• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI KONAWE UTARA

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

LAMPIRAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA

NOMOR 6 TAHUN 2016

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

(RPJMD)

KABUPATEN KONAWE UTARA

2016 - 2021

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

(BAPPEDA)

(2)

2 - 1

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 Aspek Geografi dan Demografi

Analisis pada aspek geografi perlu dilakukan untuk memperoleh

gambaran mengenai karakteristik lokasi dan wilayah, potensi pengembangan

wilayah, dan kerentanan wilayah terhadap bencana. Sedangkan gambaran

kondisi demografi, antara lain mencakup perubahan penduduk, komposisi dan

populasi masyarakat secara keseluruhan atau kelompok dalam waktu tertentu.

2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah 2.1.1.1 Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Secara geografis Kabupaten Konawe Utara terletak di bagian Selatan

Khatulistiwa, melintang dari Utara ke Selatan antara 02°97’ dan 03°86’ LS,

membujur dari Barat ke Timur antara 121°49’ dan 122°49’ BT. Kabupaten

Konawe Utara memiliki luas wilayah sebesar 500.339 Ha atau 13,38 persen dari

luas wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. Kabupaten Konawe Utara memiliki

sepuluh kecamatan yaitu Kecamatan Motui, Kecamatan Sawa, Kecamatan

Lembo, Kecamatan Lasolo, Kecamatan Molawe Kecamatan Andowia,

Kecamatan Asera, Kecamatan Oheo, Kecamatan Langgikima dan Kecamatan

Wiwirano. Dari sepuluh kecamatan tersebut wilayah terluas adalah Kecamatan

Asera dengan luas 219.772 Ha atau 43,92 persen dari seluruh wilayah

Kabupaten Konawe Utara. Sedangkan wilayah dengan luas terkecil adalah

Kecamatan Lembo dengan luas 7.812 Ha atau hanya 1,56 persen dari luas

Kabupaten Konawe Utara.

Secara administrasi Kabupaten Konawe Utara berbatasan dengan :

§ Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Morowali (Provinsi Sulawesi Tengah) dan Kecamatan Routa (Kabupaten Konawe).

§ Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Morowali (Provinsi Sulawesi Tengah) dan Laut Banda.

§ Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bondoala, Kecamatan Amonggedo, Kecamatan Meluhu, Kecamatan Anggaberi, Kecamatan

Tongauna dan Kecamatan Abuki (Kabupaten Konawe).

(3)

2 - 2 Batas wilayah administrasi Kabupaten Konawe Utara dapat dilihat pada

Gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1

Peta Administrasi Kabupaten Konawe Utara

Pada tahun 2015 wilayah Kabupaten Konawe Utara terbagi dalam 10

(sepuluh) kecamatan dan pada tahun 2016 terjadi pemekaran wilayah

kecamatan menjadi 13 kecamatan, yakni Kecamatan Landawe (pemekaran dari

Kecamatan Wiwirano), Kecamatan Wawolesea dan Kecamatan Lasolo

Kepulauan (keduanya adalah pemekaran dari Kecamatan Lasolo). Dari 13

kecamatan tersebut, Kabupaten Konawe Utara terdiri dari 158 desa, 14

kelurahan dan 4 Unit Permukiman Transmigrasi (UPT). Cakupan wilayah

Kecamatan dan Desa/Kelurahan beserta ibu kota dan distribusi luas wilayah

(4)

2 - 3 Tabel 2.1.

Nama dan Luas Wilayah Per-Kecamatan di Kabupaten Konawe Utara

No. Kecamatan Ibukota

Luas

Sumber : Kabupaten Konawe Utara Dalam Angka Tahun 2016 * Data Luas Wilayah masih bergabung di kecamatan induk

Gambar 2.2 Persentase Luas Wilayah Per-Kecamatan di Kabupaten Konawe Utara

Data pada tabel dan gambar di atas menunjukkan bahwa Kecamatan

Wiwirano mempunyai wilayah terluas sekitar 1.505 Km2 dan Kecamatan Motui

merupakan wilayah paling kecil, yakni sekitar 26,09 Km2..

(5)

2 - 4 2.1.1.2 Topografi

Wilayah Konawe Utara berada pada ketinggian 0 - >2000 mdpl dengan

kemiringan lereng antara 0 - >40%. Kemiringan antara 25% sampai dengan

>40% berada pada hulu Sungai Lasolo yang merupakan wilayah Pegunungan

Matarombeo. Wilayah dengan kemiringan lereng 0-8% umumnya berada pada

kaki bukit, lembah antar sungai, dan wilayah di muara-muara sungai. Wilayah

dengan ketinggian >2000 meter dan kemiringan lebih dari 40% berada pada

sekitar hulu Sungai Konaweha, yaitu Pegunungan Mekongga mengarah ke utara

sampai Pegunungan Matarombeo umumnya berbukit hingga bergunung.

2.1.1.3 Geologi

Berdasarkan himpunan batuan dan pencirinya, geologi Lembar

Lasusua-Kendari dapat dibedakan dalam dua lajur, yaitu Lajur Tinodo dan Lajur Hialu.

Lajur Tinodo dicirikan oleh batuan endapan paparan benua dan Lajur Hialu oleh

endapan kerak samudra/ofiolit, secara garis besar kedua mendala ini dibatasi

oleh Sesar Lasolo (Rusmana, dkk., 1985).

Struktur geologi yang dijumpai di wilayah Kabupaten Konawe Utara

adalah sesar, lipatan, dan kekar. Sesar dan kelurusan umumnya berarah barat

laut-tenggara searah dengan sesar geser lurus mengiri Lasolo. Sesar Lasolo

bahkan masih aktif hingga saat ini. Sesar tersebut diduga ada kaitannya dengan

Sesar Sorong yang aktif kembali pada Kala Oligosen (Simandjuntak, dkk., 1983).

Sesar naik ditemukan di daerah Wawo sebelah barat Tampakura dan di Tanjung

Labuandala di selatan Lasolo, yaitu beranjaknya Batuan Ofiolit ke atas Batuan

Malihan Mekonga, Formasi Meluhu, dan Formasi Matano.

Adapun jenis tanah di Kabupaten Konawe Utara meliputi Latosol 116.829

Ha atau 23,35%, Podzolik 140.845 Ha atau 28,15%, Organosol 23.566 Ha atau

4,71%, Mediteran 16.961 Ha atau 3,39%, Aluvial 24.067 Ha atau 4,80% dan

tanah campuran 178.071 Ha atau 35,59%.

Tabel 2.2.

Luas Wilayah dan Jenis Tanah di Kabupaten Konawe Utara

No. Jenis Tanah Luas (km2) Persentase (%)

1. Latosol 1.168,29 23,35

2. Podzolik 1.408,45 28,15

3. Organosol 235,66 4,71

(6)

2 - 5

No. Jenis Tanah Luas (km2) Persentase (%)

5. Aluvial 240,16 4,80

6. Tanah Campuran 1.780,71 35,39

Jumlah 5.003,39 100,00

Sumber : Konawe Utara Dalam Angka, Tahun 2016

2.1.1.4 Hidrologi

Sungai adalah sistem pengaliran air mulai dari mata air sampai muara

dengan dibatasi pada kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh

garis sempadan. Daerah Pengaliran Sungai adalah suatu kesatuan wilayah tata

air yang terbentuk secara alamiah, dimana air meresap dan/atau mengalir

melalui sungai dan anak-anak sungai yang bersangkutan.

Daerah Aliran Sungai yang melalui Kabupaten Konawe Utara adalah

wilayah Sungai Lasolo Sampara dengan sub wilayah sungai terdiri dari SWS

Sungai Lasolo, SWA Lalindu, SWS Tinobu, SWS Sampara, dan SWS S.

Lambuti. SWS Lasolo-Sampara mempunyai 63 DPS dengan jumlah total luas

DPS 14.979,6 km2 dan total panjang sungainya 847,2 km.

Adanya Daerah Aliran Sungai (DAS) perlu dicermati sebagai potensi bagi

sumber daya air untuk keperluan irigasi pertanian, energi listrik, sarana. Hal lain

yang harus dicermati terkait dengan keberadaan daerah aliran sungai yakni

kerentanan terhadap bencana banjir seperti halnya yang terjadi pada titik muara

sungai pertemuan Sungai Lasolo dan Sungai Landawe di perbatasan kecamatan

Molawe-Asera adalah yang telah menjadi daerah banjir tahunan.

