• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1. Pendahuluan. 1. Shokai atau acara perkenalan di tahun pertama yang dilakukan untuk memperkenalkan anggota baru kepada anggota lama.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1. Pendahuluan. 1. Shokai atau acara perkenalan di tahun pertama yang dilakukan untuk memperkenalkan anggota baru kepada anggota lama."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah mahluk sosial dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Adanya hubungan tersebut membentuk suatu kehidupan berkelompok. Sejak kecil manusia sudah membentuk suatu kelompok, seperti kelompok sepermainan dan kelompok belajar. Ketika beranjak dewasa juga mulai tergabung dalam suatu kelompok organisasi. Kelompok merupakan bagian dari organisasi yang terbentuk karena adanya suatu kesamaan dalam berbagai hal, baik karena kesamaan lingkungan tempat tinggal, kesukaan, pekerjaan dan seringnya itensitas pertemuan. Hal tersebut menimbulkan kedekatan yang satu dengan lainnya dan bergabung dalam kelompok organisasi. Orang-orang yang ada dalam suatu organisasi saling bekerjasama dalam mencapai tujuannya, memiliki struktur, identitas dan dapat dibedakan dengan kelompok organisasi lainnya (Thoha, 2011:79).

Saat ini di Jakarta terdapat kelompok Organisasi Teater Bahasa Jepang, bernama Teater Mahasiswa ENJUKU. Pada Teater Mahasiswa ENJUKU terdapat tiga bagian yang saling melengkapi satu sama lainnya, yaitu bagian pemain (engibu), bagian costum-makeup (isshobu) dan bagian tata panggung (butai bijutsubu). Teater Mahasiswa ENJUKU didirikan pada tanggal 21 Januari 2009 dan beranggotakan mahasiswa-mahasiswi yang berasal dari Universitas yang ada di Jakarta. Pada kegiatannya anggota dilatih oleh Sensei berkewarganegaraan Jepang dan memiliki unsur kebudayaan Jepang, diantaranya:

1. Shokai atau acara perkenalan di tahun pertama yang dilakukan untuk memperkenalkan anggota baru kepada anggota lama.

2. Gasshuku atau pelatihan di luar yang dilakukan selama tiga hari di daerah puncak.

3. Uchiage atau bisa disebut acara syukuran yang dilakukan setelah pementasan utama selesai.

(2)

Pada saat pementasan, Teater Mahasiswa ENJUKU juga membawakan cerita yang bertemakan legenda Jepang, sejarah Jepang, bahkan kehidupan masyarakat Jepang. Kegiatan-kegiatan tersebut membuat anggota Teater Mahasiswa ENJUKU jadi lebih mengetahui tentang kebudayaan Jepang. Jepang merupakan negara yang memiliki rasa berkelompok yang kuat pada masyarakatnya yang dikenal dengan istilah shuudan shugi.

Shuudan Shuugi merupakan konsep yang dianut dalam masyarakat Jepang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dengan mengutamakan kepentingan kelompok dibandingkan kepentingan individu. Konsep shuudan shugi juga memiliki hubungan dengan konsep 場 yang menunjukan keberadaan seseorang dalam suatu perusahaan, organisasi atau kelompoknya. Sehingga untuk menunjukan keberadaannya dalam kelompok, masyarakat Jepang lebih memprioritaskan kelompoknya dibandingkan dengan dirinya sendiri. Hal tersebut membentuk suatu rasa berkelompok (Nakane, 1991:1-2).

Mitsue (1991:41) menyatakan bahwa rasa berkelompok atau shuudan shugi pada masyarakat Jepang terbentuk dari kehidupan bertani. Sejak zaman dulu kehidupan masyarakat Jepang sebagian besar bekerja sebagai petani. Mereka membagi tugas menjadi beberapa kelompok dengan tujuan memperoleh hasil panen yang baik. Para Petani juga mengadakan matsuri atau perayaan setelah panen sebagai penyampaian rasa syukur pada dewa. Kegiatan-kegiatan tersebut menekankan adanya kehidupan kelompok pada para petani dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Karena itulah, para petani harus memprioritaskan kepentingan kelompok dibandingkan kepentingan pribadi agar kebutuhannya dapat terpenuhi.

Selain itu, adanya pola fikir yang menekankan keharmonisan pada masyarakat Jepang (Ikeno, 2002:195), kemudian karakteristik masyarakat Jepang yang homogen yang berdasarkan pada kesamaan ras, budaya dan latar belakang sejarah (Itoh, 1991:104), membuat rasa berkelompok pada kehidupan masyarakat Jepang menjadi lebih kuat dibandingkan dengan negara lain.

