PENGARUH HARGA DIRI TERHADAP KONFORMITAS PADA REMAJA AWAL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Silvy Christyanti Pranjoyo NIM : 07 9114 065
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
HALAMAN MOTTO
KESUKSESAN ADALAH IMPIAN SETIAP MANUSIA
KESUKSESAN TIDAK HANYA SEMATA DILIHAT DENGAN MATA
SETIAP MANUSIA
DALAM SEBUAH KESUKSESAN BANYAK HAL YANG PERLU
DIPERJUANGKAN
MAKA DARI ITU SEBISA MUNGKIN KEJARLAH IMPIANMU
JANGAN BOSAN-BOSAN UNTUK TERUS BERUSAHA SETIAP WAKTU
KARENA DALAM SETIAP USAHA DAN LANGKAH KITA MEMILIKI
ARTI DAN HASIL YANG MEMUASKAN
PENGARUH HARGA DIRI TERHADAP KONFORMITAS PADA REMAJA AWAL
Silvy Christyanti Pranjoyo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh harga diri terhadap konformitas pada remaja awal. Hipotesis penelitian ini adalah harga diri berpengaruh pada konformitas remaja awal. Penelitian ini melibatkan 60 remaja yang terdiri dari 32 orang siswa-siswi kelas VII dan 28 orang siswa-siswi kelas VIII. Penelitian ini menggunakan skala harga diri dengan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,926. Konformitas memiliki koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,916. Hasil penelitian ini menghasilkan nilai p sebesar 0,003 (p<0,05) dan sumbangan efektif sebesar 12,5%. Hal ini menunjukkan pengaruh harga diri terhadap konformitas pada remaja awal.
THE INFLUENCE OF SELF ESTEEM ON EARLY ADOLESCENCE’S CONFORMITY
Silvy Chrisyanti Pranjoyo
ABSTRACT
This study aims to know the impact of self esteem on early adolescence’s conformity. The hypothesis is that there is an influence of self-esteem on the early adolescence’s conformity. This study is involved 60 students, 32 7th grade students and 28 8th grade students. This study used self esteem scale with alpha reliability coefficient of 0.926 and conformity scale with alpha reliability coefficient of 0.916. The study show a p value of 0.003 ( p < 0.05) and an effective contribution of 12,5%. The self esteem influences conformity the among early adolescents.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus atas karunia yang selalu tercurah
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun
dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Psikologi (S.Psi.). Penulis menyadari bahwa selama proses penyusunan skripsi ini
telah mendapatkan banyak bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. Tuhan Yesus, yang selalu memberikan jalan keluar disetiap kegalauan dan
kesulitan yang saya hadapi.
2. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi, yang
telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
3. Ibu Titik Kristiyani, M.Psi selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu
sabar untuk membimbing , memberikan banyak pengarahan, kritik, serta
saran membangun yang membuat penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu feri selaku kepala sekolah SMP Kanisius Muntilan yang sudah banyak
membantu dan memberikan ijin kepada saya untuk melakukan penelitian.
5. Ibu MM. Nimas Eki S., S. Psi., Psi., M. Si. selaku Dosen Pembimbing
Akademik atas segala perhatian dan bantuannya.
6. Seluruh karyawan Fakutas Psikologi (Mas Muji, Mas Doni, Mas Gandung,
Pak Gie, Bu Nanik) yang telah membantu dan memotivasi sehingga proses
7. Keluarga besarku yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam
langkah-langkah dan setiap proses penulisan skripsi ini, hingga selesai.
8. Koko ku tercinta yang selalu membantu, memotivasi dalam setiap
kegiatan penulisan skripsi ini.
9. Terima kasih untuk semua sahabat dan teman-temanku psikologi’07 yang
selalu memberikan dukungan yang luar biasa buat aku. Terutama untuk
Ngatini, Mba ra, Cangang, Adel, Ina, Winnie, Ika, Clara, Nana Lombok,
Bie Yatik, Nadya, Hellen, Heny, Dewi, Putu, Inong, Errin, Sheela, Cie
Lin, Cie Nana, dan teman-teman lain yang tentunya tidak bisa semua aku
sebutkan. Aku mengucapkan banyak terima kasih yang luar biasa kepada
kalian.
Semoga semua doa-doa dan dukungan kalian selama ini yang
ditujukkan untukku, dibalas oleh Tuhan Yesus. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini jauh dari sempurna, maka dari itu penulis menerima kritik dan
saran yang membangun. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi setiap orang yang membacanya.
Yogyakarta, 8 Juni 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
A. Remaja Awal ... 7
2. Karakteristik Remaja Awal ... 7
3. Perkembangan Sosial Remaja Awal ... 8
B. Harga Diri ... 8
1. Pengertian Harga Diri ... 8
2. Aspek-aspek Harga Diri ... 9
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri ... 11
C. Konformitas ... 12
1. Pengertian Konformitas ... 12
2. Bentuk-bentuk Konformitas ... 13
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konformitas ... 13
4. Indikator Konformitas ... 17
D. Dinamika Pengaruh Harga Diri terhadap Konformitas pada Remaja Awal ... 17
E. Hipotesis ... 21
F. Bagan Pengaruh Harga Diri terhadap Konformitas pada Remaja Awal ... 22
BAB III MOTODOLOGI PENELITIAN ... 23
A. Jenis Penelitian ... 23
B. Variabel Penelitian ... 23
C. Definisi Operasional ... 23
D. Subyek Penelitian ... 26
E. Prosedur Penelitian ... 26
F. Metode dan Teknik Pengumpulan Data... 27
1. Estimasi Validitas ... 31
2. Seleksi Item ... 31
3. Estimasi Reliabilitas ... 35
4. Metode Analisis Data ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 36
A. Pelaksanaan Penelitian ... 36
B. Deskripsi Subyek Penelitian ... 37
C. Analisis Hasil Penelitian ... 37
1. Uji Asumsi ... 37
a. Uji Normalitas ... 38
b. Uji Linearitas... 39
2. Uji Regresi ... 39
D. Pembahasan ... 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43
A. Kesimpulan ... 43
B. Saran ... 43
DAFTAR PUSTAKA ... 45
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Distribusi Item Skala Harga Diri Sebelum Uji Coba ... 28
Tabel 2 Distribusi Item Skala Konformitas Sebelum Uji Coba ... 30
Tabel 3. Distribusi Item Skala Harga Diri Setelah Uji Coba ... 33
Tabel 4 Distribusi Item Skala Konformitas Setelah Uji ... 34
Tabel 5 Deskripsi Subyek Penelitian Siswa-Siswi SMP Kanisius Muntilan .. 37
Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Data Harga diri dan Konformitas pada Remaja Awal ... 38
Tabel 7 Hasil Uji Linearitas Harga Diri dan Konformitas pada Remaja Awal ... 39
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Try Out dan Skala Penelitian ... 49
Lampiran 2. Uji Reliabilitas ... 75
Lampiran 3. Uji Asumsi (Uji Normalitas & Uji Linearitas) ... 80
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja awal merupakan masa, ketika seorang individu
mengalami suatu peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan
mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga
penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1991). Pada masa remaja awal,
anak memiliki minat untuk melakukan pencarian identitas diri. Mereka
berusaha mencari identitas diri mereka di luar lingkup keluarga. Hal tersebut
membuat para remaja lebih memilih, meluangkan waktu mereka untuk
melakukan kegiatan di luar rumah dengan teman-teman sebayanya.
Kegiatan yang sering dilakukan bersama teman sebayanya tersebut
membuat remaja mulai membentuk kelompok bersama teman sebayanya.
