• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH HARGA DIRI TERHADAP KONFORMITAS PADA REMAJA AWAL Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH HARGA DIRI TERHADAP KONFORMITAS PADA REMAJA AWAL Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH HARGA DIRI TERHADAP KONFORMITAS PADA REMAJA AWAL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Silvy Christyanti Pranjoyo NIM : 07 9114 065

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

HALAMAN MOTTO

KESUKSESAN ADALAH IMPIAN SETIAP MANUSIA

KESUKSESAN TIDAK HANYA SEMATA DILIHAT DENGAN MATA

SETIAP MANUSIA

DALAM SEBUAH KESUKSESAN BANYAK HAL YANG PERLU

DIPERJUANGKAN

MAKA DARI ITU SEBISA MUNGKIN KEJARLAH IMPIANMU

JANGAN BOSAN-BOSAN UNTUK TERUS BERUSAHA SETIAP WAKTU

KARENA DALAM SETIAP USAHA DAN LANGKAH KITA MEMILIKI

ARTI DAN HASIL YANG MEMUASKAN

(5)
(6)

PENGARUH HARGA DIRI TERHADAP KONFORMITAS PADA REMAJA AWAL

Silvy Christyanti Pranjoyo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh harga diri terhadap konformitas pada remaja awal. Hipotesis penelitian ini adalah harga diri berpengaruh pada konformitas remaja awal. Penelitian ini melibatkan 60 remaja yang terdiri dari 32 orang siswa-siswi kelas VII dan 28 orang siswa-siswi kelas VIII. Penelitian ini menggunakan skala harga diri dengan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,926. Konformitas memiliki koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,916. Hasil penelitian ini menghasilkan nilai p sebesar 0,003 (p<0,05) dan sumbangan efektif sebesar 12,5%. Hal ini menunjukkan pengaruh harga diri terhadap konformitas pada remaja awal.

(7)

THE INFLUENCE OF SELF ESTEEM ON EARLY ADOLESCENCE’S CONFORMITY

Silvy Chrisyanti Pranjoyo

ABSTRACT

This study aims to know the impact of self esteem on early adolescence’s conformity. The hypothesis is that there is an influence of self-esteem on the early adolescence’s conformity. This study is involved 60 students, 32 7th grade students and 28 8th grade students. This study used self esteem scale with alpha reliability coefficient of 0.926 and conformity scale with alpha reliability coefficient of 0.916. The study show a p value of 0.003 ( p < 0.05) and an effective contribution of 12,5%. The self esteem influences conformity the among early adolescents.

(8)
(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus atas karunia yang selalu tercurah

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun

dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana

Psikologi (S.Psi.). Penulis menyadari bahwa selama proses penyusunan skripsi ini

telah mendapatkan banyak bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima

kasih kepada:

1. Tuhan Yesus, yang selalu memberikan jalan keluar disetiap kegalauan dan

kesulitan yang saya hadapi.

2. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi, yang

telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

3. Ibu Titik Kristiyani, M.Psi selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu

sabar untuk membimbing , memberikan banyak pengarahan, kritik, serta

saran membangun yang membuat penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu feri selaku kepala sekolah SMP Kanisius Muntilan yang sudah banyak

membantu dan memberikan ijin kepada saya untuk melakukan penelitian.

5. Ibu MM. Nimas Eki S., S. Psi., Psi., M. Si. selaku Dosen Pembimbing

Akademik atas segala perhatian dan bantuannya.

6. Seluruh karyawan Fakutas Psikologi (Mas Muji, Mas Doni, Mas Gandung,

Pak Gie, Bu Nanik) yang telah membantu dan memotivasi sehingga proses

(10)

7. Keluarga besarku yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam

langkah-langkah dan setiap proses penulisan skripsi ini, hingga selesai.

8. Koko ku tercinta yang selalu membantu, memotivasi dalam setiap

kegiatan penulisan skripsi ini.

9. Terima kasih untuk semua sahabat dan teman-temanku psikologi’07 yang

selalu memberikan dukungan yang luar biasa buat aku. Terutama untuk

Ngatini, Mba ra, Cangang, Adel, Ina, Winnie, Ika, Clara, Nana Lombok,

Bie Yatik, Nadya, Hellen, Heny, Dewi, Putu, Inong, Errin, Sheela, Cie

Lin, Cie Nana, dan teman-teman lain yang tentunya tidak bisa semua aku

sebutkan. Aku mengucapkan banyak terima kasih yang luar biasa kepada

kalian.

Semoga semua doa-doa dan dukungan kalian selama ini yang

ditujukkan untukku, dibalas oleh Tuhan Yesus. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini jauh dari sempurna, maka dari itu penulis menerima kritik dan

saran yang membangun. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Yogyakarta, 8 Juni 2012

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Remaja Awal ... 7

(12)

2. Karakteristik Remaja Awal ... 7

3. Perkembangan Sosial Remaja Awal ... 8

B. Harga Diri ... 8

1. Pengertian Harga Diri ... 8

2. Aspek-aspek Harga Diri ... 9

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri ... 11

C. Konformitas ... 12

1. Pengertian Konformitas ... 12

2. Bentuk-bentuk Konformitas ... 13

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konformitas ... 13

4. Indikator Konformitas ... 17

D. Dinamika Pengaruh Harga Diri terhadap Konformitas pada Remaja Awal ... 17

E. Hipotesis ... 21

F. Bagan Pengaruh Harga Diri terhadap Konformitas pada Remaja Awal ... 22

BAB III MOTODOLOGI PENELITIAN ... 23

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Variabel Penelitian ... 23

C. Definisi Operasional ... 23

D. Subyek Penelitian ... 26

E. Prosedur Penelitian ... 26

F. Metode dan Teknik Pengumpulan Data... 27

(13)

1. Estimasi Validitas ... 31

2. Seleksi Item ... 31

3. Estimasi Reliabilitas ... 35

4. Metode Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 36

A. Pelaksanaan Penelitian ... 36

B. Deskripsi Subyek Penelitian ... 37

C. Analisis Hasil Penelitian ... 37

1. Uji Asumsi ... 37

a. Uji Normalitas ... 38

b. Uji Linearitas... 39

2. Uji Regresi ... 39

D. Pembahasan ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Item Skala Harga Diri Sebelum Uji Coba ... 28

Tabel 2 Distribusi Item Skala Konformitas Sebelum Uji Coba ... 30

Tabel 3. Distribusi Item Skala Harga Diri Setelah Uji Coba ... 33

Tabel 4 Distribusi Item Skala Konformitas Setelah Uji ... 34

Tabel 5 Deskripsi Subyek Penelitian Siswa-Siswi SMP Kanisius Muntilan .. 37

Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Data Harga diri dan Konformitas pada Remaja Awal ... 38

Tabel 7 Hasil Uji Linearitas Harga Diri dan Konformitas pada Remaja Awal ... 39

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Try Out dan Skala Penelitian ... 49

Lampiran 2. Uji Reliabilitas ... 75

Lampiran 3. Uji Asumsi (Uji Normalitas & Uji Linearitas) ... 80

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja awal merupakan masa, ketika seorang individu

mengalami suatu peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan

mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga

penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1991). Pada masa remaja awal,

anak memiliki minat untuk melakukan pencarian identitas diri. Mereka

berusaha mencari identitas diri mereka di luar lingkup keluarga. Hal tersebut

membuat para remaja lebih memilih, meluangkan waktu mereka untuk

melakukan kegiatan di luar rumah dengan teman-teman sebayanya.

Kegiatan yang sering dilakukan bersama teman sebayanya tersebut

membuat remaja mulai membentuk kelompok bersama teman sebayanya.

Kelompok sebaya atau peer group merupakan kelompok individu dengan

usia, latar belakang sosial, dan sikap yang sama, yang memilih jenis atau

kegiatan sekolah atau aktivitas waktu luang yang sejenis. Bila remaja sudah

terikat dalam suatu kelompok pertemanan, biasanya remaja akan selalu

mengikuti apa yang diinginkan dalam kelompok tersebut. Konformitas

(conformity) muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang

lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka

(17)

kuat pada masa remaja. Dengan konformitas, remaja dapat melakukan

berbagai kegiatan yang sama dengan teman sebayanya.

