• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI PEDESAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI PEDESAAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

NTP Provinsi Papua Barat Januari 2016 sebesar 99,14 atau turun 1,20 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Penurunan NTP dikarenakan laju Indeks Harga yang Diterima Petani (It) turun 0,68 persen lebih cepat dibandingkan laju Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang naik sebesar 0,53 persen.

Pada Januari 2016, menurut subsektor, NTP Perikanan (NTN) merupakan subsektor yang memiliki indeks tertinggi, yaitu sebesar 103,10. Sebaliknya, NTP Tanaman Pangan (NTPP) merupakan subsektor yang memiliki indeks terendah, yaitu sebesar 96,32. Menurut laju pertumbuhan indeks dibandingkan bulan sebelumnya, NTP Tanaman Pangan (NTPP) memiliki laju pertumbuhan tertinggi, yaitu naik 0,05 persen. Sebaliknya, NTP Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) memiliki laju pertumbuhan terendah, yaitu turun 2,37 persen.

Pada Januari 2016 terjadi inflasi perdesaan di Provinsi Papua Barat sebesar 0,99 persen terutama disebabkan oleh indeks kelompok bahan makanan, yaitu naik 2,00 persen.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Papua Barat Januari 2016 sebesar 107,56

atau naik 0,01 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

No.08/02/91 Th. X, 01 Februari 2016

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI DAN INFLASI PEDESAAN

PROVINSI PAPUA BARAT

1.

Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani

.

Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.

Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami

(2)

perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan. Selain NTP Perikanan secara umum yang dihitung di 33 provinsi termasuk Provinsi DKI Jakarta, Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di 8 (delapan) Kabupaten di Provinsi Papua Barat pada bulan Januari 2016, menunjukan bahwa NTP Provinsi Papua Barat mengalami penurunan sebesar 1,20 persen dibanding bulan Desember 2015 yaitu dari 100.35 menjadi 99,14. Hal ini disebabkan karena indeks harga hasil produksi pertanian umumnya turun lebih cepat dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani maupun untuk keperluan produksi pertanian umumnya.

Empat dari lima subsektor pada bulan Januari 2016 mengalami laju penurunan indeks NTP. Berikut Laju penurunan menurut subsektor, NTP subsektor hortikultura (-2,24%); NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat

(-2,37%); NTP subsektor peternakan (-0,01%)dan NTP subsektor perikanan (-0,87%). Sedangkan, laju kenaikan terjadi pada NTP subsektor tanaman pangan (0,05%).

2.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dari lima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam sesuai komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Januari 2016, secara agregat indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi Papua Barat mengalami penurunan sebesar 0,68 persen apabila dibandingkan dengan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada bulan Desember 2015, yaitu dari 121,08 menjadi 120,26.

Laju penurunan It di Provinsi Papua Barat bulan Januari 2016 disebabkan oleh adanya laju penurunan indeks terima pada tiga dari lima subsektor. Tiga subsektor tersebut meliputi, subsektor Hortikultura (-1,55%); subsektor tanaman perkebunan rakyat (-1,98%); dan subsektor perikanan (-0,50%). Sementara kenaikan indeks terima terjadi pada subsektor tanaman pangan (0,93%) dan subsektor peternakan (0,04%).

(3)

Tabel 1.

Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor Januari 2016

(2012=100)

Desember'15 Januari'16

[1] [2] [3] [4]

1. Tanaman Pangan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 117,69 118,79 0,93

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 122,24 123,33 0,89

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPP) 96,28 96,32 0,05

2. Hortikultura

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 124,53 122,60 -1,55

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 121,66 122,52 0,71

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPH) 102,36 100,06 -2,24

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 122,81 120,38 -1,98

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 119,88 120,36 0,40

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPR) 102,45 100,01 -2,37

4. Peternakan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 115,37 115,42 0,04

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 117,64 117,70 0,05

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPT) 98,07 98,06 -0,01

5. Perikanan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 126,22 125,59 -0,50

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 121,36 121,81 0,37

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTN) 104,01 103,10 -0,87

5.1. Perikanan Tangkap

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 128,37 127,62 -0,58

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 121,36 121,78 0,34

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTN) 105,77 104,79 -0,92

5.2. Pembudidaya Ikan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 109,71 110,00 0,26

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 121,33 122,04 0,58

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPi ) 90,43 90,14 -0,32

NTP Gabungan/ Provinsi Papua Barat NTP Gabungan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 121,08 120,26 -0,68 b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 120,65 121,30 0,53 c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTP) 100,35 99,14 -1,20