2.1.1.5 Klimatologi

Kondisi iklim di Kabupaten Konawe Utara tidak jauh berbeda dengan

kondisi iklim di daratan Provinsi Sulawesi Tenggara, keduanya memiliki dua

musim dalam setahun (musim hujan dan musim panas). Pada musim hujan,

angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia dan Samudra

Pasifik. Rata-rata suhu udara maksimum 320C. Tekanan udara rata-rata 1.010,6

milibar dengan kelembaban udara rata-rata 78 persen, kecepatan angin pada

umumnya berjalan normal yaitu sekitar 3,75 m/sec.

Pada tahun 2015, Bulan Juni merupakan bulan dengan jumlah hari hujan

terbanyak yakni sebanyak 25 hari hujan dengan total curah hujan terbesar yakni

sebesar 694 mm. Dalam kurun waktu kalender tahun 2015, total 148 hari

(7)

2 - 6 dengan intensitas 110 mm yang merupakan hujan terderas yang terjadi di bulan

Agustus. Berdasarkan pada klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, wilayah

Kabupaten Konawe Utara dibedakan dalam dua klasifikasi yaitu Tipe Iklim B

yakni tipe Iklim dengan kelembaban 14,3-33,3 % pada daerah Wiwirano hingga

Molawe, dan Tipe Iklim C yaitu dengan kelembaban 33,3-60 % pada wilayah

Lasolo hingga Motui.

Tabel 2.3.

Keadaan Curah Hujan Kabupaten Konawe UtaraTahun 2015

Bulan Hari Hujan

(8)

2 - 7 2.1.1.6 Penggunaan Lahan

Kabupaten Konawe Utara memiliki luas wilayah sebesar 500.339 Ha.

Penggunaan lahan terbesar adalah hutan negara seluas 57,03 persen dan

perkebunan seluas 28,68 persen. Sebesar 0,74 persen atau sekitar 3.712 Ha

dimanfaatkan sebagai lahan sawah yang luasnya mengalami penambahan

dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Data selengkapnya penggunaan lahan di

Kabupaten Konawe Utara disajikan pada tabel 2.4. berikut :

Tabel 2.4.

Penggunaan Lahan di Kabupaten Konawe Utara Tahun 2012 s.d 2014

No. Penggunaan Lahan 2012 2013 2014

1. Tanah Sawah 1.943 1.943 3.712

2. Pekarangan/tanah untuk bangunan

dan halaman sekitarnya 5.852 5.852 5.920

3. Tegal/kebun 10.801 10.801 13.055

4. Ladang/huma 7.188 7.188 10.880

5. Padang rumput 1.580 1.580 1.764

6. Rawa yang tidak ditanami 1.200 1.200 1.200

7. Tambak, kolam, tebat, empang 350 350 350

8. Lahan yang sementara tidak

diusahakan 11.852 11.852 11.660

9. Lahan tanaman kayu-kayuan Hutan

Rakyat 1.543 1.543 1.643

10. Hutan Negara 285.344 285.344 285.344

11. Perkebunan 163.008 163.008 143.495

12. Lainnya 9.679 9.679 21.515

JUMLAH 500.339 500.339 500.339

Sumber : Konawe Utara dalam Angka, Tahun 2015

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah

Kabupaten Konawe Utara memiliki potensi pengembangan wilayah cukup

prospektif. Potensi ini dituangkan dalam kebijakan penataan ruang wilayah

Kabupaten Konawe Utara (Pasal 3, Peraturan Daerah Kabupaten Konawe Utara

Nomor 20 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Kabupaten Konawe Utara

Tahun 2012-2032). Arah pengembangan wilayah Kabupaten Konawe Utara

adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan dan peningkatan pusat-pusat pelayanan yang dapat

mendorong pertumbuhan yang merata sesuai dengan hirarki dan skala

(9)

2 - 8 b. Pengembangan dan peningkatan kualitas dan jangkauan jaringan

transportasi, energi listrik, telekomunikasi, dan sumber daya air, pelayanan

sarana dan prasarana air minum, persampahan, air limbah, dan drainase

untuk meningkatkan pertumbuhan wilayah;

c. Pengembangan kegiatan industri pertambangan yang ramah lingkungan

dalam rangka memberi nilai tambah dalam perekonomian wilayah;

d. Pengembangan kegiatan unggulan pertanian, perkebunan, perikanan, dan

pertambangan secara bijak dengan memperhatikan daya dukung lingkungan;

e. Pelestarian lingkungan hidup dalam upaya mempertahankan dan

meningkatkan daya dukung lingkungan demi kelangsungan di masa

mendatang; dan

f. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

Berdasarkan penelaahan RTRW dan deskripsi wilayah di Kabupaten

Konawe Utara, dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk

dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti perikanan, pertanian,

pariwisata, industri, pertambangan dan lain - lain, adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan kawasan industri pertambangan di Kecamatan Motui dan

Langgikima;

2. Pengembangan kawasan agropolitan secara terpadu di Kecamatan Lembo

dan Kecamatan Lasolo;

3. Pengembangan kawasan perikanan yang terintegrasi di Kecamatan Molawe,

Kecamatan Lasolo dan Kecamatan Lembo;

4. Pengembangan kegiatan unggulan sub sektor perikanan tambak di

Kecamatan Motui dan Sawa;

5. Pengembangan kawasan wisata Pantai Taipa di Kecamatan Lembo,

pengembangan kawasan wisata bahari Pulau Labengki di Kecamatan Lasolo

Kepulauan, pengembangan kawasan wisata Air Panas Wawolesea di

Kecamatan Wawolesea, pengembangan kawasan wisata alam dan sejarah di

Kecamatan Oheo dan Kecamatan Asera, dan pengembangan kawasan wisata

alam minat khusus di Kecamatan Wiwirano;

6. Pengembangan kegiatan sub sektor tanaman pangan, sub sektor perkebunan

dan hortikultura, sub sektor peternakan, sub sektor perikanan air tawar di

Kecamatan Andowia, Asera, dan Oheo; dan

7. Pengembangan kegiatan perkebunanan kelapa sawit serta industri

(10)

2 - 9 2.1.3 Wilayah Rawan Bencana

Kabupaten Konawe Utara memiliki wilayah rawan bencana alam tanah

longsor, gelombang pasang, dan banjir. Adapun rincian wilayah rawan bencana

sebagai berikut:

1. Wilayah rawan bencana tanah longsor meliputi:

a. Kecamatan Motui;

b. Kecamatan Sawa;

c. Kecamatan Lembo;

d. Kecamatan Wawolesea;

e. Kecamatan Lasolo;

f. Kecamatan Molawe;

g. Kecamatan Andowia;

h. Kecamatan Asera;

i. Kecamatan Oheo;

j. Kecamatan Langgikima;

k. Kecamatan Landawe;

l. Kecamatan Wiwirano.

2. Wilayah rawan bencana gelombang pasang meliputi:

a. Kecamatan Motui;

b. Kecamatan Sawa;

c. Kecamatan Lembo;

d. Kecamatan Molawe;

e. Kecamatan Lasolo;

f. Kecamatan Lasolo Kepulauan

3. Wilayah rawan bencana banjir meliputi:

a. Kecamatan Motui;

b. Kecamatan Sawa;

c. Kecamatan Lembo;

d. Kecamatan Lasolo;

e. Kecamatan Molawe;

f. Kecamatan Andowia;

g. Kecamatan Asera;

h. Kecamatan Oheo;

(11)

2 - 10 2.1.4 Demografi dan Kependudukan

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Kabupaten

Konawe Utara Tahun 2015sebanyak 58.401 jiwa yang terdiri dari 30.499 jiwa

laki-laki (53,20%) dan 27.902 jiwa perempuan (46,80%). Angka sex rasio

sebesar 109,31%. Ini berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat

109 penduduk laki-laki (tabel 2.5.)

Tabel 2.5.

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Konawe Utara Tahun 2010 s.d 2016

Tahun

Ket : *)Angka sangat sementara

Sumber : Kab. Konawe Utara dalam Angka, Tahun 2016.

Gambar 2.4 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Konawe Utara Tahun 2010-2016

47,925

(12)

2 - 11 Berdasarkan jumlah penduduk 58.401 jiwa pada tahun 2015, kecamatan

yang berpenduduk terbanyak adalah Kecamatan Lasolo sebanyak 11.883 jiwa

dan kecamatan yang berpenduduk paling sedikit adalah Kecamatan Motui

sebanyak 3.884 jiwa. Kabupaten Konawe Utara memiliki kepadatan penduduk

11,67 jiwa/km2. Penyebaran penduduk yang tidak merata seperti terlihat di

Kecamatan Sawa yang luas wilayahnya hanya 0,52 persen dari luas wilayah

kabupaten memiliki kepadatan penduduk tertinggi mencapai 148 jiwa/km2,

sedangkan Kecamatan Wiwirano yang merupakan wilayah terluas hanya

memiliki kepadatan 4 jiwa/km2 (tabel 2.6.).

