• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek lama pencampuran dan kecepatan putar propeller mixer terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.) : aplikasi desain faktorial - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Efek lama pencampuran dan kecepatan putar propeller mixer terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.) : aplikasi desain faktorial - USD Repository"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK LAMA PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR PROPELLER

MIXER TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS EMULSI ORAL

A/M EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia L.) : APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Yosephine Carolline NIM: 068114032

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

EFEK LAMA PENCAMPURAN DAN KECEPATAN PUTAR PROPELLER

MIXER TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS EMULSI ORAL

A/M EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia L.) : APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Yosephine Carolline NIM: 068114032

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

Halaman Persembahan

Saya memohon Kekuatan ... Dan Tuhan memberi saya

Kesulitan-kesulitan untuk membuat saya kuat

Saya memohon Kebijakan ... Dan Tuhan memberi saya

persoalan untuk diselesaikan.

Saya memohon Kemakmuran .... Dan Tuhan memberi saya

Otak dan Tenaga untuk bekerja.

Saya memohon Keteguhan hati ... Dan Tuhan memberi saya

Bahaya untuk diatasi.

Saya memohon Cinta dan Kasih sayang.... Dan Tuhan

memberi saya orang-orang bermasalah untuk ditolong.

Saya memohon Kemurahan/kebaikan hati.... Dan Tuhan

memberi saya kesempatan-kesempatan dan tantangan untuk

diatasi.

Saya tidak memperoleh yg saya inginkan... Tetapi ... Saya

mendapatkan segala yang saya butuhkan...

Karya ini kupersembahkan bagi:

Jesus Christ

My beloved parents, brothers, aunt”tutu”

(6)
(7)

PRAKATA

Puji Syukur kepada Yesus Kristus dan Bunda Maria atas Roh Kudus, berkat, dan penyertaan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini dengan baik. Laporan akhir ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S.Farm).

Penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan dalam menyelesaikan laporan akhir ini. Namun dengan bantuan dari banyak pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir tersebut. Dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah diberikan kepada :

1. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

3. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas kesediaannya meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji serta atas kritik dan saran yang diberikan.

4. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen penguji atas kesediaannya meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji serta atas kritik dan saran yang diberikan.

5. Jeffry Julianus, M.Si, atas kesediaan untuk diskusi dan konsultasi.

6. Enade Perdana Istyastono, atas bantuan dalam mendapatkan jurnal pendukung skripsi.

(8)

8. Papa, mama, tante tercinta “tutu”, dan kedua adikku (adi dan ajem) atas dukungan, kasih sayang, semangat, dan cintanya kepada penulis.

9. Om Tedy, Om Suseno, beserta segenap anggota PEDASOP atas kesempatan, bantuan, dukungan, dan kasih sayangnya.

10.Tjun Liong. S.Farm., Apt., atas segala cinta, semangat, kritik, saran, kasih sayang, waktu, dan atas segalanya yang telah diberikan.

11.Vita, Dani, Lia sebagai teman satu tim atas bantuan, kerja sama, semangat, dan dukungannya.

12.Feli, Ana, Desi, Pika, Dewi, Anggie, Dian, Pak Gatot, Bu Gatot, dan semua anak Kost pelangi atas semua kebersamaan dan dukungan selama ini. 13.Linawati, Peni, dan Gentur sebagai sahabat atas bantuan, penyertaan, dan

semangatnya beserta Sammy atas pinjaman printernya.

14.Zi, Grace, dan Intan atas kebersamaan di dalam bimbingan “mami”.

15.Teman-teman angkatan 2006 terutama kelompok A, teman-teman penelitian di lantai 1, Dar dan Novi atas suka dan duka yang kita lewati bersama atas kerja sama dan kebersamaanya.

16.Pak Musrifin, Mas Agung, Mas Ottok, Mas Yuwono, Mas Padjiman, Pak Heru, Mas Wagiran, Mas Sigit, serta laboran-laboran lain atas bantuannya selama penulis menyelesaikan penelitian dan laporan akhir.

17.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan akhir ini.

(9)

penulis. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir kata semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca.

(10)
(11)

INTISARI

Sifat fisis dan stabilitas emulsi dipengaruhi oleh faktor proses pencampuran yaitu lama pencampuran dan kecepatan putar alat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari lama pencampuran dan kecepatan putar propeller mixer serta interaksinya terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.).

Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni dengan variabel eksperimental ganda (desain faktorial 22) yang meliputi lama pencampuran (level rendah 5 menit dan level tinggi 15 menit) dan kecepatan putar (level rendah 300 rpm dan level tinggi 700 rpm). Parameter sifat fisis adalah percentiles 90% ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming. Parameter stabilitas fisis adalah pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan dan profil ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming selama 1 bulan. Signifikansi efek faktor terhadap respon dianalisis dengan menggunakan program Design Expert 7.1.4 dengan uji anova pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa efek faktor lama pencampuran dan kecepatan putar tidak signifikan terhadap respon ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming dengan nilai p>0,05 sedangkan interaksi lama pencampuran dan kecepatan putar mempunyai efek signifikan terhadap indeks creaming (p<0,05).

Kata kunci : emulsi oral A/M, ekstrak etanol buah pare, efek, lama pencampuran, kecepatan putar propeller mixer, desain faktorial

(12)

ABSTRACT

Physical properties and stability of emulsion are influenced by mixing process factors which are divided into mixing time and propeller mixer’s mixing rate. This study aims to determine the effect of mixing time, propeller mixer’s mixing rate, and the interactions to physical properties and stability of Momordica charantia L. fruit ethanolic extract W/O oral emulsion.

This study is a pure experimental design with multiple experimental variables (22 factor designs) which includes the mixing time (5 minutes of low-level and 15 minutes of high low-level) and mixing rate (300 rpm of low low-level and 700 rpm of high level). The physical properties parameters are 90 percentile drop size, viscosity, and creaming index. Parameters of emulsion stability are the change in size of the drops after 1 month and drop size, viscosity, and creaming index profiles for 1 month. The significance effect on the response factors were analyzed by using Design Expert 7.1.4 Program with ANOVA test at 95% confidence internal.

The result of data analysis showed that the effect of mixing time and mixing rate factor do not respond with the significant p values> 0.05, while the mixing rate and mixing rate of interactions have a significant effect on the creaming index (p <0.05).

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA ... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... x

INTISARI ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR PERSAMAAN ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Keaslian Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

(14)

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 7

A. Pare (Momordica charantia L.) ... 7

1. Keterangan botani ... 7

2. Deskripsi umum ... 7

3. Komposisi kimia ... 8

4. Fungsi ... 8

5. Aktivitas dari ekstrak pare ... 8

6. Keamanan buah pare ... 9

B. Emulsi ... 10

C. Bahan Formulasi ... 13

1. Emulsifying agent (emulgator) ... 13

2. Virgin Coconut Oil (VCO) ... 17

3. Gliserin ... 18

4. Metil paraben ... 19

5. Larutan sukrosa ... 20

6. Aquadest ... 21

D. Sifat Fisis Emulsi ... 21

1. Ukuran droplet ... 21

2. Viskositas ... 23

E. Stabilitas Emulsi ... 25

1. Creaming dan sedimentasi ... .26

2. Flokulasi. ... 27

(15)

4. Inversi ... .28

F. Pencampuran ... 30

G. Desain Faktorial ... 37

H. Landasan Teori ... 39

I. Hipotesis ... 40

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A. Jenis Rancangan Penelitian ... 41

B. Variabel Penelitian ... 41

C. Definisi Operasional ... 42

D. Alat Dan Bahan ... 44

E. Alur Penelitian ... 45

F. Tata Cara Penelitian ... 47

1. Verifikasi ekstrak etanol buah Pare dari PT.Javaplant, Surakarta, Indonesia ... 47

2. Pembuatan emulsi... 48

3. Uji sifat fisis dan stabilitas fisis emulsi ... 50

G. Analisis Data ... 52

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Verifikasi Ekstrak Etanol buah Pare ... 54

1. Ekstrak etanol buah Pare ... 54

2. Ekstraksi daging buah Pare ... 55

(16)

B. Pembuatan Emulsi ... 58

C. Pengujian Tipe Emulsi ... 63

D. Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi ... 65

1. Karakterisasi sifat fisis emulsi ... 65

2. Stabilitas emulsi ... 71

E. Efek Faktor Terhadap Respon Indeks Creaming, Ukuran Droplet, Pergeseran Ukuran Droplet, Viskositas, Dan Pergeseran Viskositas Desain Faktorial ... 83

1. Percentile 90 ukuran droplet ... 85

2. Viskositas ... 91

3. Indeks creaming ... 95

4. Pergeseran ukuran droplet ... 97

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

LAMPIRAN ... .109

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Klasifikasi surfaktan berdasarkan nilai HLB ... 14

Tabel II. Klasifikasi dispersibilitas di air berdasarkan nilai HLB ... 15

Tabel III. Interim Standar Virgin Coconut Oil dari Asian dan Pacific Coconut Community (ACC) ... 18

