• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian pengetahuan dan alasan pemilihan obat herbal pada pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Kajian pengetahuan dan alasan pemilihan obat herbal pada pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

PADA PASIEN GERIATRI DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Fenny Noviana NIM : 078114082

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

PADA PASIEN GERIATRI DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Fenny Noviana NIM : 078114082

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)

iii

(4)
(5)

v

”Ya TUHAN , Engkau akan menyediakan damai sejahtera bagi kami, sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang

melakukannya bagi kami”

(Yesaya 26:12)

Karya ini kupersembahkan untuk :

Tuhan Yesus yang telah memberikan kekuatan, bimbingan, semangat, dan kemampuan kepadaku dalam menyelesaikan skripsi

(6)
(7)
(8)

viii

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia dan anugerah-Nya yang senantiasa menjadi kekuatan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Kajian Pengetahuan dan Alasan Pemilihan Obat Herbal pada Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta” ini dipersiapkan dan disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan strata satu Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi ini dapat selesai dengan baik atas doa dan dukungan dari berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih atas segala dukungannya kepada :

1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, perhatian dan kesabaran untuk mengarahkan, mendampingi serta memberikan bimbingan, bantuan dan saran kepada penulis.

3. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

(9)

ix

Pendidikan dan Penelitian RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

6. MT. Sutena, SKM., MM., M.Sc. selaku Ka. Sub. Bag. Diklit Keperawatan dan Non Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam proses perijinan untuk melakukan penelitian.

7. dr. Bambang Sigit Riyanto, Sp PD. KP selaku Ka. Instalasi Rawat Jalan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian.

8. dr. Probosuseno, Sp PD, K-Ger yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian di Poliklinik Geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

9. Sahabat-sahabatku Christinasari Dewi, Hani Widiana, Retno Tirta Ayu, dan Anastasia Octacian atas dukungan dan doa yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Teman-teman baikku Dewi Sri Mulyani, Fransisca Kurnianingsih, Aryanti, Dina Wulandari, Maria Lisa Nova, Ratna Mustika, Paulina, Maria Yesia, Kadek Risna, Elisa Eka, dan Aloysia Yossy atas kebersamaan kita selama ini dan atas dukungan, bantuan dan doa yang selalu diberikan kepada penulis.

(10)

x

Puspita, Lia Natalia, dan Febrina Henny atas kebersamaan kita selama ini dan atas bantuan selalu diberikan kepada penulis.

13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun terhadap skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Tuhan memberkati.

Yogyakarta, 22 Desember 2010

(11)

xi

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... PRAKATA... vii viii DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR... xviii

A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan ... 5 2. Keaslian penelitian ... 3. Manfaat penelitian...

(12)

xii

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 8

A. Pengetahuan... 8

E. Keterangan Empiris... 15

BAB III. METODE PENELITIAN ... 16

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 16

B. Definisi Operasional ... 16

(13)

xiii

1. Studi pustaka……… 2. Analisis situasi………..

a. Penentuan lokasi penelitian... b. Perijinan... c. Penentuan subjek penelitian... 3. Pembuatan kuesioner... 4. Uji pemahaman bahasa, uji validasi dan uji reliabilitas...

a. Uji pemahaman bahasa... b. Uji validitas... c. Uji reliabilitas... 5. Pengumpulan data/ penyebaran kuesioner... 6. Analisis hasil... 7. Pembahasan dan kesimpulan... I. Keterbatasan Penelitian... BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Karakteristik Responden ... 1. Usia………... B. Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal Secara Umum ...

(14)

xiv

2. Pengetahuan responden mengenai definisi obat herbal... 3. Pengetahuan responden mengenai keamanan obat herbal... 4. Pengetahuan responden mengenai kemanjuran obat herbal... 5. Pengetahuan responden mengenai tidak semua obat herbal

sudah teruji keamanan dan khasiatnya... 6. Pengetahuan responden mengenai tidak semua obat herbal

sudah memenuhi persyaratan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)... 7. Pengetahuan responden mengenai pemilihan obat herbal yang aman dan efektif perlu memperhatikan produsen pembuatnya... 8. Pengetahuan responden mengenai setiap kandungan yang ada pada obat herbal memiliki khasiat masing-masing... 9. Pengetahuan responden mengenai efek samping obat herbal... 10. Pengetahuan responden mengenai bahan kimia obat dalam

obat herbal... 11. Pengetahuan responden mengenai obat herbal yang

memiliki banyak kegunaan bagi kesehatan... 12. Pengetahuan responden mengenai obat herbal yang dapat

(15)

xv

dikonsumsi oleh semua orang dari segala usia... 14. Pengetahuan responden mengenai kontraindikasi... 15. Pengetahuan responden mengenai perlunya konsultasi

terlebih dahulu pada dokter/apoteker/ahli herbal dalam membeli dan mengkonsumsi obat herbal... 16. Pengetahuan responden mengenai penggunaan obat herbal

boleh bersama-sama dengan obat konvensional (obat resep dokter maupun obat bebas)... 17. Pengetahuan responden mengenai keamanan penggunaan

obat herbal boleh bersama-sama dengan obat konvensional (obat resep dokter maupun obat bebas)... 18. Pengetahuan responden mengenai keterangan kadaluwarsa... 19. Pengetahuan responden mengenai obat herbal yang

memiliki efek samping lebih ringan dibandingkan dengan obat modern (dengan bahan kimia obat) ...

54 C. Alasan Pemilihan Obat Herbal...

1. Perbandingan antara yang memilih obat herbal dengan yang memilih obat konvensional (dengan bahan kimia obat)... 2. Alasan pemilihan obat herbal (yang lebih memilih obat herbal)... 3. Alasan pemilihan obat konvensional (yang lebih memilih

69

69

(16)

xvi

D. Temuan Lain... 1. Sumber pengenalan dan pemberi informasi... 2. Peran tenaga kesehatan dalam memberikan saran pada

responden untuk menggunakan obat herbal ... 3. Bentuk sediaan obat herbal... 4. Tujuan penggunaan obat herbal... 5. Hasil umum yang dirasakan...

73 73

74 76 77 78 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A. Kesimpulan ... B. Saran ………..

(17)

xvii

(18)

xviii

Hal

Gambar 1. Karakteristik Usia Responden... 32 Gambar 2. Karakteristik Jenis Kelamin Responden... 33 Gambar 3.

Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden... Karakteristik Pekerjaan Responden... Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal yang Merupakan Bagian dari Obat Tradisional... Pengetahuan Responden Mengenai Definisi Obat Herbal (Obat Herbal Merupakan Produk Obat Jadi yang Mengandung Zat Aktif yang Berasal dari Bagian Tanaman)... Pengetahuan Responden Mengenai Definisi Obat Herbal (Obat Herbal Merupakan Jamu yang Dikemas Secara Modern dalam Bentuk Kapsul atau Tablet)... Pengetahuan Responden Mengenai Keamanan Obat Herbal... Pengetahuan Responden tentang Kemanjuran Obat Herbal... Pengetahuan Responden Mengenai Tidak Semua Obat Herbal Sudah Teruji Keamanan dan Khasiatnya... Pengetahuan Responden Mengenai Tidak Semua Obat Herbal Sudah Memenuhi Persyaratan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)... Pengetahuan Responden Mengenai Pemilihan Obat Herbal yang

(19)

xix Pengetahuan Responden Mengenai Setiap Kandungan yang Ada pada Obat Herbal Memiliki Khasiat Masing-Masing... Pengetahuan Responden Mengenai Tidak Adanya Efek Samping yang Berbahaya pada Semua Obat Herbal... Pengetahuan Responden Mengenai Tidak Bolehnya Obat Herbal Mengandung Bahan Kimia Obat (BKO)... Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal yang Memiliki Banyak Kegunaan bagi Kesehatan... Pengetahuan Responden Mengenai Ketidaktahuan bila Obat Herbal yang Dapat Dijadikan Pengobatan Alternatif... Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal yang Dapat Dikonsumsi oleh Semua Orang dari Segala Usia... Pengetahuan Responden Mengenai Kontraindikasi... Pengetahuan Responden Mengenai Perlunya Konsultasi Terlebih Dahulu pada Dokter/Apoteker/Ahli Herbal dalam Membeli dan Mengkonsumsi Obat Herbal... Pengetahuan Responden Mengenai Penggunaan Obat Herbal Boleh Bersama-sama dengan Obat Konvensional (Obat Resep Dokter Maupun Obat Bebas)... Pengetahuan Responden Mengenai Ketidaktahuan Responden tentang Keamanan Penggunaan Obat Herbal yang Boleh

(20)

xx Pengetahuan Responden Mengenai Semua Obat Herbal Memiliki Tanggal Kadaluwarsa... Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal yang Sudah Kadaluwarsa Masih Boleh Dikonsumsi... Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal yang Memiliki Efek Samping Lebih Ringan Dibandingkan dengan Obat Modern (dengan Bahan Kimia Obat)... Perbandingan Antara Responden yang Memilih Obat Herbal dengan Obat Konvensional (dengan Bahan Kimia Obat)... Alasan Memilih Obat Herbal... Alasan Memilih Obat Konvensional... Sumber Pengenalan dan Pemberi Informasi tentang Obat Herbal. Peran Tenaga Kesehatan dalam Memberikan Saran pada Responden untuk Menggunakan Obat Herbal... Bentuk Sediaan Obat Herbal... Tujuan Penggunaan Obat Herbal... Hasil Umum yang Dirasakan...

