• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia a. Hakikat Bahasa Indonesia - UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY DI KELAS V SEKOLAH D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia a. Hakikat Bahasa Indonesia - UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY DI KELAS V SEKOLAH D"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Landasan Teori

1. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

a. Hakikat Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah lambang identitas nasional yang berperan sebagai alat pengungkapan perasaan dan nuansa perasaan yang halus. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan pada semua jenjang pendidikan terutama di sekolah dasar. Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang mengajarkan siswa untuk berkomunikasi dengan baik dan benar. Komunikasi dapat dilakukan baik secara lisan maupun tulisan.

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penugasan, pengetahuan, keterampilan berbahasa, sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi merupakan dasar bagi siswa untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.

b. Tujuan Bahasa Indonesia

(2)

BSNP (2006: 10) menjabarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki beberapa tujuan, diantaranya yaitu sebagai berikut:

1) Siswa dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. 2) Siswa dapat menghargai dan bangga dalam menggunakan

Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. 3) Siswa dapat memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya

dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4) Siswa dapat menggunakan Bahasa Indonesia untuk memperluas wawasan, mamperhalus budi pekerti, serta kemampuan berbahasa.

5) Siswa dapat menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta kemampuan berbahasa.

6) Siswa dapat menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

c. MateriPelajaran Bahasa Indonesia

Materi pelajaran yaitu cerita anak. Cerita anak adalah salah satu materi yang diajarkan pada siswa kelas V Sekolah Dasar sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan silabus yang sesuai dengan KTSP, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan Indokator materi cerita anak adalah sebagai berikut:

1) Standar Kompetensi (SK)

7. Membaca

Mengungkapkan teks dengan membaca sekilas, membaca memindai, dan membaca cerita anak

2) Kompetensi Dasar (KD)

(3)

3) Indikator

7.3.1 Membaca cerita 7.3.2 Menjelaskan isi cerita 7.3.3 Menjawab pertanyaan 7.3.4 Mengidentifikasi isi cerita 7.3.5 Menuliskan kesimpulan isi cerita 7.3.6 Meringkas isi cerita

7.3.7 Menceritakan kembali dengan bahasa sendiri

2. Karakter Siswa Di Sekolah Dasar (SD)

Karakter menurut Simon Philips dalam Mu’in, Fatchul (2011: 160)

adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Siswa usia sekolah dasar adalah siswa yang sedang mengalami pertumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan badaniyah, di mana kecepatan pertumbuhan siswa pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual pada siswa sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang sama.

(4)

3. Partisipasi Belajar

a. Pengertian Partisipasi Belajar

Belajar adalah kegiatan memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan mengolah bahan ajar, seperti yang dikemukakan oleh Suyono dan Hariyanto (2014: 9) bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Belajar menurut Slameto (2010: 2) ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

(5)

Turner dan Patrick (2004) menjelaskan tentang pengertian partisipasi yaitu ;

participation in learning activities is a valuable work habit for

several reasons. It provides students with opportunities to learn and practice new knowledge and strategies, to explain their reasoning, and to examine their thinking processes and recognize the need to revise thinking. It also allows teachers a window into student thinking processes and learning, allowsn them to diagnose learning problems or evaluate student progress, and provides teachers an opportunity to scaffold, or provide cognitive and affective supports, for students’ understanding”.

Menurut Turner dan Patrick (2004) partisipasi dalam kegiatan belajar adalah kebiasaan kerja yang berharga karena beberapa alasan. Partisipasi memberikan siswa kesempatan untuk belajar dan berlatih pengetahuan dan strategi baru, untuk menjelaskan alasan siswa, dan untuk memeriksa proses pemikiran siswa dan menyadari kebutuhan untuk merevisi pemikiran. Hal ini juga memungkinkan guru mengetahui ke dalam proses pemikiran siswa dalam pembelajaran, memungkinkan siswa untuk mendiagnosa masalah untuk memberikan dukungan kognitif dan afektif untuk pemahaman siswa.

Partisipasi belajar menurut Mulyasa (2006: 241) yaitu sebagai berikut:

(6)

Pembelajaran aktif dan partisipatif menurut Daryanto dan Rahardjo, Mulyo (2012: 250) mendorong siswa untuk belajar dengan cara yang paling efektif melalui tindakan dan kata-kata. Fokusnya lebih pada apa yang dilakukan para siswa dari pada yang dibuat oleh guru. Guru berperan sebagai fasilitator, dalam arti guru membantu dan mendampingi kegiatan belajar siswa yang berlangsung lewat berpengalaman dan melakukan kegiatan.

