• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI BULUNGAN

PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 24 TAHUN 2011

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS BAGI PEJABAT NEGARA, PEGAWAI NEGERI SIPIL, CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PERSONIL NON PNSD DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BULUNGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka sebagai upaya pencapaian tertib administrasi pengelolaan keuangan daerah agar lebih efektif dan efisien dalam hal pelaksanaan perjalanan dinas, dipandang perlu mengatur kembali tentang pedoman pelaksanaan perjalanan dinas bagi Pejabat Negara, PNS, CPNS dan Personil Non PNSD dilingkungan Pemerintah Kabupaten Bulungan;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Pelaksanaan Perjalanan Dinas bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Calon Pegawai Negeri Sipil dan Personil Non PNSD di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bulungan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820) sebagaimana Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik

(2)

Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839);

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);

(3)

11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4593);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kab/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

13. Peraraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2011; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 53 Tahun 2011

tentang pembentukan produk hukum daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 694);

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pedoman Perjalanan Luar Negeri Bagi Pejabat/Pegawai dilingkungan Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah dan Pimpinan serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun 2012 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 311);

18. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 1 Tahun 2008 tentang Penerbitan Lembarandan Daerah dan Berita Daerah; 19. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 2 Tahun 2008

tentang Urusan Pemerintahan Yang menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Bulungan (Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan Tahun 2008 Nomor 2);

20. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Pemerintah Kabupaten Bulungan (Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan Tahun 2008 Nomor 3);

21. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Bulungan (Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan Tahun 2008 Nomor 4);

(4)

22. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bulungan (Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan Tahun 2008 Nomor 5);

23. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Kecamatan Dalam Wilayah Kabupaten Bulungan (Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan Tahun 2008 Nomor 6);

24. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Kelurahan Dalam Wilayah Kabupaten Bulungan (Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan Tahun 2008 Nomor 7);

25. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bulungan (Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan Tahun 2008 Nomor 18);

26. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bulungan (Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan Tahun 2008 Nomor 19);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS BAGI PEJABAT NEGARA, PEGAWAI NEGERI SIPIL, CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PERSONIL NON PNSD DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bulungan.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Bupati adalah Bupati Bulungan.

4. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Bulungan.

5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Bulungan.

6. Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dinas-Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah Kecamatan dan Kelurahan.

(5)

7. Pejabat berwenang adalah Bupati/Wakil Bupati, Sekretaris Daerah, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Ketua/Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bulungan.

8. Pejabat Negara adalah Bupati dan Wakil Bupati.

9. Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah yang gajinya dibebankan pada anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah atau dipekerjakan diluar instansi induknya. 10. Personil Non PNSD adalah Staf Khusus, Kepala Desa Teladan , Kelompok

Tani Teladan, Murid Teladan.

11. Kepala Desa Teladan adalah Kepala Desa yang memiliki kemampuan, kecakapan, ketrampilan khusus dalam urusan penyelenggaraan pemerintahan desa, baik Tingkat Kecamatan, Kabupaten, Provinsi maupun Nasional.

12. Petani Teladan adalah mengelola Usaha Tani dan atau usaha penangkapan ikan, yang meliputi petani, pekebun, peternak yang berprestasi.

13. Kelompok Tani Teladan adalah Kumpulan Pengelola Usaha Tani dan atau penangkapan ikan, meliputi petani, pekebun, peternak yang menjadi panutan bagi kelompok tani lain, memiliki keahlian dan kemampuan mengembangkan usaha dalam bidangnya, baik Tingkat Kecamatan, Kabupaten, Provinsi maupun Nasional.

14. Murid teladan adalah siswa yang berprestasi dibidang akademik dan/atau non akademik tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi, nasional maupun internasional.

15. Surat Tugas yang selanjutnya disingkat ST adalah naskah dinas yang berisikan pemberitahuan penugasan dari pejabat berwenang kepada Pejabat tertentu untuk melakukan tugas tertentu.

16. Surat Perintah Perjalanan Dinas yang selanjutnya disingkat SPPD adalah naskah dinas sebagai alat pemberitahuan yang ditujukan kepada pejabat tertentu untuk melaksanakan perjalanan dinas serta pemberian fasilitas perjalanan dan pembiayaan sesuai Surat Tugas.