(21)

xxi Lembar Konfirmasi Ijin Penelitian... Lembar Pengantar Pengambilan Data Penelitian... Surat Perubahan Judul Skripsi... Instrumen Penelitian (Kuesioner)...

Hasil Uji Validasi (Uji korelasiProduk Momen Pearson)... Hasil Uji Validasi (Test Total Item-Corrected Correlation).... Hasil Uji Reliabilitas... Gambaran Karakteristik Responden... Hasil Perhitungan Kuesioner Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal Secara Umum... Hasil Perhitungan Kecenderungan Jawaban Kuesioner pada Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal Secara Umum... Hasil Perhitungan Kuesioner Alasan Pemilihan Obat Herbal...

(22)

xxii

Penggunaan obat herbal di Indonesia merupakan bagian dari budaya bangsa dan sudah menjadi tradisi sejak berabad-abad yang lalu. Obat herbal hingga kini masih banyak digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengetahuan pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito mengenai obat herbal secara umum serta alasan pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito dalam memilih obat herbal.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif menggunakan teknik sampling kuota secara nonprobability sampling. Kuesioner yang merupakan instrumen penelitian, disebarkan pada 90 pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Uji validitas kuesioner menggunakan metode Produk Momen Pearson dan Test Total Item-Corrected Correlation, sedangkan uji reliabilitas menggunakan metode Alpha Cronbach. Data yang diperoleh, diolah secara statistik deskriptif dalam bentuk persentase dan ditampilkan dengan tabel dan gambar.

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap obat herbal secara umum tergolong sedang (cukup baik), dengan rata-rata skor jawaban responden yaitu sebesar 73,49%. Pada bagian alasan pemilihan obat herbal, 58,89% (53 responden) lebih memilih obat herbal dibandingkan obat konvensional untuk mengatasi keluhan yang dirasakan dengan alasan obat herbal memiliki efek samping ringan (relatif aman) (34,85%).

(23)

xxiii

The use of herbal medicine in Indonesia is part of the national culture and tradition for many centuries. Herbal medicine is still being used to improve health. This research intend to gain description about the knowledge of geriatric patients at RSUP Dr. Sardjito about herbal medicine in general and the reason they choose to use herbal medicine.

This is a non experimental research with descriptive planning and nonprobability quota sampling technique. The main instrument of this research is the questionnaire, which is distributed to 90 patients from RSUP Dr. Sardjito Geriatrics Polyclinic who fulfill the inclusion and exclusion criteria. Pearson Moment Product method and Total Item Corrected Correlation test is used to test the validity of the questionnaire and Alpha Cronbach method is used to test the reliability. The data yielded is then proceeded in percentage with descriptive statistic and are projected in tables and pictures.

Based on the data collected, it can be assumed that the level of the respondents knowledge of herbal medicine is fair with the average answer score of 73.49%. In the section regarding the choice of herbal medicine, 53.89% (53 respondents) are most likely to choose herbal medicine compared with conventional medicine to deal with health problems because of the lack of side effects (34.85%).

(24)

1

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat berharga bagi setiap manusia, karena dalam keadaan sehat manusia dapat bekerja dan berpikir dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup yang lain. Dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan, banyak upaya yang dapat dilakukan oleh setiap manusia, salah satunya adalah penggunaan obat herbal.

(25)

Saat ini penggunaan herbal dalam pengobatan komplementer dan alternatif di Indonesia semakin populer, terutama sejak Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan sekitar tahun 1997 (Harmanto dan Subroto, 2007). Penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif ini juga didukung oleh banyaknya kalangan medis yang ikut serta mengembangkannya, sehingga di kota-kota besar sudah mulai bermunculan dokter-dokter yang mengkombinasikan cara pengobatannya dengan ramuan tradisional (Redaksi Argo Media, 2008). Selain itu, bukti-bukti empiris dan dukungan ilmiah yang semakin banyak terhadap khasiat herbal menyebabkan herbal semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia (Harmanto dan Subroto, 2007).

(26)

Kecenderungan meningkatnya penggunaan obat herbal didasari pada beberapa alasan sebagai berikut.

(1) Harga obat konvensional saat ini sudah semakin mahal, sehingga masyarakat mulai mencari alternatif pengobatan yang murah dan mudah didapatkan, tetapi tidak kalah manjur dengan obat konvensional,

(2) efek samping yang ditimbulkan oleh obat herbal sangat kecil, bahkan beberapa jenis tanaman tertentu hingga saat ini belum menunjukkan efek samping sama sekali. Alasannya, bahan baku obat herbal sangat alami atau tidak bersifat kimiawi, dan

(3) kandungan unsur-unsur kimia yang terkandung di dalam obat herbal sebenarnya menjadi dasar pengobatan kedokteran modern. Artinya pembuatan obat-obat di pabrik menggunakan rumus kimia yang telah disintesis dari kandungan bahan alami ramuan tradisional (Redaksi Argo Media, 2008).

Adanya beberapa alasan diatas, mendukung masyarakat dari berbagai lapisan umur untuk menggunakan obat herbal. Obat herbal kini tidak hanya digunakan oleh anak–anak, remaja dan dewasa, orang berusia lanjut pun ikut menggunakan obat herbal dalam usaha meningkatkan derajat kesehatannya.

(27)

menggunakan obat herbal (Maryani dan Suharmiati, 2006). Hal ini yang menjadi daya tarik tersendiri bagi peneliti untuk meneliti tentang pengetahuan pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta mengenai obat herbal secara umum serta alasan pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dalam memilih obat herbal.

Ketertarikan peneliti untuk meneliti tentang pengetahuan pasien berusia lanjut mengenai obat herbal secara umum serta alasan pasien berusia lanjut dalam memilih obat herbal di Poliklinik Geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, dikarenakan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta sedang mengembangkan unit pelayanan kesehatan yang memanfaatkan obat herbal (adanya Poliklinik Herbal). Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini, dapat membantu dan mendorong RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta untuk lebih meningkatkan sosialisasi tentang obat herbal pada masyarakat khususnya pasien RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, sehingga semakin banyak masyarakat yang memanfaatkan herbal sebagai salah satu pilihan yang dapat digunakan dalam pengobatan.

(28)

1. Permasalahan

a. Seperti apa karakteristik pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan?

b. Seperti apa pengetahuan pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tentang obat herbal secara umum meliputi definisi, keamanan, khasiat (kegunaan), efek samping, kandungan, kontraindikasi, interaksi obat dan waktu kadaluwarsa dari obat herbal?

c. Apakah alasan yang melatarbelakangi pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dalam memilih obat herbal?

2. Keaslian penelitian

(29)

deskriptif teknik sampling kuota secara nonprobability sampling menggunakan kuesioner. Subjek penelitian yang digunakan adalah pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang kefarmasian. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran maupun deskripsi yang jelas mengenai alasan pemilihan dan pengetahuan pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta mengenai obat herbal.

b. Manfaat praktis

(30)

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui seperti apa pengetahuan pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tentang obat herbal secara umum meliputi definisi, keamanan, khasiat (kegunaan), efek samping, kandungan, kontraindikasi, interaksi obat dan waktu kadaluwarsa dari obat herbal serta alasan pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dalam memilih obat herbal.

2. Tujuan khusus

Untuk mencapai tujuan umum tersebut maka perlu disusun tujuan khusus sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui karakteristik pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan.

b. Untuk mengetahui pengetahuan pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tentang obat herbal secara umum meliputi definisi, keamanan, khasiat (kegunaan), efek samping, kandungan, kontraindikasi, interaksi obat dan waktu kadaluwarsa dari obat herbal.

(31)

8

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (cit., Ganie, 2009), pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui. Manusia memiliki rasa ingin tahu, lalu ia mencari, hasilnya ia tahu sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan pengetahuan. Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Notoatmodjo (cit., Ganie, 2009) juga menyatakan bahwa pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap suatu rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yakni: tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).