Apabila seseorang bergabung dalam suatu kelompok, maka kelompok akan memberikan bantuan. Namun sebagai gantinya mereka harus memberikan kesetiaan kepada kelompok mereka (Hoffstede, dalam Gudykunst, 1993: 29). Tidak akan ada

(3)

yang membantu orang yang berpisah dari kelompoknya, sehingga mereka harus mengerjakan tugasnya sendiri. Mereka yang keluar dari kelompoknya memiliki tingkat stress yang tinggi juga perasaan yang tidak nyaman (Yoshinori, 2009:17). Karena itulah masyarakat Jepang cenderung lebih nyaman jika berkelompok dan memiliki kesadaran yang tinggi kepada kelompoknya (Mitsue, 1991:41).

Dalam konsep shuudan shugi, terdapat shuudan ishiki, shuudan shikou, shuudan seikatsu dan ittaikan. Shuudan ishiki yaitu kesadaran berkelompok yang memprioritaskan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan pribadi (Ikeno, 2002:195). Shuudan shikou atau kerangka berfikir kelompok yang memprioritaskan kepentingan kelompok dan cenderung mengikuti kelompok dalam pengambilan keputusan (Iseda, 2007:36-37). Shuudan seikatsu atau kehidupan berkelompok yang pada anggotanya memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing, sehingga terjadi interaksi antar anggota dan membentuk kehidupan berkelompok (Madubrangti, 2004:51-52). Kemudian ittaikan atau rasa kebersatuan yang juga merupakan nilai dalam shuudan shugi yang menekankan kerjasama dan solidaritas dalam kelompok (Cahyani, 2011:17).

Berdasarkan uraian tersebut, penulis merasa tertarik untuk mencoba meneliti mengenai konsep shuudan shugi pada suatu kelompok organisasi Indonesia yaitu kelompok organisasi Teater Mahasiswa ENJUKU. Hal tersebut berdasarkan pada kegiatan Teater Mahasiswa ENJUKU yang memiliki kaitan dengan kebudayaan Jepang. Seberapa besar rasa berkelompok ini pada anggota Teater Mahasiswa ENJUKU yang mayoritas berkewarganegaraan Indonesia, berkarakteristik heterogen dan hubungan sosialnya cenderung memiliki perbedaan pada setiap etnisnya (Itoh, 1991:104).

Dari pemikiran ini, penulis memutuskan untuk mengambil tema penelitian dengan judul analisis konsep shuudan shugi pada anggota Teater Mahasisa ENJUKU.

1.2 Isu Masalah

Permasalahan pokok yang akan penulis teliti adalah mengenai ilmu budaya yaitu budaya Jepang, shuudan shugi.

(4)

1.3 Formulasi Masalah

Pada penelitian ini penulis akan menganalisis konsep shuudan shugi pada anggota Teater Mahasiswa ENJUKU.

1.4 Ruang Lingkup Permasalahan

Penulis akan menganalisis konsep shuudan shugi melalui shuudan ishiki, shuudan shikou, shuudan seikatsu dan ittaikan pada anggota aktif Teater Mahasiswa ENJUKU periode 2013 berjumlah 50 orang.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep shuudan shugi yang ada pada anggota Teater Mahasiswa ENJUKU.

Sedangkan manfaat yang ingin penulis berikan terhadap pembaca adalah semoga penelitian ini bisa menambah wawasan dan memberikan pengertian yang lebih mengenai konsep shuudan shugi yang ada dalam masyarakat Jepang,

1.6 Tinjauan Pustaka

Sebagai bahan tinjauan penelitian ini penulis menggunakan penelitian Mitsue (1991) yang berjudul 電車の中の眠りについて日本人のしつけの考察。Pada penelitian ini Mitsue menjelaskan bahwa shuudan ishiki pada masyarakat Jepang yang kuat menyebabkan adanya shitsuke atau pendidikan moral dan etika. Mitsue juga menyatakan bahwa kesadaran berkelompok pada masyarakat Jepang sudah berkembang sejak zaman dulu, didasari adanya kehidupan bertani. Para petani membagi tugas menjadi beberapa kelompok yang bertujuan memperoleh hasil panen yang baik. Selain itu mereka juga mengadakan matsuri atau perayaan sesudah panen sebagai penyampaian rasa syukur kepada dewa. Kegiatan-kegiatan tersebut menekankan adanya kehidupan kelompok pada petani dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hal ini membuat para petani harus memprioritaskan kepentingan kelompok dibandingkan kepentingan pribadi yang berkembang sampai dengan saat ini.

