• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN HIV AIDS. Oleh : Era Dorihi Kale, M.Kep.Sp.Kep.MB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN HIV AIDS. Oleh : Era Dorihi Kale, M.Kep.Sp.Kep.MB"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

Era Dorihi Kale, M.Kep.Sp.Kep.MB

ASUHAN KEPERAWATAN

HIV AIDS

(2)

Human

Immunodeficiency Virus

(HIV) adalah virus jenis

retrovirus yang

menyebabkan seseorang

terinfeksi HIV dan akan

berkembang menjadi

Acquired Immuno

Deficiency Syndrome

(AIDS).

HIV adalah retrovirus

yang biasanya menyerang

organ vital sistem

kekebalan manusia

seperti sel T CD4+

(sejenis sel T), makrofag,

dan sel dendritik.

(3)

HIV secara langsung dan

tidak langsung merusak

sel T CD4+, padahal sel T

CD4+ dibutuhkan agar

sistem kekebalan tubuh

berfungsi baik.

Jika HIV membunuh sel T

CD4+ sampai terdapat

kurang dari 200 sel T

CD4+ per mikroliter(µL)

darah maka kekebalan

selular akan hilang, dan

akibatnya ialah kondisi

yang disebut AIDS.

(4)

 Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu

kumpulan gejala yang menunjukan adanya kelemahan/ kerusakan/

penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan oleh masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang.

 AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari

kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi.

(5)

Kerusakan progresif pada

system kekebalan tubuh

menyebabkan ODHA (orang

dengan HIV/AIDS) amat

rentan dan mudah

terjangkit

bermacam-macam penyakit.

Serangan penyakit yang

biasanya tidak berbahaya

pada orang yang tidak

terinfeksi pun

lama-kelamaan akan

menyebabkan pasien sakit

parah bahkan meninggal.

(6)
(7)

1987-2014 :

HIV : 150.296

AIDS : 55.799

NTT : 1.751

Tersebar di 381

kab/kota dari 498

kab/kota (76%)

Tertinggi pd umur

20-29 tahun (32.9%),

30-39 tahun (28.5%)

Laki-laki :54%

Perempuan : 29%

Tidak melaporkan JK :

17%

Kasus baru terus

meningkat setiap

tahunnya

(8)

IRT : 6.539

Wiraswasta : 6.203

Karyawan : 5.638

Petani/peternak/nel

ayan : 2.324

Buruh kasar : 2.169

Penjaja seks : 2.052

PNS : 1.658

Mhs/sekolah : 1.295

Heteroseksual

(61.5%)

Penasun (15.2%)

Perinatal (2.7%)

Homoseksual (2.4%)

(9)

 Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda

penyakit.

 Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1–2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu.

 Fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit,

limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.

 Fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi

AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia

interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk meningitis, kandidiasis, cytomegalovirus,

mikrobakterial, atipikal.

(10)
(11)

 Pasien AIDS biasanya menderita infeksi opor tunistik dengan gejala tidak spesifik , terutama demam ringan dan kehilangan berat badan.

 Infeksi opor tunistik ini termasuk infeksi Mycobacterium avium-intra cellulare dan sitomegalovirus .

 Citomegalovirus dapat

menyebabkan kolitis dan retinitis sitomegalovirusdapat menyebabkan kebutaan .

 Penisiliosis yang disebabkan oleh Penicillium marnef feikini adalah infeksi opor tunistik ketiga paling umum (setelah tuberkulosis dan kriptokokosis ) pada orang yang positif HIV di daerah endemik Asia Tenggara.

(12)

 Stadium I: infeksi HIV asimptomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS

 Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernafasan atas yang berulang

 Stadium III : termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah,dan tuberkulosis.

 Stadium IV : termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis

esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.

(13)

1.

Penularan melalui

hubungan seksual

2.

Paparan dengan

cairan tubuh yang

terinfeksi

3.

Transmisi ibu ke

anak

(14)

 Transmisi HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang

dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya.

 Resiko masuknya HIV dari orang yang terinfeksi menuju orang

yang belum terinfeksi melalui hubungan seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seksual dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif.

PENULARAN MELALUI HUBUNGAN

SEKSUAL

(15)

Penyakit menular seksual

meningkatkan risiko

penularan HIV karena

dapat menyebabkan

gangguan pertahanan

jaringan epitel normal

akibat adanya luka pada

alat kelamin, dan juga

karena adanya

penumpukan sel yang

terinfeksi HIV

(limfositdan makrofag)

pada semen dan sekresi

vaginal.

PENULARAN MELALUI HUBUNGAN

SEKSUAL

(16)

 Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi pada berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antar orang.

 Beban virus plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu

berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin.

 Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi HIV.

Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan

kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit seksual.

PENULARAN MELALUI HUBUNGAN

SEKSUAL

(17)

Rute transmisi ini

terutama berhubungan

dengan pengguna obat

suntik, penderita

hemofilia, dan resipien

transfusi darah dan

produk darah.

Berbagi penggunaan

jarum suntik

merupakan penyebab

sepertiga dari semua

infeksi baru HIV.

Penggunaan alat yg

melukai tubuh

PAPARAN DENGAN CAIRAN TUBUH YANG

TERINFEKSI

(18)

 Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi in utero selama minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan. Namun demikian, jika sang ibu memiliki akses terhadap terapi antiretroviral dan melahirkan dengan cara bedah caesar, tingkat transmisi hanya sebesar 1%.

 Sejumlah faktor dapat mempengaruhi risiko infeksi,terutama beban virus pada ibu saat

persalinan (semakin tinggi beban virus, semakin tinggi risikonya).

 Menyusui meningkatkan risiko transmisi sebesar 10-15%. Risiko ini bergantung pada faktor klinis dan dapat ber variasi menurut pola dan lama menyusui.

 Penelitian menunjukkan bahwa obat antiretroviral, bedah caesar, dan pemberian susu formula

mengurangi peluang transmisi HIV dari ibu ke anak .

(19)
(20)

Pemeriksaan untuk diagnosis HIV dilakukan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penularan atau peningkatan kejadian infeksi HIV, berdasarkan prinsip :

 Konfidensialitas  Persetujuan  Konseling  Pencatatan  Pelaporan dan  Rujukan

DIAGNOSIS

(21)

Prinsip konfidensialitas artinya hasil pemeriksaan

harus dirahasiskan dan hanya dapat dibuka kepada :

 Orang/pasien yang

bersangkutan

 Tenaga kesehatan yang menangani

 Keluarga terdekat dalam hal yang bersangkutan tidak cakap

 Pasangan seksual

 Pihak lain yang sesuai ketentuan

(22)

 Pemeriksaan diagnosis HIV dilakukan melalui KTS (Konseling dan Tes HIV Sukarela/VCT : Voluntary Conseling Testing) dan TIPK (Tes HIV atas Inisiatif Pemberi Pelayanan

Kesehatan/PITC : Provider Initiative Testing dan Conseling).

 KTS : proses konseling sukarela dan tes HIV atas inisiatif individu yang bersangkutan.

 TIPK adalah test HIV dan konseling yang dilakukan kepada seseorang untuk kepentingan kesehatan dan pengobatan berdasarkan inisiatif dari pemberi pelayanan kesehatan.

(23)

Diagnosis dilakukan

melalui

pemeriksaan

laboratorium HIV

dan juga

berdasarkan gejala

klinis (diagnosis

klinis).

(24)

 Bat uk l ebi h dar i 2 -3 m i ng gu

 Penur unan ber at badan menyolok > 10 %

 Panas > 1 bul an

 D i are > 1 bul an

 Perhat i kan kandi diasis o r al

 Herpes z o o z ter yang l uas , ser i ng kam buh

 S ar i awa r ekur en dan ber at

 Penyaki t kul i t : der matitis seboroik kambuhan , psor iasis, der matitis g ener al isata

 Li m fadenopati g ener al i sata

 Infeksi j am ur kam buhan (kandi di asis vag i na/ keputihan )

 Pneum onia ber at ber ul ang

 T BC

 Ri wayat per i l aku seksual

 Ri wayat peng g una narkoba

 Ri wayat peker j aan : pel aut , supi r t r uk , dl l

 Ri wayat beker j a di daer ah endem i s deng an per i l aku ber i siko t i ng gi

 Ri wayat t r anfusi

 Perhat i kan c i r i khas / t anda kel o m pok r i si ko t i ng gi, m i sal nya : t ato , per i laku ter tent u

 S aat i ni HIV sudah berkem bang pada bukan kel o m pok r i si ko t i ng gi : m i sal nya i bu r umah t ang g a

DIAGNOSIS KLINIS

DIDUGA AIDS BILA :

(25)

Serologi/deteksi

antibodi : rapid test,

ELISA, Western Blot

(untuk konfirmasi)

Deteksi virus : RT-PCR,

antigen P-24

(26)

 Sinar X dada

 Tes fungsi pulmonal

 Biopsi

 EEG, MRI, CT scan otak, EMG

 dll

(27)

 Pasien yang secara klinis curiga AIDS

 Orang dengan risiko tinggi

 Pasien infeksi menular seksual

 Pasangan seks atau anak dari pasien positif HIV

 Sebelum tes harus dilakukan konseling dulu dan harus menandatangani surat persetujuan (inform consent).