(32)

menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tertentu. Sintesis (synthesis) merupakan suatu kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dan evaluasi (evaluation) merupakan suatu kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

B. Alasan Pemilihan

Alasan yang dapat mempengaruhi pemilihan seseorang antara lain: 1. Faktor budaya

(33)

2. Faktor sosial

Sub faktor yang termasuk dalam faktor sosial adalah kelompok referensi (reference group), keluarga (family), dan peran dan status (roles and status). Kelompok Referensi (reference group) bagi seseorang adalah kelompok-kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok referensi yang memberikan pengaruh langsung seperti keluarga, sahabat, tetangga dan rekan kerja, sedangkan kelompok referensi yang memberikan pengaruh tidak langsung seperti kelompok organisasi keagamaan dan himpunan profesi. Keluarga (family) merupakan suatu organisasi belanja konsumen yang penting dalam suatu kelompok sosial dimana keputusan anggota keluarga akan sangat berpengaruh, sedangkan peran dan status (roles and status) berhubungan dengan kedudukan seseorang dalam setiap kelompok masyarakat (Kotler, 2006).

3. Faktor personal

(34)

yang besar terhadap pemilihan pilihan produk. Keadaan ekonomi terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan kekayaan, kemampuan meminjam dan sikapnya terhadap pengeluaran dan menabung. Gaya Hidup (lifestyle) merupakan potret interaksi seseorang dengan lingkungannya, sedangkan kepribadian dan konsep diri (personality and self concept) mengacu pada karakteristik psikologis yang unik dan menimbulkan tanggapan relatif konstan terhadap lingkungannya (Kotler, 2006).

4. Faktor psikologis

(35)

C. Obat Herbal

Obat herbal didefinisikan sebagai produk obat jadi dalam kemasan akhir yang diberi penandaan, mengandung zat aktif yang berasal dari bagian tanaman di atas atau di bawah tanah, atau bagian tanaman lainnya, atau kombinasi dari bagian-bagian tersebut, baik dalam bentuk yang belum diolah maupun dalam bentuk preparat. Bagian tanaman tersebut termasuk sari, getah, minyak lemak, minyak atsiri atau zat-zat lainnya yang berasal dari tanaman. Selain zat aktif, obat herbal dapat mengadung eksipien. Obat yang mengandung bagian tanaman dikombinasikan dengan zat kimia aktif, termasuk zat kimia hasil isolasi dari tanaman, tidak termasuk obat herbal (Syahputri, 2007).

Obat herbal Indonesia selama ini lebih dikenal dengan nama jamu dan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) RI juga digolongkan dalam jamu. Jamu sendiri identik dengan serbuk yang harus diseduh dan terasa pahit sehingga sebagian masyarakat modern merasa tidak nyaman dan bahkan terkesan kuno. Menyadari hal ini, maka produsen jamu mulai membuat inovasi dengan memproduksi jamu dalam bentuk kapsul atau tablet dan sekarang dikenal dengan obat herbal (Harmanto dan Subroto, 2007).

Beberapa kendala yang menghambat perkembangan jamu dan obat herbal di Indonesia sebagai berikut:

(1) Pengolahan bahan jamu/herbal yang belum terstandar, terutama mutu,

(36)

(3) kurangnya penelitian ilmiah dan dukungan pemerintah terus-menerus, (4) sebagian masyarakat tidak tahan dengan rasa pahit dan aroma tidak enak, (5) masyarakat terbiasa mengkonsumsi sesuatu yang bisa dirasakan secara instan

(seketika),

(6) tidak semua bahan baku obat herbal dibudidayakan secara serius, sehingga seringkali bahan obat herbal menghilang di pasaran karena kesulitan bahan baku,

(7) sulitnya meraih kepercayaan masyarakat karena belum dilakukan penelitian ilmiah secara menyeluruh, dan

(8) biaya penelitian untuk uji pra klinik dan uji klinik sangat mahal, sehingga menjadi kendala utama bagi industri jamu yang kebanyakan merupakan industri kecil dan menengah (Harmanto dan Subroto, 2007).

Pengobatan dengan menggunakan ramuan herbal hasilnya memang tidak secepat dengan obat-obatan pabrik. Waktu penyembuhan dengan ramuan tradisional juga lebih lama jika dibandingkan dengan waktu penyembuhan dengan pengobatan modern, karena sifat pengobatan dengan ramuan tradisional adalah bersifat konstruktif. Artinya, pengobatan dilakukan untuk memperbaiki bagian yang terserang secara perlahan, tetapi menyeluruh (Redaksi Argo Media, 2008).

(37)

masakan (Redaksi Argo Media, 2008). Untuk membuat ramuan obat alternatif, masyarakat biasanya menggabungkan beberapa herbal sesuai dengan kebutuhan. Hal tersebut dilakukan untuk bisa saling melengkapi dan juga meningkatkan khasiatnya (Harmanto dan Subroto, 2007).

Dari literatur yang sudah ada, sesungguhnya herbal Indonesia sangat potensial mengatasi aneka macam penyakit terutama bila benar cara pengolahannya, tepat cara penggunaan maupun dosisnya dan selalu dilakukan pemantauan untuk mengetahui proses kesembuhannya. Sinergi pengalaman empiris dan penelitian ilmiah tentang khasiat dan manfaat herbal akan menjadi bukti yang kuat keberhasilan obat herbal yang relatif kecil efek sampingnya. Hal ini akan meningkatkan pula kepercayaaan masyarakat untuk tidak ragu lagi menggunakan warisan nenek moyang, yakni obat herbal (Harmanto dan Subroto, 2007).

D. Geriatri

(38)

Menurut WHO (cit., Walker dan Edwars, 2003), pembagian terhadap populasi usia meliputi tiga tingkatan, yaitu:

(a) Lansia (elderly) dengan kisaran umum 60-75 tahun, (b) Tua (old) 75- 90 tahun, dan

(c) Sangat Tua (very old) dengan kisaran umum lebih besar dari 90 tahun.

E. Keterangan Empiris

(39)

16

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan menggunakan rancangan deskriptif. Penelitian non eksperimental adalah penelitian yang observasinya dilakukan terhadap sejumlah ciri subjek menurut keadaan yang apa adanya, tanpa adanya manipulasi peneliti atau intervensi peneliti. Penelitian ini juga hanya menyuguhkan secara deskriptif fenomena yang terjadi, tanpa mencoba menganalisa bagaimana dan mengapa fenomena tersebut terjadi (Pratiknya, 2001). Rancangan penelitian dekriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian secara objektif (Notoatmodjo, 2002).

B. Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden (pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta) mengenai obat herbal secara umum meliputi definisi obat herbal, keamanan, khasiat (kegunaan), cara penggunaan, kemungkinan efek samping obat, kandungan, kontraindikasi, interaksi obat dan waktu kadaluwarsa dari obat herbal.

2. Obat herbal adalah produk obat jadi yang mengandung zat aktif yang berasal dari bagian tanaman.

(40)

4. Pasien geriatri (responden) adalah pasien yang berumur 60-75 tahun baik laki-laki maupun perempuan yang periksa di Poliklinik Geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode bulan Agustus 2010 dan pernah mengkonsumsi obat herbal minimal 2 kali dalam jangka waktu 1 tahun terakhir, serta bersedia mengikuti kegiatan pada penelitian ini berdasarkan persetujuan denganinformed- consent.

5. Karakteristik responden adalah data pribadi responden, yang meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan tingkat pendidikan.

6. Menurut Pratomo (cit., Ganie, 2009), tingkat pengetahuan dikatakan baik apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya dengan skor jawaban responden > 75%, tingkat pengetahuan dikatakan sedang (cukup baik) apabila responden mengetahui sebagian dengan skor jawaban responden 40% - 75%, tingkat pengetahuan dikatakan kurang baik apabila responden mengetahui sebagian kecil dengan skor jawaban responden < 40%.

C. Subjek Penelitian

(41)

serta bersedia mengikuti kegiatan pada penelitian ini berdasarkan persetujuan dengan informed-consent. Kriteria eksklusi adalah pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang tidak mengkonsumsi obat herbal dan tidak bersedia bekerja sama untuk memberikan informasi dalam penelitian.

D. Besar Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil secara random dan bersifat representative (mewakili) (Praktiknya, 2001). Jumlah sampel yang digunakan didapatkan dari hasil sampling. Berdasarkan data kunjungan pasien instalasi rawat jalan sub instalasi geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, kisaran jumlah kunjungan pasien yang periksa di Poliklinik Geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada bulan Januari-Juli 2010, rata-rata sebanyak 450 pasien.

