• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KUALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SECARA BIJAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN KUALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SECARA BIJAK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KUALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN PENGGUNAAN

ANTIBIOTIK SECARA BIJAK

Penelitian di Instalasi Rawat Jalan Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP DR. Kariadi

THE DIFFERENCE IN THE QUALITY OF ANTIBIOTIC USE BEFORE AND AFTER TRAINING PRUDENT USE OF ANTIBIOTIC

Study in in the Pediatric Outpatient Installation of Dr. Kariadi Hospital

ARTIKEL ILMIAH

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

GARRY ADITYA PRANATA G2A010070

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014

(2)
(3)

3 PERBEDAAN KUALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SECARA

BIJAK

Penelitian di Instalasi Rawat Jalan Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi

Garry Aditya Pranata1, Bambang Isbandrio2, Rizke Ciptaningtyas3

ABSTRAK

Latar belakang: Penggunaan antibiotik dewasa ini terjadi secara berlebihan. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus mengingat risiko yang dapat ditimbulkan, yaitu masalah resistensi bakteri. Di RSUP Dr. Kariadi, khususnya di Bagian Ilmu Kesehatan Anak, masih terdapat penggunaan antibiotik yang tidak rasional. Untuk mencegah terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik, diperlukan upaya untuk meningkatkan rasionalitas penggunaan antibiotik, salah satunya dengan memberikan pelatihan kepada dokter. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pelatihan terhadap rasionalitas penggunaan antibiotik di Instalasi Rawat Jalan Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi

Metode: Penelitian ini merupakan studi quasy experimental pre and post test design. Subjek penelitian dianggap tidak berpasangan, yaitu pasien Instalasi Rawat Jalan Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi. Kualitas penggunaan antibiotik sebelum dan sesudah pelatihan dinilai oleh seorang reviewer pada 135 peresepan berdasarkan Kriteria Gyssens yang dimodifikasi. Perbedaan kualitas penggunaan antibiotik sebelum dan sesudah pelatihan diuji dengan menggunakan uji Chi Square.

Hasil: Terdapat penurunan tingkat rasionalitas penggunaan antibiotik sesudah pelatihan, yakni sebesar 3,8% bila dibandingkan dengan periode sebelum pelatihan. Didapatkan nilai p=0,653, yang artinya terdapat perbedaan yang tidak bermakna dari kualitas penggunaan antibiotik sebelum dan sesudah pelatihan. Simpulan: Penggunaan antibiotik sesudah pelatihan menurun dalam hal rasionalitas.

Kata kunci: rasionalitas penggunaan antibiotik, pelatihan 1

Mahasiswa program pendidikan S-1 Kedokteran Umum FK UNDIP 2

Staf pengajar Bagian Mikrobiologi Klinik FK UNDIP 3

(4)

4 THE DIFFERENCE IN THE QUALITY OF ANTIBIOTIC USE BEFORE

AND AFTER TRAINING PRUDENT USE OF ANTIBIOTIC Study in in the Pediatric Outpatient Installation of Dr. Kariadi Hospital

ABSTRACT

Background: The use of antibiotics nowadays happens excessively. This needs special attention remember that the risks could be occured, namely the problem of bacterial resistance. In Dr. Kariadi, particularly in the Pediatrics Department, there are irrational use of antibiotics. To prevent the occurrence of bacterial resistance to antibiotics, it is required effort to improve the rationality of antibiotic use, one of them is by giving training to doctors. This study is done to find out the effect of training on the rational use of antibiotics in the Pediatric Outpatient Installation of Dr. Kariadi Hospital.

Methods: This research used quasy experimental pre-test and post-test design. The subjects are not considered in pairs which are from the patients in Pediatric Outpatient Installation of Dr. Kariadi Hospital. The quality of antibiotic use before and after training are assessed by a reviewer on 140 prescriptions based on Gyssens Criteria. The difference in quality of antibiotic use before and after training are tested by Chi Square test.