Tabel 2.6.

Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Kabupaten Konawe Utara Menurut Kecamatan Tahun 2015

No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Motui 92,06 1,84 2.022 1.862 3.884 45,22

Sumber : BPS Kab. Konawe Utara, tahun 2016 Ket : *) data masih bergabung di kecamatan induk

Statistik penduduk menurut kelompok umur akan menggambarkan jumlah

usia produktif atau non produktif di Kabupaten Konawe Utara. Pada tahun 2015

tercatat kelompok umur di bawah 20 tahun berjumlah 25.433 jiwa yang

merupakan penduduk usia sekolah, kelompok umur 20-65 tahun sebanyak

30.310 jiwa adalah penduduk usia produktif atau angkatan kerja, sedangkan

lanjut usia atau kelompok umur 60+ berjumlah 1.658 jiwa (Tabel 2.7.).

Berdasarkan komposisi penduduk, menggambarkan bahwa jumlah

penduduk produktif atau tenaga kerja di Kabupaten Konawe Utara lebih besar

dari penduduk yang tidak produktif (usia sekolah dan lanjut usia). Bonus

(13)

2 - 12 dengan kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola sumber-sumber

daerah.

Tabel 2.7.

Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015

Tingkat Umur Jumlah Penduduk Total

Laki – Laki Perempuan

Gambar 2.5 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015

(14)

2 - 13 Selanjutnya jumlah penduduk yang bekerja di Kabupaten Konawe Utara

tahun 2016 sebanyak 24.954 jiwa, yang masih didominasi oleh penduduk yang

bekerja di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan, yakni

sebanyak 15.398 jiwa atau sekitar 61,70 persen. Komposisi penduduk yang

bekerja menurut lapangan usaha Kabupaten Konawe Utara tahun 2011-2016

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.8.

Komposisi Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Konawe Utara Tahun 2011-2016

No. Jenis Kegiatan

Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 2016**

1. Pertanian, perkebunan, kehutanan,

perikanan dan perburuhan 14,604 12,590 12,205 14,272 16,152 15,398 2. Pertambangan dan penggalian 1,936 1,881 2,364 974 789 629 3. Industri pengolahan 1,939 2,210 2,214 1,766 1,002 1,131 4. Listrik, gas dan air 32 45

5. Bangunan 1,496 1,430 1,553 1,639 1,579 1,652 6. Perdagangan besar, eceran, rumah

makan, dan hotel 1,792 2,214 2,310 2,667 2,353 2,740 7. Angkutan, pergudangan dan komunikasi 477 412 525 615 519 596 8. Keuangan, asuransi, usaha persewaan

bangunan, tanah, dan jasa perusahaan 103

9. Jasa kemasyarakatan 2,802 2,355 2,246 1,885 3,467 2,809

Jumlah 25,046 23,124 23,520 23,863 25,861 24.954

Sumber : BPS, Tahun 2016 Ket: **)Angka sangat sementara

2.1.5 Penelaahan RTRW

Perencanaan pembangunan daerah pada prinsipnya bertujuan

mengintegrasikan rencana tata ruang wilayah dengan rencana pembangunan

daerah. Dalam kaitan itu, penyusunan RPJMD harus berpedoman pada RTRW

dan RPJPD. Oleh karena itu, diperlukan penelaahan RTRW untuk menjamin

agar arah kebijakan dalam RPJMD selaras dengan, atau tidak menyimpang dari

arah kebijakan RTRW.

Berdasarkan RTRW Kabupaten Konawe Utara tahun 2012 - 2032, pola

pengembangan wilayah Kabupaten Konawe Utara terbagi dalam sistem

perkotaan dan sistem perdesaan, dengan struktur dan pola ruang sesuai dengan

potensi sumber daya yang ada. Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten

adalah arahan pengembangan wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan

(15)

2 - 14 penyusunan dan pelaksanaan program penataan / pengembangan Kabupaten

beserta pembiayaannya, dalam suatu indikasi program utama jangka menengah

lima tahunan Kabupaten yang berisi rencana program utama, sumber

pendanaan, instansi pelaksana dan waktu pelaksanaan;

Penataan ruang Kabupaten Konawe Utara bertujuan untuk mewujudkan

ruang wilayah kabupaten yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan

Sebagai pusat kegiatan industri pertambangan, disertai dengan kegiatan

pertanian, perkebunan dan perikanan, dengan memperhatikan daya dukung

lingkungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2.1.5.1 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang

Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah, maka ditetapkan

kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah. Kebijakan Penataan Ruang

meliputi :

a. pengembangan dan peningkatan pusat-pusat pelayanan yang dapat

mendorong pertumbuhan yang merata sesuai dengan hirarki dan skala

pelayanannya;

b. pengembangan dan peningkatan kualitas dan jangkauan jaringan transportasi,

energi listrik, telekomunikasi, dan sumber daya air, pelayanan sarana dan

prasarana air minum, persampahan, air limbah, dan drainase untuk

meningkatkan pertumbuhan wilayah;

c. pengembangan kegiatan industri pertambangan yang ramah lingkungan

dalam rangka memberi nilai tambah dalam perekonomian wilayah;

d. pengembangan kegiatan unggulan pertanian, perkebunan, perikanan, dan

pertambangan secara bijak dengan memperhatikan daya dukung lingkungan;

e. pelestarian lingkungan hidup dalam upaya mempertahankan dan

meningkatkan daya dukung lingkungan demi kelangsungan di masa

mendatang; dan

f. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

Strategi pengembangan dan peningkatan pusat-pusat pelayanan yang

dapat mendorong pertumbuhan yang merata sesuai dengan hirarki dan skala

pelayanannya meliputi:

a. meningkatkan dan mempertahankan fungsi pusat pelayanan eksisting;

(16)

2 - 15 c. menetapkan pusat pelayanan sebagai kawasan fungsional sesuai dengan

unggulan wilayah sekitarnya; dan

d. meningkatkan keterkaitan antar pusat pelayanan sehingga tercipta

keterpaduan antar wilayah.

Strategi pengembangan dan peningkatan kualitas dan jangkauan jaringan

transportasi, energi listrik, telekomunikasi, dan sumber daya air dan prasarana

dan sarana air minum, persampahan, air limbah dan drainase untuk

meningkatkan pertumbuhan wilayah meliputi:

a. mengembangkan dan meningkatkan sistem jaringan prasarana transportasi

internal dan regional kabupaten dalam menunjang pergerakan barang dan

penumpang;

b. mengembangkan simpul-simpul transportasi dalam rangka peningkatan

sistem jaringan pelayanan inter dan antarmoda untuk meningkatkan

pelayanan barang dan penumpang;

c. mengembangkan dan meningkatkan jaringan energi listrik dengan

memanfaatkan energi terbarukan dan tidak terbarukan secara optimal untuk

mendukung pengembangan sektor unggulan;

d. mengembangkan dan meningkatkan jaringan telekomunikasi untuk

meningkatkan keterkaitan antarwilayah;

e. mengembangkan dan meningkatkan jaringan sumber daya air untuk

menciptakan keterpaduan pengelolaan sumber daya air; dan

f. mengembangkan dan meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana air

minum, persampahan, air limbah dan drainase untuk meningkatkan kualitas

lingkungan permukiman penduduk.

Strategi pengembangan kegiatan industri pertambangan yang ramah

lingkungan dalam rangka memberi nilai tambah dalam perekonomian wilayah,

meliputi:

a. mengembangkan kegiatan pendukung dan/atau kegiatan turunan dari sektor

pertambangan;

b. mendorong pengembangan pusat kegiatan industri pertambangan yang

inovatif dan ramah lingkungan;

c. mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah yang ramah lingkungan

untuk mendukung kegiatan industri pertambangan; dan

d. mengembangkan dan meningkatan pelayanan prasarana dan sarana

(17)

2 - 16 Strategi pengembangan kegiatan unggulan pertanian, perkebunan,

perikanan, dan pertambangan secara bijak dengan memperhatikan daya dukung

lingkungan, meliputi:

a. mewujudkan pemanfaatan kawasan budidaya secara efisien, serasi dan

seimbang berdasarkan kesesuaian lahannya;

b. mengembangkan dan meningkatkan pengembangan pertanian dalam rangka

mendukung swasembada pangan;

c. mengembangkan dan meningkatkan pengembangan perkebunan dengan

memperhatikan daya dukung lingkungan untuk mendukung kesejahteraan

rakyat;

d. mengembangkan dan meningkatkan pengembangan perikanan untuk

mendukung kesejahteraan rakyat;

e. mengembangkan kegiatan pendukung dan/atau kegiatan turunan dari

kegiatan perkebunan dan perikanan untuk kesejahteraan rakyat;

f. mengembangkan kegiatan pertambangan yang inovatif dan ramah lingkungan

yang berkelanjutan;

g. mengintegrasikan kawasan unggulan pertanian tanaman pangan, perkebunan

dan hortikultura serta kawasan pertambangan dengan wilayah sekitar dan

kawasan unggulan lain;

h. meningkatan kualitas sumber daya manusia yang mampu mengelola sektor

pertanian, perkebunan, perikanan dan pertambangan secara profesional dan

berkelanjutan melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; dan

i. mengembangkan dan meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana

penunjang kegiatan pertanian, perkebunan, perikanan, dan pertambangan,

termasuk kegiatan pendukungnya guna mendukung aksesibilitas pusat-pusat

pertumbuhan kawasan.

