• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa diharapkan memiliki prinsip yang kuat. Mahasiwa juga diharapkan memiliki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa diharapkan memiliki prinsip yang kuat. Mahasiwa juga diharapkan memiliki"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

 

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mahasiswa merupakan penerus bangsa yang dapat menjadi agen perubahan. Mahasiswa diharapkan memiliki prinsip yang kuat. Mahasiwa juga diharapkan memiliki kerjasama yang baik karena nantinya mereka tidak sendirian dalam memajukan bangsa ini, namun bersama-sama.

Kerjasama dapat dilatih sejak dini dengan salah satunya mengikuti sebuah organisasi. Organisasi tidak hanya dapat melatih kerjasama namun dapat menjadi wadah “belajar” bagi mahasiswa mengenai kehidupan sebenarnya. Bekerja bersama dengan beberapa orang dengan prinsip dan tujuan yang mungkin berbeda, akan menimbulkan dinamika yang cukup menarik.

Mahasiswa sebagai agen perubahan dapat berperan dalam perubahan sosial. Menurut Aigun, keterlibatan mahasiswa dalam suatu wadah organisasi menjadi salah satu langkah bagi mahasiswa untuk berperan serta dalam perubahan sosial. Oleh karena itu, dirinya menyarankan agar mahasiswa terlibat aktif dalam organisasi kampus yang ada (Rotasi, 2013).

Sekarang ini tidak jarang ditemui mahasiswa aktif dalam organisasi. Mereka sudah mulai mengerti bahwa terlibat dalam organisasi juga merupakan hal yang penting disamping mereka harus berkuliah. Manfaat belajar dari organisasi, yaitu dapat belajar gratis, mendapatkan banyak teman, mendapatkan banyak ilmu yang bermanfaat, lebih banyak pengalaman, menambah keterampilan dan mengasah keterampilan, serta membantu untuk bisa mendapatkan penghasilan (Yoman, 2015).

Keterlibatan mahasiswa dalam organisasi yang memiliki manfaat tersebut tetap menjadi pro kontra tersendiri. Hal ini dikarenakan keterlibatan mahasiswa dalam

(2)

organisasi terkadang justru membuat mahasiswa meninggalkan tugasnya sebagai mahasiswa yang harus juga baik secara akademik. Tuntutan dari orangtua maupun keinginan mereka sendiri untuk lulus dengan cepat serta memperoleh nilai tinggi, membuat mereka akhirnya memilih untuk tidak mengikuti organisasi.

Sistem pembayaran kuliah yang baru, yaitu UKT yang cukup tinggi menjadi salah satu hal yang dapat menjadi pertimbangan bagi mahasiswa untuk terlibat dalam organisasi. Contohnya saja, UKT yang harus dibayarkan oleh mahasiswa Psikologi UGM berdasarkan SK Rektor Nomor 285/P/SK/HT/2014, yaitu:

Tabel 1

Uang Kuliah Tunggal

JENJANG PROGRAM

STUDI

UANG KULIAH TUNGGAL KELOMPOK I II III IV V VI S1 Psikologi 500.000 1.000.000 3.500.000 5.250.000 7.000.000 9.000.000 S1 Sastra Arab 500.000 1.000.000 2.400.000 3.150.000 4.200.000 5.500.000 S1 Sastra Indonesia 500.000 1.000.000 2.400.000 3.150.000 4.200.000 5.500.000 S1 Sastra Inggris 500.000 1.000.000 2.400.000 3.150.000 4.200.000 5.500.000 Sumber : SBMPTNSNMPTN, 2015

UKT ini dibayarkan berdasarkan jumlah total penghasilan kotor kedua orangtua ditambahkan dengan penghasilan tambahan kedua orangtua (jika ada). Penggolongan UKT dapat dilihat pada Tabel 2.

