• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng - Repositori UIN Alauddin Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peranan Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng - Repositori UIN Alauddin Makassar"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam

Pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Alauddin Makassar

Oleh

SIRAJUDDIN

NIM. 20100111096

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Sirajuddin

NIM : 20100111096

Tempat/Tanggal Lahir : Paroto/20 Desember 1992

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah Dan Keguruan

Alamat : Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng.

Judul : Peranan Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam Di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng.

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa Skripsi ini adalah

hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan duplikat,

tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebahagian atau seluruhnya, maka skripsi dan

gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Demikian surat penyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Makassar, Januari 2016

Penyusun,

SIRAJUDDIN

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

هباحصاو هلا ىلعو دمحم ان ديس نيلسرملاو ءايبنلاا فرسا ىلع ملاّسلاو ةلاّصلاو نيملاعلا ّبر لله دمحلا .نيعمجا

Segala puja dan puji bagi Allah, seru sekalian alam, Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad Saw. para sahabat, keluarga serta pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa sejak persiapan dan proses penelitian hingga pelaporan hasil penelitian ini terdapat banyak kesulitan dan tantangan yang di hadapi, namun berkat ridha dari Allah Swt. dan bimbingan berbagai pihak maka segala kesulitan dan tantangan yang dihadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, lewat tulisan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Dari lubuk hati yang terdalam penulis mengucapkan permohonan maaf dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya Kepada Ayahanda H. Hodding dan Ibunda H. Sumarni tercinta yang dengan penuh cinta dan kesabaran serta kasih sayang dalam membesarkan serta mendidik penulis yang tak henti-hentinya memanjatkan doa demi keberhasilan dan kebahagiaan penulis. Serta kepada seluruh keluarga dan sahabat-sahabat saya yang tercinta yang selalu memberikan semangat kepada penulis. Begitu pula penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Musafir Pabbabari,M.Si., Pembantu Rektor I Prof. Dr. Mardan, M.Ag. Pembantu Rektor II Prof. Dr. A. Lomba Sultan, M.A., Pembantu Rektor III Prof. Dr. Aisyah Kara, M.Ag sebagai Pimpinan di Perguruan Tinggi tempat penulis mengikuti studi program Sarjana.

2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar Dr. H. Muhammad Amri, Lc., M.Ag. beserta Wakil Dekan I Dr. Muljono Damopoli, M. Ag. Wakil Dekan II Dr. Misykat Malik Ibrahim, M.Si., II, dan Wakil Dekan III Dr. H. Syahruddin, M.Pd, serta para staf yang senantiasa memberikan pelayanan administratif kepada penulis selama menempuh perkuliahan program sarjana.

(5)

4. Drs. H. Chaeruddin B., M.Pd.I selaku pembimbing I dan Drs. H. Andi Achruh, M.Pd.I selaku pembimbing II yang telah memberi arahan, koreksi, pengetahuan baru dalam penyusunan skripsi ini, serta membimbing penulis sampai tahap penyelesaian. 5. Ucapan terima kasih kepada Kepala SDN 124 Paroto, Ketua Komite Sekolah, dan guru PAI serta staf yang telah membantu memberikan data dan informasi dari sekolah terkait dengan penelitian ini.

6. Para dosen, karyawan dan karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang secara konkrit memberikan bantuannya baik langsung maupun tak langsung. 7. Terkhusus ucapan terima kasih kepada kedua orang tuaku dan semua keluarga yang

selalu mendoakan dan memotivasi penulis sampai tahap penyelesaian.

8. Sahabat-Sahabatku Ahmad Raiz (Rhino), Ahmad Rizal (Dg.ichal), Irfan Baharuddin (Ippank), Emil Salim, Hasby, Malik serta teman-teman yang lain yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu-persatu yang selalu memberikan motivasi, bersama melewati masa kuliah dengan penuh kenangan dan dorongan serta selalu memberikan semangat sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Rekan-rekan seperjuangan (Ahmad Sufianto, Ahmad Zainuri, Aswar, Asri, Maulana, Rifal, Sandy, Saharuddin, Sumarlin, Suhail, Syamsul Bahri) dan semua teman-teman Pendidikan Agama Islam angkatan 2011 serta yang tidak dapat kusebutkan namanya satu persatu.

10. Teman-teman KKN UIN angkatan 50 posko 2 Desa Topanda Kecamatan Rilau Ale’ Kabupaten Bulukumba (Andi Baso, Ahmad Sufianto, Nursamsiyah, Nur Rahmi dan Siti Nurnia).

11. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan sumbangsih kepada penulis selama kuliah hingga penulisan skripsi ini selesai.

Akhirnya hanya kepada Allah jualah penyusun serahkan segalanya, semoga semua pihak yang membantu penyusun mendapat pahala di sisi Allah Swt, serta semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi penyusun sendiri.

Makassar, Januari 2016

Penyusun

Sirajuddin

(6)

DAFTAR ISI

A.Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam. ... 15

1. Komite Sekolah. ... 18

2. Mutu Pendidikan Agama Islam. ... 29

B. Faktor Pendorong dan Penghambat Peranan Komite Sekolah dalam Menigkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam... 35

1. Faktor Pendukung. ... 35

2. Faktor Penghambat. ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ... 38

A. Jenis Dan Lokasi Penelitian. ... 38

B. Pendekatan Penelitian. ... 39

C. Sumber Data . ... 40

D. Metode Pengumpulan Data. ... 41

E. Instrumen Penelitian... 43

(7)

G. Pengecekan Keabsahan Data... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ... 49

A. Hasil Penelitian. ... 49

1. Latar Belakang Objek Penelitian... 49

2. Paparan Data. ... 54

B. Pembahasan. ... 75

1. Mutu Pendidikan Agama Islam. ... 75

2. Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di SDN 124 Paroto. ... 79

3. Faktor pendukung dan Penghambat Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di SDN 124 Paroto. ... 83

BAB V PENUTUP. ... 86

A. Kesimpulan. ... 86

B. Saran. ... 89

DAFTAR PUSTAKA. ... 91

LAMPIRAN. ... 93

(8)

ABSTRAK

Skripsi ini mengkaji tentang peranan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng. Adapun rumusan masalah dalam skripsi ini adalah: 1). Bagaimana mutu pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng?, 2). Bagaimana peranan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng?, 3). Apa Faktor pendukung dan penghambat peranan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng?.

Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1) mengetahui mutu pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng, 2) mengetahui peranan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng, 3) mengetahui faktor pendukung dan penghambat peranan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng.

Penelitian yang penulis lakukan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam perjalanan mengumpulkan data, penulis menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan untuk analisisnya, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu berupa data-data yang tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati sehingga dalam hal ini penulis berupaya mengadakan penelitian yang bersifat menggambarkan secara menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya. Selain itu keabsahan datanya di chek menggunakan teknik triangulasi, menggunakan bahan referensi, dan member check.