Kelompok sebaya atau peer group merupakan kelompok individu dengan
usia, latar belakang sosial, dan sikap yang sama, yang memilih jenis atau
kegiatan sekolah atau aktivitas waktu luang yang sejenis. Bila remaja sudah
terikat dalam suatu kelompok pertemanan, biasanya remaja akan selalu
mengikuti apa yang diinginkan dalam kelompok tersebut. Konformitas
(conformity) muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang
lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka
kuat pada masa remaja. Dengan konformitas, remaja dapat melakukan
berbagai kegiatan yang sama dengan teman sebayanya.
Konformitas dapat berperan secara positif atau negatif pada
seorang remaja. Berperan negatif karena biasanya menyimpang dari norma
masyarakat yang berlaku seperti penggunaan bahasa kotor, melakukan
pencurian, pengerusakan terhadap fasilitas umum, meminum minuman
keras, merokok dan bermasalah dengan orang tua dan guru (Santrock, 2002).
Selain itu, konformitas juga dapat berperan positif, seperti mengenakan
pakaian yang sama untuk memberikan identitas tentang kelompoknya,
remaja juga mempunyai keinginan yang besar untuk meluangkan waktu
untuk bersama dengan kelompoknya, sehingga tidak jarang menimbulkan
aktivitas yang juga bermanfaat bagi lingkungannya (Santrock, 2002).
Bersama dengan kelompok teman sebayanya tersebut mereka dapat
melakukan beberapa kegiatan sesuai dengan kesenangan mereka, secara
bersama-sama tanpa melihat norma masyarakat yang berlaku. Seperti pada
kasus yang dilakukan oleh geng remaja putri di Kediri, yang beranggotakan
lima remaja putri yang terdiri dari 2 orang siswi SMA dan 3 orang siswi
SMP. Mereka tertangkap setelah mencuri alat-alat elektronik untuk di jual
kembali. Dua di antara mereka mengaku bahwa mereka hanya ikut teman
dalam geng karena takut diancam (Surya, 2008). Kasus konformitas negatif
lainnya juga terjadi di Pulau Sumbawa. Seorang siswi SMP negeri di Pulau
dirinya hanya ikut apa yang dilakukan teman kelompok tersebut karena
diajak oleh teman satu kelompoknya (Sarbi, 2009).
Perilaku remaja di atas, merupakan beberapa contoh dari tindakan
remaja yang ikut-ikutan untuk melakukan kegiatan berdasarkan norma
kelompok mereka. Tindakan tersebut mereka lakukan karena adanya tekanan
dari teman satu kelompok mereka sehingga remaja melakukan tindakan
kriminalitas yang berada di luar keinginan mereka. Pemahaman ini
mendorongnya untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab, baik
dengan jalinan persahabatan maupun percintaan. Berkembang pula sikap
conformity, yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini,
pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan teman sebayanya
(Rochmah, 2005).
Pada penelitian Berndt dan Perry (1990 dalam Santrock, 2002),
ditemukan bahwa remaja pada kelas delapan dan Sembilan, melakukan
konformitas dengan teman sebaya, khususnya dengan standar-standar
antisosial yang memuncak. Pada tahap ini remaja cenderung pergi
bersama-sama dengan teman sebayanya untuk mencuri dop mobil, menggambar grafiti
di dinding, dan tindakan lain bersama kelompoknya (Santrock, 2002).
Ancaman dalam kelompok membuat anggota kelompok mengikuti perilaku
tersebut walaupun menyimpang dari norma yang ada, sehingga remaja
melakukan konformitas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Myers (2008),
yang mengemukakan bahwa konformitas adalah suatu bentuk perilaku atau
Ketergantungan dalam kelompok membuat remaja menjadi
menilai dirinya negatif, sehingga remaja menjadi tidak percaya diri saat tidak
bersama kelompoknya. Dalam fokus perseorangan, terdapat 2 faktor yang
mempengaruhi tingkat konformitas, yaitu: harga diri dan perbedaan gender
(Akert, 2005). Harga diri pada diri remaja mempengaruhi tingkat konformitas
terhadap remaja dalam kelompok. Asch (1955 dalam Akert, 2005),
menyatakan bahwa orang dengan harga diri yang rendah cenderung memilih
untuk menyesuaikan dengan kelompok karena mereka takut dibuang dan
mendapat hukuman dari kelompok mereka.
Menurut Coopersmith (1967), harga diri adalah evaluasi yang
dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap
menerima, menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap
kemampuan, keberartian, kesuksesan, keberhargaan. Harter (1990 dalam
Solarz, 2002) juga menyatakan bahwa harga diri merupakan evaluasi diri
pribadi baik secara positif maupun negatif. Lingkungan memberikan dampak
yang besar kepada remaja melalui hubungan yang baik antara remaja dengan
orang tua, teman, sebaya, lingkungan sekitar sehingga menumbuhkan rasa
aman dan nyaman dalam penerimaan sosial dan harga dirinya. Harga diri
juga memberikan pengaruh pada hubungan anak dengan lingkungan teman
sebaya, sehingga mereka merasa konform dengan teman sebayanya. Remaja
menganggap bahwa diri mereka dapat merasakan kekompakan dari teman
sebaya mereka sehingga saat bersama teman sebayanya, remaja merasa harga
Remaja mulai menyadari bahwa dirinya berharga sebagai
individu dengan lingkungannya. Kehilangan kasih sayang, penghinaan, dan
dijauhi teman sebaya akan menurunkan harga diri mereka. Hal tersebut
membuat remaja yang memiliki harga diri yang rendah sehingga remaja
cenderung berperilaku menyimpang untuk dapat mengikuti kelompoknya.
Hal tersebut didukung pernyataan oleh Shope bahwa dampak dari remaja
yang memiliki harga diri rendah dapat berkembang menjadi masalah
(Santrock, 2002).
Harga diri yang rendah pada masa remaja awal berkaitan
dengan lingkungan sebayanya. Remaja yang memiliki harga diri rendah
cenderung memiliki beberapa masalah pada lingkungannya disekolah seperti
dikucilkan, menyesuaikan diri dengan teman yang lebih popular, kenakalan
remaja, dan melakukan konformitas bersama geng kelompok sebayanya (Act,
2003). Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti ingin meneliti
pengaruh harga diri terhadap konformitas pada remaja awal.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini masalah dirumuskan sebagai berikut: Apakah
ada pengaruh harga diri terhadap konformitas pada remaja awal?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh harga diri terhadap
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberi sumbangan pengetahuan dalam
bidang psikologi perkembangan dengan melihat pengaruh harga diri
pada konformitas remaja awal.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para
pembaca, baik pendidik maupun orang tua tentang pengaruh harga diri
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Remaja Awal
1. Pengertian Remaja Awal
Remaja awal (adolescence) diartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock,
2002). Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescence
(kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh”
atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence, seperti yang
dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan
mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1991).
2. Karakteristik Remaja Awal
Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13-16/17 tahun,
dan akhir masa remaja bermula dari usia 16/17 tahun sampai 18 tahun
yaitu usia matang secara hukum. Dengan demikian akhir masa remaja
merupakan periode yang sangat singkat (Hurlock, 1991). Menurut
Mappiare (Asrori dkk, 2009) masa remaja berlangsung antara umur 12
tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan
22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah masa
akhir. Siswa SMP pada umumnya berusia antara rentang 12-15 tahun.
Usia ini dapat digolongkan dalam masa remaja, khususnya remaja awal.
3.Perkembangan Sosial Remaja Awal
Perkembangan ke arah masa remaja diiringi dengan
bertambahnya minat-minat terhadap ‘personal appearance’ (penampilan
diri), peer group, serta kegiatan-kegiatan kelompok sosial lainnya yang
anggota-anggotanya terdiri ata jenis kelamin yang sama maupun yang
berlainan. Pada masa ini juga berkembang social cognition, yaitu
kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain
sebagai individu yang unik, meliputi keseluruhan yang ada pada dirinya.
Pemahaman ini mendorongnya untuk menjalin hubungan sosial yang
lebih akrab, baik dengan jalinan persahabatan maupun percintaan.