NTP Gabungan Tanpa Ikan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 120,45 119,61 -0,70 b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 120,57 121,23 0,55 c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTP) 99,90 98,66 -1,25

Subsektor Bulan Persentase

Perubahan

(4)

3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) berfluktuasi diakibatkan oleh harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar pada masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada bulan Januari 2016, Ib di Provinsi Papua Barat dilaporkan secara agregat mengalami kenaikan sebesar

0,53 persen bila dibandingkan Desember 2015, yaitu dari 120,65 menjadi 121,30. Kenaikan Ib tersebut terjadi karena seluruh subsektor mengalami kenaikan indeks bayar. Berikut kenaikan indeks menurut subsektor, subsektor tanaman pangan (0,89%); subsektor hortikultura (0,71%); subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,40%); subsektor peternakan (0,05%) dan subsektor perikanan (0,37%).

4. NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

Pada bulan Januari 2016 NTPP di Provinsi Papua Barat mengalami kenaikan sebesar 0,05 persen di bandingkan bulan Desember 2015 yaitu dari 96,28 menjadi 96,32. Kenaikan NTPP ini karena adanya laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih lambat yakni sebesar 0,93 persen bila dibandingkan dengan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang naik sebesar 0,89 persen.

Kenaikan It Januari 2016 karena adanya kenaikan indeks kelompok palawija sebesar 1,89 persen, sementara indeks kelompok padi tidak mengalami perubahan. Disisi lain, kenaikan Ib Januari 2016 karena adanya kenaikan pada indeks kelompok konsumsi rumah tangga petani sebesar 1,06 persen dan penurunan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,16 persen.

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada bulan Januari 2016, NTPH di Provinsi Papua Barat dilaporkan mengalami penurunan sebesar 2,24

persen apabila dibandingkan bulan Desember 2015 yaitu dari 102,36 menjadi 100,06. Penurunan NTPH ini karena adanya laju indeks harga yang diterima petani (It) turun relatif lebih cepat yakni sebesar 1,55 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yakni naik sebesar 0,71 persen.

Penurunan It bulan Januari 2016 karena adanya penurunan indeks harga kelompok sayur-sayuran sebesar

2,80 persen. Sebaliknya, terjadi kenaikan pada indeks harga kelompok buah-buahan sebesar 1,39 persen dan kelompok tanaman obat sebesar 0,85 persen. Disisi lain, kenaikan Ib bulan Januari 2016 ini dipicu oleh kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,97 persen dan penurunan indeks harga kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar -0,44 persen.

(5)

Tabel 2.

Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor dan Perubahannya

Januari 2016 (2012=100)

Desember'15 Januari'16

[1] [2] [3] [4]

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 117,69 118,79 0,93

- Pa di 117,20 117,20 0,00

- Pa l a wi ja 118,20 120,43 1,89

b. Indeks Dibayar Petani 122,24 123,33 0,89

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 123,57 124,88 1,06

- Indeks BPPBM 114,95 114,77 -0,16

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 124,53 122,60 -1,55

- Sa yur-s a yura n 122,55 119,11 -2,80

- Bua h-bua ha n 129,56 131,35 1,39

- Ta na ma n Oba t 112,30 113,25 0,85

b. Indeks Dibayar Petani 121,66 122,52 0,71

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 123,74 124,94 0,97

- Indeks BPPBM 113,23 112,73 -0,44

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks DiterimaPetani 122,81 120,38 -1,98

- Ta na ma n Perkebuna n Ra kya t (TPR) 122,81 120,38 -1,98

b. IndeksDibayarPetani 119,88 120,36 0,40

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 123,63 124,84 0,98

- Indeks BPPBM 112,15 111,13 -0,91

4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 115,37 115,42 0,04

- Terna k Bes a r 127,74 128,93 0,93

- Terna k Keci l 117,69 117,13 -0,48

- Ungga s 116,42 116,07 -0,30

- Ha s i l Terna k 108,50 108,33 -0,16

b. Indeks Dibaya rPetani 117,64 117,70 0,05

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 124,12 125,24 0,91

- Indeks BPPBM 109,06 107,72 -1,23

5. Perikanan Tangkap Dan Pembudidaya

a. Indeks Diterima Petani 126,22 125,59 -0,50

- Pena ngka pa n 128,37 127,62 -0,58

- Budi da ya 109,71 110,00 0,26

b. Indeks Dibayar Petani 121,36 121,81 0,37

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 125,86 127,21 1,07

- Indeks BPPBM 112,74 111,48 -1,11

5.1. Perikanan Tangkap

a. Indeks Diterima Petani 128,37 127,62 -0,58

- Pena ngka pa n La ut 128,37 127,62 -0,58

b. Indeks Dibayar Petani 121,36 121,78 0,34

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 125,90 127,26 1,07

- Indeks BPPBM 113,09 111,80 -1,14

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase

(6)

(Lanjutan Tabel 2.Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor dan Perubahannya)

Desember'15 Januari'16

[1] [2] [3] [4]

5.2. Perikanan Budidaya

a. Indeks Diterima Petani 109,71 110,00 0,26

- Budi da ya Ai r Ta wa r 119,81 118,99 -0,68

- Budi da ya La ut 106,68 107,32 0,60

- Budi da ya Ai r Pa ya u 100,00 100,00 0,00

b. Indeks Dibayar Petani 121,33 122,04 0,58

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 125,49 126,83 1,06

- Indeks BPPBM 110,04 109,04 -0,91

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase Perubahan

Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.

c.

Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada bulan Januari 2016 NTPR mengalami penurunan sebesar 2,37 persen apabila dibandingkan dengan Desember 2015 yaitu dari 102,45 menjadi 100,01, penurunan NTPR ini disebabkan oleh laju indeks harga yang diterima petani (It) turun relatif lebih cepat yakni sebesar 1,98 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,40 persen.

Penurunan It pada Januari 2016 ini karena adanya penurunan indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat yaitu sebesar 1,98 persen yaitu dari 122,81 menjadi 120,38. Disisi lain, kenaikan Ib pada bulan Januari 2016 dikarenakan adanya laju indeks kelompok konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan sebesar 0,98

persen dan penurunan laju indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,91 persen.

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada bulan Januari 2016, NTPT mengalami penurunan sebesar 0,01 persen apabila dibandingkan bulan Desember 2015 yaitu dari 98,07 menjadi 98,06, hal ini terjadi karena laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih lambat yakni sebesar 0,04 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,05 persen.

Kenaikan It pada Januari 2016 ini disebabkan karena terjadi kenaikan pada indeks harga pada kelompok kelompok ternak besar yakni sebesar 0,93 persen. Sementara, penurunan indeks harga yang diterima terjadi pada kelompok ternak kecil sebesar 0,48 persen, kelompok unggas sebesar 0,30 dankelompok hasil ternak sebesar 0,16

persen. Disisi lain, kenaikan Ib pada bulan Januari 2016 ini disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,91 persen dan penurunan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 1,23 persen.

e.

Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada bulan Januari 2016, terjadi penurunan NTNP sebesar 0,87 persen dibandingkan bulan Desember 2015 yaitu dari 104,01 menjadi 103,10. Penurunan NTNP ini dikarenakan laju indeks harga yang diterima petani (It) turun

(7)

relatif lebih cepat yakni sebesar 0,50 persen, dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,37 persen.

Penurunan It bulan Januari 2016 dikarenakan penurunan indeks harga kelompok perikanan tangkap yang sebesar 0,58 persen dan kenaikan indeks harga kelompok budidaya sebesar 0,26 persen. Di sisi lain, kenaikan Ib pada Januari 2016 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 1,07 persen dan penurunan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 1,11 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada Januari 2016, terjadi penurunan NTN sebesar 0,92 persen dibandingkan desember 2015 yaitu dari

105,77 menjadi 104,79. Penurunan NTN ini disebabkan karena laju indeks harga yang diterima petani (It) turun relatif lebih cepat yakni sebesar 0,58 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,34 persen.

Penurunan It Januari 2016 disebabkan adanya penurunan pada indeks harga kelompok penangkapan laut sebesar 0,58 persen. Disisi lain, kenaikan Ib Januari 2016 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 1,07 persen dan penurunan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 1,14 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada Januari 2016, terjadi penurunan NTPi sebesar 0,32 persen dibandingkan desember 2015 yaitu dari

90,43 menjadi 90,14. Penurunan NTPi ini disebabkan karena laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih lambat yakni sebesar 0,26 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,58 persen.

Kenaikan It Januari 2016 disebabkan adanya kenaikan indeks harga kelompok kelompok budidaya laut sebesar 0,60 persen dan indeks harga kelompok budidaya air tawar mengalami penurunan sebesar 0,68 persen. Sementara kelompok budidaya air payau tidak mengalami perubahan. Disisi lain, kenaikan Ib Januari 2016 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 1,06 persen dan penurunan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,91 persen.