Konformitas dapat berperan secara positif atau negatif pada

seorang remaja. Berperan negatif karena biasanya menyimpang dari norma

masyarakat yang berlaku seperti penggunaan bahasa kotor, melakukan

pencurian, pengerusakan terhadap fasilitas umum, meminum minuman

keras, merokok dan bermasalah dengan orang tua dan guru (Santrock, 2002).

Selain itu, konformitas juga dapat berperan positif, seperti mengenakan

pakaian yang sama untuk memberikan identitas tentang kelompoknya,

remaja juga mempunyai keinginan yang besar untuk meluangkan waktu

untuk bersama dengan kelompoknya, sehingga tidak jarang menimbulkan

aktivitas yang juga bermanfaat bagi lingkungannya (Santrock, 2002).

Bersama dengan kelompok teman sebayanya tersebut mereka dapat

melakukan beberapa kegiatan sesuai dengan kesenangan mereka, secara

bersama-sama tanpa melihat norma masyarakat yang berlaku. Seperti pada

kasus yang dilakukan oleh geng remaja putri di Kediri, yang beranggotakan

lima remaja putri yang terdiri dari 2 orang siswi SMA dan 3 orang siswi

SMP. Mereka tertangkap setelah mencuri alat-alat elektronik untuk di jual

kembali. Dua di antara mereka mengaku bahwa mereka hanya ikut teman

dalam geng karena takut diancam (Surya, 2008). Kasus konformitas negatif

lainnya juga terjadi di Pulau Sumbawa. Seorang siswi SMP negeri di Pulau

(18)

dirinya hanya ikut apa yang dilakukan teman kelompok tersebut karena

diajak oleh teman satu kelompoknya (Sarbi, 2009).

Perilaku remaja di atas, merupakan beberapa contoh dari tindakan

remaja yang ikut-ikutan untuk melakukan kegiatan berdasarkan norma

kelompok mereka. Tindakan tersebut mereka lakukan karena adanya tekanan

dari teman satu kelompok mereka sehingga remaja melakukan tindakan

kriminalitas yang berada di luar keinginan mereka. Pemahaman ini

mendorongnya untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab, baik

dengan jalinan persahabatan maupun percintaan. Berkembang pula sikap

conformity, yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini,

pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan teman sebayanya

(Rochmah, 2005).

Pada penelitian Berndt dan Perry (1990 dalam Santrock, 2002),

ditemukan bahwa remaja pada kelas delapan dan Sembilan, melakukan

konformitas dengan teman sebaya, khususnya dengan standar-standar

antisosial yang memuncak. Pada tahap ini remaja cenderung pergi

bersama-sama dengan teman sebayanya untuk mencuri dop mobil, menggambar grafiti

di dinding, dan tindakan lain bersama kelompoknya (Santrock, 2002).

Ancaman dalam kelompok membuat anggota kelompok mengikuti perilaku

tersebut walaupun menyimpang dari norma yang ada, sehingga remaja

melakukan konformitas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Myers (2008),

yang mengemukakan bahwa konformitas adalah suatu bentuk perilaku atau

(19)

Ketergantungan dalam kelompok membuat remaja menjadi

menilai dirinya negatif, sehingga remaja menjadi tidak percaya diri saat tidak

bersama kelompoknya. Dalam fokus perseorangan, terdapat 2 faktor yang

mempengaruhi tingkat konformitas, yaitu: harga diri dan perbedaan gender

(Akert, 2005). Harga diri pada diri remaja mempengaruhi tingkat konformitas

terhadap remaja dalam kelompok. Asch (1955 dalam Akert, 2005),

menyatakan bahwa orang dengan harga diri yang rendah cenderung memilih

untuk menyesuaikan dengan kelompok karena mereka takut dibuang dan

mendapat hukuman dari kelompok mereka.

Menurut Coopersmith (1967), harga diri adalah evaluasi yang

dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap

menerima, menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap

kemampuan, keberartian, kesuksesan, keberhargaan. Harter (1990 dalam

Solarz, 2002) juga menyatakan bahwa harga diri merupakan evaluasi diri

pribadi baik secara positif maupun negatif. Lingkungan memberikan dampak

yang besar kepada remaja melalui hubungan yang baik antara remaja dengan

orang tua, teman, sebaya, lingkungan sekitar sehingga menumbuhkan rasa

aman dan nyaman dalam penerimaan sosial dan harga dirinya. Harga diri

juga memberikan pengaruh pada hubungan anak dengan lingkungan teman

sebaya, sehingga mereka merasa konform dengan teman sebayanya. Remaja

menganggap bahwa diri mereka dapat merasakan kekompakan dari teman

sebaya mereka sehingga saat bersama teman sebayanya, remaja merasa harga

(20)

Remaja mulai menyadari bahwa dirinya berharga sebagai

individu dengan lingkungannya. Kehilangan kasih sayang, penghinaan, dan

dijauhi teman sebaya akan menurunkan harga diri mereka. Hal tersebut

membuat remaja yang memiliki harga diri yang rendah sehingga remaja

cenderung berperilaku menyimpang untuk dapat mengikuti kelompoknya.

Hal tersebut didukung pernyataan oleh Shope bahwa dampak dari remaja

yang memiliki harga diri rendah dapat berkembang menjadi masalah

(Santrock, 2002).

Harga diri yang rendah pada masa remaja awal berkaitan

dengan lingkungan sebayanya. Remaja yang memiliki harga diri rendah

cenderung memiliki beberapa masalah pada lingkungannya disekolah seperti

dikucilkan, menyesuaikan diri dengan teman yang lebih popular, kenakalan

remaja, dan melakukan konformitas bersama geng kelompok sebayanya (Act,

2003). Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti ingin meneliti

pengaruh harga diri terhadap konformitas pada remaja awal.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini masalah dirumuskan sebagai berikut: Apakah

ada pengaruh harga diri terhadap konformitas pada remaja awal?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh harga diri terhadap

(21)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberi sumbangan pengetahuan dalam

bidang psikologi perkembangan dengan melihat pengaruh harga diri

pada konformitas remaja awal.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para

pembaca, baik pendidik maupun orang tua tentang pengaruh harga diri

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Remaja Awal

1. Pengertian Remaja Awal

Remaja awal (adolescence) diartikan sebagai masa

perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang

mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock,

2002). Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescence

(kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh”

atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence, seperti yang

dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan

mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1991).

2. Karakteristik Remaja Awal

Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13-16/17 tahun,

dan akhir masa remaja bermula dari usia 16/17 tahun sampai 18 tahun

yaitu usia matang secara hukum. Dengan demikian akhir masa remaja

merupakan periode yang sangat singkat (Hurlock, 1991). Menurut

Mappiare (Asrori dkk, 2009) masa remaja berlangsung antara umur 12

tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan

22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua

bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah masa

(23)

akhir. Siswa SMP pada umumnya berusia antara rentang 12-15 tahun.

Usia ini dapat digolongkan dalam masa remaja, khususnya remaja awal.

3.Perkembangan Sosial Remaja Awal

Perkembangan ke arah masa remaja diiringi dengan

bertambahnya minat-minat terhadap ‘personal appearance’ (penampilan

diri), peer group, serta kegiatan-kegiatan kelompok sosial lainnya yang

anggota-anggotanya terdiri ata jenis kelamin yang sama maupun yang

berlainan. Pada masa ini juga berkembang social cognition, yaitu

kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain

sebagai individu yang unik, meliputi keseluruhan yang ada pada dirinya.

Pemahaman ini mendorongnya untuk menjalin hubungan sosial yang

lebih akrab, baik dengan jalinan persahabatan maupun percintaan.

Berkembang pula sikap conformity, yaitu kecenderungan untuk menyerah

atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau

keinginan orang lain (teman sebaya). Perkembangan sikap konformitas

pada remaja dapat member dampak positif maupun negatif bagi dirinya

(Rochmah, 2005).