 Konseling dapat dilakukan di klinik VCT oleh konselor terlatih dan di tempat praktek, Puskesmas oleh petugas kesehatan terlatih

INDIKASI DILAKUKAN TEST

LABORATORIUM

(28)

 Oral lesi : kandida, herpes simplek, gingivitis, dll

 Neurologik : dimensia kompleks, toxoplasmosis ensefalitis,

meningitis, neuropati

 Gastrointestinal : Diare, hepatitis, penyakit anorektal : abses, fistula, ulkus

 Respirasi : pneuminia, influenza, batuk, TBC

 Dermatologik : lesi kulit : herpes simpleks dan zoster, dermatitis

 Otitis media, konjungtivitis

(29)

1.

Promosi Kesehatan

2.

Pencegahan

penularan HIV

3.

Pengobatan,

perawatan dan

dukungan

4.

Rehabilitasi

(30)

 Promosi kesehatan ditujukan untuk meningkatkan

pengetahuan masyarakat yang benar dan komprehensif tentang pencegahan penularan HIV dan menghilangkan stigma serta diskriminasi.

 Promosi ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan

maupun non kesehatan yang sudah terlatih.

 Masysrakat yang menjadi sasaran promosi kesehatan adalah populasi kunci.

 Populasi kunci adalah : pengguna napza suntik, wanita pekerja seks (WPS) langsung maupun tidak langsung, pelanggan/pasangan seks WPS, gay, waria, laki

pelanggan/pasangan seks dengan sesama laki dan warga binaan lapas/rutan.

(31)

 Upaya yang dilakukan (ABC)/(ABCDE):

 Tidak melakukan hubungan seks

(Abstinensia) : bagi yang belum menikah

 Setia dengan pasangan (Be faithful) : hanya berhubungan seksual dengan pasangan tetap yang diketahui tidak terinfeksi HIV

 Menggunakan kondom secara konsisten (Condom Use) : menggunakan kondom bila terpaksa berhubungan seksual yang berisiko atau dengan pasangan yang telah terinfeksi HIV

 Menghindari penggunaan obat/zat aditif (no Drugs)  non seksual

 Meningkatkan kemampuan pencegahan melalui edukasi termasuk mengobati IMS sedini mungkin (Education) dan

 Melakukan pencegahan lain, antara lain : sirkumsisi

PENCEGAHAN PENULARAN HIV MELALUI

HUBUNGAN SEKSUAL

(32)
(33)

 Uji saring darah pedonor ; penggunaan darah yang aman dari HIV

 Pencegahan infeksi HIV pada tindakan

medis dan non medis yang melukai tubuh : penggunaan peralatan steril, memenuhi

standar operasional prosedur dan

kewaspadaan umum (universal precaution), pencegahan infeksi sesuai dengan standar

 Pengurangan dampak buruk pada pangguna napza suntik : program layanan alat suntik steril dengan konseling perubahan perilaku serta dukungan psikososial, mendorong

menjalani terapi/rehabilitasi, mendorong melakukan pencegahan penularan seksual, layanan konseling dan tes HIV.

PENCEGAHAN PENULARAN HIV MELALUI

HUBUNGAN NON SEKSUAL

(34)

 Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia

reproduktif;

 Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan dengan HIV;

 Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil dengan

HIV ke bayi yang

dikandungnya : pemberian ARV kepada ibu, pilihan cara melahirkan : operasi caesar akan mengurangi risiko penularan, pilihan untuk tidak menyusui anaknya.

PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU

KE ANAK

(35)

 Pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu dengan HIV beserta anak dan

keluarganya.

 Setiap bayi yang lahir dari ibu yang

terinfeksi HIV harus dilakukan tes serologi HIV (DNA/RNA) dimulai

pada usia 6 (enam) sampai dengan 8 (delapan) minggu atau tes

serologi HIV pada usia 18 (delapan belas) bulan ke atas.

 Setiap bayi baru lahir dari ibu HIV dan AIDS harus segera

mendapatkan profilaksis ARV dan kotrimoksasol

PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU

KE ANAK

(36)

 Setiap fasilitas pelayanan kesehatan dilarang menolak pengobatan dan perawatan ODHA, jika fasilitasi yang ada tidak mampu maka penderita harus dirujuk

 Setiap orang yang terinfeksi HIV diregistrasi secara nasional

 Pengobatan HIV bertujuan untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik dan

meningkatkan kualitas hidup pengidap HIV

 Pengobatan HIV dan AIDS dilakukan dengan 3 cara :

Terapeutik, profilaksis dan penunjang.

