempat kita hidup dalam sebuah ruang dan waktu. Warisan Budaya Dunia adalah realitas yang dimiliki oleh suatu masyarakat yang mengandung nilai-nilai warisan yang kaya yang dapat disebarkan yang mengundang pengakuan dan partisipasi kita (Jokilehto, 2005). UNESCO (n.d) memberikan pemaparan Warisan Budaya Dunia sebagai sebutan untuk tempat di bumi yang memiliki nilai universal yang luar biasa untuk kemanusiaan dan dengan demikian, telah tertulis di Daftar Warisan Dunia untuk dilindungi, dihargai dan dinikmati oleh generasi mendatang .

Konsep Warisan Budaya Dunia digunakan untuk memperjelas bahasan dan status Angkor Wat yang menjadi sebuah situs warisan budaya. Angkor Wat termasuk dalam kategori sebagai Warisan Budaya monumen yang memiliki nilai-nilai sejarah dan estetika. Konsep ini membahas mengenai status dari Angkor

(5)

Wat sebagai Warisan Budaya Dunia yang memiliki nilai-nilai budaya yang harus dilindungi dan keterlibatan peran UNESCO dalam usaha-usaha perlindungan Angkor Wat sebagai situs Warisan Budaya Dunia.

Suatu Warisan Budaya Dunia harus memiliki nilai-nilai yang merepresentasikan Outstanding Universal Value (OUV). Pada tahun 1976, UNESCO Expert Meeting mendiskusikan definisi dari OUV. Definisi universal diinterpretasikan sebagai artian bahwa properti yang diajukan untuk dimasukkan ke dalam World Heritage List harus melambangkan ide atau nilai-nilai yang diakui secara universal sebagai suatu hal penting atau mempengaruhi evolusi manusia pada suatu waktu yang dikutip dari Jokilehto J (2008):

Meaning that a property submitted for inclusion in the WHL should represent or symbolise a set of ideas or values which are universally recognized as important, or as having influenced the evolution of mankind as a whole at one time or another

OUV dapat diukur melalui berbagai kriteria berdasarkan nilai-nilai yang dimiliki. Kriteria tersebut yaitu properti dengan pencapain artistik yang unik, mempengaruhi arsitektur dunia, mewakili intelektual tinggi dan prestasi sosial atau artistik, properti bersifat unik dan langka, bersifat kuno, properti terkait dengan peristiwa, agama atau filsafat, penjelasan ini sebagaimana dikutip dari (Jokilehto J. , 2008) :

1) Properties which represent a unique artistic achievement, including the masterpieces of internationally renowned architects and builders.

2) Properties of outstanding importance for the influence they have exercised over the development of world architecture or of human settlements (either over a period of time or within a geographical area).

3) Properties which are the best or most significant examples of important types or categories representing a high intellectual, social or artistic achievement.

(6)

4) Properties which are unique or extremely rare (including those characteristic of traditional styles of architecture, methods of construction or forms of human settlements which are threatened with abandonment or destruction as a result of irreversible socio-cultural or economic change). 5) Properties of great antiquity.

6) Properties associated with and essential to the understanding of globally s ignificant persons, events, religions or philosophies.

Poin-poin di atas dapat dijelaskan bahwa sebuah situs menjadi Warisan Budaya Dunia harus memiliki keunikan tersendiri yang menjadi ciri khas dan memiliki nilai-nilai budaya universal.

II.2.1. Peran UNESCO

Organisasi internasional harus terdiri dari setidaknya dua anggota yang memenuhi syarat dari sistem internasional dan memiliki atau telah dibentuk oleh kesepakatan formal antara pemerintah negara-negara nasional, di samping itu organisasi harus mengadakan sesi pleno yang teratur serta memiliki sekretariat permanen dengan markas permanen yang sedang melakukan tugas yang berlangsung (Michael Wallace dan David Singer, 1970 dikutip dalam J. Meierhenrich, 2012:9). Organisasi internasional memiliki peran yang disepakati oleh anggota-anggotanya yaitu (Mingst, 2003):

1. Berkontribusi untuk bekerjasama agar organisasi dan negeara terbiasa bekerja bersama.

2. Mengumpulkan informasi.

3. Memberikan bantuan dalam penyelesaian sengketa. 4. Melakukan kegiatan operasional.

(7)