5.

Indek Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada bulan Januari 2016, terjadi inflasi di daerah perdesaan secara regional di Provinsi Papua Barat sebesar 0,99 persen, hal ini terjadi karena lima dari tujuh kelompok pengeluaran rumah tangga yang mengalami kenaikan atau inflasi. Kelompok bahan makanan mengalami perubahan yang paling signifikan, yaitu naik sebesar

2,00 persen. Berikutnya, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,70%); kelompok perumahan

(0,42%); kelompok sandang (0,72%); kelompok kesehatan (0,88%). Sementara kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga (-0,10%) dan kelompok transportasi dan komunikasi (-1,34%) mengalami penurunan indeks harga.

(8)

Tabel 3

Inflasi Pedesaan Provinsi Papua Barat dan Nasional Menurut Kelompok Pengeluaran,

Januari 2016 (2012=100)

Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.

6.

NTUP Subsektor

NTUP merupakan nilai tukar (term of trade) antara barang/produksi pertanian dengan faktor produksi

yang dibutuhkan petani yang dinyatakan dalam persen. Pada Januari 2016 terjadi kenaikan NTUP Provinsi

Papua Barat sebesar

0,01

persen dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini karena perubahan indeks harga

yang diterima petani (It) turun relatif lebih lambat, yakni sebesar

0,676

persen, dibandingkan laju indeks

BPPBM yang mengalami penurunan sebesar

0,684

persen. Menurut subsektor, kenaikan NTUP terdapat

pada tiga dari lima subsektor penyusun NTUP. Subsektor yang mengalami kenaikan tersebut yaitu

subsektor tanaman pangan naik sebesar

1,10

persen; subsektor peternakan naik sebesar

1,29

persen dan

subsektor perikanan naik sebesar

0,62

persen. Sbaliknya subsektor hortikultura turun sebesar

-1,11

persen

dan subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar

1,09

persen.

Inflasi

Pedesaan

Provinsi

Inflasi

Pedesaan

Nasional

Januari

2016

Januari

2016

[2]

[3]

Konsumsi Rumah Tangga

0,99

0,83

Bahan Makanan

2,00

1,60

Makanan Jadi, Minuman, rokok, dan tembakau

0,70

0,93

Perumahan

0,42

0,40

Sandang

0,72

0,39

Kesehatan

0,88

0,53

Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga

-0,10

0,33

Transportasi dan Komunikasi

-1,34

-1,28

Kelompok Pengeluaran

(9)

Tabel 4

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian Provinsi Papua Barat per Subsektor, dan Persentase Perubahannya,

Januari 2016 (2012=100)

Subsektor Desember'15 Januari'16 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 102,38 103,51 1,10

2. Hortikultura 109,98 108,76 -1,11

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 109,51 108,32 -1,09

4. Peternakan 105,78 107,15 1,29

5. Perikanan 111,96 112,66 0,62

a. Tangkap 113,51 114,15 0,56

b. Budidaya 99,70 100,89 1,19

NTUP Provinsi Papua Barat 107,55 107,56 0,01

(10)

Diterbitkan oleh :

Bidang Statistik Distribusi

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

Jl. Trikora-Sowi IV No.99, Manokwari 98312.

Contact Person:

Kepala Bidang Statistik Distribusi

Hendra Wijaya, SST, M.Si (0813 4444 1704)

Referensi

Dokumen terkait

Pada pendekatan ini, akuntansi berkembang dari prinsip-prinsip mikroekonomi. Fokusnya terletak pada perusahaan secara individu yang memiliki tujuan untuk bertahan

Tuturan maaf yang dihasilkan antara lain permintaan maaf untuk memulai percakapan dengan sopan; permisi untuk meminta atensi dari lawan bicara, permintaan maaf telah melakukan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian tindakan kelas ini, diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja guru matematika Sekolah Menengah Kejuruan

Selain ayam ras, ternyata ayam buras mempunyai peranan yang cukup besar dalam pembangunan peternakan di Indonesia, sekaligus sebagai basis ekonomi petani dipedesaan

• Meningkatnya kondisi ekonomi konsumen triwulan III-2017 dipengaruhi oleh ketiga variabel pembentuknya, yaitu indeks volume konsumsi (103,82), indeks pengaruh

Dalam pelaksanaan PPL program studi Bimbingan dan Konseling, mahasiswa praktikan melakukan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah,

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini yaitu: (1) penyampaian materi oleh pakar tentang pengenalan software Phet serta penggunaan software Phet dalam