• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dalam kehidupan manusia, komunikasi tidak bisa dilepaskan dari bidang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dalam kehidupan manusia, komunikasi tidak bisa dilepaskan dari bidang"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1. Latar Belakang Penelitian

Dalam kehidupan manusia, komunikasi tidak bisa dilepaskan dari bidang atau sektor apa pun. Demikian juga peran komunikasi dunia industri dan pemasaran. Komunikasi selalu menjadi salah satu aktivitas yang signifikan bagi keberhasilan sebuah perusahanan ataupun organisasi, terutama saat melakukan komunikasi dengan konsumen. Upaya untuk melakukan komunikasi dengan konsumen adalah cara strategis untuk mendapatkan keunggulan dalam melakukan penetrasi di pasar yang sama. Dalam proses komunikasi ini, organisasi berinteraksi dengan pelanggannya. Sementara itu, kegiatan pemasaran juga merupakan satu keharusan bagi perusahaan ataupun organisasi untuk menghadapi persaingan yang makin ketat. Demikian juga pemasaran yang dilakukan lembaga pendidikan pada era modern sekarang ini.

Pendidikan sebagai komoditas ekonomi merupakan salah satu produk jasa yang bisa dipasarkan dengan komunikasi pemasaran yang baik. Sekolah salah satunya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Untuk menarik perhatian masyarakat dibutuhkan suatu hal yang bisa menarik perhatian seserorang maupun orang tua untuk menyekolahkan anaknya di suatu sekolah. Bisa saja karena sekolah itu memiliki pencitraan yang baik, sekolah itu dekat dengan rumah, atau alasan lainnya. Pendidikan menjadi bagian penting bagi setiap orang demi masa depannya maupun demi menjaga kelangsungan hidupnya. Masih banyak yang

(2)

percaya bahwa dengan semakin baik tingkat pendidikan seseorang, maka masa depan seseorang akan lebih terjamin. Pendidikan secara formal maupun informal sudah menjadi bagian dari kebutuhan hidup tiap individu di dunia ini.

Menurut Wijaya (2008:42) Pemasaran untuk lembaga pendidikan (terutama sekolah) mutlak diperlukan. Pertama, sebagai lembaga nonprofit yang bergerak dalam bidang jasa pendidikan, untuk level apa saja, perlu meyakinkan masyarakat “pelanggan” (peserta didik, orang tua, serta pihak-pihak terkait lainnya) bahwa lembaga pendidikan masih tetap eksis. Kedua, perlu meyakinkan masyarakat dan “pelanggan” bahwa layanan jasa pendidikan sungguh relevan dengan kebutuhan masyarakat. Ketiga, perlu melakukan kegiatan pemasaran agar jenis dan macam pendidikan dapat dikenal dan dimengerti secara luas oleh masyarakat. Keempat, agar eksistensi lembaga pendidikan tidak ditinggalkan oleh masyarakat luas serta “pelanggan potensial”.Kegiatan pemasaran bukan sekedar kegiatan bisnis agar lembaga-lembaga pendidikan mendapat peserta didik, melainkan juga merupakan bentuk tanggung jawab kepada masyarakat luas.

Sedangkan Menurut Alma. (2003:43) Sekolah termasuk dalam kategori lembaga non profit penyelenggara jasa pendidikan. Namun bagi sebagian orang awam yang belum banyak mengetahui tentang marketing, merasa kaget dengan istilah marketing pendidikan. Mereka mengira bahwa lembaga pendidikan itu akan dikomersialkan. Persepsi ini mungkin bisa benar atau salah, pada dasarnya istilah marketing bisa saja digunakan untuk lembaga-lembaga non profit, karena saat ini pendidikan juga menjadi komoditi yang diperdagangkan.