Berkembang pula sikap conformity, yaitu kecenderungan untuk menyerah
atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau
keinginan orang lain (teman sebaya). Perkembangan sikap konformitas
pada remaja dapat member dampak positif maupun negatif bagi dirinya
(Rochmah, 2005).
B. Harga Diri
1. Pengertian Harga Diri
Menurut Coopersmith (1967) harga diri adalah evaluasi yang
dibuat oleh individu dan biasanya yang berkenaan dengan dirinya sendiri,
menunjukkan tingkat dimana individu itu meyakini dirinya sendiri
sebagai mampu, penting, berhasil, berharga. Santrock (2002),
menyatakan harga diri adalah evaluasi global dari diri. Dalam Rosenberg
(1965 dalam Burn, 1998) harga diri adalah sebagai suatu sikap yang
positif atau negatif terhadap suatu objek khusus yaitu diri. Stuart dan
Sudden (1998 dalam Tambunan, 2001) mengatakan bahwa harga diri
adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai.
Berdasarkan uraian di atas, harga diri adalah penilaian atau
evaluasi individu dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi
ideal dirinya baik secara positif atau negatif.
2. Aspek-aspek dalam Harga Diri
Coopersmith (1967) membagi harga diri dalam empat aspek yaitu : a. Kekuasaan (power)
Kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku diri
sendiri dan orang lain. Apabila individu mampu mengontrol diri
sendiri dan orang lain dengan baik maka hal tersebut akan mendorong
terbentuknya harga diri yang positif atau tinggi, demikian juga
sebaliknya. Kekuatan juga dikaitkan dengan inisiatif. Pada individu
yang memiliki kekuatan tinggi akan memiliki inisiatif yang tinggi.
Kemampuan ini ditandai dengan adanya pengakuan dan rasa hormat
yang diterima individu dari orang lain.
b. Keberartian (significance)
Adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima individu
dapat diukur melalui perhatian dan kasih sayang yang ditunjukkan
oleh lingkungan.
c. Kebajikan (virtue)
Ketaatan mengikuti standar moral dan etika, ditandai oleh
ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan.
Ketaatan individu terhadap aturan dalam masyarakat serta tidak
melakukan tindakan yang menyimpang dari norma dan ketentuan yang
berlaku di masyarakat akan membuat individu tersebut diterima
dengan baik oleh masyarakat. Demikian juga bila individu mampu
memberikan contoh atau dapat menjadi panutan yang baik bagi
lingkungannya, akan diterima secara baik oleh masyarakat. Jadi
ketaatan individu terhadap aturan masyarakat dan kemampuan
individu memberi contoh bagi masyarakat dapat menimbulkan
penerimaan lingkungan yang tinggi terhadap individu tersebut.
Penerimaan lingkungan yang tinggi ini mendorong terbentuknya
harga diri yang tinggi.
d. Kemampuan (competence)
Kesuksesan dalam memenuhi tuntutan prestasi. Kompetensi
diartikan sebagai memiliki usaha yang tinggi untuk mendapatkan
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri
Menurut Coopersmith (1967), harga diri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Faktor lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga mempengaruhi perkembangan harga diri
anak. Orang tua lebih demokratis dengan anak, menerima anak dengan
penuh penerimaan dan pengungkapan cinta akan membuat anak
memiliki harga diri yang lebih tinggi. Sedangkan anak yang tumbuh
dalam pengasuhan orangtua yang menerapkan aturan kurang jelas,
kasar, dan tidak memperhatikan anaknya akan membuat anak memiliki
harga diri yang rendah.
b. Faktor lingkungan sosial
Harga diri dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Individu akan
mengevaluasi dirinya melalui respon yang diberikan dari orang lain.
Apabila lingkungan memberi tanggapan yang baik, individu merasa
diterima, dihargai, diperhatikan dan memperoleh kasih sayang. Maka
dari itu, hal tersebut akan mendorong terbentuknya harga diri yang
tinggi. Sebaliknya, apabila lingkungan menolak dan tidak
mempedulikan individu maka hal tersebut akan mendorong
terbentuknya harga diri yang rendah.
c. Faktor ekonomi
Terdapat hubungan antara harga diri dengan status sosial
ekonomi. Individu dengan harga diri tinggi lebih banyak ditemukan
sosial ekonomi yang dimiliki seseorang dapat memberikan prestise
tertentu dalam masyarakat. Status sosial tersebut mempengaruhi harga
diri individu dalam masyarakat.
C. Konformitas
1. Pengertian Konformitas
Konformitas adalah suatu bentuk perubahan perilaku atau
kepercayaan sebagai hasil dari tekanan dalam kelompok (Myers, 2008).
Dalam Sears (2000), konformitas memiliki arti suatu keinginan untuk
mengubah kepercayaan atau tingkah laku yang konsisten sesuai dengan
standar kelompok . Menurut Kiesler & Kiesler ( 1969 dalam Rakhmat,
2008) konformitas adalah suatu perubahan perilaku atau kepercayaan
menuju (norma) kelompok sebagai akibat dari tekanan kelompok yang real
atau dibayangkan
Dalam Baron (2003) konformitas secara lepas menunjuk pada
kasus seorang individu yang mengubah perilaku mereka, pernyataan
verbal atau perilaku untuk menjadi satu pada norma-norma sosial.
Menurut Corona (dalam Forsyth, 2006) konformitas merupakan suatu
perubahan pendapat, keputusan, dan aksi untuk :
a. menyesuaikan dengan orang lain.
b. menyesuaikan standar norma dengan kelompok sosial atau
situasi.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa konformitas
menyesuaikan pendapat dan keputusan karena adanya tekanan dari
kelompok sesuai dengan norma kelompok yang berlaku.
2. Bentuk-bentuk Konformitas
Myers (2008) menjelaskan bahwa bentuk konformitas dapat dibagi
menjadi dua:
a. Acceptance
Konformitas ini terjadi karena pengaruh sosial yang bersifat
informatif (informational influence). Bentuk konformitas ini dimana
perilaku dan keyakinan individu sesuai dengan tekanan kelompok.
b. Compliance
Konformitas ini terjadi karena pengaruh sosial yang bersifat
normatif (normative influence). Hal ini melibatkan perilaku kita sesuai
dengan harapan orang lain. Bentuk konformitas ini, individu
berperilaku sesuai dengan tekanan kelompok, sementara secara pribadi
individu yang bersangkutan tidak menyetujui perilaku tersebut.
Konformitas ini terjadi untuk diterima di dalam kelompok atau untuk
menghindari penolakan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konformitas
Menurut Byrne (1979 dalam Akert, 2005) konformitas
a. Kohesivitas
Kohesivitas didefinisikan sebagai derajat ketertarikan individu
terhadap kelompok. Semakin besar kohesivitas, maka akan semakin
tinggi keinginan individu untuk konform terhadap kelompok.
b. Ukuran Kelompok
Jumlah anggota kelompok yang semakin besar akan mempengaruhi
tinggi rendahnya konformitas dalam kelompok tersebut.
c. Jenis norma sosial yang berlaku pada situasi tertentu
Norma sosial yang berlaku dapat berupa norma deskriptif atau norma
injungtif. Norma deskriptif yaitu norma yang hanya
mengindikasikan apa yang sebagian besar orang lakukan pada situasi
tertentu. Norma injungtif yaitu norma yang menetapkan tingkah laku
apa yang diterima atau tidak diterima pada situasi tertentu.
Faktor pembentuk konformitas dalam kelompok menurut Latane (1955
dalam Akert, 2005) dibagi menjadi dua, yaitu eksternal dan internal:
a. Faktor Eksternal
1. Jumlah anggota
Penelitian Asch (1955 dalam Akert, 2005) menyatakan bahwa
seiring dengan meningkatnya jumlah anggota kelompok,
konformitas pun juga turut meningkat. Namun ketika jumlah
anggota mencapai 4 atau 5 orang, maka konformitas tidak
didapat adalah: tidak memerlukan kelompok yang besar untuk
menciptakan pengaruh sosial normatif.