B. Harga Diri

1. Pengertian Harga Diri

Menurut Coopersmith (1967) harga diri adalah evaluasi yang

dibuat oleh individu dan biasanya yang berkenaan dengan dirinya sendiri,

(24)

menunjukkan tingkat dimana individu itu meyakini dirinya sendiri

sebagai mampu, penting, berhasil, berharga. Santrock (2002),

menyatakan harga diri adalah evaluasi global dari diri. Dalam Rosenberg

(1965 dalam Burn, 1998) harga diri adalah sebagai suatu sikap yang

positif atau negatif terhadap suatu objek khusus yaitu diri. Stuart dan

Sudden (1998 dalam Tambunan, 2001) mengatakan bahwa harga diri

adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai.

Berdasarkan uraian di atas, harga diri adalah penilaian atau

evaluasi individu dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi

ideal dirinya baik secara positif atau negatif.

2. Aspek-aspek dalam Harga Diri

Coopersmith (1967) membagi harga diri dalam empat aspek yaitu : a. Kekuasaan (power)

Kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku diri

sendiri dan orang lain. Apabila individu mampu mengontrol diri

sendiri dan orang lain dengan baik maka hal tersebut akan mendorong

terbentuknya harga diri yang positif atau tinggi, demikian juga

sebaliknya. Kekuatan juga dikaitkan dengan inisiatif. Pada individu

yang memiliki kekuatan tinggi akan memiliki inisiatif yang tinggi.

Kemampuan ini ditandai dengan adanya pengakuan dan rasa hormat

yang diterima individu dari orang lain.

b. Keberartian (significance)

Adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima individu

(25)

dapat diukur melalui perhatian dan kasih sayang yang ditunjukkan

oleh lingkungan.

c. Kebajikan (virtue)

Ketaatan mengikuti standar moral dan etika, ditandai oleh

ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan.

Ketaatan individu terhadap aturan dalam masyarakat serta tidak

melakukan tindakan yang menyimpang dari norma dan ketentuan yang

berlaku di masyarakat akan membuat individu tersebut diterima

dengan baik oleh masyarakat. Demikian juga bila individu mampu

memberikan contoh atau dapat menjadi panutan yang baik bagi

lingkungannya, akan diterima secara baik oleh masyarakat. Jadi

ketaatan individu terhadap aturan masyarakat dan kemampuan

individu memberi contoh bagi masyarakat dapat menimbulkan

penerimaan lingkungan yang tinggi terhadap individu tersebut.

Penerimaan lingkungan yang tinggi ini mendorong terbentuknya

harga diri yang tinggi.

d. Kemampuan (competence)

Kesuksesan dalam memenuhi tuntutan prestasi. Kompetensi

diartikan sebagai memiliki usaha yang tinggi untuk mendapatkan

(26)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri

Menurut Coopersmith (1967), harga diri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

a. Faktor lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga mempengaruhi perkembangan harga diri

anak. Orang tua lebih demokratis dengan anak, menerima anak dengan

penuh penerimaan dan pengungkapan cinta akan membuat anak

memiliki harga diri yang lebih tinggi. Sedangkan anak yang tumbuh

dalam pengasuhan orangtua yang menerapkan aturan kurang jelas,

kasar, dan tidak memperhatikan anaknya akan membuat anak memiliki

harga diri yang rendah.

b. Faktor lingkungan sosial

Harga diri dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Individu akan

mengevaluasi dirinya melalui respon yang diberikan dari orang lain.

Apabila lingkungan memberi tanggapan yang baik, individu merasa

diterima, dihargai, diperhatikan dan memperoleh kasih sayang. Maka

dari itu, hal tersebut akan mendorong terbentuknya harga diri yang

tinggi. Sebaliknya, apabila lingkungan menolak dan tidak

mempedulikan individu maka hal tersebut akan mendorong

terbentuknya harga diri yang rendah.

c. Faktor ekonomi

Terdapat hubungan antara harga diri dengan status sosial

ekonomi. Individu dengan harga diri tinggi lebih banyak ditemukan

(27)

sosial ekonomi yang dimiliki seseorang dapat memberikan prestise

tertentu dalam masyarakat. Status sosial tersebut mempengaruhi harga

diri individu dalam masyarakat.

C. Konformitas

1. Pengertian Konformitas

Konformitas adalah suatu bentuk perubahan perilaku atau

kepercayaan sebagai hasil dari tekanan dalam kelompok (Myers, 2008).

Dalam Sears (2000), konformitas memiliki arti suatu keinginan untuk

mengubah kepercayaan atau tingkah laku yang konsisten sesuai dengan

standar kelompok . Menurut Kiesler & Kiesler ( 1969 dalam Rakhmat,

2008) konformitas adalah suatu perubahan perilaku atau kepercayaan

menuju (norma) kelompok sebagai akibat dari tekanan kelompok yang real

atau dibayangkan

Dalam Baron (2003) konformitas secara lepas menunjuk pada

kasus seorang individu yang mengubah perilaku mereka, pernyataan

verbal atau perilaku untuk menjadi satu pada norma-norma sosial.

Menurut Corona (dalam Forsyth, 2006) konformitas merupakan suatu

perubahan pendapat, keputusan, dan aksi untuk :

a. menyesuaikan dengan orang lain.

b. menyesuaikan standar norma dengan kelompok sosial atau

situasi.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa konformitas

(28)

menyesuaikan pendapat dan keputusan karena adanya tekanan dari

kelompok sesuai dengan norma kelompok yang berlaku.

2. Bentuk-bentuk Konformitas

Myers (2008) menjelaskan bahwa bentuk konformitas dapat dibagi

menjadi dua:

a. Acceptance

Konformitas ini terjadi karena pengaruh sosial yang bersifat

informatif (informational influence). Bentuk konformitas ini dimana

perilaku dan keyakinan individu sesuai dengan tekanan kelompok.

b. Compliance

Konformitas ini terjadi karena pengaruh sosial yang bersifat

normatif (normative influence). Hal ini melibatkan perilaku kita sesuai

dengan harapan orang lain. Bentuk konformitas ini, individu

berperilaku sesuai dengan tekanan kelompok, sementara secara pribadi

individu yang bersangkutan tidak menyetujui perilaku tersebut.

Konformitas ini terjadi untuk diterima di dalam kelompok atau untuk

menghindari penolakan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konformitas

Menurut Byrne (1979 dalam Akert, 2005) konformitas

(29)

a. Kohesivitas

Kohesivitas didefinisikan sebagai derajat ketertarikan individu

terhadap kelompok. Semakin besar kohesivitas, maka akan semakin

tinggi keinginan individu untuk konform terhadap kelompok.

b. Ukuran Kelompok

Jumlah anggota kelompok yang semakin besar akan mempengaruhi

tinggi rendahnya konformitas dalam kelompok tersebut.

c. Jenis norma sosial yang berlaku pada situasi tertentu

Norma sosial yang berlaku dapat berupa norma deskriptif atau norma

injungtif. Norma deskriptif yaitu norma yang hanya

mengindikasikan apa yang sebagian besar orang lakukan pada situasi

tertentu. Norma injungtif yaitu norma yang menetapkan tingkah laku

apa yang diterima atau tidak diterima pada situasi tertentu.

Faktor pembentuk konformitas dalam kelompok menurut Latane (1955

dalam Akert, 2005) dibagi menjadi dua, yaitu eksternal dan internal:

a. Faktor Eksternal

1. Jumlah anggota

Penelitian Asch (1955 dalam Akert, 2005) menyatakan bahwa

seiring dengan meningkatnya jumlah anggota kelompok,

konformitas pun juga turut meningkat. Namun ketika jumlah

anggota mencapai 4 atau 5 orang, maka konformitas tidak

(30)

didapat adalah: tidak memerlukan kelompok yang besar untuk

menciptakan pengaruh sosial normatif.

