Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh
HELNIKE ANGELIA NIM : 051114025
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN SISWA PEREMPUAN KELAS VIII DI SMP BOPKRI 3
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh
HELNIKE ANGELIA NIM : 051114025
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
iii
iv
“ Kita memang tidak selalu dapat mengendalikan apa yang terjadi pada diri kita,
tetapi kita dapat memilih bagaimana cara menghadapinya “ (Donna Partow)
Skripsi ini ku persembahkan untuk :
1. Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan kasih-NYA yang tidak pernah
berkesudahan,
2. Bapak dan mama yang menjadi kekuatanku selama ini,
3. Para sahabat yang ditempatkan Tuhan disampingku.
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 Desember 2010 Penulis
vi
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Helnike Angelia
Nomor Mahasiswa : 051114025
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN SISWA PEREMPUAN KELAS VIII DI SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 10 Desember 2010 Yang menyatakan
Helnike Angelia
vii
ABSTRAK
PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN SISWA PEREMPUAN KELAS VIII DI SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
Helnike Angelia
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang perbedaan motivasi berprestasi antara siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas VIII di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 dan usulan topik-topik bimbingan sebagai implikasi dari hasil penelitian.
Subjek penelitian ini adalah 30 siswa laki-laki dan 30 siswa perempuan kelas VIII di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta. Alat yang digunakan adalah kuesioner motivasi berprestasi yang berjumlah 63 item yang telah diuji cobakan terlebih dahulu dan termasuk dalam koefisien reliabilitas tinggi (0,73). Kuesioner terdiri dari 4 alternatif jawaban yaitu: Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai, Sangat Tidak Sesuai. Teknik analisis data menggunakan uji beda yaitu uji t dengan hasil t hitung sebesar 2,49. Hasil t hitung dibandingkan dengan t tabel dengan taraf siginifikan 5 % sehingga diperoleh hasil sebesar 2,00 yang artinya t hitung lebih besar dari pada t tabel. Nilai t hitung yang lebih besar dari t tabel menunjukkan bahwa hipotesis awal diterima, yaitu ada perbedaan motivasi berprestasi antara siswa laki-laki dan siswa perempuan.
viii
OF 2010/2011 AND ITS IMPLICATION TOWARDS THE PROPOSAL OF COUNSELING TOPICS
Helnike Angelia
The type of research used was descriptive research. This research intended to gain in information on the difference of the motivation in achievement between VIII grade male students and female students in BOPKRI 3 Junior High School of Yogyakarta in academic period of 2010/2011 and its implication towards the proposal of counseling topics as implication of the research result.
The subject of this research was 30 male students and 30 female students in VIII grade in Junior High School BOPKRI 3 of Yogyakarta. The instrument used was questionnaire on motivation in achievement totaled 63 items tested initially and included in high reliability coefficient (0,73). The questionnaire comprised of 4 alternatives of responses: Very Appropriate, Appropriate, Inappropriate, and Very Inappropriate. The technique of data analysis used differential test, t test by result tcount of 2,49. The result of tcount was compared to ttable by significance level of 5% thus it gained result 2,00 which means tcount is higher than ttable. The higher value of tcount than ttable showed that the first hypothesis is accepted, there is difference of motivation in achievement between male students and female students.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan, atas rahmat dan berkat-NYA sehingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Diucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan
masukan, dukungan dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Secara khusus ucapan terima kasih ditujukan kepada :
1. Dr. M. M. Sri Hastuti, M. Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma.
2. Dra. M. J. Retno Priyani, M. Si., sebagai dosen pembimbing skripsi, yang telah
memberikan banyak bantuan dengan penuh kesabaran dan perhatian selama
proses penulisan skripsi ini.
3. Dr. Gendon Barus, M. Si., dan A. Setyandari, S. Pd., S. Psi., Psi., M. A.,
sebagai dosen penguji yang telah memberi masukan demi perbaikan skripsi ini.
4. F.X. Hendarianro sebagai Kepala Sekolah Menengah Pertama Budi Mulia
Padon Godean yang berkenan memberikan ijin untuk melakukan uji coba alat.
5. Paryadi, S. Pd., sebagai Kepala Sekolah Menengah Pertama BOPKRI 3
Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
6. Siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah bekerjasama
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
7. Orang tua yang dengan kesabarannya selalu memberi kasih sayang, motivasi
x
9. Teman-teman di Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2005,
yang telah memberi warna dalam kehidupan penulis.
Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak, khususnya dalam
bidang Bimbingan dan Konseling.
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii
HALAMAN PENGESAHAN ………. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM …………. vi
ABSTRAK ……… vii
ABSTRACT ……… viii
KATA PENGANTAR ……….. ix
DAFTAR ISI ……… xi
DAFTAR TABEL ……… xv
DAFTAR LAMPIRAN ……… xvi
xii
D. Manfaat Penelitian ………... 5
E. Definisi Operasional ……… 6
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ……….. 8
A. Motivasi Berprestasi ……… 8
B. Motivasi Berprestasi Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan ………. 14
C. Bimbingan ……… 17
1. Pengertian Bimbingan ………. 17
2. Program Bimbingan ……… 18
3. Peran Bimbingan dalam Meningkatkan Motivasi Berprestasi ……… 19
D. Hipotesis ……….. 20
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ……… 21
A. Jenis Penelitian ……… 21
B. Subjek Penelitian ………. 21
C. Alat Penelitian ………. 22
1. Alat Pengumpul Data………... 22
2. Pemberian Skor ………... 25
xiii
4. Validitas dan Reliabilitas ……… 26
a. Validitas ……….. 26
b. Reliabilitas ……….. 29
D. Prosedur Pengumpulan Data ……….. 32
1. Tahap Persiapan ……….. 32
2. Tahap Pelaksanaan ……….. 32
E. Teknik Analisis Data ………... 33
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 36
A. Hasil Penelitian ……… 36
1. Uji Homogenitas ……….. 36
2. Uji Hipotesis ……… 37
3. Kategorisasi Motivasi Berprestasi Per Item …… 38
B. Pembahasan ………. 40
BAB V : USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN SEBAGAI IMPLIKASI HASIL PENELITIAN TENTANG PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA LAKI-LAKI DAN SISWA PEREMPUAN KELAS VIII DI SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011………..……….. 43
BAB VI : PENUTUP ……… 60
A. Ringkasan ……….. 60
B. Kesimpulan ……… 61
xiv
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Berprestasi ……… 24
Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Validitas ……… 28
Tabel 3 Komposisi Kuesioner Penelitian ………. 31
Tabel 4 Penentuan kriteria Item dalam Tiga kategori ... 35
Tabel 5 Rincian Item Motivasi Berprestasi yang Kurang Dimiliki Siswa Laki-laki ……… 39
Tabel 6 Rincian Item Motivasi Berprestasi yang Kurang Dimiliki Siswa Perempuan ……… 39
xvi
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Uji Coba………..……….. 76
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian ……….. 92
Lampiran 4. Hasil Uji t dengan Bantuan SPSS……….. 98
Lampiran 5. Hasil Perhitungan Per Item ……… 111
Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Uji Coba ……… 120
Lampiran 7. Surat Permohonan Ijin Penelitian ……….. 121
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang dalam hidup ini pastilah memiliki tujuan-tujuan yang
hendak dicapai. Mereka yang bersekolah tentunya memiliki target agar
mendapat nilai baik dan lulus dengan baik pula, mereka yang bekerja
berharap bisa menempati posisi strategis dan mendapatkan gaji yang
memadai, dan mereka yang berada di dunia politik memiliki keinginan
menduduki jabatan-jabatan tertentu yang berimbas naiknya pamor mereka di
mata masyarakat. Tercapainya tujuan yang diharapkan oleh tiap orang tidak
terlepas dari adanya dorongan untuk dapat mencapai tujuan tersebut.
Manusia bukanlah benda mati yang bergerak hanya bila ada daya dari
luar yang mendorongnya, melainkan mahluk yang mempunyai daya-daya
dalam dirinya sendiri untuk bergerak. Penggerak dari perilaku manusia ini
disebut sebagai motivasi. Banyak hal yang dapat dilakukan manusia karena
didasari oleh motivasi, termasuk pencapaian prestasi yang didasari oleh
motivasi untuk berprestasi.