17. Surat Permohonan izin perjalanan dinas luar negeri yang selanjutnya disingkat SP adalah naskah dinas yang berisikan pemberitahuan izin bagi Pejabat tertentu.

18. Pejabat tertentu adalah Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Bulungan.

19. Laporan Pelaksanaan Tugas yang selanjutnya disingkat LPT adalah naskah dinas yang berisikan pemberitahuan atau pertanggungjawaban hasil perjalanan dinas kepada pejabat berwenang memberikan penugasan perjalanan dinas yang disusun secara sistematis.

20. Uang Harian adalah uang yang diberikan kepada Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Calon Pegawai Negeri Sipil, Anggota DPRD, Kepala Desa Teladan, Kelompok Tani Teladan dan Murid Teladan yang ditugaskan melaksanakan perjalanan dinas oleh pejabat berwenang yang mencakup biaya penginapan dan makan, uang saku dan biaya angkutan setempat.

21. Lumpsum adalah uang yang diberikan kepada Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Calon Pegawai Negeri Sipil dan Personil Non PNSD yang berupa uang saku, atau biaya makan dan atau biaya angkutan setempat.

22. Biaya riel (at cost) adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan bukti pengeluaran yang sah.

(6)

BAB II

PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS

Pasal 2

(1) Perjalanan dinas hanya dilakukan untuk melaksanakan pekerjaan yang sangat perlu bagi kepentingan negara atau pemerintah daerah dan dilaksanakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan hasil yang semaksimal mungkin dengan tetap menerapkan prinsif efektif dan efisien.

(2) Perjalanan dinas ke luar tempat kedudukan baik perseorangan maupun secara bersama yang jaraknya sekurang-kurangnya 5 (lima) kilometer dari batas kota, yang dilakukan dalam wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan Negara atas perintah pejabat yang berwenang, termasuk perjalanan dari tempat kedudukan ke tempat meninggalkan Indonesia untuk bertolak ke luar negeri dan dari tempat tiba di Indonesia dari luar negeri ke tempat yang dituju di dalam negeri.

Pasal 3

Perjalanan dinas dapat dilakukan oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Calon Pegawai Negeri Sipil, Anggota DPRD, Kepala Desa Teladan, Kelompok Tani Teladan dan Murid Teladan yang ditunjuk oleh pejabat berwenang.

Pasal 4

(1) Dalam rangka pelaksanaan perjalanan dinas untuk kegiatan mengikut sertakan pesonil Non PNSD dapat diberikan Transportasi dan Uang Harian setara dengan golongan II

(2) Perjalanan dinas pindah merupakan perjalanan dinas bagi kepentingan negara atau daerah dari tempat kedudukan ke tempat yang baru di wilayah kabupaten bulungan menurut Surat Keputusan pindah yang berlaku beserta keluarganya yang sah, kecuali perjalanan pindah atas dasar permohonan sendiri.

Pasal 5

Perjalanan Dinas Luar Negeri dapat dilakukan oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Anggota DPRD setelah mendapat surat persetujuan/izin perjalanan dinas dari Menteri Dalam Negeri.

Pasal 6

(1) ST hanya dapat diterbitkan setelah mendapat persetujuan dari pajabat berwenang.

(7)

BAB III SURAT TUGAS

Bagian Kesatu Susunan Surat Tugas

Pasal 7 (1) Kepala ST terdiri atas :

a. Tulisan “Surat Tugas”. b. Nomor dan Tahun.

(2) Isi ST memuat dasar dan pertimbangan penugasan, nama pejabat yang diberi tugas, jenis tugas yang harus dilaksanakan dan waktu pelaksanaan tugas. (3) Bagian Akhir ST terdiri atas :

a. Nama dan Tempat.

b. Tanggal, Bulan dan Tahun. c. Nama Jabatan.

d. Tanda tangan pejabat yang memberi tugas. e. Nama jelas pejabat.

f. Pangkat dan NIP bagi PNS. g. Stempel jabatan/instansi. h. Tembusan.

(4) Bentuk/Model naskah dinas ST, sebagaimana tersebut pada lampiran I A, B, dan C Peraturan Bupati ini.