(9)

sekolah sebagai badan pendukung bagi upaya peningkatan mutu pendidikan terutama pendidikan agama islam di SDN 124 Paroto, dapat berupa dukungan finansial, tenaga, dan dukungan pikiran. Misalnya, komite ikut membantu dan menunjang sarana dan prasarana sekolah. 3) sebagai pengotrol (controlling agency) komite sekolah di SDN 124 Paroto melakukan kontrol atau pengawasan pengambilan keputusan kepala sekolah atau perencanaan pendidikan di sekolah. 4) sebagai mediator (executive) komite sekolah sebagai penghubung atau mediator antara pemerintah, sekolah orang tua dan masyarakat memiliki arti, bahwa aspirasi orang tua dan masyarakat ataupun ada penyampaian sekolah terhadap orang tua siswa semuanya itu melalui komite sekolah.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan sangat ditentukan oleh perkembangan dunia

pendidikan, dimana dunia pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam

menentukan arah maju mundurnya mutu pendidikan. Hal ini bisa dirasakan, yaitu

ketika sebuah lembaga pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikannya itu dengan

cara yang benar-benar bagus, maka akan dapat dilihat mutunya. Berbeda dengan

lembaga pendidikan yang melaksanakan pendidikan hanya dengan sekedarnya maka

hasilnyapun biasa-biasa saja.

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan,

khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk

meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan

peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana

dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun

demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang

berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota menunjukkan peningkatan mutu

pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih

memprihatinkan.1

Pendidikan adalah salah satu pilar kehidupan bangsa. Masa depan suatu

bangsa bisa diketahui melalui sejauh mana komitmen masyarakat, bangsa ataupun

1

(11)

negara dalam menyelenggarakan pendidikan nasional. Oleh karena itu, pendidikan

menjadi faktor utama atau penentu bagi masa depan bangsa. Tujuan pendidikan

nasional dinyatakan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.2

Dalam kaitannya dengan pendidikan, Tilaar mengemukakan bahwa,

sebagaimana dikutip oleh Mulyasa, pendidikan nasional dewasa ini dihadapkan pada

empat krisis pokok, yakni yang berkaitan dengan mutu, relevansi atau efisiensi

eksternal, elitisme, dan manajemen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa sedikitnya ada

enam masalah pokok yang terkait dengan sistem pendidikan nasional: 1) menurunnya

akhlak dan moral peserta didik, 2) pemerataan kesempatan belajar, 3) masih

rendahnya efisiensi internal sistem pendidikan, 4) status kelembagaan, 5) manajemen

pendidikan yang tidak sejalan dengan pembangunan nasional, dan 6) sumber daya

yang tergolong minim dan belum profesional.3

Keenam masalah tersebut merupakan imbas daripada sistem pendidikan

Indonesia yang carut-marut dan tidak menentu. Menurunnya akhlak dan moral

peserta didik pada dasarnya disebabkan oleh kurikulum yang tidak sesuai dengan

perkembangan zaman. Artinya, dalam sebuah proses pendidikan harus berorientasi

pada kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu, konsep pendidikan dalam ajaran Islam

2

Republik Indonesia, Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Fokusmedia, 2009), hal. 6.

3

(12)

dijelaskan dalam Al-qur’an Allah berfirman dalam QS Al-Luqman/31: 13 sebagai

dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Al-Luqman:13).4

Berdasarkan ayat di atas, dapat dilihat bahwa konsep pendidikan menurut

Al-Qur’an diarahkan pada upaya menolong anak didik agar dapat melaksanakan

fungsinya mengabdi kepada Allah. Seluruh potensi yang dimiliki anak didik yaitu

potensi intelektual, jiwa dan jasmani harus di bina secara terpadu dalam keselarasan,

keserasian dan keseimbangan yang tergambar dalam sosok manusia seutuhnya. Dan

mengajarkan peserta didik untuk selalu menghormati kedua orang tua, menjalankan

perbuatan amar ma’ruf dan nahi munkar, serta mengajarkan peserta didik untuk

menjalankan hubungan manusia dengan melakukan perbuatan baik, sikap dan

perilaku dalam pergaulan, serta kesedehanaan dalam berkomunikasi dengan sesama.

Para pendidik secara inklusif harus mengembangkan nilai-nilai ilahiyah

(ketuhanan) dan insaniyah (kemanusiaan) dalam berperilaku interaksi dengan

individu (peserta didik), keluarga, dan masyarakat. Karena sesungguhnya setiap

individu mempunyai hak sepenuhnya untuk dapat hidup bebas (merdeka) dan

mendapat pelakuan yang manusiawi pula.

4Al-Qur’an dan Terjemah

(13)

Sebuah upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya pendidikan

agama islam di Indonesia tidak pernah berhenti dan selesai. Berbagai konsep dan

wawasan baru akan terus berproses seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan

teknologi. Konsep dan wawasan baru itu diharapkan dapat meningkatkan mutu

sumber daya manusia agar mampu bersaing secara global. Dengan demikian

persoalan peningkatan mutu pendidikan sangat perlu dikaji dan diperjuangkan.

Untuk mereliasisasikan perjuangan dalam meningkatkan mutu pendidikan

maka perlu adanya pembenahan dari segi sumber daya manusianya, lembaga

penyelenggara pendidikannya seperti SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK,

dan perguruan tinggi dan semuanya itu perlu didukung oleh sumber daya pendidik

yang layak. Sumber daya pendidikan itu antara lain: tenaga ahli atau guru,

manajemen, kurikulum, sarana dan prasarana, serta dana yang diadakan dan

didayagunakan oleh pemerintah, masyarakat, keluarga, peserta didik baik secara

sendiri-sendiri maupun dalam bentuk kerjasama.5

Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah merupakan kepedulian

pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat serta upaya

peningkatan mutu pendidikan secara umum. Pemberian otonomi ini menuntut

pendekatan manajemen yang lebih kondusif di sekolah agar dapat mengakomodasi

seluruh keinginan sekaligus memberdayakan bebagai komponen masyarakat secara

efektif, guna mendukung kemajuan dan sistem yang ada di sekolah. Dalam kerangka

inilah, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) tampil sebagai alternatif paradigma baru

manajemen pendidikan yang ditawarkan.

5

(14)

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan suatu konsep yang

menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam

rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar dapat

mengakomodasi keinginan masyarakat dan pemerintah.6

Dalam pelaksanaan

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), peran serta dan dukungan masyarakat, baik

dalam pengelolaan dan penyelengaraan pendidikan sangat dibutuhkan. Untuk

menampung peran serta masyarakat dalam dunia pendidikan, maka dibentuklah

komite sekolah.