Sehingga jumlah sampel pada penelitian ini dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut (Notoatmodjo, 2002):

(Rumus dimana populasi < 10000)

n= besar sampel yang diambil N= besar populasi

(42)

Perhitungan jumlah sampel yang diambil:

= 450 = 81,82 pasien = 82 pasien 1 + [ 450 x (0,12)]

Untuk mengatasi dropped out maka jumlah sampel ditambah 10% dari jumlah sampel awal, sehingga jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini menjadi 90 pasien. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik sampling kuota secara nonprobability sampling. Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2008). Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2008). Pada penelitian ini, peneliti hanya mengambil data dari sampel yang ditemui secara kebetulan di Poliklinik Geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang memenuhi kriteria yang sudah ditentukan dan bersedia mengikuti kegiatan pada penelitian ini berdasarkan persetujuan dengan informed-consent.

E. Waktu Penelitian

(43)

setiap hari kerja pada jam 08.00 hingga 12.00 WIB namun bila masih ada pasien yang datang untuk periksa di Poliklinik Geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta maka peneliti tetap melanjutkan pengambilan data.

F. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang seseorang ketahui (Arikunto, 2006).

Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian. Pada bagian pertama dari kuesioner merupakan jenis pertanyaan terbuka yang berisi pertanyaan mengenai karakteristik responden (seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan dan tingkat pendidikan). Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang jawabannya tidak disediakan dan responden harus mengisi sendiri.

(44)

tersebut. Dipandang dari jawaban yang diberikan merupakan kuesioner langsung karena responden menjawab tentang dirinya (Arikunto, 2006).

Pernyataan yang ada pada bagian kedua dari kuesioner penelitian ini menggunakan skala Likert sebagai metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Setiap butir pernyataan diberikan empat alternatif jawaban yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Responden wajib untuk memilih salah satu jawaban pada setiap pernyataan tersebut. Pada penelitian ini peneliti melihat kecenderungan jawaban dengan menjumlahkan persentase jawaban responden yaitu SS + S dan ST + STS. Bila kecenderungan jawaban responden telah sesuai dengan acuan yang ada maka secara umum pengetahuan responden sudah baik namun bila kecenderungan jawaban responden tidak sesuai dengan acuan yang ada maka secara umum pengetahuan responden kurang baik.

(45)

Pemberian skor kuesioner berdasarkan pada penilaian dalam skalaLikert. Penilaian pada item favorable dalam skala ini dimulai dari empat sampai satu, sebaliknya untukitem unfavorabledimulai dari angka satu sampai empat.

Pada bagian ketiga dari kuesioner merupakan jenis pertanyaan semi terbuka yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui alasan apakah yang melatarbelakangi responden dalam memilih obat herbal. Pertanyaan semi terbuka adalah pertanyaan yang pilihan jawaban yang dapat diisi sendiri oleh responden atau berupa alasan yang dapat diisi bebas oleh responden.

H. Tata Cara Penelitian

1. Studi pustaka

Penelitian ini dimulai dengan studi pustaka, yaitu membaca literature/acuan yang ada mengenai obat herbal, geriatri, perilaku kesehatan, pengetahuan, alasan pemilihan, metodologi penelitian, pembuatan kuesioner, pengujian kuesioner dan perhitungan statistik. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan kesalahan yang mungkin terjadi.

2. Analisis situasi

a. Penentuan lokasi penelitian

(46)

Poliklinik Geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi kepada RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta mengenai pengetahuan pasien terhadap obat herbal, sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas melalui Poliklinik Herbal ini.

b. Perijinan

Sebelum dilakukan penelitian dilakukan perijinan. Perijinan dimulai dari RSUP Dr. Sardjito hingga ke Poliklinik Geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, agar pengambilan data yang dilakukan ini bersifat resmi dan diketahui oleh pihak-pihak terkait. Disamping melakukan perijinan, peneliti juga mencari informasi mengenai data pasien Poliklinik Geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

c. Penentuan subjek penelitian

Sesuai dengan perhitungan jumlah sampel yang diambil, maka didapat jumlah sampel minimal yang digunakan sebagai subjek penelitian adalah 82 pasien namun pada penelitian ini digunakan sampel sebanyak 90 pasien.

3. Pembuatan kuesioner

(47)

Pertanyaan kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pertanyaan terbuka, tertutup, dan semi terbuka. Pada bagian pertama dari kuesioner merupakan jenis pertanyaan terbuka (responden mengisi sendiri) yang berisi pertanyaan mengenai karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan dan tingkat pendidikan.

Bagian kedua dari kuesioner berisi 21 pernyataan tentang pengetahuan responden terhadap obat herbal secara umum. 21 pernyataan ini terdiri atas: 1) Pernyataan nomor 1, 2 dan 3 untuk mengungkap informasi tentang

pengetahuan responden mengenai definisi obat herbal.

2) Pernyataan nomor 4, 6, 7 dan 8 untuk mengungkap informasi tentang pengetahuan responden mengenai keamanan obat herbal.

3) Pernyataan nomor 5, 9, 12 dan 13 untuk mengungkap informasi tentang pengetahuan responden mengenai khasiat (kegunaan) obat herbal.

4) Pernyataan nomor 16 untuk mengungkap informasi tentang pengetahuan responden mengenai cara penggunaan.

5) Pernyataan nomor 10 dan 21 untuk mengungkap informasi tentang pengetahuan responden mengenai kemungkinan efek samping obat.

6) Pernyataan nomor 11 untuk mengungkap informasi tentang pengetahuan responden mengenai kandungan.

7) Pernyataan nomor 14 dan 15 untuk mengungkap informasi tentang pengetahuan responden mengenai kontraindikasi.

(48)

9) Pernyataan nomor 19 dan 20 untuk mengungkap informasi tentang pengetahuan responden mengenai waktu kadaluwarsa dari obat herbal.

Bila dilihat dari cara menjawab, pada bagian kedua dari kuesioner merupakan kuesioner tertutup dan langsung yang berdasarkan pada skala Likert, dimana di setiap butir pernyataan diberikan empat alternatif jawaban, yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Responden diwajibkan untuk memilih salah satu jawaban pada setiap pernyataan tersebut.

Pada bagian ketiga dari kuesioner merupakan jenis pertanyaan semi terbuka yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui alasan responden dalam memilih obat herbal.

4. Uji pemahaman bahasa, uji validitas dan uji reliabilitas

Setelah kuesioner dibuat, dilakukan uji pemahaman bahasa, uji validitas dan uji reliabilitas terhadap kuesioner tersebut. Uji-uji tersebut telah dilakukan sebanyak tiga kali, untuk setiap uji baik uji pemahaman bahasa, uji validitas dan uji reliabilitas dilakukan pada 30 pasien dengan karakteristik mirip dengan responden namun diluar daerah uji.

a. Uji pemahaman bahasa

(49)

responden dan jawaban yang diberikan sesuai dengan informasi yang diinginkan. Maka kuesioner tersebut dapat dinyatakan lolos uji pemahaman bahasa.

b. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006). Uji validitas perlu dilakukan untuk mengetahui kejelasan tujuan dalam lingkup informasi yang hendak diungkap, yaitu sejauh mana item-item pernyataan dapat mencakup seluruh kawasan isi objek yang hendak di ukur (mampu menggali informasi / data yang diharapkan). Pengujian validitas ini dilakukan terhadap butir-butir pernyataan (Azwar, 2003). Suatu instrumen mempunyai validitas tinggi jika instrumen dapat mengungkap secara tepat sasaran apa yang hendak diukur dalam pengukuran (Hadi, 1991).

Uji validitas terhadap kuesioner dalam penelitian ini hanya dilakukan pada bagian kedua dari kuesioner yaitu pernyataan yang menggunakan skala Likert. Dalam penelitian ini, pengujian validitas isi kuesioner dilakukan dengan analisis rasional dengan uji korelasi Produk Momen Pearson danTes Total Item-Corrected Correlation.

(50)

Cronbach’s Alpha if Item Deleted pada tiap item pernyataan. Menurut Uyanto (2009), jika suatu butir pernyataan memiliki nilai Cronbach’s Alpha if Item Deleted lebih besar dari nilai Alpha Cronbach keseluruhan skala pengukuran, maka butir tersebut harus dihapus atau butir pernyataan itu harus direvisi. Dari hasil pengujian dengan Tes Total Item-Corrected Correlation didapatkan data bahwa dari 30 item pernyataan, terdapat 9 butir pernyataan yang harus dihapus karena nilai Cronbach’s Alpha if Item Deleted lebih besar dari nilai Alpha Cronbach keseluruhan skala pengukuran yaitu 0,805, sehingga hanya 21 item pernyataan valid yang digunakan pada bagian kedua dari kuesioner ini.

c. Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2002). Suatu instrumen pengukuran (misal kuesioner) dikatakan reliabel bila memberikan hasil score yang konsisten pada setiap pengukuran. Suatu pengukuran kuesioner tidak bisa dikatakan valid bila tidak reliabel (Uyanto, 2009). Uji reliabilitas terhadap kuesioner dalam penelitian ini juga hanya dilakukan pada bagian kedua dari kuesioner, yaitu pernyataan yang menggunakan skalaLikert. Dalam penelitian ini, pengujian reliabilitas isi kuesioner yang digunakan adalah Tes Total Item-Corrected Correlation.