Tabel IV. Rancangan percobaan desain factorial dengan dua faktor dan dua level ... 38

Tabel V. Formula emulsi ekstrak etanol buah pare untuk 100 g emulsi ... 48

Tabel VI. Percobaan desain faktorial ... 49

Tabel VII. Hasil perhitungan nilai Rf uji KLT ... 57

Tabel VIII. Karakterisasi sifat fisis dan stabilitas emulsi ... 63

Tabel IX. Hasil uji repeated ANOVA respon profil ukuran droplet ... 79

Tabel X. Hasil uji Friedman respon profil viskositas ... 79

Tabel XI. Hasil uji Friedman respon profil indeks creaming ... 79

Tabel XII. Post Hoc hasil respon profil indeks creaming ... 80

Tabel XIII. Efek dan % Kontribusi Faktor terhadap Respon ... 84

Tabel XIV. Persamaan desain faktorial ... 85

Tabel XV. Hasil uji signifikansi efek dan nilai p ukuran droplet ... 90

Tabel XVI. Hasil uji signifikansi efek dan nilai p viskositas ... 95

Tabel XVII. Hasil uji signifikansi efek dan nilai p indeks creaming... 97

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman pare ... 7

Gambar 2. Tipe-Tipe Emulsi... 11

Gambar 3. Tween 80 ... 15

Gambar 4. Span 80 ... 16

Gambar 5. Gliserin ... 18

Gambar 6. Metil paraben... 19

Gambar 7. Sukrosa ... 20

Gambar 8. Grafik distribusi frekuensi ukuran droplet ... 23

Gambar 9. Tipe-Tipe Distribusi Ukuran Droplet ... 23

Gambar 10. Fenomena Ketidakstabilan Emulsi ... 29

Gambar 11. High Pressure Homogenizer ... 34

Gambar 12. Ultra Turrax ... 35

Gambar 13. Ultra Turrax ... 35

Gambar 14. Propeller mixer ... 35

Gambar 15. Planetary mixer ... 36

Gambar 16. Sigma blade mixer ... 36

Gambar 17. Branson B-32 Ultra Sonic Bath ... 37

Gambar 18. Skema alur penelitian ... 46

Gambar 19. Hasil uji kualitatif dengan KLT pada UV 254 nm ... 57

Gambar 20. Mekanisme kerja Tween 80 dan Span 80 pada emulsi A/M ... 60

Gambar 21. Hasil pengujian tipe emulsi dengan methylen blue ... 64

(19)

Gambar 23. Profil viskositas selama 1 bulan ... 74 Gambar 24. Profil indeks creaming selama 1 bulan ... 75 Gambar 25. Grafik hubungan efek faktor lama pencampuran dan kecepatan putar

terhadap respon ukuran droplet 24 jam ... 87 Gambar 26. Grafik hubungan efek faktor terhadap respon viskositas 24 jam ... 93 Gambar 27. Grafik hubungan efek faktor terhadap respon indeks creaming 24 jam ... 96 Gambar 28. Grafik hubungan efek faktor lama pencampuran dan kecepatan putar

terhadap respon pergeseran ukuran droplet ... 99

(20)

DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan (1). Persamaan Einstein ... 24

Persamaan (2). Persamaan Hukum Stokes ... 29

Persamaan (3). Persamaan desain faktorial ... 37

Persamaan (4). Persamaan pergeseran ukuran droplet ... 51

Persamaan (5). Persamaan indeks creaming ... 52

Persamaan (6). Persamaan desain faktorial ukuran droplet ... 85

Persamaan (7). Persamaan desain faktorial viskositas ... 85

Persamaan (8). Persamaan desain faktorial indeks creaming ... 85

Persamaan (9). Persamaan desain faktorial pergeseran ukuran droplet ... 85

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Certificate of Analysis ... 109 Lampiran 2. Flow chart dari Javaplant ... 110 Lampiran 3. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Buah Pare, perhitungan

HLB, dan Perhitungan Bahan ... 112 Lampiran 4. Notasi desain faktorial dan percobaan desain faktor ... 113 Lampiran 5. Data verifikasi ekstrak etanol buah Pare ... 114 Lampiran 6. Data Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Fisis Emulsi Oral Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare ... 114 Lampiran 7. Hasil analisis data ukuran droplet dengan SPSS 13.0 ... 119 Lampiran 8. Hasil uji normalitas data respon ... 131 Lampiran 9. Hasil uji repeated ANOVA, Friedman dan Post Hoc masing-masing

formula ... 131 Lampiran 10. Hasil uji ANOVA, perhitungan efek faktor, persamaan desain

faktorial, dan normal plot dengan Design Expert 7.1.4 ... 139 Lampiran 11. Dokumentasi ... 147

(22)

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Salah satu tanaman obat yang sering dimanfaatkan dalam pengobatan adalah pare (Momordica charantia L.). Di Indonesia, pare biasa digunakan untuk menurunkan panas, sariawan, demam, disentri, eksim basah, wasir, dan biasa digunakan sebagai sayur. Pare biasa digunakan untuk mengobati diabetes di Filipina dan mengobati luka di Turki. Masyarakat India memanfaatkan sebagai antimalaria, peluruh batu ginjal, psoriasis, rematik, dan sebagai antifertilitas pria. Di Amerika dan Brazil pare dimanfaatkan sebagai antibakteri dan antivirus (Anonim, 2007; Abalaka et al., 2009). Selain itu pare memiliki aktivitas antiviral, antineoplastik, anti infeksi (Basch, Gabardi, Ulbricht, 2003; Gurbuz dan Bilge, 2000; Chaturvedi, 2005; Manitto, 1981; Anonim, 2006; Liu, 1993).

Kandungan kimia yang terdapat dalam pare antara lain alkaloid, diosgenin, kukurbitasin, cucurbitin, momorcharin, asam linoleat, asam linolenat, momordicosida, dan asam oleanat (Taylor,L., 2002), v-insulin, momorcharin alfa dan beta (Khanna et al., Manitto, P., 1981; Anonim, 2006; Liu, 1993).

(23)

kukurbitasin (Metcalf, Metcalf, Rho-des, 1980) dan kelarutan ekstrak etanol pare di dalam air yang cukup besar. Dengan demikian rasa pahit tersebut akan menyebabkan ekstrak etanol buah pare tidak nyaman digunakan bila diformulasikan dalam sediaan larutan sederhana atau sediaan seduhan bubuk.

Dalam penelitian ini, ekstrak etanol buah pare diformulasikan dalam bentuk sediaan emulsi tipe A/M. Pertimbangan utama pemilihan bentuk sediaan emulsi sistem A/M adalah kukurbitasin yang terkandung dalam ekstrak etanol buah pare akan berada sebagai droplet air yang berada di dalam medium kontinyu minyak dengan demikian rasa pahit yang merupakan sifat kukurbitasin akan tertutupi. Hal ini karena terjadi halangan difusi kukurbitasin ke saliva oleh medium minyak sehingga rasa pahit dapat ditutupi. Emulsi A/M juga dapat melindungi protein MAP30 (Momordica Antiviral Protein 30) dan v-insulin yang terdapat dalam pare dari degradasi (Arnold, M.R., Schwartz, M., 2008). Selain itu, emulsi tipe A/M ini akan menjadi dasar bagi pengembangan bentuk sediaan ekstrak etanol buah pare yang lain, seperti krim tipe A/M untuk penggunaan secara topikal terkait aktivitas sebagai wound healing dan mengobati penyakit kulit dan pengembangan bentuk sediaan yang mampu memberikan efek prolonged release terkait aktivitas sebagai antidiabetes, antivirus, dan sebagai vehicle dalam kemoterapi kanker (Swarbrick, James, 1992).

(24)

memiliki sistem reologi non-Newtonian sehingga reologi dan viskositas sangat dipengaruhi oleh berbagai proses pencampuran terutama oleh adanya gaya geser yang dihasilkan dari kecepatan putar alat (Amiji, Beverly, 2003).

Ada banyak faktor dalam proses pencampuran yang sangat berperan dalam sifat fisis dan stabilitas emulsi yang dihasilkan yaitu lama pencampuran, suhu, dan kecepatan putar propeller mixer. Faktor yang dipilih di dalam penelitian ini meliputi lama pencampuran dan kecepatan putar. Hal ini disebabkan energi kinetik yang dihasilkan oleh kecepatan putar alat akan memberikan gaya geser yang akan mempengaruhi pergerakan partikel dan viskositas sediaan. Peningkatan gaya geser yang disebabkan oleh peningkatan kecepatan geser akan mengakibatkan viskositas menjadi semakin turun akibatnya emulsi menjadi encer dan proses pencampuran semakin mudah. Lama pencampuran menenetukan proses pendispersian dan kehomogenan dispersi yang terjadi. Lama pencampuran dan kecepatan putar propeller mixer dapat mempengaruhi ukuran droplet, distribusi ukuran dropletl, dan viskositas emulsi yang dihasilkan (Lieberman, Rieger, dan Banker, 1996).Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dievaluasi efek lama pencampuran dan kecepatan putar terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi yang dihasilkan.