Results: There is a 3,8% decrease in the rationality of antibiotic use after training when it is compared with the period before training. Results p=0,653 means there is non-significant difference from the quality of antibiotic use before and after training.

Conclusion: The rationality of antibiotic use is decreased after training.

(5)

5 PENDAHULUAN

Penggunaan antibiotik yang berlebihan banyak terjadi di dunia, baik dalam lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan rumah sakit. Penggunaan antibiotik yang berlebihan dan tidak sesuai dapat menyebabkan munculnya resistensi bakteri dan meningkatkan beban ekonomi masyarakat. Selain itu, terdapat pula efek samping obat yang dapat ditimbulkan dari penggunaan antibiotik.1,2

Beberapa strategi untuk mengendalikan penggunaan antibiotik telah diupayakan, seperti penggantian atau pembatasan resep antibiotik dan pelatihan tenaga kesehatan mengenai pemberian resep antibiotik. Berdasarkan kebijakan yang baru, pemberian antibiotik berspektrum luas secara parenteral telah dibatasi. Begitu juga dengan pemberian resep antibiotik yang mahal juga telah dibatasi.1

Dalam mengevaluasi penggunaan antibiotik secara kualitatif, dibutuhkan suatu metode khusus, yaitu metode Gyssens. Kualitas penggunaan antibiotik yang dinilai dari ketepatan indikasi, ketepatan pemilihan berdasarkan efektivitas, toksisitas, harga dan spektrum, lama pemberian, dosis, interval, rute dan waktu pemberian.3

Beberapa penelitian tentang antibiotik telah dilakukan di Indonesia, salah satunya di RSUP Dr. Kariadi, yang membahas tentang evaluasi penggunaan antibiotik, antara lain di bagian Ilmu Kesehatan Anak, bagian Ilmu Penyakit Dalam, bagian Ilmu Bedah, bagian Obstetri-Ginekologi dan bagian Intensive Care Unit. Hasil penelitian-penelitian tersebut menunjukkan masih adanya penggunaan antibiotik yang tidak rasional.4-9

Pada tahun 2011, pernah diadakan pelatihan mengenai penggunaan antibiotik di bagian Ilmu Kesehatan Anak. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah penggunaan antibiotik yang rasional setelah dilakukan pelatihan. Namun, tetap saja terdapat masalah penggunaan antibiotik yang tidak rasional baik sebelum pelatihan (34%) maupun sesudah pelatihan (25%), terutama penggunaan antibiotik tanpa indikasi (8% sebelum pelatihan dan 4% setelah pelatihan).5

Untuk mengetahui apakah pelatihan yang dilakukan benar-benar dapat mempengaruhi kualitas penggunaan antibiotik, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan kajian sampel yang lebih sempit, yakni pada pasien rawat jalan bagian di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP dr. Kariadi.

(6)

6 METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Jalan Bagian Ilmu Kesehatan Anak dan Instalasi Rekam Medik RSUP Dr. Kariadi Semarang pada Maret 2014-Juni 2014 dengan menggunakan desain quasy experimental pretest and posttest design. Variabel bebas pada penelitian ini berupa pelatihan dengan variasi nilai sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan (skala nominal), sedangkan variabel tergantung berupa kualitas penggunaan antibiotik yang dinilai rasional atau tidak rasional (skala nominal). Pelatihan diadakan pada tanggal 24 April 2014 dalam bentuk seminar dan studi kasus dari narasumber.