(51)

Alpha Cronbach dapat diinterpretasikan sebagai korelasi dari skala yang diamati dengan semua kemungkinan pengukuran skala lain yang mengukur hal yang sama dan menggunakan jumlah butir pertanyaan yang sama (Uyanto, 2009). Pada penelitian ini didapatkan nilai Alpha Cronbach untuk keseluruhan skala pengukuran sebesar 0,805, sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan pada bagian kedua kuesioner penelitian ini memiliki reliabilitas yang baik, ditunjukkan dengan nilaiAlpha Cronbachlebih besar dari 0,70.

5. Pengumpulan data / penyebaran kuesioner

Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, peneliti melakukan pendekatan-pendekatan terlebih dahulu terhadap responden. Penyebaran kuesioner dilakukan sendiri oleh peneliti ke responden yang ditemui secara kebetulan yang memiliki karakteristik yang cocok sebagai sumber data pada saat pengambilan data. Sebanyak 90 kuesioner disebarkan dalam waktu 25 hari (pada hari kerja di Poliklinik Geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta jam 08.00 – 12.00 WIB) di bulan Agustus 2010 dari tanggal 1 Agustus 2010 hingga 31 Agustus 2010.

(52)

pertanyaan dan penyataan yang tertulis didalam kuesioner) sehingga dapat menghindari kesalahan pada saat pengisian kuesioner, memeriksa kelengkapan jawaban yang diberikan (apakah sudah terjawab semua atau tidak) dan memeriksa kembali kelengkapan karakteristik responden. Pengisian kuesioner juga dapat dilakukan dalam bentuk wawancara terstruktur oleh peneliti sendiri, dimana pertanyaan yang diajukan sama dengan metode kuesioner. Setelah mengisi kuesioner, responden diberikan edukasi tentang obat herbal, dimana edukasi ini diberikan secara personal oleh peneliti. Tujuan dari edukasi ini supaya responden menjadi lebih mengetahui apa yang mereka konsumsi.

6. Analisis hasil

Data yang diperoleh diolah dengan metode statistik deskriptif. Data berupa profil karakteristik responden, profil pengetahuan responden terhadap obat herbal secara umum dan profil alasan responden dalam pemilihan obat herbal. Metode statistik yang digunakan adalah dengan teknik perhitungan persentase yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram untuk mendeskripsikan fakta-fakta yang tertulis dalam kuesioner.

Penghitungan persentase dilakukan dengan menggunakan rumus:

(53)

7. Pembahasan data dan kesimpulan

Pembahasan dibuat berdasarkan analisis data yang diperoleh dari tahap sebelumnya dan dikaitkan dengan acuan yang telah ada, sehingga dapat diketahui karakteristik responden dan sejauh mana pengetahuan responden terhadap obat herbal serta dapat mengetahui alasan responden dalam pemilihan obat herbal.

I. Keterbatasan Penelitian

1. Bias yang mungkin timbul pada penelitian ini disebabkan karena adanya beberapa responden (pasien geriatri) yang bersedia diikutsertakan dalam penelitian namun mengalami kesulitan membaca kuesioner karena kemampuan pengelihatannya sudah berkurang.

(54)

31

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Berbagai faktor termasuk jenis kelamin, usia, status sosial ekonomi, latar belakang pendidikan, tingkat pendapatan, dan lain-lain turut menentukan pengambilan keputusan pengobatan sendiri. Pada penelitian ini karakteristik responden dilihat dari beberapa aspek, antara lain: usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Karakteristik responden diteliti dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan pasien geriatri di RSUP Dr. Sadjito.

1. Usia

(55)

Gambar 1. Karakteristik Usia Responden

Dari Gambar 1, dapat dilihat bahwa responden yang menggunakan obat herbal terbanyak (41,11%) adalah yang berusia 66-70 tahun. Ini menggambarkan bahwa responden dengan usia 66-70 tahun lebih memperhatikan kondisi kesehatan dengan menggunakan obat herbal.

2. Jenis kelamin

(56)

perempuan lebih peduli pada kesehatan dan lebih sering menggunakan obat herbal dibandingkan laki-laki.

Gambar 2. Karakteristik Jenis Kelamin Responden

3. Pendidikan

Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini berbeda-beda mulai dari SD sampai sarjana (S2). Tingkat pendidikan tidak dijadikan kriteria inklusi karena secara umum tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang terhadap kesehatan, salah satunya terhadap penggunaan obat herbal. Hal ini sesuai dengan penyataan dari Holt dan Hall (1990), tingkat pendidikan seseorang dalam hubungannya dengan sikap terhadap kesehatan, termasuk dalam hal pengobatan sendiri merupakan salah satu faktor yang menentukan karena pengaruhnya terhadap kualitas dan kuantitas seseorang terhadap berbagai informasi kesehatan yang ada di masyarakat. Maka tingkat pendidikan responden penting untuk diketahui.

(57)

pendidikan terakhir SMP sebesar 20% (18 responden), SD dengan persentase 15,56% (14 responden) dan Sarjana Strata 1 sebesar 14,44% (13 responden). Responden dengan tingkat pendidikan terakhir Diploma 3 sebesar 5,56% (5 responden) dan responden yang tingkat pendidikan terakahir Sarjana Strata 2 sebesar 2,22% (2 responden).

Gambar 3. Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden

(58)

4. Pekerjaan

Jenis pekerjaan responden pada penelitian ini meliputi pensiunan, ibu rumah tangga dan wiraswasta. Menurut Sarwono (2007), pekerjaan dapat mempengaruhi tingkat sosial seseorang dan interaksi didalam kelompok sosial tersebut dapat mempengaruhi cara pandang dan minat terhadap sesuatu.

Lingkungan pekerjaan tiap individu dapat memberikan informasi yang mampu mengubah sikap dan tindakan mereka dalam memelihara kesehatan mereka, salah satunya dengan menggunakan obat herbal. Dari hasil penelitian (Gambar 4) menunjukkan bahwa sebesar 48,89% (44 responden) adalah pensiunan. Selanjutnya, sebesar 35,55% (32 responden) merupakan ibu rumah tangga dan sisanya sebesar 15,56% (14 responden) merupakan wiraswasta.

Gambar 4. Karakteristik Pekerjaan Responden

(59)

kedalam kelompok usia lanjut yang umumnya merupakan kelompok yang sudah menurun produktivitasnya seiring dengan meningkatnya usia mereka.

B. Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal Secara Umum

Menurut Notoatmodjo (cit., Ganie, 2009), pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan juga merupakan faktor yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang. Oleh karena itu, pengetahuan responden sangatlah mempengaruhi perilaku pemeliharaan kesehatan.

1. Pengetahuan responden mengenai obat herbal yang merupakan bagian dari obat tradisional

(60)

Gambar 5. Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal yang Merupakan Bagian dari Obat Tradisional

(61)

2. Pengetahuan responden mengenai definisi obat herbal

Pernyataan ke–2 yang tercantum pada kuesioner adalah “Saya tahu bahwa obat herbal merupakan produk obat jadi yang mengandung zat aktif yang berasal dari bagian tanaman”. Hasil dari kuesioner (Gambar 6) menyatakan bahwa sebanyak 15,56% (14 responden) menjawab sangat setuju, 57,77% (52 responden) menjawab setuju, 22,22% (20 responden) menjawab tidak setuju dan 4,44% (4 responden) menjawab sangat tidak setuju.

Gambar 6. Pengetahuan Responden Mengenai Definisi Obat Herbal (Obat Herbal Merupakan Produk Obat Jadi yang Mengandung Zat Aktif yang Berasal dari Bagian Tanaman)

(62)

lainnya, atau kombinasi dari bagian-bagian tersebut, baik dalam bentuk yang belum diolah maupun dalam bentuk preparat.

Pernyataan ke–3 yang tercantum pada kuesioner adalah “Saya tahu bahwa obat herbal merupakan jamu yang dikemas secara modern dalam bentuk kapsul atau tablet”. Hasil dari kuesioner (Gambar 7) menyatakan bahwa sebanyak 13,33% (12 responden) menjawab sangat setuju, 42,22% (38 responden) menjawab setuju, 32,22% (29 responden) menjawab tidak setuju dan 12,22% (11 responden) menjawab sangat tidak setuju.