2. Pentingnya kelompok
Sebuah faktor yang penting adalah bagaimana pentingnya
kelompok bagi diri kita. Ketika kita berada dalam tekanan dari
orang yang berbagi dengan kita (kelompok sejawat yang penting
misalnya), kita cenderung mendapat tekanan yang lebih berat. Hal
ini disebabkan kita tidak ingin kehilangan kepercayaan dan rasa
cinta kasih dari kelompok. Tekanan yang didapat dalam kelompok
tersebut membuat individu melihat pentingnya kelompok, sehingga
tingkat konformitas semakin tinggi.
3. Dukungan dari kelompok
Asch (1995 dalam Akert, 2005) mengadakan penelitian
bahwa ada perbedaan yang mencolok ketika seseorang tidak
mendapat dukungan dari rekan satu kelompoknya. Ada perbedaan
yang mencolok ketika seseorang tidak memiliki pendukung dan
ketika seseorang mendapat dukungan dari beberapa anggota lain.
Dengan dukungan yang minimal pun, seseorang dapat
mempertahankan pendapat dan mengurangi tekanan yang ada.
Begitu pula ketika seseorang tidak mendapatka dukungan. Ia akan
cenderung kalah dan mendapat tekanan yang lebih dari anggota
4. Budaya kelompok yang bersifat kolektivitis
Kolektivistik adalah sebuah filosofi, pandangan sosial, atau
bahkan pandangan politik yang menggaris bawahi keterikatan tiap
orang dalam sebuah kelompok kolektif dimana tujuan bersama
harus didahulukan dibandingkan tujuan pribadi. Pandangan
konformitas dalam setiap budaya memiliki tingkat penilaian yang
berbeda pada masyarakatnya. Berry (1990 dalam Akert, 2005),
melakukan penelitian pada dua strategi budaya masyarakat yang
berbeda. Hasilnya adalah masyarakat yang dinamis lebih bebas
untuk memutuskan tiap hal yang berkaitan dengan pekerjaan dan
mencari nafkah, sedangkan pada masyarakat bertani akan
menghargai kerjasama, persetujuan bersama, dan konformitas. Hal
tersebut menyimpulkan bahwa budaya kelompok yang bersifat
kolektivistik memilki nilai konformitas lebih tinggi.
a. Faktor Internal:
1. Harga diri
Asch (1955 dalam Akert, 2005), menyatakan bahwa orang
dengan harga diri yang rendah cenderung memilih untuk
menyesuaikan dengan kelompok karena mereka takut dibuang dan
mendapat hukuman dari kelompok mereka. Pembelajaran lebih
mereka memerlukan penerimaan dari kelompok, cenderung akan
melakukan konformitas.
2. Perbedaan gender
Selama ini kepercayaan yang ada adalah: wanita selalu
berusaha untuk menyesuaikan diri lebih besar dibanding pria.
4. Indikator Konformitas
Indikator konformitas diperoleh dari beberapa definisi konformitas
yaitu suatu bentuk perubahan perilaku atau kepercayaan untuk
menyesuaikan pendapat dan keputusan karena adanya tekanan dari
kelompok sesuai dengan norma kelompok yang berlaku.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan mengenai beberapa
indikator yang terdapat dalam konformitas, yaitu:
a. Perubahan perilaku atau kepercayaan sesuai dengan kelompok.
b. Menyesuaikan pendapat dan keputusan sesuai dengan kelompok.
c. Menampilkan perilaku karena adanya tekanan dari kelompok
D. Dinamika Pengaruh Harga Diri terhadap Konformitas pada Remaja Awal
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan
kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat
laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan
(Hurlock, 1991). Konformitas pun mulai muncul saat remaja mulai memiliki
ikatan kuat dengan relasi teman sebayanya. Konformitas (conformity) muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan
yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka (Santrock, 2002). Hal tersebut membuat remaja berusaha untuk menjadi yang terbaik dibandingkan
dengan teman-teman sebayanya. Latane (1995 dalam Akert, 2005),
menyatakan bahwa harga diri merupakan salah satu faktor internal dalam
relasi remaja dengan kelompok yang mempengaruhi terjadinya konformitas.
Harga diri pada diri remaja merupakan suatu bentuk penilaian
terhadap dirinya sendiri secara positif atau negatif. Saat remaja tidak
mendapatkan perhatian dari kelompok sebayanya membuat remaja mulai
menilai dirinya secara negatif dan merasa dikucilkan. Hal tersebut merupakan
salah satu ciri remaja yang memiliki harga diri negatif. Harga diri yang
negatif, dalam diri remaja juga mempengaruhi beberapa aspek dalam harga
diri yaitu: kekuasaan (power), keberatian (virtue), kebajikan (virtue),
kemampuan (competence).
Pada aspek kekuasaan (power), individu memiliki kemampuan
untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku diri sendiri dan orang lain.
Masa remaja terutama pada remaja awal merupakan masa pencarian identitas.
Penyesuaian diri dengan kelompok sangatlah penting pada masa ini, bagi
remaja laki-laki maupun perempuan. Hal ini membuat remaja memiliki
keterikatan yang kuat dengan anggota dalam kelompok sebayanya (Hurlock,
membuat remaja mulai terpengaruh dengan apa yang dilakukan oleh
kelompok. Hubungan yang erat dalam kelompok tersebut membuat remaja
berusaha melakukan hal yang sama sesuai dengan apa yang dilakukan dengan
teman-temannya sebagai perwujudan identitas dirinya (Hurlock, 1991). Saat
kontrol terhadap diri sendiri rendah maka remaja juga tidak dapat mengatur
diri sendiri dan orang lain sehingga remaja menyesuaikan pendapat dan
keputusan sesuai dengan kelompok dengan menampilkan perilaku karena
adanya tekanan dari kelompok. Tindakan tersebut membuat remaja melakukan
konformitas dengan kelompok sebayanya.
Harga diri yang rendah pada remaja juga terlihat dari aspek
keberartian (significance) yang dimiliki dalam diri remaja. Keberartian
merupakan bentuk perasaan ingin dihargai dan diperhatikan oleh orang lain.
Saat remaja tidak mendapatkan perhatian dan pengakuan dari teman
sebayanya membuat remaja memiliki keberatian diri yang rendah. keberartian
diri yang rendah tersebut membuat merasa tidak dihargai dan tidak
diperhatikan orang lain. Hal tersebut membuat remaja berusaha untuk
mendapatkan afeksi dari orang lain , dengan berusaha beradaptasi sesuai
dengan kelompok yang mau menerimanya. Sikap adaptasi yang dilakukan
remaja yaitu dengan mengubah perilaku atau kepercayaan sesuai dengan
kelompoknya, sehingga remaja menyesuaikan pendapat dan keputusan sesuai
dengan kelompok dengan menampilkan perilaku karena adanya tekanan dari
kelompok. Tindakan tersebut membuat remaja melakukan konformitas dengan
Harga diri remaja dapat dilihat dari kebajikan (virtue) yang
dimiliki dalam diri remaja. Saat harga diri remaja rendah maka aspek
kebajikan (virtue) dalam diri invidu juga rendah. Hal tersebut membuat
remaja tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan etika atau moral yang
berlaku. Remaja memilki karakter emosi yang masih labil. Hal ini membuat
remaja lebih memakai emosi dalam setiap memecahkan masalah. Saat
remaja dalam keadaan emosi yang tak terkendali, membuat remaja mudah
terpengaruh dengan orang lain. Ketidakmampuan remaja tersebut membuat
remaja mudah mendapat tekanan dari kelompok sebayanya, sehingga remaja
mengikuti perilaku kelompok. Hal ini membuat remaja menyesuaikan
perilakunya dengan kelompok walaupun tindakan tersebut berada di luar
norma masyarakat sehingga tingkat konformitas pada remaja semakin tinggi
(Sears, 1994).