Keberadaan komite sekolah ini telah mengacu kepada Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas)

2000-2004, dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat perlu

dibentuk dewan pendidikan di tingkat kabupaten/kota, dan komite sekolah di tingkat

satuan pendidikan. Amanat rakyat ini sejalan dengan konsepsi desentralisasi

pendidikan, baik di tingkat kabupaten/kota maupun di tingkat sekolah. Amanat rakyat

dalam Undang-Undang tersebut telah ditindaklanjuti dengan keputusan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 004/U/2002 tanggal 2 April tentang dewan pendidikan

dan komite sekolah.7

Dalam Lampiran II: Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044/U/2002

tanggal 2 April 2002 tentang Acuan Pembentukan Komite Sekolah, dinyatakan

bahwa keberadaan komite sekolah berperan sebagai berikut:

1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan

kebijakan pendidikan di satuan pendidikan;

6

E. Mulyasa, ManajemenBerbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006) hal. 11

7

(15)

2. Pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran,

maupun tenaga dalam penyelengaraan pendidikan di satuan pendidikan;

3. Pengontrol (contolling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas

penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan;

4. Mediator antara pemerintah (executive) dengan masyarakat di satuan

pendidikan.8

Berdasarkan keputusan Mendiknas tersebut, komite sekolah merupakan

sebuah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka

meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan

pendidikan baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun jalur

pendidikan luar sekolah. Untuk penanaman badan disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan daerah masing-masing satuan pendidikan, seperti Komite Sekolah, Majelis

Madrasah, Majelis Sekolah, Komite TK, atau nama-nama lain yang disepakati

bersama. 9

Adapun tujuan komite sekolah yaitu 1). Mewadahi dan menyalurkan aspirasi

dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program

pendidikan di satuan pendidikan; 2). Meningkatkan tanggung jawab dan peran

masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan; dan 3). Menciptakan suasana dan

kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan

yang bermutu disatuan pendidikan.10

8

Kepmendiknas SK No. 044/U/2002, Tentang Acuan Pembentukan Komite Sekolah (Jakarta: Sinar Grafika, 2003),hlm. 122

9

Hasbullah, Otonomi Pendidikan (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006), hal.89-90

10

(16)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keberadaan dewan pendidikan

dan komite sekolah memang dipandang strategis sebagai wahana untuk meningkatkan

mutu pendidikan terutama pendidikan agama islam di Indonesia. Beberapa kalangan

masyarakat serta serta pakar dan pengamat pendidikan yang diundang untuk

memberikan masukan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, pada umumnya

sangat antusias dan mendukung sepenuhnya gagasan pembentukan dewan pendidikan

dan komite sekolah.

Untuk dapat memberdayakan dan meningkatkan peran serta masyarakat,

sekolah harus bisa membina kerjasama dengan orang tua dan masyarakat,

menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik dan warga

sekolah. Itulah sebabnya paradigma MBS mengandung makna sebagai manajemen

partisipatif yang melibatkan peran serta masyarakat sehingga semua kebijakan dan

keputusan yang diambil adalah kebijakan dan keputusan bersama, untuk mencapai

keberhasilan bersama.11

Partisipasi ini perlu dikelola dan dikoordinasikan dengan

baik agar lebih bermakna bagi sekolah, terutama dalam peningkatan mutu dan

efektifitas pendidikan lewat suatu wadah yaitu dewan pendidikan di tingkat

kabupaten/kota dan komite sekolah di setiap satuan pendidikan.

SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng merupakan

salahsatu lembaga penyelenggaraan pendidikan yang menyikapi dengan serius

permasalahan pendidikan yang telah lama menjangkrit terutama yang menyangkut

masalah peningkatan mutu pendidikan tak terkecuali pendidikan agama islam.

Lembaga ini dalam menyikapi permasalahan tersebut tidaklah bekerja sendiri, namun

SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng mengikutsertakan pihak

11

(17)

komite sekolah sebagai partner kerjanya. Langkah ini diambil karena pihak lembaga

menyadari bahwa berfikir, berbuat dan bekerja akan lebih baik jika dilakukan dengan

bersama (stakeholders).

Dengan berasumsi bahwa pendidikan merupakan masalah semua pihak

terutama dalam rangka peningkatan mutu pendidikan agama Islam, maka pihak SDN

124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng berusaha seoptimal mungkin

memberdayakan dan mengikutsertakan keterlibatan komite sekolah dalam segala

jenis usaha yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar.

Hal ini dimaksudkan, agar semua elemen masyarakat dapat ikut serta dalam

menyukseskan pendidikan putra-putrinya dengan mutu yang lebih baik. Karena itu

juga, hal ini sebagai bagian dari respon terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah

dalam beberapa Undang-Undang dan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional yang

terkait dengan pengikutsertaan masyarakat dalam rangka mewujudkan pendidikan

yang bermutu tak terkecuali pendidikan agama islam.

Berdasarkan pada uraian di atas, maka penulis tertarik membahas masalah

dengan judul “ Peranan Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Agama Islam Di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng”.

B.Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang perlu

dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mutu pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan

Lilirilau Kabupaten Soppeng?

2. Bagaimana peranan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan

(18)

3. Apa faktor pendukung dan penghambat peranan komite sekolah dalam

meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan

Lilirilau Kabupaten Soppeng?

C.Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus

Agar pokok permasalahan yang diteliti tidak melebar dari apa yang ditentukan

semula, maka penelitian ini hanya memfokuskan pada masalah tertentu. Adapun

batasan-batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mutu pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau

Kabupaten Soppeng. Dalam hal ini ada tiga hal penting yang perlu

diperhatikan, diantaranya yaitu:

a. Input

Input pendidikan adalah segala hal yang tersedia untuk berlangsungnya

proses.

b. Proses

Proses pendidikan merupakan kejadian berubahnya sesuatu menjadi sesuatu

yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut

input, sedang sesuatu dari hasil proses disebut output.

c. Output

Output pendidikan merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah

prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja

sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektifitasnya, produktivitasnya,

(19)

2. Peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di

SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng. Komite sekolah

keberadaannya berperan sebagai berikut:

a. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan

pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan,

b. Pendukung (supporting agency) baik berujung finansial, pemikiran,

maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan,

c. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan

akuntabilitas penyenlenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan

pendidikan,

d. Mediator antara pemerintah (executive) dengan masyarakat di satuan

pendidikan.

3. Faktor pendukung dan penghambat peranan komite sekolah dlam

meningkatkan mutu pendidikan agama islam di SDN 124 Paroto Kecamatan

Lilirilau Kabupaten Soppeng.

Setiap suatu lembaga organisasi pasti memiliki faktor pendukung dan

penghambat dalam menjalankan lembaga organisasi tersebut seperti komite

sekolah.

a. Faktor pendukung

Faktor pendukung di sini merupakan faktor yang memberikan dukungan

atau dorongan peranan komite sekolah dalam meningkatkan mutu

pendidikan agama islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau

Kabupaten Soppeng.

(20)

Faktor penghambat di sini merupakan faktor yang memberikan

hambatan-hamabatan peranan komite sekolah dalam meningkatkan mutu

pendidikan agama islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau

Kabupaten Soppeng.

D. Kajian Pustaka

Penelitian yang mengangkat tema mengenai masalah komite sekolah bukanlah

tema baru dalam dunia penelitian. Paling tidak ada penelitian terdahulu yang pernah

mengangkat tema ini. Penelitian tersebut adalah yang dilakukan oleh M. Abdul Rofiq

Roziqi, dalam skripsinya yang berjudul: Strategi komite sekolah dalam meningkatkan

kualitas pendidikan di MTs Surya Buana Malang diantaranya yaitu:

1. Dari aspek manajemennya, komite sekolah menjembatani dengan perlu

adanya perlibatan masyarakat untuk ikut rasa memiliki terhadap

perkembangan lembaga dalam artian masyarakat diberi keluasan untuk urun

rembung,

2. Dari aspek Sumber Daya Manusia (SDM), komite sekolah telah melakukan

upaya-upaya sebagai berikut:mengadakan study banding, mendelegasikan

seminar dan pelatihan, memberikan tips pendidikan ringan,

3. Dari aspek kurikulum, komite sekolah secara kultural berupaya menjembatani

ketika peserta didik berada di rumah, dengan jalan selalu menghimbau pada

wali murid untuk terus melakukan pendampingan dan bimbingan dalam

mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari apa yang telah di dapat

dari sekolah agar ada keseimbangan antara di sekolah dan di rumah.