2. Pentingnya kelompok

Sebuah faktor yang penting adalah bagaimana pentingnya

kelompok bagi diri kita. Ketika kita berada dalam tekanan dari

orang yang berbagi dengan kita (kelompok sejawat yang penting

misalnya), kita cenderung mendapat tekanan yang lebih berat. Hal

ini disebabkan kita tidak ingin kehilangan kepercayaan dan rasa

cinta kasih dari kelompok. Tekanan yang didapat dalam kelompok

tersebut membuat individu melihat pentingnya kelompok, sehingga

tingkat konformitas semakin tinggi.

3. Dukungan dari kelompok

Asch (1995 dalam Akert, 2005) mengadakan penelitian

bahwa ada perbedaan yang mencolok ketika seseorang tidak

mendapat dukungan dari rekan satu kelompoknya. Ada perbedaan

yang mencolok ketika seseorang tidak memiliki pendukung dan

ketika seseorang mendapat dukungan dari beberapa anggota lain.

Dengan dukungan yang minimal pun, seseorang dapat

mempertahankan pendapat dan mengurangi tekanan yang ada.

Begitu pula ketika seseorang tidak mendapatka dukungan. Ia akan

cenderung kalah dan mendapat tekanan yang lebih dari anggota

(31)

4. Budaya kelompok yang bersifat kolektivitis

Kolektivistik adalah sebuah filosofi, pandangan sosial, atau

bahkan pandangan politik yang menggaris bawahi keterikatan tiap

orang dalam sebuah kelompok kolektif dimana tujuan bersama

harus didahulukan dibandingkan tujuan pribadi. Pandangan

konformitas dalam setiap budaya memiliki tingkat penilaian yang

berbeda pada masyarakatnya. Berry (1990 dalam Akert, 2005),

melakukan penelitian pada dua strategi budaya masyarakat yang

berbeda. Hasilnya adalah masyarakat yang dinamis lebih bebas

untuk memutuskan tiap hal yang berkaitan dengan pekerjaan dan

mencari nafkah, sedangkan pada masyarakat bertani akan

menghargai kerjasama, persetujuan bersama, dan konformitas. Hal

tersebut menyimpulkan bahwa budaya kelompok yang bersifat

kolektivistik memilki nilai konformitas lebih tinggi.

a. Faktor Internal:

1. Harga diri

Asch (1955 dalam Akert, 2005), menyatakan bahwa orang

dengan harga diri yang rendah cenderung memilih untuk

menyesuaikan dengan kelompok karena mereka takut dibuang dan

mendapat hukuman dari kelompok mereka. Pembelajaran lebih

(32)

mereka memerlukan penerimaan dari kelompok, cenderung akan

melakukan konformitas.

2. Perbedaan gender

Selama ini kepercayaan yang ada adalah: wanita selalu

berusaha untuk menyesuaikan diri lebih besar dibanding pria.

4. Indikator Konformitas

Indikator konformitas diperoleh dari beberapa definisi konformitas

yaitu suatu bentuk perubahan perilaku atau kepercayaan untuk

menyesuaikan pendapat dan keputusan karena adanya tekanan dari

kelompok sesuai dengan norma kelompok yang berlaku.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan mengenai beberapa

indikator yang terdapat dalam konformitas, yaitu:

a. Perubahan perilaku atau kepercayaan sesuai dengan kelompok.

b. Menyesuaikan pendapat dan keputusan sesuai dengan kelompok.

c. Menampilkan perilaku karena adanya tekanan dari kelompok

D. Dinamika Pengaruh Harga Diri terhadap Konformitas pada Remaja Awal

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan

kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat

laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan

(33)

(Hurlock, 1991). Konformitas pun mulai muncul saat remaja mulai memiliki

ikatan kuat dengan relasi teman sebayanya. Konformitas (conformity) muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan

yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka (Santrock, 2002). Hal tersebut membuat remaja berusaha untuk menjadi yang terbaik dibandingkan

dengan teman-teman sebayanya. Latane (1995 dalam Akert, 2005),

menyatakan bahwa harga diri merupakan salah satu faktor internal dalam

relasi remaja dengan kelompok yang mempengaruhi terjadinya konformitas.

Harga diri pada diri remaja merupakan suatu bentuk penilaian

terhadap dirinya sendiri secara positif atau negatif. Saat remaja tidak

mendapatkan perhatian dari kelompok sebayanya membuat remaja mulai

menilai dirinya secara negatif dan merasa dikucilkan. Hal tersebut merupakan

salah satu ciri remaja yang memiliki harga diri negatif. Harga diri yang

negatif, dalam diri remaja juga mempengaruhi beberapa aspek dalam harga

diri yaitu: kekuasaan (power), keberatian (virtue), kebajikan (virtue),

kemampuan (competence).

Pada aspek kekuasaan (power), individu memiliki kemampuan

untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku diri sendiri dan orang lain.

Masa remaja terutama pada remaja awal merupakan masa pencarian identitas.

Penyesuaian diri dengan kelompok sangatlah penting pada masa ini, bagi

remaja laki-laki maupun perempuan. Hal ini membuat remaja memiliki

keterikatan yang kuat dengan anggota dalam kelompok sebayanya (Hurlock,

(34)

membuat remaja mulai terpengaruh dengan apa yang dilakukan oleh

kelompok. Hubungan yang erat dalam kelompok tersebut membuat remaja

berusaha melakukan hal yang sama sesuai dengan apa yang dilakukan dengan

teman-temannya sebagai perwujudan identitas dirinya (Hurlock, 1991). Saat

kontrol terhadap diri sendiri rendah maka remaja juga tidak dapat mengatur

diri sendiri dan orang lain sehingga remaja menyesuaikan pendapat dan

keputusan sesuai dengan kelompok dengan menampilkan perilaku karena

adanya tekanan dari kelompok. Tindakan tersebut membuat remaja melakukan

konformitas dengan kelompok sebayanya.

Harga diri yang rendah pada remaja juga terlihat dari aspek

keberartian (significance) yang dimiliki dalam diri remaja. Keberartian

merupakan bentuk perasaan ingin dihargai dan diperhatikan oleh orang lain.

Saat remaja tidak mendapatkan perhatian dan pengakuan dari teman

sebayanya membuat remaja memiliki keberatian diri yang rendah. keberartian

diri yang rendah tersebut membuat merasa tidak dihargai dan tidak

diperhatikan orang lain. Hal tersebut membuat remaja berusaha untuk

mendapatkan afeksi dari orang lain , dengan berusaha beradaptasi sesuai

dengan kelompok yang mau menerimanya. Sikap adaptasi yang dilakukan

remaja yaitu dengan mengubah perilaku atau kepercayaan sesuai dengan

kelompoknya, sehingga remaja menyesuaikan pendapat dan keputusan sesuai

dengan kelompok dengan menampilkan perilaku karena adanya tekanan dari

kelompok. Tindakan tersebut membuat remaja melakukan konformitas dengan

(35)

Harga diri remaja dapat dilihat dari kebajikan (virtue) yang

dimiliki dalam diri remaja. Saat harga diri remaja rendah maka aspek

kebajikan (virtue) dalam diri invidu juga rendah. Hal tersebut membuat

remaja tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan etika atau moral yang

berlaku. Remaja memilki karakter emosi yang masih labil. Hal ini membuat

remaja lebih memakai emosi dalam setiap memecahkan masalah. Saat

remaja dalam keadaan emosi yang tak terkendali, membuat remaja mudah

terpengaruh dengan orang lain. Ketidakmampuan remaja tersebut membuat

remaja mudah mendapat tekanan dari kelompok sebayanya, sehingga remaja

mengikuti perilaku kelompok. Hal ini membuat remaja menyesuaikan

perilakunya dengan kelompok walaupun tindakan tersebut berada di luar

norma masyarakat sehingga tingkat konformitas pada remaja semakin tinggi

(Sears, 1994).

