Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam
Pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar
Oleh
SIRAJUDDIN
NIM. 20100111096
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Sirajuddin
NIM : 20100111096
Tempat/Tanggal Lahir : Paroto/20 Desember 1992
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah Dan Keguruan
Alamat : Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng.
Judul : Peranan Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam Di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng.
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa Skripsi ini adalah
hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan duplikat,
tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebahagian atau seluruhnya, maka skripsi dan
gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Demikian surat penyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Makassar, Januari 2016
Penyusun,
SIRAJUDDIN
KATA PENGANTAR
هباحصاو هلا ىلعو دمحم ان ديس نيلسرملاو ءايبنلاا فرسا ىلع ملاّسلاو ةلاّصلاو نيملاعلا ّبر لله دمحلا .نيعمجا
Segala puja dan puji bagi Allah, seru sekalian alam, Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad Saw. para sahabat, keluarga serta pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa sejak persiapan dan proses penelitian hingga pelaporan hasil penelitian ini terdapat banyak kesulitan dan tantangan yang di hadapi, namun berkat ridha dari Allah Swt. dan bimbingan berbagai pihak maka segala kesulitan dan tantangan yang dihadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, lewat tulisan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Dari lubuk hati yang terdalam penulis mengucapkan permohonan maaf dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya Kepada Ayahanda H. Hodding dan Ibunda H. Sumarni tercinta yang dengan penuh cinta dan kesabaran serta kasih sayang dalam membesarkan serta mendidik penulis yang tak henti-hentinya memanjatkan doa demi keberhasilan dan kebahagiaan penulis. Serta kepada seluruh keluarga dan sahabat-sahabat saya yang tercinta yang selalu memberikan semangat kepada penulis. Begitu pula penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Musafir Pabbabari,M.Si., Pembantu Rektor I Prof. Dr. Mardan, M.Ag. Pembantu Rektor II Prof. Dr. A. Lomba Sultan, M.A., Pembantu Rektor III Prof. Dr. Aisyah Kara, M.Ag sebagai Pimpinan di Perguruan Tinggi tempat penulis mengikuti studi program Sarjana.
2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar Dr. H. Muhammad Amri, Lc., M.Ag. beserta Wakil Dekan I Dr. Muljono Damopoli, M. Ag. Wakil Dekan II Dr. Misykat Malik Ibrahim, M.Si., II, dan Wakil Dekan III Dr. H. Syahruddin, M.Pd, serta para staf yang senantiasa memberikan pelayanan administratif kepada penulis selama menempuh perkuliahan program sarjana.
4. Drs. H. Chaeruddin B., M.Pd.I selaku pembimbing I dan Drs. H. Andi Achruh, M.Pd.I selaku pembimbing II yang telah memberi arahan, koreksi, pengetahuan baru dalam penyusunan skripsi ini, serta membimbing penulis sampai tahap penyelesaian. 5. Ucapan terima kasih kepada Kepala SDN 124 Paroto, Ketua Komite Sekolah, dan guru PAI serta staf yang telah membantu memberikan data dan informasi dari sekolah terkait dengan penelitian ini.
6. Para dosen, karyawan dan karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang secara konkrit memberikan bantuannya baik langsung maupun tak langsung. 7. Terkhusus ucapan terima kasih kepada kedua orang tuaku dan semua keluarga yang
selalu mendoakan dan memotivasi penulis sampai tahap penyelesaian.
8. Sahabat-Sahabatku Ahmad Raiz (Rhino), Ahmad Rizal (Dg.ichal), Irfan Baharuddin (Ippank), Emil Salim, Hasby, Malik serta teman-teman yang lain yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu-persatu yang selalu memberikan motivasi, bersama melewati masa kuliah dengan penuh kenangan dan dorongan serta selalu memberikan semangat sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Rekan-rekan seperjuangan (Ahmad Sufianto, Ahmad Zainuri, Aswar, Asri, Maulana, Rifal, Sandy, Saharuddin, Sumarlin, Suhail, Syamsul Bahri) dan semua teman-teman Pendidikan Agama Islam angkatan 2011 serta yang tidak dapat kusebutkan namanya satu persatu.
10. Teman-teman KKN UIN angkatan 50 posko 2 Desa Topanda Kecamatan Rilau Ale’ Kabupaten Bulukumba (Andi Baso, Ahmad Sufianto, Nursamsiyah, Nur Rahmi dan Siti Nurnia).
11. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan sumbangsih kepada penulis selama kuliah hingga penulisan skripsi ini selesai.
Akhirnya hanya kepada Allah jualah penyusun serahkan segalanya, semoga semua pihak yang membantu penyusun mendapat pahala di sisi Allah Swt, serta semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi penyusun sendiri.
Makassar, Januari 2016
Penyusun
Sirajuddin
DAFTAR ISI
A.Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam. ... 15
1. Komite Sekolah. ... 18
2. Mutu Pendidikan Agama Islam. ... 29
B. Faktor Pendorong dan Penghambat Peranan Komite Sekolah dalam Menigkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam... 35
1. Faktor Pendukung. ... 35
2. Faktor Penghambat. ... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ... 38
A. Jenis Dan Lokasi Penelitian. ... 38
B. Pendekatan Penelitian. ... 39
C. Sumber Data . ... 40
D. Metode Pengumpulan Data. ... 41
E. Instrumen Penelitian... 43
G. Pengecekan Keabsahan Data... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ... 49
A. Hasil Penelitian. ... 49
1. Latar Belakang Objek Penelitian... 49
2. Paparan Data. ... 54
B. Pembahasan. ... 75
1. Mutu Pendidikan Agama Islam. ... 75
2. Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di SDN 124 Paroto. ... 79
3. Faktor pendukung dan Penghambat Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di SDN 124 Paroto. ... 83
BAB V PENUTUP. ... 86
A. Kesimpulan. ... 86
B. Saran. ... 89
DAFTAR PUSTAKA. ... 91
LAMPIRAN. ... 93
ABSTRAK
Skripsi ini mengkaji tentang peranan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng. Adapun rumusan masalah dalam skripsi ini adalah: 1). Bagaimana mutu pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng?, 2). Bagaimana peranan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng?, 3). Apa Faktor pendukung dan penghambat peranan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng?.
Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1) mengetahui mutu pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng, 2) mengetahui peranan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng, 3) mengetahui faktor pendukung dan penghambat peranan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng.