Pembelajaran aktif dan partisipatif, guru mempunyai dua tugas pokok. Pertama, merencanakan dan mengatur situasi belajar yang sesuai sehingga anak dapat melakukan diskusi dan eksperimen. Sesudah itu, siswa menjelaskan atau melaporkan apa yang telah siswa pelajari. Situasi belajar ini harus berbasis pada suatu tema atau dalam suatu konteks yang relevan dengan usia murid dan pengalamannya. Kedua, yaitu mengarahkan kegiatan anak untuk menemukan apakah penerapan proses pembelajaran aktif pembelajaran sudah efektif. Ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai atau memberikan pekerjaan-pekerjaan yang cocok untuk diselesaikan.

(7)

b. Prinsip Partisipasi

Mulyasa (2006: 242) menyebutkan bahwa pelaksanaan pembelajaran partisipasi perlu memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:

1) Berdasarkan kebutuhan belajar (learning need based)

Sebagai keinginan maupun kehendak yang dirasakan oleh siswa.

2) Berorientasi kepeda tujuan kegiatan belajar (learning goals and

objectives oriented)

Prinsip ini mengandung arti bahwa pelaksanaan pembelajaran partisipasi berorientasi kepada usaha kepada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

3) Perpusat kepada siswa (partisipan centered)

Prinsip ini sering disebut lerning centered, yang menunjukan bahwa kegiatan belajar selalu bertolak belakang dari kondisi rill kehidupan siswa.

4) Belajar berdasarkan pengalaman (experiental learning)

Kegiatan belajar harus selalu dihubungkan dengan pengalaman siswa.

Indikator partisipasi siswa dalam pembelajaran, menurut Sudjana (2010: 57) aspek-aspek partisipasi yang perlu diamati dalam pedoman observasi partisipasi siswa yaitu:

1) Memberikan pendapat untuk pemecahan masalah 2) Memberikan tanggapan terhadap pendapat orang lain 3) Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

4) Memotivasi dalam mengerjakan tugas

5) Toleransi dan mau menerima pendapat orang lain 6) Mempunyai tanggungjawab sebagai anggota kelompok.

(8)

mengerjakan tugas, memberikan pendapat pemecahan masalah, memberikan tanggapan terhadap orang lain, toleransi dan mau menerima pendapat orang lain serta mempunyai tanggungjawab sebagai anggota kelompok.

4. Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Suprijono, Agus (2013: 46) adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelompok maupun tutorial. Model pembelajaran menurut Sagala (2010: 176) merupakan suatu kerangka konseptual yang berisi prosedur sistematik dan mengorganisasikan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran marupakan suatu kerangka yang digunakan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelompok.

5. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Course Review Horay

(9)

a. Pengertian Model Pembelajaran Course Review Horay

Kooperatif learning didefinisikan oleh Slavin, Robert E. (1980) ialah:

cooperative learning is an old idea in education, which has

experienced asubstantial revival in educational research and practice in the past few years. The term refers to classroom techniques in which students work on learning activities in small groups and receive rewards or recognition based on their group's

performance”.

Slavin, Robert E mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah ide lama dalam pendidikan, yang telah mengalami kebangkitan substansi dalam penelitian pendidikan dan praktek dalam beberapa tahun terakhir. Istilah ini mengacu pada teknis kelas di mana siswa bekerja pada kegiatan belajar dalam kelompok kecil dan menerima imbalan atau pengakuan berdasarkan kinerja kelompok mereka.

Model pembelajaran kooperatif menurut Suprijono, Agus (2013: 54) yaitu sebagai berikut:

“konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas”.

(10)

kelompok yang bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kalompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya.

Model pembelajaran Course Review Horay menurut Huda (2013: 229-230) merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan, karena setiap siswa yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak

horay” atau yel-yel lainnya yang disepakati. Model pembelajaran course

review horay juga merupakan suatu metode pembelajaran dengan

pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban dari jawaban yang

benar terlebih dahulu harus langsung berteriak “horay” atau

(11)

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Course Review Horay

Pembelajaran menggunakan model pembelajaraan Course Review

Horay dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan

menyenangkan karena siswa akan berteriak “horay” ketika jawaban

mereka benar. Hal tersebut sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Course Review Horay menurut Suprijono, Agus (2013: 129) yaitu sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2) Guru mendemokrasikan/menyampaikan materi. 3) Memberikan kesempatan siswa tanya jawab.

4) Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa.

5) Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (√) dan salah diisi tanda silang (x).

6) Siswa yang sudah mendapat tanda √ vertikal atau horizontal, atau diagonal harus berteriak hore atau yel-yel lainnya.

7) Nilai siswa dihitung dari jawaban benar dan jumlah hore yang diperoleh.

8) Penutup.

(12)

c. Kelebihan Model Pembelajaran Course Review Horay

Model pembelajaran Course Review Horay menurut Huda (2013: 231) memiliki beberapa kelebihan, antara lain:

1) Struktur yang menarik dan dapat mendorong siswa untuk dapat terjun

ke dalamnya.