Penggolongan rasionalitas penggunaan antibiotik dilakukan berdasarkan hasil penilaian oleh seorang reviewer dari Sub-bagian Infeksi Ilmu Kesehatan Anak dengan menggunakan Kriteria Gyssens yang dimodifikasi. Penggunaan antibiotik yang rasional meliputi Golongan 0 (tepat dalam hal tidak menggunakan antibiotik) dan Golongan I (penggunaan antibiotik tepat); sementara penggunaan antibiotik yang tidak rasional mencakup Golongan IIA (dosis tidak tepat), IIB (interval tidak tepat), IIC (rute tidak tepat), IIIA (durasi terlalu lama), IIIB (durasi terlalu singkat), IVA (antibiotik kurang efektif), IVB (ada antibiotik lain yang kurang toksik), IVC (ada antibiotik lain yang lebih murah), IVD (ada antibiotik lain dengan spektrum lebih sempit), V (penggunaan antibiotik tanpa indikasi).

Populasi target pada penelitian ini adalah pasien Instalasi Rawat Jalan Anak dengan populasi terjangkau adalah Pasien Instalasi Rawat Jalan Anak RSUP Dr. Kariadi Sub-Bagian Infeksi bulan Desember 2013 – Juni 2014. Sampel pada penelitian ini adalah pasien Instalasi Rawat Jalan Anak RSUP Dr. Kariadi Sub-Bagian Infeksi bulan Desember 2013 – Juni 2014 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien dengan usia lebih dari satu bulan dan kurang dari 18 tahun dan pasien rawat jalan Anak sub-bagian Infeksi pada periode Desember 2013 – April 2014 untuk data sebelum pelatihan dan Mei 2014 – Juni 2014 untuk data sesudah pelatihan. Adapun kriteria eksklusi

(7)

7 dalam penelitian ini adalah pasien dengan HIV positif, pasien dengan neutropenia karena kemoterapi dan data catatan medik tidak lengkap.

Pengambilan sampel menggunakan metode consecutive sampling. Perhitungan besar sampel untuk variabel tergantung kualitas penggunaan antibiotik memakai rumus untuk dua proporsi dengan nilai P1=0,78, P2=0,58,11 Zα 1-arah=1,64, Zβ=0,84 dengan perbedaan proporsi 20%, dan didapatkan jumlah sampel minimal sebesar yang dibutuhkan sebesar 134 sampel (67 sampel tiap periode penelitian).

Alat yang digunakan berupa Case Record Form untuk mencatat data dari catatan medik dan form penilaian kualitas antibiotik untuk reviewer. Alur penelitian dimulai dari pengumpulan data catatan medik, penilaian rasionalitas antibiotik oleh reviewer, kemudian pengolahan dan analisis data oleh peneliti.

HASIL PENELITIAN

Selama penelitian yang dilakukan dari bulan Maret 2014 hingga Juni 2014 di Instalasi Rawat Jalan Bagian Ilmu Kesehatan Anak dan Instalasi Rekam Medik RSUP Dr. Kariadi, didapatkan 179 catatan medik, 87 catatan medik sebelum pelatihan dan 92 catatan medik setelah pelatihan. Dari 179 catatan medik didapatkan 134 sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi di mana terdapat 135 peresepan yang ditulis oleh dokter, 68 peresepan sebelum pelatihan dan 67 peresepan sesudah pelatihan. Pengambilan data dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr. Kariadi.

Hasil penilaian kualitas penggunaan antibiotik oleh seorang reviewer berdasarkan kriteria Gyssens yang dimodifikasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Penilaian Kualitas Antibiotik oleh Reviewer Berdasarkan Kriteria Gyssens yang Dimodifikasi

Golongan Sebelum

Pelatihan

Sesudah Pelatihan

(n) (%) (n) (%)

0 Tepat dalam tidak menggunakan antibiotik

27 39,7 223 34,3

I Penggunaan antibiotik tepat 3 4,4 4 6

II A Dosis tidak tepat 0 0 1 1,5

(8)

8 Dari 135 peresepan yang telah direview oleh seorang reviewer, didapatkan distribusi penggunaan antibiotik berdasarkan jenis terapi pada Tabel 2.