Penelitian yang penulis lakukan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam perjalanan mengumpulkan data, penulis menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan untuk analisisnya, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu berupa data-data yang tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati sehingga dalam hal ini penulis berupaya mengadakan penelitian yang bersifat menggambarkan secara menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya. Selain itu keabsahan datanya di chek menggunakan teknik triangulasi, menggunakan bahan referensi, dan member check.
sekolah sebagai badan pendukung bagi upaya peningkatan mutu pendidikan terutama pendidikan agama islam di SDN 124 Paroto, dapat berupa dukungan finansial, tenaga, dan dukungan pikiran. Misalnya, komite ikut membantu dan menunjang sarana dan prasarana sekolah. 3) sebagai pengotrol (controlling agency) komite sekolah di SDN 124 Paroto melakukan kontrol atau pengawasan pengambilan keputusan kepala sekolah atau perencanaan pendidikan di sekolah. 4) sebagai mediator (executive) komite sekolah sebagai penghubung atau mediator antara pemerintah, sekolah orang tua dan masyarakat memiliki arti, bahwa aspirasi orang tua dan masyarakat ataupun ada penyampaian sekolah terhadap orang tua siswa semuanya itu melalui komite sekolah.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan sangat ditentukan oleh perkembangan dunia
pendidikan, dimana dunia pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam
menentukan arah maju mundurnya mutu pendidikan. Hal ini bisa dirasakan, yaitu
ketika sebuah lembaga pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikannya itu dengan
cara yang benar-benar bagus, maka akan dapat dilihat mutunya. Berbeda dengan
lembaga pendidikan yang melaksanakan pendidikan hanya dengan sekedarnya maka
hasilnyapun biasa-biasa saja.
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan,
khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan
peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana
dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun
demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang
berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota menunjukkan peningkatan mutu
pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih
memprihatinkan.1
Pendidikan adalah salah satu pilar kehidupan bangsa. Masa depan suatu
bangsa bisa diketahui melalui sejauh mana komitmen masyarakat, bangsa ataupun
1
negara dalam menyelenggarakan pendidikan nasional. Oleh karena itu, pendidikan
menjadi faktor utama atau penentu bagi masa depan bangsa. Tujuan pendidikan
nasional dinyatakan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.2
Dalam kaitannya dengan pendidikan, Tilaar mengemukakan bahwa,
sebagaimana dikutip oleh Mulyasa, pendidikan nasional dewasa ini dihadapkan pada
empat krisis pokok, yakni yang berkaitan dengan mutu, relevansi atau efisiensi
eksternal, elitisme, dan manajemen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa sedikitnya ada
enam masalah pokok yang terkait dengan sistem pendidikan nasional: 1) menurunnya
akhlak dan moral peserta didik, 2) pemerataan kesempatan belajar, 3) masih
rendahnya efisiensi internal sistem pendidikan, 4) status kelembagaan, 5) manajemen
pendidikan yang tidak sejalan dengan pembangunan nasional, dan 6) sumber daya
yang tergolong minim dan belum profesional.3
Keenam masalah tersebut merupakan imbas daripada sistem pendidikan
Indonesia yang carut-marut dan tidak menentu. Menurunnya akhlak dan moral
peserta didik pada dasarnya disebabkan oleh kurikulum yang tidak sesuai dengan
perkembangan zaman. Artinya, dalam sebuah proses pendidikan harus berorientasi
pada kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu, konsep pendidikan dalam ajaran Islam
2
Republik Indonesia, Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Fokusmedia, 2009), hal. 6.
3
dijelaskan dalam Al-qur’an Allah berfirman dalam QS Al-Luqman/31: 13 sebagai
dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Al-Luqman:13).4
Berdasarkan ayat di atas, dapat dilihat bahwa konsep pendidikan menurut
Al-Qur’an diarahkan pada upaya menolong anak didik agar dapat melaksanakan
fungsinya mengabdi kepada Allah. Seluruh potensi yang dimiliki anak didik yaitu
potensi intelektual, jiwa dan jasmani harus di bina secara terpadu dalam keselarasan,
keserasian dan keseimbangan yang tergambar dalam sosok manusia seutuhnya. Dan
mengajarkan peserta didik untuk selalu menghormati kedua orang tua, menjalankan
perbuatan amar ma’ruf dan nahi munkar, serta mengajarkan peserta didik untuk
menjalankan hubungan manusia dengan melakukan perbuatan baik, sikap dan
perilaku dalam pergaulan, serta kesedehanaan dalam berkomunikasi dengan sesama.
Para pendidik secara inklusif harus mengembangkan nilai-nilai ilahiyah
(ketuhanan) dan insaniyah (kemanusiaan) dalam berperilaku interaksi dengan
individu (peserta didik), keluarga, dan masyarakat. Karena sesungguhnya setiap
individu mempunyai hak sepenuhnya untuk dapat hidup bebas (merdeka) dan
mendapat pelakuan yang manusiawi pula.
4Al-Qur’an dan Terjemah
Sebuah upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya pendidikan
agama islam di Indonesia tidak pernah berhenti dan selesai. Berbagai konsep dan
wawasan baru akan terus berproses seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan
teknologi. Konsep dan wawasan baru itu diharapkan dapat meningkatkan mutu
sumber daya manusia agar mampu bersaing secara global. Dengan demikian
persoalan peningkatan mutu pendidikan sangat perlu dikaji dan diperjuangkan.
Untuk mereliasisasikan perjuangan dalam meningkatkan mutu pendidikan
maka perlu adanya pembenahan dari segi sumber daya manusianya, lembaga
penyelenggara pendidikannya seperti SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK,
dan perguruan tinggi dan semuanya itu perlu didukung oleh sumber daya pendidik
yang layak. Sumber daya pendidikan itu antara lain: tenaga ahli atau guru,
manajemen, kurikulum, sarana dan prasarana, serta dana yang diadakan dan
didayagunakan oleh pemerintah, masyarakat, keluarga, peserta didik baik secara
sendiri-sendiri maupun dalam bentuk kerjasama.5
Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah merupakan kepedulian
pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat serta upaya
peningkatan mutu pendidikan secara umum. Pemberian otonomi ini menuntut
pendekatan manajemen yang lebih kondusif di sekolah agar dapat mengakomodasi
seluruh keinginan sekaligus memberdayakan bebagai komponen masyarakat secara
efektif, guna mendukung kemajuan dan sistem yang ada di sekolah. Dalam kerangka
inilah, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) tampil sebagai alternatif paradigma baru
manajemen pendidikan yang ditawarkan.
5
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan suatu konsep yang
menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam
rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar dapat
mengakomodasi keinginan masyarakat dan pemerintah.6
Dalam pelaksanaan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), peran serta dan dukungan masyarakat, baik
dalam pengelolaan dan penyelengaraan pendidikan sangat dibutuhkan. Untuk
menampung peran serta masyarakat dalam dunia pendidikan, maka dibentuklah
komite sekolah.