Bagian Kedua

Penandatanganan Surat Tugas Pasal 8

(1) Pejabat Negara di lingkungan Pemerintah Daerah, ST ditandatangani oleh Bupati atau Wakil Bupati.

(2) Pejabat Eselon IIa di lingkungan Pemerintah Daerah, ST ditandatangani oleh Bupati atau Wakil Bupati, dalam hal Bupati dan Wakil Bupati berhalangan, ST ditandatangani oleh Sekretaris Daerah atas nama Bupati.

(3) Ketua,Wakil Ketua dan Anggota DPRD, ST ditandatangani oleh Ketua DPRD, dalam hal Ketua DPRD berhalangan, ST ditandatangani oleh Wakil Ketua atas nama Ketua DPRD.

(4) Pejabat eselon IIb, IIIa pada Sekretariat Daerah, IIIa pada Kantor, IIIa pada Kecamatan dan eselon IVa pada Kelurahan, ST ditandatangani oleh Sekretaris Daerah.

(5) Apabila Sekretaris Daerah berhalangan, ST sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditandatangani oleh Asisten Sekretaris Daerah sesuai dengan lingkup bidang koordinasinya atas nama Sekretaris Daerah.

(8)

(6) Apabila Asisten Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berhalangan, maka ST ditandatangani oleh Asisten Sekretaris Daerah lainnya atas nama Sekretaris Daerah.

(7) Pejabat eselon IIIa pada Sekretriat Daerah, apabila Asisten Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (6) berhalangan, maka ST ditandatangani oleh Kepala Bagian berdasarkan Daftar Urutan Kepangkatan (DUK) tertinggi atas nama Sekretaris Daerah.

(8) Pejabat eselon IVa dan pegawai negeri sipil pada Sekretariat Daerah, ST ditandatangani oleh Kepala Bagian atas nama Sekretaris Daerah.

(9) Apabila Kepala Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (8) berhalangan, maka Surat Tugas ditandatangani oleh Asisten sesuai lingkup koordinasinya. (10) Apabila Asisten sebagaimana dimaksud pada ayat (9) berhalangan, maka ST

ditandatangani oleh Sekretaris Daerah.

(11) Pejabat eselon IIIa pada Kecamatan dan IVa pada Kelurahan, apabila perjalanan dinas dilaksanakan dalam lingkup koordinasi wilayah Kabupaten Bulungan, ST ditandatangani oleh Camat atas nama Sekretaris Daerah. (12) Bagi pejabat eselon IIIa, IIIb, IVa, IVb, dan Pegawai Negeri Sipil pada

Badan, Dinas dan Kantor, ST ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah.

(13) Apabila Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (12) berhalangan, maka ST ditandatangani oleh Kepala Bagian Umum pada Sekretariat DPRD, Sekretaris pada Badan dan Dinas, Kepala Sub Bagian Tata Usaha pada Kantor, Sekretaris Camat pada Kecamatan, Sekretaris Lurah pada Kelurahan atas nama Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bersangkutan.

(14) Apabila Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Sekretaris pada Badan dan Dinas berhalangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (13) dan ayat (14) maka ST ditandatangani oleh kepala Bidang berdasarkan Daftar Urutan Kepangkatan (DUK) tertinggi atas nama Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah.

(15) Kepala Desa Teladan, Kelompok Tani Teladan dan Murid Teladan yang melaksanakan perjalanan dinas di luar lingkup Kabupaten, maka ST ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait.

(16) Apabila Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (15) berhalangan, maka ST ditandatangani oleh Sekretaris pada Badan dan Dinas, Kepala Sub Bagian Tata Usaha pada Kantor atas nama Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah.

Bagian Ketiga Jumlah Hari Surat Tugas

Pasal 9

Jumlah hari dalam ST, diberikan sesuai jumlah hari/waktu pelaksanaan tugas dan dapat ditambah 1 (satu) hari sebelum dan sesudah waktu pelaksanaan tugas dimaksud.

(9)

BAB IV

SURAT PERINTAH PERJALANAN DINAS

Bagian Kesatu

Susunan Surat Perintah Perjalanan Dinas Pasal 10

(1) Kepala SPPD terdiri atas :

a. Tulisan “Nomor” disebelah kanan atas.

b. Tulisan “Lembar ke ….” diketik dibawah kata “Nomor”.

c. Tulisan “Surat Perintah Perjalanan Dinas” ditempatkan ditengah lembar isi naskah dinas.

d. Tulisan “SPPD” diketik secara simetris dibawah kata “Surat Perintah Perjalanan Dinas”.