Tabel 2. Kualitas Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Jenis Terapi

Apabila data berdasarkan kriteria Gyssens yang dimodifikasi dikelompokkan menjadi rasional dan tidak rasional, maka didapatkan perbedaan rasionalitas penggunaan antibiotik sebelum dan sesudah pelatihan seperti tercantum pada Gambar 1.

Gambar 1. Perbandingan rasionalitas penggunaan antibiotik sebelum dan sesudah pelatihan

II C Rute tidak tepat 0 0 0 0

III A Durasi terlalu singkat 2 2,9 2 3,0

III B Durasi terlalu lama 0 0 0 0

IV A Kurang efektif 3 4,4 1 1,5

IV B Terlalu toksik 0 0 0 0

IV C Terlalu mahal 0 0 0 0

IV D Spektrum lebar 0 0 0 0

V Tidak ada indikasi 33 48,5 35 52,2

Jenis Terapi Sebelum

Pelatihan (%) Sesudah Pelatihan (%) p*

ADE (Antimicrobial Drug Empiric Therapy) 4,4 6 ADET (Antimicrobial Drug Extended Empiric

Therapy)

0 0

ADD (Antimicrobial Drug Documented Therapy) 0 0 0,776

ADP (Antimicrobial Drug Prophylaxis) 0 0

ADU (Antimicrobial Drug Unknown Therapy) 55,9 59,7

Tidak menggunakan antimikroba 39,7 34,3

44,1% 40,3%

(9)

9 PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian ini, didapatkan rasionalitas penggunaan antibiotik sesudah pelatihan 40,3%. Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan tingkat rasionalitas penggunaan antibiotik, yakni sebesar 3,8% bila dibandingkan dengan periode sebelum pelatihan (44,1%) sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian pelatihan tidak menghasilkan perbedaan yang bermakna terkait dengan rasionalitas penggunaan antibiotik.

Penelitian yang menggunakan metode pelatihan juga dilakukan Fenny Halim tahun 2011 di Instalasi Rawat Inap Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi dengan hasil tingkat rasionalitas penggunaan antibiotik mengalami peningkatan sebesar ± 8% sesudah diadakan pelatihan.5 Hasil tersebut berbeda dengan penelitian ini karena pada penelitian ini, rasionalitas penggunaan antibiotik justru menurun sesudah diberikan pelatihan.

Faktor pengawasan dokter menjadi penyebab hal tersebut. Seperti diketahui sebelumnya bahwa dokter di Instalasi Rawat Jalan Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi kurang mendapat pengawasan dari supervisor, berbeda dengan dokter di Instalasi Rawat Inap Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP yang mendapat pengawasan dari supervisor.

Kualitas penggunaan antibiotik dapat dibedakan menjadi beberapi jenis terapi. Pada penelitian ini, kualitas penggunaan antibiotik dibandingkan berdasarkan periode sebelum dan sesudah pelatihan. Hasilnya, didapatkan peningkatan persentase untuk jenis terapi ADU (Antimicrobial Drug Unknown Therapy) sesudah diberikan pelatihan, yakni sebesar 3,8%. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan dokter dalam mengenali indikasi penggunaan antibiotik masih rendah walaupun telah diberi pelatihan.

Keberhasilan pelatihan sendiri tidak hanya ditentukan oleh pemberi edukasi saja, akan tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya keputusan dokter itu sendiri dalam melakukan tatalaksana pengobatan. Menurut

(10)

10 AHRQ tahun 2006, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi keputusan seorang dokter dalam memberikan peresepan.10

Faktor pertama adalah faktor dokter atau tenaga medis. Tiap dokter memiliki pengetahuan, prinsip dan pemahaman yang berbeda-beda dalam menangani kasus penyakit. Pengetahuan dokter dapat bertambah dengan adanya pelatihan. Faktor yang kedua adalah faktor pasien. Ekspektasi kesembuhan, keluhan, pengalaman sakit dan keparahan kondisi dari pasien juga mempengaruhi keputusan seorang dokter dalam memberikan peresepan obat. Faktor yang ketiga adalah faktor sistem kesehatan setempat, meliputi regulasi pembatasan pemberian antibiotik dan kerja sama dengan perusahaan farmasi.10