Berprestasi adalah idaman setiap individu, baik itu prestasi dalam
bidang pekerjaan, pendidikan, sosial, seni, politik, budaya dan lain-lain.
semangat baru untuk menjalani aktifitas dan keinginan untuk dapat
mengulang prestasi yang sama. Manusia yang memiliki motivasi berprestasi
lebih berjuang untuk mencapai tujuan yang diharapkan daripada sekedar
memperoleh penghargaan, serta memiliki keinginan untuk bekerja dengan
lebih baik atau lebih efisien dibandingkan sebelumnya.
Sama halnya dengan para siswa di sekolah yang menginginkan
pencapaian nilai yang memuaskan di setiap kegiatan belajarnya. Nilai yang
baik cenderung menimbulkan kebanggaan dan perasaan senang. Nilai yang
baik juga dianggap sebagai suatu pencapaian prestasi yang baik. Pencapaian
nilai yang memuaskan itu dapat didukung oleh adanya motivasi untuk
berprestasi. Motivasi berprestasi menjadi sangat diperlukan sebab siswa yang
kurang mempunyai motivasi berprestasi, tentu mereka kurang mempunyai
dorongan untuk melakukan aktivitas belajar sepenuhnya. Pada akhirnya
berdampak pada pencapaian hasil yang kurang memuaskan. Memiliki
motivasi berprestasi membuat para siswa semakin giat melakukan
kegiatan-kegiatan maupun usaha-usaha demi pencapaian prestasi yang diinginkan.
Berdasarkan pengalaman peneliti selama melakukan praktek
pelaksanaan program lapangan di sekolah, beberapa siswa perempuan lebih
terlihat bekerja keras dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan. Selain itu, sikap antusias juga diperlihatkan siswa perempuan
3
dalam menyelesaikan tugas yang ditunjukkan siswa perempuan dari pada
siswa laki-laki, memunculkan pertanyaan apakah ada perbedaan motivasi
berprestasi antara siswa perempuan dan siswa laki-laki?.
Penelitian yang dilakukan oleh Yakoba (2006) tentang perbedaan
motivasi berprestasi antara mahasiswa laki-laki dan perempuan, menunjukkan
bahwa perempuan lebih memiliki motivasi berprestasi daripada laki-laki.
Tingginya motivasi berprestasi mahasiswa perempuan disebabkan keinginan
untuk menyelesaikan kuliah lebih cepat dengan nilai yang baik, sebagai wujud
tanggung jawab dan bekal mendapat pekerjaan yang diinginkan. Stereotip
masyarakat yang kurang memberi harapan dan dukungan terhadap pencapaian
prestasi perempuan ternyata tidak menjadi penghalang perempuan untuk
memiliki motivasi berprestasi yang tinggi.
Santrock (2003:376) berpendapat bahwa karena perempuan sering di
stereotipkan kurang kompeten, justru mampu memicu anak perempuan untuk
bekerja keras mendapatkan kesuksesan. Pendapat lain yang membahas
motivasi berprestasi diungkapkan berbeda oleh Hurlock (1980:231) yang
menyebutkan bahwa berprestasi rendah dan takut berhasil bukan merupakan
ciri khas remaja laki-laki. Menurut stereotip tradisional, berhasil merupakan
ciri yang menonjol pada pria. Hal yang serupa juga diungkapkan Weiner
(1980:222) bahwa adanya ketakutan terhadap kesuksesan yang berdampak
pada pergaulan sosialnya membuat perempuan menghambat perkembangan
yang ada menjadi menarik untuk diketahui ada atau tidaknya perbedaan
motivasi berprestasi antara laki-laki dan perempuan.
Mengingat pentingnya motivasi berprestasi dimiliki oleh para remaja
untuk menunjang kegiatan belajarnya, maka dukungan dari guru pembimbing
sangat diperlukan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
memberikan layanan bimbingan yang tersusun dan terencana dalam suatu
program bimbingan. Usulan topik-topik bimbingan hendaknya diberikan
berdasarkan kebutuhan siswa. Melalui penelitian ini, akan diperoleh gambaran
mengenai motivasi berprestasi para siswa kelas VIII yang dapat digunakan
sebagai bahan untuk mengusulkan topik-topik bimbingan.
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui :
1. Apakah ada perbedaan motivasi berprestasi antara siswa laki-laki dan
siswa perempuan kelas VIII di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun
ajaran 2010/2011?
2. Topik-topik bimbingan manakah yang sesuai bagi siswa laki-laki dan
siswa perempuan sebagai implikasi hasil penelitian perbedaan
motivasi berprestasi antara siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas
5
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Perbedaan motivasi berprestasi antara siswa laki-laki dan siswa
perempuan kelas VIII di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran
2010/2011.
2. Topik-topik bimbingan yang sesuai bagi siswa laki-laki dan siswa
perempuan sebagai implikasi hasil penelitian perbedaan motivasi
berprestasi antara siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas VIII di
SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memperkaya pengetahuan khususnya mengenai perbedaan motivasi
berprestasi antara siswa laki-laki dan siswa perempuan serta implikasinya
terhadap usulan topik-topik bimbingan.
2. Manfaat Praktis
a. Guru BK
1) Mengetahui perbedaan motivasi berprestasi antara siswa
laki-laki dan siswa perempuan kelas VIII di SMP BOPKRI 3
2) Menyusun dan mengembangkan topik-topik bimbingan yang
berhubungan dengan motivasi berprestasi yang diperlukan oleh
siswa laki-laki dan siswa perempuan di SMP BOPKRI 3
Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011, dengan
mempertimbangkan hasil penelitian ini.
b. Peneliti
Mengetahui perbedaan motivasi berprestasi antara siswa
laki-laki dan siswa perempuan kelas VIII di SMP BOPKRI 3
Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011.
c. Peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dan
pembanding dalam melakukan penelitian lain yang relevan.
E. Definisi Operasional
a. Motivasi berprestasi adalah dorongan untuk melakukan suatu usaha
dengan menggunakan segala kemampuannya untuk menyelesaikan
suatu tugas dengan tujuan mencapai kesuksesan.
b. Siswa laki-laki dan perempuan kelas VIII di SMP BOPKRI 3
Yogyakarta adalah para siswa yang menempuh pendidikan di SMP
7
c. Topik-topik bimbingan adalah tema atau pokok bimbingan yang akan
dibahas atau disajikan sehubungan dengan motivasi berprestasi siswa
8
A. Motivasi Berprestasi
Motivasi dalam bahasa latin yaitu motivum yang menunjuk bahwa ada
alasan tertentu mengapa sesuatu itu bergerak atau dapat juga diartikan sebagai
suatu hal yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dorongan
untuk dapat berprestasi menjadi hal yang sangat penting bagi setiap kalangan
karena setiap orang tentunya menginginkan pencapaian prestasi dalam
hidupnya. Adler (Gunarsa, 2002:257) menekankan pentingnya kebutuhan dari
dalam diri seseorang untuk berprestasi. Kebutuhan akan prestasi oleh
McClelland dikatakan sebagai sebuah kebutuhan tiap individu. McClelland
(Robbins & Thimothy, 2008:61) menyebutkan tiga bentuk kebutuhan
manusia, yakni kebutuhan akan prestasi (need for achievement), kebutuhan
akan kekuasaan (need for power), kebutuhan akan hubungan (need for
affiliation). Kebutuhan yang dirasakan memunculkan kekuatan yang
memotivasi adanya aktivitas untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi
kebutuhan tersebut (Winardi, 2004:347). Sama halnya seperti yang
diungkapkan Maslow (Schultz, 1991:94) bahwa manusia memiliki suatu
kebutuhan khusus terhadap suatu hal dan karena itu manusia termotivasi
9
Motivasi berprestasi menurut Santrock (2003:474) adalah dorongan
untuk menyelesaikan sesuatu, untuk mencapai suatu standar kesuksesan, dan
untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan untuk mencapai kesuksesan.
McClelland (Robbins 1996) mengartikan motivasi berprestasi sebagai
dorongan untuk mengungguli dan berprestasi sehubungan dengan seperangkat
standar serta berusaha untuk mendapatkan keberhasilan. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi adalah
individu yang berorientasi pada tugas, menyukai pekerjaan dengan
tugas-tugas yang menantang dimana penampilan individu pada tugas-tugas tersebut dapat
dievaluasi dengan berbagai cara. Motivasi berprestasi merupakan
kecenderungan seseorang dalam mengarahkan dan mempertahankan tingkah
laku untuk mencapai suatu standar prestasi.