(3)

Persaingan industri jasa pendidikan pada tingkat sekolah menengah kejuruan (SMK) sekarang ini semakin ketat. Hal ini menjadi sinyal positif dalam hal peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan di setiap sekolah. Berbagai upaya kreatif dan inovatif para pengelola sekolah untuk terus menggali ”keunikan dan keunggulan” agar semakin diminati oleh masyarakat pemakai jasa pendidikan, semakin gencar dilakukan. Beragam program baru dan excellence di beberapa sekolah menengah kejuruan seperti: SMK excellent, SMK International Class, SMK National Class, SMK Islam dan lain-lain menjadi bukti nyata “perang” kompetisi jasa pendidikan di level tersebut sebenarnya sudah di depan mata.

Fenomena di atas mengakibatkan eksistensi sekolah-sekolah menengah kejuruan, kini telah mengubah mindset-nya dengan mulai merevisi dan me-reborn beberapa program terbaiknya terkhusus dalam hal strategi komunikasi pemasaran sekolah. Konsep input, proses, dan output menjadi objek kajian yang telah dimantapkan dan ditegaskan kembali secara lebih konkrit. Tidak mengherankan jika inovasi-inovasi tersebut, kini menjadi sebuah kajian dan telaah marketing school yang menarik.

Dunia pendidikan, akhirnya telah memasuki era baru yang disebut era kompetisi. Kegiatan marketing school atau pemasaran sekolah yang dulu dipandang ”tabu” karena berbau bisnis oriented, sekarang sudah dilaksanakan dengan terbuka dan terang-terangan. Konsep marketing school ternyata bukan hanya lagi monopoli perusahaan-perusahaan manufaktur yang profit oriented, tetapi trennya telah diadopsi pula oleh institusi-institusi pendidikan terkhusus di jasa pendidikan sekolah-sekolah swasta. Upaya-upaya menggaet input yang lebih capable dan

(4)

matang untuk calon siswa baru yang potensial telah menjadi tuntutan wajib yang harus dipenuhi oleh setiap sekolah dalam rangka mendukung proses pembelajaran di ajang kompetisi antar sekolah. Dengan input yang qualified tersebut, diharapkan setiap sekolah nantinya akan lebih mampu untuk melakukan akselerasi dalam proses belajar mengajar.

Dengan komunikasi pemasaran yang baik, sebuah sekolah dapat dipasarkan kepada masyarakat untuk menarik perhatian mereka, mendapatkan siswa, dan mendapatkan keuntungan tertentu. Apa lagi jika sekolah tersebut dikelola oleh pihak swasta. Di dalam dunia bisnis jasa, peranan pemasaran sangat disadari oleh perusahaan-perusahan bahwa hal ini sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahan mereka, karena pemasaran pada dasarnya adalah membangun sebuah merek (brand) di benak konsumen.

Dalam tataran ini, konsep strategi komunikasi pemasaran pendidikan telah berevolusi menjadi sebuah kajian yang lebih signifikan dan ”serius.” Kondisi ini bisa dipahami karena dunia marketing school selalu berubah secara dinamis sehingga pemasar perlu berada dalam jarak yang dekat dengan konsumen yang dilayaninya. Sebagai contoh, dalam masa-masa penerimaan siswa baru (PSB) di setiap sekolah, tim promosi PSB tidak hanya difungsikan sekadar mengurusi hal-hal administrasi dan seleksi semata. Namun, mereka lebih diefektifkan jauh-jauh hari sebelum tahun ajaran baru dimulai untuk mengedukasi dan melakukan bentuk-bentuk kampanye strategi komunikasi pemasaran sekolah terhadap calon siswa potensial secara lebih jitu.

(5)

Dalam hal ini biasanya mereka mengawalinya dengan melakukan riset terlebih dahulu. Pada tahap selanjutnya, mereka berinovasi untuk mengedukasi ”pasar” dan menghasilkan input yang sesuai standar target dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Tak heran jika pilihan berinovasi terkadang ditempuh dengan cara ”mencuri start” sebelum hari-H pelaksanaan penerimaan siswa baru. Di sisi yang berbeda, beberapa sekolah pun telah melakukan bentuk strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan dengan intens dan profesional dengan memasang artikel satu atau setengah halaman full colour di harian lokal yang menjadi target sasarannya. Tentu saja ini sebuah terobosan kreatif untuk mengedukasi calon konsumennya. Meski diakui strategi ini memerlukan budget yang tidak sedikit. Namun, untuk sebuah kemenangan kompetisi, akselerasi peningkatan kualitas, dan profesionalisme manajemen sekolah yang diperhitungkan oleh kompetitor lain, kegiatan ini akan menjadi sebuah bentuk kekuatan dan diferensiasi tersendiri.