4. Dari aspek sarana dan prasarana, komite sekolah berupaya memaksimalkan

(21)

prasarana di sekolah guna menunjang proses belajar mengajar jadi tidak

tergantung pada instansi pemerintah karena sadar bahwa sekolahnya adalah

swasta.12

Annisah dalam skripsinya yang berjudul: Peran komite madrasah dalam

pengembangan Madrasah Tsanawiyah Negeri Jabang Talun Blitar yaitu, meliputi

pemberi pertimbangan, komite madrasah berperan sebagai pendukung baik yang

berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga, peranan komite sekolah selanjutnya

sebagai mediator antara pemerintah dengan masyarakat di lingkungan madrasah.

Dalam perwujutan peranan komite madrasah dalam pengembangan madrasah

meliputi: pengembangan di bidang sarana prasarana, dan pengembangan di bidang

keuangan.13

Sementara Yuliati dalam skripsinya yang berjudul: Strategi pimpinan

madrasah dalam meningkatkan peran komite madrasah di MTsN Malang 1 dapat

diklasifikasikan menjadi 8 macam; 1) memilih orang-orang yang tepat menjadi

pengurus komite madrasah, 2) membagi beban kerja yang merata sehingga pengurus

komite dapat bekerja secara maksimal, 3) menjalin kerjasama dan komunikasi yang

baik dengan adanya keterbukaan (transparan) dalam bekerjasama. 4) saling menjaga

amanah dalam menjalankan tugas serta ada kemauan untuk berbenah diri dan bukan

untuk saling menjatuhkan satu sama lain, 5) memberi point/nilai bagi yang

12

Abdul Rofiq Roziqi, “Strategi Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2007,hal. 114-115.

13

(22)

berperestasi, 6) menjalin rasa kekeluargaan, dan 7) melibatkan komite dalam setiap

kegiatan yang ada di madrasah.14

Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis di sini akan mengadakan

penelitian tentang peranan komite sekolah. Adapun yang membedakan dengan

skripsi terdahulu, pada penelitian ini peneliti lebih menekankan pada mutu

pendidikan agama Islam, yang mana pada penelitian terdahulu lebih ditekankan pada

kualitas pendidikan secara umum dan pengembangan Madrasah Tsanawiyah. Jadi, di

sini peneliti akan membahas tentang “Peranan komite sekolah seabagai dewan yang

memberi pertimbangan (advisory council), pendukung (supporting agency),

pengontrol (controlling agency) dan mediator antara pemerintah dengan masyarakat

guna meningkatkan mutu pendidikan agama islam di SDN 124 Paroto Kecamatan

Lilirilau Kabupaten Soppeng.

E.Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Berpijak dari pokok permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini

secara umum sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui mutu pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto

Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng.

b. Untuk mengetahui peranan komite sekolah dalam meningkatkan mutu

pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau

Kabupaten Soppeng.

14

(23)

c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat peranan komite

sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di SDN 124

Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dijelaskan beberapa manfaat

dari pelaksanaan penelitian masalah tersebut, sebagai berikut:

a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsih dalam

menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan

peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama

Islam.

b. Secara praktis, dapat bermanfaat bagi para pembaca, pengajar dan para

pihak yang berkecimpung dalam lembaga pendidikan pada umumnya

serta bagi penulis khususnya agar menyadari betapa pentingnya peran

komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam.

c. Secara institusional, dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran atau

sebagai bahan masukan untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan

dengan peningkatan mutu pendidikan agama islam melalui peranan

(24)

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A.Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam

Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia merupakan pra syarat

mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, dan pendidikan merupakan salah satu

wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut. Sementara salah

satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya

mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan (sekolah), khususnya

pendidikan dasar dan menengah termasuk dalam pendidikan agama islam. Berbagai

upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan salah satunya

adalah diterapkannya manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yaitu model

manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong

pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga

sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua dan masyarakat) untuk

meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.15

Penerapan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah memberikan

peluang bagi masyarakat untuk dapat meningkatkan peran sertanya secara aktif dalam

pengelolaan pendidikan, dan lembaga yang mewadahinya adalah dewan pendidikan

yang berkedudukan di kabupaten/kota dan komite sekolah yang berkedudukan di

satuan pendidikan (sekolah). Munculnya kedua lembaga ini didasarkan pada

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002

tentang dewan pendidikan dan komite sekolah.

(25)

Komite sekolah merupakan sebuah konsep pemahaman baru bahwa

pendidikan adalah tanggung jawab bersama, dan harus dikelola secara terbuka dan

demokratis. Peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan terutama

pendidikan agama islam dinilai sangat tepat. Adapun peranan yang dijalankan oleh

komite sekolah, yaitu:

(1) Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan

kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.

(2) Pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran,

maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

(3) Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas

penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

(4) Mediator antara pemerintah (executive) dengan masyarakat di satuan

pendidikan.16

Komite sekolah sebagai badan pemberi pertimbangan bagi sekolah memiliki

arti, bahwa komite sekolah dipandang sebagai mitra kerja kepala sekolah yang dapat

diajak bermusyawarah tentang masa depan sekolah. Melalui komite sekolah orang tua

dan masyarakat dapat ikut merumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran yang akan

dicapai oleh ekolah, sampai dengan menetapkan cara atau strategi yang akan

ditempuh untuk mencapainya yang berupa rumusan kebijakan, program, dan kegiatan

sekolah.

Peran komite sekolah sebagai badan pendukung bagi penyelenggara dan

upaya peningkatan mutu pendidikan terutama pendidikan agama islam, dapat berupa

dukungan finansial, tenaga, dan dukungan pikiran. Secara nyata pemberian dukungan

16

(26)

ini dapat diwujudkan diantaranya dengan pemecahan masalah kekurangan guru, biaya

sekolah bagi anak kurang mampu, dan tenaga untuk ikut memperbaiki sekolah yang

rusak. Pemberdayaan bantuan sarana dan prasarana yang diperlukan di sekolah

melalui sumber daya yang ada pada masyarakat, hal ini dilakukan dengan

berkoordinasi dengan dewan pendidikan.

Komite sekolah juga berperan sebagai penghubung atau mediator antara

pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat memiliki arti, bahwa aspirasi orang

tua dan masyarakat akan disalurkan melalui komite sekolah untuk disampaikan

kepada sekolah. Peran sebagai mediator ini memerlukan kecermatan dalam

mengidentifikasi kepentingan, kebutuhan dan keluhan orang tua dan masyarakat.

Aspirasi yang disalurkan melalui komite sekolah dimanfaatkan oleh sekolah sebagai

masukan bagi koreksi ke arah perbaikan. Komite sekolah juga berperan dalam

mensosialisasikan berbagai kebijakan dan program yang telah ditetapkan disekolah

sehingga dapat akuntabel (dipertanggung jawabkan) kepada masyarakat. Bagi komite

sekolah peran yang harus dijalankan sebagai mediator adalah pemberdayaan sumber

daya yang ada pada orang tua siswa bagi pelaksanaan pendidikan di sekolah.