Asal mula motivasi berprestasi menurut McClelland (Gunarsa,
2002:257) yaitu:
Berasal dari pengalaman-pengalaman masa kecil dan kuatnya dorongan untuk berhasil yang tergantung pada: 1) energi umum individu yang disebabkan oleh kelenjar, metabolisme atau faktor-faktor bawaan lain, 2) pengaruh kebudayaan, khususnya nilai-nilai keluarga yang mementingkan pendidikan dan keberhasilan, 3) latihan anak dalam mengembangkan ketidaktergantungan, kepercayaan diri, keyakinan diri, dan keinginan untuk melebihi. Kekuatan sosial dan kebudayaan berperan lebih penting daripada faktor biologis dalam menentukan tujuan atau keberhasilan sasaran yang ditentukan.
Motivasi berprestasi seseorang tercermin lewat perilaku. Siswa yang
aktif di sekolah, dan tekun dalam setiap pekerjaan. McClelland (1985:227)
mengungkapkan bahwa hubungan antara prestasi atau nilai-nilai di sekolah
terjadi jika suatu motivasi berprestasi terjadi. Motivasi berprestasi mendorong
siswa untuk menggunakan segala kemampuannya untuk menyelesaikan tugas.
Motivasi berprestasi yang tinggi akan selalu menyebabkan kinerja yang lebih
baik.
Gellerman (1984:150) memberikan contoh para mahasiswa yang
mempunyai motivasi berprestasi kuat biasanya akan memperoleh nilai lebih
baik daripada mahasiswa yang menginginkan nilai lebih tetapi motivasi
berprestasinya lebih lemah. Eksekutif yang menanjak prestasinya biasanya
digerakkan oleh motivasi berprestasi daripada mereka yang kurang menanjak.
Semakin kuat motivasi berprestasi dalam diri seseorang, maka semakin besar
kemungkinan baginya untuk menuntut dirinya berusaha lebih keras lagi.
McClelland (1985:246) memberikan penjelasan bahwa orang yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi memiliki karakter tertentu, antara lain sebagai
berikut:
a. Mencari tanggung jawab pribadi
Orang dengan motivasi berprestasi tinggi akan memilih untuk
bertanggungjawab secara pribadi atas hasil-hasil kinerja, karena
hanya dalam kondisi-kondisi semacam ini mereka dapat
11
Seseorang dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan menjadi
lebih bertanggung jawab pribadi untuk menyelesaikan masalah
yang lebih mengasah kemampuannya. Mereka dengan motivasi
berprestasi tinggi menyukai kesuksesan dan tidak menyukai
kegagalan dari apa yang mereka kerjakan. Hal yang terpenting
adalah hasil dari keterampilan dan usaha mereka.
b. Membutuhkanumpan balikkonkrit dalam penampilannya.
Seseorang dengan motivasi untuk berprestasi yang tinggi akan
memilih untuk bekerja dalam situasi dimana mereka mendapat
umpan balik dari penampilan mereka. Mereka dapat menerima
umpan balik yang cepat atas kinerja mereka sehingga mereka dapat
mengetahui dengan mudah apakah mereka menjadi lebih baik atau
tidak.
Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan
cenderung bekerja secara lebih baik untuk sebuah bonus yang
lebih tinggi. Sebaliknya, seseorang dengan motivasi berprestasi
tinggi cenderung bekerja dengan lebih baik untuk setiap kondisi,
tanpa memperhitungkan bonus yang ditawarkan.
c. Inovatif
Orang-orang yang motivasi untuk berprestasinya tinggi akan
mencari informasi untuk mencari cara-cara yang lebih baik dalam
melakukan sesuatu. Kenyataan dasar bahwa orang dengan motivasi
untuk berpestasi yang tinggi selalu mencari tugas-tugas yang
cukup menantang, yang berarti bahwa mereka cenderung bergerak
dari apa yang telah mereka kerjakan menuju sesuatu yang sedikit
lebih menantang. Seseorang dengan motivasi berprestasi yang
tinggi jika menemukan tugas yang sulit mereka akan
mengerjakannya secara tidak biasa atau menghindari cara yang
monoton.
d. Ketekunan
Seseorang dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan lebih
tekun dan bekerja keras dalam mengerjakan tugas yang sedang ia
hadapi hingga selesai. Menjadi lebih gigih/persisten pada batas
waktu dalam pekerjaan yang tak terpecahkan.
e. Resiko atau kesulitan yang moderat
Seseorang dengan motivasi berprestasi yang tinggi menyukai
tugas-tugas yang mempunyai tingkat kesulitan yang moderat.
Kesulitan tersebut tidak terlalu rendah sehingga ia dapat
mengatasinya dengan mudah ataupun terlalu tinggi sehingga sulit
bagi mereka untuk mencapainya. Orang yang memiliki motivasi
13
mereka tidak memperolah kepuasan prestasi dari sukses secara
kebetulan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa seseorang
yang motivasi untuk berprestasinya tinggi akan berjuang meraih prestasi
pribadi daripada meraih imbalan, serta mempunyai keinginan untuk
melakukan sesuatu dengan lebih baik atau lebih efisien daripada yang
dilakukan sebelumnya.
Gellerman (1984:150) berpendapat bahwa seseorang semakin
berusaha dalam pekerjaannya jika dia ditantang untuk melakukan yang lebih
baik atau jika alasan-alasan yang kuat untuk melakukan sesuatu ditunjukkan
dengan jelas kepada mereka. Lebih lanjut Gellerman (1984:155) menjelaskan
bahwa orang yang mempunyai motivasi untuk berprestasi tinggi tidak harus
orang yang lebih berbakat, tetapi sikapnya memungkinkan ia menggunakan
segala kemampuannya secara lebih efektif dibandingkan dengan kebanyakan
orang.
Orang dengan motivasi berprestasi tinggi bila menghadapi suatu
rintangan, ia mulai memikirkan suatu cara untuk menangani rintangan itu
daripada membiarkan pemikirannya tetap terbelenggu dalam rintangan itu.
Pencapaian standar prestasi digunakan oleh siswa untuk menilai kegiatan
yang mereka lakukan. Siswa yang menginginkan prestasi yang baik akan
telah ditetapkan. Orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
sungguh-sungguh merasa senang bila dalam suatu persaingan yang berat ia berhasil
memenangkannya dengan jerih payahnya setelah mencapai standar yang
ditentukan (Gellerman, 1984:150).
B. Motivasi Berprestasi Siswa Laki-Laki dan Siswa Perempuan
Para siswa laki-laki dan perempuan di tingkat SMP disebut sebagai
remaja, karena rentang usia mereka menurut para ahli digolongkan dalam
kategori remaja. Santrock (2003:26) berpendapat bahwa remaja diartikan
sebagai masa transisi antara masa anak dan masa dewasa. Remaja yang
disebut siswa di sekolah, baik laki-laki maupun perempuan dihadapkan pada
sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi. Salah satu kebutuhan dalam masa
perkembangan remaja ialah kebutuhan untuk berprestasi (Ali & Asrori,
2005:160). Lebih lanjut Ali & Asrori menjelaskan bahwa pada dasarnya
setiap individu ingin dipandang sebagai orang yang berhasil dalam hidupnya,
dan kebutuhan ini sangat menonjol pada diri remaja laki-laki maupun
perempuan. Prestasi kemudian menjadi hal yang sangat penting bagi remaja,
dan remaja mulai menyadari bahwa pada saat inilah mereka dituntut untuk
menghadapi kehidupan yang sebenarnya. Pencapaian standar prestasi
digunakan oleh siswa untuk menilai kegiatan yang pernah dilakukan.
15
sangat penting untuk mencapai penerimaan sosial, untuk mendapatkan
pengakuan dan untuk meningkatkan statusnya. Remaja laki-laki dan
perempuan yang menginginkan prestasi yang baik akan menilai apakah
kegiatan yang dilakukannya telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Menurut Gunarsa (2002:258) bagi remaja yang matang, berhasil berarti
bekerja sampai pada kapasitasnya yang tertinggi dalam mewujudkan potensi
intelektualnya, sedangkan remaja lain banyak yang merasa berhasil bila
memperoleh nilai yang cukup dalam semua mata pelajaran dan ada juga yang
puas dengan nilai yang hampir tidak lulus.