(25)

dan adanya interaksi dari kedua faktor. Desain penelitian yang dipilih adalah desain faktorial (Amstrong, James, 1996).

Desain penelitian ini akan didasarkan pada metode desain faktorial pada dua level dan dua faktor (Full Factorial Design 22). Lama pencampuran dan kecepatan putar adalah faktor yang diteliti sedangkan level yang diteliti dari lama pencampuran dan kecepatan putar meliputi level rendah dan tinggi. Kebermaknaan pengaruh lama pencampuran dan kecepatan putar dalam parameter-parameter terukur emulsi A/M akan dianalisis dengan program Design Expert 7.1.4 untuk menganalisis signifikansi efek dari faktor yang diteliti.

B. Permasalahan

Apakah variasi lama pencampuran dan kecepatan putar propeller mixer pada level yang diteliti memberikan efek yang signifikan terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.) dengan aplikasi desain faktorial?

C. Keaslian Penelitian

(26)

D. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis

Menambah informasi bagi ilmu pengetahuan mengenai efek proses pencampuran (lama pencampuran dan kecepatan putar propeller mixer) terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.) dengan aplikasi desain faktorial

2. Manfaat metodologis

Menambah informasi mengenai penggunaan metode desain faktorial dalam mengamati efek proses pencampuran terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi

3. Manfaat praktis

Menambah informasi mengenai efek proses pencampuran terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.) sehingga dihasilkan emulsi dengan sifat yang diinginkan dan dapat diterima oleh konsumen

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

(27)

2. Tujuan khusus

(28)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

1. Pare 1. Keterangan botani

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Divisio : Spermatophyta Subdivision : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Subclass : Dilleniidae

Ordo : Cucurbitales Gambar 1. Tanaman pare (Anonim, 2005) Family : Cucurbitaceae

Genus : Momordica

Species : Momordica charantia L.

Synonims :Momordica chinensis, M. elegans, M. indica, M. operculata, M. sinensis, Sicyos fauriel (Taylor, L., 2002) 2. Deskripsi umum

(29)

3. Komposisi kimia

Kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak etanol pare antara lain alkaloid, diosgenin, kukurbitasin, cucurbitin, momorcharin, asam linoleat, asam linolenat, momordicosida, asam oleanat, tannin, glikosida, (Taylor, L., 2002; Odebivi dan Sofowora, 1978; Trease dan Evans, 1989).

Buah pare (Momordica charantia L.) yang diekstraksi dengan etanol mengandung kukurbitasin K (C37H58O9) dan L (C36H58O9) yang menyebabkan rasa pahit dan kukurbitasin F1 (C45H68O12), F2 (C36H58O8), G (C45H68O12), dan I (C36H58O8) yang tidak menyebabkan rasa pahit (Okabe, et al.., 1982).

4. Fungsi

Pare memiliki khasiat sebagai antibakteri, antidiabetik, antiinflamasi, antifertilitas, antioksidan, antitumor, dan imunostimulan (Taylor, L., 2002).

5. Aktivitas dari ekstrak pare

(30)

Aktivitas hipoglikemik dari ekstrak etanol buah pare dengan dosis 500 mg/kgBB dapat menurunkan glukosa darah sebesar 10-15 % setelah 1 minggu bila dibandingkan dengan aktivitas dari tolbutamide dan sulphonylurea (Biyani et al., 2003). Berdasarkan uji klinik dengan perbandingan aktivitas ekstrak buah pare dan metformin serta glibenklamid, penurunan glukosa darah oleh ekstrak buah pare sekitar 10-21% (Tongia, Sudhir, Mangala, 2004). Efek hipoglikemik dari buah pare disebabkan adanya kandungan senyawa protein like insulin atau biasa disebut vegetable insulin (v-insulin) (Khanna et al., 1974).

Ekstrak etanol dari buah pare bersifat toksik terhadap larva udang Artemia salina L. dengan LC

50 230 ppm sehingga dapat berfungsi sebagai agen sitotoksik (Rita, W.S., I.W. Suirta, Sabikin,A., 2008).

Pare juga digunakan secara topikal pada kulit untuk mengobati penyakit vaginitis, hemorrhoids, scabies, eksim, dan penyakit kulit lainnya (Gislene et al., 2000).

Aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah pare ditunjukkan melalui Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dan Minimum Bactericidal Concentration (MBC). MIC ekstrak etanol buah pare terhadap S. pyogenes adalah 0,1 mg/ml sedangkan MBC dari ekstrak etanol buah pare adalah 10 mg/ml terhadap Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes dan 100 mg/ml terhadap Salmonella typhi dan Escherichia coli (Abalaka et al., 2009).

6. Keamanan ekstrak buah pare

(31)

(Chopra, Nayar, Chopra, 1956). Pemberian ekstrak buah pare 750 mg/kgBB terkait aktivitas sebagai antispermatogenesis belum mempengaruhi faal hati tikus percobaan sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan 750 mg/kgBB ekstrak buah pare sebagai bahan kontrasepsi pria masih aman terhadap organ hati (Adimunca, C., 1996).

Menurut penelitian Saribulan (1993), tingkat toksisitas ekstrak metanol buah pare termasuk kategori praktis tidak toksik yaitu terletak pada rentang (5-15 g/kg).

A. Emulsi

Emulsi adalah sistem dispersi kasar dari dua atau lebih cairan yang tidak campur satu sama lain, di mana yang satu hidrofil sedangkan yang lain menunjukkan karakter lipofil (Ansel, 1989). Cairan yang terdispersi sebagai droplet merupakan fase internal dan cairan yang merupakan medium tempat terdispersinya droplet merupakan fase eksternal (Hoover, J.E., 1976). Ada 2 macam tipe emulsi, yaitu tipe emulsi A/M dengan fase dalam air dan fase luar minyak dan tipe emulsi M/A dengan fase dalam minyak dan fase luar air (Ansel, H.C.,1989).

(32)

Uji penentuan tipe emulsi dilakukan untuk memastikan apakah emulsi yang dibuat merupakan tipe M/A atau A/M. Uji yang sering dilakukan adalah : • Uji miscibility dalam minyak atau air. Emulsi hanya akan tercampur dengan

liquid yang memiliki fase kontinyu yang sama.

• Uji staining. Menggunakan pewarna yang larut air atau larut minyak, yang

pada salah satu fase akan terlarut atau terwarnai (Aulton, M.E., 2002).

Gambar 2. Tipe-Tipe Emulsi (Hoover, J.E., 1996)

Ada beberapa teori emulsifikasi yang umum digunakan untuk menjelaskan mekanisme kerja emulgator dalam proses pembentukan emulsi (emulsifikasi) dan menjaga stabilitas emulsi. Teori-teori emulsifikasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Teori tegangan permukaan (Surface-Tension Theory)

(33)

membentuk suatu droplet yang lebih besar dengan luas permukaan yang lebih kecil (Ansel, H.C., 1989).

Zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan dapat mengecilkan ukuran droplet atau partikel disebut sebagai surfaktan. Berdasarkan teori tegangan permukaan, penggunaan emulgator dapat menurunkan tegangan permukaan dari dua fase cairan yang tidak bercampur dengan cara mengurangi gaya tolak-menolak dari partikel masing-masing fase (Ansel, H.C., 1989).

2. Oriented Wedge Theory

Teori ini mengasumsikan adanya suatu lapisan monolayer emulgator yang mengelilingi droplet fase internal. Teori ini berdasarkan pada kecenderungan adanya orientasi tertentu dari masing-masing bagian emulgator tergantung pada kelarutan bagian-bagian (hidrofilik atau lipofilik). Dalam suatu sistem yang mengandung dua cairan yang tidak bercampur, emulgator akan memilih larut dalam salah satu fase dan terikat kuat dalam fase tersebut dibandingkan fase lainnya.(Ansel, H.C., 1989).

Orientasi molekul emulgator tergantung pada bentuk, ukuran droplet, dan karakteristik kelarutan dan orientasi ini akan mengakibatkan terselubunginya droplet minyak atau air oleh emulgator (Ansel, H.C., 1989).

3. Plastic or interfacial film theory

(34)

fleksibel lapisan film tersebut maka semakin stabil emulsi yang terbentuk. Pembentukan emulsi tipe A/M atau M/A tergantung pada derajat kelarutan emulgator dalam kedua fase tersebut, emulgator yang larut dalam air akan memicu terbentuknya emulsi M/A dan begitu pula sebaliknya (Ansel, H.C.,1989). 4. Teori lapisan listrik rangkap

Jika terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan di depannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh dua benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha dari partikel minyak yang akan mengadakan penggabungan menjadi satu molekul yang besar karena susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel minyak mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian, antara sesama partikel akan tolak menolak, stabilitas emulsi akan bertambah (Parrott, E.I., 1971).

5. Teori Pasak

Teori ini mempertimbangkan bangun geometrik emulgator dan menjelaskan mengapa suatu emulgator menyebabkan pembentukan emulsi M/A, yang lain emulsi A/M (Voigt, R., 1994).