Menurut Copermith (1967), aspek kemampuan (competence)

adalah kesuksesan dalam tuntutan prestasi dengan kemampuan untuk

mengatasi masalah, serta mampu menghadapi lingkungannya. Pada remaja

tuntutan untuk berprestasi sangat tinggi. Tuntutan terhadap cita-citanya

tersebut membuat remaja harus berhasil (Hurlock, 1991). Saat remaja

memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebayanya maka remaja

memiliki tuntutan yang berbeda, terutama dalam berpendapat dan

menyelesaikan masalah. Saat remaja memiliki ikatan yang kuat dengan

kelompok sebayanya, remaja akan menyesuaikan pemikirannya dengan

(36)

merupakan bentuk sikap keengganan remaja untuk menuangkan ide dan

pikirannya karena remaja merasa takut jika apa yang mereka tuangkan tidak

sesuai dengan kelompok (Sears, 1994). Penyesuaian pendapat berdasarkan

norma kelompok menunjukkan konformitas yang tinggi pada remaja terhadap

kelompok sebayanya.

E. Hipotesis

(37)

F. Bagan Pengaruh Harga Diri terhadap Konformitas pada Remaja Awal Memiliki minat-minat terhadap ‘personal appearance’ (penampilan diri), peer group, serta kegiatan-kegiatan kelompok sosial lainnya . Saat remaja tidak mendapat dukungan sosial dari lingkungannya, membuat harga diri remaja menjadi rendah,

Remaja Awal

1. Merubah perilaku atau kepercayaan sesuai dengan kelompok.

2. Menampilkan perilaku karena adanya tekanan kelompok.

3. Menyesuaikan pendapat keputusan sesuai dengan kelompok.

Membuat remaja mudah terpengaruh dengan limnkungan sebayanya

(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Tujuan penelitian ini

adalah untuk melihat pengaruh harga diri terhadap konformitas pada remaja

awal.

B. Variabel Penelitian

Variable-variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Tergantung : Konformitas

2. Variabel Bebas : Harga Diri

C. Definisi Operasional 1. Konformitas

Konformitas adalah suatu bentuk perubahan perilaku atau

kepercayaan untuk menyesuaikan pendapat dan keputusan karena adanya

tekanan dari kelompok sesuai dengan norma kelompok yang berlaku.

Skala konformitas disusun dengan mengacu pada

indikator-indikator yang diturunkan dari beberapa definisi konformitas yang

dikemukakan oleh beberapa tokoh sebagai berikut:

a. Konformitas adalah suatu bentuk perubahan perilaku atau kepercayaan

(39)

b. Konformitas adalah suatu keinginan untuk mengubah kepercayaan atau

tingkah laku yang konsisten sesuai dengan standar kelompok (Sears,

2000).

c. Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma)

kelompok sebagai akibat dari tekanan kelompok yang real atau

dibayangkan (Kiesler & Kiesler dalam Rakhmat, 2008).

d. Konformitas secara lepas menunjuk pada kasus dimana seseorang individu

mengubah perilaku mereka, pernyataan verbal atau perilaku untuk menjadi

satu pada norma-norma sosial (Baron, 2003).

e. Menurut Corona (dalam Forsyth, 2006), konformitas merupakan suatu

perubahan pendapat, keputusan, dan aksi untuk :

- menyesuaikan dengan orang lain.

- menyesuaikan standar norma dengan kelompok sosial atau situasi.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan mengenai beberapa

indikator yang terdapat dalam konformitas, yaitu:

1. Perubahan perilaku atau kepercayaan sesuai dengan kelompok.

2. Menyesuaikan pendapat dan keputusan sesuai dengan

kelompok.

3. Menampilkan perilaku karena adanya t ekanan dari kelompok.

Semakin tinggi skor pada skala ini menunjukkan bahwa perilaku

konformitas seseorang tinggi, sedangkan semakin rendah skor pada skala ini

(40)

2. Harga Diri

Harga diri adalah penilaian individu terhadap dirinya sendiri secara

positif atau negatif yang dipengaruhi oleh hasil interaksinya dengan

orang-orang yang penting dilingkungannya serta dari sikap, penerimaan,

penghargaan, dan perlakuan orang lain terhadap dirinya. Harga diri dalam

penelitian ini akan diukur dengan skala harga diri yang disusun berdasarkan

indikator yang ada pada aspek-aspek yang dipaparkan oleh Coopersmith

(1967) yaitu :

1. Kekuasaan (power)

- Mampu mengatur dan mengontrol tingkah laku diri sendiri

- Mampu mengatur dan mengontrol tingkah laku orang lain

2. Keberartian (significance)

- Perasaan dihargai orang lain

- Perasaan diperhatikan orang lain

3. Kebajikan (virtue)

- Mampu melaksanakan etika dan standar moral

4. Kemampuan (competence)

- Mampu memecahkan masalah sendiri

(41)

Semakin tinggi skor dalam skala ini menunjukkan bahwa subyek

penelitian memiliki harga diri yang tinggi atau positif, sedangkan semakin

rendah skor menunjukkan harga diri yang rendah.

D. Subyek Penelitian

Karakter subyek dalam penelitian ini adalah :

1. Remaja pada tahap awal yang berusia 12-15 tahun.

2. Sampling penelitian dalam penelitian ini menggunakan purposive

sampling. Hal ini berarti sample dalam penelitian ini sudah ditentukan

sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian.

E. Prosedur Penelitian

1. Peneliti melakukan uji coba skala kepada kelompok subyek yang memiliki

karakterisitik yang sama dengan kelompok subyek sesungguhnya untuk

mendapatkan hasil skala yang valid dan reliabel.

2. Peneliti melakukan analisis item serta mengukur reliabilitas skala untuk

mendapatkan butir item yang sahih sehingga didapatkan skala yang valid

dan reliabel.

3. Peneliti melakukan pengambilan data pada subyek yang telah dipilih

dengan meminta subyek mengisi skala harga diri dan skala konformitas,

yang telah diuji sehingga valid dan reliabel

4. Peneliti kemudian mengolah semua data yang masuk dan melakukan

(42)

apakah ada hubungan antara Harga Diri dan Konformitas pada Remaja

Awal.

5. Terakhir, peneliti membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis tersebut.

F. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1. Skala Harga Diri

Skala ini digunakan untuk mengukur harga diri pada remaja tahap

awal. Skala ini disusun berdasarkan tujuh indikator yaitu mampu mengatur

dan mengontrol tingkah laku diri sendiri, mampu mengatur dan

mengontrol tingkah laku orang lain, perasaan dihargai orang lain, perasaan

diperhatikan orang lain, mampu melaksanakan etika dan standar moral

yang berlaku, mampu memecahkan masalah sendiri, mampu

melaksanakan tanggung jawab atas tugas yang diberikan. Ketujuh

indikator ini terbagi dalam 56 item. Distribusi item skala Harga Diri dapat

(43)

Tabel 1

Distribusi Item Skala Harga Diri Sebelum Uji Coba

Aspek

Sifat Item

Bobot Total

F U

Aspek Kekuasaan (power)

Mampu mengatur dan mengontrol tingkah laku diri sendiri

Mampu mengatur dan mengontrol tingkah laku orang lain

11, 1, 33, Perasaan dihargai orang lain

Perasaan diperhatikan orang lain

41, 18, 49,

Mampu melaksanakan etika dan standar moral

5, 29, 19, 54

28, 6, 20, 52 14,28% 8

Kompetensi (competence)

Mampu memecahkan masalah sendiri

Mampu melaksanakan tanggung jawab atas tugas yang diberikan

21, 43, 32,

Item dalam skala ini ditulis dalam item yang bersifat favorable dan

unfavorable. Item favorable merupakan item yang isinya mendukung,

(44)

item unfavorable adalah item yang isinya tidak mendukung, memihak,

atau menunjukkan ciri adanya atribut yang diukur (Azwar, 1999). Jenis

skala yang dipakai pada penelitian ini adalah skala Likert, yang sudah

dimodifikasi menjadi empat kategori respon atau jawaban yaitu SS (sangat

sesuai), S (sesuai), TS (tidak sesuai), STS (sangat tidak sesuai). Dipilih

empat kategori respon atau jawaban karena peneliti menghindari

kecenderungan subyek untuk memilih pilihan respon yang tengah (central

tendency). Penilaian untuk item untuk yang favorable adalah 4 untuk

jawaban SS, 3 untuk jawaban S, 2 untuk jawaban TS, 1 untuk jawaban

STS. Sedangkan untuk item yang unfavorable, nilai 1 untuk jawaban SS, 2

untuk jawaban S, 3 untuk jawaban TS, 4 untuk jawaban STS. Skor total

dari pilihan jawaban yang dipilih subyek akan menunjukkan bagaimana

perilaku konformitas pada remaja awal.