Beberapa diantara remaja laki-laki dan perempuan memiliki motivasi
berprestasi yang sangat tinggi dan mereka menghabiskan banyak waktu untuk
berusaha agar berhasil, lainnya lagi tidak termotivasi untuk berprestasi dan
tidak bekerja keras agar berhasil. Kedua tipe ini berbeda dalam hal motivasi
berprestasi, keinginan untuk menyelesaikan sesuatu, untuk mencapai suatu
standar kesuksesan, dan untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan untuk
mencapai kesuksesan. Laki-laki maupun perempuan yang memiliki motivasi
berprestasi yang tinggi akan menilai apakah kegiatan yang dilakukannya telah
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Remaja laki-laki dan perempuan pastinya memiliki motivasi
berprestasi di dalam dirinya, namun tiap individu dapat berbeda-beda tingkat
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya motivasi berprestasi seseorang.
Lueptow (Santrock, 2003:376) berpendapat bahwa remaja perempuan
memiliki tingkat yang lebih tinggi dalam motivasi berprestasi dalam
akademik daripada remaja laki-laki. Pendapat lain diungkapkan Hurlock
(1980:231) yang menjelaskan bahwa motivasi berprestasi rendah dan takut
berhasil bukan merupakan ciri khas remaja laki-laki.
Menurut streotip tradisional, berhasil merupakan ciri yang menonjol
pada pria. Perempuan sering distereotipkan kurang kompeten daripada
laki-laki. Kumpulan stereotip gender yang kurang mengunggulkan perempuan,
dapat memicu anak-anak perempuan kearah rasa kurang percaya diri
dibandingkan dengan anak laki-laki. Namun dapat terjadi bahwa, stereotip
yang kurang mengunggulkan perempuan justru dapat memicu anak-anak
perempuan untuk harus bekerja keras mendapatkan kesuksesan pada setiap
kegiatan (Santrock, 2003:376).Sejalan dengan itu, Baron & Byrne (2004:191)
menjelaskan bahwa stereotip gender tentang perbedaan kemampuan, membuat
motivasi berprestasi perempuan lebih meningkat. Motivasi berprestasi pada
anak perempuan sangat terlihat ketika berada dalam kelompok berjenis
kelamin campur.
Menurut Winterbotom (Martaniah, 1983:20) anak-anak yang dilatih
atau dididik lebih awal oleh orang tuanya untuk berdiri dan menguasai
17
tinggi. Martaniah (1983:78) beranggapan bahwa dewasa ini pada umumnya
anak perempuan terlebih dahulu dididik untuk berdiri sendiri daripada anak
laki-laki. Anak perempuan lebih awal diharapkan untuk dapat mengurusi
dirinya sendiri daripada laki-laki.
Sisi lain diungkapkan Horner (Santrock, 2003:474) bahwa respon
yang berkaitan dengan prestasi yang disampaikan oleh perempuan berbeda
dengan yang diberikan oleh laki-laki. Menurut teorinya, perempuan tidak
mengungkapkan gambaran prestasi yang sama dengan laki-laki karena adanya
ketakutan akan kesuksesan, yaitu kekhawatiran individu bahwa ia akan
ditolak oleh lingkungan sosialnya jika mereka sukses. Sedikit berbeda dengan
yang diungkapkan oleh Robbins & Timothy (2008:67) bahwa tidak terdapat
perbedaan yang konsisten antara laki-laki dan perempuan dalam hal
kemampuan memecahkan masalah, menganalisis, dorongan kompetitif,
motivasi, sosiabilitas, atau kemampuan belajar. Berbagai penelitian psikologi
menunjukkan bahwa para perempuan lebih bersedia menyesuaikan diri
terhadap otoritas dan laki-laki lebih agresif serta lebih mungkin memiliki
pengharapan sukses dibandingkan para perempuan, tetapi
perbedaan-perbedaan tersebut kecil.
C. Bimbingan
1. Pengertian Bimbingan
bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam
rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan
merencanakan masa depan (Winkel & Hastuti, 2004:43). Bimbingan
dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar peserta didik
mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri. Bimbingan dalam
rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta didik
mengenal secara obyektif lingkungan, baik lingkungan sosial dan fisik.
Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksudkan
agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil
keputusan tentang masa depan dirinya sendiri, baik menyangkut
pendidikan, karier, maupun budaya/ keluarga/ kemasyarakatan.
Menurut Crow & Crow (Prayitno, 1999:94) bimbingan adalah
bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan, yang
memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik untuk
mengatur kegiatan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan
menanggung bebannya sendiri.
2. Program Bimbingan
Pelayanan bimbingan di lembaga pendidikan formal terlaksana
dengan mengadakan sejumlah kegiatan bimbingan. Seluruh kegiatan
bimbingan diselenggarakan dalam suatu program bimbingan. Program
19
terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu,
misalnya satu tahun ajaran (Winkel & Hastuti, 2004:91).
Pelayanan bimbingan terutama diberikan kepada para siswa,
dengan membantu mereka dalam mengenal diri sendiri, memberikan
serta memilih program-program studi yang sesuai, mengembangkan
tujuan dalam hidupnya berdasarkan cita-cita. Selain itu, membatu
siswa menyusun rencana yang tepat untuk mencapai tujuan, mengatasi
masalah yang timbul berkaitan dengan akademik, hubungan dengan
orang lain dan pelaksanaan rencana masa depan.
Adanya pelayanan bimbingan di sekolah memberikan jaminan
bahwa semua peserta didik mendapat perhatian sebagai seorang
pribadi yang sedang berkembang serta mendapat bantuan dalam
menghadapi semua tantangan, kesulitan dan masalah yang berkaitan
dengan perkembangan mereka.
3. Peran Bimbingan dalam Meningkatkan Motivasi Berprestasi
Proses dan pelayanan bimbingan sangat diperlukan dalam
membantu siswa memenuhi kebutuhannya. Tujuan utama pelayanan
bimbingan yang diberikan oleh guru pembimbing adalah untuk
membekali siswa agar lebih siap menghadapi tantangan-tantangan
dimasa yang akan datang dan untuk mencegah timbulnya
Salah satu kebutuhan siswa pada masa remaja adalah
memperoleh prestasi diberbagai bidang (Winkel & Hastuti, 2004:142).
Pencapaian prestasi dapat tercapai jika didukung adanya motivasi
berprestasi dalam diri seseorang. Melalui bimbingan kelompok
maupun bimbingan pribadi yang diberikan oleh tenaga pembimbing,
diharapkan siswa laki-laki maupun perempuan dapat memperoleh
dukungan serta perhatian untuk mampu meningkatkan motivasi
berprestasinya.
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan motivasi berprestasi
antara siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas VIII di SMP BOPKRI 3
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan
metode survei. Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi
tentang status gejala saat penelitian dilakukan (Furchan, 2004:447). Penelitian
ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang perbedaan motivasi
berprestasi antara siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas VIII di SMP
BOPKRI 3 Yogyakarta dan topik-topik bimbingan yang sesuai sebagai
implikasi hasil penelitian perbedaan motivasi berprestasi antara siswa laki-laki
dan siswa perempuan kelas VIII di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran
2010/2011.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3
Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011. Subjek penelitian berjumlah 60 orang,
yaitu 30 siswa laki-laki dan 30 siswa perempuan dari 102 siswa kelas VIII.
Siswa kelas VIII yang dijadikan sampel penelitian diperoleh dari tiga kelas
yaitu kelas VIII A, kelas VIII B, dan kelas VIII C.
Menurut Sugiyono (2008:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan
penelitian sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random
sampling karena proses pemilihan sampel sedemikian rupa sehingga semua
orang dalam populasi mempunyai kesempatan dan kebebasan yang sama
untuk terpilih sebagai sampel (Sumanto, 1990:24). Penarikan sampel
dilakukan melalui undian dengan cara memberi nomor urut yang telah diberi
angka mulai dari 1 sampai 30 pada kertas yang akan diambil siswa secara
acak. Siswa laki-laki dan siswa perempuan mengambil undian yang sudah
disiapkan secara terpisah, agar diperoleh jumlah sampel yang seimbang yaitu
30 laki-laki dan 30 perempuan.
C. Alat Penelitian
1. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Kuesioner Motivasi Berprestasi. Kuesioner motivasi berprestasi disusun
oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek motivasi berprestasi yaitu: 1)
bertanggung jawab pribadi, 2) membutuhkan umpan balik, 3) inovatif, 4)
tekun, 5) menyenangi resiko atau kesulitan yang moderat.