(2) Isi SPPD terdiri atas :

a. Nama jabatan yang memberikan perintah.

b. Nama dan NIP pejabat/pegawai yang diberi perintah.

c. Jabatan/pangkat dan golongan pegawai yang diberi perintah. d. Nama tempat dari dan kemana perjalanan dinas dilakukan. e. Lamanya perjalanan dinas.

f. Maksud perjalanan dinas dilakukan. g. Perhitungan biaya perjalanan dinas.

h. Keterangan mengetahui kedatangan dan kepergian yang diberi perintah perjalanan dinas dari pejabat yang didatangi.

(3) Bagian akhir SPPD terdiri atas :

a. Nama. Tempat, Tanggal, Bulan dan Tahun. b. Nama jabatan pemberi perintah.

c. Tanda tangan pejabat serta nama jelas pejabat pemberi perintah. d. Stempel jabatan/instansi.

(4) Bentuk/Model naskah dinas SPPD, sebagaimana tersebut pada lampiran II A. B, C, D, E, F, G dan H Peraturan Bupati ini.

Bagian Kedua

Penandatangan Surat Perintah Perjalanan Dinas Pasal 11

(1) Penandatanganan SPPD bagi Pejabat Negara, SPPD ditandatangani oleh Bupati atau Wakil Bupati.

(2) Penandatanganan SPPD bagi Pejabat Eselon IIa, SPPD ditandatangani oleh Bupati atau Wakil Bupati, dalam hal Bupati dan Wakil Bupati berhalangan, SPPD ditandatangani oleh Sekretaris Daerah atas nama Bupati.

(3) Penandatanganan SPPD bagi Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPRD, SPPD ditandatangani oleh Sekretaris Dewan, dalam hal Sekretaris Dewan berhalangan, SPPD ditandatangani oleh Kepala Bagian Umum atas nama Sekretaris Dewan.

(10)

(4) Penandatanganan SPPD bagi Pejabat eselon IIb, IIIa pada Sekretariat Daerah, eselon IIIa pada Kantor dan Kecamatan serta eselon IVa pada Kelurahan, SPPD ditandatangani oleh Sekretaris Daerah.

(5) Apabila Sekretaris Daerah berhalangan, SPPD ditandatangani oleh Asisten Sekretaris Daerah sesuai dengan lingkup bidang koordinasinya atas nama Sekretaris Daerah.

(6) Apabila Asisten Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berhalangan, maka SPPD ditandatangani oleh Asisten Sekretaris Daerah lainnya atas nama Sekretaris Daerah.

(7) Pejabat eselon IIIa pada Sekretariat Daerah, apabila Asisten Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (6) berhalangan, maka SPPD ditandatangani oleh Kepala Bagian berdasarkan Daftar Urutan Kepangkatan (DUK) tertinggi atas nama Sekretaris Daerah.

(8) Pejabat eselon IVa dan pegawai negeri sipil pada Sekretariat Daerah, SPPD ditandatangani oleh Kepala Bagian atas nama Sekretaris Daerah.

(9) Apabila Kepala Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (8) berhalangan, maka SPPD ditandatangani oleh Asisten sesuai lingkup koordinasinya.

(10) Apabila Asisten sebagaimana dimaksud pada ayat (9) berhalangan, maka SPPD ditandatangani oleh Sekretaris Daerah.

(11) Bagi pejabat eselon IIIa pada Kecamatan dan IVa pada Kelurahan, apabila perjalanan dinas dilaksanakan dalam lingkup koordinasi wilayah Kabupaten Bulungan, SPPD ditandatangani oleh Camat atas nama Sekretaris Daerah. (12) Penandatanganan SPPD bagi Pejabat eselon IIIa, IIIb, IVa, IVb, Pegawai

Negeri Sipil pada Badan, Dinas dan Kantor, SPPD ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah.

(13) Apabila Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (12) berhalangan, maka SPPD ditandatangani oleh Kepala Bagian Umum pada Sekretariat DPRD, Sekretaris pada Badan dan Dinas, Kepala Sub Bagian Tata Usaha pada Kantor, Sekretaris Camat pada Kecamatan, Sekretaris Lurah pada Kelurahan atas nama Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bersangkutan.

