• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR RIA Seri: PERMENKP NO. 1 Tahun 2015 BALITBANG-KP, KKP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR RIA Seri: PERMENKP NO. 1 Tahun 2015 BALITBANG-KP, KKP"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

REGULATORY IMPACT ASSESSMENT (RIA)

PERMEN KP NO 1 TAHUN 2015 TENTANG

PENANGKAPAN LOBSTER

(Panulirus spp.)

,

KEPITING

(Scylla spp.)

DAN RAJUNGAN

(Portunuspelagicus spp.)

RINGKASAN

Kajian RIA (Regulatory Impact Assessment) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1/PERMEN-KP/2015 Tentang Penangkapan Lobster (Panulirus spp.), Kepiting (Scylla spp.) dan Rajungan (Portunuspelagicus spp.) dilakukan bersama-sama antara Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan - Badan Litbang Kelautan dan Perikanan dengan Indonesian Marine and Fisheries Socio Economic Research Network (IMFISERN).

Terbitnya regulasi Permen KP No 1 Tahun 2015 bertujuan untuk melindungi keberadaan dan ketersediaan jenis sumber daya lobster, kepiting dan rajungan. Hal tersebut akibat terus terjadinya penurunan populasi jenis sumber daya tersebut sebagai dampak dari upaya penangkapan yang berlebih di alam. Regulasi ini sebenarnya lebih bersifat antisipatif untuk menjaga kelangsungan sumber daya lobster, kepiting dan rajungan. Berdasarkan hasil kajian diketahui bahwa keberadaan regulasi Permen KP No 1 Tahun 2015 memberikan nilai manfaat regulasi yang lebih besar dibandingkan dengan biaya regulasi yang dikeluarkan.

(2)

Nilai tertinggi dari opsi tersebut diperoleh dari nilai manfaat ekonomi kelestarian sumber daya lobster, kepiting dan rajungan di alam. Hal ini sesuai dengan tujuan dari dikeluarkannya Permen KP No 1 Tahun 2015, yaitu melindungi keberadaan dan kelestarian sumber daya. Jika regulasi Permen KP No 1 Tahun 2015 dicabut, maka akan menghasilkan nilai biaya regulasi yang lebih besar dibandingkan dengan nilai manfaat yang diterima. Hal ini disebabkan besarnya biaya yang harus disediakan oleh pemerintah untuk melakukan restorasi atau pemulihan sumber daya ikan. Dan akhirnya akan memberikan dampak dalam jangka menengah dan panjang bagi kesejahteraan nelayan, pembudidaya, pengumpul dan seluruh pelaku usaha lobster, kepiting dan rajungan. Resume nilai manfaat dan biaya regulasi disajikan pada Tabel A.

A. LATAR BELAKANG

Permen KP No 1 Tahun 2015 diterbitkan berdasarkan pertimbangan atas latar belakang keberadaan dan ketersediaan Lobster (Panuliru sspp.), Kepiting (Scylla spp.), dan Rajungan (Portunuspelagicus spp.) telah mengalami penurunan populasi. Hal ini mendorong pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan upaya-upaya untuk melindungi keberadaan dan ketersediaan sumber daya tersebut. Upaya perlindungan dengan cara pembatasan penangkapan atas jenis sumber daya tersebut bertujuan tidak hanya semata-mata sebagai bentuk Tabel A. Resume Perbandingan Biaya dan Manfaat dari Kedua Skenario Opsi

Regulasi Opsi

Regulasi NPV Benefit (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)NPV Cost B/C Ratio Kesimpulan

Opsi I 49.774.896.306.858 25.306.980.526.147 1,967 Layak

Opsi II 25.434.056.623.848 49.811.292.981.944 0,511 Tidak Layak

Keterangan:

Opsi I: Tetap memberlakukan regulasi Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1/PERMEN-KP/2015 dan melakukan upaya-upaya intervensi pemerintah yang bertujuan mengurangi timbulnya gejolak-gejolak sosial ekonomi akibat dampak pemberlakuan regulasi tersebut. Opsi II: Mencabut regulasi Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1/PERMEN-KP/2015

(3)

konservasi sumber daya saja. Namun lebih jauh merupakan sebuah upaya untuk melindungi pekerjaan nelayan dalam jangka panjang. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa jika sumber daya tersebut hilang, maka secara otomatis akan hilang jenis pekerjaan nelayan yang memanfaatkan jenis sumber daya tersebut.

Beberapa lokasi di Indonesia merupakan sentra penangkapan lobster, kepiting dan rajungan. Sebagai contoh, penangkapan benih lobster umumnya dilakukan di wilayah Lombok dan Sumbawa, sementara penangkapan benih dan induk kepiting dan rajungan salah satunya marak terdapat di lokasi Kalimantan. Terbitnya Permen KP No 1 Tahun 2015 memberikan dampak terganggunya aktivitas penangkapan baik lobster maupun kepiting dan rajungan. Aktivitas penangkapan tersebut terganggu dan terhenti karena adanya aturan batas ukuran penangkapan lobster, kepiting dan rajungan yang justru selama ini menjadi target tangkapan nelayan di lokasi-lokasi tersebut. Berhentinya aktivitas penangkapan jenis sumber daya tersebut tidak hanya berdampak langsung terhadap nelayan saja. Kebijakan tersebut juga berdampak terhadap seluruh proses produksi yang melibatkan berbagai aktor di dalam satu kesatuan sistem produksi.

Selama ini kebutuhan konsumen terhadap kepiting bakau dihasilkan dari kegiatan penangkapan di alam. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (2014), trend volume ekspor kepiting dan rajungan menurun dalam kurun waktu 2 tahun terakhir. Pada tahun 2014, volume ekspor rajungan dan kepiting sebanyak 28.090 ton dengan nilai US$ 414,3 juta atau turun 18% dibandingkan tahun 2013 yang mencapai rajungan dan kepiting sebesar 34.172 ton dengan nilai US$ 359,3 juta. Dibandingkan dengan tahun 2012, volume ekspor kepiting dan rajungan tahun 2014 turun 0,4% yang hanya 28.211 ton dengan nilai US$ 329,7 juta.