Keberadaan komite sekolah ini telah mengacu kepada Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas)
2000-2004, dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat perlu
dibentuk dewan pendidikan di tingkat kabupaten/kota, dan komite sekolah di tingkat
satuan pendidikan. Amanat rakyat ini sejalan dengan konsepsi desentralisasi
pendidikan, baik di tingkat kabupaten/kota maupun di tingkat sekolah. Amanat rakyat
dalam Undang-Undang tersebut telah ditindaklanjuti dengan keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 004/U/2002 tanggal 2 April tentang dewan pendidikan
dan komite sekolah.7
Dalam Lampiran II: Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044/U/2002
tanggal 2 April 2002 tentang Acuan Pembentukan Komite Sekolah, dinyatakan
bahwa keberadaan komite sekolah berperan sebagai berikut:
1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan
kebijakan pendidikan di satuan pendidikan;
6
E. Mulyasa, ManajemenBerbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006) hal. 11
7
2. Pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran,
maupun tenaga dalam penyelengaraan pendidikan di satuan pendidikan;
3. Pengontrol (contolling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan;
4. Mediator antara pemerintah (executive) dengan masyarakat di satuan
pendidikan.8
Berdasarkan keputusan Mendiknas tersebut, komite sekolah merupakan
sebuah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan
pendidikan baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun jalur
pendidikan luar sekolah. Untuk penanaman badan disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan daerah masing-masing satuan pendidikan, seperti Komite Sekolah, Majelis
Madrasah, Majelis Sekolah, Komite TK, atau nama-nama lain yang disepakati
bersama. 9
Adapun tujuan komite sekolah yaitu 1). Mewadahi dan menyalurkan aspirasi
dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program
pendidikan di satuan pendidikan; 2). Meningkatkan tanggung jawab dan peran
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan; dan 3). Menciptakan suasana dan
kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan
yang bermutu disatuan pendidikan.10
8
Kepmendiknas SK No. 044/U/2002, Tentang Acuan Pembentukan Komite Sekolah (Jakarta: Sinar Grafika, 2003),hlm. 122
9
Hasbullah, Otonomi Pendidikan (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006), hal.89-90
10
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keberadaan dewan pendidikan
dan komite sekolah memang dipandang strategis sebagai wahana untuk meningkatkan
mutu pendidikan terutama pendidikan agama islam di Indonesia. Beberapa kalangan
masyarakat serta serta pakar dan pengamat pendidikan yang diundang untuk
memberikan masukan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, pada umumnya
sangat antusias dan mendukung sepenuhnya gagasan pembentukan dewan pendidikan
dan komite sekolah.
Untuk dapat memberdayakan dan meningkatkan peran serta masyarakat,
sekolah harus bisa membina kerjasama dengan orang tua dan masyarakat,
menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik dan warga
sekolah. Itulah sebabnya paradigma MBS mengandung makna sebagai manajemen
partisipatif yang melibatkan peran serta masyarakat sehingga semua kebijakan dan
keputusan yang diambil adalah kebijakan dan keputusan bersama, untuk mencapai
keberhasilan bersama.11
Partisipasi ini perlu dikelola dan dikoordinasikan dengan
baik agar lebih bermakna bagi sekolah, terutama dalam peningkatan mutu dan
efektifitas pendidikan lewat suatu wadah yaitu dewan pendidikan di tingkat
kabupaten/kota dan komite sekolah di setiap satuan pendidikan.
SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng merupakan
salahsatu lembaga penyelenggaraan pendidikan yang menyikapi dengan serius
permasalahan pendidikan yang telah lama menjangkrit terutama yang menyangkut
masalah peningkatan mutu pendidikan tak terkecuali pendidikan agama islam.
Lembaga ini dalam menyikapi permasalahan tersebut tidaklah bekerja sendiri, namun
SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng mengikutsertakan pihak
11
komite sekolah sebagai partner kerjanya. Langkah ini diambil karena pihak lembaga
menyadari bahwa berfikir, berbuat dan bekerja akan lebih baik jika dilakukan dengan
bersama (stakeholders).
Dengan berasumsi bahwa pendidikan merupakan masalah semua pihak
terutama dalam rangka peningkatan mutu pendidikan agama Islam, maka pihak SDN
124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng berusaha seoptimal mungkin
memberdayakan dan mengikutsertakan keterlibatan komite sekolah dalam segala
jenis usaha yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar.
Hal ini dimaksudkan, agar semua elemen masyarakat dapat ikut serta dalam
menyukseskan pendidikan putra-putrinya dengan mutu yang lebih baik. Karena itu
juga, hal ini sebagai bagian dari respon terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah
dalam beberapa Undang-Undang dan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional yang
terkait dengan pengikutsertaan masyarakat dalam rangka mewujudkan pendidikan
yang bermutu tak terkecuali pendidikan agama islam.
Berdasarkan pada uraian di atas, maka penulis tertarik membahas masalah
dengan judul “ Peranan Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Agama Islam Di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng”.
B.Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang perlu
dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mutu pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan
Lilirilau Kabupaten Soppeng?
2. Bagaimana peranan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan
3. Apa faktor pendukung dan penghambat peranan komite sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan
Lilirilau Kabupaten Soppeng?
C.Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus
Agar pokok permasalahan yang diteliti tidak melebar dari apa yang ditentukan
semula, maka penelitian ini hanya memfokuskan pada masalah tertentu. Adapun
batasan-batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mutu pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau
Kabupaten Soppeng. Dalam hal ini ada tiga hal penting yang perlu
diperhatikan, diantaranya yaitu:
a. Input
Input pendidikan adalah segala hal yang tersedia untuk berlangsungnya
proses.
b. Proses
Proses pendidikan merupakan kejadian berubahnya sesuatu menjadi sesuatu
yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut
input, sedang sesuatu dari hasil proses disebut output.
c. Output
Output pendidikan merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah
prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja
sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektifitasnya, produktivitasnya,
2. Peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di
SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng. Komite sekolah
keberadaannya berperan sebagai berikut:
a. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan,
b. Pendukung (supporting agency) baik berujung finansial, pemikiran,
maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan,
c. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyenlenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan
pendidikan,
d. Mediator antara pemerintah (executive) dengan masyarakat di satuan
pendidikan.
3. Faktor pendukung dan penghambat peranan komite sekolah dlam
meningkatkan mutu pendidikan agama islam di SDN 124 Paroto Kecamatan
Lilirilau Kabupaten Soppeng.
Setiap suatu lembaga organisasi pasti memiliki faktor pendukung dan
penghambat dalam menjalankan lembaga organisasi tersebut seperti komite
sekolah.
a. Faktor pendukung
Faktor pendukung di sini merupakan faktor yang memberikan dukungan
atau dorongan peranan komite sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan agama islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau
Kabupaten Soppeng.
Faktor penghambat di sini merupakan faktor yang memberikan
hambatan-hamabatan peranan komite sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan agama islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau
Kabupaten Soppeng.