Kualitas penggunaan antibiotik dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan dengan menggunakan metode Gyssens, yang terbagi dalam kategori 0-VI.11,12 Dari peresepan yang telah direview oleh seorang reviewer, terdapat permasalahan dokter dalam hal mengetahui ada atau tidaknya indikasi dalam menggunakan antibiotik. Pada penelitian ini, tercatat peningkatan proporsi penggunaan antibiotik yang tidak sesuai indikasi (kategori V) sesudah pelatihan, yakni sebesar 3,7 %.

Penelitian mengenai kualitas penggunaan antibiotik yang menggunakan pelatihan juga dilakukan oleh MM Hapsari dan Helmia Farida tahun 2006. Dari hasil penelitian, didapatkan penurunan penggunaan antibiotik yang tidak sesuai indikasi sebesar 26%, diikuti dengan peningkatan penggunaan antibiotik yang tepat indikasi juga sebesar 26 %. MM Hapsari dan Helmia Farida membagi penelitian mereka menjadi empat periode, yaitu periode awal, penyusunan pedoman, pelatihan, dan umpan balik sehingga evaluasi penggunaan antibiotik terstruktur secara bertahap dan menghasilkan perubahan yang signifikan, yaitu penurunan penggunaan antibiotik yang tidak sesuai indikasi.13

Keterbatasan dalam penelitian ini yakni pemberian pelatihan yang singkat, yaitu hanya dalam waktu sehari dengan durasi sekitar tiga jam. Kemudian, peserta pelatihan tidak semuanya merupakan residen yang bertugas di Instalasi Rawat

(11)

11 Jalan Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi sehingga pelatihan kurang memberi pengaruh pada penelitian ini. Penelitian ini juga memiliki keterbatasan dalam hal pencatatan data rekam medik. Hal ini dikarenakan beberapa rekam medik ditemukan tidak lengkap datanya, khususnya data peresepan.

Keterbatasan berikutnya yaitu mengenai kesesuaian antara residen yang mengikuti pelatihan dengan residen yang bertugas di Instalasi Rawat Jalan Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi. Pergantian stase menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian antara residen yang mengikuti pelatihan dengan residen yang bertugas di Instalasi Rawat Jalan Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa rasionalitas penggunaan antibiotik sesudah pelatihan menurun bila dibandingkan sebelum pelatihan di Instalasi Rawat Jalan Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi. Untuk meningkatkan rasionalitas penggunaan antibiotik,perlu dilakukan pelatihan yang intensif dan rutin. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dilakukan pemantauan oleh supervisor terhadap peresepan di Instalasi Rawat Jalan Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi dan dapat pula dilakukan analisis biaya penggunaan antibiotik di Instalasi Rawat Jalan Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi. Selain itu, dapat dilakukan kajian tentang strategi regulasi, finansial dan manajerial terkait upaya peningkatan rasionalitas penggunaan antibiotik yang ada di RSUP Dr. Kariadi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT, atas segala nikmat dan rahmatNya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Bambang Isbandrio, Sp.MK(K), dr. Rizke Ciptaningtyas, Sp.MK, dr. MM DEAH Hapsari, Sp.A(K), dr. Purnomo Hadi, M.Si, dr. Endang Sri Lestari atas bimbingan dan saran selama pembuatan karya tulis ini, juga kepada Staf Instalasi Rekam Medis, Instalasi

(12)

12 Rawat Jalan Bagian Ilmu Kesehatan Anak dan Diklit RSUP Dr. Kariadi yang membantu proses pengumpulan data, serta keluarga dan teman-teman yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tunger O, Karakaya Y, Cetin CB, et al. Rational Antibiotic Use. J Infect Developing Countries 2009;3(2)(88-93).