Data tersebut di atas memberikan indikasi bahwa kepiting dan rajungan di alam makin menurun populasinya. Untuk itu dalam upaya melestarikan dan melindungi sumberdaya laut, Menteri Kelautan Perikanan mengeluarkan Peraturan Menteri KP Nomor 1 Tahun 2015 yang menetapkan batas ukuran tangkap pada beberapa komoditas seperti

(4)

lobster, kepiting bakau, dan rajungan. Peraturan tersebut dilengkapi juga dengan surat edaran yang menjelaskan juga detil ukuran lobster, kepiting bakau, dan rajungan yang diperbolehkan ditangkap. Khusus untuk kepiting yang diperbolehkan ditangkap berukuran lebar 15 cm atau setara 350-400 gram.

Tabel 1. Perkembangan Produksi Benih Lobster di Kabupaten Lombok Tengah Periode 2010 – 2014 No Tahun Produksi 1 2010 2.700.000 2 2011 2.725.000 3 2012 3.150.000 4 2013 4.773.000 5 2014 5.497.000 Sumber: DKP Provinsi NTB (2015)

B. PERUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN REGULASI Lobster

Permasalahan dan Kondisi Terkini di Lokasi Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur

Berdasarkan perhitungan Dinas KP Propinsi NTB, Tahun 2014 jumlah benih lobster yang dikirim keluar NTB sebanyak 5.497.000 ekor. Tabel 1 menyajikan data perkembangan produksi benih di Kabupaten Lombok Tengah. Terlihat bahwa terjadi peningkatan produksi benih dari periode tahun 2010 hingga tahun 2014.

Sementara itu, berdasarkan perhitungan Dinas KP Propinsi NTB, jumlah nelayan penangkap benih di NTB diperkirakan sebanyak ± 5.632 orang. Adapun jumlah pedagang pengumpul yang terhimpun dalam asosiasi pedagang lobster yang memiliki akses pengiriman benih keluar daerah sebanyak 22 orang pengumpul dengan jumlah pengiriman benih lobster sebesar 5.497.000 benih lobster per tahun (2014).

(5)

Saat ini, Permen KP No. 1/2015 telah berdampak pada aktifitas penangkapan lobster turun drastis (hampir 80%) sementara tidak tersedia aktifitas pekerjaan lainnya. Dampak yang terjadi saat ini adalah: a) Kesulitan mencukupi kebutuhan sehari-hari; b) Kesulitan membiayai anak sekolah; c) 80% karamba menganggur; d) Kejahatan meningkat/ keamanan wilayah menurun; e) Aktifitas ”bank harian” kembali meningkat; f) Pengumpul berpotensi kehilangan modal yang diberikan kepada nelayan (terutama modal yang dikeluarkan untuk KJA sesaat sebelum ada Permen 1/2015; g) Pendapatan nelayan saat ini menjadi Rp. 30.000 per hari, terutama bagi yang masih mempunyai perahu kecil untuk menangkap ikan.

Masing-masing pelaku usaha dan stakeholder pemerintah daerah memiliki persepsi yang berbeda terhadap diterbitkannya regulasi Permen KP No 1 Tahun 2015. Resume persepsi stakeholder dijabarkan di dalam Tabel 2.

(6)

Tabel 2. Persepsi Stakeholder Terhadap Permen KP No 1 Tahun 2015

Stakeholders Persepsi Terhadap Permen KP

No 1 Tahun 2015 Unsur Pemerintahan

1. Dinas Kelautan dan Perikanan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

2. Dinas Kelautan dan Perikanan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur

3. Dinas Kelautan dan Perikanan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah

Pendekatan kebijakan populis yang lebih berpihak kepada pelaku usaha lobster dengan lebih memilih untuk melakukan revisi Permen KP No 1 Tahun 2015

Unsur Pelaku Usaha

1. Nelayan penangkap benih lobster

2. Pembudidaya pembesaran lobster

3. Pengumpul (bakul) benih lobster

4. Pengumpul (bakul) lobster konsumsi

• Lebih memilih untuk tetap dilakukan penangkapan benih lobster meskipun hanya untuk keperluan budidaya lobster domestik

• Lebih memilih pelarangan export benih lobster tetapi dibolehkan untuk menangkap benih lobster untuk keperluan budidaya lobster domestik

• Lebih memilih untuk tetap dibolehkan menangkap dan menjual benih lobster meskipun tidak lagi untuk export

• Lebih memilih pelarangan export benih lobster tetapi dibolehkan untuk menangkap benih lobster untuk keperluan budidaya lobster domestik

Unsur Perguruan Tinggi

IMFISERN Korwil Bali dan Nusa Tenggara

Lebih memilih untuk mendukung Permen KP No 1 Tahun 2015 dengan alasan konservasi, tetapi tetap diberikan solusi untuk mengatasi dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan

(7)

Kepiting

Permasalahan dan Kondisi Terkini di Lokasi Kotamadya Tarakan Masalah yang terjadi adalah penangkapan dan perdagangan kepiting bertelur dalam jangka pendek sangat memberikan keuntungan ekonomi yang luar biasa bagi para pelaku usaha kepiting. Akibatnya, penangkapan dan perdagangan kepiting bertelur menjadi mata pencaharian utama bagi para pelaku usaha dari hulu hingga hilir karena kepiting semakin menjadi komoditas yang bernilai ekonomi tinggi. Akibatnya, volume penjualan kepiting bertelur terus meningkat dari waktu ke waktu untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri. Permasalahan di atas menimbulkan kekhawatiran makin menurunnya populasi kepiting bertelur di kawasan mangrove di Provinsi Kalimantan Utara. Dampak lanjutannya adalah sumber penghasilan pelaku usaha kepiting akan hilang dalam jangka panjang.

Usaha penangkapan kepiting di Kota Tarakan sebagian besar dilakukan oleh penjaga tambak udang/bandeng dan sebagian kecilnya menangkap di area mangrove dengan menggunakan alat tangkap ambau. Dengan demikian, kepiting yang diperjualbelikan berasal dari tambak dimana kepiting tersebut masuk ke tambak saat air pasang. Bagi pembudidaya tambak udang/bandeng, kepiting ini menjadi hama karena jika dibiarkan tetap berada di tambak akan memakan udang di tambak dan juga melubangi tambak sebagai upaya kepiting untuk keluar tambak. Akibatnya, para penjaga tambak memasang ambau untuk menjaring kepiting-kepiting tersebut untuk dibuang setelah dibinasakan. Pada saat harga kepiting tinggi, penjaga tambak mulai menjual kepiting hasil tangkapan mereka ke pengumpul sebagai penghasilan tambahan dari gaji yang diterima. Oleh karena permintaan kepiting makin meningkat maka penghasilan dari penjualan kepiting ini justru menjadi penghasilan utama bagi penjaga tambak, pengumpul, pengusaha/eksportir, kargo, dan usaha penerbangan. Dengan demikian, peraturan ini sangat memukul para pelaku usaha yang terlibat dalam perdagangan kepiting ini.