Hal ini mengingat karena parameter kualitas jasa pendidikan saat ini masih mengacu pada faktor-faktor seperti: kredibilitas sekolah, layanan utama, fasilitas penunjang, dan proses layanan yang representatif. Pendeknya, perkembangan perubahan industri jasa pendidikan saat ini harus segera diantisipasi dengan ide dan kesiapan baru dalam menghadapi era perubahan strategi komunikasi pemasaran sekolah yang semakin ketat dan kompetitif.

Melihat fakta-fakta tersebut disadari atau tidak, akhirnya menjadi bukan perkara mudah bagi orangtua untuk menyekolahkan putra-putrinya selepas lulus dari sekolah menengah pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs). Orang

(6)

tua semakin sulit untuk menentukan pilihan lembaga pendidikan formal yang akan dipilih bagi masa depan anak-anaknya. Orangtua semakin memiliki banyak pilihan dan memiliki banyak akses ke berbagai jasa layanan pendidikan pada tingkat sekolah menengah atas. Orangtua juga dapat dengan leluasa memilih sekolah-sekolah baru yang menawarkan kelebihan atau nilai-nilai yag dianggap sesuai dengan keinginannya. Akhirnya, tuntutan orangtua terhadap jasa layanan pendidikan tersebut semakin kompleks sehingga jasa yang tidak sesuai dengan harapan akan ditinggalkannya.

Persaingan yang kiat ketat di bidang layanan jasa pendidikan ini seperti yang terdapat dalam paparan data dibawah ini :

jumlah lulusan tingkat SMP dari sekolah negeri dan swasta tahun ini ada sebanyak 24.716 murid. Namun, kuota bangku untuk SMA/SMK negeri sekitar 6.000 murid dari jumlah sekolah 15 SMA dan 9 SMK."Jumlah lulusanya memang tidak sebanding dengan jumlah sekolah negeri yang tersedia, sehingga siswa SMP yang melanjutkan ke SMA/SMK negeri harus bersaing agar bisa diterima," kata Sekretaris Dindik Kota Tangerang Masyati Yulia, Jumat (6/6).Meski daya tampung terbatas, namun para siswa bisa tetap melanjutkan sekolahnya ke SMA atau SMK swasta yang jumlahnya sangat banyak. Berdasarkan data, jumlah SMA 86 sekolah dan SMK 102 sekolah. (Tangerangnews.com, 6 juni 2014)

Bila dikaji lebih dalam jumlah SMA/SMK swasta yang ada, bisa diperkirakan jumlah rata-rata para lulusan SMP untuk masuk ke jenjang SMA/SMK sekitar 100-an siswa persekolah. Fenomena inilah yang menjadikan persaingan di tiap sekolah semakin ketat dan menimbulkan persaingan tajam dalam memperebutkan “ceruk” siswa yang jumlahnya makin terbatas. Persaingan yang kian menguat ini sebenarnya tidak akan menjadi masalah besar bagi sekolah-sekolah menengah kejuruan yang notabene milik pemerintah atau sekolah-sekolah negeri.