Bentuk kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner tertutup. Kuesioner
tertutup adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga
responden hanya memilih jawaban yang telah disediakan. Alat dalam
23
disediakan yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan
Sangat Tidak Sesuai (STS).
Kuesioner ini terdiri dari 2 bagian yaitu petunjuk pengisian dan bagian
pernyataan yang terdiri dari 78 pernyataan untuk mengungkap motivasi
berprestasi. Langkah-langkah yang ditempuh untuk menyusun alat yaitu
dengan membuat kisi-kisi dan kuesioner motivasi berprestasi yang
kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.
Tabel 1
Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Berprestasi
No. Aspek-aspek Motivasi Berprestasi
Indikator No. Item dalam Kuesioner
1. Bertanggung-jawab Pribadi
a. Bertanggung jawab untuk dapat memperoleh hasil yang baik dari sesuatu yang dikerjakan
b. Menjadi lebih bertanggung jawab menyelesaikan masalah yang semakin mengasah kemampuannya
1,7,14,22,27,36, 39,44 (8) 12,16,26,34,45, 50,54,60,68 (9) 2. Membutuh-kan Umpan Balik
a. Bekerja dalam situasi yang
mendapatkan umpan balik terhadap sesuatu yang dikerjakan
b. Membandingkan pekerjaan
sendiri dengan pekerjaan orang lain
2,11,19,30,40,49, 55,63,70,72 (10) 6,9,18,37,42,57 (6)
3. Inovatif a. Menyenangi tugas-tugas yang menantang
b. Mengerjakan tugas-tugas dengan cara yang tidak biasa
5,13,24,31,48,59 (6)
10,20,33,41,51,56 ,64,75,78 (9) 4. Tekun a. Rajin dalam mengerjakan
tugas-tugas
b. Gigih dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sulit terpecahkan
8,17,23,32,38,47, 53,66 (8) 3,25,29,46,61,65, 67,71 (8) 5. Menyenangi Resiko atau Kesulitan yang Moderat
a. Menyenangi tugas-tugas dengan tingkat kesulitan yang moderat b. Mempertimbangkan kemampuan
yang dimilikinya dalam mengerjakan tugas
4,15,35,43,58,62, 74 (7)
21,28,52,69,73, 76,77 (7)
25
2. Pemberian Skor
Metode penskoran yang digunakan dalam kuesioner penelitian ini
adalah metode skoring yang dijumlahkan (Summated Rating).
Masing-masing pernyataan diberi skor antara 1 (satu) sampai dengan 4 (empat).
Pada pernyataan Sangat Sesuai (SS) diberi skor 4 (empat), Sesuai (S)
diberi skor 3 (tiga), Tidak Sesuai (TS) diberi skor 2 (dua), dan Sangat
Tidak Sesuai (STS) diberi skor 1 (satu).
3. Ujicoba Alat
Sebelum kuesioner digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu diuji
cobakan untuk mendapatkan keterangan mengenai mutu kuesioner terebut.
Pengujian alat ukur dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan
reliabilitas alat ukur yang digunakan, sehingga diperoleh kelayakan
penggunaannya sebagi alat ukur yang handal dan memenuhi syarat.
Ujicoba dilaksanakan di SMP Budi Mulia Padon Godean, pada tanggal 19
Maret 2010. Responden uji coba alat adalah seluruh siswa kelas VIII yang
berjumlah 58 orang, tetapi yang mengikuti pelaksanaan uji coba hanya 53
siswa karena beberapa tidak hadir.
Pelaksanaan uji coba berlangsung selama ± 30 menit. Peneliti terlebih
dahulu memberikan penjelasan petunjuk pengisian kuesioner. Responden
diberikan kesempatan menanyakan hal-hal yang belum jelas. Selama
proses pengisian kuesioner, respon siswa cukup bagus karena terlihat dari
siswa dianggap memahami maksud dari setiap pernyataan karena selama
proses pengisian tidak ada siswa yang bertanya tentang isi atau maksud
dari tiap pernyataan.
4. Validitas dan Reliabilitas
a. Validitas
Validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat tersebut atau
sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya (Azwar 1997:5). Validitas alat ukur
dalam penelitian ini termasuk validitas konstruk yaitu suatu
validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes sesuai
dengan suatu konsep yang seharusnya menjadi isi tes atau
konstruksi teoritis yang mendasari disusunnya tes atau alat
pengukur tersebut (Masidjo, 1995:244).
Teknik uji yang digunakan untuk memeriksa keterpenuhan
kriteria konsistensi internal setiap item terhadap skor-skor aspek
melalui pendekatan Pearson product moment. Formulasi yang
digunakan dalam analisis konsistensi internal butir item adalah
27
Keterangan :
rxy : koefisien korelasi antara skor butir dengan skor aspek
X : skor item tertentu yang akan diuji validitasnya
Y : skor total dari seluruh item
N : jumlah responden
Penelitian kesahihan butir/item menggunakan kriteria patokan
atau batasan koefisien korelasi minimal 0,30 yang biasanya
digunakan untuk skala psikologi (Azwar, 1999:65). Semua item
yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap
memenuhi konsistensi internal dan jika kurang dari 0,30 item
tersebut dianggap tidak memenuhi konsistensi internal, maka perlu
diperbaiki atau dinyatakan gugur. Pemeriksaan konsistensi internal
dilakukan dengan komputer melalui program SPSS (Statististical
Programe for Social Science).
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap 78
item kuesinoer diperoleh 63 item yang taraf koefisien korelasinya ≥
0,30. Hasil ujicoba dapat dilihat pada lampiran 2 dan rekapitulasi
Tabel 2
Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Validitas
No. Aspek-aspek
Indikator Jumlah Item Valid Jumlah Item Tidak Valid 1. Bertang-gungjawab Pribadi
a. Bertanggung jawab untuk dapat memperoleh hasil yang baik dari sesuatu yang dikerjakan. b. Menjadi lebih bertanggung
jawab menyelesaikan masalah yang semakin mengasah kemampuannya 7 9 1 - 2. Membu-tuhkan Umpan Balik
a. Bekerja dalam situasi yang mendapatkan umpan balik terhadap sesuatu yang dikerjakan
b. Membandingkan pekerjaan sendiri dengan pekerjaan orang lain
8
6
2
-
3. Inovatif a. Menyenangi tugas-tugas yang menantang
b. Mengerjakan tugas-tugasnya dengan cara-cara yang tidak biasa
2 8
4 1
4. Tekun a. Rajin dalam mengerjakan tugas-tugas
b. Gigih dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sulit terpecahkan 7 6 1 2 5. Menyena-ngi Resiko atau Kesulitan yang Moderat
a. Menyenangi tugas dengan tingkat kesulitan moderat b. Mempertimbangkan
kemampuan yang dimilikinya dalam mengerjakan tugas
5 5
2 2
29
b. Reliabilitas
Reliabilitas suatu alat pengukur adalah derajat keajegan alat
tersebut dalam mengukur apa saja yang diukurnya (Furchan 2004:
310). Menurut Masidjo (1995:209) reliabilitas suatu alat ukur
adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan
konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf
ketepatan dan ketelitian hasil. Pengukuran tingkat reliabilitas alat
ukur ditempuh dengan metode belah dua (split-half method).
Metode ini digunakan untuk menguji reliabilitas suatu alat ukur
dengan satu kali pengukuran pada satu kelompok. Hasil dari suatu
tes dibelah menjadi dua bagian yaitu bagian pertama merupakan
skor dari item yang bernomor gasal dan bagian ke dua merupakan
skor dari item bernomor genap.
Proses perhitungan dilakukan dengan memberi skor pada
masing-masing item dan membuat tabulasi uji coba. Selanjutnya
skor dari belahan gasal dikorelasikan dengan skor belahan genap.
Perhitungan koefisien reliabilitas dengan rumus Spearman Brown.
Keterangan :
rtt : Koefisien reliabilitas
rxy : Koefisien korelasi ganjil dan genap
Menurut Azwar (1997:9) reliabilitas dinyatakan dengan
koefisiensi reliabilitas yang berada dalam rentangan 0,0 sampai
dengan 1,0. Semakin tinggi koefisien reliabilitasnya mendekati
angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Masidjo
(1995:209) mengelompokkan kualifikasi koefisien reliabilitas yaitu
koefisien reliabilitas yang besarnya 0,91–1,00 sangat tinggi, yang
besarnya 0,71-0,90 tinggi, yang besarnya 0,41-0,70 cukup, yang
besarnya 0,21-0,40 rendah, yang besarnya 0,20 - negatif dianggap
sangat rendah. Berdasarkan perhitungan koefisiensi reliabilitas
dengan teknik analisis Spearman Brown menghasilkan angka 0,734
yang termasuk dalam koefisien reliabilitas tinggi.