Kerugian yang ditanggung para pelaku usaha tersebut berkisar 50%—70% karena diakui bahwa selama ini kepiting yang dijual

(8)

adalah kepiting bertelur yang sekarang dilarang untuk ditangkap dan diperjualbelikan. Kerugian juga dirasakan oleh penerbangan swasta yang memberikan jasa pengiriman kepiting ke Jakarta dan Surabaya. Sementara itu, dampak peraturan ini bagi para petugas karantina dan pengawas PSDKP adalah menjadi sasaran protes dan tekanan dari para pelaku usaha karena fungsi mereka sebagai pintu masuk dan keluar dari perdagangan kepiting ini. Sayangnya, petugas ini tidak dibekali dengan sosialisasi dari pihak kementerian yang mengeluarkan peraturan ini. Kondisi ini ditambah dengan tidak adanya sanksi hukum yang tercantum dalam peraturan sehingga petugas tidak dapat mengambil tindakan tegas bagi para pelaku yang tertangkap menjual kepiting bertelur dan kepiting jantan di bawah ukuran yang telah ditetapkan.

Dampak peraturan ini justru mendorong perdagangan kepiting secara illegal dimana saat ini makin marak dilakukannya penjualan kepiting bertelur ke Tawau, Malaysia secara diam-diam sehingga seringkali harus bermain ‘kucing-kucingan’ dengan para petugas pengawas PSDKP, TNI AL dan POLAIRUD. Perdagangan illegal ini dipermudah dengan banyaknya aliran sungai yang menjadi jalan tikus bagi speedboat untuk bersembunyi dari kejaran petugas. Indikasi penjualan illegal ini juga didorong oleh oknum aparat keamanan di luar KKP yang mengambil pungutan liar (pungli) pada kapal-kapal yang mengangkut kepiting secara ilegal ke Tawau, Malaysia. Informasi yang diperoleh menyebutkan biaya pungli tersebut bisa mencapai Rp 10—15 juta per kapal. Diakui bahwa peraturan ini justru memberikan kesempatan atau peluang bagi oknum aparat di luar KKP dengan dalih penegakan hukum dari Permen No. 1 Tahun 2015 ini.

Tujuan Regulasi

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1/PERMEN-KP/2015 Tentang Penangkapan Lobster (Panulirus spp.), Kepiting (Scylla spp.) dan Rajungan (Portunuspelagicus spp.) bertujuan untuk melindungi keberadaan dan ketersediaan jenis sumber daya lobster, kepiting dan rajungan. Hal tersebut akibat terus terjadinya penurunan populasi jenis sumber daya tersebut sebagai dampak dari upaya

(9)

penangkapan yang berlebih di alam. Regulasi ini sebenarnya lebih bersifat antisipatif untuk menjaga kelangsungan sumber daya lobster, kepiting dan rajungan.

C. IDENTIFIKASI ALTERNATIF TINDAKAN

Dampak dari pemberlakuan Permen KP No 1/ 2015 tidak hanya terasa langsung bagi nelayan benih lobster, namun juga pada satu sistem produksi lobster secara keseluruhan yang melibatkan berbagai aktor atau pelaku usaha. Demikian halnya juga dengan kasus kepiting yang juga berdampak bagi keseluruhan sistem produksi. Dengan demikian, berdasarkan uraian permasalahan dan kondisi terkini serta tujuan regulasi yang akan dicapai, maka beberapa alternatif skenario regulasi yang dapat dilakukan adalah:

A. Opsi I: Tetap memberlakukan regulasi Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1/PERMEN-KP/2015 dan melakukan upaya-upaya intervensi pemerintah yang bertujuan mengurangi timbulnya gejolak-gejolak sosial ekonomi akibat dampak pemberlakuan regulasi tersebut. Intervensi pemerintah tersebut berupa (Tabel 3):

(10)

Tabel 3. Rencana Alokasi Bantuan Anggaran KKP ke Provinsi NTB Tahun 2015

No. Eselon I Uraian Alokasi

1. Ditjen

Perikanan Budidaya

• Paket pengembangan budidaya

untuk 900 Orang /80 kelompok (kebun bibit dan percontohan budidaya rumput laut, KJA, PUMM, dan benih bawal bintang, percontohan budidaya udang vaname, Blue Ekonomi-IMTA) Rp. 11. 438.640.000,-2. Ditjen Perikanan Tangkap • Pengembangan Perikanan

Tangkap (Kapal Ikan 20-30GT dan Sarpras Penangkapan Ikan).

Rp. 8.700.000.000,-3. Ditjen Kelautan dan Pesisir Pulau Pulau Kecil • Pembangunan Masyarakat

Pesisir di Lombok Barat untuk 100 kelompok (program International Fund Agriculture/ FAD), Pengembangan Tata Ruang dan Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan.

Rp.

13.700.000.000,-4. Ditjen

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan

• Pengembangan sarana dan

prasarana Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan.

Rp.

4.282.980.000,-5. Balitbang KP • Pembelian benih lobster ukuran

>50 gram untuk restocking. Rp.

3.060.000.000,-6. Tugas

Perbantuan

• Alokasi TP (Lombok Barat,

Tengah dan Timur) Rp. 21.009.000.000,-

7. Dekonsentrasi • Alokasi Dekon NTB, Rp.

13.518.000.000,-8. Dana Alokasi

Khusus (DAK)

• DAK Budidaya. Rp.

16.377.223.000,-TOTAL RENCANA BANTUAN TAHUN 2015 Rp.

(11)

B. Opsi II: Mencabut regulasi Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1/ PERMEN-KP/2015

D. ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT

Perhitungan analisis biaya dan manfaat dari dampak regulasi adalah menghitung besaran keuntungan dan kerugian yang akan diterima akibat opsi-opsi regulasi yang akan diambil.