D. Kajian Pustaka
Penelitian yang mengangkat tema mengenai masalah komite sekolah bukanlah
tema baru dalam dunia penelitian. Paling tidak ada penelitian terdahulu yang pernah
mengangkat tema ini. Penelitian tersebut adalah yang dilakukan oleh M. Abdul Rofiq
Roziqi, dalam skripsinya yang berjudul: Strategi komite sekolah dalam meningkatkan
kualitas pendidikan di MTs Surya Buana Malang diantaranya yaitu:
1. Dari aspek manajemennya, komite sekolah menjembatani dengan perlu
adanya perlibatan masyarakat untuk ikut rasa memiliki terhadap
perkembangan lembaga dalam artian masyarakat diberi keluasan untuk urun
rembung,
2. Dari aspek Sumber Daya Manusia (SDM), komite sekolah telah melakukan
upaya-upaya sebagai berikut:mengadakan study banding, mendelegasikan
seminar dan pelatihan, memberikan tips pendidikan ringan,
3. Dari aspek kurikulum, komite sekolah secara kultural berupaya menjembatani
ketika peserta didik berada di rumah, dengan jalan selalu menghimbau pada
wali murid untuk terus melakukan pendampingan dan bimbingan dalam
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari apa yang telah di dapat
dari sekolah agar ada keseimbangan antara di sekolah dan di rumah.
4. Dari aspek sarana dan prasarana, komite sekolah berupaya memaksimalkan
prasarana di sekolah guna menunjang proses belajar mengajar jadi tidak
tergantung pada instansi pemerintah karena sadar bahwa sekolahnya adalah
swasta.12
Annisah dalam skripsinya yang berjudul: Peran komite madrasah dalam
pengembangan Madrasah Tsanawiyah Negeri Jabang Talun Blitar yaitu, meliputi
pemberi pertimbangan, komite madrasah berperan sebagai pendukung baik yang
berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga, peranan komite sekolah selanjutnya
sebagai mediator antara pemerintah dengan masyarakat di lingkungan madrasah.
Dalam perwujutan peranan komite madrasah dalam pengembangan madrasah
meliputi: pengembangan di bidang sarana prasarana, dan pengembangan di bidang
keuangan.13
Sementara Yuliati dalam skripsinya yang berjudul: Strategi pimpinan
madrasah dalam meningkatkan peran komite madrasah di MTsN Malang 1 dapat
diklasifikasikan menjadi 8 macam; 1) memilih orang-orang yang tepat menjadi
pengurus komite madrasah, 2) membagi beban kerja yang merata sehingga pengurus
komite dapat bekerja secara maksimal, 3) menjalin kerjasama dan komunikasi yang
baik dengan adanya keterbukaan (transparan) dalam bekerjasama. 4) saling menjaga
amanah dalam menjalankan tugas serta ada kemauan untuk berbenah diri dan bukan
untuk saling menjatuhkan satu sama lain, 5) memberi point/nilai bagi yang
12
Abdul Rofiq Roziqi, “Strategi Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2007,hal. 114-115.
13
berperestasi, 6) menjalin rasa kekeluargaan, dan 7) melibatkan komite dalam setiap
kegiatan yang ada di madrasah.14
Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis di sini akan mengadakan
penelitian tentang peranan komite sekolah. Adapun yang membedakan dengan
skripsi terdahulu, pada penelitian ini peneliti lebih menekankan pada mutu
pendidikan agama Islam, yang mana pada penelitian terdahulu lebih ditekankan pada
kualitas pendidikan secara umum dan pengembangan Madrasah Tsanawiyah. Jadi, di
sini peneliti akan membahas tentang “Peranan komite sekolah seabagai dewan yang
memberi pertimbangan (advisory council), pendukung (supporting agency),
pengontrol (controlling agency) dan mediator antara pemerintah dengan masyarakat
guna meningkatkan mutu pendidikan agama islam di SDN 124 Paroto Kecamatan
Lilirilau Kabupaten Soppeng.
E.Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Berpijak dari pokok permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini
secara umum sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui mutu pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto
Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng.
b. Untuk mengetahui peranan komite sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau
Kabupaten Soppeng.
14
c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat peranan komite
sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di SDN 124
Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dijelaskan beberapa manfaat
dari pelaksanaan penelitian masalah tersebut, sebagai berikut:
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsih dalam
menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan
peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama
Islam.
b. Secara praktis, dapat bermanfaat bagi para pembaca, pengajar dan para
pihak yang berkecimpung dalam lembaga pendidikan pada umumnya
serta bagi penulis khususnya agar menyadari betapa pentingnya peran
komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam.
c. Secara institusional, dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran atau
sebagai bahan masukan untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan
dengan peningkatan mutu pendidikan agama islam melalui peranan
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A.Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam
Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia merupakan pra syarat
mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, dan pendidikan merupakan salah satu
wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut. Sementara salah
satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya
mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan (sekolah), khususnya
pendidikan dasar dan menengah termasuk dalam pendidikan agama islam. Berbagai
upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan salah satunya
adalah diterapkannya manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yaitu model
manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong
pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga
sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua dan masyarakat) untuk
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.15
Penerapan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah memberikan
peluang bagi masyarakat untuk dapat meningkatkan peran sertanya secara aktif dalam
pengelolaan pendidikan, dan lembaga yang mewadahinya adalah dewan pendidikan
yang berkedudukan di kabupaten/kota dan komite sekolah yang berkedudukan di
satuan pendidikan (sekolah). Munculnya kedua lembaga ini didasarkan pada
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002
tentang dewan pendidikan dan komite sekolah.
Komite sekolah merupakan sebuah konsep pemahaman baru bahwa
pendidikan adalah tanggung jawab bersama, dan harus dikelola secara terbuka dan
demokratis. Peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan terutama
pendidikan agama islam dinilai sangat tepat. Adapun peranan yang dijalankan oleh
komite sekolah, yaitu:
(1) Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan
kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.
(2) Pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran,
maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
(3) Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
(4) Mediator antara pemerintah (executive) dengan masyarakat di satuan
pendidikan.16
Komite sekolah sebagai badan pemberi pertimbangan bagi sekolah memiliki
arti, bahwa komite sekolah dipandang sebagai mitra kerja kepala sekolah yang dapat
diajak bermusyawarah tentang masa depan sekolah. Melalui komite sekolah orang tua
dan masyarakat dapat ikut merumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran yang akan
dicapai oleh ekolah, sampai dengan menetapkan cara atau strategi yang akan
ditempuh untuk mencapainya yang berupa rumusan kebijakan, program, dan kegiatan
sekolah.
Peran komite sekolah sebagai badan pendukung bagi penyelenggara dan
upaya peningkatan mutu pendidikan terutama pendidikan agama islam, dapat berupa
dukungan finansial, tenaga, dan dukungan pikiran. Secara nyata pemberian dukungan
16
ini dapat diwujudkan diantaranya dengan pemecahan masalah kekurangan guru, biaya
sekolah bagi anak kurang mampu, dan tenaga untuk ikut memperbaiki sekolah yang
rusak. Pemberdayaan bantuan sarana dan prasarana yang diperlukan di sekolah
melalui sumber daya yang ada pada masyarakat, hal ini dilakukan dengan
berkoordinasi dengan dewan pendidikan.