(7)

Sekolah-sekolah negeri tidak dipusingkan oleh kewajiban berpromosi untuk menjaring siswa. Siswa akan datang sendiri pada tanggal yang sudah ditentukan di setiap awal tahun ajaran. Panitia PSB di sekolah-sekolah negeri tidak perlu pusing mengenai berapa jumlah bangku yang kosong atau terisi karena pembiayaan sekolah-sekolah menengah kejuruan negeri berasal dari pemerintah, bukan dari berapa banyak siswa yang masuk mendaftar. Tanpa berusaha keras menjaring siswa pun, beberapa sekolah negeri terkadang bahkan sampai menolak siswa karena bangku sudah penuh terisi atau telah memenuhi kuota PSB yang telah ditentukan. Hal ini tentunya berbalikan dengan sekolah-sekolah menengah atas swasta. Sepanjang tahun, sekolah-sekolah menengah atas swasta berupaya keras untuk terus menjaring dan mempertahankan jumlah siswa.

Hal ini dikarenakan sumber pembiayaan sekolah-sekolah menengah kejuruan swasta berasal dari kantung sendiri alias tanpa subsidi dari pihak manapun. Banyak sedikitnya jumlah siswa di sekolah-sekolah menengah atas swasta tersebut akan sangat mempengaruhi kemampuan operasional keuangan sekolah. Keadaan ini masih diperparah lagi dengan kebijakan pemerintah yang menggratiskan biaya pendidikan, terkhusus bagi para siswa yang bersekolah di sekolah-sekolah negeri, misalnya Pemerintah Kota Tangerang dalam hal ini Dinas Pendidikan akan menggratiskan biaya Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) bagi siswa tingkat SMA dan SMK Negeri tahun ajaran baru 2013-2014.

“Masuk ajaran baru Juli mendatang, SPP bagi SMA dan SMK Negeri gratis. Semuanya akan ditanggung oleh pemerintah melalui APBD," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang Tabrani kepada wartawan, di Tangerang. (Sindonews.com, 1 januari 2013)

(8)

Fakta di atas semakin menegaskan bahwa kebijakan ini merupakan pil pahit yang harus ditelan untuk keberlangsungan eksistensi di sekolah-sekolah menengah kejuruan swasta. Pembedaan kebijakan antara sekolah-sekolah menengah atas negeri dan sekolah-sekolah menengah atas swasta tersebut sangat memberatkan dan bisa jadi lambat laun akan berdampak “mematikan” daur hidup sekolah-sekolah menegah kejuruan swasta yang notabene mitra pemerintah dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa secara bersama-sama.

Sementara, fenomena tren pendidikan akhir-akhir ini ternyata juga semakin menguatkan bahwa telah terjadi pergeseran orientasi untuk para lulusan sekolah menengah pertama (SMP). Para siswa lulusan SMP terdapat kecenderungan untuk lebih memilih sekolah menengah kejuruan (SMK).

“Faktor yang melatarbelakangi perubahan orientasi lulusan SMP memilih SMK karena daya tarik ”siap kerja” dari para lulusan SMK. Pembelajaran di SMK dipersepsi mampu meluluskan siswanya untuk siap pakai sesuai dengan kebutuhan di bidang infrastruktur pembangunan, baik sebagai pekerja industri maupun sebagai pekerja administrator di lingkungan pemerintah.” (Jawa Pos, 27 Juli 2010).

Hal tersebut tertuang dalam tujuan pendidikan SMK menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006, ”Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya.”. Adanya peraturan dan kebijakan pemerintah yang menguatkan lewat surat edaran Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Direktorat Pendidikan SMK yang menetapkan arah dan kebijakan (blue print) dalam rangka peningkatan jumlah

(9)

siswa SMK. Direktorat Pendidikan SMK menargetkan bahwa perbandingan jumlah siswa SMA dengan siswa SMK adalah 60:40. Fakta ini menjadi “primadona” baru bagi para siswa lulusan SMP.

Bila di kaji lebih lanjut dalam sistem pendidikan UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 bahwa pemerintah memberikan kesempatan belajar yang seluas-luasnya kepada setiap warga negara tanpa memandang perbedaan jenis kelamin, suku, agama, ras, dan latar belakang sosial ekonomi. Salah satu lembaga pendidikan yang mengacu pada pengembangan kualitas profesional sumberdaya manusia adalah sekolah menengah kejuruan (SMK).