Menurut Copermith (1967), aspek kemampuan (competence)
adalah kesuksesan dalam tuntutan prestasi dengan kemampuan untuk
mengatasi masalah, serta mampu menghadapi lingkungannya. Pada remaja
tuntutan untuk berprestasi sangat tinggi. Tuntutan terhadap cita-citanya
tersebut membuat remaja harus berhasil (Hurlock, 1991). Saat remaja
memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebayanya maka remaja
memiliki tuntutan yang berbeda, terutama dalam berpendapat dan
menyelesaikan masalah. Saat remaja memiliki ikatan yang kuat dengan
kelompok sebayanya, remaja akan menyesuaikan pemikirannya dengan
merupakan bentuk sikap keengganan remaja untuk menuangkan ide dan
pikirannya karena remaja merasa takut jika apa yang mereka tuangkan tidak
sesuai dengan kelompok (Sears, 1994). Penyesuaian pendapat berdasarkan
norma kelompok menunjukkan konformitas yang tinggi pada remaja terhadap
kelompok sebayanya.
E. Hipotesis
F. Bagan Pengaruh Harga Diri terhadap Konformitas pada Remaja Awal Memiliki minat-minat terhadap ‘personal appearance’ (penampilan diri), peer group, serta kegiatan-kegiatan kelompok sosial lainnya . Saat remaja tidak mendapat dukungan sosial dari lingkungannya, membuat harga diri remaja menjadi rendah,
Remaja Awal
1. Merubah perilaku atau kepercayaan sesuai dengan kelompok.
2. Menampilkan perilaku karena adanya tekanan kelompok.
3. Menyesuaikan pendapat keputusan sesuai dengan kelompok.
Membuat remaja mudah terpengaruh dengan limnkungan sebayanya
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Tujuan penelitian ini
adalah untuk melihat pengaruh harga diri terhadap konformitas pada remaja
awal.
B. Variabel Penelitian
Variable-variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Tergantung : Konformitas
2. Variabel Bebas : Harga Diri
C. Definisi Operasional 1. Konformitas
Konformitas adalah suatu bentuk perubahan perilaku atau
kepercayaan untuk menyesuaikan pendapat dan keputusan karena adanya
tekanan dari kelompok sesuai dengan norma kelompok yang berlaku.
Skala konformitas disusun dengan mengacu pada
indikator-indikator yang diturunkan dari beberapa definisi konformitas yang
dikemukakan oleh beberapa tokoh sebagai berikut:
a. Konformitas adalah suatu bentuk perubahan perilaku atau kepercayaan
b. Konformitas adalah suatu keinginan untuk mengubah kepercayaan atau
tingkah laku yang konsisten sesuai dengan standar kelompok (Sears,
2000).
c. Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma)
kelompok sebagai akibat dari tekanan kelompok yang real atau
dibayangkan (Kiesler & Kiesler dalam Rakhmat, 2008).
d. Konformitas secara lepas menunjuk pada kasus dimana seseorang individu
mengubah perilaku mereka, pernyataan verbal atau perilaku untuk menjadi
satu pada norma-norma sosial (Baron, 2003).
e. Menurut Corona (dalam Forsyth, 2006), konformitas merupakan suatu
perubahan pendapat, keputusan, dan aksi untuk :
- menyesuaikan dengan orang lain.
- menyesuaikan standar norma dengan kelompok sosial atau situasi.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan mengenai beberapa
indikator yang terdapat dalam konformitas, yaitu:
1. Perubahan perilaku atau kepercayaan sesuai dengan kelompok.
2. Menyesuaikan pendapat dan keputusan sesuai dengan
kelompok.
3. Menampilkan perilaku karena adanya t ekanan dari kelompok.
Semakin tinggi skor pada skala ini menunjukkan bahwa perilaku
konformitas seseorang tinggi, sedangkan semakin rendah skor pada skala ini
2. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian individu terhadap dirinya sendiri secara
positif atau negatif yang dipengaruhi oleh hasil interaksinya dengan
orang-orang yang penting dilingkungannya serta dari sikap, penerimaan,
penghargaan, dan perlakuan orang lain terhadap dirinya. Harga diri dalam
penelitian ini akan diukur dengan skala harga diri yang disusun berdasarkan
indikator yang ada pada aspek-aspek yang dipaparkan oleh Coopersmith
(1967) yaitu :
1. Kekuasaan (power)
- Mampu mengatur dan mengontrol tingkah laku diri sendiri
- Mampu mengatur dan mengontrol tingkah laku orang lain
2. Keberartian (significance)
- Perasaan dihargai orang lain
- Perasaan diperhatikan orang lain
3. Kebajikan (virtue)
- Mampu melaksanakan etika dan standar moral
4. Kemampuan (competence)
- Mampu memecahkan masalah sendiri
Semakin tinggi skor dalam skala ini menunjukkan bahwa subyek
penelitian memiliki harga diri yang tinggi atau positif, sedangkan semakin
rendah skor menunjukkan harga diri yang rendah.
D. Subyek Penelitian
Karakter subyek dalam penelitian ini adalah :
1. Remaja pada tahap awal yang berusia 12-15 tahun.
2. Sampling penelitian dalam penelitian ini menggunakan purposive
sampling. Hal ini berarti sample dalam penelitian ini sudah ditentukan
sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian.
E. Prosedur Penelitian
1. Peneliti melakukan uji coba skala kepada kelompok subyek yang memiliki
karakterisitik yang sama dengan kelompok subyek sesungguhnya untuk
mendapatkan hasil skala yang valid dan reliabel.
2. Peneliti melakukan analisis item serta mengukur reliabilitas skala untuk
mendapatkan butir item yang sahih sehingga didapatkan skala yang valid
dan reliabel.
3. Peneliti melakukan pengambilan data pada subyek yang telah dipilih
dengan meminta subyek mengisi skala harga diri dan skala konformitas,
yang telah diuji sehingga valid dan reliabel
4. Peneliti kemudian mengolah semua data yang masuk dan melakukan
apakah ada hubungan antara Harga Diri dan Konformitas pada Remaja
Awal.
5. Terakhir, peneliti membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis tersebut.
F. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1. Skala Harga Diri
Skala ini digunakan untuk mengukur harga diri pada remaja tahap
awal. Skala ini disusun berdasarkan tujuh indikator yaitu mampu mengatur
dan mengontrol tingkah laku diri sendiri, mampu mengatur dan
mengontrol tingkah laku orang lain, perasaan dihargai orang lain, perasaan
diperhatikan orang lain, mampu melaksanakan etika dan standar moral
yang berlaku, mampu memecahkan masalah sendiri, mampu
melaksanakan tanggung jawab atas tugas yang diberikan. Ketujuh
indikator ini terbagi dalam 56 item. Distribusi item skala Harga Diri dapat
Tabel 1
Distribusi Item Skala Harga Diri Sebelum Uji Coba
Aspek
Sifat Item
Bobot Total
F U
Aspek Kekuasaan (power)
Mampu mengatur dan mengontrol tingkah laku diri sendiri
Mampu mengatur dan mengontrol tingkah laku orang lain
11, 1, 33, Perasaan dihargai orang lain
Perasaan diperhatikan orang lain
41, 18, 49,
Mampu melaksanakan etika dan standar moral
5, 29, 19, 54
28, 6, 20, 52 14,28% 8
Kompetensi (competence)
Mampu memecahkan masalah sendiri
Mampu melaksanakan tanggung jawab atas tugas yang diberikan
21, 43, 32,
Item dalam skala ini ditulis dalam item yang bersifat favorable dan
unfavorable. Item favorable merupakan item yang isinya mendukung,
item unfavorable adalah item yang isinya tidak mendukung, memihak,
atau menunjukkan ciri adanya atribut yang diukur (Azwar, 1999). Jenis
skala yang dipakai pada penelitian ini adalah skala Likert, yang sudah
dimodifikasi menjadi empat kategori respon atau jawaban yaitu SS (sangat
sesuai), S (sesuai), TS (tidak sesuai), STS (sangat tidak sesuai). Dipilih
empat kategori respon atau jawaban karena peneliti menghindari
kecenderungan subyek untuk memilih pilihan respon yang tengah (central
tendency). Penilaian untuk item untuk yang favorable adalah 4 untuk
jawaban SS, 3 untuk jawaban S, 2 untuk jawaban TS, 1 untuk jawaban
STS. Sedangkan untuk item yang unfavorable, nilai 1 untuk jawaban SS, 2
untuk jawaban S, 3 untuk jawaban TS, 4 untuk jawaban STS. Skor total
dari pilihan jawaban yang dipilih subyek akan menunjukkan bagaimana
perilaku konformitas pada remaja awal.