Komite sekolah juga berperan sebagai penghubung atau mediator antara
pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat memiliki arti, bahwa aspirasi orang
tua dan masyarakat akan disalurkan melalui komite sekolah untuk disampaikan
kepada sekolah. Peran sebagai mediator ini memerlukan kecermatan dalam
mengidentifikasi kepentingan, kebutuhan dan keluhan orang tua dan masyarakat.
Aspirasi yang disalurkan melalui komite sekolah dimanfaatkan oleh sekolah sebagai
masukan bagi koreksi ke arah perbaikan. Komite sekolah juga berperan dalam
mensosialisasikan berbagai kebijakan dan program yang telah ditetapkan disekolah
sehingga dapat akuntabel (dipertanggung jawabkan) kepada masyarakat. Bagi komite
sekolah peran yang harus dijalankan sebagai mediator adalah pemberdayaan sumber
daya yang ada pada orang tua siswa bagi pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Sesuai dengan peranannya sebagai mediator antara pemerintah dengan
masyarakat, komite sekolah berusaha untuk memberikan pengarahan dan keterangan
yang jelas mengenai kebijakan pemerintah dalam dunia pendidikan. Hal ini bertujuan
untuk memberikan pemahaman msyarakat bahwa pemerintah selalu melakukan upaya
1. Komite Sekolah
a) Pengertian Komite Sekolah
Perubahan paradigma pemerintah dari sentralisasi ke desentralisasi
telah membuka peluang masyarakat untuk meningkatkan peran sertanya
dalam pengelolaan pendidikan. Salah satu upaya untuk meningkatkan peluang
berpartisipasi tersebut adalah melalui Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
yang mengacu kepada Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa komite sekolah adalah
partisipasi yang berlaku pada masyarakat selama ini belum diartikan secara
universal. Para perencana pembangunan termasuk di dalamnya pejabat
pemerintah, mengartikan partisipasi sebagai dukungan terhadap program atau
royek pembangunan yang direncanakan dan di tentukan oleh pemerintah.
Besarnya partisipasi masyarakat sering diukur oleh seberapa besar sumbangan
yang diberikan masyarakat yang ikut menanggung biaya pembangunan,
apakah itu berupa uang atau tenaga. Makna partisipasi yang berlaku secara
universal adalah kerjasama yang erat antara perencana dan rakyat dalam
merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan suatu
program pembangunan.17
Sebagai konsekuensi perluasan makna partisipasi masyarakat dalam
penyelengaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, maka diperlukan
suatu wadah yang dapat menampung dan menyalurkan pikiran, gagasan,
dalam mengupayakan kemajuan pendidikan yang diberi nama Komite
17
Sekolah. Dalam hal ini, Komite Sekolah adalah badan mandiri yang
mewadahi peran serta masyarakat dalam meningkatkan mutu, pemerataan, dan
efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan sekolah, baik
pendidikan prasekolah maupun pendidikan dasar dan menengah. Komite
sekolah merupakan suatu badan atau lembaga non-profit dan non-politis, yang
dibentuk berdasarkan musyawarah demokratis para stakeholder pendidikan
sekolah, sebagai representasi dari berbagai unsur yang bertanggung jawab
terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan.18
Menurut Sanafiah Faizal (1981) hubungan antara sekolah dan
masyarakat dapat dilihat dari dua segi yaitu : (1) sekolah sebagai partnert dari
masyarakat dalam melakuakan fungsi pendidikan, dan (2) sekolah sebagai
produser yang menangani peranan-peranan pendidikan dari masyarakat
lingkungannya.19
Untuk itu sekolah dan masyarakat harus saling bekerja sama
dan bertanggung jawab dalam proses pendidikan disamping tanggung jawab
pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
b). Kedudukan dan Sifat Komite Sekolah
Komite sekolah berkedudukan disetiap satuan pendidikan, yaitu
sekolah, pada seluruh jenjang pendidikan, dari jenjang pendidikan, pendidikan
dasar, hingga pendidikan menengah baik sekolah negeri maupun swasta. Pada
setiap sekolah terdapat satu komite sekolah. Dalam hal terdapat beberapa
sekolah pada satu lokasi, atau beberapa sekolah yang berbeda jenjang tetapi
18
Depertamen Agama RI. Pedoman Komite Sekolah (Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam). 2003. hal.9-11
19
berada pada lokasi berdekatan, atau beberapa sekolah yang dikelola oleh suatu
penyelenggara pendidikan, atau karena pertimbangan lainnya, dapat dibentuk
kordinator komite sekolah.
Komite sekolah merupakan badan yang bersifat mandiri dan tidak
mempunyai hubungan hirarkis dengan sekolah maupun lembaga pemerintah
lainnya. Komite sekolah memiliki kemandirian masing-masing, tetapi tetap
sebagai mitra yang harus saling bekerja sama sejalan dengan konsep
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).20
c). Tujuan Komite Sekolah
Berdasarkan buku pedoman Komite Sekolah tujuan dibentuknya
Komite Sekolah sebagai suatu organisasi masyarakat sekolah adalah sebagai
berikut:
1) Mewadahi dan menyalurkan inspirasi dan prakarsa masyarakat dalam
melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan
pendidikan.
2) Meningkatkan tanggungjawab dan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan di satuan pendidikan
20
3) Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang
bermutu di satuan pendidikan.21
d). Peran dan Fungsi Komite Sekolah
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara orang tua,
masyarakat dan pemerintah. Sayangnya ungkapan bijak tersebut sampai saat
ini lebih bersifat slogan dan masih jauh dari harapan yang sebenarnya. Boleh
dikatakan tanggung jawab masing-masing masih belum optimal, terutama
peran serta masyarakat yang sampai saat ini masih dirasakan belum banyak
diberdayakan.22
Peran serta masyarakat dalam pendidikan telah dikemukakan dalam
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 54. Dan
secara spesifik, pada pasal 56 disebutkan bahwa di masyarakat ada dewan
pendidikan dan komite sekolah atau komite madrasah, yang berperan sebagai
berikut:
1) Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan
yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah.
21
Depertamen Agama RI. Pedoman Komite Sekolah (Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam). 2003. hal. 14-16
22
2) Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan
dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan
pertimbangan, arahan, dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta
pengawasan pendidikan di tingkat nasional, propinsi, dan
kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan hirarkis.
3) Komite sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan
berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dan memberikan
pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta
pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.23
Adapun peran yang dijalankan komite sekolah adalah sebagai berikut:
a) Pemberi pertimbangan (advisory agency), dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.
b) Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial,
pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di
satuan pendidikan.
c) Pengontrol (controlling agency), dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan
pendidikan.
d) Mediator antara pemerintah (executive), dengan masyarakat di satuan
pendidikan.
23
Sementara itu, untuk menjalankan peran komite sekolah juga berfungsi
dalam hal-hal sebagai berikut:
(1) Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu;
(2) Melakukan upaya kerjasama dengan masyarakat (perorangan
/organisasi/dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
(3) Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai
kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat;
(4) Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan
pendidikan mengenai:
(a) Kebijakan dan program pendidikan;
(b) Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS);
(c) Kriteria kinerja satuan pendidikan;
(d) Kriteria tenaga pendidikan;
(e) Kriteria fasilitas pendidikan;
(f) Hal-hal yang terkait dengan pendidikan.