Strategi pelestarian lingkungan hidup dalam upaya mempertahankan dan

meningkatkan daya dukung lingkungan demi kelangsungan di masa mendatang,

meliputi:

a. mempertahankan kawasan lindung di wilayah darat dan wilayah laut untuk

meningkatkan daya dukung lingkungan hidup;

b. mempertahankan kawasan hutan dengan luas paling sedikit 70% (tujuh puluh

(18)

2 - 17 c. menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup

terutama kawasan tangkapan air, sempadan pantai, sempadan sungai,

kawasan sekitar mata air, dan kawasan perairan laut;

d. mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin

pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan

untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara

dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya; dan

e. mengembalikan dan meningkatkan kualitas lingkungan yang telah rusak

akibat kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara

keseimbangan ekosistem lingkungan.

Strategi untuk peningkatan fungsi kawasan untuk kepentingan

pertahanan dan keamanan negara, meliputi:

a. menetapkan aset-aset budidaya militer dan kepolisian dengan fungsi khusus

pertahanan dan keamanan;

b. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam aset-aset militer

dan kepolisian untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; dan

c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak

terbangun di sekitar aset-aset militer/kepolisian sebagai zona penyangga yang

memisahkan kawasan budidaya terbangun.

2.1.5.2 Rencana Struktur Ruang

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten adalah rencana yang

mencakup sistem perkotaan wilayah Kabupaten yang berkaitan dengan kawasan

perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah. Adapun

sistem pusat perkotaan di Kabupaten Konawe Utara terbagi menjadi 3 jenjang

hirarki, yaitu :

1. Pusat Hirarki I adalah Lasolo, merupakan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), disamping mempunyai ketersediaan infrastruktur yang cukup memadai

dibandingkan dengan kecamatan lainnya, di dalam RTRWN, RTRW Pulau

Sulawesi dan RTRW Provinsi Sulawesi Tenggara telah menetapkan Lasolo

sebagai pusat kegiatan wilayah untuk melayani seluruh wilayah Kabupaten

Konawe Utara.

(19)

2 - 18 Propinsi dan RTRW Kabupaten Konawe, Wanggudu ditetapkan fungsinya

sebagai pusat pemerintahan kabupaten.

3. Pusat Hirarki III adalah Kecamatan Motui, Sawa, Lembo, Andowia, Asera, Oheo, Langgikima, dan Kecamatan Wiwirano, merupakan Pusat Pelayanan

Kawasan (PPK) yang melayani wilayah kecamatan bersangkutan dan

sekitarnya.

Rencana Struktur Ruang berdasarkan RTRW Kabupaten Konawe Utara

Tahun 2012 – 2032 dapat dilihat pada Tabel 2.9. berikut :

Tabel 2.9.

Rencana Struktur Ruang Kabupaten Konawe Utara

No. Pusat Kegiatan Tingkat Pelayanan

Pusat Pengembangan

Arahan Pengembangan Kegiatan

I Pusat Kegiatan Wilayah

(PKW)

II Pusat Kegiatan Lokal

(PKL)

Wanggudu Kabupaten Kel. Wanggudu (Kec. Asera) (Puskemas, poliklinik dan RSUD)

- Perdagangan dan jasa - Perikanan

- Pertanian - Perkebunan - Permukiman

- Fasilitas umum dan sosial - Terminal tipe C (Kec Sawa, 2. Molawe Kecamatan Kel. Molawe

(20)

2 - 19

No. Pusat Kegiatan Tingkat Pelayanan

Pusat Pengembangan

Arahan Pengembangan Kegiatan

7. Lembo Kecamatan Kel. Lembo Wiwirano) - Hutan Lindung - Hutan Produksi - Pertambangan

Industri 8. Oheo Kecamatan Kel. Linomoiyo

Sumber: RTRW Kabupaten Konawe Utara Tahun 2012 - 2032

Selanjutnya jaringan prasarana wilayah yang direncanakan untuk

mengintegrasikan pusat – pusat kegiatan meliputi sistem jaringan transportasi,

sistem jaringanenergi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem

jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah hulu bendungan atau waduk

dari daerah aliran sungai, dan sistem jaringan prasarana lainnya. Antara lain :

1. Rencana jaringan jalan yang direncanakan akan ditingkatkan fungsinya

sebagai kolektor primer adalah Ruas Belalo – Tinobu, Ruas Molawe –

Asera, Ruas Asera Jalan Lingkar Wanggudu, Ruas Andowia –

Tapunggaea, Ruas Asera – Langgikima, Ruas Langgikima – Morombo;

2. Rencana jaringan jalan yang direncanakan akan ditingkatkan fungsinya

sebagai arteri sekunder adalah Ruas Belalo – Andowia menuju Tinobu,

Ruas Langgikima – Tapunggaea, Ruas Molawe – Mandiodo – Tapunggaeya.

3. Peningkatan kualitas sistem perkerasan dari tanah menjadi aspal terutama

pada poros adalah Jalan lingkar Wanggudu (pusat pemerintahan), Jalan

akses menuju Tinobu, Jalan akses menuju Molawe, Jalan akses

Lasolo-Unaaha, Jalan akses menuju kawasan wisata, dan Jalan lingkar Langgikima

– Morombo (Teluk Matarepe).

4. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA);

5. Pengembangan prasarana dan sarana dasar penunjang energi listrik di

kabupaten Konawe Utara adalah Gardu induk maupun jaringan listrik seperti

SUTET, SUTT, SUTR, dan sambungan listrik ke permukiman;

6. Rencana sistem jaringan telekomukasi dalam bentuk jaringan teknologi

seluler di seluruh wilayah Kabupaten Konawe Utara dan pengembangan

jaringan internet;

7. Pengembangan sistem jaringan sumber daya air meliputi Wilayah Sungai

(WS), Cekungan Air Tanah (CAT), Jaringan Irigasi, dan Jaringan Air Bersih.

8. Pengelolaan Wilayah Sungai (WS) di Kabupaten Konawe Utara terdiri atas

WS Lintas Provinsi dan WS Lintas Kabupaten/Kota yang dilalui oleh

(21)

2 - 20 a. WS Lintas Provinsi yaitu WS Lasolo – Sampara meliputi DAS Lasolo,

DAS Sampara, DAS Lalindu, DAS Tinobu, DAS Lahumbuti, DAS

Landawe, DAS Amesiu;

b. WS Lintas Kabupaten/Kota yaitu SWP DAS Konaweha Lasolo.

9. Pengembangan sistem irigasi Kabupaten Konawe Utara diprioitaskan pada

kawasan yang mempunyai tingkat produktifitas pertanian tinggi seperti

Kecamatan Asera, Oheo, Andowia, dan Kecamatan Lembo, meliputi :

a. Pengembangan Daerah irigasi (D.I) yang merupakan kewenangan

Kabupaten Konawe Utara.

b. Pembangunan Bendung/pintu air (intake), Saluran Irigasi primer dan

Saluran Irigasi Sekunder pada jaringan di daerah irigasi yang ada.

c. Rehabilitasi, pemerliharaan, dan peningkatan operasi jaringan irigasi yang

ada.