A. Opsi I:

Tetap memberlakukan regulasi Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1/PERMEN-KP/2015 dan melakukan upaya-upaya intervensi pemerintah yang bertujuan mengurangi timbulnya gejolak-gejolak sosial ekonomi akibat dampak pemberlakuan regulasi tersebut.

(12)

Ta bel 4. P erhitung an Bia ya dan Manf aa t Re gulasi Opsi I URAIAN Tahun 0 1 2 3 4 5 MANF AA T MANF AA T LANGSUNG PEMERINT AH 9.686.613.366.177 9.686.613.366.177 9.686.613.366.177 9.686.613.366.177 9.686.613.366.177 9.686.613.366.177 PELAKU USAHA 177.840.000.000 177.840.000.000 177.840.000.000 177.840.000.000 177.840.000.000 177.840.000.000 TO TAL MANF AA T 9.864.453.366.177 9.864.453.366.177 9.864.453.366.177 9.864.453.366.177 9.864.453.366.177 9.864.453.366.177 B IAYA BIA YA LANGSUNG PEMERINT AH 92.209.843.000 101.418.427.300 111.547.870.030 122.690.257.033 134.946.882.736 148.429.171.010 PELAKU USAHA 1.525.547.700.000 1.373.483.700.000 1.373.483.700.000 1.373.483.700.000 1.373.483.700.000 1.373.483.700.000 TO TAL BIA YA 1.617.757.543.000 1.474.902.127.300 1.485.031.570.030 1.496.173.957.033 1.508.430.582.736 1.521.912.871.010 TO TAL BIA YA DENGAN MUL TIPLIER EFFECT 5.338.599.891.900 4.867.177.020.090 4.900.604.181.099 4.937.374.058.209 4.977.820.923.030 5.022.312.474.333 r1 0,075 DISCOUNT F A CT OR 1,00 0,93 0,87 0,80 0,75 0,70 PV MANF AA T 9.864.453.366.177 9.176.235.689.467 8.536.033.199.504 7.940.495.999.538 7.386.507.906.547 6.871.170.145.625 PV BIA YA 5.338.599.891.900 4.527.606.530.316 4.240.652.617.500 3.974.391.433.778 3.727.394.944.297 3.498.335.108.356 NPV MANF AA T 49.774.896.306.858 NPV BIA YA 25.306.980.526.147 B/C 1,967 Sumber : Da ta Pr imer diolah (2015)

(13)

Total NPV biaya regulasi yang muncul akibat dari regulasi Permen KP No 1/2015 berdasarkan opsi I sebesar Rp 25.306.980.526.147per tahun. Sementara total NPV manfaat regulasi yang diterima akibat regulasi Permen KP No 1/2015 berdasarkan opsi I sebesar Rp 49.774.896.306.858per tahun. Rasio manfaat dan biaya dari regulasi Permen KP No 1/2015 sebesar 1,967.

B. Opsi II:

Mencabut regulasi Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1/PERMEN-KP/2015 dan kegiatan usaha penangkapan benih lobster, penjualan benih lobster serta budidaya lobster berjalan seperti sebelumnya.

(14)

Ta bel 5. Resume Bia ya dan Manf aa t Re gulasi Opsi II URAIAN Tahun MANF AA T 0 1 2 3 4 5 MANF AA T LANGSUNG PEMERINT AH 92.209.843.000 92.209.843.000 92.209.843.000 92.209.843.000 92.209.843.000 92.209.843.000 PELAKU USAHA 1.525.547.700.000 1.412.907.700.005 1.412.907.700.010 1.412.907.700.015 1.412.907.700.020 1.412.907.700.025 TO TAL MANF AA T 1.617.757.543.000 1.505.117.543.005 1.505.117.543.010 1.505.117.543.015 1.505.117.543.020 1.505.117.543.025 TO TAL MANF AA T DENGAN MUL TIPLIER EFFECT 5.338.599.891.900 4.966.887.891.917 4.966.887.891.933 4.966.887.891.950 4.966.887.891.966 4.966.887.891.983 B

IAYA BIAYA LANGSUNG PEMERINT

AH 9.686.613.366.177 9.686.613.366.177 9.686.613.366.177 9.686.613.366.177 9.686.613.366.177 9.686.613.366.177 PELAKU USAHA 177.840.000.000 180.610.000.000 183.657.000.000 187.008.700.000 190.695.570.000 194.751.127.000 TO TAL BIA YA 9.864.453.366.177 9.867.223.366.177 9.870.270.366.177 9.873.622.066.177 9.877.308.936.177 9.881.364.493.177 r1 0,075 DISCOUNT F A CT OR 1,00 0,93 0,87 0,80 0,75 0,70 PV MANF AA T 5.338.599.891.900 4.620.360.829.690 4.298.010.074.144 3.998.148.906.194 3.719.208.284.844 3.459.728.637.076 PV BIA YA 9.864.453.366.177 9.178.812.433.653 8.541.066.839.309 7.947.876.441.512 7.396.134.164.174 6.882.949.737.120 NPV MANF AA T 25.434.056.623.848 NPV BIA YA 49.811.292.981.944 B/C 0,511 Sumber : Da ta Pr imer diolah (2015)

(15)

Total NPV biaya regulasi yang muncul akibat dari regulasi Permen KP No 1/2015 berdasarkan opsi II sebesar Rp 49.811.292.981.944per tahun. Sementara total NPV manfaat regulasi yang diterima akibat regulasi Permen KP No 1/2015 berdasarkan opsi II sebesar Rp 25.434.056.623.848per tahun. Rasio manfaat dan biaya dari regulasi Permen KP No 1/2015 sebesar 0,511.