2. Skala Konformitas

Skala ini digunakan untuk mengukur konformitas pada remaja

tahap awal. Skala ini disusun berdasarkan tiga indikator yang diturunkan

dari beberapa definisi konformitas yaitu perubahan perilaku atau

kepercayaan sesuai dengan kelompok, menyesuaikan pendapat dan

keputusan sesuai dengan kelompok, menampilkan perilaku karena adanya

tekanan dari kelompok. Ketiga indikator ini terbagi dalam 42 item.

(45)

Tabel 2

Distribusi Item Skala Konformitas Sebelum Uji Coba

Aspek kepercayaan sesuai dengan kelompok

Menyesuaikan pendapat dan keputusan sesuai dengan kelompok

2, 14, 8,

Menampilkan perilaku karena adanya tekanan dari kelompok

3, 21, 15,

Item dalam skala ini ditulis dalam item yang bersifat favorable dan

unfavorable. Item favorable merupakan item yang isinya mendukung,

memihak atau menunjukkan ciri adanya atribut yang diukur, sedangkan

item unfavorable adalah item yang isinya tidak mendukung, memihak,

atau menunjukkan ciri adanya atribut yang diukur (Azwar, 1999). Jenis

skala yang dipakai pada penelitian ini adalah skala Likert, yang sudah

dimodifikasi menjadi empat kategori respon atau jawaban yaitu SS (sangat

sesuai), S (sesuai), TS (tidak sesuai), STS (sangat tidak sesuai). Dipilih

empat kategori respon atau jawaban karena peneliti menghindari

kecenderungan subyek untuk memilih pilihan respon yang tengah (central

tendency). Penilaian untuk item untuk yang favorable adalah 4 untuk

jawaban SS, 3 untuk jawaban S, 2 untuk jawaban TS, 1 untuk jawaban

(46)

untuk jawaban S, 3 untuk jawaban TS, 4 untuk jawaban STS. Skor total

dari pilihan jawaban yang dipilih subyek akan menunjukkan bagaimana

perilaku konformitas pada remaja awal.

G. Kredibilitas Alat Ukur 1. Estimasi Validitas

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi

yang menunjukkan sejauh mana item-item dalam alat ukur ini mencakup

keseluruhan kawasan isi obyek yang hendak diukur (Azwar, 2003).

2. Seleksi Aitem

Salah satu hal pokok yang perlu mendapat perhatian dalam

penulisan suatu skala adalah seleksi aitem. Hal ini penting karena kualitas

skala psikologi sangat ditentukan oleh aitem-aitem di dalamnya. Selaksi

aitem dapat dilakukan dengan melihat apakah aitem yang ditulis sudah

sesuai dengan blue print dan indikator perilaku yang hendak diungkap,

melihat apakah aitem yang telah ditulis sesuai dengan kaidah penulisan

yang benar, dan apakah aitem-aitem yang ditulis memiliki social

desirability yang tinggi. Selanjutnya seleksi aitem dilakukan berdasarkan

daya diskriminasi atau daya beda.

Daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan

antara subyek pada aspek yang hendak diukur oleh tes yang bersangkutan.

Cara menentukan seleksi aitem dalam skala ini mengacu pada kriteria dari

korelasi total yaitu yaitu aitem yang sudah memiliki batasan ≥ 0,3. Aitem

(47)

0,3 dapat dimasukkan dalam skala karena mempunyai indeks daya

diskriminasi yang tinggi. Sedangkan aitem yang memiliki indeks daya

diskriminasi yang kurang dari 0,3 dinyatakan gugur karena indeks daya

beda aitem tersebut rendah. Apabila jumlah aitem yang lolos ternyata

masih belum mencukupi jumlah yang diinginkan, maka dapat

mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria 0,3 menjadi

0,25 (Azwar, 1999). Pada penelitian ini peneliti menggunakan batasa 0,3

sebagai criteria pemilihan item.

a. Skala Harga Diri

Skala ini terdiri dari 56 item yaitu 28 item adalah item

favorable dan 28 adalah item unfavorable. Setelah hasil uji coba

menggunakan SPSS for Windows versi 16 terdapat beberapa item yang

gugur. Dari 56 item tersebut terdapat 16 item yang gugur, sehingga

item yang tersisa adalah 40 item. Hasil uji coba item skala harga diri

(48)

Tabel 3

Distribusi Item Skala Harga Diri Setelah Uji Coba

Aspek

mengontrol tingkah laku diri sendiri

Mampu mengatur dan

mengontrol tingkah laku orang lain Perasaan dihargai orang lain

Perasaan diperhatikan orang lain

(49)

b. Skala Konformitas

Skala ini terdiri dari 42 item yaitu 21 item adalah item

favorable dan 21 adalah item unfavorable. Setelah hasil uji coba

menggunakan SPSS for Windows versi 16 terdapat beberapa item yang

gugur. Dari 42 item tersebut terdapat 12 item yang gugur, sehingga

item yang tersisa adalah 30 item. Hasil uji coba item skala

konformitas dapat dilihat pada tabel 4 berikut:

Tabel 4

Distribusi Item Skala Konformitas Setelah Uji Coba

Aspek kepercayaan sesuai dengan kelompok keputusan sesuai dengan kelompok

(50)

3. Estimasi Reliabilitas

Reliabilitas atau keandalan alat ukur mengacu pada keterpecayaan

hasil alat ukur, yaitu sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Suatu

hasil pengukuran dapat dikatakan reliabel apabila dalam beberapa kali

pengukuran terhadap subyek penelitian yang sama, diperoleh hasil yang

relatif sama. Secara empirik, tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan

dengan suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Koefisien

reliabilitas berkisar mulai dari 0,0 sampai dengan 1,0 (Azwar, 2003).

Pada penelitian ini, penghitungan koefisien reliabilitas dilakukan

dengan menggunakan SPSS for Windows versi 16. Dari hasil perhitungan

koefisien reliabilitas pada skala konformitas setelah seleksi item adalah

0,916. Hal ini menunjukkan bahwa skala konformitas dapat dipercaya.

Sedangkan untuk skala harga diri memiliki koefisiaen reliabilitas sebesar

0,926. Hal ini menunjukkan bahwa skala harga diri dapat dipercaya.

4. Metode Analisis Data

Sebelum dilakukan teknik korelasi, terlebih dahulu dilakukan uji

asumsi yang terdiri dari uji normalitas dan uji liniearitas. Kemudian,

analisis data diihitung dengan menggunakan regresi. Perhitungan korelasi

ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS for Windows

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitan

Penelitian ini mengambil data pada siswa SMP kelas VII dan VIII

yang disesuaikan dengan tahapan usia pada remaja awal yaitu usia 12-15

tahun. Penelitian ini dilakukan di SMP Kanisius Muntilan. Sebelum

melakukan penelitian, peneliti melakukan proses ijin terlebih dahulu kepada

pihak sekolah untuk melaksanakan penelitian. Ijin yang dilakukan peneliti

yaitu dengan membuat surat ijin dari fakultas yang sudah disetujui oleh Dekan

Fakultas Psikologi dan menyerahkan surat tersebut kepada kepala sekolah.

Penelitian dilakukan pada hari Jumat, 30 September 2011. Penelitian

dilakukan di SMP Kanisius, Muntilan. dengan mengambil data pada siswa

SMP kelas VII dan VIII yang disesuaikan dengan usia remaja pada tahap awal

yaitu usia 13-15 tahun. Peneliti menyebarkan skala sesuai dengan ijin yang

diberikan oleh kepala sekolah. Skala yang disebar sebanyak 70 eksemplar

yaitu 35 eksemplar pada siswa kelas VII dan 35 eksemplar pada siswa kelas

VIII. Setelah diseleksi skala yang digunakan adalah 60 eksemplar karena ada

beberapa skala yang tidak memenuhi kriteria untuk diikutsertakan dalam

analisis data. Beberapa skala tersebut tidak dipakai karena ada beberapa

(52)

B. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini berjumlah 60 orang yang terdiri dari 32

orang siswi kelas VII dan 28 orang siswi kelas VIII. Untuk

siswa-siswi kelas VII memiliki rentang usia 12-13 tahun, sedangkan untuk kelas VIII

memiliki rentang usia 14-15 tahun.