Gambar 7. Pengetahuan Responden Mengenai Definisi Obat Herbal (Obat Herbal Merupakan Jamu yang Dikemas Secara Modern dalam Bentuk Kapsul atau Tablet)

(63)

dan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) RI juga digolongkan dalam jamu. Jamu sendiri identik dengan serbuk yang harus diseduh dan terasa pahit sehingga sebagian masyarakat modern merasa tidak nyaman dan bahkan terkesan kuno. Menyadari hal ini, maka produsen jamu mulai membuat inovasi dengan memproduksi jamu dalam bentuk kapsul atau tablet dan sekarang dikenal dengan obat herbal.

3. Pengetahuan responden mengenai keamanan obat herbal

Obat herbal Indonesia mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) RI yang digolongkan dalam jamu (Harmanto dan Subroto, 2007). Di Indonesia obat herbal ada yang mendapatkan izin edar dan ada yang tidak diwajibkan memiliki izin edar yaitu termasuk kedalam obat tradisional non registrasi. Obat herbal yang memiliki izin edar, sebelum diedarkan ke masyarakat harus memenuhi persyaratan keamanan dan khasiat sehingga setelah diedarkan di masyarakat dapat dipastikan keamanan dan khasiatnya. Untuk obat herbal yang tidak diwajibkan memiliki izin edar atau yang termasuk kedalam obat tradisional non registrasi, klaim mengenai keamanan dan khasiatnya belum didasarkan pada pembuktian ilmiah dan hanya didasarkan pada pengalaman empiris sehingga secara tidak langsung membuktikan bahwa obat herbal tersebut memiliki keamanan dan manfaat tersendiri (Handayani dan Suharmiati,2002).

(64)

58,89% (53 responden) menjawab setuju, 21,11 % (19 responden) menjawab tidak setuju dan 2,22% (2 responden) menjawab sangat tidak setuju.

Gambar 8. Pengetahuan Responden Mengenai Keamanan Obat Herbal

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar 76,67% (69 responden) cenderung menjawab setuju pada pernyataan bahwa obat herbal aman untuk digunakan/dikonsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memahami bahwa obat herbal itu aman, namun dalam penggunaannya harus tetap memperhatikan indikasi, kontraindikasi, dosis, waktu konsumsi, cara penggunaan dan efek samping yang mungkin timbul (Harmanto dan Subroto, 2007).

4. Pengetahuan responden mengenai kemanjuran obat herbal

(65)

khasiatnya telah dibuktikan dengan pengujian. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa obat herbal dianggap manjur dalam penggunaannya, walaupun ada golongan obat herbal yang bukti kemanjurannya hanya berdasarkan pada keterangan empiris (berdasarkan pengalaman turun temurun).

Pernyataan ke–5 yang tercantum pada kuesioner adalah“Saya tahu obat herbal manjur untuk digunakan/dikonsumsi”. Hasil dari kuesioner (Gambar 9) menyatakan bahwa sebanyak 6,67% (6 responden) menjawab sangat setuju, sebanyak 57,78% (52 responden) menjawab setuju, 34,44% (31 responden) menjawab tidak setuju dan 1,11% (1 responden) menjawab sangat tidak setuju.

Gambar 9. Pengetahuan Responden tentang Kemanjuran Obat Herbal

(66)

5. Pengetahuan responden mengenai tidak semua obat herbal sudah teruji keamanan dan khasiatnya

Pernyataan ke–6 yang tercantum pada kuesioner adalah “Saya tidak tahu bahwa semua obat herbal sudah teruji keamanan dan khasiatnya”. Hasil dari kuesioner (Gambar 10) menyatakan bahwa sebanyak 14,44% (13 responden) menjawab sangat setuju, 64,44% (58 responden) menjawab setuju, 16,67% (15 responden) menjawab tidak setuju dan 4,44% (4 responden) menjawab sangat tidak setuju.

Gambar 10. Pengetahuan Responden Mengenai Tidak Semua Obat Herbal Sudah Teruji Keamanan dan Khasiatnya

(67)

registrasi. Obat herbal yang sudah memiliki izin edar, sebelum diedarkan ke masyarakat harus memenuhi persyaratan keamanan dan khasiat sehingga setelah diedarkan di masyarakat dapat dipastikan keamanan dan khasiatnya. Sedangkan untuk obat herbal yang tidak diwajibkan memiliki izin edar atau yang termasuk kedalam obat tradisional non registrasi, klaim mengenai keamanan dan khasiatnya belum didasarkan pada pembuktian ilmiah dan hanya didasarkan pada pengalaman empiris. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidak semua obat herbal sudah teruji keamanan dan khasiatnya, karena itu dalam menggunakan obat herbal tetap harus memperhatikan produsen yang memproduksi obat herbal dan bila dibutuhakan dapat berkonsultasi dengan tenaga kesehatan ataupun ahli obat herbal sebelum menggunakan obat herbal untuk memastikan keamanan dan khasiatnya.

6. Pengetahuan responden mengenai tidak semua obat herbal sudah memenuhi persyaratan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

(68)

Gambar 11. Pengetahuan Responden Mengenai Tidak Semua Obat Herbal Sudah Memenuhi Persyaratan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

(69)

7. Pengetahuan responden mengenai pemilihan obat herbal yang aman dan efektif perlu memperhatikan produsen pembuatnya

Pernyataan ke–8 yang tercantum pada kuesioner adalah “Menurut saya dalam memilih obat herbal yang aman dan efektif perlu memperhatikan produsen pembuatnya”. Hasil dari kuesioner (Gambar 12) menyatakan bahwa sebanyak 15,56% (14 responden) menjawab sangat setuju, 63,33% (57 responden) menjawab setuju, 17,78% (16 responden) menjawab tidak setuju dan 3,33% (3 responden) menjawab sangat tidak setuju.

Gambar 12. Pengetahuan Responden Mengenai Pemilihan Obat Herbal yang Aman dan Efektif Perlu Memperhatikan Produsen Pembuatnya

(70)

itu dalam memilih obat herbal harus sangat ktitis memperhatikan produsen pembuat obat herbal baik nama maupun alamatnya, agar dapat menjamin kualitas, keamanan dan khasiat dari produk obat herbal yang konsumen beli/ konsumsi. Harmanto dan Subroto (2007) juga menyarankan untuk memilih produk obat herbal yang berkualitas dengan ciri-ciri diantaranya dijual ditempat-tempat resmi, nama dan alamat produsen jelas, memiliki merek dagang terdaftar, memiliki izin edar dari BPOM, memiliki klaim sesuai aturan, tercantum tanggal kadaluwarsa dan kode produksi.

8. Pengetahuan responden mengenai setiap kandungan yang ada pada obat herbal memiliki khasiat masing-masing

Pernyataan ke–9 yang tercantum pada kuesioner adalah “Saya tahu setiap kandungan yang ada pada Obat Herbal memiliki khasiat masing-masing”. Hasil dari kuesioner (Gambar 13) menyatakan bahwa 57,78% (52 responden) menjawab sangat setuju, 28,89% (26 responden) menjawab setuju, 7,78% (7 responden) menjawab tidak setuju dan 5,55% (5 responden) menjawab sangat tidak setuju.

(71)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 86,67% (78 responden). Hal ini menunjukkan bahwa responden memahami bahwa setiap kandungan yang ada pada obat herbal memiliki khasiat masing-masing. Namun ada sebagian responden (13,33%) cenderung tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Ini menunjukkan bahwa masih ada sebagian responden yang belum mengetahui bahwa setiap komposisi obat herbal seharusnya memiliki khasiatnya masing-masing sehingga mencegah terjadinya tumpang tindih manfaat antara bahan baku obat herbal yang satu dengan bahan yang lain. Menurut Handayani dan Suharmiati (2002), komposisi obat tradisional yang biasa diproduksi oleh industri obat tradisional dalam bentuk obat tradisional pada umumnya tersusun dari bahan baku yang sangat banyak dan bervariasi sehingga memungkinkan terjadinya tumpang tindih pemanfaatan tanaman obat.

Untuk mencegah terjadinya tumpang tindih khasiat dari bahan penyusun obat herbal yang digunakan maka diharapkan peran dari ahli obat herbal, tenaga kesehatan, ataupun pihak-pihak yang terkait untuk dapat memberikan informasi yang lebih lengkap dan dapat dipercaya.

9. Pengetahuan responden mengenai efek samping obat herbal

(72)

responden) menjawab tidak setuju dan 27,77% (25 responden) menjawab sangat tidak setuju.