6. Membentuk rezim internasional.

UNESCO merupakan organisasi internasional karena telah memenuhi syarat dari sistem internasional dan dibentuk dengan pemerintah negara-negara nasional. Selain itu, UNESCO dalam menjalankan perannya sebagai organisasi internasional dalam melindungi situs Warisan Budaya Dunia telah memenuhi salah satu dari peran organisasi internasional di atas yaitu melakuan kegiatan operasional. Kegiatan operasional tersebut dijalankan melalui peran yang disebutkan dalam pasal 23 UNESCO Convention Text 1972. UNESCO memiliki peran penting dalam perlindungan Warisan Budaya Dunia. Berdasarkan pada UNESCO Convention Text 1972, telah disebutkan beberapa peran dari UNESCO dalam menangani Warisan Budaya Dunia. Peran tersebut tertulis pada Pasal 23 yang berbunyi:

Article 23:

The World Heritage Committee may also provide international assistance to national or regional centres for the training of staff and specialists at all levels in the field of identification, protection, conservation, presentation and rehabilitation of the cultural and natural heritage.

Pasal tersebut menyebutkan bahwa peran penting yang harus dijalankan dalam melindungi Warisan Budaya Dunia adalah peran identifikasi, perlindungan, konservasi, dan rehabilitasi warisan budaya dan alam. Adapun peran-peran tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Peran identifikasi (identification) Warisan Budaya Dunia dengan menggambarkan elemen atau menggolongkan, untuk membedakan satu Warisan Budaya Dunia dengan lainnya. Pedoman Operasional, identifikasi properti sebagai sebuah langkah pertama dalam proses konservasi atau

(8)

pelestarian Warisan Budaya Dunia (UNESCO glossary, n.d). Peran identifikasi juga berguna untuk proses pengambilan tindakan yang diperlukan untuk mengetahui kebutuhan atau target yang ingin dicapai (UNESCO, 2008).

2. Peran perlindungan (protection) didefinisikan sebagai tindakan atau proses penerapan langkah-langkah yang dirancang untuk mempengaruhi kondisi fisik properti dengan mempertahankan atau menjaganya dari kerusakan, kehilangan atau serangan, atau untuk menutupi atau melindungi properti dari bahaya. Perlindungan berarti penerapan tindakan yang bertujuan pelestarian, menjaga dan peningkatan keanekaragaman ekspresi budaya (ICOMOS, 2011). Perlindungan Warisan Budaya Dunia dikeluarkan UNESCO pada tahun 1972 memberikan bantuan internasional untuk pusat-pusat nasional atau regional untuk pelatihan staf dan spesialis di semua tingkatan di bidang identifikasi, perlindungan, pelestarian, presentasi dan rehabilitasi warisan budaya dan alam. Penulis dalam penelitian ini memfokuskan pada peran perlindungan. Perlindungan Warisan Budaya atau World Heritage Protection memiliki duabentuk pengertian yang mendasar yaitu, perlindungan dalam bentuk tradisional dan kontemporer (Centre for Preventive Archeology, n.d). Perlindungan tradisional terutama didasarkan pada keyakinan bahwa tujuannya adalah perlindungan fisik monumen budaya individu dari serangan perubahan yang ditimbulkan oleh waktu dan cara hidup modern, dan

(9)

presentasi dari nilai-nilai yang telah mendorong untuk melindungi monumen sebagai benda warisan budaya.

3. Peran konservasi (conservation) merupakan semua tindakan yang ditujukan untuk pengamanan kekayaan budaya untuk masa depan. Tujuan dari konservasi adalah untuk mempelajari, mempertahankan dan mengembalikan kualitas budaya yang signifikan dari properti budaya (ICOMOS, 2011). Konservasi menyiratkan menjaga keselamatan atau melestarikan sumber daya warisan dari kehancuran atau perubahan, yaitu, tindakan yang diambil untuk mencegah kerusakan dan memperpanjang hidup (Feilden, 1982: 3 dalam ICOMOS, 2011). Terdapat peran lain dari UNESCO seperti dikutip dari Monaghan (2014) yaitu konservator. Sebagai konservator UNESCO memberikan perlindungan terhadap Warisan Budaya (protection of Heritage) dalam bentuk konservasi dan manajemen terhadap situs yang terancam. Unsur-unsur yang harus dipenuhi sebagai konservator dalam konservasi adalah sustainable development (pengembangan berkelanjutan), climate science, monitoring (memonitor perkembangan), sebagai wadah untuk bertukar informasi dan pengetahuan UNESCO (2001). Pengertian lain dari konservator adalah seorang ahli yang pekerjaan utamanya adalah praktek konservasi dan yang melalui pendidikan khusus, pengetahuan, pelatihan, dan pengalaman, merumuskan dan melaksanakan semua kegiatan konservasi sesuai dengan pedoman praktek dan konservator merupakan orang yang bertanggung jawab untuk pengobatan, perawatan pencegahan, dan penelitian diarahkan

(10)

menuju pengamanan jangka panjang warisan budaya dan alam (ICOMOS,2011).