10. Prasarana air bersih untuk air minum Kabupaten Konawe Utara dilengkapi

oleh Instalasi Pengolahan Air (IPA) meliputi :

a. IPA Wanggudu di Kecamatan Asera bersumber dari Sungai Lasolo;

b. IPA Lamonae di Kecamatan Wiwirano bersumber dari Sungai Lalindu;

c. IPA Langgikima di Kecamatan Langgikima bersumber dari kali

Langgikima;

d. IPA Andowia di Kecamatan Andowia bersumber dari Sungai Lasolo;

e. IPA Tinobu di Kecamatan Lasolo bersumber dari Sungai Lasolo;

f. IPA Lembo di Kecamatan Lembo bersumber dari sumur dalam;

g. IPA Molawe di Kecamatan Molawe bersumber dari kali Mowulo;

h. IPA Sawa di Kecamatan Sawa bersumber dari sumur dalam;

i. IPA Bende di Kecamatan Motui bersumber dari sumur dalam; dan

j. IPA Oheo di Kecamatan Oheo bersumber dari kali Lameuru dan kali

Watulo.

11. Pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan pengendali

banjir; Perlindungan tangkapan air berupa waduk atau folder; Normalisasi

sungai; Rehabilitasi dan pemeliharaan bantaran dan tanggul sungai;

Memetakan zonasi rawan banjir; Mengembangkan sistem peringatan dini

untuk banjir; Pembangunan prasarana pengendali erosi dan sedimen;

Pembangunan perkuatan lereng; Memetakan zonasi rawan erosi dan

(22)

2 - 21 12. Pembangunan sistem pengamanan pantai dilakukan di sepanjang pesisir

pantai Kabupaten Konawe Utara dengan, melalui :

a. Memetakan zonasi dan skala enanganan pantai prioritas untuk daerah

pantai rawan abrasi & tsunami;

b. Reboisasi atau penanaman kembali tanaman bakau pada kawasan hutan

bakau yang telah mengalamai kerusakan;

c. Monitoring pasang surut di muara sungai;

d. Pembangunan sarana dan prasarana pengamanan pantai dan pemecah

ombak/gelombang di lokasi rawan bencana abrasi dan tsunami;

Untuk lebih jelasnya mengenai rencana struktur ruang Kabupaten

Konawe Utara tahun 2012 - 2032, dapat dilihat pada Gambar 2.6.

2.1.5.3 Rencana Pola Ruang

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten adalah rencana distribusi

peruntukan ruang wilayah Kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk

fungsi lindung dan budidaya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya

RTRW Kabupaten yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah

Kabupaten hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang.

1. Kawasan Hutan Lindung

Kawasan hutan lindung di Kabupaten Konawe Utara tersebar di 10

(sepuluh) kecamatan yaitu Kecamatan Motui, Kecamatan Sawa, Kecamatan

Lembo, Kecamatan Lasolo, Kecamatan Asera, Kecamatan Molawe,

Kecamatan Oheo, Kecamatan Langgikima dan Kecamatan Wiwirano dengan

luas total mencapai 209,661 ha.

2. Kawasan Hutan Bergambut

Kawasan hutan bergambut di Kabupaten Konawe Utara terdapat di

Kecamatan Asera dan Molawe dengan luas total mencapai 600 ha. Selain

sangat penting untuk kegiatan konservasi sumber mata air dan kawasan

resapan air, kawasan hutan bergambut menjadi salahsatu ekosistem bagi

beberapa satwa dan jenis pohon/tanaman yang dilindungi.

3. Kawasan Resapan Air

Kawasan resapan air di suatu wilayah dapat diidentifikasi dari dominasi

tutupan lahannya, wilayah kabupaten Konawe Utara yang didominasi

kawasan hutan menjadi sangat strategis bagi pengembangan kawasan

(23)

2 - 22 konservasi sumber daya air dan mencegah terjadinya bencana banjir dan

tanah longsor.

Gambar 2.6 Peta Struktur Ruang Kabupaten Konawe Utara

4. Kawasan Sempadan Sungai

Kawasan sempadan sungai ditetapkan pada sepanjang daerah aliran sungai

Kokapi; Lasolo; Lalindu; Tinobu; Toreo; Andumowu; Luhumbuti; Landawe;

Wataraki. Pada sungai bertanggul, sempadan sungai ditetapkan minimal 10

m kearah darat, sedangkan pada sungai tidak bertanggul sempadan sungai

ditetapkan minimal 50-100 m.

5. Kawasan Sempadan Pantai

Kawasan sempadan pantai perlu ditetapkan disepanjang pesisir pantai

kecamatan Sawa, Lembo, Lasolo, Molawe, dan Langgikima. Ketentuan

sempadan pantai diberlakukan dengan kondisi pada kawasan pesisir

permukiman padat penduduk ditetapkan minimal 50 m. Pada kawasan

pesisir yang tidak terdapat permukiman ditetapkan minimal 100 m.

6. Waduk/Danau/Telaga

Kawasan disekitar waduk/danau/telaga (radius 100 m) perlu diamankan dari

ancaman kegiatan yang dapat mempengaruhi fungsi utama kawasan

(menyimpan dan menampung air permukaan). Kawasan ini ditetapkan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(24)

2 - 23 disekitar kawasan telaga tiga warna di desa Linomoiyo yang mempunyai

luas ± 3 ha) dan Danau Rano di desa Walasolo (4 ha) Kecamatan Asera.

Pemanfaatan kawasan sekitar waduk lebih diarahkan untuk kegiatan

konservasi dan budidaya non permukiman seperti perkebunan, pertanian,

budidaya perikanan.

7. Kawasan Suaka Alam

Kawasan suaka alam di Kabupaten Konawe Utara ditetapkan disekitar

kawasan teluk dalam, Pulau Labengki dan Bawulu dimana terdapat satwa

langka yang dilindungi seperti burung Maleo, penyu hijau dan burung

migran. Pemanfaatan kawasan suaka alam lebih diarahkan untuk kegiatan

pengembangan jasa lingkungan seperti Wisata alam, Perlindungan

keanekaragaman hayati, Penyelamatan dan perlindungan lingkungan.

8. Kawasan Rawan Bencana

Kawasan yang rentan bencana longsor ditemukan di 10 (sepuluh)

kecamatan, yaitu Kecamatan Motui, Kecamatan Sawa, Kecamatan Lembo,

Kecamatan Lasolo, Kecamatan Molawe, Kecamatan Asera, Kecamatan

Oheo, Kecamatan Langgikima, Kecamatan Wiwirano dimana kerentanan

tersebut dipengaruhi oleh jenis tanah, tutupan lahan dan intensitas curah

hujan. Pemanfaatan kawasan rawan bencana longsor lebih diarahkan untuk

konservasi hutan lindung. Untuk kawasan yang rentan bencana gelombang

pasang ditemukan di Kecamatan Lasolo (Tinobu dan sekitarnya),

Kecamatan Molawe, Kecamatan Lembo, Kecamatan Sawa, dan Kecamatan

Motui. Sedangkan kawasan yang rawan banjir di Kabupaten Konawe Utara

meliputi

a. Kecamatan Asera, meliputi desa Andowia dan Amorome serta

Wadombali.

b. Kecamatan Lasolo, Meliputi Desa Tinobu, dan Tondowatu.

c. Kecamatan Molawe, meliputi Desa Tapunggaea

9. Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Teluk Lasolo.

Penatapan kawasan Taman wisata alam laut teluk lasolo mencakup wilayah

kecamatan Sawah, Lembo, Lasolo dan Molawe dengan luas total mencapai

81.000 ha. Taman Wisata Alam Laut Teluk Lasolo merupakan satu

kesatuan ekosistem yang dirancang untuk menunjang kegiatan pariwisata

(25)

2 - 24 10. Kawasan Pantai Berhutan Bakau

Kawasan pantai berhutan bakau terdapat di wilayah pesisir kecamatan

Sawa, Lembo, Molawe dan Lasolo. Kawasan pantai berhutan bakau

mempunyai peranan sangat penting bagi kehidupan ikan yakni sebagai

plasma nutfah atau tempat yang baik untuk mencari makan dan bersarang.

Disamping itu kawasan ini juga berperan penting dalam melindungi kawasan

pantai (daratan) dari hembapasan gelombang pasang dan mencegah

terjadinya intrusi air laut.

11. Kawasan Hutan Produksi Tetap

Kawasan hutan produksi tetap dapat dikembangkan diseluruh kecamatan

dengan luas lahan keseluruhan mencapai 160.454 ha. Pemanfaatan

kawasan hutan produksi tetap mencakup pemanfaatan dan pengembangan

hasil hutan baik berupa kayu dan non kayu dengan prinsip yang dikenal

dengan softlanding yaitu mengatur jatah tebangan pada tiap periode untuk

memberikan kesempatan kepada alam untuk memperbaiki sehingga

tercapai keseimbangan.