Angka tersebut menunjukkan bahwa skala motivasi berprestasi
dalam penelitian ini dapat dipercaya untuk pengambilan data
penelitian. Setelah kuesioner di uji coba dan dilihat validitas serta
reliabilitasnya maka kuesioner disusun kembali menjadi sebuah alat
yang siap dipakai untuk penelitian dan dapat dilihat pada lampiran
31
Tabel 3
Komposisi Kuesioner Penelitian
No. Aspek-aspek Indikator No.Item dalam
Kuesioner 1.
Bertanggung-jawab Pribadi
a. Bertanggung jawab untuk dapat memperoleh hasil yang baik dari sesuatu yang dikerjakan
b. Menjadi lebih bertanggung jawab menyelesaikan masalah yang semakin mengasah kemampuannya
1,5,11,15,27, 31,42 (7) 7,12,16,21, 28,34,41,51, 59 (9) 2. Membutuhkan Umpan Balik
a. Bekerja dalam situasi yang
mendapatkan umpan balik terhadap sesuatu yang dikerjakan
b. Membandingkan pekerjaan sendiri dengan pekerjaan orang lain
2,8,13,17,20, 25,35,46 (8) 4,9,19,23,32, 38 (6)
3. Inovatif a. Menyenangi tugas-tugas yang menantang
b. Mengerjakan tugas-tugasnya dengan cara-cara yang tidak biasa
29, 10 (2) 14,22,36,40, 45,49,54,61 (8)
4. Tekun a. Rajin dalam mengerjakan tugas tugas
b. Gigih dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sulit terpecahkan
6,26,33,43, 47,53,60 (7) 24,39,50,52, 57,63 (6) 5. Menyenangi Resiko atau Kesulitan yang Moderat
a. Menyenangi tugas dengan tingkat kesulitan moderat
b. Mempertimbang-kan kemampuan yang dimilikinya dalam
mengerjakan tugas
30,44,55,56, 62 (5)
3,18,37,48,58 (5)
D. Prosedur Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. Peneliti meminta surat ijin penelitian kepada sekretariat Program
Studi Bimbingan dan Konseling guna melaksanakan penelitian.
b. Peneliti mendatangai sekolah BOPKRI 3 Yogyakarta dan bertemu
Kepala Sekolah untuk bertanya kemungkinan diadakannya
penelitian di sekolah ini.
c. Melaksanakan penelitian sesuai jadwal yang telah disepakati
bersama oleh pihak sekolah.
2. Tahap Pelaksanaan
Pengambilan data dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 28 April 2010
pukul 8.20 di ruang belajar siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.
Pengambilan data dilakukan melalui dua kali pertemuan di hari dan tempat
yang sama. Pertemuan pertama dilakukan bersama 30 siswa yang
berlangsung selama 25 menit. Setelah itu dilanjutkan dengan pertemuan ke
dua yang berlangsung 25 menit dan diikuti oleh 30 siswa.
Selama proses pengisian kuesioner, siswa terlihat serius dan mengerti
33
peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoreksi kembali
kuesioner yang telah diisi.
E. Teknik Analisis Data
1. Langkah-langkah yang ditempuh untuk menganalisis perbedaan motivasi
laki-laki dan perempuan adalah sebagai berikut:
Menganalisis data penelitian menggunakan uji beda untuk
kedua kelompok sampel dengan menggunakan uji t. Teknik uji t
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan dari
dua mean sampel. Sebelum dilakukan uji beda, terlebih dahulu dilakukan
pengujian varian ke dua sampel melalui uji F atau uji homogenitas
(Sugiyono, 2007:135).
Lebih lanjut Sugiyono menjelaskan bahwa uji F digunakan
untuk menentukan rumus uji t yang akan dipakai untuk pengujian
hipotesis. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung
dengan nilai F tabel. Pengujian homogenitas varian dilakukan dengan
rumus sebagai berikut:
Jika kedua sampel penelitian mempunyai varian yang tidak homogen,
Keterangan :
x1 : mean sampel pertama
x2 : mean sampel kedua
s1 : varian sampel pertama
s2 : varian sampel kedua
n1 : jumlah sampel pertama
n2 : jumlah sampel kedua
Nilai uji t digunakan sebagai patokan dalam menolak atau
menerima hipotesis. Nilai uji t pada prinsipnya ingin menguji apakah
suatu nilai tertentu berbeda secara nyata ataukah tidak.
2. Langkah-langkah yang ditempuh untuk menyusun topik-topik bimbingan
adalah sebagai berikut:
Membuat kategorisasi motivasi berprestasi per item menurut Azwar
(1999:107). Penelitian ini terdiri dari 63 butir item yang setiap butirnya
diberi skor Sangat Sesuai = 4, Sesuai = 3, Tidak Sesuai = 2, Sangat Tidak
Sesuai= 1. Skor rentang minimum yaitu 1 dan skor maksimum yaitu 4,
sehingga luas jarak sebenarnya adalah 4-1 = 3, dengan demikian deviasi
35
adalah (1+4): 2 = 3. Penentuan kriteria item dalam kategori secara umum
dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4
Penentuan Kriteria Item dalam Tiga Kategori
Formula Kriteria Kategori
X< [µ-1,0 (σ)] Rendah [µ-1,0 (σ)] ≤ X < [µ+1,0 (σ)] Cukup
[µ+1,0 (σ)] ≤ X Tinggi
36
A. Hasil Penelitian
1. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas varian dilakukan dengan rumus sebagai
berikut:
F=
F = 1,95
Hasil uji homogenitas menunjukkan F hitung adalah 1,95
sedangkan F tabel 1,85. F hitung 1,95 lebih besar dari F tabel yaitu
1,85 maka variansi dari sampel adalah tidak sama atau tidak homogen.
Hasil uji F yang menunjukkan data tidak homogen, artinya rumus
untuk uji t menggunakan rumus separated varians (Sugiyono,
2007:136). Penggunaan rumus separated varians berdasarkan syarat
yang ditentukan yaitu data berasal dari dua sampel yang berjumlah
37
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan
independent sample t-test dengan rumus uji t separated varians dan
dengan bantuan program SPSS yang dapat dilihat pada lampiran 4.
Uji t separated varians sebagai berikut :
Hasil t hitung yang diperoleh akan dibandingkan dengan nilai t
tabel. Hasil uji t menunjukkan bahwa t hitung sebesar 2,49 sedangkan
t tabel dengan taraf signifikansi 5% sebesar 2,000. Jika t hitung lebih
besar dari t tabel maka hipotesis diterima, artinya ada perbedaan
motivasi berprestasi antara siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas
3. Kategori Motivasi Berprestasi Per Item
Skor-skor per item diolah dengan menggunakan formula
kriteria dalam Azwar (1999:107). Berdasarkan skor item terendah,
dapat menjadi acuan bagi peneliti dalam menyusun usulan topik-topik
bimbingan yang sesuai untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa
laki-laki dan perempuan kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun
ajaran 2010/2011. Hasil perhitungan masing-masing item dapat dilihat
pada lampiran 5. Item-item yang kurang dimiliki para siswa laki-laki
yang digunakan sebagai usulan topik-topik bimbingan dapat dilihat
pada tabel 5. Item-item yang kurang dimiliki para siswa perempuan
yang digunakan sebagai usulan topik-topik bimbingan dapat dilihat
39
Tabel 5
Rincian Item Motivasi Berprestasi yang Kurang Dimiliki Siswa
Laki-laki.
No.Item Aspek
5 (14 orang),31 (10 orang), 59 (12 orang)
Bertanggungjawab pribadi
2 (13 orang), 13 (21 orang), 9 (16 orang)
Membutuhkan umpan balik
14 (14 orang) Inovatif 47 (15 orang) Tekun
30 (24 orang) Menyenangi resiko atau kesulitan yang moderat
Tabel 6
Rincian Item Motivasi Berprestasi yang Kurang Dimiliki Siswa
Perempuan.