B. Bahan Formulasi 1. Emulsifying agent (emulgator)

(35)

yang mempunyai rantai hidrokarbon nonpolar dan polar pada tiap ujung rantai molekulnya. Emulgator akan dapat menarik fase minyak dan fase air sekaligus dan akan menempatkan diri di antara kedua fase tersebut (Friberg dan Goldsmith, 1968).

Emulgator bekerja dengan membentuk lapisan film di sekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi mencegah terjadinya koalesen maupun terpisahnya cairan dispers (Anief, M., 1989).

Penggunaan campuran dua macam emulgator biasanya lebih stabil dibandingkan dengan penggunaan emulgator tunggal dengan menjumlahkan HLB secara langsung. Emulgator dapat dicampurkan dengan perbandingan dan proporsi yang sesuai (Allen, 2002). Kombinasi Tween dan Span dengan perbandingan dan proporsi tertentu digunakan untuk menghasilkan emulsi yang stabil sesuai dengan tipe emulsi yang diinginkan (Martin, Swarbick, dan Cammarata,1993).

Pemilihan emulgator didasarkan pada sistem HLB yang dimiliki oleh emulgator. Sistem HLB (Hydrophile-Lipophile Balance) adalah suatu nilai polaritas dari surfaktan (Kim, 2005). Nilai HLB menerangkan keseimbangan hidrofil – lipofil yang diberikan dari ukuran dan kuatnya gugus lipofil dan gugus hidrofil (Voigt, R., 1994).

Tabel I. Klasifikasi surfaktan berdasarkan nilai HLB

HLB Penggunaan

1-3 Antifoaming agent

3-6 W/O emulsifying agent

7-9 Wetting Agent

8-16 O/W emulsifying agent 13-15 Detergent

15-18 Solubilizing agent

(36)

Tabel II. Klasifikasi dispersibilitas di air berdasarkan nilai HLB

HLB Dispersibilitas di air

1-4 Tidak 3-6 Jelek

6-8 Dispersi seperti susu yang bersifat tidak stabil 8-10 Dispersi seperti susu yang bersifat stabil 10-13 Dispersi translucent

>13 Larutan jernih

(Kim, 2005)

Dalam penelitian ini, digunakan kombinasi Tween 80 dan Span 80 untuk menghasilkan emulsi tipe A/M dengan nilai HLB 6.

a. Polioksietilen Sorbitan Monooleat (Tween 80).

Gambar 3. Tween 80 (Aulton, 2002)

Tween 80 merupakan ester oleat dari sorbitol di mana tiap molekul anhidrida sorbitolnya berkopolimerisasi dengan 20 molekul etilenoksida (anhidrida sorbitol : etilenoksida = 1:20). Tween 80 merupakan cairan kental berwarna kuning muda sampai kuning sawo (Anonim, 1993), berbau karamel yang dapat menyebabkan pusing (Greenberg, 1954), panas, dan kadang-kadang pahit dan nilai HLB 15 (Anonim, 1993).

(37)

alkohol polihidrik (Greenberg, L.A.,1954). Tween 80 mempunyai titik lebur yang berada pada suhu 5o – 6oC, nilai pH 6,0 – 8,0 dan stabil dalam larutan dengan pH 2-12 (Greenberg, L.A., 1954). Tween 80 mempunyai Phase Inversion Temperature (PIT) pada suhu 93oC (Benerito, Singleton, 1956).

Tween 80 digunakan secara luas dalam sediaan oral, kosmetik, makanan, dan sediaan topikal karena sifatnya yang nontoksik dan tidak mengiritasi. Secara umum data ketoksikan Tween 80 dapat dilihat data berikut: LD50 (tikus, IP): 7.6 g/kg(8); LD50 (tikus, IV): 4.5 g/kg; LD50 (tikus, oral): 25 g/kg; LD50 (rat, IP): 6.8 g/kg; dan LD50 (rat, IV): 1.8 g/kg (Rowe, Paul, Marian, 2009).

b. Sorbitan Monooleat (Span 80).

Gambar 4. Span 80 (Aulton, 2002)

(38)

Span 80 biasanya digunakan dalam kosmetik, produk makanan, dan produk-produk farmasetika sebagai surfaktan nonionik lipofilik. Ketika digunakan sendiri, Span 80 menghasilkan emulsi A/M yang stabil dan mikroemulsi. Namun, biasanya juga sering penggunaan Span 80 dikombinasikan dengan polisorbat untuk menghasilkan emulsi A/M atau M/A dengan kosnsistensi yang berbeda (Rowe, Paul, Marian, 2009).

2. Virgin Coconut Oil (VCO)

Virgin Coconut Oil merupakan salah satu hasil olahan dari daging buah kelapa (Cocos nucifera) yang masih segar (Shilhavy, 2005). VCO mempunyai kandungan asam lemak jenuh yang lebih tinggi (92%) dari minyak nabati lainnya termasuk minyak kelapa biasa. Kandungan asam lemak jenuh tersebut didominasi oleh asam laurat (43 – 53%) yang merupakan Medium Chain Fatty Acid (MCFA) yang tidak terdapat dalam sebagian besar minyak lain (Sukartin dan Sitanggang, 2005).

(39)

VCO memiliki kelarutan dalam air, yaitu membentuk campuran homogen berwarna putih ketika dicampur dengan sedikit air. Pada dasarnya tidak larut dalam air pada temperatur kamar (Patil, 2009). VCO mempunyai berat jenis 0,9160 gr/cm3 dan viskositas sebesar 0,4717 gr/cm.s; (Hariyani, 2006).

Tabel III. Interim Standar Virgin Coconut Oil dari Asian and Pacific Coconut Community (ACC) Asam Miristat (C14) 16,0 -21,0 Asam Palmitat (C16) 7,5 – 10,00 Asam Stearat (C18) 2,0 – 4,0

Asam Lemak tak Jenuh

Asam Oleat (C18-1) 5,0 – 10,4

Gambar 5 . Gliserin

(40)

mempunyai tiga gugus –OH yang bertanggungjawab terhadap kelarutannya dalam air (Boylan, Cooper, Chowhan, 1986).

Gliserin dapat campur dengan air dan alkohol. Satu bagian gliserin larut dalam 11 bagian etil asetat, larut dalam 500 bagian etil eter. Gliserin tidak larut dalam benzen, kloroform, CCl4, petroleum eter, dan minyak. (Anonim, 1976).

Dalam sediaan oral, gliserin berfungsi sebagai pelarut, pemanis, pengawet, dan peningkat viskositas. Gliserin bersifat nontoksik dan noniritan dengan data toksisitas berikut: LD50 (guinea pig, oral): 7.75 g/kg; LD50 (tikus, IP):

8.70 g/kg; LD50 (tikus, IV): 4.25 g/kg; LD50 (tikus, oral): 4.1 g/kg; LD50 (tikus,

SC): 0.09 g/kg; LD50 (rabbit, IV): 0.05 g/kg; LD50 (rabbit, oral): 27 g/kg(19);

LD50 (rat, IP): 4.42 g/kg; LD50 (rat, oral): 5.57 g/kg(19); LD50 (rat, oral): 12.6

g/kg; dan LD50 (rat, SC): 0.1 g/kg (Rowe, Paul, Marian, 2009).

4. Metil paraben

Gambar 6. Metil Paraben ( Boylan, Cooper, Chowhan, 1986).

Nipagin disebut juga metil paraben (CH3(C6H4(OH)COO) merupakan penghambat pertumbuhan jamur dan merupakan pengawet yang sering digunakan dalam makanan dan kosmetik (Kim, 2005). Metil paraben telah terbukti aman sebagai pengawet makanan (Boylan, Cooper, Chowhan, 1986).

(41)

jika didinginkan larutan tetap jernih. Metil paraben melebur pada suhu 125-128 (Anonim, 1979).

Metil paraben menunjukkan aktivitas antimikroba pada pH 4-8. Keefektifan aktivitas menurun seiring dengan peningkatan pH karena adanya pembentukan anion fenolat. Metil paraben lebih efektif melawan jamur dan ragi dibnadingkan bakteri, namun lebih efektif melawan bakteri Gram positif dibandingkan Gram negatif. Konsentrasi metil paraben yang digunakan dalam sediaan oral berkisar antara 0,015 – 0,2 %. Metil paraben bersifat nonmutagenik, nonteratogenik, dan nonkarsinogenik (Rowe, Paul, Marian, 2009).

5. Larutan sukrosa

Sukrosa berbentuk kristal tidak berwarna, tidak berbau, dan mempunyai rasa manis. Sukrosa digunakan secara luas dalam formulasi farmasetika oral.

Gambar 7. Sukrosa (Rowe, Paul, Marian, 2009).

(42)

creaming karena dapat mengurangi perbedaan berat jenis antardua fase (fase air dan fase minyak) (Binks., B.P.,1998).

6. Aquadest

Pemerian: merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau. Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi, perlakuan menggunakan penukar ion, osmosis balik, atau proses lain yang sesuai. Aqudest dibuat dari air yang memenuhi persyaratan air minum (Anonim, 1995). Air mempunyai berat jenis 0.9881 gr/cm3 pada suhu 50oC dan 1 gr/cm3 pada 0oC (Nuitjen, H.W., 2007).