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah satuan lembaga pendidikan sekolah tingkat menengah yang memiliki fungsi menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) atau berwirausaha. Produk yang dihasilkan dari SMK adalah jasa pendidikan dan pelatihan atau diklat. Sebagian besar siswa-siswa SMK sebagai pemakai produk langsung SMK berharap memperoleh diklat yang bermutu sebagai bekal dalam bersaing di DUDI atau berwirausaha setelah lulus, demikian juga harapan orang tua siswa DUDI sebagai pemakai Lulusan SMK berharap semua Lulusan memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan pekerjaan atau standar kompetensi kerja.

Iklan-iklan SMK yang ditayangkan di televisi – televisi cukup membuka pikiran masyarakat terutama para orang tua untuk menyekolahkan anaknya di SMK. Untuk itu maka SMK menjadi pilihan utama para orang tua untuk melanjutkan pendidikan anaknya di jenjang SLTA. Orang tua hanya perlu

(10)

mengarahkan minat dan bakat siswa dalam pemilihan jurusan di SMK. Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan persaingan SMK semakin ketat. Masing-masing sekolah menunjukkan keunggulannya Masing-masing-Masing-masing agar mendapatkan siswa yang berkualitas. Untuk itulah maka kualitas dan kuantitas promosi sekolah harus terus ditingkatkan. Dengan promosi yang kuat maka diharapkan pencapaian perolehan siswa bisa lebih maksimal sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh sekolah yang bersangkutan.

Sekolah menengah kejuruan (SMK) Manba’ul Ulum Tangerang sebagai salah satu sekolah menengah kejuruan swasta yang tidak terlepas dari pengaruh persaingan ketat, ini baik dari aspek lembaga maupun sumber daya manusia (guru dan staff). Hal ini dikarenakan SMK Manba’ul Ulum merupakan sebuah lembaga jasa layanan pendidikan formal yang berbasis Pondok Pesantren atau boarding school. Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang membuka Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) Manba’ul Ulum yang mempunyai tiga jurusan, yaitu : Otomotif, Akuntansi dan Multimedia.

Dari peserta didik kelas 1 sampai dengan kelas 3 SMK diwajibkan untuk tinggal di asrama/pesantren. Dengan diibaratkan “mondok dengan sekolah bukan sekolah dengan mondok”. Hal itu dimaksudkan agar peserta didik bisa mendapatkan pelajaran agama seperti yang diajarkan di pesatren juga pengetahuan modern seperti keterampilan IT (Information Technology). Meski masih tergolong baru dan belum lama berjalan, namun sudah terlihat perubahan yang lebih baik tiap tahunnya. Demikian juga kendala yang dihadapi juga bermacam-macam.

(11)

Hal tersebut adalah sesuatu yang baru dan unik yang terjadi di Pesantren, Yang mana kebanyakan para orang tua berpendapat memasukkan anak-anak nya ke pondok pesantren dengan tujuan memperdalam agama saja. Dalam kemajuan zaman modern yang penuh dengan persaingan dunia usaha, industri dan kemajuan-kemajuan lainnya, maka SMK Manba’ul Ulum di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang dapat menjawab dengan tantangan itu. Diharapkan Kelulusan dari SMK ini mempunyai kemampuan yang professional di bidangnya sekaligus menjadi kuat benteng keimannanya.

Penerimaan siswa baru (PSB) di SMK Manba’ul Ulum setiap tahunnya selalu mengalami proses fluktuatif (naik dan turun) secara signifikan dan bahkan dapat dikatakan cenderung mengalami penurunan dalam mendapatkan siswa baru setiap tahunnya. Kecenderungan mengalami penurunan dalam mendapatkan siswa baru ini terlihat saat calon siswa baru yang tidak diterima saat tes awal masuk karena nilainya tidak mencukupi dari standar yang telah ditentukan, akhirnya oleh panitia PSB diberi kesempatan kembali untuk menjalani tes ulang hingga anak tersebut dapat diterima menjadi siswa baru SMK Manba’ul Ulum. Kebijakan ini dijalankan oleh Panitia Penerimaan Santri Baru (PSB) dan Civitas Akedemika Pondok Pesantren Asshiddiqiyah karena untuk mendapatkan calon siswa baru saat ini persaingannya semakin kian ketat dan tidak mudah.