No.Item Aspek
59 (16 orang) Bertanggungjawab pribadi 2, (10 orang), 13 (21 orang) Membutuhkan umpan balik 22 (16 orang), 36 (14 orang) Inovatif
47 (15 orang) Tekun
B. Pembahasan
Berdasarkan uji hipotesa yang dilakukan melalui uji t, diperoleh nilai t
hitung = 2,495 sedangkan nilai t tabel dari taraf signifikan 5% =2,000. Hasil t
hitung ternyata lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel. Artinya
hipotesis awal diterima, jadi terdapat perbedaan motivasi berprestasi antara
siswa laki-laki dan perempuan kelas VIII di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta
tahun ajaran 2010/2011.
Hasil penelitian menunjukkan, nilai mean untuk siswa perempuan
adalah 198,100, dan untuk mean yang diperoleh siswa laki-laki sebesar
187,966. Data tersebut menunjukkan mean yang diperoleh siswa perempuan
lebih tinggi dibandingkan mean yang diperoleh siswa laki-laki. Secara sekilas
nilai mean yang diperoleh menunjukkan motivasi berprestasi perempuan lebih
tinggi dibandingkan laki-laki. Namun, perbedaan tersebut belum signifikan
karena memerlukan pengujian data lebih dalam lagi.
Melihat dari perolehan mean antara laki-laki dan perempuan, serta
skor-skor per item (pada lampiran 5) menggambarkan secara sekilas bahwa
motivasi berprestasi perempuan saat ini lebih baik daripada laki-laki,
walaupun kumpulan stereotip tidak menggungulkan perempuan. Hal ini
mendukung pendapat Santrock (2003:376) bahwa kumpulan stereotip yang
kurang mengunggulkan kemampuan perempuan justru mendorong anak
perempuan bekerja lebih keras untuk mendapatkan kesuksesan pada berbagai
41
Seiring dengan perkembangan jaman, pemikiran orang tua tidak lagi
berada pada stereotip yang mengunggulkan anak laki-laki saja dalam hal
berprestasi. Saat ini orang tua mulai sadar bahwa pencapaian prestasi dapat
menjadi milik siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Santrock
(2003:367) yang menyatakan bahwa harapan orang tua yang besar akan
prestasi anaknya dapat mempengaruhi penilaian anak terhadap sebuah
prestasi. Lebih lanjut Santrock mengungkapkan bahwa jaman sekarang
banyak orang termasuk kalangan orang tua memandang prestasi itu penting.
Orang tua saat ini lebih memberi kesempatan, harapan, dan kepercayaan yang
merupakan sumber yang penting bagi para remaja laki-laki maupun
perempuan dalam membentuk aspirasi dan motivasi berprestasi. Kesempatan
sama yang diberikan orang tua dapat membuat motivasi berprestasi anak
perempuan semakin baik.
Pudjijogyanti (1985:30) menyatakan bahwa pada umumnya sistem
nilai yang ditekankan dalam dunia pendidikan adalah pencapaian prestasi
belajar. Prestasi belajar selanjutnya dijadikan patokan perilaku yang harus
dicapai siswa. Para remaja melihat pencapaian prestasi maupun kegagalan
masa kini dipakai untuk meramalkan keberhasilan karir kehidupan mereka
nanti sebagai orang dewasa (Santrock, 2003:473). Pencapaian prestasi yang
baik saat bersekolah akan berpengaruh pada pencapaian karir yang baik di
masa depan, dan motivasi berprestasi berperan penting dalam pencapaian
Motivasi berprestasi yang tinggi tentu dapat menunjang pencapaian
hasil belajar yang baik bagi siswa laki-laki maupun siswa perempuan. Hasil
penelitian di kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang menunjukkan
adanya perbedaan motivasi berprestasi antara laki-laki dan perempuan,
mengindikasikan bahwa pelayanan bimbingan yang diberikan pada siswa
laki-laki seharusnya berbeda dengan pelayanan bimbingan bagi siswa perempuan.
Melihat perlunya layanan bimbingan bagi laki-laki maupun perempuan untuk
meningkatkan motivasi berprestasi, maka usulan topik-topik diberikan yang
sekiranya dapat membantu Guru BK menjawab kebutuhan para siswa, baik
43
BAB V
USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN SEBAGAI IMPLIKASI HASIL
PENELITIAN PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI ANTARA SISWA
LAKI-LAKI DAN SISWA PEREMPUAN KELAS VIII DI SMP BOPKRI 3
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011
Bab ini memuat implikasi hasil penelitian terhadap usulan topik-topik bimbingan siswa kelas VIII di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011. Usulan topik-topik bimbingan disusun berdasarkan butir item motivasi berprestasi yang kurang dimiliki oleh siswa laki-laki dan perempuan kelas VIII di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang diolah dengan menggunakan formula kriteria dalam Azwar (1999:107) yang dapat dilihat pada lampiran 5.
Item-item yang termasuk dalam aspek yang sama digabung menjadi satu topik, sehingga disusun topik-topik bimbingan untuk siswa laki-laki yaitu: 1) tanggung jawab, 2) umpan balik, 3) pentingnya persiapan sebelum ujian, 4) ketekunan, 5) menyenangi tugas yang menantang. Topik-topik bimbingan bagi siswa perempuan yaitu: 1) tanggung jawab, 2) umpan balik, 3) bekerja dengan cara-cara yang tidak biasa, 4) ketekunan, 5) menyenangi tugas-tugas yang menantang.
Usulan topik-topik bimbingan ini diharapkan dapat membantu guru BK dalam
menyusun program bimbingan yang sesuai bagi siswa laki-laki dan siswa perempuan,
sehingga para siswa kelas VIII di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta semakin memiliki
motivasi berprestasi. Usulan topik-topik disajikan dalam tabel 7.
No. Tujuan Pelayanan
Topik Sub Topik Waktu Bidang Bimbingan
Metode Sumber
1. Siswa semakin memiliki tanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya Tanggung jawab
a. Pentingnya laki-laki memiliki tanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya b. Meningkatkan tanggung jawab
2JP Pribadi dan kelompok
Pemberian informasi mengenai
pentingnya tanggung jawab dan cara meningkatkannya, didukung dengan dinamika kelompok (games “menyampaikan pesan dengan berperan sebagai si bisu, si tuli dan si normal atau estafet balon punggung”) dan lembar pernyataan hasil belajar. a. Soenarno. 2006.Creativity Games.Yogya-karta:Andi Offset
b. Baker,P. 2008. Rahasia Super Achiever. Jakarta: Erlangga c. Mulyati.2005.50 Permainan Asyik.Yogyakarta: Andi Offset
2. Siswa menyadari pentingnya umpan balik dari setiap pekerjaan
Pentingnya umpan balik
Pentingnya umpan balik dari setiap pekerjaan
2JP Pribadi dan kelompok
Pemberian informasi mengenai
pentingnya umpan balik dari setiap pekerjaan melalui ceramah dan didukung melalui sharing pengalaman di dalam kelompok
45
Tabel 7 : Usulan Topik-Topik Bimbingan Bagi Siswa Laki-laki sebagai Implikasi dari Hasil Penelitian (lanjutan)
No. Tujuan Pelayanan
Topik Sub Topik Waktu Bidang Bimbingan
Metode Sumber
3. Siswa menyadari pentingnya mempersiapkan diri sebelum ujian Pentingnya persiapan sebelum ujian Pentingnya melakukan persiapan sebelum menghadapi ujian
2JP Pribadi dan kelompok
Diskusi kelompok mengenai
pentingnya siswa melakukan persiapan sebelum ujian dan didukung oleh sharing pengalaman dan pengisian lembar pernyataan hasil belajar siswa.
Baker,P. 2008. Rahasia Super Achiever. Jakarta: Erlangga
4. Siswa semakin tekun dalam mengerjakan tugas
Ketekunan a. Pentingnya ketekunan dalam mengerjakan tugas b. Meningkatkan
ketekunan
2JP Pribadi dan kelompok
Dinamika kelompok (games”sedot kacang kedelai”) didukung melalui pemberian informasi malalui ceramah mengenai pentingnya
ketekunan bagi siswa dan cara meningkatkannya, pengisian lembar pernyataan hasil belajar siswa. a. Mulyati.2006. 50 Permainan Asyik. Yogyakarta: Andi Offset
No. Tujuan Pelayanan
Topik Sub Topik Waktu Bidang Bimbingan
Metode Sumber
5. Siswa menyenangi tugas yang menantang
Menyenangi tugas yang menantang
Pentingnya menyenangi tugas-tugas yang lebih menantang
2JP Pribadi dan Kelompok
Dinamika kelompok (games ”melempar gelang ke dalam botol”) didukung oleh pemberian informasi mengenai pentingnya
menyenangi
tugas-tugas yang menantang dan pengisian lembar hasil belajar siswa.