C. Sifat Fisis Emulsi 1. Ukuran droplet

(43)

Dalam mikromeritik ada dua metode dasar untuk mengetahui ukuran partikel yaitu metode mikroskopik dan metode pengayakan. Metode mikroskopik merupakan metode sederhana yaitu dengan menggunakan miksroskop elektron atau mikroskop optik. Mikroskop elektron digunakan untuk ukuran partikel yang berkisar antara 10 Å sampai kira-kira 0,2 µm. Mikroskop optik digunakan untuk pengukuran partikel yang berkisar dari 0,2 µm sampai kira-kira 100 µm (Martin, Swarbick, dan Cammarata,1993).

Ukuran droplet merupakan diameter rata-rata droplet dari suatu sampel, dimana pada umumnya sifat sampel adalah polidispersi (heterogen) yaitu droplet dengan bermacam-macam diameter dengan range atau rentang lebar. Sampel dengan ukuran droplet yang seragam disebut monodispersi tetapi sangat jarang ditemukan sampel yang monodispersi (Martin, Swarbick, dan Cammarata,1993).

Ukuran droplet yang semakin kecil menyebabkan luas kontak permukaan droplet yang diselubungi oleh surfaktan menjadi semakin besar sehingga ikatan antardroplet menjadi semakin kuat. Hal ini mengakibatkan sistem menjadi lebih rigid dan viskositas semakin meningkat sehingga sistem emulsi lebih stabil (Aulton, M.E., 2002).

(44)

Gambar 8. Grafik distribusi frekuensi ukuran droplet (Martin, Swarbick, dan Cammarata,1993).

Gambar 9. Tipe-Tipe Distribusi Ukuran Droplet (Nielloud, F. dan Mestres, 2000) Data ukuran partikel yang diperoleh disajikan dalam bentuk kurva distribusi frekuensi. Kurva ini diperoleh dengan cara memplotkan ukuran partikel (pada absis) terhadap persentase frekuensi ukuran partikel (pada ordinat). Dari kurva distribusi frekuensi akan terlihat ukuran partikel yang paling banyak ditemukan dalam suatu sampel.

2.Viskositas

(45)

Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasinya dibagi menjadi dua yaitu sistem Newton dan sistem non-Newtonian. Tipe alir plastik, pseudoplastik, dan dilatan termasuk dalam sistem non-Newtonian (Martin, Swarbick, dan Cammarata,1993).

Dalam proses pembuatan emulsi, terdapat kemungkinan untuk produk mengalami beberapa shearing stress. Kebanyakan emulsi kecuali emulsi encer menunjukkan aliran non-Newtonian. Faktor- faktor yang berhubungan dengan fase terdispersi meliputi volume fase, distribusi ukuran partikel, dan viskositas dari fase dalam itu sendiri. Jika konsentrasi volume dari fase terdispersi rendah (kurang dari 0,05), sistem tersebut adalah Newtonian. Pengurangan ukuran partikel akan menaikkan viskositas. Makin luas distribusi ukuran partikel, makin rendah viskositasnya jika dibandingkan dengan sistem yang memiliki ukuran partikel rata-rata serupa, tetapi dengan distribusi ukuran partikel yang lebih sempit. Viskositas juga dipengaruhi oleh konsentrasi atau volume fase dalam, yaitu berdasarkan persamaan Einstein sebagai berikut.

η = η0 (1 + 2,5φ) ...Persamaan (1)

Keterangan : η = viskositas emulsi η0 = viskositas fase kontinyu

φ = rasio volume fase dalam terhadap fase kontinyu

(46)

rasio volume fase akan semakin besar dan viskositas emulsi akan meningkat. Namun, harus diperhatikan bahwa dengan semakin besarnya volume fase dalam, maka akan berpengaruh pada kestabilan emulsi (Mollet, Grubermann, 2001).

Apabila konsentrasi volume meningkat , sistem tersebut menjadi lebih tahan terhadap aliran dan menunjukkan karakteristik aliran pseudoplastik. Pada konsentrasi yang cukup tinggi, terjadi aliran plastik. Jika konsentrasi volume mendekati 0,74, kemungkinan terjadi inversi dengan berubahnya viskositas secara nyata (Martin, Swarbick, dan Cammarata,1993).

Perubahan sifat alir emulsi dideterminasi dengan pengukuran viskositas dan viskoelastis dari emulsi (Sherman, 1964; Lashmar dan Beesley, 1993); Kallioinen et al., 1994; Tambune et al., 1996; Gaspar dan Maia Campos, 2009). Viskositas dapat membantu proses emulsifikasi dan meningkatkan resistensi terjadinya coalescense droplet. Viskositas mempengaruhi ukuran droplet dan stabilitas emulsi dengan cara memperlambat difusi droplet ke dalam fase luar dan memperlambat gerakan Brownian droplet akibatnya droplet-droplet tidak dapat bergerak bebas (Korhonen, 2003).

D. Stabilitas Emulsi

(47)

Ketidakstabilan dalam emulsi dapat digolongkan menjadi: 1. Creaming dan sedimentasi ;

Creaming adalah pemisahan emulsi menjadi 2 bagian, dimana bagian yang satu memiliki fase dispersi lebih banyak dari bagian yang lain. Creaming merupakan pemisahan dari emulsi menjadi beberapa lapis cairan, di mana setiap lapis mengandung fase dispers yang berbeda. Pada emulsi tipe M/A, creaming merupakan peristiwa pergerakan droplet minyak di bawah pengaruh gaya gravitasi atau pada saat disentrifugasi dan membentuk suatu lapisan terkonsentrasi pada bagian atas sediaan. Peristiwa ini tidak disertai perubahan distribusi ukuran droplet. Sedangkan pada emulsi tipe A/M, peristiwa yang sama ini disebut sedimentasi, dimana terjadi pengendapan droplet-droplet air yang biasanya mempunyai berat jenis yang lebih besar dibandingkan dengan fase luarnya. Emulsi yang mengalami creaming bersifat reversibel bila digojog dan akan terbentuk kembali emulsi yang stabil (Binks, B.P.,1998).

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya creaming dan sedimentasi adalah:

1. Mengurangi ukuran rata-rata droplet, misalnya menggunakan homogeniser yang bertekanan tinggi atau jet homogeniser

(48)

3. Meningkatkan viskositas fase luar, misalnya mengentalkan fase air dengan gum (Binks, B.P., 1998).

2. Flokulasi

Flokulasi merupakan penggerombolan droplet-droplet menjadi suatu agregat tetapi lapisan pada permukaan droplet masih utuh atau tidak pecah. Flokulasi biasanya memicu terjadinya creaming karena floks (agregat) naik lebih cepat dibandingkan dengan droplet tunggal. Flokulasi cenderung terjadi pada sistem emulsi yang polidispersi karena adanya perbedaan kecepatan creaming dari droplet besar dan kecil menyebabkan droplet-droplet tersebut mempunyai jarak yang lebih dekat dan kemungkinan besar lebih mudah beragregat dibandingkan droplet-droplet dalam sistem monodispersi (Binks, B.P., 1998).

3. Coalescense dan cracking;

Merupakan proses pecahnya emulsi yang bersifat irreversibel. Coalescense adalah penggabungan beberapa droplet menjadi satu droplet besar (Binks, B.P., 1998). Apabila telah terjadi coalescence maka terjadi pemisahan kedua fase dan emulsi menjadi rusak. Oleh karena itu kecepatan koalesen droplet-droplet digunakan untuk pengukuran kuantitatif kestabilan emulsi.

Kecepatan coalescense dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: a. Sifat alamiah dari film pada permukaan droplet

(49)

d. Rasio volume fase terdispersi dan medium dispersi e. Distribusi ukuran droplet

f. Suhu (Mollet, Grubermann, 2001).

4. Inversi

Inversi adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi W/O ke tipe O/W atau

sebaliknya (Anief, 1989). Inversi dapat terjadi ketika fraksi volume fase dalam (φ)

lebih dari 0,74, perubahan suhu, sifat emulgator, konsentrasi emulgator, dan penambahan elektrolit (Lieberman, Rieger, dan Banker, 1996).. Perubahan tipe emulsi yang terjadi akibat perubahan suhu disebabkan oleh perubahan sifat hidrofobisitas dari emulgator. Pada emulgator nonionik, peningkatan suhu akan memicu perubahan tipe M/A menjadi A/M (Mollet, Grubermann, 2001).

(50)

Gambar 10. Fenomena Ketidakstabilan Emulsi (Swarbrick, James, 2007). Menurut Hukum Stokes, stabilitas emulsi dapat ditingkatkan dengan menreduksi ukuran droplet dan distribusi ukuran droplet, mengurangi perbedaan densitas fase luar dan dalam, dan meningkatkan viskositas fase luar (Martin, Swarbick, dan Cammarata,1993). Berbagai faktor yang terlibat dalam laju kecepatan pembentukan cream dapat dilihat dalam persamaan hukum Stokes di bawah ini.