Berdasarkan paparan di atas, meskipun kualitas/mutu, pelayanan, fasilitas, dan prestasi pendidikan di SMK Manba’ul Ulum Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang setiap tahunnya selalu mengalami proses fluktuatif (naik dan turun) secara signifikan dan bahkan dapat dikatakan cenderung mengalami penurunan

(12)

dalam mendapatkan siswa baru setiap tahunnya.

Pada Tabel 1.1 di bawah ini dapat ditunjukan data tren jumlah pendaftar di SMK Manba’ul Ulum Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang untuk tiga tahun terakhir periode tahun ajaran, yakni dimulai tahun ajaran 2012/2013.s.d 2014/2015. Berdasarkan Tabel 1.1 Di bawah ini menunjukan bahwa tren jumlah pendaftar selalu mengalami fluktuasi. Pada tahun ajaran 2012/2013 jumlah pendaftar 197 Pendaftar. Tahun ajaran 2012/2013 terjual 126 Pendaftar. tahun ajaran 2013/2014 terjual 101 Pendaftar.

Tabel 1.1

Sumber : PSB Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang 2014

Pada Tabel 1.2 di bawah ini dapat ditunjukkan data tren jumlah pendaftar ulang di SMK Manba’ul Ulum untuk tiga tahun terakhir periode tahun ajaran, yakni dimulai tahun ajaran 2012/2013. s.d 2014/2015. Berdasarkan Tabel 2. Di bawah ini menunjukan bahwa tren penjualan jumlah pendaftar ulang selalu mengalami fluktuasi. Pada tahun ajaran 2012/2013 jumlah pendaftar ulang 187 siswa. Tahun ajaran 2013/2014. jumlah pendaftar ulang 104 siswa. Tahun ajaran 2013/2014 jumlah pendaftar ulang 90 siswa.

Tren Jumlah Pendaftar SMK 250 200 150 100 50 o 2012/2013 2013/2014 2014/2015

(13)

Tabel 1.2

Sumber : PSB Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang, 2014

Jadi kesimpulan data tabel di atas menandakan adanya penurunan terhadap pendaftar SMK Manba’ul Ulum Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang. Berikut ini adalah Tabel yang menunjukan perbedaan pendaftar SMK Manba’ul Ulum Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang :

Tabel 1.3. Jumlah Siswa Baru SMK Tahun 2012 s/d 2014

Tahun Ajaran Pendaftar Pendaftar Ulang Jumlah Siswa Baru SMK

2012/2013 197 187 187

2013/2014 126 104 104

2014/2015 101 90 90

Sumber : PSB Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang, 2014

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui jumlah pendaftar ulang terbanyak berada pada tahun ajaran 2012/2013, jumlah pendaftar ulang menurun pada tahun 2013/2014, sementara jumlah pendaftar ulang yang paling rendah berada pada tahun ajaran 2014/2015. Jika penurunan ini dibiarkan, maka dikhawatirkan akan terjadi penurunan drastis yang terus menerus dan menghambat kinerja sekolah dalam pengelolaan peserta didik di tahun berikutnya. Hidup matinya suatu lembaga pendidikan (sekolah) bisa dilihat dari ada dan tidak nya siswa yang bersekolah.

Tren Jumlah Pendaftar Ulang 250 200 150 100 50 o 2012/2013 2013/2014 2014/2015

(14)

Dalam rangka meningkatkan jumlah peserta didik SMK Manba’ul Ulum, Yayasan Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang menyadari pentingnya kegiatan promosi yang merupakan bagian dari komunikasi pemasaran Namun dalam kenyataanya, sekolah masih banyak mengalami kendala dalam pelaksanaan komunikasi pemasaran Kegiatan promosi yang dilakukan saat ini belum mampu meningkatkan jumlah siswa baru yang ditargetkan. Mungkinkah kegiatan promosi ini memerlukan strategi komunikasi pemasaran yang terencana agar mampu menaikkan kuantitas siswa baru? Tentunya hal ini menjadi suatu permasalahan yang memerlukan penelitian.