Sistem UKT sendiri telah menjadi topik yang dibahas pula dalam hearing dekanat bulan april tahun 2015. UKT menjadi salah satu masalah utama yang dirasakan mahasiswa dan diperkirakan tetap menjadi topik yang hangat dibicarakan sampai tahun 2016. Sistem UKT ini membuat seluruh mahasiswa harus membayarkan jumlah yang sama dengan jumlah SKS yang diambil mungkin berbeda. Hal ini yang dianggap kurang adil.

(3)

Tabel 2

UKT berdasarkan Kriteria Penghasilan

Kelompok Kriteria Penghasilan

(penghasilan kotor + penghasilan tambahan)

UKT 0 Peserta bidikmisi

UKT 1 Penghasilan ≤ 500.000 UKT 2 500.000 < Penghasilan ≤ 2.000.000 UKT 3 2.000.000 < Penghasilan ≤ 3.500.000 UKT 4 3.500.000 < Penghasilan ≤ 5.000.000 UKT 5 5.000.000 < Penghasilan ≤ 10.000.000 UKT 6 Penghasilan > 10.000.0000 Sumber : SBMPTNSNMPTN, 2015

Sistem UKT ini bukan hanya memungkinkan mahasiswa membayarkan jumlah yang sama dengan jumlah SKS yang diambil berbeda, namun ada hal lain yang berpengaruh terhadap aktivitas yang dipilihnya. Sistem UKT yang dibayarkan per semester ini, mengakibatkan mahasiswa yang nantinya selesai kuliah atau wisuda lebih lama dibandingkan dengan teman satu angkatannya akan membayar jumlah yang lebih besar. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiwa untuk terlibat secara aktif dalam organisasi (Lembaga Mahasiswa Psikologi UGM, 2015).

Faktor lain yang dapat mempengaruhi keterlibatan mahasiswa adalah kemunculan dari Permendikbud 49/2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT), persisnya pada pasal 17 ayat 3c. Pasal tersebut menerangkan bahwa waktu tempuh studi untuk Diploma 4 dan Sarjana adalah 4-5 tahun. Hal itu berarti batas tempuh waktu studi paling lambat 5 tahun saja, padahal sebelumnya masa studi untuk diploma 4 dan Sarjana adalah maksimal 7 tahun. Adanya peraturan pemerintah ini menimbulkan pro dan kontra tersendiri (Arzyan, M. N., 2015).

Peraturan pemerintah mengenai masa studi ini membawa pengaruh bagi mahasiswa yang ingin terlibat aktif dalam organisasi. Masa kuliah yang dapat digunakan sebagai sarana mengembangkan soft skill melalui berbagai kegiatan organisasi, unit kegiatan mahasiswa, sampai dengan organisasi luar kampus menjadi berkurang atau terhambat.

(4)

Pembatasan masa studi ini dapat menimbulkan paradigma baru di kalangan mahasiswa yaitu mahasiswa menjadi cemas dan bahkan tidak terlibat aktif pada berbagai kegiatan, namun fokus urusan belajar dan kuliah.

Terbatasnya kesempatan mahasiswa untuk terlibat aktif dalam organisasi menjadi kerugian tersendiri bagi munculnya dan berkembangnya potensi mahasiswa. Padahal para alumnus dari berbagai universitas menjelaskan bahwa pengalamannya dalam berkegiatan di organisasi menjadi ilmu yang dapat dipraktekannya dalam dunia kerja. Ilmu yang didapatnya dalam perkuliahan justru hanya diaplikasikan sekitar 20%, selebihnya adalah pengalaman dalam berorganisasi.

Persoalan-persoalan yang telah dipaparkan tersebut menjadi beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keterpikatan (engagement) yang dimiliki oleh seorang mahasiswa saat ikut dalam organisasi di kampus maupun di luar kampus. Keterpikatan (engagement) didefinisikan oleh Kahn (1990)adalah kondisi dimana seorang pekerja secara penuh fisik, kognitif dan psikologis terhubung dengan perannya dalam bekerja. Keterpikatan organisasi padamahasiswa dapat dikatakan sebagai kondisi dimana mahasiswa yang menjadi anggota organisasi secara penuh fisik, kognitif dan psikologis terhubung dengan perannya dalam organisasi.