Tabel 5

Deskripsi Subyek Penelitian Siswa-Siswi SMP Kanisius Muntilan

Jenis Kelamin

Usia

12 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahun

Perempuan 10 7 8 8

Laki-laki 8 7 7 5

Total 18 14 15 13

C. Analisis Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi

Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu melakukan uji

asumsi data penelitian. Hal ini dilakukan sebagai syarat penggunaan teknik

korelasi. Tujuan dilakukan uji asumsi data penelitian adalah untuk

memperoleh kesimpulan yang benar dan tidak menyimpang dari tujuan

penelitian. Uji asumsi tersebut meliputi uji normalitas sebaran data

(53)

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi

sebaran variabel bebas dan tergantung bersifat normal atau tidak. Pada

penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan SPSS

dengan versi 16,0 dengan One Sample Kolmogorv-Smirnov Test. Dari

hasil uji normalitas diperoleh data seperti pada tabel 6.

Tabel 6.

Hasil Uji Normalitas Data

Harga diri dan Konformitas pada Remaja Awal

Variabel KS-test Asymp.

Sig

Sebaran

Harga Diri 0,513 0,955 Normal

Konformitas 0,924 0,360 Normal

Nilai Kolmogorov-Smirnov Test pada variabel harga diri adalah

sebesar 0,513 dengan p lebih besar dari 0,05 (0,955 > 0,05). Dari data

tersebut terlihat bahwa distribusi pada skala harga diri terbukti tidak

menyimpang dari distribusi normal. Pada variabel konformitas, nilai

Kolmogorov-Smirnov Test adalah sebesar 0,924 dengan p lebih besar

dari 0,05 (0,360 > 0,05). Dari data tersebut terlihat bahwa distribusi

pada skala konformitas terbukti tidak menyimpang dari distribusi

(54)

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan

antara skor variabel bebas dan skor variabel tergantung merupakan

garis lurus atau tidak. Untuk melihat hubungan antara variabel bebas

dan tergantung Linear tidaknya hasil penelitian jika nilai p < 0,05. Pada

penelitian ini menggunakan uji Compare Means Test for Linearity dari

SPSS versi 16.0. Dari hasil uji linearitas dengan menggunakan program

SPSS Windows 16 diperoleh data seperti pada tabel 7.

Tabel 7.

Hasil Uji Linearitas Harga Diri dan Konformitas pada Remaja Awal

Linearity 10,422 0,003

Deviation from Linearity

1,493 0,145

Hasil dari uji linearitas menunjukkan bahwa antara variabel

Harga Diri dan Konformitas menunjukkan hasil yang linier dengan taraf

signifikansi 0,003 (p < 0,05) . Hal ini membuktikan bahwa ada

hubungan yang linier antara variabel harga diri dan konformitas.

2. Uji Regresi

Setelah persyaratan analisis data dipenuhi, maka

dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian. Hal ini dilakukan

(55)

pada remaja awal. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan

teknik regresi dengan bantuan program SPSS 16.0 for Windows yang

dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8 Hasil Uji Regresi

Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), konformitas

b. Dependent Variable: hargadiri

Hasil penelitian menunjukkan nilai taraf signifikansi

sebesar 0,003(p <0,05). Sumbangan efektif harga diri pada

konformitas adalah sebesar 12,5%. Berdasarkan hasil tersebut masih

ada pengaruh faktor lain pada konformitas sebesar 87,5 % yang tidak

diungkap dalam penelitian ini. Sumbangan efektif harga diri dalam

konformitas sebesar 12,5%, menunjukkan pengaruh harga diri terhadap

konformitas pada remaja awal.

Correlations

Hargadiri konformitas

Pearson Correlation Harga diri 1,000 -,354

Konformitas -.354 1,000

Sig. (1-tailed) Harga diri , ,003

Konformitas ,003 ,

N Harga diri 60 60

(56)

D. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan sumbangan efektif harga diri pada

konformitas sebesar 12,5%. Hasil ini mendukung penelitian Latane (1995

dalam Akert, 2005), bahwa harga diri memiliki pengaruh terhadap

konformitas. Jaffe (1998 dalam Solarz, 2002) menyatakan bahwa remaja yang

memiliki harga diri yang rendah akan lebih mudah untuk mengikuti asumsi

orang lain dan melakukan konformitas dalam lingkungan sebayanya. Dengan

sumbangan harga diri pada konformitas sebesar 12,5% dan 87,5%

dipengaruhi oleh beberapa faktor lain. Faktor-faktor lain tersebut terbagi

menjadi dua, yaitu: faktor internal yang terdiri dari gender dan harga diri

sedangkan faktor eksternal terdiri dari jumlah anggota, dukungan kelompok,

budaya kolektivistik dan pentingnya kelompok (Latane, 1995).

Perlu disadari bahwa sample yang diambil adalah siswa-siswi

SMP yang masuk tahap remaja awal. Masa remaja awal memiliki

karakteristik emosi yang labil sehingga remaja belum memiliki pengendalian

diri yang sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman,

tidak tenang, dan khawatir. Keadaan tersebut membuat remaja memiliki

kecemasan diri yang tinggi terutama dalam menilai dirinya sendiri (Ali dan

Asrori, 2009). Karakteristik remaja tersebut dapat berpengaruh pada kondisi

para siswa-siswi SMP dalam menjawab pernyataan yang terdapat di dalam

(57)

kecemasan dalam menjawab pernyataan yang terdapat dalam skala, membuat

mereka kurang terbuka dalam menjawab.

Selain itu, pengisian skala harga diri dan konformitas juga

dipengaruhi oleh sifat ideal yang dimiliki oleh siswa-siswi SMP. Sikap ideal

tersebut muncul pada tahap remaja awal saat pencarian identitas diri (Ali

dan Asrori, 2009). Pencarian identitas membuat remaja lebih melihat

lingkungan teman sebayanya (Bishop & Inderbitzen, 1995

).

Sifat ideal

tersebut membuat siswa-siswi melakukan faking, terutama dalam menjawab

pernyataan pada skala harga diri yang berkaitan dengan penilaian diri.

Siswa-siswi banyak menjawab baik dalam skala harga diri. Sedangkan untuk skala

konformitas yang berisi pernyataan yang melibatkan beberapa

tindakan-tindakan bersama teman sebayanya, banyak yang menjawab tidak melakukan

tindakan tersebut. Kecenderungan tersebut berpengaruh pada pengisian skala

harga diri. Kondisi tersebut yang kemungkinan berpengaruh kepada hasil

(58)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sumbangan efektif harga diri

terhadap konformitas sebesar 12,5%. Hal ini menyatakan bahwa harga diri

berpengaruh pada konformitas remaja awal.

B. Saran

1. Bagi Sekolah

a. Dari hasil penelitian, nilai harga diri yang dimiliki siswa-siswi SMP

Kanisius Muntilan tinggi. Dengan hasil tersebut, guru dapat

memberikan beberapa dukungan yang terkait dengan harga diri kepada

siswa-siswi. Dalam pemberian dukungan tersebut hendaknya guru

terlebih dahulu menyesuaikan diri dengan siswa-siswi yang memiliki

harga diri yang tinggi. Dukungan yang diberikan kepada siswa-siswi

dapat disampaikan dengan melakukan bimbingan konseling kepada

siswa-siswi. Terutama keadaan siswa-siswi memiliki harga diri tinggi,

sehingga mereka memiliki rasa puas akan diri yang tinggi. Jika

siswa-siswi tidak diarahkan, maka mereka akan memiliki sifat yang angkuh

dan tidak peduli dengan orang lain. Untuk itu, peran guru disini

(59)

siswa-siswi agar mereka tetap memiliki harga diri yang tinggi tetapi tetap

memiliki sikap dan sifat yang tepat dalam berperilaku.

b. Dari hasil penelitian, diperoleh nilai konformitas yang rendah pada

siswa-siswi SMP Kanisius Muntilan. Konformitas yang rendah pada

remaja, membuat mereka menjadi tidak mudah terpengaruh dengan

lingkungan sebayanya sehingga remaja memiliki pendirian yang kuat.