Tabel 6. Perbandingan Biaya dan Manfaat dari Kedua Skenario Opsi Regulasi Opsi

Regulasi NPV Benefit (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)NPV Cost B/C Ratio Kesimpulan

Opsi I 49.774.896.306.858 25.306.980.526.147 1,967 Layak

Opsi II 25.434.056.623.848 49.811.292.981.944 0,511 Tidak Layak

Sumber: Data Primer diolah (2015) Keterangan:

Opsi I: Tetap memberlakukan regulasi Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1/PERMEN-KP/2015 dan melakukan upaya-upaya intervensi pemerintah yang bertujuan mengurangi timbulnya gejolak-gejolak sosial ekonomi akibat dampak pemberlakuan regulasi tersebut. Opsi II: Mencabut regulasi Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1/PERMEN-KP/2015

Terlihat dari Tabel 6, bahwa Opsi I menghasilkan perhitungan rasio manfaat dan biaya yang lebih dari 1. Hal ini menunjukkan bahwa opsi I dan II layak secara ekonomi untuk dilakukan. Sementara opsi II memiliki rasio manfaat dan biaya kurang dari 1 dan menandakan bahwa opsi II, yaitu pencabutan Permen KP No 1 Tahun 2015 tidak layak untuk dilakukan. Nilai tertinggi dari ketiga opsi teresbut diperoleh dari nilai manfaat ekonomi kelestarian sumber daya lobster di alam. Hal ini sesuai dengan tujuan dari dikeluarkannya Permen KP No 1 Tahun 2015, yaitu melindungi keberadaan dan kelestarian sumber daya.

KONSULTASI

Pelaksanaan Konsultasi sebagai bagian dari proses RIA melibatkan berbagai pihak, antara lain: KKP, Pemerintah Provinsi, Pemerintah

(16)

STRATEGI IMPLEMENTASI

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan tindakan alternatif yang dipilih adalah memberikan pilihan-pilihan kebijakan yang meliputi tiga dimensi waktu, yaitu jangka pendek, menengah dan panjang bagi seluruh pelaku usaha. Program-program pemerintah sebaiknya persentase terbesar diberikan bagi upaya-upaya yang bersifat mengatasi permasalahan jangka pendek dan menengah. Hal tersebut berarti persentase terbesar program dan anggaran lebih diarahkan kepada bentuk program-program pemberdayaan. Program yang bersifat pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan usaha yang bersifat jangka panjang juga perlu dilakukan namun dalam persentase yang lebih kecil di saat awal-awal kebijakan dan regulasi ini diterapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Catacutan, M.R, 2002. Growth and body composition of juvenile mud crab, Scylla serrata, fed different dietary protein and lipid levels and protein to energy ratio. Aquaculture, 208: 113-123. Karim, M. Y. 2005. Kinerja pertumbuhan Kepiting Bakau Betina (Scylla

serrata Forsskal) pada Berbagai Salinitas Media dan Evaluasinya pada Salinitas Optimum dengan Kadar Protein Pakan Berbeda. Disertasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 50 hal.

Sagala, L.S.S.S, M.Idris dan M.N. Ibrahim.2013. Perbandingan Pertumbuhan Kepiting Bakau (Scylla serrata) Jantan dan Betina Pada Metode Kurungan Dasar. Jurnal Mina Laut. Vol. 03 No. 12 Sep 2013. ISSN : 2303-3959. Hal (46 – 54).

(17)

Lampiran

(18)

Lampir an 1. Ur aian Bia ya Re gulasi Opsi I K omoditas Lobster Jenis P elaku Uraian Bia ya Besaran Bia ya A. P emer intah Pemer intah Pusa t (KKP) Pr og ram Ditjen Budida ya ber upa pak et pengembangan b udida ya untuk 900 Orang/80 kelompok (k eb un bibit dan b udida ya r umput laut, KJA, PUMM, dan benih ba w al bintang , percontohan b udida ya udang v aname , Blue Ek onomi-IMT A) 11.438.640.000 Pr og ram Ditjen Per ikanan Tangkap ber upa pengembangan P er ikanan

Tangkap (Kapal Ikan

20-30GT dan Sar pras P enangkapan Ikan). 8.700.000.000 Pr og

ram Balitbang ber

upa pembelian benih lobster ukuran >50 g

ram untuk r estoc king . 3.060.000.000 Pr og ram Ditjen KP3K Pembangunan Masy araka t P

esisir di Lombok Bara

t untuk 100 k elompok (IF AD), P engembangan Ta ta Ruang dan K onser vasi Ka w asan dan J enis Ikan. 13.700.000.000 Pr og ram Ditjen P2HP ber upa P engembangan sapras Pengolahan dan P emasaran Hasil P er ikanan. 4.282.980.000 Alokasi Tugas P

erbantuan (Lombok Bara

t, Tengah dan Tim ur) 21.009.000.000 Alokasi Dek onsentrasi untuk Pr ovinsi Nusa Tenggara Bara t 13.518.000.000 Alokasi Dana

Alokasi Khusus untuk k

eg iatan Budida ya 16.377.223.000 B. P elaku Usaha Nela

yan Benih Lobster

Hilangn

ya k

euntungan usaha kar

ena tidak dibolehkan menangkap benih

lobster (Jumlah Nela yan: 5.632; Bia ya Operasional: Rp 100.000/har i/nela yan; Jumlah har i menangkap: 240 har i; pr oduksi tangkapan: 40 ek or/har i/nela yan; Harga benih: Rp 17.000/ek or 838.041.600.000 Hilangn ya in vestasi kar ena tidak dibolehkan menangkap

benih lobster (In

vestasi per nela yan: Rp 20 juta; Jumlah nela yan benih: 5.632 nela yan) 112.640.000.000

Pengumpul Benih Lobster

Hilangn

ya pendapa

tan usaha kar

ena tidak dibolehkan memperjualbelikan

benih lobster (Jumlah

Pengumpul Benih Besar NTB:

22 orang; Pr oduksi Benih: 5.497.000 benih/tahun) 131.760.000.000 Hilangn ya in vestasi kar ena pinjaman bag i nela

yan tidak dapa

t k embali: Pinjaman ke nela yan: Rp 10 juta/nela yan; Jumlah nela yan berhutang: 3.942 39.424.000.000 Budida ya Lobster Berkurangn ya pendapa tan usaha akiba t tingg in ya harga benih lobster . Jumlah unit KJA: 6.449 unit. 56.106.300.000 Sumber : Da ta Pr imer diolah (2015)

(19)

an 2. Ur aian Manf aa t Re gulasi Opsi I K omoditas Lobster Jenis P elaku Uraian Manf aa t Besaran Manf aa t A. P emer intah Pemer intah Pusa t (KKP) Pemer intah Daerah Meningka tn ya potensi ek

onomi dan kualitas

sumber da ya lobster (Asumsi: Estimasi Potensi Lobster : 7.759 ton, dengan JTB 80% maka ter sisa di alam 1.551,80 ton, diantaran

ya induk lobster seban

yak 1.241 ton (setara 2.482.880

ek

or) ukuran 500 g

ram).