12. Kawasan Hutan Produksi Terbatas

Kawasan hutan produksi terbatas dapat dikembangkan di kecamatan Asera,

Lasolo, Molawe, dan Sawa dengan luas lahan keseluruhan mencapai 80.490

ha. Pemanfataan hasil hutan baik kayu maupun non kayu dilakukan secara

terbatas baik dari jenis dan jumlah produk hutan yang akan dikembangkan

atau dimanfaatkan serta mempertimbangkan keberadaan kawasan

permukiman yang ada disekitar kawasan hutan.

13. Kawasan Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi.

Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi dapat dikembangkan di

kecamatan Asera, Langgikima dan Wiwirano dengan luas keseluruhan

mencapai 29.745 ha. Pengembangan kawasan hutan produksi yang dapat

dikonversi dilakukan untuk pengembangan kegiatan pertanian dan

perkebunan.

14. Kawasan Pertanian

Kawasan pertanian dapat dikembangkan diseluruh kecamatan dengan luas

keseluruhan mencapai 47.544 ha (pertanian lahan basah) dan 37.802 ha

(pertanian ladang/lahan kering). Pengembangan kawasan pertanian

dilakukan secara intensif maupun ekstensif mengingat ketersediaan lahan

(26)

2 - 25 jumlah produksi yang secara tidak langsung juga akan meningkatkan taraf

hidup masyarakat.

15. Kawasan Perkebunan

Kawasan perkebunan dapat dikembangkan di seluruh kecamatan dengan

luas total 152.637 ha meliputi perkebunan rakyat dan perkebunan umum.

Pengembangan kawasan perkebunan rakyat dapat dilakukan disekitar

kawasan permukiman maupun pada kawasan hutan yang dapat dikonversi

tanpa mengesampingkan keberadaan kawasan permukiman, hutan lindung

dll yang ada disekitarnya.

16. Kawasan perikanan wilayah darat (tawar/payau).

Pengembangan kawasan perikanan air darat dapat dikembangkan diseluruh

kecamatan baik pada kawasan lindung (sekitar waduk, sempada sungai,

sempadan pantai) maupun pada kawasan budidaya lainnya (disekitar

permukiman, pertanian dan perkebunan). Pengembangan kegiatan

perikanan di sekitar kawasan lindung dilakukan dengan tetap menjaga fungsi

utamanya sebagai daerah resapan air dan sumber air bersih.

17. Kawasan Pertambangan

Kawasan pertambangan hanya dapat dikembangkan secara terbatas di

Kecamatan Motui, Langgikima, Wiwirano, dan Kecamatan Molawe.

Pengembangan kegiatan pertambangan dilakukan dengan

mempertimbangkan fungsi kawasan disekitarnya (hutan lindung,

permukiman dll).

18. Kawasan Industri

Kawasan industri hanya dikembangkan di Kecamatan Langgikima dan

Kecamatan Wiwirano, kegiatan industri yang akan dikembangkan terbatas

pada jenis industri yang mempunyai keterkaitan fungsional dengan sektor

basis dan andalan kabupaten Konawe Utara seperti pertanian dan

perkebunan, pertambangan, pariwisata dan perikanan.

19. Kawasan Pariwisata

Pengembangan pariwisata lebih diarahkan kepada kawasan pantai.

Diarahkan pula objek wisata lain yang perlu dikembangkan, diantaranya

adalah Kawasan peruntukan pariwisata sosial-budaya yaitu kawasan

peninggalan sejarah kepurbakalaan Goa Solooti yang terdapat di Desa

Taipa Kecamatan Lembo. Kawasan peruntukan pariwisata alam yaitu:

(27)

2 - 26 Kecamatan Lembo; Wisata Gua Kelelawar dan Wisata Air Panas

Wawolesea di Kecamatan Lesolo; Wisata Pantai Lameruru dan Pantai

Molore di Kecamatan Langgikima; Wisata Pantai Pudonggala dan Pantai

Matanggonawe di Kecamatan Sawa;Wisata Danau Tiga Warna di

Kecamatan Oheo; dan Wisata Air Terjun Lawali, Goa Tengkorak, wisata

Kupu-kupu di Kecamatan Wiwirano.

20. Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman yang dibutuhkan diseluruh kecamatan hingga akhir

tahun perencanaan mencapai 1.294,26 ha. Pengembangan kawasan

permukiman dilakukan dengan mempertimbangkan karakteristik kawasan

(perkotaan dan perdesaan). Kawasan permukiman di Kabupaten Konawe

Utara mencapai 0,259 % dari total luas wilayah. Kawasan permukiman

diharapkan dapat mengisi lokasi-lokasi yang dekat dengan pusat-pusat

wilayah pengembangan. Kawasan permukiman pada dasarnya dapat dibagi

menjadi dua kelompok yakni permukiman permukiman perdesaan dan

perkotaan.

Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pola ruang Kabupaten Konawe

Utara tahun 2012 - 2032, dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Peta Pola Ruang Kabupaten Konawe Utara

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(28)

2 - 27

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Aspek kesejahteraan masyarakat menjelaskan gambaran hasil analisis

kondisi kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni

budaya dan olahraga.

2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

2.2.1.1 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan gambaran

kemampuan suatu daerah mengelola sumber daya alam (SDA) dan sumber daya

manusia (SDM) yang dimiliki. Kemampuan daerah ini menciptakan nilai tambah

untuk berbagai aktivitas ekonomi. Ada dua jenis penilaian PDRB yaitu atas dasar

harga berlaku (ADHB) dan atas dasar harga konstan (ADHK).

Tabel 2.10.

PDRB atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) Kabupaten Konawe Utara Tahun 2011– 2015

Lapangan Usaha 2011 2012 2013* 2014** 2015***

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 751.389,18 778,409.35 817,141.26 882,474.82 953.953,61

1. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa

Pertanian 393,598.05 416,044.18 441,120.00 476,964.87 529.510,35

a. Tanaman Pangan 40,626.55 42,950.06 44,213.77 51,776.35 60.139,68

b. Tanaman Holtikultura 27,937.53 27,313.96 28,948.53 28,069.22 33.745,83

c. Tanaman Perkebunan 267,232.59 285,478.87 305,095.20 331,939.75 360.965,49

d. Peternakan 51,884.17 54,335.20 56,779.67 58,962.75 68.320,09

e. Jasa Pertanian dan Perburuan 5,917.20 5,966.10 6,082.82 6,216.79 6.339,26

2. Kehutanan dan Penebangan Kayu 61,164.27 62,526.48 63,849.25 67,782.32 69.975,19

3. Perikanan 296,626.86 299,838.69 312,172.01 337,727.62 354.468,37

B Pertambangan dan Penggalian 389,739.66 471,475.81 519,682.28 432,600.27 435.710,58

1. Pertambangan Minyak dan Panas Bumi - - - - -

2. Pertambangan Batu Bara dan Lignit - - - - -

3. Pertambangan Bijih Logam 276,304.61 339,608.40 378,673.56 271,637.81 262.002,67

4. Pertambangan dan Penggalian lainnya 113,435.05 131,867.41 141,008.72 160,962.46 173.707,91

C Industri Pengolahan 22,581.36 24,044.42 25,097.50 26,913.21 28.618,50

1. Industri Batubara dan Pengilangan Minyak - - - - -

(29)

2 - 28

Industri Kayu, barang dari kayu dan gabus,barang anyaman dari bambu, rotan & sejenisnya

751.91 779.33 833.5 863.26 908,29

7. Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan & produksi media rekaman 26.32 27.77 30.38 33.82 36,71

8. Industri kimia, farmasi dan obat tradisional 44.06 47.47 48.8 53.8 56,35

9. Industri karet, barang dari karet dan plastik - - - - -

10. Industri barang galian bukan logam 2,417.61 2,725.52 2,982.52 3,182.52 3.420,52

11. Industri logam dasar - - - - -

12. Industri barang logam, komputer, barang

elektronik,optik dan peralatan listrik 4,206.28 4,170.88 4,076.54 4,476.54 4.546,98

13. Industri mesin dan perlengkapan - - - - -

14. Industri alat angkutan 6,242.16 6,610.10 6,768.96 7,181.87 7.825,41

15. Industri furnitur 1,113.53 1,172.35 1,189.35 1,233.47 1.259,51

16. Industri Pengolahan lainnya, jasa reparasi dan

pemasangan mesin dan peralatan 498.93 540.16 578.06 609.96 645,86

D Pengadaan listrik dan gas 45.95 53.96 59.38 65.73 71,46

1. Ketenagalistrikan 44.48 52.41 57.79 63.86 69,47

2. Pengadaan gas dan Produksi es 1.47 1.55 1.59 1.87 1,99

E Pengadaan air, Pengelolaan sampah, limbah & Daur

ulang 760.89

823.08 903.35 955.05 1.025,80

F Konstruksi 199,082.80 210,875.42 225,940.05 260,361.63 281.878,56

G Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor

2. Perdagangan besar dan eceran, bukan mobil & sepeda motor

6. Pergudangan dan jasa penunjang angkutan, pos

(30)