(5) Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan
guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan;
(6) Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan dan
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;
(7) Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.24
24
Komite Sekolah sesuai peran dan fungsinya, melakukan akuntabilitas
sebagai berikut :
(a) Komite sekolah menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program
sekolah kepada stakeholder secara periodik, baik yang berupa
keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran
program sekolah.
(b) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban bantuan masyarakat baik
berupa materi (dana, barang tak bergerak maupun bergerak), maupun
non materi (tengah, pikiran) kepada masyarakat dan pemerintah
setempat.25
e) Organisasi Komite Sekolah
1) Keanggotaan
Keanggotaan komite sekolah berasal dari unsur-unsur yang ada
dalam masyarakat. Di samping itu unsur dewan guru, yayasan/lembaga
penyelenggara pendidikan, Badan Pertimbangan Desa dapat pula
dilibatkan sebagai anggota. Anggota komite sekolah tersebut dibentuk
dengan ketentuan-ketentuan unsur tertentu, misalnya:
a) Unsur masyarakat yang berasal dari : orang tua/wali peserta didik;
tokoh masyarakat; tokoh pendidikan; dunia usaha/industri;
organisasi profesi tenaga pendidikan; wakil alumni; dan khusus
untuk jenjang pendidikan menengah, wakil peserta didik;
25
b) Unsur dewan guru, paling banyak 15% dari jumlah anggota Komite
Sekolah.
c) Unsur yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan;
d) Badan Pertimbangan Desa atau lain-lain yang dianggap perlu dapat
pula dilibatkan sebagai anggota Komite Sekolah;
e) Perwakilan dari organisasi siswa, bagi Madrasah Aliyah.
Jumlah anggota Komite Madrasah disesuaikan dengan kebutuhan dan
jumlahnya gasal.
2) Kepengurusan
Pengurus Komite Sekolah ditetapkan berdasarkan AD/ART yang
sekurang-kurangnya terdiri atas seorang ketua, sekretaris, bendahara, dan
bidang-bidang tertentu sesuai dengan kebutuhan. Pengurus komite dipilih
dari dan oleh anggota secara demokratis. Khusus jabatan ketua komite
dianjurkan bukan berasal dari kepala satuan pendidikan. yang menangani
urusan administrasi Komite Sekolah sebaiknya juga bukan pegawai
sekolah.
Pengurus Komite Sekolah adalah personal yang ditetapkan
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a) Dipilih dari dan oleh anggota secara demokratis dan terbuka
dalam musyawarah Komite Sekolah.
b) Masa kerja ditetapkan oleh musyawarah anggota Komite Sekolah.
c) Jika diperlukan pengurus Komite Sekolah dapat menunjuk atau
dibantu oleh tim ahli sebagai konsultan sesuai dengan bidang
Mekanisme kerja pengurus Komite Sekolah dapat diidentifikasikan
sebagai berikut:
(1) Pengurus Komite Sekolah terpilih bertanggungjawab kepada
musyawarah anggota sebagai forum tertinggi sesuai AD dan ART.
(2) Pengurus Komite Sekolah menyusun program kerja yang disetujui
melalui musyawarah anggota yang berfokus pada peningkatan mutu
pelayanan pendidikan peserta didik.
(3) Apabila pengurus Komite Sekolah terpilih dinilai tidak produktif
dalam masa jabatannya, maka musyawarah anggota dapat
memberhentikan dan mengganti dengan dengan kepengurusan baru.
(4) Pembiayaan pengurus Komite Sekolah diambil dari anggota Komite
Sekolah yang ditetapkan melalui musyawarah.
3) Anggaran Dasar dan Rumah Tangga
Komite Sekolah wajib memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga (AD/ART). Anggaran Dasar sekurang-kurangnya memuat:
a) Nama dan tempat kedudukan
b) Dasar, tujuan dan kegiatan;
c) Keanggotaan dan kepengurusan;
d) Hak dan Kewajiban anggota dan pengurus;
e) Keuangan;
f) Mekanisme kerja dan rapat-rapat;
g) Perubahan AD dan ART dan pembubaran organisasi.
(1) Mekanisme pemilihan, penetapan anggota, dan pengurus Komite
Sekolah.
(2) Rincian tugas Komite Sekolah.Mekanisme rapat.
(3) Kerjasama dengan pihak lain.
(4) Ketentuan penutup.
4) Pembentukan Komite Sekolah
(a) Prinsip Pembentukan
Pembentukan Komite Sekolah harus dilakukan secara transparan,
akuntabel, berkeadilan, dan demokratis. Dilakukan secara transparan adalah
bahwa Komite Sekolah harus dibentuk secara terbuka dan diketahui oleh
masyarakat secara luas mulai dari tahap pembentukan panitia persiapan, proses
sosialisasi oleh panitia persiapan, kriteria calon anggota, proses seleksi calon
anggota, pengumuman calon anggota, proses pemilihan, dan penyampaian hasil
pemilihan. Dilakukan secara akuntabel adalah bahwa panitia persiapan
hendaknya menyampaikan laporan pertanggungjawaban kinerjanya maupun
penggunaan kepanitiaan. Dilakukan secara demokratis adalah bahwa dalam
proses pemilihan anggota dan pengurus dilakukan dengan musyawarah
mufakat. Dilakukan secara berkeadilan adalah dengan perwakilan masyarakat.
Sekolah atau lainnya secara proporsional dan adil. Jika dipandang perlu
pemilihan anggota dan pengurus dapat dilakukan melalui pemungutan suara.
(b) Mekanisme
Pembentukan Komite Sekolah diawali dengan pembentukan panitia
persiapan yang dibentuk oleh kepala satuan pendidikan dan atau oleh
yang terdiri atas kalangan praktisi pendidikan (seperti guru, kepala satuan
pendidikan, penyelenggara pendidikan), pemerhati pendidikan (LSM peduli
pendidikan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dunia usaha dan industri), dan
orang tua peserta didik.
Panitia persiapan bertugas mempersiapkan pembentukan Komite
Sekolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Mengadakan forum sosialisasi kepada masyarakat (termasuk
pengurus/anggota BP3, Majelis Sekolah dan Komite Sekolah yang
sudah ada) tentang Komite Sekolah menurut keputusan ini.
(2) Menyusun kriteria dan mengidentifikasi calon anggota berdasarkan
usulan dari masyarakat.
(3) Menyeleksi anggota berdasarkan usulan dari masyarakat.
(4) Mengumumkan nama-nama calon anggota kepada masyarakat.
(5) Menyusun nama-nama terpilih.
(6) Memfasilitasi pemilihan pengurus dan anggota Komite Sekolah.
(7) Menyampaikan nama pengurus dan anggota Komite Sekolah kepada
kepala satuan pendidikan.