PENGOBATAN, PERAWATAN DAN

DUKUNGAN

(37)

 Pengobatan Terapeutik : meliputi pengobatan ARV (Anti Retro Viral), pengobatan IMS (Infeksi Menular Seksual) dan pengobatan infeksi oportunitis

 Pengobatan profilaksis : Pemberian ARV pasca pajanan dan pemberian kotrimoksasol untuk terapi dan profilaksis

 Pengobatan penunjang : tatalaksana gejala : multivitamin, dukungan

nutrisi, pendidikan kesehatan,

pencegahan komplikasi dan infeksi oportunistik , perawatan paliatif, dukungan psikologis kesehatan mental, dukungan sosial ekonomi, kelompok-kelompok dukungan.

(38)

 Diberikan setelah

mendapatkan konseling, mempunyai pengingat minum obat (PMO) dan pasien setuju patuh terhadap pengobatan seumur hidup

Indikasi :

 jika penderita HIV yang telah menunjukan stadium klinis 3 atau 4 atau jumlah sel limfosit T CD4 < 350 sel/mm3

 Ibu hamil dengan HIV

 Penderita HIV dengan Tuberkulosis

(39)

 Pasien tidak memiliki motivasi

 Pengobatan tidak dapat terus menerus seumur hidup

 Pengobatan tidak dapat dimonitor

 Penderita mengalami gangguan fungsi ginjal/hati berat

 Adanya penyakit oportunistik/infeksi oportunistik

terminat / tidak dapat disembuhkan, misalnya limfoma maligna.

(40)

 Pengobatan ARV dimulai di rumah sakit (minimal tipe C) dan dapat dilanjutkan di Puskes mas atau fasilitas kesehatan

lainnya

 Ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang diperlukan untuk penanggulangan HIV AIDS dijamin oleh pemerintah, yang meliputi : kondom, lubrikan, alat suntik steril, reagensia untuk tes HIV dan IMS. Obat ARV, obat TBC, obat IMS, obat untuk infeksi oportunistik.

 Perawatan dan pengobatan bagi orang terinfeksi HIV yang miskin dan tidak mampu ditanggung oleh negara

(41)

 Rehabilitasi dilakukan melalui rehabilitasi medis dan sosial

 Ditujukan untuk mengembalikan kualitas hidup untuk menjadi

produktif secara ekonomi dan sosial ; pemberdayaan ketrampilan kerja, dll

(42)
(43)

 Dukungan sosial sangat diperlukan terutama pada ODHA yang kondisinya sudah parah.

 Individu yang termasuk dalam memberikan dukungan sosial meliputi pasangan (istri/suami), orang tua, anak, sanak

keluarga, teman, tim kesehatan, atasan dan konselor.

(44)

Pada aspek spiritual ditekankan pada penerimaan pasien terhadap sakit yang dideritanya, sehingga ODHA akan dapat menerima dengan iklas terhadap sakit yang dialami. Asuhan keperawtan yang diberikan :

 Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien

 Pandai mengambil hikmah dari kejadian yang dialami

 Meningkatkan ketabahan hati dan keteguhan dalam menghadapi cobaan

 Dukungan psikologis, sosial dan spiritual yang baik akan

mampu meningkatkan kualitas hidup pasien dan daya tahan terhadap perkembangan infeksi HIV.

(45)

Sekian dan Terima

Referensi

Dokumen terkait

Investasi dalam bidang teknologi informasi menjadi salah satu aspek penting dalam strategi organisasi saat ini.Organisasi harus mampu mengambil keputusan investasi

Oleh karena itu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara sebagai pihak yang memiliki kewenangan dalam

Namun yang terjadi saat ini, banyak pasangan yang tidak melewati tahap-tahap tersebut dan membangun hubungan pacaran hanya berlandaskan rasa saling suka atau

Hal tersebut merujuk pada banyaknya tweeps yang men-tweetkan segala informasi yang berkaitan dengan kejadian erupsi Gunung Kelud yang dapat diidentifikasi melalui

Tokoh yang mempelopori gerakan tajdid atau pembaruan Islam, antara lain sebagai berikut: 1. Ia dilahirkan dari keluarga yang terkenal dengan kesalehan dan keimanannya.. gerakan

Konversi ransum itik Alabio petelur tidak nyata dipengaruhi oleh interaksi antara faktor serat ransum (S) dengan faktor substitusi minyak (M), akan tetapi masing- masing

'enanaman tanaman anggrek&#34; disesuaikan dengan si)at hidup tanaman anggrek&#34; yaitu:.. Anggrek +phytis adalah anggrek yang menupang pada batang%pohon lain tetapi

Terutama pada lagu-lagu yang boleh dibilang lagu yang sangat sederhana baik dilihat dari sisi melodi dan pola akor-akor pengiringnya menjadi sebuah lagu yang sangat