Sa

tu Induk lobster menghasilkan

+

500.000 b

utir

,

dengan SR 0,001% telur selama 12 – 14 b

ulan akan menjadi 446.918.400 ek

or

atau setara dengan 89.383.680 kg lobster ukuran

200 g

ram.

Dengan asumsi

bahw

a harga lobster perkg adalah USD 30 (USD1=Rp

. 13.000) 9.683.232.000.000 B. P elaku Usaha Nela

yan Benih Lobster

Pengumpul Benih Lobster Budida

ya Lobster Alter na tif pendapa tan b udida ya bibit r umput laut: 900 orang; pr oduksi benih 6 ton; harga Rp 2.000 21.600.000.000 Alter na tif pendapa tan nela yan

Tuna dengan kapal

20 GT : 19 kapal; K euntungan per tahun: Rp 160.000.000/kapal 3.093.333.333

Pembelian benih lobster ukuran >50 g

ram untuk r estoc king . 3.060.000.000 : Da ta Pr imer diolah (2015)

(20)

Lampir an 3. Ur aian Bia ya Re gulasi Opsi II K omoditas Lobster Jenis P elaku Uraian Bia ya Besaran Bia ya A. P emer intah Pemer intah Pusa t (KKP) Pemer intah Daerah Menur unn ya potensi ek

onomi dan kualitas sumber da

ya lobster (Asumsi:

Estimasi P

otensi Lobster

: 7.759 ton,

dengan JTB 80% maka ter

sisa di

alam

1.551,80 ton,

diantaran

ya induk lobster seban

yak 1.241 ton (setara

2.482.880 ek

or) ukuran 500 g

ram).

Sa

tu Induk lobster menghasilkan

+

500.000 b

utir

, dengan SR 0,001% telur selama

12 – 14 b

ulan akan

menjadi 446.918.400 ek

or a

tau setara dengan 89.383.680 kg lobster

ukuran 200 g

ram.

Dengan asumsi bahw

a harga

lobster perkg adalah

USD 30 (USD1=Rp . 13.000) 9.683.232.000.000 B. P elaku Usaha Nela

yan Benih Lobster

Bia

ya in

vestasi menangkap

benih lobster

(In

vestasi per nela

yan: Rp 20 juta; Jumlah nela yan benih: 5.632 nela yan) 112.640.000.000

Pengumpul Benih Lobster

Bia ya in vestasi nela yan: Pinjaman k e nela yan: Rp 10 juta/nela yan; Jumlah nela yan berhutang: 3.942 nela yan 39.424.000.000 Budida ya Lobster Menur unn ya P endapa tan usaha akiba t tingg in ya harga benih lobster . Jumlah unit KJA: 6.449 unit; T otal Bia ya Operasional: Rp 57.100.000/ tahun; Total P ener imaan: Rp 48.400.000/tahun 56.106.300.000 Bia ya In vestasi k eramba: 6.449 unit; sebesar Rp 19,030,000/unit 49.089.788.000 Sumber : Da ta Pr imer diolah (2015)

(21)

an 4. Ur aian Manf aa t Re gulasi Opsi II K omoditas Lobster Jenis P elaku Uraian Manf aa t Besaran Manf aa t A. P emer intah Pemer intah Pusa t (KKP) Menghema t anggaran pemer intah dalam bentuk pr og ram-pr og ram pemberda yaan akiba t tidak diberlakukann ya r egulasi 92.085.843.000 B. P elaku Usaha Nela

yan Benih Lobster

keuntungan usaha kar

ena dibolehkan menangkap benih

lobster (Jumlah Nela yan benih: 5.632 nela yan; Bia ya Operasional: Rp 100.000/har i/nela yan; Jumlah har i menangkap: 240 har i; pr oduksi tangkapa n: 40 ek or/har i/nela yan; Harga benih: Rp 18.000/ek or 838.041.600.000

Pengumpul Benih Lobster

Pendapa

tan usaha kar

ena dibolehkan memperjualbelikan

benih

lobster (Jumlah

Pengumpul Benih Besar NTB:

22 orang; Pr oduksi Benih: 7 juta benih/tahun; Bia ya operasional: Rp 3,850,240,000,000/tahun; P endapa tan: Rp 7,700,000,000,000/tahun 3.849.760.000.000 : Da ta Pr imer diolah (2015)

(22)

Lampir an 5. Ur aian Bia ya Opsi I P ar a P elaku Usaha K epiting Pener ima ker ug ian Indika tor Ker ug ian/Cost (Rp/T ahun) Keterangan Pega w ai Dinas KP - Ber tambahn ya w aktu k erja bag i petugas, 15.000.000 5 x 12 b

ulan x 5 liter x Rp 10.000 x 5 orang

Stasiun Karantina

-

Ber

tambahn

ya w

aktu dan bia

ya untuk

melakukan penga

w

asan dan pemer

iksaan 100.000.000 Bia ya dianggarkan dar i APBNP 2015 PSDKP Ber tambahn ya w aktu k erja bag i petugas, 9.000.000 5 x 12 b ulan x Rp . 150.000 Pengusaha - Kehilangan pendapa tan usaha k epiting 360.000.000.000 Ker ug ian ek onomi akiba t pen yitaan k epiting -