18η g ) ρ (ρ d

v 1 2

2 −

= ...(2)

Keterangan:

v = kecepatan pengapungan atau sedimentasi d = diameter tetesan

(51)

g = percepatan gravitasi

Dari hukum Stokes dapat diketahui bahwa:

1. Kecepatan pembentukan cream berbanding lurus dengan selisih kerapatan antara fase minyak dan fase air. Peristiwa pembentukan cream dapat diminimalkan dengan memilih kerapatan dari kedua fase yang hampir sama. Kebanyakan minyak mempunyai kerapatan di bawah 1,00.

2. Kecepatan pembentukan cream berbanding lurus dengan diameter droplet . Droplet yang lebih kecil lebih lambat naik jika dibandingkan dengan droplet yang besar sehingga pembentukan cream dapat diminimalkan dengan memperkecil droplet fase terdispersi.

3. Kecepatan pembentukan cream berbanding terbalik dengan viskositas medium. Kenaikan temperatur akan mengurangi viskositas sehingga dapat menyebabkan creaming. Untuk menanggulangi hal ini, emulsi harus disimpan di tempat sejuk. Creaming dapat diminimalkan dengan menaikkan viskositas medium (Gunn, 1975).

E. Pencampuran

(52)

Secara garis besar, mekanisme pencampuran cairan-cairan ada 3 yaitu: 1) Transport bulk; merupakan analog dari convective mixing, terjadi gerakan sejumlah besar material dari satu tempat ke tempat lain dan dapat dicapai dengan pengaduk/pisau yang berputar pada mixer. 2) Turbulent mixing: terjadi dari gerakan secara acak dari molekul yang dipaksa bergerak secara turbulen. 3)Molecular diffusion: merupakan analog dari diffusive mixing dimana terjadi gerakan acak partikel secara individu dan terjadi redistribusi partikel-partikel (Aulton, M.E., 2002). Mekanisme pencampuran menentukan rasio volume fase (jumlah droplet dengan ukuran tertentu yang terbentuk per satuan waktu). Rasio volume fase dipengaruhi oleh jenis alat dan rasio volume fase dalam dengan fase luar. Apabila volume fase dalam kurang dari 30% total volume, maka droplet-droplet tidak saling mempengaruhi dan viskositas masih rendah. Ketika φ >30%,

droplet-droplet akan saling mempengaruhi dan akan meningkatkan viskositas (Mollet, Grubermann, 2001). Jenis alat yang digunakan menentukan tipe aliran yang berpengaruh dalam proses pencampuran baik itu aliran laminar maupun aliran turbulen (Lieberman, Rieger, dan Banker, 1996).

(53)

diasumsikan sebagai bentuk bulat sehingga luas permukaan menjadi kecil. Kemudian tumbukan antardroplet menyebabkan terjadinya fusi droplet untuk mengurangi luas permukaan dan tegangan permukaan menjadi stabil (Swarbrick, James, 2007).

Faktor yang menentukan terbentuknya emulsi adalah pengadukan secara mekanis dan faktor penting dalam menentukan efisiensi pengadukan untuk menghasilkan ukuran droplet yang kecil adalah Weber number. Weber number

merupakan rasio tekanan LaPlace dan stress dari gradien shear. We= γ ηGr

; η=

viskositas fase luar, G= gradien velocity, r=jari-jari droplet, γ= tegangan

permukaan. Gradien velocity yaitu intensitas pengadukan mekanis merupakan faktor yang penting (Lieberman, Rieger, dan Banker, 1996).

(54)

Jenis alat yang digunakan mempengaruhi dispersi droplet dan proses emulsifikasi yang terjadi. Pemilihan tipe alat ditentukan oleh kepentingan penggunaan emulsi dan hasil akhir yang diinginkan. Alat-alat pengaduk baik sederhana maupun kompleks bekerja dengan mekanisme memecah atau mendispersikan fase internal ke dalam fase eksternal sehingga ukuran droplet yang dihasilkan cukup kecil untuk mencegah coalescense dan menjaga kestabilan emulsi (Lieberman, Rieger, dan Banker, 1996).

Optimasi proses pencampuran melibatkan pengaturan jumlah gaya geser yang harus diberikan yang dalam hal ini dinyatakan dengan kecepatan putar untuk menghasilkan distribusi ukuran droplet yang optimal. Selain itu, lama pencampuran juga dapat mempengaruhi ukuran droplet rata-rata dan distribusi ukuran droplet. Ketika kecepatan pengadukan tinggi, maka coalescense dapat dicegah dengan cara adanya tekanan lokal dan fluktuasi kecepatan alir cairan serta gaya geser di sekitar impeller dan tangki. Alat-alat tipe propeller dan paddle impeller menghasilkan sistem emulsi yang lebih stabil dibandingkan dengan jenis alat yang lain (Lieberman, Rieger, dan Banker, 1996).

Jenis-jenis alat yang biasanya digunakan dalam proses emulsifikasi adalah propeller atau turbine mixer, static mixers, colloid mills, homogenizer. .Alat –alat yang dapat digunakan dalam pembuatan emulsi adalah:

1. Homogenizer

(55)

pada kisaran 500-5000 psi dan suatu lubang yang dilalui cairan serta mengenai katup pemghomogenan yang terdapat pada tempat katup dengan spiral yang kuat. Ketika tekanan meningkat, spiral ditekan dan sebagian dispersi tersebut bebas di antara katup dan tempat katup. Pada titik ini, energi yang tersimpan dalam cairan sebagai tekanan dilepaskan secara spontan sehingga produk menghasilkan turbulensi dan shear hidraulik (Lachman, 1989).

Gambar 11. High Pressure Homogenizer (Singh, Venkatesh, 2007) Jika proses homogenisasi dilakukan dalam pembuatan emulsi, maka sering dihasilkan peningkatan viskositas emulsi. Peningkatan viskositas ini kemungkinan disebabkan terbentuknya lapisan tipis emulgator yang sangat kuat dan rapat akibat pembesaran batas antarpermukaan yang menyebabkan terjadinya fenomena tersebut (Lachman, 1989).

2. Ultra Turrax

(56)

Gambar 12. Ultra Turrax (Nienow, 1997)

Gambar 13. Ultra Turrax (Anonim, 2002)

Ketika proses pembuatan emulsi A/M , fase air biasanya ditambahkan secara perlahan ke dalam fase minyak dengan pengadukan yang konstan. Biasanya emulsi dihomogenisasi untuk memperkecil ukuran partikel dan meningkatkan stabilitas emulsi (Lieberman, Rieger, dan Banker, 1996).

3. Impeller

Impeller terdiri dari beberapa macam yaitu propeller, turbin, paddle, anchor, dan hellical ribbon. Beberapa tipe alat ini biasanya digunakan pada sistem sediaan yang memiliki viskositas relatif rendah dan digunakan pada kecepatan putar yang tinggi (Nienow, A.N., 1997).

propeller mixer

(57)

Propeller mixer biasanya digunakan untuk pencampuran sediaan dengan viskositas rendah, proses pendispersian gas dalam cairan dengan viskositas rendah, dan pensuspensian padatan dalam cairan yang memiliki viskositas rendah (Nienow, A.N., 1997).

4. Mixer

Ada dua tipe mixer yaitu 1) planetary mixer; termasuk mixer dengan sistem pencampuran konveksi bergaya geser rendah. Pisau terletak pada pusat dan berputar pada porosnya. Planetary mixer biasa digunakan di dalam pencampuran serbuk, granul, unguenta, sabun, detergen, dan sediaan kosmetik; 2) sigma blade mixer; tipe mixer yang umum digunakan untuk sediaan semisolid yang kaku dan memiliki 2 buah pisau yang berbentuk seperti sigma dan berputar dan digunakan untuk pencampuran apsta padat dan salep (Aulton, M.E., 2002).

Gambar 15: Planetary mixer Gambar 16: sigma blade mixer (Aulton, 2002) 5. Ultrasonifier

(58)

kira-kira 150-350 psi dan menyebabkan pisau bergetar cepat menghasilkan suatu bunyi ultrasonik (Lachmann, 1989).

Gambar 17 . Branson B-32 Ultra Sonic Bath (Anonim, 2009)

F. Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan matematika. Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda yaitu level rendah dan level tinggi. Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon (Bolton, 1997).

Optimasi campuran dua bahan (berarti ada dua faktor) dengan desain faktorial (two level factorial design) dilakukan berdasarkan rumus :

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b12X1X2……….(3) Y = respon hasil atau sifat yang diamati

X1, X2 = level bagian A, level bagian B

(59)

b1, b2, b12 = koefisien yang dhitung dari hasil percobaan

Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat percobaan (2n=4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor). Penamaan formula untuk jumlah percobaan = 4 adalah formula (1) untuk percobaan I, formula a untuk percobaan II, formula b untuk percobaan III, dan formula ab untuk percobaan IV (Bolton, 1990). Respon yang ingin diukur harus dapat dikuantitatifkan. Rancangan percobaan desain faktorial sebagai berikut :

Tabel IV: Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level Percobaan Faktor A Faktor B Interaksi

(1) - - +

Percobaan (1) = faktor A level rendah, faktor B rendah Percobaan a = faktor A level tinggi, faktor B rendah Percobaan b = faktor A level rendah, faktor B tinggi Percobaan ab = faktor A level tinggi, faktor B tinggi

Berdasarkan persamaan tersebut dengan substitusi secara matematis, dapat dihitung besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi. Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah. Konsep perhitungan efek menurut Bolton (1990) sebagai berikut :

(60)

Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Metode ini memiliki efisiensi yang maksimum untuk memperkirakan efek yang dominan dalam menentukan respon. Keuntungan utama desain faktorial adalah bahwa metode ini memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor dan efek interaksi antarfaktor (Bolton, 1997).