Sesuai dengan peranannya sebagai mediator antara pemerintah dengan

masyarakat, komite sekolah berusaha untuk memberikan pengarahan dan keterangan

yang jelas mengenai kebijakan pemerintah dalam dunia pendidikan. Hal ini bertujuan

untuk memberikan pemahaman msyarakat bahwa pemerintah selalu melakukan upaya

(27)

1. Komite Sekolah

a) Pengertian Komite Sekolah

Perubahan paradigma pemerintah dari sentralisasi ke desentralisasi

telah membuka peluang masyarakat untuk meningkatkan peran sertanya

dalam pengelolaan pendidikan. Salah satu upaya untuk meningkatkan peluang

berpartisipasi tersebut adalah melalui Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah

yang mengacu kepada Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa komite sekolah adalah

partisipasi yang berlaku pada masyarakat selama ini belum diartikan secara

universal. Para perencana pembangunan termasuk di dalamnya pejabat

pemerintah, mengartikan partisipasi sebagai dukungan terhadap program atau

royek pembangunan yang direncanakan dan di tentukan oleh pemerintah.

Besarnya partisipasi masyarakat sering diukur oleh seberapa besar sumbangan

yang diberikan masyarakat yang ikut menanggung biaya pembangunan,

apakah itu berupa uang atau tenaga. Makna partisipasi yang berlaku secara

universal adalah kerjasama yang erat antara perencana dan rakyat dalam

merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan suatu

program pembangunan.17

Sebagai konsekuensi perluasan makna partisipasi masyarakat dalam

penyelengaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, maka diperlukan

suatu wadah yang dapat menampung dan menyalurkan pikiran, gagasan,

dalam mengupayakan kemajuan pendidikan yang diberi nama Komite

17

(28)

Sekolah. Dalam hal ini, Komite Sekolah adalah badan mandiri yang

mewadahi peran serta masyarakat dalam meningkatkan mutu, pemerataan, dan

efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan sekolah, baik

pendidikan prasekolah maupun pendidikan dasar dan menengah. Komite

sekolah merupakan suatu badan atau lembaga non-profit dan non-politis, yang

dibentuk berdasarkan musyawarah demokratis para stakeholder pendidikan

sekolah, sebagai representasi dari berbagai unsur yang bertanggung jawab

terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan.18

Menurut Sanafiah Faizal (1981) hubungan antara sekolah dan

masyarakat dapat dilihat dari dua segi yaitu : (1) sekolah sebagai partnert dari

masyarakat dalam melakuakan fungsi pendidikan, dan (2) sekolah sebagai

produser yang menangani peranan-peranan pendidikan dari masyarakat

lingkungannya.19

Untuk itu sekolah dan masyarakat harus saling bekerja sama

dan bertanggung jawab dalam proses pendidikan disamping tanggung jawab

pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

b). Kedudukan dan Sifat Komite Sekolah

Komite sekolah berkedudukan disetiap satuan pendidikan, yaitu

sekolah, pada seluruh jenjang pendidikan, dari jenjang pendidikan, pendidikan

dasar, hingga pendidikan menengah baik sekolah negeri maupun swasta. Pada

setiap sekolah terdapat satu komite sekolah. Dalam hal terdapat beberapa

sekolah pada satu lokasi, atau beberapa sekolah yang berbeda jenjang tetapi

18

Depertamen Agama RI. Pedoman Komite Sekolah (Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam). 2003. hal.9-11

19

(29)

berada pada lokasi berdekatan, atau beberapa sekolah yang dikelola oleh suatu

penyelenggara pendidikan, atau karena pertimbangan lainnya, dapat dibentuk

kordinator komite sekolah.

Komite sekolah merupakan badan yang bersifat mandiri dan tidak

mempunyai hubungan hirarkis dengan sekolah maupun lembaga pemerintah

lainnya. Komite sekolah memiliki kemandirian masing-masing, tetapi tetap

sebagai mitra yang harus saling bekerja sama sejalan dengan konsep

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).20

c). Tujuan Komite Sekolah

Berdasarkan buku pedoman Komite Sekolah tujuan dibentuknya

Komite Sekolah sebagai suatu organisasi masyarakat sekolah adalah sebagai

berikut:

1) Mewadahi dan menyalurkan inspirasi dan prakarsa masyarakat dalam

melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan

pendidikan.

2) Meningkatkan tanggungjawab dan peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan di satuan pendidikan

20

(30)

3) Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan

demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang

bermutu di satuan pendidikan.21

d). Peran dan Fungsi Komite Sekolah

Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara orang tua,

masyarakat dan pemerintah. Sayangnya ungkapan bijak tersebut sampai saat

ini lebih bersifat slogan dan masih jauh dari harapan yang sebenarnya. Boleh

dikatakan tanggung jawab masing-masing masih belum optimal, terutama

peran serta masyarakat yang sampai saat ini masih dirasakan belum banyak

diberdayakan.22

Peran serta masyarakat dalam pendidikan telah dikemukakan dalam

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 54. Dan

secara spesifik, pada pasal 56 disebutkan bahwa di masyarakat ada dewan

pendidikan dan komite sekolah atau komite madrasah, yang berperan sebagai

berikut:

1) Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan

yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program

pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah.

21

Depertamen Agama RI. Pedoman Komite Sekolah (Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam). 2003. hal. 14-16

22

(31)

2) Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan

dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan

pertimbangan, arahan, dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta

pengawasan pendidikan di tingkat nasional, propinsi, dan

kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan hirarkis.

3) Komite sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan

berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dan memberikan

pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta

pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.23

Adapun peran yang dijalankan komite sekolah adalah sebagai berikut:

a) Pemberi pertimbangan (advisory agency), dalam penentuan dan

pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.

b) Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial,

pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di

satuan pendidikan.

c) Pengontrol (controlling agency), dalam rangka transparansi dan

akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan

pendidikan.

d) Mediator antara pemerintah (executive), dengan masyarakat di satuan

pendidikan.

23

(32)

Sementara itu, untuk menjalankan peran komite sekolah juga berfungsi

dalam hal-hal sebagai berikut:

(1) Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu;

(2) Melakukan upaya kerjasama dengan masyarakat (perorangan

/organisasi/dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

(3) Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai

kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat;

(4) Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan

pendidikan mengenai:

(a) Kebijakan dan program pendidikan;

(b) Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS);

(c) Kriteria kinerja satuan pendidikan;

(d) Kriteria tenaga pendidikan;

(e) Kriteria fasilitas pendidikan;

(f) Hal-hal yang terkait dengan pendidikan.

(5) Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan

guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan;

(6) Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan dan

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;

(7) Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,

penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.24

24

(33)

Komite Sekolah sesuai peran dan fungsinya, melakukan akuntabilitas

sebagai berikut :

(a) Komite sekolah menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program

sekolah kepada stakeholder secara periodik, baik yang berupa

keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran

program sekolah.