4. Peran rehabilitasi (rehabilitation) biasanya dilakukan untuk memperpanjang hidup bangunan dan atau kelayakannya. Hal ini mungkin melibatkan lebih dari adaptasi konservasi, tapi masih akan mempertahankan sebagian besar fitur asli bangunan. Peran ini melibatkan beberapa modifikasi, renovasi, pembangunan kembali atau penyesuaian, dan beberapa perbaikan. Rehabilitasi dapat dilakukan untuk eksterior serta interior bangunan. Hal ini dapat mencakup sebagian besar atau kecil proyek. Menurut penggunaan kata selama beberapa tahun terakhir, proyek rehabilitasi cenderung lebih pendek dari proyek renovasi di tingkat dan / atau biaya pekerjaan (National Research Council of Canada, 1982 dalam ICOMOS, 2011).

5 Peran presentasi (presentation) disebutkan dalam artikel lima UNESCO Convention text 1972 sebagai sebuah tindakan efektif dan aktif dalam memastikan sebuah identifikasi, perlindungan, pelestarian, presentasi dan transmisi (UNESCO glossary, n.d).

Article 5 UNESCO Convention Text 1972

To ensure that effective and active measures are taken for the protection, conservation and presentation of the cultural and natural heritage situated on its territory, each State Party to this Convention shall endeavor, in so far as possible, and as appropriate for each country:

To adopt a general policy which aims to give the cultural and natural heritage a function in the life of the community and to integrate the protection of that heritage into comprehensive planning programmes.

(11)

Artikel 5 menyebutkan bahwa untuk memastikan langkah-langkah yang efektif dan aktif diambil untuk perlindungan, pelestarian, dan penyajian warisan budaya dan alam yang terletak di wilayahnya, setiap negara anggota dalam konvensi ini harus berusaha sejauh mungkin dan sesuai dengan masing-masing negara untuk mengadopsi kebijakan umum, yang bertujuan untuk memberikan warisan budaya dan alam fungsi dalam kehidupan masyarakat dan untuk mengintegrasikan perlindungan warisan dalam program perencanaan yang komprehensif.

Artikel 5 ini memberikan acuan kepada pemerintah Kamboja untuk menjalankan perlindungan Angkor Wat mulai dari konservasi hingga mengikuti kebijakan umum untuk pelestarian dan pengembangan yang lebih lanjut dari situs Angkor Wat. Penelitian ini menggunakan UNESCO sebagai organisasi internasional yang ikut berperan dalam perlindungan Warisan Budaya Dunia.

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian pupuk anorganik dengan persentase 100% dan 75% menunjukkan hasil rata indeks luas daun yang tidak berbeda nyata demikian pula dengan pemberian kompos

Voltmeter untuk mengukur tegangan antara dua titik, dalam hal ini adalah tegangan pada lampu 3, voltmeter harus dipasang secara paralel dengan beban yang hendak diukur, posisi

Ketiga , sebagai akibat hukum yang timbul dari pandangan intelektual NU dan Muhammadiyah Jawa Timur atas “fatwa- fatwa” mereka, setidaknya telah memberikan

Hal ini disebabkan karena banyak fakta-fakta di lapangan yang memunculkan berbagai macam bentuk mainan(toys) dan permainan(game) yang berasal dari luar negeri yang

Namun demikian ada parameter mutu yang tidak dapat dirubah, antara lain jenis tembakau, daerah penanaman, pembagian berdasarkan posisi daun pada batang, teknik budidaya yang

Penulis dapat membuat situs web SMA PERINTIS Depok dengan mudah dan cepat, mulai dari perancangan tampilan (design), pengelolaan isi (content) maupun pembuatan basis data

Departemen Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP Haji Adam Malik Medan di saat penulis melakukan penelitian

Kelly et al, juga melakukan studi pada 106 pasien karsinoma payudara duktal invasif tipe tidak spesifik, dan didapatkan hubungan statistik yang tidak bermakna antara