2. Skala Konformitas
Skala ini digunakan untuk mengukur konformitas pada remaja
tahap awal. Skala ini disusun berdasarkan tiga indikator yang diturunkan
dari beberapa definisi konformitas yaitu perubahan perilaku atau
kepercayaan sesuai dengan kelompok, menyesuaikan pendapat dan
keputusan sesuai dengan kelompok, menampilkan perilaku karena adanya
tekanan dari kelompok. Ketiga indikator ini terbagi dalam 42 item.
Tabel 2
Distribusi Item Skala Konformitas Sebelum Uji Coba
Aspek kepercayaan sesuai dengan kelompok
Menyesuaikan pendapat dan keputusan sesuai dengan kelompok
2, 14, 8,
Menampilkan perilaku karena adanya tekanan dari kelompok
3, 21, 15,
Item dalam skala ini ditulis dalam item yang bersifat favorable dan
unfavorable. Item favorable merupakan item yang isinya mendukung,
memihak atau menunjukkan ciri adanya atribut yang diukur, sedangkan
item unfavorable adalah item yang isinya tidak mendukung, memihak,
atau menunjukkan ciri adanya atribut yang diukur (Azwar, 1999). Jenis
skala yang dipakai pada penelitian ini adalah skala Likert, yang sudah
dimodifikasi menjadi empat kategori respon atau jawaban yaitu SS (sangat
sesuai), S (sesuai), TS (tidak sesuai), STS (sangat tidak sesuai). Dipilih
empat kategori respon atau jawaban karena peneliti menghindari
kecenderungan subyek untuk memilih pilihan respon yang tengah (central
tendency). Penilaian untuk item untuk yang favorable adalah 4 untuk
jawaban SS, 3 untuk jawaban S, 2 untuk jawaban TS, 1 untuk jawaban
untuk jawaban S, 3 untuk jawaban TS, 4 untuk jawaban STS. Skor total
dari pilihan jawaban yang dipilih subyek akan menunjukkan bagaimana
perilaku konformitas pada remaja awal.
G. Kredibilitas Alat Ukur 1. Estimasi Validitas
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi
yang menunjukkan sejauh mana item-item dalam alat ukur ini mencakup
keseluruhan kawasan isi obyek yang hendak diukur (Azwar, 2003).
2. Seleksi Aitem
Salah satu hal pokok yang perlu mendapat perhatian dalam
penulisan suatu skala adalah seleksi aitem. Hal ini penting karena kualitas
skala psikologi sangat ditentukan oleh aitem-aitem di dalamnya. Selaksi
aitem dapat dilakukan dengan melihat apakah aitem yang ditulis sudah
sesuai dengan blue print dan indikator perilaku yang hendak diungkap,
melihat apakah aitem yang telah ditulis sesuai dengan kaidah penulisan
yang benar, dan apakah aitem-aitem yang ditulis memiliki social
desirability yang tinggi. Selanjutnya seleksi aitem dilakukan berdasarkan
daya diskriminasi atau daya beda.
Daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan
antara subyek pada aspek yang hendak diukur oleh tes yang bersangkutan.
Cara menentukan seleksi aitem dalam skala ini mengacu pada kriteria dari
korelasi total yaitu yaitu aitem yang sudah memiliki batasan ≥ 0,3. Aitem
0,3 dapat dimasukkan dalam skala karena mempunyai indeks daya
diskriminasi yang tinggi. Sedangkan aitem yang memiliki indeks daya
diskriminasi yang kurang dari 0,3 dinyatakan gugur karena indeks daya
beda aitem tersebut rendah. Apabila jumlah aitem yang lolos ternyata
masih belum mencukupi jumlah yang diinginkan, maka dapat
mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria 0,3 menjadi
0,25 (Azwar, 1999). Pada penelitian ini peneliti menggunakan batasa 0,3
sebagai criteria pemilihan item.
a. Skala Harga Diri
Skala ini terdiri dari 56 item yaitu 28 item adalah item
favorable dan 28 adalah item unfavorable. Setelah hasil uji coba
menggunakan SPSS for Windows versi 16 terdapat beberapa item yang
gugur. Dari 56 item tersebut terdapat 16 item yang gugur, sehingga
item yang tersisa adalah 40 item. Hasil uji coba item skala harga diri
Tabel 3
Distribusi Item Skala Harga Diri Setelah Uji Coba
Aspek
mengontrol tingkah laku diri sendiri
Mampu mengatur dan
mengontrol tingkah laku orang lain Perasaan dihargai orang lain
Perasaan diperhatikan orang lain
b. Skala Konformitas
Skala ini terdiri dari 42 item yaitu 21 item adalah item
favorable dan 21 adalah item unfavorable. Setelah hasil uji coba
menggunakan SPSS for Windows versi 16 terdapat beberapa item yang
gugur. Dari 42 item tersebut terdapat 12 item yang gugur, sehingga
item yang tersisa adalah 30 item. Hasil uji coba item skala
konformitas dapat dilihat pada tabel 4 berikut:
Tabel 4
Distribusi Item Skala Konformitas Setelah Uji Coba
Aspek kepercayaan sesuai dengan kelompok keputusan sesuai dengan kelompok
3. Estimasi Reliabilitas
Reliabilitas atau keandalan alat ukur mengacu pada keterpecayaan
hasil alat ukur, yaitu sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Suatu
hasil pengukuran dapat dikatakan reliabel apabila dalam beberapa kali
pengukuran terhadap subyek penelitian yang sama, diperoleh hasil yang
relatif sama. Secara empirik, tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan
dengan suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Koefisien
reliabilitas berkisar mulai dari 0,0 sampai dengan 1,0 (Azwar, 2003).
Pada penelitian ini, penghitungan koefisien reliabilitas dilakukan
dengan menggunakan SPSS for Windows versi 16. Dari hasil perhitungan
koefisien reliabilitas pada skala konformitas setelah seleksi item adalah
0,916. Hal ini menunjukkan bahwa skala konformitas dapat dipercaya.
Sedangkan untuk skala harga diri memiliki koefisiaen reliabilitas sebesar
0,926. Hal ini menunjukkan bahwa skala harga diri dapat dipercaya.
4. Metode Analisis Data
Sebelum dilakukan teknik korelasi, terlebih dahulu dilakukan uji
asumsi yang terdiri dari uji normalitas dan uji liniearitas. Kemudian,
analisis data diihitung dengan menggunakan regresi. Perhitungan korelasi
ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS for Windows
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitan
Penelitian ini mengambil data pada siswa SMP kelas VII dan VIII
yang disesuaikan dengan tahapan usia pada remaja awal yaitu usia 12-15
tahun. Penelitian ini dilakukan di SMP Kanisius Muntilan. Sebelum
melakukan penelitian, peneliti melakukan proses ijin terlebih dahulu kepada
pihak sekolah untuk melaksanakan penelitian. Ijin yang dilakukan peneliti
yaitu dengan membuat surat ijin dari fakultas yang sudah disetujui oleh Dekan
Fakultas Psikologi dan menyerahkan surat tersebut kepada kepala sekolah.