Menurut Saks (2006), keterpikatan organisasi ini dipengaruhi oleh dukungan organisasi dan karakteristik pekerjaan. Dukungan organisasi adalah dukungan dari ruang lingkup organisasi yang menimbulkan rasa nyaman dalam bekerja dan memperlihatkan kemampuan bekerja tanpa adanya konsekuensi negatif akan meningkatkan keterpikatan pekerja atau anggota organisasi terhadap organisasinya maupun terhadap pekerjaan dalam organisasi. Dukungan ini salah satunya didapatkan dari seorang pemimpin. Keterpikatan dipengaruhi pula oleh karakteristik pekerjaan. Pekerjaan yang membutuhkan kemampuan yang bervariasi, signifikan dan mampu memberikan kebebasan dari pekerja serta adanya

(5)

timbal balik dari atasan akan membuat engagement pekerja terhadap pekerjaan semakin tinggi. Bagaimana pekerjaan yang diberikan kepada pekerja atau anggota organisasi juga dikontrol oleh seorang pemimpin. Kedua hal ini menandakan bahwa seorang pemimpin dapat memberikan pengaruh terhadap engagement yang dimiliki anggota organisasinya.

Kepemimpinan menjadi salah satu yang dapat memberikan pengaruh terhadap keterpikatan organisasi dari para anggota organisasi. Ada beberapa jenis kepemimpinan yang kita kenal. Salah satunya adalah kepemimpinan otentik. Kepemimpinan otentik adalah pola perilaku pemimpin yang mengacu pada kapasitas psikologi positif dan iklim etika positif, untuk mendorong self awareness yang lebih baik, penginternalisasian perspektif moral, pengolahan informasi yang seimbang, dan hubungan yang transparan dari kerja pemimpin dengan pengikutnya, mendorong pengembangan diri yang positif.

Penelitian akhir-akhir ini melihat hubungan antara kepemimpinan otentik dan keterpikatan organisasi. Contohnya, penelitian yang dilakukan oleh Tang dan Liu tahun 2014 tentang pengaruh kepemimpinan otentik terhadap work engagement pekerja di China. Studi yang dilakukan secara empirik ini mengambil data dari 24 hotel di China. Penelitian ini menemukan adanya pengaruh positif kepemimpinan otentik dengan keterpikatan organisasi.

Penelitian Wang dan Hsieh (2013) bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan otentik terhadap keterpikatan organisasi. Mereka mengambil data dari 386 pekerja 1000 perusahaan manufaktur terbaik dan 500 perusahaan terbaik di Taiwan. Hasilnya menemukan adanya hubungan antara kepemimpinan otentik dan keterpikatan organisasi yang dimediasi oleh employee trust. Konsistensi antara ucapan dan aksi dari atasan berpengaruh positif terhadap keterpikatan organisasi.

Berdasarkan uraian dan data-data di atas, telah banyak peneliti yang meneliti hubungan kepemimpinan otentik dan keterpikatan organisasi pada pekerja di perusahaan,

(6)

namun masih sedikit yang meneliti hubungan kepemimpinan otentik dan keterpikatan organisasi pada mahasiswa. Berdasarkan hal itu, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara kepemimpinan otentik dan keterpikatan organisasi pada mahasiswa.

Penelitian mengenai hubungan antara kepemimpinan otentik dan keterpikatan organisasi pada mahasiswa menjadi menarik untuk diteliti. Menurut rentang perkembangan, mahasiswa memasuki masa remaja akhir. Masa remaja akhir merupakan masa transisi antara masa remaja ke masa dewasa (Santrock, 2003). Mahasiswa dituntut untuk dapat mempersiapkan dirinya sebelum memasuki tugas perkembangan selanjutnya. Mahasiswa nantinya akan memasuki dunia kerja sehingga saat berkuliah secara akademis maupun non akademis harus terlatih. Non akademis dapat dilatih salah satunya dengan keterlibatan dalam organisasi.