(b) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban bantuan masyarakat baik

berupa materi (dana, barang tak bergerak maupun bergerak), maupun

non materi (tengah, pikiran) kepada masyarakat dan pemerintah

setempat.25

e) Organisasi Komite Sekolah

1) Keanggotaan

Keanggotaan komite sekolah berasal dari unsur-unsur yang ada

dalam masyarakat. Di samping itu unsur dewan guru, yayasan/lembaga

penyelenggara pendidikan, Badan Pertimbangan Desa dapat pula

dilibatkan sebagai anggota. Anggota komite sekolah tersebut dibentuk

dengan ketentuan-ketentuan unsur tertentu, misalnya:

a) Unsur masyarakat yang berasal dari : orang tua/wali peserta didik;

tokoh masyarakat; tokoh pendidikan; dunia usaha/industri;

organisasi profesi tenaga pendidikan; wakil alumni; dan khusus

untuk jenjang pendidikan menengah, wakil peserta didik;

25

(34)

b) Unsur dewan guru, paling banyak 15% dari jumlah anggota Komite

Sekolah.

c) Unsur yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan;

d) Badan Pertimbangan Desa atau lain-lain yang dianggap perlu dapat

pula dilibatkan sebagai anggota Komite Sekolah;

e) Perwakilan dari organisasi siswa, bagi Madrasah Aliyah.

Jumlah anggota Komite Madrasah disesuaikan dengan kebutuhan dan

jumlahnya gasal.

2) Kepengurusan

Pengurus Komite Sekolah ditetapkan berdasarkan AD/ART yang

sekurang-kurangnya terdiri atas seorang ketua, sekretaris, bendahara, dan

bidang-bidang tertentu sesuai dengan kebutuhan. Pengurus komite dipilih

dari dan oleh anggota secara demokratis. Khusus jabatan ketua komite

dianjurkan bukan berasal dari kepala satuan pendidikan. yang menangani

urusan administrasi Komite Sekolah sebaiknya juga bukan pegawai

sekolah.

Pengurus Komite Sekolah adalah personal yang ditetapkan

berdasarkan kriteria sebagai berikut:

a) Dipilih dari dan oleh anggota secara demokratis dan terbuka

dalam musyawarah Komite Sekolah.

b) Masa kerja ditetapkan oleh musyawarah anggota Komite Sekolah.

c) Jika diperlukan pengurus Komite Sekolah dapat menunjuk atau

dibantu oleh tim ahli sebagai konsultan sesuai dengan bidang

(35)

Mekanisme kerja pengurus Komite Sekolah dapat diidentifikasikan

sebagai berikut:

(1) Pengurus Komite Sekolah terpilih bertanggungjawab kepada

musyawarah anggota sebagai forum tertinggi sesuai AD dan ART.

(2) Pengurus Komite Sekolah menyusun program kerja yang disetujui

melalui musyawarah anggota yang berfokus pada peningkatan mutu

pelayanan pendidikan peserta didik.

(3) Apabila pengurus Komite Sekolah terpilih dinilai tidak produktif

dalam masa jabatannya, maka musyawarah anggota dapat

memberhentikan dan mengganti dengan dengan kepengurusan baru.

(4) Pembiayaan pengurus Komite Sekolah diambil dari anggota Komite

Sekolah yang ditetapkan melalui musyawarah.

3) Anggaran Dasar dan Rumah Tangga

Komite Sekolah wajib memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga (AD/ART). Anggaran Dasar sekurang-kurangnya memuat:

a) Nama dan tempat kedudukan

b) Dasar, tujuan dan kegiatan;

c) Keanggotaan dan kepengurusan;

d) Hak dan Kewajiban anggota dan pengurus;

e) Keuangan;

f) Mekanisme kerja dan rapat-rapat;

g) Perubahan AD dan ART dan pembubaran organisasi.

(36)

(1) Mekanisme pemilihan, penetapan anggota, dan pengurus Komite

Sekolah.

(2) Rincian tugas Komite Sekolah.Mekanisme rapat.

(3) Kerjasama dengan pihak lain.

(4) Ketentuan penutup.

4) Pembentukan Komite Sekolah

(a) Prinsip Pembentukan

Pembentukan Komite Sekolah harus dilakukan secara transparan,

akuntabel, berkeadilan, dan demokratis. Dilakukan secara transparan adalah

bahwa Komite Sekolah harus dibentuk secara terbuka dan diketahui oleh

masyarakat secara luas mulai dari tahap pembentukan panitia persiapan, proses

sosialisasi oleh panitia persiapan, kriteria calon anggota, proses seleksi calon

anggota, pengumuman calon anggota, proses pemilihan, dan penyampaian hasil

pemilihan. Dilakukan secara akuntabel adalah bahwa panitia persiapan

hendaknya menyampaikan laporan pertanggungjawaban kinerjanya maupun

penggunaan kepanitiaan. Dilakukan secara demokratis adalah bahwa dalam

proses pemilihan anggota dan pengurus dilakukan dengan musyawarah

mufakat. Dilakukan secara berkeadilan adalah dengan perwakilan masyarakat.

Sekolah atau lainnya secara proporsional dan adil. Jika dipandang perlu

pemilihan anggota dan pengurus dapat dilakukan melalui pemungutan suara.

(b) Mekanisme

Pembentukan Komite Sekolah diawali dengan pembentukan panitia

persiapan yang dibentuk oleh kepala satuan pendidikan dan atau oleh

(37)

yang terdiri atas kalangan praktisi pendidikan (seperti guru, kepala satuan

pendidikan, penyelenggara pendidikan), pemerhati pendidikan (LSM peduli

pendidikan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dunia usaha dan industri), dan

orang tua peserta didik.

Panitia persiapan bertugas mempersiapkan pembentukan Komite

Sekolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Mengadakan forum sosialisasi kepada masyarakat (termasuk

pengurus/anggota BP3, Majelis Sekolah dan Komite Sekolah yang

sudah ada) tentang Komite Sekolah menurut keputusan ini.

(2) Menyusun kriteria dan mengidentifikasi calon anggota berdasarkan

usulan dari masyarakat.

(3) Menyeleksi anggota berdasarkan usulan dari masyarakat.

(4) Mengumumkan nama-nama calon anggota kepada masyarakat.

(5) Menyusun nama-nama terpilih.

(6) Memfasilitasi pemilihan pengurus dan anggota Komite Sekolah.

(7) Menyampaikan nama pengurus dan anggota Komite Sekolah kepada

kepala satuan pendidikan.

Panitia persiapan dinyatakan bubar setelah Komite Sekolah terbentuk.

(c)Penetapan

Calon anggota Komite Sekolah yang disepakati dalam musyawarah atau

mendapat dukungan suara banyak melalui pemungutan suara secara langsung

menjadi anggota Komite Sekolah sesuai dengan jumlah anggota yang

disepakati dari masing-masing unsur. Komite Sekolah ditetapkan untuk pertama

(38)

dalam AD dan ART. Misalnya dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga disebutkan bahwa pemiilihan anggota dan pengurus Komite Sekolah

ditetapkan oleh musyawarah anggota Komite Sekolah.

Pengurus dan anggota Komite terpilih dilaporkan kepada pemerintah

daerah dan dinas pendidikan setempat. Untuk memperoleh kekuatan hukum,

komite sekolah dapat dikukuhkan oleh pejabat pemerintahan setempat.