2. Desalegn AA. Assessment of drug use pattern using WHO prescribing indicators at Hawassa University teaching and referral hospital, south Ethiopia: a cross-sectional study. Desalegn BMC Health Services Research 2013;13:170.

3. Pulcini C, Gyssens IC. How to Educate Prescribers in Antimicrobial Stewardship Practices. Virulence 2013;4(2).

4. Dertarani V. Evaluasi Penggunaan Antibiotik Berdasar Kriteria Gyssens Pasien Rawat Inap Kelas III di Bagian Ilmu Bedah RSUP Dr. Kariadi. 2009.

5. Halim F. Perbedaan Penggunaan Antibiotik sebelum dan sesudah Pelatihan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi. 2011. 6. Laras NW. Kuantitas Penggunaan Antibiotik di Bangsal Bedah dan

Obstetri-Ginekologi RSUP Dr. Kariadi setelah Kampanye PP-PPRA. 2012.

7. Marityaningsih NJ. Kualitas Penggunaan Antibiotik di Bangsal Bedah dan Obstetri-Ginekologi setelah Kampanye Penggunaan Antibiotik secara Bijak. 2012.

8. Ningrum TIK. Evaluasi Penggunaan Antibiotik Berdasar Kriteria Gyssens Pasien Rawat Inap Kelas III di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Periode Agustus-Desember 2008. 2009.

9. Yuniftiadi F. Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik di Intensive Care Unit RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode Juli-Desember 2009. 2010. 10. Nalule Y. Is Physician Education Effective in Promoting Antibiotic

Stewardship? Center for Disease Dynamics, Economics & Policy 2011;11. 11. Meer Jvd, Gyssens I. Quality of Antimicrobial Drug Prescription in

Hospital. European Society of Clinical Micobiology and Infectious Diseases 2001;7(6):12-5.

12. Gyssens IC, Broek Pvd, Kullberg B-J, et al. Optimizing Antimicrobial Therapy: A Method for Antimicrobial Drug Use Evaluation. J Antimicrob Chemother 1992;30:724-7.

13. Farida H, Herawati, Hapsari M, et al. Penggunaan Antibiotik Secara Bijak Untuk Mengurangi Resistensi Antibiotik, Studi Intervensi di Bagian Kesehatan Anak RS Dr. Kariadi. Sari Pediatri 2008;10(1).

Gambar

Tabel  1.  Hasil  Penilaian  Kualitas  Antibiotik  oleh  Reviewer  Berdasarkan  Kriteria      Gyssens yang Dimodifikasi
Gambar 1.   Perbandingan rasionalitas penggunaan antibiotik sebelum dan sesudah  pelatihan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis antibiotik dan kuantitas penggunaan antibiotik pada pasien infeksi saluran kemih rawat inap di RSU Kartini Jepara tahun

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai kualitas pengobatan meliputi penatalaksanaan dalam menggunakan antibiotik dan banyaknya antibiotik yang digunakan dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien operasi apendiktomi dan mengetahui penggunan antibiotik profilaksis dalam menjaga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien operasi apendiktomi dan mengetahui penggunan antibiotik profilaksis dalam

Oleh karena itu, penelitian mengenai ketepatan penggunaan antibiotik profilaksis pada bedah caesar sangat diperlukan untuk mengetahui kesesuaian antibiotik profilaksis tersebut

Penelitian ini dilakukan untuk menilai pengetahuan pasien tentang antibiotik generik, faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotik generik dan pengaruh

Sebuah penelitian yang dilakukan di Kota Surabaya Barat melaporkan beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotik pada masyarakat yang membeli obat didua apotek

ABSTRAK : Telah dilakukan kajian observasional secara prospektif terhadap penggunaan antibiotik meliputi aspek farmakokinetika klinik dan kualitas antibiotik secara kualitatif pada