Masa remaja akhir menurut Erikson adalah masa pencarian akan identitas diri. Individu pada masa ini diharapkan dapat menemukan siapa mereka, mereka sebetulnya apa dan kemana mereka menuju dalam hidupnya (Santrock, 2003). Mahasiswa pun mengalami kondisi ini. Perbedaan masa sekolah tingkat akhir dengan masa perkuliahan dimana tugasnya berbeda, kondisi lingkungan berbeda dan tidak sedikit yang harus tinggal jauh dari orang tua. Kondisi-kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa untuk mencari identitas dirinya.

Pencarian identitas yang dialami oleh mahasiswa ini tidak terlepas dari pengaruh lingkungan sosialnya (Santrock, 2003). Lingkungan sosial bagi mahasiswa salah satunya adalah teman sebaya. Mereka berinteraksi satu sama lain dalam perkuliahan maupun di luar perkuliahan. Organisasi mahasiswa merupakan salah satu wadah interaksi sosial antar mahasiswa sehingga organisasi mahasiswa merupakan tempat pula bagi pencarian identitas.

(7)

Berdasarkan uraian-uraian diatas, dinamika mahasiswa dalam berorganisasi menjadi menarik untuk diteliti. Mahasiswa dalam berorganisasi dapat melatih dan mempersiapkan dirinya untuk tugas perkembangan selanjutnya. Organisasi mahasiswa juga menjadi wadah untuk pencarian identitas diri disamping itu mahasiswa berlatih untuk menyelesaikan tanggung jawabnya dalam organisasi. Bagaimana dinamika mahasiswa dalam berorganisasi menjadi begitu menarik.

Salah satu dinamika mahasiswa dalam beorganisasi yang dapat diteliti adalah keterpikatan organisasi yang dimiliki mahasiswa. Keterpikatan organisasi ini, seperti pada uraian sebelumnya, dipengaruhi oleh kepemimpinan yang dimiliki organisasi. Penelitian ini ingin melihat apakah ada hubungan antara kepemimpinan otentik dengan keterpikatan organisasi pada mahasiswa.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan otentik dan keterpikatan organisasi pada mahasiswa.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah pengetahuan di bidang Psikologi Sosial mengenai hubungan antara kepemimpinan otentik dan keterpikatan organisasi.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi kepada mahasiswa dalam hal ini mengenai hubungan antara kepemimpinan otentik danketerpikatan organisasi.

b. Memberikan masukan kepada mahasiswa bahwa ia dapat terlibat aktif atau

engaged terhadap organisasi dan tetap berkuliah dengan baik pula, jika memiliki seorang pemimpin yang otentik ataupun menjadi pemimpin yang otentik bagi organisasi yang diikuti.

Referensi

Dokumen terkait

Koi herpesvirus (KHV) merupelet salah satu penyakit infeksius yang menyerang spesies Cyprinus carpio Linnaeus yaitu ikan Mas yang disebabkan oleh virus DNA.. Sejak

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara self esteem dengan resiliensi pada wanita yang

Oleh sebab itu, batasan masalah dalam penelitian ini adalah Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kedisiplinan Belajar Siswa di Sekolah pada Kelas VI SD Negeri

Bahan dari sutera pada umumnya memiliki daya tarik seratpaling bagus terhadap zat warna alam dibandingkan dengan bahan dari kapas.Salah satu kendala pewarnaan tekstil

Isi dari modul untuk meningkatkan pengetahuan calon pengantin tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan pemahaman dan ketrampilan tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun pandanus tectorius, asam asetat glasial, asam asetat anhidrida,. katalis asam sulfat, LiCl,

Apabila permintaan lebih kecil dari persediaan, maka sisa persediaan barang yang tidak habis terjual harus dijual kembali dengan harga yang lebih rendah dari

Pondok Pesantren An-Nahdhoh, PT Indonesia Power UP Saguling menyelenggarakan acara silaturahim dengan para tokoh serta masyarakat di Kecamatan Batujajar (yang merupakan