2 - 29

Lapangan Usaha 2011 2012 2013* 2014** 2015***

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

J Informasi dan Komunikasi 5,352.66

5,975.88 6,658.45 6,806.13 7.310,40

K Jasa Keuangan dan Asuransi 14,200.34 18,034.07 24,862.71 27,886.02 33.446,22

1. Jasa Perantara Keuangan 8,925.53 12,091.62 18,334.20 20,215.28 25.004,03

2. Asuransi dan dana pensiun - - - - -

3. Jasa Keuangan lainnya 5,274.81 5,942.45 6,528.51 7,670.74 8.442,19

4. Jasa penunjang keuangan - - - - -

L Real Estate 27,070.61 28,892.32 29,829.03 31,796.11 33.076,28

M,N Jasa Perusahaan 792.76 876.61 924.38 1,006.76 1.166,07

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan

sosial 94,394.22 95,455.62 99,682.61 114,195.25 121.490,79

P Jasa Pendidikan

44,561.29

47,503.01

51,176.51

57,467.29 66.014,22

Q Jasa Kesehatan 18,793.53 20,079.71 22,340.45 25,074.94 28.493,60

R,S,

T,U Jasa Lainnya 5,389.24 5,958.07 6,422.47 7,130.25 8.685,78

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1,756,433.05 1,907,058.06 2,040,835.62 2,105,152.61 2,247,365.62

Sumber : Kab. Konawe Utara dalam Angka, Tahun 2016

PDRB Atas Harga Konstan digunakan sebagai barometer pertumbuhan

ekonomi. Pada tahun 2015, produksi regional bruto Kabupaten Konawe Utara

mencapai Rp. 2,247,353.90 atau meningkat sebesar 6,75% dari tahun 2014.

Gambar 2.8 Kotribusi Sektor Terhadap PDRB Tahun 2015

Pertanian

Konstruksi

Perdagangan Besar & Eceran, Reparasi Mobil &Sepeda Motor

(31)

2 - 30 Tabel 2.11.

Kontribusi Sektor Dalam PDRB Tahun 2011 - 2015 atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Konawe Utara (%)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013* 2014** 2015***

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 42.47 41.27 41.59 42.82 42.38 1. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa

Pertanian

1. Pertambangan Minyak dan Panas

Bumi - - - - - 2. Pertambangan Batu Bara dan Lignit - - - - - 3. Pertambangan Bijih Logam 15.81 17.95 17.31 12.28 13.03 4. Pertambangan dan Penggalian lainnya 6.52 6.87 6.88 7.65 7.83

C Industri Pengolahan 1.28 1.23 1.19 1.23 1.18

1. Industri Batubara dan Pengilangan

Minyak - - - - - 2. Industri makanan dan minuman 0.42 0.41 0.41 0.44 0.43 3. Industri Pengolahan tembakau - - - - - 4. Industri tekstil dan pakaian jadi - - - - - 5. Industri kulit, barang dari kulit dan alas

kaki - - - - - 6.

Industri Kayu, barang dari kayu dan gabus, barang anyaman dari bambu, rotan & sejenisnya

0.04 0.04 0.04 0.04 0.04

7. Industri kertas dan barang dari kertas,

percetakan & produksi media rekaman - - - - - 8. Industri kimia, farmasi dan obat

tradisional - - - - - 9. Industri karet, barang dari karet dan plastik - - - - - 10. Industri barang galian bukan logam 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 11. Industri logam dasar - - - - - 12. Industri barang logam, komputer, barang

elektronik, optik dan peralatan listrik

0.24 0.21 0.19 0.2 0.17

13. Industri mesin dan perlengkapan - - - - - 14. Industri alat angkutan 0.35 0.34 0.32 0.32 0.30 15. Industri furnitur 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 16. Industri Pengolahan lainnya, jasa reparasi

dan pemasangan mesin dan peralatan

0.03 0.03 0.03 0.03 0.03

D Pengadaan listrik dan gas - - - - -

(32)

2 - 31

G Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor

9.84 9.54 9.38 10.12 9.89

1. Perdagangan Mobil, sepeda motor & reparasinya

0.19 0.19 0.2 0.21 0.21

2. Perdagangan besar dan eceran, bukan mobil & sepeda motor 4. Angkutan sungai danau &

penyebrangan

0.02 0.02 0.02 0.02 0.02

5. Angkutan udara - - - - - 6. Pergudangan dan jasa penunjang angkutan,

pos dan kurir

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan sosial

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : Kab. Konawe Utara dalam Angka, Tahun 2016

Ket : *)Angka Sementara

** )Angka Sangat sementara ***)Angka Proyeksi

Berdasarkan tabel 2.11 di atas, jika dilihat dari kontribusi sektoral atas

dasar harga berlaku, pada tahun 2015 sektor pertanian masih berkontribusi

(33)

2 - 32 ini menunjukkan bahwa Kabupaten Konawe Utara masih merupakah wilayah

agraris atau daerah yang bergantung pada sektor pertanian dan hasil-hasilnya.

Sektor lain yang kontribusinya cukup besar adalah sektor konstruksi dengan

besaran 12,16 % dan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan

sepeda motor 9,89 %.

Perekonomian Kabupaten Konawe Utara secara umum mengalami

perlambatan sejak tahun 2011-2014, tercatat pada tahun 2014, laju

pertumbuhan PDRB Kabupaten Konawe Utara mencapai 3,15 persen.

Penurunan laju pertumbuhan pada tahun 2014 ini disebabkan oleh laju

pertumbuhan negatif pada sektor Pertambangan dan Penggalian, terutama

pada sub sektor pertambangan bijih logam. Adanya aturan mengenai

kewajiban agar perusahaan-perusahaan tambang wajib mengolah dan

memurnikan biji mineral di dalam negeri sebagaimana diatur dalam UU

Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara dan Permen EDSM

Nomor 7 Tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui

Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral, menyebabkan ekspor rare

material (ore nickel) terhenti sementara. Penurunan pertumbuhan nilai

tambah bruto sektor pertambangan dan penggalian tentunya menyebabkan

pengaruh pada laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Konawe Utara.

Tabel 2.12.

Laju Pertumbuhan PDRB

Kabupaten Konawe UtaraTahun 2011- 2015

Lapangan Usaha 2011 2012 2013* 2014** 2015***

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.33 3.60 4.98 8.00 (14.85)

1. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian

(1.69) 5.70 6.03 8.13 4.98

a. Tanaman Pangan 2.04 5.72 2.94 17.10 3.46

b. Tanaman Holtikultura (0.05) (2.23) 5.98 (3.04) 1.80

c. Tanaman Perkebunan (3.18) 6.83 6.87 8.80 5.70

d. Peternakan 2.10 4.72 4.50 3.84 4.15

e. Jasa Pertanian dan Perburuan 2.74 0.83 1.96 2.20 1.33

2. Kehutanan dan Penebangan Kayu 6.87 2.23 2.12 6.16 1.98

3. Perikanan 4.48 1.08 4.11 8.19 2.30

B Pertambangan dan Penggalian 32.49 20.97 10.22 (16.76) 15.02

(34)

2 - 33

6. Industri Kayu, barang dari kayu dan gabus,barang anyaman dari bambu, rotan & sejenisnya

8.04 3.65 6.95 3.57 4.73

7. Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan & produksi media rekaman

12. Industri barang logam, komputer, barang elektronik,optik dan peralatan listrik

2.33 (0.84) (2.26) 9.81 (1.45)

13. Industri mesin dan perlengkapan - - - - -

14. Industri alat angkutan 1.38 5.89 2.40 6.10 3.67

15. Industri furnitur 10.20 5.28 1.45 3.71 3.07

16. Industri Pengolahan lainnya, jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan

1.38 8.26 7.02 5.52 6.49

D Pengadaan listrik dan gas 3.91 17.43 10.04 10.69 10.22

1. Ketenagalistrikan 3.91 17.83 10.27 10.50 10.42

2. Pengadaan gas dan Produksi es 3.81 5.44 2.58 17.61 3.21

E Pengadaan air, Pengelolaan sampah, limbah & Daur ulang

5.12 8.17 9.75 5.72 7.46

F Konstruksi 6.31 5.92 7.14 15.23 5.16

G Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor

11.97 8.97 5.78 9.79 6.03

1. Perdagangan Mobil, sepeda motor & reparasinya 4.46 6.78 8.16 10.40 6.08

2. Perdagangan besar dan eceran, bukan mobil & sepeda motor

6. Pergudangan dan jasa penunjang angkutan, pos dan kurir

(35)

2 - 34

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan sosial

Sumber : Kab. Konawe Utara dalam Angka, Tahun 2016 Ket :*)Angka Sementara

** )Angka Sangat sementara ***)Angka Proyeksi

Gambar 2.9 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Konawe Utara Tahun 2011-2015

(36)

2 - 35 Dilihat dari tingkat pendapatan per kapita, pendapatan per kapita

penduduk Kabupaten Konawe Utara mengalami kenaikan. Pada tahun 2011

pendapatan per kapitasebesar Rp.33.085.935,45 dan pada tahun 2015 nilainya

sebesar Rp 39.059.818,89.Perkembangan PDRB perkapita Kabupaten Konawe

Utara Tahun 2011-2015 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.13.

PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Kabupaten Konawe Utara Tahun 2011- 2015

Tahun PDRB Per Kapita

ADH Berlaku (Rp.) ADH Konstan (Rp.)

2011 34.363.729,81 33.085.935,45

2012 38.083.792,71 35.079.428,72

2013* 40.528.456,84 36.558.390,96

2014** 42.663.032,19 36.882.677,96

2015*** 46.142.228,57 39.059.818,89

Sumber : Kab. Konawe Utara dalam Angka, Tahun 2016 Ket : *)Angka Sementara

** )Angka Sangat sementara ***)Angka Proyeksi

Gambar 2.10 PDRB Perkapita ADH Berlaku (Rp) Kabupaten Konawe Utara Tahun 2011-2015

2.2.1.2 Laju Inflasi

Inflasi di Indonesia diukur berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK).

IHK merupakan salah satu indikator ekonomi yang dapat memberikan informasi

mengenai perkembangan harga barang dan jasa yang dibayar oleh konsumen

- 5,000,000.00 10,000,000.00 15,000,000.00 20,000,000.00 25,000,000.00 30,000,000.00 35,000,000.00 40,000,000.00 45,000,000.00 50,000,000.00

(37)

2 - 36 atau masyarakat, khususnya masyarakat perkotaan, dan untuk wilayah Sulawesi

Tenggara, penghitungan IHK hanya dilakukan di dua kota, yakni Kota Baubau

dan Kota Kendari. Data laju inflasi Kabupaten Konawe Utara menggunakan

angka laju inflasi di Kota Kendari sebagai barometer kondisi makro ekonomi di

Provinsi Sulawesi Tenggara. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa

tingkat inflasi di Kabupatan Konawe Utara dari tahun 2011– 2015 berfluktuasi.

Tercatat Inflasi pada tahun 2011 sebesar 5,09 persen, tahun 2014 sebesar 6,68

persen dan menurun menjadi 5,87 persen pada tahun 2015 (tabel 2.14.).

Tabel 2.14.

Laju Inflasi Tahun 2011– 2015 Kabupaten Konawe Utara

Uraian Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

Inflasi (%) 5,09 5,25 4,64 6,68 5,87

Sumber : BPS, Tahun 2016

Gambar 2.11 Laju Inflasi Tahun 2011-2015 Kabupaten Konawe Utara

2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial

Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan sosial dilakukan terhadap

indikator angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi

kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka

5.09 5.25

4.64

6.68

5.87

0 1 2 3 4 5 6 7 8

(38)

2 - 37 kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup, persentase penduduk yang

memiliki lahan dan rasio penduduk yang bekerja.

2.2.2.1 Angka Melek Huruf

Rata - rata angka melek huruf Kabupaten Konawe Utara selama lima

tahun rerakhir antara tahun 2010 – 2016 telah mencapai di atas 90 persen, untuk

penduduk yang berusia 15 tahun. Sedang untuk penduduk berusia di atas 15

tahun berkisar di 93 persen.

Tabel 2.15.

Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2010 – 2016 Kabupaten Konawe Utara

No. Uraian

Tahun

2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

1. Angka Melek

Huruf 92.52 91,34 94,47 96,49 95,32 95,75

Sumber : Kab. Konawe Utara dalam Angka, Tahun 2015 Ket : *)Angka Sementara

** )Angka Sangat sementara

Gambar 2.12 Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2011 – 2016 Kabupaten Konawe Utara

88 90 92 94 96 98

2011 2012

2013 2014

2015

(39)

2 - 38 2.2.2.2 Angka Rata - Rata Lama Sekolah

Angka rata-rata lama sekolah Kabupaten Konawe Utara sejak tahun 2011

berkisar 8 tahun. Pada tabel dibawah ini digambarkan rata - rata lama sekolah

dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2016.

Tabel 2.16.

Rata - Rata Lama Sekolah Tahun 2010 – 2016 Kabupaten Konawe Utara

No. Uraian Tahun

2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

1. Rata – rata lama

sekolah 8,03 8,09 8,15 8,22 8.28 8,34

Sumber : Kab. Konawe Utara dalam Angka, Tahun 2015 Ket : *)Angka Sementara

** )Angka Sangat sementara

Gambar 2.13 Perkembangan Rata - Rata Lama Sekolah Tahun 2010 – 2016 Kabupaten Konawe Utara

2.2.2.3 Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni

Angka Partisipasi Kasar adalah perbandingan penduduk dari berbagai

tingkat umur (7 - 18 tahun) yang terdaftar sekolah SD/SMP/SMU dibagi dengan

jumlah penduduk umur 7 - 18 tahun. Sedangkan Angka Partisipasi Murni adalah

persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya

dari jumlah penduduk di usia yang sama. APK dan APM adalah indikator daya

serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. Tetapi jika

7.8 7.9

8 8.1

8.2 8.3

8.4 2011

(40)

2 - 39 dibandingkan dengan APK, APM merupakan indikator daya serap yang lebih

baik karena APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang

pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut.

Perkembangan capaian Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka

Partisipasi Murni (APM) menurut jenjang pendidikan di Kabupaten Konawe Utara

sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2016, diperlihatkan dalam tabel 2.17.

Tabel 2.17.

Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni Tahun 2011 - 2016 Kabupaten Konawe Utara

Sumber : Dikbud Kab. Konawe Utara,Tahun 2015 Ket : *)Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa APK dan APM

untuk tingkat pendidikan SD, SMP dan SMU pada tahun 2016 mencapai angka

70 – 100 persen dari jumlah penduduk usia sekolah. APM (Angka Partisipasi

Murni) untuk SD/MI pada tahun 2016 sebesar 99,20 persen. Angka tersebut

dapat diartikan bahwa untuk anak usia 7 – 12 tahun sejumlah lebih dari 99%

anak dari 100 anak sudah mendapatkan haknya untuk dapat mengenyam

pendidikan untuk tingkat Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah. Angka

pencapaian tersebut sudah termasuk dalam kategori pencapaian baik. Tidak

demikian pada APM jenjang SLTP dan SLTA, masing - masing 94 dan

70persen, kondisi demikian masih perlu ditingkatkan dengan berbagai program

pembangunan pendidikan.

No Uraian Tahun

2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

1 Angka Partisipasi Murni (%)

a. SD 88,25 89,74 92,97 94,61 96.97 99,20 b. SMP 78,99 80,64 81,98 89,51 91.01 94,30

c. SMA 62,95 63,64 64,11 68,39 68.97 70,65

2 Angka Partisipasi Kasar (%)

Gambar

Gambar 2.4 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Konawe Utara Tahun 2010-2016
Tabel 2.6.
Gambar 2.5 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Gambar 2.6 Peta Struktur Ruang Kabupaten Konawe Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

maksimum beberapa jenis pajak daerah, dan pemberian diskresi penetapan tarif pajak. Penyesuaian berbagai peraturan dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28

a. Data dan informasi terkait kelangsungan hidup anak. 2) Jumlah anak yang sudah memperoleh imunisasi dasar lengkap. 3) Jumlah Angka Kematian Bayi (AKB). 4) Jumlah Angka

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2016-2021 yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah untuk periode 5 (lima)

BUPATI KONAWE KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN 5 NOMOR TAHUN 201 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLMN LINGKUNGAN HIDUP

Beberapa wilayah perdesaan bahkan mengalami pertumbuhan penduduk yang berkurang (depopulasi). Wilayah-wilayah perdesaan menghadapi kekurangan tenaga kerja dan sumberdaya

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2016-2021 yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah untuk periode 5 (lima)

Maksud penyusunan RPJMD Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016- 2021 adalah menjabarkan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah yang memuat tujuan, sasaran, strategi,

2 Tersedianya dokumen perencanaan RPJMD yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Timur telah memiliki dokumen RPJMD yang telah ditetapkan dengan