Berdasarkan fenomena ini, penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai strategi komunikasi Pemasaran SMK Manba’ul Ulum yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang. Dalam upaya mengkaji permasalahan lebih mendalam penulis melakukan penelitian dan mengumpulkan data yang diperlukan melalui kajian perpustakaan dan riset lapangan. Berdasarkan realitas data tersebut di atas, kesadaran akan pentingnya school value proposition dalam strategi komunikasi pemasaran yang harus dijalankan oleh Panitia Penerimaan Santri Baru (PSB) Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang.

1.2.Fokus Penelitian

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang mempunyai empat sekolah yaitu SMP Manba’ul Ulum, MTS Manba’ul Ulum, SMA Manba’ul Ulum dan SMK Manba’ul Ulum. Berpijak pada latar belakang masalah yang diuraikan di atas, Penelitian ini di fokuskan kepada SMK Manba’ul ulum yang berlokasi di dalam

(15)

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah yang saat ini dihadapkan oleh persaingan Sekolah SMK yang berada di Kota Tangerang, maka diperlukan strategi komunikasi pemasaran. Maka, Penelitian ini adalah :

Bagaimana Strategi Komunikasi Pemasaran SMK Manba’ul Ulum yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang dalam Penerimaan Siswa Baru Tahun 2014?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Terkait dengan pemilihan judul penelitian dan paparan di atas, maka penelitian ini bermaksud untuk dapat mengetahui bagaimana strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang dan secara rinci tujuan penelitian adalah untuk :

1. Mengetahui tahapan strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang dalam penerimaan siswa baru SMK Manba’ul Ulum

2. Mengetahui implementasi strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang dalam penerimaan siswa baru SMK Manba’ul Ulum.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara konseptual teoritis maupun secara praktis dilapangan.

(16)

1.4.1. Manfaat Akedemis

1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan,

khususnya pengetahuan tentang strategi komunikasi pemasaran dalam penerimaan siswa baru SMK Manba’ul Ulum Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang

2. Memberikan informasi tentang strategi komunikasi pemasaran dalam penirimaan siswa baru.

3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya

1.4.2. Manfaat Praktis.

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para praktisi bidang komunikasi pemasaran sekolah, dan dapat di jadikan bahan masukan dan evaluasi bagi Pondok Pesantren Asshiddiqiyah mengenai Strategi Komunikasi Pemasaran Sekolah dalam penerimaan siswa baru.

Referensi

Dokumen terkait

tidak melakukan sesuatu). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dijelaskan kebijakan publik yang berkaitan dengan pemerintahan, apapun yang dilakukan atau tidak

Puji syukur yang setinggi-tingginya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kekuatan, pertolongan, berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis

MEMENUHI Auditee melakukan pembelian bahan baku dari pengepul berupak kayu rakyat dengan disertai Kwitansi pembelian bahan baku, dokumen angkutan hasil hutan yang

Laporan Tugas Akhir (TA) ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan jenjang Strata Satu (S-1) pada Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu

Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian, namun demikian analisis ini masih

Pengujian spot plasma sistem DUET pada kedua permukaan katoda untuk berbagai bahan katoda menggunakan 1 unit IDPS dengan 2 trafo flyback, dimana inti ferit

Information Strategy System bertujuan untuk mengkonstruksi arsitektur informasi dan strategi yang mendukung tujuan dan kebutuhan organisasi secara menyeluruh, menyangkut

To measure amount, types and composition of solid waste generated from the household of the Orang Asli in Kampung Kuala Pangsun, Hulu Langat, Selangor.. To