(5)

Tetsuji Iseda (2007) dengan judul 集団思考と技術のクリティカルシンキ ング membahas mengenai shuudan shikou. Pada penelitian ini Iseda menganalisis kerangka berpikir masyarakat Jepang yang terpusat pada kepentingan kelompok, dikarenakan untuk mencegah adanya perbedaan pendapat yang akan menyebabkan suatu konflik dan ketidakharmonisan dalam kelompok. Sehingga para anggota dari kelompok tersebut lebih cenderung memberikan pendapat yang sama dengan kelompoknya.

Yoko Hasegawa dan Yukio Hirose (2001) dengan judul 日本語から見た日 本人:日本人は集団的か yang mana dalam penelitiannya, Hasegawa dan Hirose meneliti mengenai karakter masyarakat Jepang mengenai shuudan shugi berdasarkan kata-kata yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Youichi Itoh (1991) dengan judul Socio-Cultural Backgrounds of Japanese Interpersonal Communication Style. Dalam penelitian tersebut Itoh meneliti mengenai karakteristik masyarakat Jepang yang bersifat homogen dan cenderung memiliki kesamaan pemikiran, kebudayaan dan latar belakang sejarah. Sehingga mereka tidak perlu menetapkan ideologi yang dapat menciptakan perdebatan dalam kelompok. Selain itu masyarakat Jepang juga menganggap bahwa organisasi, kelompok atau perusahaannya adalah tempat berbagi juga tempat yang memiliki kesamaan takdir. Itoh juga menyatakan bahwa berbeda dengan karakteristik masyarakat Jepang, karakteristik masyarakat Indonesia bersifat heterogen yang memiliki banyak perbedaan dari segi budaya, pemikiran dan etnisnya. Sehingga pada kelompok, organisasi atau perusahaanya masyarakat heterogen hanya menganggap bahwa tempat tersebut adalah tempat mencari uang atau keuntungan dan tidak lebih dari itu.

Selain itu penulis juga menggunakan penelitian yang ditulis oleh Diah Madubrangti (2004) dengan disertasinya yang berjudul Makna Undokai Sebagai Kegiatan Kompetitif bagi Pembentukan Kepribadian Anak Melalui Pendidikan Sekolah di Jepang. Pada penelitian ini Madubrangti meneliti mengenai kehidupan berkelompok yang dikaitkan dengan kegiatan undokai pada pendidikan sekolah di Jepang dan dengan adanya undokai pada kegiatan anak-anak di sekolah Jepang akan mendidik anak tersebut masuk kedalam kehidupan kemasyarakatan. Madubrangti

(6)

juga mengkaitkan bahwa dengan adanya kegiatan tersebut akan membentuk karakter siswa yang memiliki rasa kebersatuan dan juga berorientasi pada kelompok.

Dari beberapa penelitian yang menjadi tinjauan pustaka untuk penelitian ini, penulis berpikir untuk menganalisis konsep shuudan shugi yang beberapa darinya sudah pernah digunakan oleh peneliti sebelumnya. Dari penelitian-penelitian tersebut, penulis akan menggunakannya untuk menganalisis konsep shuudan shugi yang ada pada anggota Teater Mahasiswa ENJUKU periode 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Jangan sampai kita malah menyakiti orang lain karena lidah kita, tapi mari kita mau menjadi berkat bagi orang lain dengan kata-kata yang keluar dari

Sumarman (1998) yang dikutip oleh Kosasih (2004) di Bandung mengemukakan hasil tes kulit cukit dari berbagai jenis alergen hirup dalam rumah pada penderita rinitis alergi

Substitusi media MS dengan pupuk daun penuh belum dapat menunjukkan hasil yang setara dibandingkan dengan penggunaan media MS dalam perbanyakan tunas pisang secara

Beberapa literatur melaporkan reduksi terbuka dan fiksasi internal adalah pilihan tepat dan lebih baik karena memiliki rata rata komplikasi yang lebih sedikit dibandingkan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diijelaskan dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan literasi sains siswa pada penerapan pendekatan

Membuat game Survival digabungkan dengan ARTS dan memasukan sedikit elemen sandbox pada game, menawarkan kemungkinan baru bagi pecinta game dengan konsep yang

Menurut Bill Canton dalam Sukatendel (1990) mengatakan bahwa citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Kartika (2012) serta Susarni dan Singgih (2011) Pertumbuhan Perusahaan menunjukan adanya