1 orang pengusaha memiliki pengumpul 10 orang

- Resik o Pungli apara t k emanan di luar KKP 200.000.000 - Oknum apara t di luar KKP menga tasnamakan pera turan mem ungut bia ya

untuk meloloskan peng

iriman k epiting k eluar pulau - Resik o Bia ya peng

iriman lebih mahal

melalui boa t k e T aw aw 140.000.000 - Peng iriman ilegal Pengumpul - Kehilangan ma ta pencahar ian utama 1.188.000.000 - Ra ta-ra

ta 1 orang per har

i 20 kg

-

1 org pengumpul memiliki langganan 20 orang nela

yan Nela yan - Kehilangan ma ta pencahar ian utama 93.600.000 -

1 orang per har

i 3-4 kg @Rp . 65.000,- x 4 kg Pemb udida ya -

Pemilik tambak har

us men

yediakan bia

ya

operasional (uang makan) bag

i penjaga tambak 8.400.000 - Sebelumn ya bia

ya ini digantikan oleh hasil penangkapan k

epiting di tambak

yang mana hasil k

epiting lebih besar dibanding hasil di tambak

-

Sulitn

ya mencar

i tenaga k

erja di tambak kar

ena pek erja pek erja di tambak mer upakan penangkap k epiting di tambak -

Keamanan tambak terancam kar

ena marakn ya perampokan/pembajakan - Ker ug ian sosial y ang diakiba tkan - Kar ena bia ya hidup di Tarakan tingg i,pek

erja memilih pulang kampung

(Sula w esi) Per usahaan Cargo Penur

unan kuota peng

iriman k epiting melalui cargo 3.600.000.000 - Sebelum adan ya P er men No 1, ra ta-ra ta per har

i cargo Minimal 5 ton x

Rp

4000,--

Setelah adan

ya pera

turan mengalami penur

unan 50-70%

Per

usahaan

Penerbangan

Penur

unan kuota peng

iriman k epiting melalui bandara 9.000.000.000 - Sebelum adan ya P er men No 1, ra ta-ra ta per har

i cargo Minimal 5 ton x

Rp 10.000,

-

Setelah per

men mengalami penur

unan 70%

Sumber

: Da

ta Pr

(23)

an 5. Ur aian Bia ya Opsi I P ar a P elaku Usaha K epiting Pener ima ker ug ian Indika tor Ker ug ian/Cost (Rp/T ahun) Keterangan w ai Dinas - Ber tambahn ya w aktu k erja bag i petugas, 15.000.000 5 x 12 b

ulan x 5 liter x Rp 10.000 x 5 orang

-

Ber

tambahn

ya w

aktu dan bia

ya untuk

melakukan penga

w

asan dan pemer

iksaan 100.000.000 Bia ya dianggarkan dar i APBNP 2015 Ber tambahn ya w aktu k erja bag i petugas, 9.000.000 5 x 12 b ulan x Rp . 150.000 - Kehilangan pendapa tan usaha k epiting 360.000.000.000 Ker ug ian ek onomi akiba t pen yitaan k epiting -

1 orang pengusaha memiliki pengumpul 10 orang

- Resik o Pungli apara t k emanan di luar KKP 200.000.000 - Oknum apara t di luar KKP menga tasnamakan pera turan mem ungut bia ya

untuk meloloskan peng

iriman k epiting k eluar pulau - Resik o Bia ya peng

iriman lebih mahal

melalui boa t k e T aw aw 140.000.000 - Peng iriman ilegal - Kehilangan ma ta pencahar ian utama 1.188.000.000 - Ra ta-ra

ta 1 orang per har

i 20 kg

-

1 org pengumpul memiliki langganan 20 orang nela

yan yan - Kehilangan ma ta pencahar ian utama 93.600.000 -

1 orang per har

i 3-4 kg @Rp

. 65.000,- x 4 kg

udida

ya

-

Pemilik tambak har

us men

yediakan bia

ya

operasional (uang makan) bag

i penjaga tambak 8.400.000 - Sebelumn ya bia

ya ini digantikan oleh hasil penangkapan k

epiting di tambak

yang mana hasil k

epiting lebih besar dibanding hasil di tambak

-

Sulitn

ya mencar

i tenaga k

erja di tambak kar

ena pek erja pek erja di tambak mer upakan penangkap k epiting di tambak -

Keamanan tambak terancam kar

ena marakn ya perampokan/pembajakan - Ker ug ian sosial y ang diakiba tkan - Kar ena bia ya hidup di Tarakan tingg i,pek

erja memilih pulang kampung

(Sula w esi) usahaan Cargo Penur

unan kuota peng

iriman k epiting melalui cargo 3.600.000.000 - Sebelum adan ya P er men No 1, ra ta-ra ta per har

i cargo Minimal 5 ton x

Rp

4000,--

Setelah adan

ya pera

turan mengalami penur

unan 50-70%

usahaan

Penur

unan kuota peng

iriman k epiting melalui bandara 9.000.000.000 - Sebelum adan ya P er men No 1, ra ta-ra ta per har

i cargo Minimal 5 ton x

Rp 10.000,

-

Setelah per

men mengalami penur

unan 70% : Da ta Pr imer diolah (2015) an 6. Ur aian Manf aa t Opsi I P ar a P elaku Usaha K epiting Pener ima Manf aa t Indika tor Manf aa t/Benefit (Rp/T ahun) Keterangan Dinas KP K ota Tarakan -

Kinerja dinas meningka

t 60.000.000 12 b ulan x Rp . 5.000.000 PSDKP -

Kinerja dinas meningka

t 36.000.000 12 b ulan x Rp . 3.000.000 Sta tsiun Karantina -

Kinerja dinas meningka

t 36.000.000 12 b ulan x Rp . 3.000.000 Oknum apara t keamanan - Mem ungut pungli 200.000.000 20 kapal x Rp . 10.000.000 Juragan/tok e di Mala ysia - Memper oleh k epiting Tarakan sebagai pr oduk ekspor Mala ysia 150.000.000.000 5 ton x 5 b ulan x Rp . 200.000 Pemilik boa t Usaha se w a boa t untuk peng iriman k epiting k e T aw aw illegal 140.000.000 -

Usaha ini dilakukan secara illegal (tidak memimiliki ijin boa

t, sura

t

asal barang

, dan ijin imig

rasi) Sumberda ya dan Lingkungan Meningka tn ya sumberda ya kepiting 3.049.366.176,54 Asumsi: Nilai manf aa t fungsi ek osistem mang ro ve sebagai pen yedia kepiting: Rp . 2.972.091,79/hektar/ tahun; luasan mang ro ve Tarakan: 1.026 Ha : Da ta Pr imer diolah (2015)

(24)

Lampir an 7. Ur aian Bia ya Opsi II P ar a P elaku Usaha K epiting Pener ima Ker ug ian Indika tor Bia ya/Ker ug ian (Rp/T ahun) Keterangan Dinas KP K ota Tarakan