Desain faktorial telah digunakan dalam penelitian optimasi proses pencampuran pada sediaan emulsi M/A (Prinderre et al., 1997), optimasi formulasi dan evaluasi mekasnisme pelepasan obat pada emulai A/M (Bjerregaard, Soderberg, Vermehren, Frokjaer, 1999), optimasi formulasi sediaan pelepasan terkontrol dari natrium diklofenak (Gohel, Amin, 1997), pengaruh efek muatan permukaan terhadap stabilitas suspensi (Singh, Laxmidhar, Sarama, 2001) dan efek HPMC dan karbopol pada sifat pelepasan obat (Li, Senshang, Bruce, Haresh, Mirchandani, Yie, 2002).

G. Landasan Teori

(61)

Sifat fisis emulsi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu temperatur, kecepatan putar, tegangan geser, tegangan, dan lama pencampuran (Nielloud, 2000). Dalam penelitian ini, dilakukan evaluasi terhadap efek lama pencampuran dan kecepatan putar. Selama proses pencampuran, kecepatan putar yang digunakan memberikan energi kinetik sehingga menimbulkan gaya geser pada emulsi dan akan mempengaruhi proses emulsifikasi membentuk sistem emulsi yang stabil, serta memungkinkan terjadinya perubahan sifat fisis emulsi. Lama pencampuran dapat membantu proses pendispersian berlangsung dengan baik. 

Faktor lama pencampuran dan kecepatan putar propeller mixer merupakan proses yang simultan sehingga dipilih desain faktorial untuk melihat efek dari faktor proses pencampuran ini dan kemungkinan terjadinya interaksi antarfaktor. Respon yang dihasilkan dari Desain Expert 7.1.4meliputi parameter sifat fisis (percentile 90 ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming pada 24 jam) dan parameter stabilitas (pergeseran ukuran droplet dan profil ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming selama 1 bulan). Signifikansi efek yang terjadi dianalisis dengan uji ANOVA pada taraf kepercayaan 95%. Respon ukuran droplet dilihat dari percentile 90 ukuran droplet.

H. Hipotesis

(62)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental murni dengan variabel eksperimental ganda dan desain penelitian secara desain faktorial.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas adalah kecepatan putar propeller mixer dan lama pencampuran dengan 2 level (level rendah dan level tinggi). Level rendah lama pencampuran adalah 5 menit dan level tinggi adalah 15 menit. Level rendah kecepatan putar adalah 300 rpm dan level tinggi adalah 700 rpm.

2. Variabel tergantung adalah sifat fisis (percentile 90 ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming), dan stabilitas (pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan dan profil ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming selama 1 bulan penyimpanan).

3. Variabel pengacau terkendali adalah lama penyimpanan dan sifat dari wadah penyimpanan.

(63)

C. Definisi Operasional

1. Emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare adalah suatu sistem dispersi fase air di dalam minyak VCO dan mengandung ekstrak etanol buah pare.

2. Ekstrak etanol buah pare adalah ekstrak etanol 75% buah pare berupa serbuk halus kering yang diekstraksi secara maserasi dengan pelarut etanol 75%. 3. Pencampuran adalah proses pendistribusian bahan satu ke bahan yang lain. 4. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon, dalam penelitian ini

digunakan dua faktor yaitu lama pencampuran dan kecepatan putar propeller mixer.

5. Level adalah nilai/tetapan untuk faktor, dalam penelitian ini digunakan dua level yaitu level rendah dan tinggi lama. Level rendah dan tinggi faktor lama pencampuran adalah 5 dan 15 menit, sedangkan level rendah dan tinggi kecepatan putar propeller mixer adalah 300 dan 700 rpm.

6. Respon adalah besaran yang akan diamati perubahan efeknya dan besarnya dapat dikuantitatifkan. Respon penelitian ini meliputi sifat fisis dan stabilitas emulsi.

7. Sifat fisis emulsi adalah parameter untuk mengetahui kualitas fisis emulsi, dalam penelitian ini meliputi percentile 90 ukuran droplet, uji viskositas, dan indeks creaming dan diukur 24 jam setelah pembuatan.

(64)

9. Efek adalah respon yang disebabkan yang disebabkan variasi level dan faktor. Besarnya efek dapat dicari dengan menggunakan program Design Expert. 10.Percentile 90 ukuran droplet adalah sebanyak 90 % dari populasi memiliki

ukuran droplet di bawah nilai tertentu.

11.Perubahan ukuran droplet adalah profil perubahan percentile 90 ukuran droplet dari emulsi selama periode waktu tertentu yaitu 24 jam, 7 hari, 15 hari, 21 hari, dan 1 bulan.

12.Perubahan viskositas adalah profil perubahan viskositas dari emulsi selama periode waktu tertentu yaitu 24 jam, 7 hari, 15 hari, 21 hari, dan 1 bulan. 13.Perubahan indeks creaming adalah profil perubahan indeks creaming dari

emulsi selama periode waktu tertentu yaitu 24 jam, 7 hari, 15 hari, 21 hari, dan 1 bulan.

14.Pergeseran ukuran droplet (%) adalah selisih percentile 90 ukuran droplet setelah 1 bulan dengan percentile 90 ukuran droplet 24 jam setelah pembuatan dibagi dengan percentile 90 ukuran droplet 24 jam setelah pembuatan dikali 100%.

15.Desain faktorial adalah metode optimasi yang memungkinkan untuk mengetahui efek yang dominan dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas emulsi ekstrak etanol Momordica charantia L.

(65)

D. Alat dan Bahan 1. Alat:

Propeller mixer (Janke u. Kunkel KG IKA WERK, tipe RW 15, Ultra Turrax (Ystral Gmbh D-7801 Dottingen Tipe X 1020- Holland), mikroskop mikromeritik (MOTIC DMB-223- Amerika Serikat), objek gelas, (25,4 x 76,2 mm dan tebal 0,8 mm microscopes slides, China), objek gelas objektif kalibrasi skala 10 µm, viscotesterr seri VT 04 (RION-JAPAN), waterbath (Tamson Zoetermeer – Holland, 1985, 0023), timbangan ( METTLER TOLEDO GB 3002), pengaduk, cawan porselin, termometer, alat-alat gelas beker (Pyrex-Japan), pipet tetes.

2. Bahan :

(66)

E. Alur Penelitian

1. Data standarisasi ekstrak etanol pare berdasarkan Certificate of Analysis (CoA) dari PT. Javaplant, Surakarta, Indonesia dan verifikasi ekstrak etanol pare dari PT. Javaplant, Surakarta, Indonesia dengan membandingkan dengan ekstrak hasil ekstraksi secara maserasi oleh peneliti.

2. Ekstraksi buah pare secara maserasi dengan pelarut etanol 75 % selama 24 jam. Kemudian perbandingan ekstrak hasil ekstraksi dan ekstrak dari PT. Javaplant menggunakan uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Fase diam berupa silika gel GF 254 dan fase gerak asam asetat: benzene = 2:8 (Rita et al., 2008)

3. Pencampuran formula emulsi ekstrak etanol buah pare dengan propeller mixer pada suhu 35oC (kecepatan putar: 300 dan 700 rpm; lama pencampuran (5 dan 15 menit). Kemudian ukuran diperkecil dengan Ultra Turrax selama 3x1 menit dan direplikasi sebanyak tiga kali (Bjerregaard, S., et al., 1999).

4. Uji sifat fisis dan stabilitas emulsi ekstrak etanol buah Momordica charantia L.meliputi: sifat fisis (percentile 90 ukuran droplet, viskositas, indeks creaming 24 jam) dan stabilitas (pergeseran ukuran droplet dan profil ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming selama 1 bulan penyimpanan).

(67)

Alur penelitian dalam bentuk skema:

(68)

F. Tata Cara Penelitian

1. Verifikasi ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.) dari PT.Javaplant, Surakarta, Indonesia

a. Ekstraksi daging buah Pare

Daging buah pare dikumpulkan dan dibersihkan, kemudian daging buah pare dicelupkan ke dalam etanol panas selama 10 menit. Selanjutnya dipotong kecil-kecil dan dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu ±500C. Buah pare yang sudah kering kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender sehingga menjadi serbuk. Serbuk buah pare kemudian diekstraksi dengan etanol 75% secara maserasi selama 24 jam untuk mendapatkan ekstrak cair. Ekstrak yang diperoleh dikentalkan dengan rotary vacum evaporator sampai diperoleh ekstrak kental (Rita, Suirta, Sabikin, 2008).

b. Uji kualitatif ekstrak etanol buah Pare secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

(69)

muncul beserta warna bercak. Hitung harga Rf dari masing-masing bercak dan bandingkan harga Rf antara ekstrak Javaplant dan ekstrak hasil ekstraksi.