Gambar 14. Pengetahuan Responden Mengenai Tidak Adanya Efek Samping yang Berbahaya pada Semua Obat Herbal

(73)

hal yang termasuk faktor ekstrinsik, antara lain salah identifikasi jenis obat atau tanaman, proses pengolahan dan kemasan tidak berkualitas, klaim atau iklan yang menyesatkan dan pemalsuan. Winata (2003) juga menegaskan bahwa sangat keliru bila mengganggap obat tradisional (obat herbal) tidak memiliki efek samping karena bagaimanapun tanaman obat sebagai bahan baku obat tradisional mengandung zat kimia yang dapat menimbulkan reaksi saat berinteraksi dengan tubuh.

Cara yang dapat dilakukan oleh ahli obat herbal, tenaga kesehatan, ataupun pihak-pihak yang terkait yaitu memberikan informasi mengenai obat herbal, khususnya menekankan bahwa obat herbal pun memiliki efek samping yang berbahaya jika tidak digunakan dengan tepat dan rasional.

10. Pengetahuan responden mengenai bahan kimia obat dalam obat herbal

(74)

Pada pernyataan ke–11 yang tercantum pada kuesioner adalah“Menurut saya obat herbal tidak boleh mengandung bahan kimia obat (BKO)”. Hasil dari kuesioner (Gambar 15) menyatakan bahwa sebanyak 87,78% (79 responden) menjawab sangat setuju, 7,78% (7 responden) menjawab setuju, 1,11% (1 responden) menjawab tidak setuju dan 3,33% (3 responden) menjawab sangat tidak setuju.

Gambar 15. Pengetahuan Responden Mengenai Tidak Bolehnya Obat Herbal Mengandung Bahan Kimia Obat (BKO)

(75)

11. Pengetahuan responden mengenai obat herbal yang memiliki banyak kegunaan bagi kesehatan

Pernyataan ke–12 yang tercantum pada kuesioner adalah “Saya tahu bahwa obat herbal memiliki banyak kegunaan bagi kesehatan”. Hasil dari kuesioner (Gambar 16) menyatakan bahwa sebanyak 42,22% (38 responden) menjawab sangat setuju, 45,56% (41 responden) menjawab setuju, 10% (9 responden) menjawab tidak setuju dan 2,22% (2 responden) menjawab sangat tidak setuju.

Gambar 16. Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal yang Memiliki Banyak Kegunaan bagi Kesehatan

(76)

hanya bermanfaat untuk pengobatan (kuratif), tetapi juga dapat bermanfaat dalam peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Oleh karena itu sangatlah tepat jika obat herbal dianggap memiliki banyak kegunaan bagi kesehatan.

12. Pengetahuan responden mengenai obat herbal yang dapat dijadikan pengobatan alternatif

Pernyataan ke–13 yang tercantum pada kuesioner adalah “Saya tidak tahu bahwa obat herbal dapat dijadikan pengobatan alternatif”. Hasil dari kuesioner (Gambar 17) menyatakan bahwa sebanyak 14,44% (13 responden) menjawab sangat setuju, 20% (18 responden) menjawab setuju, 47,78% (43 responden) menjawab tidak setuju dan 17,78% (16 responden) menjawab sangat tidak setuju.

Gambar 17. Pengetahuan Responden Mengenai Ketidaktahuan bila Obat Herbal yang Dapat Dijadikan Pengobatan Alternatif

(77)

sedangkan yang menyatakan setuju adalah sebanyak 34,44% (31 responden). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah mengetahui dan memahami bahwa obat herbal dapat dijadikan pengobatan alternatif. Redaksi Argo Media (2008) menyatakan bahwa obat herbal juga dapat membantu proses penyembuhan penyakit yang diderita oleh pasien jika setelah diupayakan ternyata penggunaan obat - obat kimiawi tidak memberikan perubahan terhadap penyakitnya. Oleh karena itu, sangatlah tepat jika obat herbal dijadikan pengobatan alternatif karena dengan menggunakan obat herbal dalam proses pengobatan maka dapat membantu proses penyembuhan penyakit yang pasien derita.

13. Pengetahuan responden mengenai obat herbal yang dapat dikonsumsi oleh semua orang dari segala usia

Pernyataan ke–14 yang tercantum pada kuesioner adalah“Menurut saya obat herbal dapat dikonsumsi oleh semua orang dari segala usia”. Hasil dari kuesioner (Gambar 18) menyatakan bahwa sebanyak 3,33% (3 responden) menjawab sangat setuju, 22,23% (20 responden) menjawab setuju, 43,33% (39 responden) menjawab tidak setuju dan 31,11% (28 responden) menjawab sangat tidak setuju.

(78)

Pada bagian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang boleh tidaknya obat herbal bila dikonsumsi oleh semua orang dari segala usia. Dari data, sebagian besar responden, yaitu sebesar 74,44% (67 responden) menyatakan bahwa obat herbal tidak boleh di konsumsi oleh semua orang dari segala usia, dalam arti tidak semua obat herbal aman dikonsumsi oleh segala usia. Sisanya yaitu 25,56% (23 responden) menyatakan bahwa obat herbal boleh di konsumsi oleh semua orang dari segala usia.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada beberapa responden yang mengatakan bahwa obat herbal boleh dikonsumsi oleh segala usia hal ini cukup berisiko. Dalam penggunaan obat baik obat konvensional maupun obat herbal tetap harus memperhatikan dan memperhitungkan faktor usia, karena faktor usia akan berpengaruh pada perhitungan dosis obat yang akan diberikan. Hal ini senada dengan pernyataan dari Stoklosa dan Ansel (1996) yang mengatakan bahwa umur seseorang menjadi pertimbangan dalam menentukan dosis obat untuk anak-anak dan orang yang lanjut usia.

Oleh karena itu, perlu diberikan informasi lebih lengkap oleh tenaga kesehatan maupun ahli obat herbal mengenai penggunaan obat herbal secara baik dan benar serta siapa-siapa saja yang boleh menggunakan obat herbal tersebut.

14. Pengetahuan responden mengenai kontraindikasi

(79)

(Gambar 19) menyatakan bahwa sebanyak 14,44% (13 responden) menjawab sangat setuju, 3,33% (3 responden) menjawab setuju, 15,56% (14 responden) menjawab tidak setuju dan 66,67% (60 responden) menjawab sangat tidak setuju.

Gambar 19. Pengetahuan Responden Mengenai Kontraindikasi

(80)

memperhatikan kondisi pengguna dan sebaiknya mengkonsultasikannya terlebih dahulu kepada dokter/apoteker ataupun dengan ahli obat herbal sebelum menggunakan obat herbal.

15. Pengetahuan responden mengenai perlunya konsultasi terlebih dahulu pada dokter/apoteker/ahli herbal dalam membeli dan mengkonsumsi obat herbal

Pernyataan ke-16 yang tercantum pada kuesioner adalah “Bagi saya dalam membeli dan mengkonsumsi obat herbal perlu dikonsultasikan terlebih dahulu pada dokter/apoteker/ahli herbal”. Hasil dari kuesioner (Gambar 20) menyatakan bahwa sebanyak 2,22% (2 responden) menjawab sangat setuju, 27,78% (25 responden) menjawab setuju, 64,44% (58 responden) menjawab tidak setuju dan 5,56% (5 responden) menjawab sangat tidak setuju.

(81)

Pada bagian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengetahuan responden mengenai perlu atau tidaknya berkonsultasi pada dokter/apoteker ataupun ahli obat herbal sebelum membeli dan menggunakan obat herbal. Hasil yang didapat yaitu sebanyak 30% (27 responden) menyatakan perlu berkonsultasi lebih dahulu dengan dokter/apoteker ataupun ahli obat herbal sebelum membeli dan menggunakan obat herbal dan sisanya sebanyak 70% (63 responden) menyatakan tidak perlu berkonsultasi lebih dahulu dengan dokter/apoteker ataupun ahli obat herbal sebelum membeli dan menggunakan obat herbal.

(82)

16. Pengetahuan responden mengenai penggunaan obat herbal boleh bersama-sama dengan obat konvensional (obat resep dokter maupun obat bebas)

Pernyataan ke-17 yang tercantum pada kuesioner adalah“Menurut saya penggunaan obat herbal boleh bersama-sama dengan obat konvensional (obat resep dokter maupun obat bebas), asal diberi jeda waktu minum”. Hasil dari kuesioner (Gambar 21) menyatakan bahwa sebanyak 8,89% (8 responden) menjawab sangat setuju, 13,33% (12 responden) menjawab setuju, 63,34% (57 responden) menjawab tidak setuju dan 14,44% (13 responden) menjawab sangat tidak setuju.