Panitia persiapan dinyatakan bubar setelah Komite Sekolah terbentuk.
(c)Penetapan
Calon anggota Komite Sekolah yang disepakati dalam musyawarah atau
mendapat dukungan suara banyak melalui pemungutan suara secara langsung
menjadi anggota Komite Sekolah sesuai dengan jumlah anggota yang
disepakati dari masing-masing unsur. Komite Sekolah ditetapkan untuk pertama
dalam AD dan ART. Misalnya dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga disebutkan bahwa pemiilihan anggota dan pengurus Komite Sekolah
ditetapkan oleh musyawarah anggota Komite Sekolah.
Pengurus dan anggota Komite terpilih dilaporkan kepada pemerintah
daerah dan dinas pendidikan setempat. Untuk memperoleh kekuatan hukum,
komite sekolah dapat dikukuhkan oleh pejabat pemerintahan setempat.
Misalnya, Komite Sekolah untuk SD dan SMP dikukuhkan oleh Camat dan
Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota setempat.26
2. Mutu Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian mutu pendidikan agama islam
Program mutu sebenarnya berasal dari dunia bisnis. Dalam dunia
bisnis, baik yang bersifat produksi maupun jasa, program mutu merupakan
program utama sebab kelanggengan dan kemajuan usaha sangat ditentukan
oleh mutu esuai dengan permintaan dan tuntutan pengguna. Permintaan dan
tuntutan pengguna terhadap produk dan jasa layanan yang diberikan harus
selalu ditingkatkan. Dewasa ini, mutu bukan hanya menjadi masalah dan
kepedulian dalam bidang bisnis, melainkan juga dalam bidang-bidang lainnya,
seperti permintaan, layanan sosial, pendidikan, bahkan bidang keamanan dan
ketertiban sekalipun.27
Secara etimologis, mutu adalah derajat (tingkat) keunggulan suatu
produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik yang
26
Depertamen Agama RI. Pedoman Komite Sekolah (Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam). 2003. hal. 16-22
27
tangible maupun intangible. Menurut Juruan (1962) mutu adalah kesesuaian
dengan tujuan atau manfaatnya. Crosby (1979) berpendapat bahwa mutu
adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availabiliti, delivery,
realibility, maintainbility, dan cost effectiviness. Sementara itu, Deming
(1982) menyatakan bahwa mutu harus bertujuan mmenuhi kebutuhan siswa
sekarang dan dimasa yang akan datang. Menurut Elliot (1993) kualitas/mutu
adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung pada
waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai dengan tujuan. Menurut Goetch dan
Gavis (1995), “ kualitas/mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan
dengan layanan, orang, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
apa yang diharapkan.28
Secara umum mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh
dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan
kebutuhan yang diharapkan. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu
mencakup input, proses, dan output pendidikan.29
Input pendidikan adalah segala hal yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Segala hal yang dimaksud meliputi
sumber daya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu
bagi berlangsungnya proses. Input sumberdaya meliputi sumber daya manusia
( kepala sekolah, guru termasuk guru BP, karyawan dan siswa) dan sumber
daya selebihnya (peralatan, peerlengkapan, uang, bahan dan lain sebagainya).
Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan
28
Rusman, Manajemen Kurikulum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009),hal. 554
29
perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana, program dan lain sebagainya.
Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai
oleh sekolah. kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung
dengan baik. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari
tingkat kesiapan input. Makin tinggi kesiapan input, makin tinggi pula mutu
input tersebut.30
Proses pendidikan merupakan kejadian berubahnya sesuatu menjadi
sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses
disebut input, sedang sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam
pendidikan berskala mikro (tingkat sekolah) proses yang dimaksud meliputi
proses pengambilan keputusan pengelolaan kelembagaan pengelolaan
program, proses belajar mengajar, serta proses monitoring dan evaluasi,
dengan catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki tingkat kepentingan
tertinggi dibandingkan dengan proses-proses lainnya.
Proses dikatakan bermutu apabila pengkordinasian dan penyerasian
serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan, dsb)
dilakukan secara harmonis dan terpadu sehingga mampu menciptakan situasi
pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong motivasi dan minat
belajar, dan benar-benar memberdayakan peserta didik. Kata memberdayakan
mengandung arti bahwa peserta didik tidak sekedar menguasai pengetahuan
yang diajarkan oleh gurunya, akan tetapi pengetahuan tersebut juga telah
menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati dan diamalkan dalam
30
kehidupan sehari-hari, dan yang lebih penting lagi peserta didik tersebut
mampu belajar secara terus menerus (mampu mengembangkan dirinya).
Output pendidikan merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah
prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah
dapat diukur dari kualitasnya, efektifitasnya, produktivitasnya, efisiensinya,
inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya, dan moral kerjanya. Khusus yang
berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat dijelaskan bahwa output sekolah
dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khususnya prestasi
belajar siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam: 1) prestasi
akademik, berupa nilai ulangan harian, nilai ulangan umum atau nilai
pencapaian ketuntasan kompetensi, hasil Ebtanas, karya ilmiah, lomba
akademik, karya-karya lain peserta didik dan 2) prestasi non-akademik seperti
IMTAQ, kejujuran, kesopanan dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling
berhubungan (proses) misalnya perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.31
Sudarwan Danim mentakan bahwa hasil (output) pendidikan
dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan akademik dan
ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk jenjang
pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu. Keunggulan
akademik dinyatakan dengan nilai yang di capai oleh peserta didik.
Sedangkan keunggulan ekstrakurikuler dinyatakan dengan aneka jenis
keterampilan yang di peroleh siswa selama mengikuti kegiatan
31
ekstrakurikuler.32
Disamping itu, mutu keluaran (output) juga dapat dilihat dari
nilai-nilai hidup yang dianut, moralitas, dorongan untuk maju, dan lain-lain
yang diperoleh dari anak didik selama menjalani pendidikan.
Menurut Ace Suryadi, mutu pendidikan adalah kemampuan lembaga
pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk
meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin.33
Disamping itu,
pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang dapat menghaslkan lulusan
yang berkulitas yaitu lulusan yang memiliki prestasi akademik yang mampu
menjadi pelopor pembaharuan dan perubahan sehingga mampu menjawab
berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapinya, baik itu di masa
sekarang atau masa yang akan datang. Mutu pendidikan bukanlah suatu
konsep yang berdiri sendiri akan tetapi terkait erat dengan tuntutan dan
kebutuhan masyarakat.