2.Pembuatan emulsi a. Formula.

Formula berdasarkan perhitungan nilai HLB dari tipe emulsi yang diinginkan yaitu tipe A/M. Emulsi yang dihasilkan memiliki nilai HLB 6,0 yang merupakan persyaratan nilai HLB yang sesuai dengan Required HLB (RHLB) untuk tipe emulsi A/M (Kim, 2005).

Tabel V. Formula emulsi ekstrak etanol buah pare. untuk 100 g emulsi:

Komposisi Jumlah (g)

Ekstrak etanol buah pare. 14

Aquadest 10 Gliserin 7,9

Virgin Coconut Oil (VCO) 48

Span 80 12,6

Tween 80 2,4

Metil paraben 0,1

Larutan sukrosa 50% b/v 5

Total 100

(70)

b. Pembuatan formula.

1) Pembuatan larutan sukrosa 50 %

Sukrosa sebanyak 100 g dilarutkan dengan aquadest panas dalam gelas beker, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 200 ml dan ditambahkan aquadest hingga tanda 200 ml.

2) Pembuatan emulsi ekstrak etanol buah pare

Ekstrak pare dilarutkan terlebih dahulu dengan aquadest hingga terlarut, kemudian ke dalam gelas beker yang berisi Tween 80 dimasukkan secara berturut-turut ekstrak pare yang telah larut, gliserin, dan larutan sukrosa 50% b/v. Campuran tersebut sebagai fase air. Span 80 dicampur dengan VCO di dalam gelas beker dan sebagai fase minyak. Setelah itu, ditambahkan metil paraben ke dalam fase minyak dan kemudian masing-masing fase dicampur dengan propeller

mixer pada suhu 35oC sesuai level faktor yang telah ditentukan ( kecepatan putar: 300 dan 700 rpm; lama pencampuran : 5 dan 15 menit). Fase air dan metil paraben dituangkan porsi per porsi secara perlahan-lahan ke dalam fase minyak, kemudian semua campuran tersebut dicampur dengan propeller mixer dengan variasi kecepatan dan lama pencampuran sesuai tabel VI. Kemudian ukuran droplet diperkecil dengan Ultra Turrax selama 3x1 menit. Setiap perlakuan direplikasi sebanyak tigakali.

Tabel VI. Percobaan Desain Faktorial

Formula Lama Pencampuran (menit) Kecepatan Putar (rpm)

1 5 300

a 15 300

b 5 700

(71)

3. Uji sifat fisis dan stabilitas emulsi a.Uji tipe emulsi (metode warna)

Penentuan tipe emulsi ditetapkan dengan menambah reagen methylen blue kepada emulsi dan diamati secara mikroskopik. Contoh emulsi dipreparasi di objek glass dan diamati di bawah mikroskop. Jika dengan reagen mehyilen blue, medium dispers berwarna biru merata maka emulsi bertipe M/A, sebaliknya bila droplet terwarnai oleh reagen methylen blue maka emulsi bertipe M/A (Voigt, 1994).

b.Uji ukuran droplet

Sejumlah emulsi dari masing-masing formula diteteskan pada gelas objek kemudian ukuran droplet yang terdispersi pada emulsi diamati dengan menggunakan fotomikroskop pada perbesaran 100x. Diameter terjauh dari tiap droplet sejumlah 500 droplet (Martin, Swarbick, dan Cammarata,1993) diukur dengan menggunakan program Motic Image Plus 2.0 yang telah dikalibrasi dengan lensa objektif berskala 10 µm. Percentile 90 ukuran droplet dijadikan sebagai respon ukuran droplet.

(72)

ukuran droplet setelah 1 bulan dengan percentile 90 ukuran droplet 24 jam setelah pembuatan dibagi percentile 90 ukuran droplet 24 jam setelah pembuatan dikali 100% .

% pergeseran ukuran droplet =

100%

Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscometer Rion seri VT 04. Cara: emulsi sebanyak 150 ml dimasukkan ke dalam wadah viscometer dan dipasang pada Viscometer Rion seri VT 04. Viskositas emulsi diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas (Instruction Manual Viscometer VT-04E). Uji viskositas dilakukan lima kali, yaitu 24 jam, 7 hari, 15 hari, 21 hari, dan 1 bulan setelah pembuatan emulsi untuk masing-masing perlakuan dengan replikasi tiga kali (Prinderre, Piccerelle, Cauture, Kalantzis, Reynier, Joachim, 1998).

Sifat fisis emulsi ditentukan oleh nilai viskositas 24 jam setelah pembuatan dan stabilitas emulsi ditunjukkan oleh profil nilai viskositas selama 1 bulan penyimpanan.

d.Indeks creaming.

(73)

Pengukuran indeks creaming dilakukan dengan menghitung rasio volume emulsi yang memisah dibanding volume total emulsi (Aulton, 2002) dan diamati pada 24 jam, 7 hari, 15 hari, 21 hari, dan 1 bulan setelah pembuatan.

Indeks creaming dapat dinyatakan dengan rumus:

100%

Keterangan: hu = tinggi pemisahanyang terjadi

ho = tinggi emulsi mula-mula (Aulton, M.E., 2002)

Sifat fisis emulsi ditentukan oleh persentase indeks creaming 24 jam setelah pembuatan dan stabilitas emulsi ditunjukkan oleh profil indeks creaming selama 1 bulan penyimpanan.

G. Analisis Data

Data standarisasi ekstrak daging buah pare mengacu pada standar yang tercantum dalam Certificate of Analysis dan verifikasi uji kualitatif ekstrak PT. Javaplant dan ekstrak hasil ektraksi oleh peneliti. Data penelitian adalah sifat fisis (percentile 90 ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming) dan stabilitas (pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan dan profil karakteristik ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming selama 1 bulan).

(74)
(75)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Verifikasi Ekstrak Etanol buah Pare

Tujuan verifikasi adalah untuk memastikan bahwa ekstrak dari PT.Javaplant memenuhi spesifikasi yang diinginkan. Oleh karena itu, digunakan pembanding yang diekstraksi dengan cara yang sama. Perbandingan profil KLT dari kedua ekstrak akan menunjukkan spesifikasi dan kebenaran ekstrak.

1. Ekstrak etanol buah pare

Ekstrak yang digunakan di dalam penelitian adalah ekstrak etanol buah pare yang diperoleh dari Javaplant, Surakarta (Indonesia). Kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak etanol pare antara lain alkaloid, diosgenin, kukurbitasin,

cucurbitin, momorcharin, asam linoleat, asam linolenat, momordicosida, asam oleanat, tannin, glikosida,(Taylor ,L., 2002; Odebivi dan Sofowora, 1978; Trease dan Evans, 1989).

Dosis ekstrak etanol buah pare yang digunakan dalam penelitian ini adalah 750 mg/kgBB. Hal ini karena berdasarkan Sutyarso, 1992, dosis sebesar 750 mg/kg BB masih aman terhadap organ hati.

Gambar

Gambar 2. Tipe-Tipe Emulsi (Hoover, J.E., 1996)
Gambar 7. Sukrosa (Rowe, Paul, Marian, 2009).
Gambar 9. Tipe-Tipe Distribusi Ukuran Droplet (Nielloud, F. dan Mestres, 2000)
Gambar 10. Fenomena Ketidakstabilan Emulsi (Swarbrick, James, 2007).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada Jurnal Penelitian ini, penulis membuat sebuah sistem informasi antrian yang memiliki sebuah metode integrasi bizkit CMS .Dalam penelitian ini, teknik Bizkit CMS yang

Tuntutan dari kurikulum 2013 menjadikan guru tidak hanya menguasai sejumlah materi pembelajaran, tetapi harus terampil dalam menggunakan model pembelajaran yang tepat

1) Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan kewarganegaraan pendiri perseroan, atau nama, tempat kedudukan dan alamat lengkap serta nomor dan

Tujuan negara Indonesia sebagai negara hukum yang bersifat formal tersebut mengandung konsekuensi bahwa negara berkewajiban untuk melindungi seluruh warganya dengan

Yang dimaksud dengan dilepas oleh Pemerintah adalah pernyataan diakuinya suatu hasil pemuliaan menjadi varietas unggul dan dapat disebarluaskan setelah memenuhi persyaratan

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak dan gas bumi (migas) di dunia. Potensi migas Indonesia tersebar secara merata hampir di seluruh wilayah

Keempat: Janganlah engkau jadilah hari puasamu sama seperti hari berbukamu, maka apabila engkau puasa maka hendaklah berpuasa pendengaran dan penglihatanmu, dari

Mata kuliah Landasan Pendidikan ini terdiri dari beberapa pokok bahasan, yang meliputi konsep Landasan Pendidikan dan jenis-jenis Landasan Pendidikan yaitu Landasan Religius,