Misalnya, Komite Sekolah untuk SD dan SMP dikukuhkan oleh Camat dan

Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota setempat.26

2. Mutu Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian mutu pendidikan agama islam

Program mutu sebenarnya berasal dari dunia bisnis. Dalam dunia

bisnis, baik yang bersifat produksi maupun jasa, program mutu merupakan

program utama sebab kelanggengan dan kemajuan usaha sangat ditentukan

oleh mutu esuai dengan permintaan dan tuntutan pengguna. Permintaan dan

tuntutan pengguna terhadap produk dan jasa layanan yang diberikan harus

selalu ditingkatkan. Dewasa ini, mutu bukan hanya menjadi masalah dan

kepedulian dalam bidang bisnis, melainkan juga dalam bidang-bidang lainnya,

seperti permintaan, layanan sosial, pendidikan, bahkan bidang keamanan dan

ketertiban sekalipun.27

Secara etimologis, mutu adalah derajat (tingkat) keunggulan suatu

produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik yang

26

Depertamen Agama RI. Pedoman Komite Sekolah (Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam). 2003. hal. 16-22

27

(39)

tangible maupun intangible. Menurut Juruan (1962) mutu adalah kesesuaian

dengan tujuan atau manfaatnya. Crosby (1979) berpendapat bahwa mutu

adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availabiliti, delivery,

realibility, maintainbility, dan cost effectiviness. Sementara itu, Deming

(1982) menyatakan bahwa mutu harus bertujuan mmenuhi kebutuhan siswa

sekarang dan dimasa yang akan datang. Menurut Elliot (1993) kualitas/mutu

adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung pada

waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai dengan tujuan. Menurut Goetch dan

Gavis (1995), “ kualitas/mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan

dengan layanan, orang, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi

apa yang diharapkan.28

Secara umum mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh

dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan

kebutuhan yang diharapkan. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu

mencakup input, proses, dan output pendidikan.29

Input pendidikan adalah segala hal yang harus tersedia karena

dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Segala hal yang dimaksud meliputi

sumber daya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu

bagi berlangsungnya proses. Input sumberdaya meliputi sumber daya manusia

( kepala sekolah, guru termasuk guru BP, karyawan dan siswa) dan sumber

daya selebihnya (peralatan, peerlengkapan, uang, bahan dan lain sebagainya).

Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan

28

Rusman, Manajemen Kurikulum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009),hal. 554

29

(40)

perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana, program dan lain sebagainya.

Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai

oleh sekolah. kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung

dengan baik. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari

tingkat kesiapan input. Makin tinggi kesiapan input, makin tinggi pula mutu

input tersebut.30

Proses pendidikan merupakan kejadian berubahnya sesuatu menjadi

sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses

disebut input, sedang sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam

pendidikan berskala mikro (tingkat sekolah) proses yang dimaksud meliputi

proses pengambilan keputusan pengelolaan kelembagaan pengelolaan

program, proses belajar mengajar, serta proses monitoring dan evaluasi,

dengan catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki tingkat kepentingan

tertinggi dibandingkan dengan proses-proses lainnya.

Proses dikatakan bermutu apabila pengkordinasian dan penyerasian

serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan, dsb)

dilakukan secara harmonis dan terpadu sehingga mampu menciptakan situasi

pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong motivasi dan minat

belajar, dan benar-benar memberdayakan peserta didik. Kata memberdayakan

mengandung arti bahwa peserta didik tidak sekedar menguasai pengetahuan

yang diajarkan oleh gurunya, akan tetapi pengetahuan tersebut juga telah

menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati dan diamalkan dalam

30

(41)

kehidupan sehari-hari, dan yang lebih penting lagi peserta didik tersebut

mampu belajar secara terus menerus (mampu mengembangkan dirinya).

Output pendidikan merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah

prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah

dapat diukur dari kualitasnya, efektifitasnya, produktivitasnya, efisiensinya,

inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya, dan moral kerjanya. Khusus yang

berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat dijelaskan bahwa output sekolah

dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khususnya prestasi

belajar siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam: 1) prestasi

akademik, berupa nilai ulangan harian, nilai ulangan umum atau nilai

pencapaian ketuntasan kompetensi, hasil Ebtanas, karya ilmiah, lomba

akademik, karya-karya lain peserta didik dan 2) prestasi non-akademik seperti

IMTAQ, kejujuran, kesopanan dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya.

Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling

berhubungan (proses) misalnya perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.31

Sudarwan Danim mentakan bahwa hasil (output) pendidikan

dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan akademik dan

ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk jenjang

pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu. Keunggulan

akademik dinyatakan dengan nilai yang di capai oleh peserta didik.

Sedangkan keunggulan ekstrakurikuler dinyatakan dengan aneka jenis

keterampilan yang di peroleh siswa selama mengikuti kegiatan

31

(42)

ekstrakurikuler.32

Disamping itu, mutu keluaran (output) juga dapat dilihat dari

nilai-nilai hidup yang dianut, moralitas, dorongan untuk maju, dan lain-lain

yang diperoleh dari anak didik selama menjalani pendidikan.

Menurut Ace Suryadi, mutu pendidikan adalah kemampuan lembaga

pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk

meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin.33

Disamping itu,

pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang dapat menghaslkan lulusan

yang berkulitas yaitu lulusan yang memiliki prestasi akademik yang mampu

menjadi pelopor pembaharuan dan perubahan sehingga mampu menjawab

berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapinya, baik itu di masa

sekarang atau masa yang akan datang. Mutu pendidikan bukanlah suatu

konsep yang berdiri sendiri akan tetapi terkait erat dengan tuntutan dan

kebutuhan masyarakat.

Berangkat dari pengertian tersebut, maka dalam mendefinisikan mutu

pendidikan agama islam adalah pendidikan yang dapat menghasilkan dan

membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia serta mampu menanamkan

dan menumbuhkembangkan ajaran islam dan nilai-nilainya untuk dijadikan

pandangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan dikembangkan

dalam keterampilan hidupnya sehari-hari.34

b. Ciri-ciri Mutu Pendidikan Agama Islam

32

Sudarwan Darim, Visi Baru Manajemen Sekolah (Jakarta: PT. Bumi aksara, 2006)hal 53-54

33

Ace Suryadi, Indikator Mutu dan Efisiensi Pendidikan Sekolah Dasar di Indonesia (Jakarta: Balitbang Dek dik bud, 1992),hal. 159

34

(43)

Era globalisasi merupakan era persaingan mutu. Oleh karena itu,

lembaga pendidikan mulai dari tingkat tinggi harus memperhatikan mutu

pendidikan terutama mutu pendidikan agama islam. Lembaga pendidikan

berperan dalam kegiatan jasa pendidikan maupun pengembangan sumber daya

manusia harus memiliki keunggulan-keunggulan yang diperioritaskan dalam

lembaga penidikan tersebut.