Berangkat dari pengertian tersebut, maka dalam mendefinisikan mutu
pendidikan agama islam adalah pendidikan yang dapat menghasilkan dan
membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia serta mampu menanamkan
dan menumbuhkembangkan ajaran islam dan nilai-nilainya untuk dijadikan
pandangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan dikembangkan
dalam keterampilan hidupnya sehari-hari.34
b. Ciri-ciri Mutu Pendidikan Agama Islam
32
Sudarwan Darim, Visi Baru Manajemen Sekolah (Jakarta: PT. Bumi aksara, 2006)hal 53-54
33
Ace Suryadi, Indikator Mutu dan Efisiensi Pendidikan Sekolah Dasar di Indonesia (Jakarta: Balitbang Dek dik bud, 1992),hal. 159
34
Era globalisasi merupakan era persaingan mutu. Oleh karena itu,
lembaga pendidikan mulai dari tingkat tinggi harus memperhatikan mutu
pendidikan terutama mutu pendidikan agama islam. Lembaga pendidikan
berperan dalam kegiatan jasa pendidikan maupun pengembangan sumber daya
manusia harus memiliki keunggulan-keunggulan yang diperioritaskan dalam
lembaga penidikan tersebut.
Transformasi menuju sekolah bermutu diawali dengan mengadopsi
dedikasi bersama terhadap mutu oleh dewan sekolah, administrator, staff,
siswa, guru dan komunitas. Proses diawali dengan mengembangkan visi dan
misi untuk wilayah dan setiap sekolah serta departemen dalam wilayah
tersebut.35
c. Indikator Mutu Pendidikan Agama Islam
Ada beberapa indikator yang menunjukkan pendidikan agama islam
yang bermutu, diantaranya yaitu:
1) Secara akademik, lulusan pendidikan tersebut dapat melanjutkan
kejenjang pendidikan yang lebih tinggi,
2) Secara moral, lulusan pendidikan tersebut dapat menunjukkan tanggung
jawab dan kepeduliannya terhadap masyarakat sekitarnya,
3) Secara individual, lulusan pendidikan tersebut semakin meningkatkan
ketakwaannya, yaitu manusia yang melaksanakan segala perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya,
35
4) Secara sosial, lulusan pendidikan tersebut dapat berinteraksi dan
bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya,
5) Secara kultural, ia mampu menginterpretasikan ajaran agamanya sesuai
dengan lingkungan sosialnya. Dengan kata lain dimensi kognitif
(intelektual), afektif (emosional), dan psikomotorik (praktis) kultural
dapat terbina secara seimbang.36
B.Faktor Pendukung dan Penghambat Peranan Komite Sekolah dalam
Menigkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam
Faktor pendukung dan penghambat komite sekolah dalam menjalankan perannya :
1. Faktor pendukung
Bahwa untuk mengetahui hambatan atau masalah-masalah diatas perlu
adanya dorongan atau dukungan baik dari pemerintah, pihak sekolah dan komite
sekolah, yakni:
a) Transparan berarti pembentukan komite sekolah dilakukan secara terbuka.
Diketahui oleh masyarakat lingkungan sekolah mulai dari tahap persiapan,
pembentukan panitia kriteria calon, pengumuman calon, proses pemilihan
sampai dengan penyampaian hasil penilaian kepada masyarakat.
b) Akuntable dalam arti pembentukan komite sekolah yang dilakukan oleh
pelaksana dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat baik secara
substansi maupun secara fungsional.
36
c) Demokratis berarti pembentukan komite sekolah dilakukan dengan
melibatkan seluruh masyarakat khususnya masyarakat lingkungan sekolah,
baik secara musyawarah mufakat maupun melalui pemungutan suara.37
2. Faktor penghambat
Lembaga komite sekolah telah ada dan dibentuk disetiap sekolah di
Indonesia. Tetapi keberadaan komite sekolah terutama didaerah tertinggal masih
banyak menghadapi beberapa hambatan. Penyebabnya antara lain: (1) karena
pelaksanaan dan fungsi komite sekolah tidak selalu dapat memenuhi harapan
tersebut, (2) pelaksanaan peran dan fungsi komite sekolah masih sangat variatif.
Di satu pihak ada komite sekolah yang masih melanjutkan peran dan fungsi BP3
yang sering disebut sebagai stempel kepala sekolah dan adapula komite sekolah
yang justru ditakuti oleh kepala sekolah.38
Selain itu konsep yang amat elegan ini dalam praktek masih menyisakan
penyakit sistem birokrasi yang sentralistik dan feodalistik. Sistem birokrasi “abs”
asal bapak senang, birokrasi yang dilayani bukan melayani sistem birokrasi
diatas meja bukan dilapangan, atau sistem birokrasi yang berorientasi untuk
atasan bukan untuk pelanggan sebagaimana dipaparkan didepan ternyata tidak
secara serta-merta dapat berubah meskipun telah diterapkan desentralisasi
pendidikan dan dengan adanya otonomi pendidikan.39
37
Sri Renani Pantjastuti, Komite Sekolah. Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008 hal. 84
38
Sri Renani Pantjastuti, Komite Sekolah. hal. 84
39
Beberapa masalah pokok lain yang dihadapi tentang komite ini yang
akhirnya dikatakan peranannya belum optimal, permasalahan termasuk antara
lain:
a) Masalah pemahaman, pemahaman tentang komite sekolah sangat
beragam tentang peranannya, pembentukannya, keterwakilannya dalam
susunan anggota dan yang lebih fatal lagi komite sekolah belum
mempunyai AD dan ART komite.
b) Masalah budaya yang dimaksudkan disini adalah berfikir serta bertindak
masyarakat terhadap sekolah. Pola pikir mereka kebanyakan menganggap
sekolah sebagai lembaga jasa dan masyarakat sebagai konsumen.
c) Masalah pembinaan komite sekolah yang merupakan lembaga
representatif masyarakat untuk sekolah sudah lama ada semenjak adanya
BP3, POMG, yang terakhir komite sekolah belum dapat berfungsi dengan
baik.
d) Masalah sosial ekonomi. Belum optimalnya peran komite sekolah
disebabkan juga oleh kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah.40
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Jenis Dan Lokasi Penelitian
Sesuai dengan judul yang dikemukakan yakni “ Peranan Komite Sekolah
Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikn Agama Islam Di SDN 124 Paroto Kecamatan
Lilirilau Kabupaten Soppeng”. Maka pendekatan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan berusaha melaksanakan pengkajian data deskriptif yang
akan dituangkan dalam bentuk laporan atau uraian.
Penelitian kualitatif menurut Suharsimi Arikunto adalah penelitian
naturalistic. Istilah “naturalistic” menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian ini
memang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak
dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami.
Pengambilan data atau penjaringan fenomena dilakukan dari keadaan yang
sewajarnya ini dikenal dengan sebutan “ pengambilan data secara alami atau
natural.41
Pendekatan kualitatif ini digunakan untuk menemukan dan memahami apa
yang tersembunyi dibalik fenomena kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk
diketahui atau dipahami, pendekatan ini juga diharapkan mampu memberikan
penjelasan secara utuh dan terperinci tentang fenomena yang menjadi fokus
penelitian penulis. Sebagaimana diungkapkan Bogdan dan Taylor, yang dikutip oleh
Lexy J. Moleong, sebagai berikut ini:
Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang