• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. GAMBARAN UMUM. PT. UNITEX adalah sebuah perusahaan patungan Indonesia-Jepang yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. GAMBARAN UMUM. PT. UNITEX adalah sebuah perusahaan patungan Indonesia-Jepang yang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

V. GAMBARAN UMUM

5.1 Gambaran Umum Perusahaan 5.1.1 Sejarah Singkat PT. UNITEX

PT. UNITEX adalah sebuah perusahaan patungan Indonesia-Jepang yang bergerak di bidang tekstil terpadu (Fully Integrated Textile Manufacture). PT. UNITEX merupakan perusahaan yang didirikan bekerja sama dengan Jepang pada tanggal 14 Mei 1971 berdasarkan akta notaris Eliza Pondaag, SH No. 25. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman dengan surat keputusan No. JA.5/128/4 tanggal 30 Juli 1971. PT. UNITEX mulai aktif berproduksi pada tanggal 22 September 1972 dengan kapasitas produksi mencapai 1,6 juta meter kain setiap bulan dan dapat meningkat mencapai dua juta meter per bulannya ketika hari-hari besar seperti Lebaran, Natal dan Tahun Baru. Lokasi PT. UNITEX terbagi menjadi dua bagian yaitu perusahaan berkedudukan di Jakarta sedangkan pabrik berlokasi di Jl. Raya Tajur No.1, Ciawi-Bogor dengan luas 150.700 m2.

5.1.2 Sarana Produksi dan Proses Produksi 5.1.2.1 Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan oleh PT. UNITEX dalam pembuatan kain yaitu kapas dan polyester. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi ini menghasilkan dua jenis kain yaitu cotton dan tetoron. Cotton merupakan kain yang 100 persen bahan bakunya berasal dari kapas sedangkan tetoron merupakan campuran 35 persen kapas dan 65 persen polyester.

(2)

5.1.2.2 Proses Produksi

Sebagai sebuah perusahaan tekstil terpadu, PT. UNITEX melakukan kegiatan mulai dari pemintalan (spinning), penenunan (weaving), pencelupan (dyeing). Pemintalan adalah bagian dari produksi yang melakukan proses pembuatan benang dari bahan baku kapas dan polyester. Penenunan adalah bagian produksi yang melakukan proses penenunan hingga benang menjadi kain mentah (grige cloth). Pencelupan adalah bagian akhir dari keseluruhan proses produksi tekstil yang memberikan warna melalui proses pencelupan terhadap kain yang sudah diproduksi di penenunan dan melakukan proses penyempurnaan dari kain mentah menjadi kain jadi (finish goods). Pencelupan benang adalah bagian yang melakukan proses pencelupan benang (putih) hingga menjadi benang warna.

Hasil produksi kain yang utama adalah yard dyed dan piece dyed. Tipe yard dyed merupakan kain yang ditenun dari benang yang sudah dicelup warna sehingga terdiri dari berbagai desain dan warna. Corak tekstil yang dihasilkan PT. UNITEX adalah garis-garis dan kotak-kotak. Tipe piece dyed berupa kain polos putih yaitu kain yang ditenun dalam keadaan yang tidak berwarna.

5.1.3 Pengolahan Air Limbah 5.1.3.1 Sumber Limbah Cair

Sumber limbah cair dihasilkan baik berasal dari limbah proses produksi maupun limbah domestik. Limbah yang berasal dari proses produksi merupakan limbah yang paling utama. Limbah cair proses produksi terutama berasal dari proses pencelupan. Hal ini dikarenakan pada proses pencelupan membutuhkan jumlah air yang sangat besar sehingga menghasilkan limbah cair dalam jumlah

(3)

yang besar pula. Selain itu bahan pencemar yang tercampur dengan air pencelupan mengandung senyawa kimia yang berbahaya karena memiliki kandungan BOD dan COD yang masih relatif tinggi yang dapat berdampak buruk bagi lingkungan.

5.1.3.2 Jenis dan Karakteristik Limbah Cair

Sumber limbah cair yang masuk ke IPAL PT. UNITEX terdiri dari dua jenis, yaitu limbah air warna dan limbah air umum. Secara umum limbah cair yang dihasilkan memiliki karakteristik yaitu warna pekat, pH tinggi, kandungan BOD, COD, dan TSS tinggi serta suhu tinggi.

1. Limbah Air Warna (Coloured Waste Water)

Limbah air warna bersumber dari proses pencelupan kain (dyeing). Air warna mengandung bahan pencemar cukup berbahaya bagi lingkungan karena limbah yang dihasilkan memiliki kadar BOD dan COD yang tinggi. Kadar BOD limbah cair industri tekstil yang tinggi berasal dari kandungan bahan organik seperti pewarna organik, kanji dan serat-serat alam yang merupakan bahan organik sedangkan tingginya kadar COD disebabkan oleh bahan pencemar seperti deterjen, pewarna sintetik yang mengandung logam, minyak dan lemak. Air limbah berwarna dapat dilihat pada Gambar 8.

2. Limbah Air Umum/Tidak Berwarna (Uncoloured Waste Water)

Limbah air umum bersumber dari hasil pembilasan bahan yang mengandung kanji dan sisa air hasil pencucian dari kantin. Limbah air umum juga dialirkan ke IPAL karena adanya kadar detergen atau sabun yang bisa memberi

(4)

dampak negatif terhadap lingkungan, sehingga perlu dilakukan proses pengolahan limbahnya.

Gambar 8. Air Limbah Berwarna 5.1.3.3 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT. UNITEX

PT. UNITEX dalam usaha mencapai produk tekstil yang berkualitas tidak melupakan tangggungjawabnya terhadap pelestarian lingkungan. Pada tahun 1989, PT. UNITEX membangun IPAL di atas tanah seluas 4.000 m2. Kapasitas maksimum IPAL PT. UNITEX mampu mengolah limbah cair sebesar 3.000 m3 per hari dan bekerja selama 24 jam namun sejak akhir tahun 1995, kapasitas maksimum IPAL meningkat menjadi 5.000 m3 per hari (Sitorus, 1993).

Proses pengolahan limbah di PT. UNITEX dilakukan dengan cara fisika, kimia, dan biologi. Secara fisik meliputi penyaringan, pendinginan, pengendapan (sedimentasi) dan pengadukan sedangkan secara kimia meliputi koagulasi-flokulasi, penghilangan warna dan pemberian anti busa (antifoam). Pengolahan yang paling besar memberikan kontribusinya dalam pengurangan bahan-bahan organik (polutan) adalah proses biologi yang menggunakan sistem lumpur aktif karena pada proses ini bahan-bahan organik (polutan) diuraikan. Air limbah yang masuk proses pengolahan rata-rata 1.500-1.600 m3/hari. Pengolahan air limbah ini

(5)

untuk mengurangi kandungan bahan pencemarnya sampai pada tingkat yang dapat dinetralkan oleh lingkungan.

Instalasi-instalasi pada pengolahan limbah PT. UNITEX sebagai berikut: 1. Kolam Air Limbah Warna/Bak Warna

Kolam air warna merupakan tempat penampungan air limbah yang berasal dari proses pencelupan kain. Karakteristik air yang terdapat pada kolam air limbah warna yaitu bersuhu tinggi, pH tinggi (alkalis), berwarna pekat, memiliki BOD, COD serta padatan yang tinggi. Kolam penampungan untuk limbah cair berwarna dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Bak Penampungan Air Warna pada IPAL PT. UNITEX 2.Saringan

Saringan berfungsi untuk menyaring padatan-padatan yang terdapat pada air limbah. Ada dua macam saringan yang digunakan yaitu saringan kasar dan saringan halus (bar screen). Saringan halus ini dapat dilihat pada Gambar 10. Saringan kasar dipasang pada aliran air limbah sebelum masuk ke kolam air limbah dan berfungsi mencegah sisa benang dan kain yang ikut terbawa dalam air limbah yang dikhawatirkan dapat menyumbat pipa-pipa dalam IPAL dan saringan halus dipasang dari kolam air limbah ke cooling tower yang berfungsi memisahkan sisa-sisa benang/serat yang masih terbawa oleh air limbah.

(6)

Gambar 10. Saringan Halus (Bar Screen) pada IPAL PT. UNITEX 3. Menara Pendingin (Cooling Tower)

Cooling tower berfungsi untuk menurunkan suhu air limbah. Air limbah yang masuk pada kolam air limbah bersuhu tinggi sekitar 35-500C, sehingga harus diturunkan menjadi 29-300C agar kerja bakteri lebih optimal. Cooling tower dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Cooling Tower pada IPAL PT. UNITEX

4. Tangki Koagulasi atau Flokulasi

Tangki ini menampung air limbah untuk dikoagulasikan dengan alum dan polimer. Proses Koagulasi/flokulasi disebut proses penjernihan air dengan menambahkan koagulan-koagulan seperti polimer, antibusa, dan lain-lain. Tangki koagulasi dan flokulasi dapat dilihat pada Gambar 12.

(7)

Gambar 12. Tangki Koagulasi dan Flokulasi pada IPAL PT. UNITEX 5. Tangki Sedimentasi

Tangki sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan padatan-padatan terlarut berupa lumpur hasil proses koagulasi sehingga menghasilkan air jernih. PT. UNITEX memiliki tiga tangki sedimentasi. Tangki sedimentasi I dan II PT. UNITEX dapat dilihat pada Gambar 13 dan 14.

Gambar 13. Tangki Sedimentasi I pada IPAL PT. UNITEX

(8)

6. Bak Equalisasi/Bak Umum

Tangki ini berfungsi untuk menampung air limbah dari tiga aliran, yaitu air warna yang telah dijernihkan dari tangki sedimentasi I, air hasil pembilasan dari bagian dyeing dan air hasil pencucian mesin pengepres lumpur. Mesin pengepres lumpur (belt press) PT. UNITEX dapat dilihat pada Gambar 15. Bak penampungan air umum disebut juga kolam penampungan limbah cair tidak berwarna (kolam equalisasi) dapat dilihat pada Gambar 16 berikut ini.

Gambar 15. Mesin Pengepres Lumpur pada IPAL PT. UNITEX

Gambar 16. Bak Penampungan Air Umum 7. Kolam Aerasi

Kolam aerasi merupakan bak tempat berlangsungnya proses biologi dengan lumpur aktif yang akan mendegradasi senyawa organik dalam air dan mampu menurunkan BOD dan COD. Bak aerasi terlihat pada Gambar 17 dan 18 berikut ini. IPAL PT. UNITEX memiliki tiga buah kolam aerasi yaitu kolam

(9)

aerasi I yang berbentuk oval dan kolam aerasi II serta III yang berbentuk persegi panjang. Bak aerasi I berbentuk oval memiliki keunggulan yaitu

a) memiliki perputaran aliran air yang sempurna,

b) tidak memerlukan blower sehingga dapat menghemat listrik, c) waktu kontak bakteri dengan air limbah lebih merata, dan

d) tidak terjadi pengendapan seperti halnya pada bak persegi panjang.

Gambar 17. Bak Aerasi yang Berbetuk Oval

Gambar 18. Bak Aerasi II dan III yang Berbentuk Persegi Panjang 8. Kolam Ikan

Kolam ikan berfungsi sebagai kontrol biologis terhadap air hasil pengolahan limbah (outlet). Air yang dialirkan ke Sungai Cibudig terlebih dahulu harus melewati kolam ikan bertujuan sebagai kontrol biologis untuk mengetahui adanya pengaruh kandungan polutan air limbah terhadap kehidupan mahluk hidup di perairan. Kolam ikan dapat dilihat pada Gambar 19. Jenis ikan yang digunakan

(10)

adalah ikan mas karena termasuk jenis ikan yang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap perubahan kondisi lingkungan (tingkat pencemaran air). Setelah melewati kolam ikan, air siap dibuang ke badan air di sekitar pabrik yaitu Sungai Cibudig yang merupakan anak Sungai Ciliwung. Saluran pembuangan air limbah PT. UNITEX sebelum dibuang ke Sungai Cibudig dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 19. Kolam Ikan

Gambar 20. Saluran Pembuangan Air Limbah PT. UNITEX

5.2 Gambaran Umum Kelurahan Tajur 5.2.1 Keadaan Umum Kelurahan Tajur

Kelurahan Tajur merupakan salah satu dari enam kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Timur. Lima kelurahan lainnya yaitu Kelurahan Baranangsiang, Kelurahan Sukasari, Kelurahan Sindangsari, Kelurahan Katulampa, dan Kelurahan Sindangrasa. Luas wilayah Kelurahan Tajur adalah 44.918 Ha dan terbagi menjadi 6 RW dan 24 RT. Jarak Kelurahan Tajur sekitar 4

(11)

km dari Kecamatan Bogor Timur. Secara administrasi Kelurahan Tajur dibatasi sebelah utara oleh Kelurahan Katulampa, sebelah selatan dengan Kelurahan Pakuan, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Sukasari dan Kelurahan Sindangrasa di sebelah timur .

Sarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan Tajur yaitu tiga bidan, dua apotek, dan satu balai pengobatan. Sarana pendidikan yang tersedia dua Taman Kanak-kanak dan tiga Sekolah Dasar. Sementara itu juga terdapat enam mesjid dan tujuh mushola. Untuk sarana olahraga terdapat satu lapangan volly, dua lapangan bulutangkis, dan dua sanggar senam. Di Kelurahan Tajur terdapat beberapa industri yang mampu menyerap tenaga kerja di wilayah tersebut yaitu terdapat satu industri besar dan kecil, tiga industri rumah tangga, dan 30 CV (Monografi Kelurahan Tajur, Juni 2008).

5.2.2 Kependudukan

Menurut data yang diperoleh dari Kelurahan Tajur (Juni 2008), jumlah penduduk yaitu 6.094 jiwa yang terdiri dari 1.471 kepala keluarga (KK). Jumlah penduduk laki-laki sebesar 3.037 jiwa sedangkan perempuan 3.057 jiwa, secara rinci dari setiap RW (Rukun Warga) dapat dilihat pada Tabel 5. Sementara itu, rekapitulasi jumlah penduduk menurut golongan umur di Kelurahan Tajur dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.

(12)

Tabel 5. Jumlah Penduduk Setiap RW di Kelurahan Tajur Tahun 2008

RW WNI Asli WNI Keturunan Jumlah WNI KK

L P L+P L P L+P L P L+P 1 374 373 747 36 31 67 410 404 814 232 2 513 483 996 3 - 3 516 483 999 211 3 479 505 984 27 24 51 506 529 1.035 255 4 552 548 1.100 27 13 40 579 561 1.140 256 5 385 415 800 82 104 186 467 519 986 259 6 537 540 1.077 22 21 43 559 561 1.120 256 Jumlah 2.840 2.864 5.704 197 193 390 3.037 3.057 6.094 1.471 Keterangan: L=Laki-laki, P=Perempuan, L+P=Jumlah laki-laki dan perempuan, KK=kepala keluarga

Sumber: Laporan Penduduk Kelurahan Tajur (Juni, 2008)

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur di Kelurahan Tajur Tahun 2008

Golongan Umur (tahun) Total (jiwa)

0-4 1.159 5-9 377 10-14 507 15-19 632 20-29 1.291 30-34 467 35-39 392 40-44 290 45-49 289 50-54 231 >60 459 Total (jiwa) 6.094

Sumber: Monografi Kelurahan Tajur (Juni 2008)

Menurut mata pencaharian, sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai Swasta/BUMN/BUMD yaitu sebanyak 2.333 orang (80,87 persen) Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 242 orang (8,39 persen), TNI sebanyak 11 orang (0,38 persen), Polri sebanyak 20 orang (0,69 persen), wiraswasta sebanyak 157 orang (5,44 persen), pertukangan sebanyak 41 orang (1,42 persen), dan pensiunan 81 orang (2,81 persen). Struktur mata pencaharian penduduk Kelurahan Tajur dapat dilihat pada Tabel 7.

(13)

Tabel 7. Struktur Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Tajur Tahun 2008

Struktur Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

Pegawai Negeri Sipil (PNS) 242 8,39

TNI 11 0,38 Polri 20 0,69 Swasta/BUMN/BUMD 2.333 80,87 Wiraswasta/pedagang 157 5,44 Pertukangan 41 1,42 Pensiunan 81 2,81 Jumlah 2.885 100,00

Sumber: Monografi Kelurahan Tajur (Juni 2008)

Pada Tabel 8 menunjukkan tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Tajur dapat digolongkan sebagai berikut:

Tabel 8. Lulusan Pendidikan Formal Penduduk Kelurahan Tajur Tahun 2008

Lulusan Pendidikan Umum Jumlah (orang) Persentase (%)

Taman Kanak-kanak (TK) 105 2,00 Sekolah Dasar (SD) 914 17,37 SMP/SLTP/MTS 1.523 28,94 SMA/SLTA/Aliyah 2.132 40,51 Akademi /D1-D3 63 1,20 Sarjana (S1-S3) 525 9,98 Jumlah 5.262 100,00

Sumber: Monografi Kelurahan Tajur (Juni 2008)

Berdasarkan Tabel 8, sebagian besar masyarakat lulusan SMA/sederajat, yaitu sebanyak 40,51 persen. Lulusan TK, SD, dan SMP/sederajat masing-masing sebesar 2 persen, 17,37 persen, dan 28,94 persen. Lulusan Akademi (D1-D3) dan sarjana (S1-S3) masing-masing hanya sebesar 1,20 persen dan 9,98 persen.

5.3 Karakteristik Responden

Karakteristik umum responden di Kelurahan Tajur RT 01 RW 06 diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 41 warga masyarakat. Karakteristik umum responden ini dinilai dari beberapa variabel meliputi: (1) jenis kelamin; (2) umur; (3) status pernikahan; (4) pendidikan; (5) lama tinggal;

(14)

(6) jarak rumah dengan sungai; (7) jumlah tanggungan; (8) pekerjaan; (9) pendapatan. Sebaran karakteristik individu tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Sebaran Karakteristik Responden

Sumber : Data Primer, Diolah (N=41) No. Karakteristik Responden Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Jenis Kelamin Laki-laki 16 39,0

Perempuan 25 61,0

2. Umur 25-40 tahun 12 29,3

41-56 tahun 19 46,3

57-72 tahun 6 14,6

73-83 tahun 4 9,8

3. Status Pernikahan Menikah 38 92,7

Belum Menikah 0 0,0

Janda 3 7,3

4. Pendidikan Tidak Tamat SD 6 14,6

Tamat SD/Sederajat 22 53,7

Tamat SMP/Sederajat 7 17,1

Tamat SMA/Sederajat 6 14,6

5. Lama Tinggal 10-31 tahun 15 36,6

32-53 tahun 21 51,2

54-78 tahun 5 12,2

6. Jarak 1-50 meter 25 61,0

51-100 meter 7 17,0

>101 meter 9 22,0

7. Jumlah Tanggungan Tidak Ada Tanggungan 2 4,9

1-2 orang 10 24,4 3-4 orang 24 58,5 >5 orang 5 12,2 8. Pekerjaan Buruh 2 4,9 Wiraswasta/Pedagang 8 19,5 Pegawai/Karyawan 4 9,8 Supir/Tukang Ojek 3 7,3

Ibu Rumah Tangga 21 51,2

Pensiunan 3 7,3

9. Pendapatan 200.000-750.000 12 29,3

750.001-1.300.000 21 51,2

(15)

Tabel 9 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden yang masuk dalam survei adalah perempuan, yaitu berjumlah 25 orang (61,0 persen), sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 16 orang (39,0 persen). Dominasi responden perempuan dikarenakan pada saat survei dilaksanakan, kepala keluarga yang seharusnya lebih diprioritaskan (karena dianggap lebih bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan) untuk diwawancara tetapi karena tidak ada di tempat atau sedang bekerja sehingga peneliti menganggap penduduk tersebut juga layak untuk dijadikan responden. Hal ini dikarenakan pertimbangan bahwa lebih banyak aktivitas rumah tangga dilakukan oleh perempuan dengan menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari seperti mencuci, mandi, menggunakan air untuk masak, membersihkan lantai, menyiram tanaman, dan sebagainya. Hal tersebut menunjukkan perempuan juga memiliki ketergantungan terhadap sungai sehingga layak dijadikan responden. Sementara itu, kepala keluarga yang berhasil ditemui umumnya tidak memiliki waktu tetap bekerja atau sedang tidak bekerja ketika wawancara dilakukan.

Masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki tingkat usia bervariasi. Jumlah responden tertinggi terdapat pada sebaran usia 41-56 tahun sebanyak 19 orang (46 persen). Masing-masing berada pada kisaran umur antara 25-40 tahun sebanyak 12 orang (29,3 persen), 57-72 tahun sebanyak 6 orang (14,6 persen), dan pada kisaran umur 73-83 tahun sebanyak 4 orang (9,8 persen).

Sebagian besar status pernikahan responden adalah menikah sebanyak 38 orang (92,7 persen), tidak ada responden dengan status belum menikah. Status menikah tetapi sudah menjadi janda ada sebanyak 3 orang (7,3 persen).

(16)

Pendidikan didefinisikan sebagai jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti oleh responden. Tingkat pendidikan responden bervariasi, mulai dari tidak tamat SD sampai tamat SMA. Sebagian besar responden (53,7 persen) sebanyak 22 orang hanya sampai tingkat pendidikan SD/sederajat. Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian diantaranya 6 orang (14,6 persen) tidak tamat SD dan 7 orang (17,1 persen) berpendidikan terakhir SMP/sederajat. Responden yang berpendidikan formal sampai tingkat SMU/sederajat berjumlah 6 orang (14,6 persen). Mayoritas responden hanya berpendidikan SD/sederajat karena ketika responden tersebut berada pada usia sekolah, kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan masih tergolong rendah sehingga anak-anak usia sekolah hanya disekolahkan sampai jenjang SD. Selain itu, kondisi perekonomian keluarga yang tidak mencukupi untuk melanjutkan sekolah.

Lama tinggal responden sebagian besar masyarakat (51,2 persen) yaitu sebanyak 21 orang telah tinggal di lingkungan sekitar Sungai Cibudig ini selama kisaran waktu 32-53 tahun. Responden yang telah tinggal antara 10-31 tahun sebanyak 15 orang (36,6 persen). Hanya sebanyak 5 orang (12,2 persen) yang telah tinggal 54-78 tahun di lingkungan sekitar Sungai Cibudig.

Jarak rumah responden dengan Sungai Cibudig sebagian besar (61 persen) adalah 1-50 meter sebanyak 25 orang. Sisanya 7 orang (17,1 persen) berjarak (51-100 meter) dan 9 orang (22 persen) berjarak (>101 meter). Sementara itu, jumlah tanggungan responden mayoritas berada pada selang 3-4 orang yaitu sebanyak 24 orang (58,5 persen). Sisanya sebanyak 2 orang (4,9 persen) yaitu tidak ada tanggungan karena responden termasuk status janda yang tidak memiliki suami dan sudah tidak memiliki tanggungan anak karena sudah menikah yang tidak

(17)

bertempat tinggal bersama dengan orang tua. Sebanyak 10 orang (24,4 persen) memiliki jumlah tanggungan 1-2 orang dan 5 orang (12,2 persen) memiliki tanggungan sebesar >5 orang.

Jenis pekerjaan responden yang dimaksud dalam penelitian ini (Tabel 9) adalah pekerjaan pokok/utama responden sehari-hari tetapi tidak termasuk pekerjaan sambilan dan pekerjaan lain (yang berasal dari istri atau suami yang juga memiliki pekerjaan). Jenis pekerjaan responden di Kelurahan Tajur bervariasi. Persentase terbesar (51,2 persen atau 21 orang) responden adalah ibu rumah tangga. Hal ini karena sebagian besar yang menjadi responden adalah perempuan sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan sebagai buruh sebanyak 2 orang (4,9 persen), 8 orang (19,5 persen) bekerja sebagai wiraswasta/pedagang, 4 orang (9,8 persen) bekerja sebagai pegawai/karyawan, 3 orang (7,3 persen) bekerja supir/tukang ojek, dan sebanyak 3 orang (7,3 persen) sebagai pensiunan.

Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian, pendapatan terendah responden dalam penelitian ini adalah sebesar Rp 200.000,00 sedangkan pendapatan tertinggi sebesar Rp 1.800.000,00. Sebagian besar responden (51,2 persen) berpendapatan Rp 750.001-1.300.000 adalah sebanyak 21 orang. Hal ini terkait dengan jenis pekerjaan mayoritas responden sebagai ibu rumah tangga tetapi memiliki pekerjaan sambilan ataupun pekerjaan lain (berasal dari pekerjaan suami bekerja) yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai/karyawan, wiraswasta/pedagang, supir/tukang ojek serta pendapatan yang berasal dari pensiunan. Responden yang memiliki pendapatan pada selang Rp 200.000-750.000 sebanyak 12 orang (29,3 persen) yang bekerja sebagai buruh, sedangkan responden yang berpendapatan Rp 1.300.000-1.800.000 yaitu sebanyak 8 orang

(18)

(19,5 persen) adalah responden yang bekerja sebagai wiraswasta/pedagang dengan omzet yang lebih besar.

5.4 Aktivitas Responden di Sungai

Ketergantungan responden terhadap sungai, dalam penelitian ini diketahui melalui aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan responden di sungai sebelum terjadinya pencemaran air. Aktivitas responden yang biasanya dilakukan di Sungai Cibudig sebelum terjadinya pencemaran dapat dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar aktivitas yang biasanya dilakukan responden di Sungai Cibudig sebelum terjadinya pencemaran air adalah mandi (85,4 persen), buang air besar (87,8 persen), mencuci (70,7 persen). Hal ini dapat dilihat dari tingkat persentase untuk aktivitas mandi, buang air besar dan mencuci, lebih dari 50 persen artinya tingkat ketergantungan responden terhadap sungai sebelum terjadinya pencemaran air sungai adalah tinggi.

Tabel 10. Aktivitas Responden yang Umumnya Dilakukan di Sungai Cibudig Sebelum Terjadinya Pencemaran Air

No. Aktivitas Persentase (%) Total (%) Ya Tidak 1 Mandi 85,4 14,6 100 2 Wudhu 48,8 51,2 100

3 Buang Air Besar 87,8 12,2 100

4 Mencuci 70,7 29,3 100

5 Memancing 34,1 65,9 100

Gambar

Gambar 8. Air Limbah Berwarna  5.1.3.3 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT. UNITEX
Gambar 9. Bak Penampungan Air Warna pada IPAL PT. UNITEX  2.Saringan
Gambar 10. Saringan Halus (Bar Screen) pada IPAL PT. UNITEX  3. Menara Pendingin (Cooling Tower)
Gambar 12. Tangki Koagulasi dan Flokulasi pada IPAL PT. UNITEX  5. Tangki Sedimentasi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam rangka untuk memperlancar proses produksi, tetapi tidak menjadi bagian dari produk akhir.. Pembuatan bata

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan berfungsi meningkatkan mutu produk serta merupakan bagian dari produk akhir.. Bahan tambahan yang

Order dari bagian Garment berupa kain warna polos maupun kain warna stripper untuk diproses lebih lanjut menjadi pakaian jadi pada bagian Garment.. Awalnya bagian Garment

Warna kain hasil pencelupan ekstrak warna biji alpukat memberikan perubahan warna pada kain yang cukup signifikan pada setiap menitnya, membuat hasil akhir kain menjadi gelap

Kain uragiri : kain ini memiliki bahan yang hampir sama dengan kain sanwosh tetapi ketebalan kain ini berbeda pada bagian-bagian tertentu yang disesuaikan dengan motif...

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan berfungsi meningkatkan mutu produk serta merupakan bagian dari produk akhir.. Bahan tambahan yang digunakan PT

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan berfungsi meningkatkan mutu produk serta merupakan bagian dari produk akhir.. Bahan tambahan yang

Sebelum dilakukan proses pencelupan warna, bagian pada kain yang dikehendaki tetap berwarna putih harus ditutup dengan malam.. Lapisan malam ini ibarat tembok yang menahan