Penelitian dilakukan pada hari Jumat, 30 September 2011. Penelitian
dilakukan di SMP Kanisius, Muntilan. dengan mengambil data pada siswa
SMP kelas VII dan VIII yang disesuaikan dengan usia remaja pada tahap awal
yaitu usia 13-15 tahun. Peneliti menyebarkan skala sesuai dengan ijin yang
diberikan oleh kepala sekolah. Skala yang disebar sebanyak 70 eksemplar
yaitu 35 eksemplar pada siswa kelas VII dan 35 eksemplar pada siswa kelas
VIII. Setelah diseleksi skala yang digunakan adalah 60 eksemplar karena ada
beberapa skala yang tidak memenuhi kriteria untuk diikutsertakan dalam
analisis data. Beberapa skala tersebut tidak dipakai karena ada beberapa
B. Deskripsi Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini berjumlah 60 orang yang terdiri dari 32
orang siswi kelas VII dan 28 orang siswi kelas VIII. Untuk
siswa-siswi kelas VII memiliki rentang usia 12-13 tahun, sedangkan untuk kelas VIII
memiliki rentang usia 14-15 tahun.
Tabel 5
Deskripsi Subyek Penelitian Siswa-Siswi SMP Kanisius Muntilan
Jenis Kelamin
Usia
12 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahun
Perempuan 10 7 8 8
Laki-laki 8 7 7 5
Total 18 14 15 13
C. Analisis Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi
Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu melakukan uji
asumsi data penelitian. Hal ini dilakukan sebagai syarat penggunaan teknik
korelasi. Tujuan dilakukan uji asumsi data penelitian adalah untuk
memperoleh kesimpulan yang benar dan tidak menyimpang dari tujuan
penelitian. Uji asumsi tersebut meliputi uji normalitas sebaran data
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi
sebaran variabel bebas dan tergantung bersifat normal atau tidak. Pada
penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan SPSS
dengan versi 16,0 dengan One Sample Kolmogorv-Smirnov Test. Dari
hasil uji normalitas diperoleh data seperti pada tabel 6.
Tabel 6.
Hasil Uji Normalitas Data
Harga diri dan Konformitas pada Remaja Awal
Variabel KS-test Asymp.
Sig
Sebaran
Harga Diri 0,513 0,955 Normal
Konformitas 0,924 0,360 Normal
Nilai Kolmogorov-Smirnov Test pada variabel harga diri adalah
sebesar 0,513 dengan p lebih besar dari 0,05 (0,955 > 0,05). Dari data
tersebut terlihat bahwa distribusi pada skala harga diri terbukti tidak
menyimpang dari distribusi normal. Pada variabel konformitas, nilai
Kolmogorov-Smirnov Test adalah sebesar 0,924 dengan p lebih besar
dari 0,05 (0,360 > 0,05). Dari data tersebut terlihat bahwa distribusi
pada skala konformitas terbukti tidak menyimpang dari distribusi
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan
antara skor variabel bebas dan skor variabel tergantung merupakan
garis lurus atau tidak. Untuk melihat hubungan antara variabel bebas
dan tergantung Linear tidaknya hasil penelitian jika nilai p < 0,05. Pada
penelitian ini menggunakan uji Compare Means Test for Linearity dari
SPSS versi 16.0. Dari hasil uji linearitas dengan menggunakan program
SPSS Windows 16 diperoleh data seperti pada tabel 7.
Tabel 7.
Hasil Uji Linearitas Harga Diri dan Konformitas pada Remaja Awal
Linearity 10,422 0,003
Deviation from Linearity
1,493 0,145
Hasil dari uji linearitas menunjukkan bahwa antara variabel
Harga Diri dan Konformitas menunjukkan hasil yang linier dengan taraf
signifikansi 0,003 (p < 0,05) . Hal ini membuktikan bahwa ada
hubungan yang linier antara variabel harga diri dan konformitas.
2. Uji Regresi
Setelah persyaratan analisis data dipenuhi, maka
dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian. Hal ini dilakukan
pada remaja awal. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
teknik regresi dengan bantuan program SPSS 16.0 for Windows yang
dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8 Hasil Uji Regresi
Model Summaryb
a. Predictors: (Constant), konformitas
b. Dependent Variable: hargadiri
Hasil penelitian menunjukkan nilai taraf signifikansi
sebesar 0,003(p <0,05). Sumbangan efektif harga diri pada
konformitas adalah sebesar 12,5%. Berdasarkan hasil tersebut masih
ada pengaruh faktor lain pada konformitas sebesar 87,5 % yang tidak
diungkap dalam penelitian ini. Sumbangan efektif harga diri dalam
konformitas sebesar 12,5%, menunjukkan pengaruh harga diri terhadap
konformitas pada remaja awal.
Correlations
Hargadiri konformitas
Pearson Correlation Harga diri 1,000 -,354
Konformitas -.354 1,000
Sig. (1-tailed) Harga diri , ,003
Konformitas ,003 ,
N Harga diri 60 60
D. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan sumbangan efektif harga diri pada
konformitas sebesar 12,5%. Hasil ini mendukung penelitian Latane (1995
dalam Akert, 2005), bahwa harga diri memiliki pengaruh terhadap
konformitas. Jaffe (1998 dalam Solarz, 2002) menyatakan bahwa remaja yang
memiliki harga diri yang rendah akan lebih mudah untuk mengikuti asumsi
orang lain dan melakukan konformitas dalam lingkungan sebayanya. Dengan
sumbangan harga diri pada konformitas sebesar 12,5% dan 87,5%
dipengaruhi oleh beberapa faktor lain. Faktor-faktor lain tersebut terbagi
menjadi dua, yaitu: faktor internal yang terdiri dari gender dan harga diri
sedangkan faktor eksternal terdiri dari jumlah anggota, dukungan kelompok,
budaya kolektivistik dan pentingnya kelompok (Latane, 1995).
Perlu disadari bahwa sample yang diambil adalah siswa-siswi
SMP yang masuk tahap remaja awal. Masa remaja awal memiliki
karakteristik emosi yang labil sehingga remaja belum memiliki pengendalian
diri yang sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman,
tidak tenang, dan khawatir. Keadaan tersebut membuat remaja memiliki
kecemasan diri yang tinggi terutama dalam menilai dirinya sendiri (Ali dan
Asrori, 2009). Karakteristik remaja tersebut dapat berpengaruh pada kondisi
para siswa-siswi SMP dalam menjawab pernyataan yang terdapat di dalam
kecemasan dalam menjawab pernyataan yang terdapat dalam skala, membuat
mereka kurang terbuka dalam menjawab.
Selain itu, pengisian skala harga diri dan konformitas juga
dipengaruhi oleh sifat ideal yang dimiliki oleh siswa-siswi SMP. Sikap ideal
tersebut muncul pada tahap remaja awal saat pencarian identitas diri (Ali
dan Asrori, 2009). Pencarian identitas membuat remaja lebih melihat
lingkungan teman sebayanya (Bishop & Inderbitzen, 1995
).
Sifat idealtersebut membuat siswa-siswi melakukan faking, terutama dalam menjawab
pernyataan pada skala harga diri yang berkaitan dengan penilaian diri.
Siswa-siswi banyak menjawab baik dalam skala harga diri. Sedangkan untuk skala
konformitas yang berisi pernyataan yang melibatkan beberapa
tindakan-tindakan bersama teman sebayanya, banyak yang menjawab tidak melakukan
tindakan tersebut. Kecenderungan tersebut berpengaruh pada pengisian skala
harga diri. Kondisi tersebut yang kemungkinan berpengaruh kepada hasil
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sumbangan efektif harga diri
terhadap konformitas sebesar 12,5%. Hal ini menyatakan bahwa harga diri
berpengaruh pada konformitas remaja awal.
B. Saran
1. Bagi Sekolah
a. Dari hasil penelitian, nilai harga diri yang dimiliki siswa-siswi SMP
Kanisius Muntilan tinggi. Dengan hasil tersebut, guru dapat
memberikan beberapa dukungan yang terkait dengan harga diri kepada
siswa-siswi. Dalam pemberian dukungan tersebut hendaknya guru
terlebih dahulu menyesuaikan diri dengan siswa-siswi yang memiliki
harga diri yang tinggi. Dukungan yang diberikan kepada siswa-siswi
dapat disampaikan dengan melakukan bimbingan konseling kepada
siswa-siswi. Terutama keadaan siswa-siswi memiliki harga diri tinggi,
sehingga mereka memiliki rasa puas akan diri yang tinggi. Jika
siswa-siswi tidak diarahkan, maka mereka akan memiliki sifat yang angkuh
dan tidak peduli dengan orang lain. Untuk itu, peran guru disini
siswa-siswi agar mereka tetap memiliki harga diri yang tinggi tetapi tetap
memiliki sikap dan sifat yang tepat dalam berperilaku.
b. Dari hasil penelitian, diperoleh nilai konformitas yang rendah pada
siswa-siswi SMP Kanisius Muntilan. Konformitas yang rendah pada
remaja, membuat mereka menjadi tidak mudah terpengaruh dengan
lingkungan sebayanya sehingga remaja memiliki pendirian yang kuat.
Tapi jika sikap tersebut terlalu dominan dalam diri remaja, maka remaja
menjadi pribadi yang individualis. Sikap individualis bisa timbul jika
remaja terlalu memiliki konformitas yang rendah sehingga mereka
menjadi lebih fokus terhadap diri mereka sendiri. Disini guru berperan
untuk memberikan pendampingan berupa bimbingan konseling, agar
siswa-siswi juga tidak terlalu individualis. Dengan memberikan
konseling diharapkan siswa-siswi dapat menempatkan diri dalam
lingkungan sosial yang tepat terutama dalam berkonformitas.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Peneliti disarankan supaya lebih mempelajari karakteristik remaja awal
terlebih dahulu sebagai pertimbangan penyesuaian dalam pembuatan
item skala yang terkait dengan variabel harga diri dan konformitas.
Penyesuaian tersebut dilakukan supaya item-item yang dibuat bisa
sesuai dengan karakter siswa-siswi SMP yang diteliti.
b. Peneliti menyarankan penelitian dengan desain eksperimental untuk
DAFTAR PUSTAKA
Akert, W.A. (2005). Social Psychology, New Jersey: Pearson Education.
Ali, M. & Asrori, M. (2009). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Asch, S. E. (1952). Social Psychology, Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hal
Astuti, E.R. (2008). Ngegeng Boleh. Diakses 20 Februari 2011 dari http://nasional .kompas.com /read/2008/07/25.
Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Baron, R.S. (2003). Group Process, Group Decision, Group Action. Hongkong: Great Britain by Biddles Limited.
Berndt, T.J. & Perry, T.B. (1990). Distinctive Features And Effects Of Early Adolescent Friendship. Dalam R. Montemayor (Ed), Advances In Adolescent Research. Greenwich, CT: JAI Press.
Berry, J.W. (1990). Psychology Of Acculturation: Understanding Individuals Moving Between Cultures. Dalam. W. Brislin (Ed), Applied Cross-Cultural Psychology. Newbury Park, CA: Sage.
Bishop, J. A. & Inderbitzen, H. M. (1995). Peer Aceptance and Friendship: An Investigation of Their Relationship to Self-Esteem. Journal of Early Adolescence.
Burn, R. B. (1998). Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Jakarta: Arcan.
Byrne, D. (1971). The Attraction Paradigm. New York: Academic Pres
Coopersmith, S. (1967). Antecedent of Self-Esteem. San Francisco: W.H. Freeman and Company.
Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.
Harter, S. (1990). Identity and Self Development. In S. Feldman and G. Elliott (Eds.), At the Thresh-Old: The Developing Adolescent (pp. 352-387). Cambridge, MA: Harvard University Press
Hurlock. (1991). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Jaffe, M. L. (1998). Adolescence. New York: Wiley.
Kohn, A. (1994). The Truth About Self-Esteem. vol 76, no 4, December, 1994, pp. 272- 283. Published by: Phi Delta Kappa International Stable.
Latane, B. (1955). Psychology of Social Impact. American Psychologist, 36, 343–356.
Manning, M. A. (2007). Self Concept and Self Esteem in Adolescent. Diakses pada 22 September 2011 dari http://www.nasponline.org/ families
/selfconcept .pdf.
Monks, F. J. Knoers, A. M. P. & Haditono, S. R. (2004). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Myers, D.G. (1996). Social Psychology, (Fifth Edition & International Edition). New York: Mc Graw-Hill Company
Rakhmat, J. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Rochmah, E.Y. (2005). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press.
Rosenberg, M. (1965). Society and The Adolescent Self-Image. New Jersey: Princeton University Press.
Santrock, J. W. (2002). Life Span Development (jilid 2). Jakarta: Erlangga.
Sarbi. (2009). Isap Ganja Siswi SMP Dibekuk.Polisi. Diakses 20 Februari 2011 dari http:// www. kompas.com/lipsus 112009/kpkread/ 2008/11/17 /14371944
Sarwono, S.W & Meinarno, E.A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
ears, O., Freedman, L. & Peplau, A. (2000). Social Psychology (Tenth Edition). New York: Prentice Hall.
Solarz. A. (2002). A Reference for Personal Developing Adolescents. Diakses 20 September 2011 dari http://www.apa.org/pi/cyf/develop.pdf.
Stuart, A. & Sudden, R. (1991). Principle and Practice of Psychiatric Nursing. Missoury: Mosty Company.
Sumarlin, M. (2009). Perilaku Konformitas pada Remaja Remaja yang Berada di Lingkungan Peminum Alkohol. Diakses 25 Februari dari
http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009/ Artikel_10503145.pdf
Surya. (2008). Ketua Geng Cewek itu Masih Berusia 17 Tahun. Diakses 20 Februari 2011 dari http://nasional.kompas .com/read/2008 /06/24 /08250821
Tambunan, R. (2001). Harga Diri Remaja. Jakarta, 24 September 2001. Diakses
18 Maret 2011 dari http://www.epsikologi.
com/epsi/artikel_detail.asp?id=369
Act. (2003). Research and Findings. Diakses pada 22 September 2011 dari
LAMPIRAN 1
Skala Try Out
&
Yogyakarta, 15 September 2011 Kepada :
Yth. Saudara yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini.
Dengan hormat, saya :
Nama / NIM : Silvy Christyanti Pranjoyo / 079114065 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, saya bermaksud mengadakan penelitian. Oleh karena itu, saya membutuhkan sejumlah data, yang hanya akan saya peroleh dengan adanya kerjasama dari Anda dalam mengisi skala berikut ini. Skala ini terdiri dari 2 bagian yakni data pribadi, yang berisi sejumlah pertanyaan mengenai Anda dan 1 buah skala yang berisi sejumlah pernyataan.
Dalam mengisi skala ini tidak ada jawaban yang benar atau salah. Yang saya harapkan adalah jawaban yang paling mendekati Anda atau keadaan Anda sesungguhnya. Oleh karena itu, saya harap Anda bersedia memberi jawaban Anda sendiri dan sejujur-jujurnya. Semua jawaban Anda akan terjaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini saja. Kerja sama Anda dalam menjawab
pernyataan pada skala ini merupakan kerjasama yang amat besar artinya bagi keberhasilan penelitian ini. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih.
Hormat saya,