Tapi jika sikap tersebut terlalu dominan dalam diri remaja, maka remaja

menjadi pribadi yang individualis. Sikap individualis bisa timbul jika

remaja terlalu memiliki konformitas yang rendah sehingga mereka

menjadi lebih fokus terhadap diri mereka sendiri. Disini guru berperan

untuk memberikan pendampingan berupa bimbingan konseling, agar

siswa-siswi juga tidak terlalu individualis. Dengan memberikan

konseling diharapkan siswa-siswi dapat menempatkan diri dalam

lingkungan sosial yang tepat terutama dalam berkonformitas.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti disarankan supaya lebih mempelajari karakteristik remaja awal

terlebih dahulu sebagai pertimbangan penyesuaian dalam pembuatan

item skala yang terkait dengan variabel harga diri dan konformitas.

Penyesuaian tersebut dilakukan supaya item-item yang dibuat bisa

sesuai dengan karakter siswa-siswi SMP yang diteliti.

b. Peneliti menyarankan penelitian dengan desain eksperimental untuk

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Akert, W.A. (2005). Social Psychology, New Jersey: Pearson Education.

Ali, M. & Asrori, M. (2009). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.

Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Asch, S. E. (1952). Social Psychology, Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hal

Astuti, E.R. (2008). Ngegeng Boleh. Diakses 20 Februari 2011 dari http://nasional .kompas.com /read/2008/07/25.

Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Baron, R.S. (2003). Group Process, Group Decision, Group Action. Hongkong: Great Britain by Biddles Limited.

Berndt, T.J. & Perry, T.B. (1990). Distinctive Features And Effects Of Early Adolescent Friendship. Dalam R. Montemayor (Ed), Advances In Adolescent Research. Greenwich, CT: JAI Press.

Berry, J.W. (1990). Psychology Of Acculturation: Understanding Individuals Moving Between Cultures. Dalam. W. Brislin (Ed), Applied Cross-Cultural Psychology. Newbury Park, CA: Sage.

Bishop, J. A. & Inderbitzen, H. M. (1995). Peer Aceptance and Friendship: An Investigation of Their Relationship to Self-Esteem. Journal of Early Adolescence.

Burn, R. B. (1998). Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Jakarta: Arcan.

Byrne, D. (1971). The Attraction Paradigm. New York: Academic Pres

Coopersmith, S. (1967). Antecedent of Self-Esteem. San Francisco: W.H. Freeman and Company.

Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.

(61)

Harter, S. (1990). Identity and Self Development. In S. Feldman and G. Elliott (Eds.), At the Thresh-Old: The Developing Adolescent (pp. 352-387). Cambridge, MA: Harvard University Press

Hurlock. (1991). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Jaffe, M. L. (1998). Adolescence. New York: Wiley.

Kohn, A. (1994). The Truth About Self-Esteem. vol 76, no 4, December, 1994, pp. 272- 283. Published by: Phi Delta Kappa International Stable.

Latane, B. (1955). Psychology of Social Impact. American Psychologist, 36, 343–356.

Manning, M. A. (2007). Self Concept and Self Esteem in Adolescent. Diakses pada 22 September 2011 dari http://www.nasponline.org/ families

/selfconcept .pdf.

Monks, F. J. Knoers, A. M. P. & Haditono, S. R. (2004). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Myers, D.G. (1996). Social Psychology, (Fifth Edition & International Edition). New York: Mc Graw-Hill Company

Rakhmat, J. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Rochmah, E.Y. (2005). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press.

Rosenberg, M. (1965). Society and The Adolescent Self-Image. New Jersey: Princeton University Press.

Santrock, J. W. (2002). Life Span Development (jilid 2). Jakarta: Erlangga.

Sarbi. (2009). Isap Ganja Siswi SMP Dibekuk.Polisi. Diakses 20 Februari 2011 dari http:// www. kompas.com/lipsus 112009/kpkread/ 2008/11/17 /14371944

Sarwono, S.W & Meinarno, E.A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

(62)

ears, O., Freedman, L. & Peplau, A. (2000). Social Psychology (Tenth Edition). New York: Prentice Hall.

Solarz. A. (2002). A Reference for Personal Developing Adolescents. Diakses 20 September 2011 dari http://www.apa.org/pi/cyf/develop.pdf.

Stuart, A. & Sudden, R. (1991). Principle and Practice of Psychiatric Nursing. Missoury: Mosty Company.

Sumarlin, M. (2009). Perilaku Konformitas pada Remaja Remaja yang Berada di Lingkungan Peminum Alkohol. Diakses 25 Februari dari

http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009/ Artikel_10503145.pdf

Surya. (2008). Ketua Geng Cewek itu Masih Berusia 17 Tahun. Diakses 20 Februari 2011 dari http://nasional.kompas .com/read/2008 /06/24 /08250821

Tambunan, R. (2001). Harga Diri Remaja. Jakarta, 24 September 2001. Diakses

18 Maret 2011 dari http://www.epsikologi.

com/epsi/artikel_detail.asp?id=369

Act. (2003). Research and Findings. Diakses pada 22 September 2011 dari

(63)
(64)

LAMPIRAN 1

Skala Try Out

&

(65)

Yogyakarta, 15 September 2011 Kepada :

Yth. Saudara yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini.

Dengan hormat, saya :

Nama / NIM : Silvy Christyanti Pranjoyo / 079114065 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, saya bermaksud mengadakan penelitian. Oleh karena itu, saya membutuhkan sejumlah data, yang hanya akan saya peroleh dengan adanya kerjasama dari Anda dalam mengisi skala berikut ini. Skala ini terdiri dari 2 bagian yakni data pribadi, yang berisi sejumlah pertanyaan mengenai Anda dan 1 buah skala yang berisi sejumlah pernyataan.

Dalam mengisi skala ini tidak ada jawaban yang benar atau salah. Yang saya harapkan adalah jawaban yang paling mendekati Anda atau keadaan Anda sesungguhnya. Oleh karena itu, saya harap Anda bersedia memberi jawaban Anda sendiri dan sejujur-jujurnya. Semua jawaban Anda akan terjaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini saja. Kerja sama Anda dalam menjawab

pernyataan pada skala ini merupakan kerjasama yang amat besar artinya bagi keberhasilan penelitian ini. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Gambar

Tabel 1  Distribusi Item Skala Harga Diri Sebelum Uji Coba .........................
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
+6

Referensi

Dokumen terkait

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Provinsi Gorontalo pada Triwulan I-2015 sebesar 95,18, yang berarti kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan I-2015 menurun dari triwulan

Suatu ruang vektor adalah suatu himpunan objek yang dapat dijumlahkan satu sama lain dan dikalikan dengan suatu bilangan, yang masing-masing menghasilkan anggota lain

Direksi memuji reformasi penentu atas subsidi energi di tahun 2015, termasuk rencana untuk subsidi listrik sebagai sasaran subsidi yang lebih baik, dan penggunaan ruang fiskal

terasa di awal tahun 2009, yang ditunjukkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 4,1% (yoy) pada triwulan I-2009, melambat dibandingkan dengan triwulan

Pada kondisi awal, kemampuan pemecahan masalah siswa SMP N 1 Ngemplak masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh guru yang masih menerapkan strategi pembelajaran

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik

Dengan memanfaatkan grid computing sebagai suatu rendering farm maka dapat melakukan proses render dengan menggunakan tools bantuan yaitu yadra yang dapat

Aktualisasi diri yang terdapat dalam UKM Sepak Bola USU dapat dilihat dari kebutuhan fisiologis yang didapat oleh mahasiswa, kenyamanan berada dilingkungan