Transformasi menuju sekolah bermutu diawali dengan mengadopsi

dedikasi bersama terhadap mutu oleh dewan sekolah, administrator, staff,

siswa, guru dan komunitas. Proses diawali dengan mengembangkan visi dan

misi untuk wilayah dan setiap sekolah serta departemen dalam wilayah

tersebut.35

c. Indikator Mutu Pendidikan Agama Islam

Ada beberapa indikator yang menunjukkan pendidikan agama islam

yang bermutu, diantaranya yaitu:

1) Secara akademik, lulusan pendidikan tersebut dapat melanjutkan

kejenjang pendidikan yang lebih tinggi,

2) Secara moral, lulusan pendidikan tersebut dapat menunjukkan tanggung

jawab dan kepeduliannya terhadap masyarakat sekitarnya,

3) Secara individual, lulusan pendidikan tersebut semakin meningkatkan

ketakwaannya, yaitu manusia yang melaksanakan segala perintah Allah

dan menjauhi larangan-Nya,

35

(44)

4) Secara sosial, lulusan pendidikan tersebut dapat berinteraksi dan

bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya,

5) Secara kultural, ia mampu menginterpretasikan ajaran agamanya sesuai

dengan lingkungan sosialnya. Dengan kata lain dimensi kognitif

(intelektual), afektif (emosional), dan psikomotorik (praktis) kultural

dapat terbina secara seimbang.36

B.Faktor Pendukung dan Penghambat Peranan Komite Sekolah dalam

Menigkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam

Faktor pendukung dan penghambat komite sekolah dalam menjalankan perannya :

1. Faktor pendukung

Bahwa untuk mengetahui hambatan atau masalah-masalah diatas perlu

adanya dorongan atau dukungan baik dari pemerintah, pihak sekolah dan komite

sekolah, yakni:

a) Transparan berarti pembentukan komite sekolah dilakukan secara terbuka.

Diketahui oleh masyarakat lingkungan sekolah mulai dari tahap persiapan,

pembentukan panitia kriteria calon, pengumuman calon, proses pemilihan

sampai dengan penyampaian hasil penilaian kepada masyarakat.

b) Akuntable dalam arti pembentukan komite sekolah yang dilakukan oleh

pelaksana dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat baik secara

substansi maupun secara fungsional.

36

(45)

c) Demokratis berarti pembentukan komite sekolah dilakukan dengan

melibatkan seluruh masyarakat khususnya masyarakat lingkungan sekolah,

baik secara musyawarah mufakat maupun melalui pemungutan suara.37

2. Faktor penghambat

Lembaga komite sekolah telah ada dan dibentuk disetiap sekolah di

Indonesia. Tetapi keberadaan komite sekolah terutama didaerah tertinggal masih

banyak menghadapi beberapa hambatan. Penyebabnya antara lain: (1) karena

pelaksanaan dan fungsi komite sekolah tidak selalu dapat memenuhi harapan

tersebut, (2) pelaksanaan peran dan fungsi komite sekolah masih sangat variatif.

Di satu pihak ada komite sekolah yang masih melanjutkan peran dan fungsi BP3

yang sering disebut sebagai stempel kepala sekolah dan adapula komite sekolah

yang justru ditakuti oleh kepala sekolah.38

Selain itu konsep yang amat elegan ini dalam praktek masih menyisakan

penyakit sistem birokrasi yang sentralistik dan feodalistik. Sistem birokrasi “abs”

asal bapak senang, birokrasi yang dilayani bukan melayani sistem birokrasi

diatas meja bukan dilapangan, atau sistem birokrasi yang berorientasi untuk

atasan bukan untuk pelanggan sebagaimana dipaparkan didepan ternyata tidak

secara serta-merta dapat berubah meskipun telah diterapkan desentralisasi

pendidikan dan dengan adanya otonomi pendidikan.39

37

Sri Renani Pantjastuti, Komite Sekolah. Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008 hal. 84

38

Sri Renani Pantjastuti, Komite Sekolah. hal. 84

39

(46)

Beberapa masalah pokok lain yang dihadapi tentang komite ini yang

akhirnya dikatakan peranannya belum optimal, permasalahan termasuk antara

lain:

a) Masalah pemahaman, pemahaman tentang komite sekolah sangat

beragam tentang peranannya, pembentukannya, keterwakilannya dalam

susunan anggota dan yang lebih fatal lagi komite sekolah belum

mempunyai AD dan ART komite.

b) Masalah budaya yang dimaksudkan disini adalah berfikir serta bertindak

masyarakat terhadap sekolah. Pola pikir mereka kebanyakan menganggap

sekolah sebagai lembaga jasa dan masyarakat sebagai konsumen.

c) Masalah pembinaan komite sekolah yang merupakan lembaga

representatif masyarakat untuk sekolah sudah lama ada semenjak adanya

BP3, POMG, yang terakhir komite sekolah belum dapat berfungsi dengan

baik.

d) Masalah sosial ekonomi. Belum optimalnya peran komite sekolah

disebabkan juga oleh kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah.40

40

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis Dan Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul yang dikemukakan yakni “ Peranan Komite Sekolah

Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikn Agama Islam Di SDN 124 Paroto Kecamatan

Lilirilau Kabupaten Soppeng”. Maka pendekatan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif dengan berusaha melaksanakan pengkajian data deskriptif yang

akan dituangkan dalam bentuk laporan atau uraian.

Penelitian kualitatif menurut Suharsimi Arikunto adalah penelitian

naturalistic. Istilah “naturalistic” menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian ini

memang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak

dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami.

Pengambilan data atau penjaringan fenomena dilakukan dari keadaan yang

sewajarnya ini dikenal dengan sebutan “ pengambilan data secara alami atau

natural.41

Pendekatan kualitatif ini digunakan untuk menemukan dan memahami apa

yang tersembunyi dibalik fenomena kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk

diketahui atau dipahami, pendekatan ini juga diharapkan mampu memberikan

penjelasan secara utuh dan terperinci tentang fenomena yang menjadi fokus

penelitian penulis. Sebagaimana diungkapkan Bogdan dan Taylor, yang dikutip oleh

Lexy J. Moleong, sebagai berikut ini:

Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

Referensi

Dokumen terkait

Bagi konselor, Ia dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk mengembangkan kompetensinya dalam memberikan layanan bimbingan di perguru- an tinggi berdasarkan pendekatan

Kompetensi, Objektivitas, Pengalaman auditor internal terhadap efektivitas audit internal dengan Dukungan Manajemen Puncak sebagai variabel moderasi. Agar terwujudnya

Penelitian ini dilaksanakan di desa karang anyar kecamatan jati agung kabupaten lampung selatan, jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.Fokus penelitian

The aim of this study was to determine the role of the ethanol extract of Andrographis paniculata in slowing the inflammatory reaction by increasing the ratio of Treg / Th17 cells

Nilai validasi dan nilai uji lapangan menunjukkan bahwa produk pengembangan media pembelajaran interaktif berbasis Lectora Inspire terbukti layak digunakan sebagai

Dengan melihat banyaknya atribut yang berupa arah mata angin dalam bahasa Sunda dapat dinyatakan bahwa arah mata angin dalam masyarakat di Kota Bandung sangat penting,

terlihat dua orang bangsawan sedang membicarakan Kartini dengan lelucon negatif.Sedangkan makna konotasinya adalah dalam adegan tersebut menunjukkan sikap kekerasan

a) Larangan menjual atau memperdagangkan barang-barang yang diharamkan. b) Bersikap benar, amanah, dan jujur.. c) Menegakkan keadilan dan mengharamkan riba. e)