Gambar 21. Pengetahuan Responden Mengenai Penggunaan Obat Herbal Boleh Bersama-sama dengan Obat Konvensional (Obat Resep Dokter Maupun Obat Bebas)

(83)

obat konvensional (obat resep dokter maupun obat bebas) meskipun diberi jeda waktu minum. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah mengetahui dan memahami bahwa dalam menggunakan obat herbal tidak boleh bersama-sama dengan obat konvensional (obat resep dokter maupun obat bebas), meskipun diberi jeda waktu minum. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Winata (2003) yang menyatakan bahwa meminum obat tradisional (dalam hal ini obat herbal) sebaiknya tidak dicampur dengan obat paten yang diberikan oleh dokter, kecuali ada saran khusus dari dokter tersebut.

Harmanto dan Subroto (2007) juga menegaskan bahwa ketika herbal atau jamu dikonsumsi secara bersamaan dengan obat konvensional (obat resep dokter maupun obat bebas) mereka dapat berinteraksi didalam tubuh, menyebabkan perubahan kerja mereka dibandingkan bila digunakan secara terpisah. Selain itu, belum ada penelitian yang menyatakan tentang keamanan penggunaan herbal secara bersamaan dengan obat konvensional (obat resep dokter maupun obat bebas). Oleh karena itu dalam menggunakan obat herbal tidak boleh bersama-sama dengan obat konvensional (obat resep dokter maupun obat bebas) meskipun diberi jeda waktu minum, karena dapat mempengaruhi kesehatan dan keefektivitasan pengobatan.

17. Pengetahuan responden mengenai keamanan penggunaan obat herbal boleh bersama-sama dengan obat konvensional (obat resep dokter maupun obat bebas)

(84)

konvensional (obat resep dokter maupun obat bebas) itu selalu aman, meskipun diberi jeda waktu minum”. Hasil dari kuesioner (Gambar 22) menyatakan bahwa sebanyak 27,78% (25 responden) menjawab sangat setuju, 44,44% (40 responden) menjawab setuju, 23,34% (21 responden) menjawab tidak setuju dan 4,44% responden (4 responden) menjawab sangat tidak setuju.

Gambar 22. Pengetahuan Responden Mengenai Ketidaktahuan Responden tentang Keamanan Penggunaan Obat Herbal yang Boleh Bersama-sama dengan Obat Konvensional (Obat Resep Dokter Maupun Obat Bebas)

Pada bagian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengetahuan responden mengenai aman tidaknya bila obat herbal digunakan bersama-sama dengan obat konvensional meskipun diberi jeda waktu minum. Dari hasil yang didapat yaitu sebanyak 72,22% (65 responden) tidak tahu bahwa penggunaan obat herbal bersama-sama dengan obat konvensional itu selalu aman meskipun diberi jeda waktu minum. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 27,78% (25 responden) menyatakan tahu bahwa penggunaan obat herbal bersama-sama dengan obat konvensional itu selalu aman asal diberi jeda waktu minum.

(85)

bersama-sama dengan obat konvensional meskipun sudah diberi jeda waktu minum. Perlu adanya perhatian khusus dalam penggunaan obat herbal bersama-sama dengan obat konvensional, karena penggunaan obat herbal bersama-sama dengan obat konvensional tidak selalu aman. Hal ini disebabkan karena tidak sedikit zat kimia yang berasal dari obat konvensional dapat berinteraksi dengan bahan penyusun didalam obat herbal. Ini dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan yang dapat mengancam kesehatan. Supardi (1997) menegaskan bahwa penggunaan obat akan menjadi tidak efektif bila tidak sesuai indikasi, kombinasi beberapa zat untuk satu keluhan dapat menyebabkan terjadinya interaksi baik searah maupun berlawanan arah.

Untuk mencegah/menghindari komplikasi yang mungkin terjadi, sangat dianjurkan untuk memberitahu dokter mengenai obat herbal yang digunakan dan bila dikehendaki penggunaan obat herbal bersama-sama dengan obat konvensional maka penggunaannya perlu dibawah pengawasan dokter/apoteker atau ahli obat herbal.

18. Pengetahuan responden mengenai keterangan kadaluwarsa

Menurut Chosin (2001) waktu kadaluwarsa adalah salah satu penanda yang banyak digunakan sebagai indikator mutu dan keamanan terhadap paparan waktu.

1) Ada tidaknya tanggal kadaluwarsa

(86)

(Gambar 23) adalah sebagai berikut : yang menjawab sangat setuju sebanyak 51,11% (46 responden), 24,44% (22 responden) menjawab setuju, 8,89% (8 responden) menjawab tidak setuju dan 15,56% (14 responden) menjawab sangat tidak setuju.

Gambar 23. Pengetahuan Responden Mengenai Semua Obat Herbal Memiliki Tanggal Kadaluwarsa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab setuju pada pernyataan bahwa semua obat herbal memiliki tanggal kadaluwarsa, dengan persentase sebesar 75,56% (68 responden). 24,44% responden menyatakan bahwa obat herbal tidak memiliki tanggal kadaluwarsa. Hal tersebut tidak dapat dibenarkan karena obat herbal juga dapat mengalami penurunan mutu dan keamanan akibat kondisi lingkungan penanganan, pengangkutan dan penyimpanan sebelum digunakan (Chosin, 2001).

(87)

suplemen makanan dan pangan harus mencantumkan tanggal kadaluwarsa pada penandaan atau label dan pada pasal 6 dijelaskan bahwa penulisan tanggal kadaluwarsa, dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: tanggal ditulis dengan angka, bulan ditulis dengan huruf dan tahun ditulis dengan angka. Oleh karena itu disarankan bagi setiap industri obat herbal baik besar, kecil maupun rumahan seharusnya mencantumkan tanggal kadaluwarsa pada setiap kemasan obat herbal yang diproduksi dan diedarkan.

2) Obat herbal yang kadaluwarsa

Pernyataan yang ke-20 yang tercantum pada kuesioner adalah“Menurut saya obat herbal yang sudah kadaluwarsa masih boleh dikonsumsi”. Hasil dari kuesioner (Gambar 24) adalah sebagai berikut : yang menjawab sangat setuju sebanyak 1,11% (1 responden), 0% (0 responden) yang menjawab setuju, 3,33% (3 responden) menjawab tidak setuju dan 95,56% (86 responden) menjawab sangat tidak setuju.

(88)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab tidak setuju pada pernyataan obat herbal yang sudah kadaluwarsa masih boleh dikonsumsi, dengan persentase sebesar 98,89% (89 responden). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah mengetahui dan memahami bahwa obat herbal yang sudah kadaluwarsa tidak boleh dikonsumsi. Obat herbal yang sudah kadaluwarsa tidak boleh dikonsumsi karena dikhawatirkan obat herbal tersebut telah mengalami penurunan mutu dan keamanan sehingga menyebabkan terjadinya efek yang tidak diharapkan.

19. Pengetahuan responden mengenai obat herbal yang memiliki efek samping lebih ringan dibandingkan dengan obat modern (dengan bahan kimia obat)

(89)

Gambar 25. Pengetahuan Responden Mengenai Obat Herbal yang Memiliki Efek Samping Lebih Ringan Dibandingkan dengan Obat Modern (dengan Bahan Kimia Obat)

Gambar

Tabel I. Pengetahuan Responden tentang Obat Herbal Secara Umum....
Gambar 1. Karakteristik Usia Responden
Gambar 2. Karakteristik Jenis Kelamin Responden
Gambar 3. Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun nilai coarseness cenderung naik yang mengindikasikan serat semakin kasar sehingga semakin mudah membentuk ikatan antar serat dan serat semakin kaku karena indeks

[r]

Accordingly, a study on the supplementation of the lay- ing hens diets with mangosteen pericarp meal ( MPM) and VE was carried out to determine their effects on egg

Penggunaan Mikoriza secara umum akan memberikan manfaat yang besar bagi kesuburan tanah dalam jangka waktu yang panjang, terutama pada tanah-tanah yang kurang

Semakin tingginya tingkat persediaan barang menyebabkan perusahaan semakin cepat dalam melakukan penjualan barang dagang sehingga akan memperbesar laba operasi dan pada akhirnya juga

Perusahaan segera menyadari bahwa mereka bisa menggunakan data yang disimpan dalam sistem ini untuk membantu manajer membuat keputusan yang lebih

Penelitian pemasaran itik (pedaging) ini analisis data yang dilakukan meliputi karakteristik usahatani itik pedaging, identitas peternak responden, identitas

Setelah pengukuran awal, aset keuangan tersedia untuk dijual diukur dengan nilai wajar dengan keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi diakui dalam ekuitas sampai