2) Model yang tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak menegangkan.

3) Semangat belajar yang meningkat karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan.

4) Skill kerja sama antar siswa yang semakin terlatih.

Berdasarkan kelebihan yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Course Review Horay dapat menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga meningkatkan semangat siswa dalam pelajaran dan mengajarkan siswa bekerjasama dengan anggota kelompok.

d. Kekurangan Model Pembelajaran Course Review Horay

Model pembelajaran Course Review Horay memiliki kekurangan tertentu, antara lain:

(13)

Berdasarkan kekurangan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay siswa yang biasanya aktif nilainya akan disamakan dengan siswa yang pasif dan dapat terjadi pula peluang-peluang untuk curang di dalam pembelajaran.

B.Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian terkait dengan Model Course Review Horay (CRH) yang diterapkan dalam pembelajaran telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya, diantaranya:

1. Rasyidin, 2016, dengan judul “Pengaruh Model Course Review Horay Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas IV” yang

(14)

terdapat pengaruh penerapan model course review horay terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 07 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya.

2. Dwi Payani, Pudjawan, Suarjana, 2013, dengan judul “Pengaruh Model

Pembelajaran Course Review Horay Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sangsit”. Hasil penelitian ini yaitu kelompok

siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran course review

horay memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan

kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Rata-rata skor hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen adalah 24,76 berada pada kategori sangat tinggi sedangkan rata-rata skor hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol adalah 19,10 berada pada kategori tinggi. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa model pembelajaran course review

horay berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD

Negeri 1 Sangsit.

3. Rahimah, Dewi & Syafdi Maizora, 2014, dengan judul “The Implementation of Cooperative Learning Course Review Horay Type Aided Macromedia

Flash Media in Integral Calculus Course”. Hasil penelitian ini yaitu dengan

(15)

peningkatan pada keaktifan belajar siswa yaitu pada siklus 1 mendapatkan skor 20 dengan kategori cukup aktif yaitu 63,63% siswa memiliki respon positif dan 30,30% siswa memiliki respon yang sangat positif, siklus 2 mendapatkan skor 25 dengan kategori aktif yaitu 58,33% siswa memiliki respon positif dan 41,67% siswa memiliki respon yang sangat positif, dan siklus 3 mendapatkan skor 28 dengan kategori aktif yaitu 64,86% siswa memiliki respon positif dan 35,14% siswa memiliki respon sangat positif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe course review horay berbantu media macromedia flash pada siswa dalam kursus kalkulus integral terjadi peningkatan.

4. Bayraktar, Gokhan, 2011, dengan judul “The Effect of Cooperative Learning on Students Approach to General Gymnastics Course and

Academic Achievements”. Hasil penelitian ini yaitu model pembelajaran

(16)

Berdasarkan hasil penelitian di atas, penelitian ini mempunyai persamaan dengan beberapa penelitian di atas yaitu model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe course review

horay. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas yaitu variabel,

mata pelajaran dan kelas yang di teliti. Penelitian yang akan dilakukan variabelnya yaitu partisipasi belajar sedangkan penelitian di atas variabelnya yaitu hasil belajar. Berdasarkan perbedaan di atas penelitian ini dilakukan untuk meneliti apakah model pembelajaran course review horay dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas V dengan menggunakan penelitian tindakan kelas.

C.Kerangka Pikir

(17)

Penelitian ini dilakukan sekurang-kurangnya 2 siklus, dan tiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Gambar 2.1 menggambarkan alur kerangka berpikir dalam penelitian.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

D.Hipotesis Tindakan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Getaran/vibrasi adalah gerak isolasi periodik yang bergerak bolak- balik melalui lintasan yang sama, dimana terjadi suatu cycle (putaran) dalam selang wakru satu

KEMENTERI AN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSI A RI BADAN PEMBI NAAN HUKUM NASI ONAL. LAMPI RAN

Purba , Mauly dan Pasaribu, Ben dalam buku “ musik populer” pada buku pelajaran kesenian.. nusantara, Universitas

PENGARUH PENERAPAN METODE BERCERITA TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBAHASA ANAK USIA DINIA. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Styling of complex objects will not be possible, the example given is derived from AIXM 5, where we want to use this type of symbolizer in at least 30 feature types out of about

Untuk segera melaksanakan redistribusi kepada penerima tanah yang berhak dan memenuhi syarat sesuai pasal 8 dan 9 Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961, baik

The learning style is an factor that can not be neglected in teaching learning process, it is noted based on the result of this study that learning style

Menurut Kaya (2009) dalam jurnal penelitiannya, pemberian bahan organik (pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk jerami, dan lain-lain) dapat meningkatkan pH tanah, P tersedia, N