47
Tabel 7 : Usulan Topik-Topik Bimbingan Bagi Siswa Perempuan sebagai Implikasi dari Hasil Penelitian (lanjutan)
No. Tujuan Pelayanan
Topik Sub Topik Waktu Bidang Bimbingan
Metode Sumber
6. Siswa semakin memiliki tanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya Tanggung jawab a. Pentingnya perempuan memiliki tanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya b. Meningkatkan tanggung jawab
2JP Pribadi dan kelompok
Pemberian informasi mengenai pentingnya tanggung jawab dan cara meningkatkannya, didukung dengan dinamika kelompok (games “menyampaikan pesan dengan berperan sebagai si bisu, si tuli dan si normal atau
estafet balon punggung”) dan pengisian lembar pernyataan hasil belajar siswa. a. Soenarno.2006. Creativity Games.Yogya-karta:Andi Offset b. Baker,P.2008. Rahasia Super Achiever. Jakarta: Erlangga c. Mulyati.2005.50 Permainan Asyik.Yogya-karta:Andi Offset
7. Siswa menyadari pentingnya umpan balik dari setiap pekerjaan
Penting-nya umpan balik
Pentingnya umpan balik bagi setiap pekerjaan
2JP Pribadi dan kelompok
Pemberian informasi mengenai pentingnya umpan balik dari setiap pekerjaan melalui ceramah dan didukung melalui sharing kelompok
No. Tujuan Pelayanan
Topik Sub Topik Waktu Bidang Bimbingan
Metode Sumber
8. Siswa menyadari pentingnya bekerja dengan cara-cara yang tidak biasa dalam mengerjakan tugas/pekerjaan Bekerja dengan cara-cara yang tidak biasa (berinovasi) Pentingnya mengerjakan tugas dengan cara-cara yang tidak biasa
2JP Pribadi dan kelompok
Dinamika kelompok (games ”pemadam api”) di dukung dengan pemberian informasi mengenai pentingnya siswa mengerjakan tugas-tugas dengan cara-cara yang tidak biasa, dan pengisian lembar pernyataan hasil belajar siswa.
a. Soenarno.2006 .Creativity Games.Yogya-karta:Andi Offset b. Baker,P.2008. Rahasia Super Achiever. Jakarta: Erlangga
9. Siswa semakin tekun dalam mengerjakan tugas
Ketekunan a. Pentingnya ketekunan dalam mengerjakan tugas b. Meningkatkan
ketekunan
2JP Pribadi dan kelompok
Pemberian informasi malalui ceramah mengenai
pentingnya
ketekunan dan cara meningkatkannya, didukung melalui dinamika kelompok (games”sedot kacang kedelai”) dan pengisian lembar hasil belajar siswa.
49
Tabel 7 : Usulan Topik-Topik Bimbingan Bagi Siswa Perempuan sebagai Implikasi dari Hasil Penelitian (lanjutan)
No. Tujuan Pelayanan
Topik Sub Topik Waktu Bidang Bimbingan
Metode Sumber
10. Siswa menyenangi tugas yang menantang
Menyenangi tugas yang menantang
Pentingnya menyenangi tugas-tugas yang lebih menantang
2JP Pribadi dan Kelompok
Dinamika kelompok (games ”melempar gelang ke dalam botol”) didukung oleh pemberian informasi mengenai pentingnya
menyenangi
tugas-tugas yang menantang dan pengisian lembar hasil belajar siswa.
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
A. Topik Bimbingan : Bekerja dengan cara-cara yang tidak biasa (inovatif) B. Tugas Perkembangan : Siswa laki-laki dan siswa perempuan belajar
pentingnya bekerja dengan cara-cara yang tidak biasa (inovatif) dalam mengerjakan tugas C. Bidang Bimbingan : Pribadi dan kelompok
D. Jenis Layanan : Pemberian informasi
E. Tujuan Umun : Siswa laki-laki dan siswa perempuan menjadi lebih inovatif dalam mengerjakan tugasnya F. Tujuan Khusus : Sesudah mengikuti kegiatan ini siswa
laki-laki dan siswa perempuan diharapkan dapat menjadi lebih inovatif dalam
mengerjakan tugasnya.
G. Tujuan Global : Siswa dapat menyebutkan manfaat yang diperoleh sesudah mengikuti kegiatan ini. H. Sasaran Pelayanan Bimbingan : Siswa kelas VIII di SMP BOPKRI 3
Yogyakarta.
I. Materi : Pentingnya mengerjakan tugas dengan cara-cara yang tidak biasa (inovatif)
J. Prosedur :
1. Metode : Dinamika kelompok dalam games “pemadam api”, pemberian informasi (ceramah), dan pengisian lembar pernyataan hasil belajar oleh siswa.
51
Intrakurikuler Kokurikuler
Guru BK Siswa Guru BK memberikan
petunjuk kegiatan Siswa mendengarkan penjelasan Siswa dapat menuliskan manfaat dari kegiatan ini sebagai
bahan refleksi. Guru BK mengajak siswa
terlibat aktif dalam games “pemadam api”
Siswa melaksanakan
Guru BK menyimpulkan manfaat dari games yang dilakukan dan pemberian informasi (ceramah) mengenai pentingnya siswa mengerjakan tugas dengan cara-cara yang tidak biasa (inovatif).
Siswa menyimak
Guru BK mengajak siswa mengisi lembar pernyataan hasil belajar.
Siswa melaksanakan
K. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas L. Waktu : 40 menit M. Penyelenggara Pelayanan : Guru BK N. Pihak-pihak yang disertakan : -
dalam penyelenggaraan pelayanan dan peranannya
O. Alat : lilin, korek api, kertas/koran. P. Evaluasi :
a. Spesifik :
Jelaskan sudahkah anda mampu memahami pentingnya bekerja dengan cara-cara yang tidak biasa (inovatif) dalam mengerjakan tugas!
b. Global :
Q. Rencana Tindak Lanjut : Memberikan layanan konseling individual bagi siswa laki-laki dan siswa perempuan yang
masih belum memahami pentingnya bekerja dengan cara-cara yang tidak biasa dalam
mengerjakan tugas (inovatif). R. Catatan Khusus : -
S. Sumber Pustaka :
a. Soenarno. 2006. Creativity Games. Yogyakarta: Andi Offset b. Baker, P. 2008. Rahasia Super Achiever. Jakarta: Erlangga
Yogyakarta, 10 Desember 2010
Mengetahui
Koordinator Bk Peneliti
53
Games “Pemadam Api”
Format : perorangan atau berkelompok
Waktu : 20-25 menit
Tempat : di dalam ruangan
Bahan : lilin, korek api, kertas/koran
Deskripsi :
Setiap kelompok atau perorangan diminta membuat alat yang bisa mematikan nyala lilin dari jarak 3 meter dengan menggunakan bahan terbatas, yaitu kertas.
Tujuan :
Mencari cara sekreatif mungkin untuk memecahkan masalah
Prosedur :
Seluruh peserta/siswa dibagi menjadi 3 atau 4 kelompok tergantung jumlah siswa. Setiap kelompok diberi dua lembar kertas. Mereka diminta membuat alat berbentuk apa saja yang bisa digunakan untuk mematikan nyala lilin dalam jarak 3 meter.
Pembahasan :
PERNYATAAN TENTANG HASIL BELAJARKU
Nama :………. Kelas :……….
Dari pengalamanku mengikuti kegiatan bimbingan kelas mengenai “bekerja dengan cara-cara yang tidak biasa (berinovasi)” :
1. Aku belajar bahwa aku………. ………. 2. Aku menjadi sadar/tahu bahwa aku………. ………. 3. Aku menjadi yakin bahwa aku………. ………. 4. Aku menjadi teringat kembali bahwa aku……… ………. 5. Aku perhatikan bahwa aku………... ………. 6. Aku temukan bahwa aku……….. ………. 7. Aku heran bahwa aku……….. ………. 8. Aku senang/bangga/gembira/puas (perasaan po