- Kinerja dinas tidak terdapa

t peningka tan 60.000.000 12 b ulan x Rp . 5.000.000 PSDKP

- Kinerja dinas tidak terdapa

t peningka tan 36.000.000 12 b ulan x Rp . 3.000.000 Sta tsiun Karantina

- Kinerja dinas tidak terdapa

t peningka tan 36.000.000 12 b ulan x Rp . 3.000.000 Oknum apara t k eamanan di lur KKP - Mem ungut pungli 200.000.000 20 kapal x Rp . 10.000.000 Juragan/tok e di Mala ysia - Memper oleh k epiting Tarakan sebagai pr

oduk ekspor Mala

ysia 150.000.000.000 5 ton x 5 b ulan x Rp . 200.000 Pemilik boa t - Usaha se w a boa t untuk peng iriman kepiting k e T aw aw illegal 140.000.000

- Usaha ini dilakukan secara illegal (tidak memimiliki ijin boa

t, sura

t asal barang

, dan ijin imig

rasi) Sumberda ya dan Lingkungan - Menur unn ya sumberda ya k epiting 3.049.366.176,54 Asumsi: Nilai manf aa t fungsi ek osistem mang ro ve sebagai pen yedia k epiting: Rp . 2.972.091,79/hektar/ tahun; luasan mang ro ve Tarakan: 1.026 Ha Sumber : Da ta Pr imer diolah (2015)

(25)

an 8. Ur aian Manf aa t Opsi II P ar a P elaku Usaha K epiting Pener ima Manf aa t Indika tor Manf aa t/Benefit (Rp/ Tahun) Keterangan Pega w ai Dinas KP - Berkurangn ya w aktu k erja bag i petugas, 15.000.000 5 x 12 b

ulan x 5 liter x Rp 10.000 x 5 orang

Stasiun Karantina

- Berkurangn

ya w

aktu dan bia

ya

untuk melakukan penga

w asan dan pemer iksaan 100.000.000 Bia ya dianggarkan dar i APBNP 2015 PSDKP Berkurangn ya w aktu k erja bag i petugas, 9.000.000 5 x 12 b ulan x Rp . 150.000 Pengusaha - Terjagan ya pendapa tan usaha k epiting 360.000.000.000 Ker ug ian ek onomi akiba t pen yitaan k epiting

- 1 orang pengusaha memiliki pengumpul 10 orang

- Resik o Pungli apara t k emanan di luar KKP k ecil 200.000.000 - Oknum Apara t di luar KKP menga tasnamakan pera turan mem ungut bia

ya untuk meloloskan peng

iriman kepiting k eluar pulau - Tidak adan ya r esik o bia ya peng iriman

lebih mahal melalui boa

t k e T aw aw 140.000.000 - P eng iriman ilegal Pengumpul - Terjagan yama ta pencahar ian utama 1.188.000.000 - Ra ta-ra

ta 1 orang per har

i 20 kg

- 1 org pengumpul memiliki langganan 20 orang nela

yan Nela yan - Terjagan yama ta pencahar ian utama 93.600.000

- 1 orang per har

i 3-4 kg @Rp

. 65.000,- x

(26)

Pener ima Manf aa t Indika tor Manf aa t/Benefit (Rp/ Tahun) Keterangan Pemb udida ya - P

emilik tambak tidak har

us men yediakan bia ya operasional (uang makan) bag i penjaga tambak 8.400.000 - Sebelumn ya bia

ya ini digantikan oleh hasil

penangkapan k

epiting di tambak y

ang

mana hasil k

epiting lebih besar dibanding

hasil di tambak - Sulitn

ya mencar i tenaga k erja di tambak kar ena pek erja pek erja di tambak mer upakan penangkap k epiting di tambak - K

eamanan tambak terancam kar

ena marakn ya perampokan/pembajakan - K er ug ian sosial y ang diakiba tkan - Kar ena bia ya hidup di Tarakan tingg i,pek

erja memilih pulang kampung

(Sula w esi) Per usahaan Cargo Terjagan ya kuota peng iriman k epiting melalui cargo 3.600.000.000 - Sebelum adan ya P er men No 1, ra ta-ra ta per har

i cargo Minimal 5 ton x Rp

4000,-- Setelah adan ya pera turan mengalami penur unan 50-70% Per usahaan Penerbangan Terjagan ya kuota peng iriman k epiting melalui bandara 9.000.000.000 - Sebelum adan ya P er men No 1, ra ta-ra ta per har

i cargo Minimal 5 ton x Rp

10.000, - Setelah per

men mengalami penur

unan 70% Sumber : Da ta Pr imer diolah (2015) Lanjutan Lampir an 8

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Produksi Benih Lobster di Kabupaten Lombok  Tengah Periode 2010 – 2014 No Tahun Produksi  1 2010 2.700.000 2 2011 2.725.000 3 2012 3.150.000 4 2013 4.773.000 5 2014 5.497.000 Sumber: DKP Provinsi NTB (2015)
Tabel 2. Persepsi Stakeholder Terhadap Permen KP No 1 Tahun 2015
Tabel 3. Rencana Alokasi Bantuan Anggaran KKP ke Provinsi NTB Tahun 2015
Tabel 6. Perbandingan Biaya dan Manfaat dari Kedua Skenario Opsi Regulasi Opsi

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan, (Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surabaya, 2005).. Zakat, Penghasilan yang diperoleh dan harta yang dimiliki oleh setiap pribadi muslim adalah

2 Zakky Fajari, Amiek Soemarmi, Untung Dwi Hananto,”Pelaksanaan Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2015 Tentang Penangkapan Lobster

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 25/PERMEN-KP/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2015-2019 (Berita Negara Republik Indonesia

Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kelautan nomor 57 tahun 2014 tentang larangan transhipment ikan di laut menimbulkan dampak baik positif maupun negatif.Kegiatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa time budget pressure, kontrol kualitas serta skeptisme profesional auditor memiliki pengaruh terhadap tindakan premature sign

Angka toleransi penguap- an ini berlaku untuk semua jenis BBM, mulai minyak tanah, solar, bensin, sampai avtur yang diangkut kapal tanker dari kilang minyak menuju depo

Sesuai dengan Permen KP Nomor 25/permen-kp/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2015-2019 bahwa pengembangan sistem karantina

Berdasarkan analisa beban harian, perubahan beban utama mempengaruhi perubahan tegangan dan frekuensi output dari IMAG, hal ini disebabkan karena pengontrol beban