(14) Apabila Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Sekretaris pada Badan dan Dinas berhalangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (12) dan ayat (13) maka SPPD ditandatangani oleh Kepala Bidang berdasarkan Daftar Urutan Kepangkatan (DUK) tertinggi atas nama Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah.

(15) Kepala Desa Teladan, Kelompok Tani Teladan dan Murid Teladan yang melaksanakan perjalanan dinas di luar lingkup Kabupaten, maka SPPD ditanda tangani oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait

(16) Apabila Kepala Satuan Perangkat Daerah terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (15) berhalangan, maka SPPD ditandatangani oleh Sekretaris pada Badan dan Dinas, Kepala Sub Bagian Tata Usaha pada kantor atas nama Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah.

(11)

BAB V

LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS

Bagian Kesatu

Susunan Laporan Pelaksanaan Tugas

Pasal 12

(1) Kepala LPT terdiri atas tulisan “LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS”. (2) Isi LPT dirumuskan dalam bentuk uraian dengan sistematika, terdiri atas :

a. Tujuan (instansi/kota yang dituju); b. Nomor, tanggal Surat Tugas; c. Maksud Perjalanan Dinas; d. Lamanya Perjalanan Dinas;

e. Nama pejabat/pegawai yang diberi perintah; f. Tanggal berangkat;

g. Tanggal kembali;

h. Kendaraan yang dipergunakan;

i. Hal-hal yang perlu dilaporkan oleh Pejabat/Pegawai yang diberi perintah melaksanakan perjalanan dinas;

j. Kesimpulan;

k. Saran yang diberikan oleh Pejabat/pegawai yang diberi perintah melaksanakan perjalanan dinas kepada Pemerintah Kabupaten Bulungan. (3) Bagian akhir LPT terdiri atas :

a. Nama tempat, Tanggal, Bulan dan Tahun;

b. Nama pejabat/pegawai yang memberikan laporan; c. Tanda tangan pejabat/pegawai serta nama jelas.

(4) Bentuk/Model Naskah Dinas LPT, sebagaimana tersebut pada lampiran III PeraturanBupati ini.

Bagian Kedua

Penandatangan Laporan Pelaksanaan Tugas

Pasal 13

LPT ditandatangani oleh Pejabat/Pegawai Negeri Sipil yang diberi perintah oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan perjalanan dinas.

BAB VI

BIAYA PERJALANAN DINAS

Pasal 14

(1) Perjalanan dinas dalam kota tujuan, diberikan uang harian terdiri dari : biaya penginapan dan makan, uang saku dan biaya angkutan setempat.

(12)

(2) Perjalanan dinas pindah sebagaiamana dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) diberikan biaya Transportasi, biaya angkutan barang dan uang harian beserta keluarga yang sah maksimal 4 orang.

(3) Biaya transportasi darat, sungai dan laut dibayarkan secara paket sesuai dengan standarisasi perjalanan dinas yang berlaku.

(4) Biaya transportasi dari dan ke pelabuhan udara untuk perjalanan dinas luar daerah dibayarkan sesuai dengan standarisasi perjalanan dinas yang berlaku. (5) Biaya transportasi pesawat udara dibayarkan secara riel (at cost) dengan

batas tertinggi sesuai standarisasi perjalanan dinas.

(6) Perjalanan dinas dalam rangka mengikuti pendidikan dan pelatihan teknis yang mewajibkan biaya kontribusi kepada pihak penyelenggara diberikan uang harian maksimal 3 (tiga) hari.

(7) Perjalanan dinas dalam rangka mengikuti pendidikan dan pelatihan teknis yang tidak mewajibkan setoran/biaya kontribusi kepada pihak penyelenggara diberikan Uang Harian sesuai dengan jumlah hari/waktu pelaksanaan tugas, dan dapat ditambah 1 (satu) hari sebelum dan sesudah waktu pelaksanaan perjalanan dinas.

(8) Perjalanan dinas yang kegiatannya bersifat koordinasi dan konsultasi diberikan uang harian maksimal 3 (tiga) hari. Terkecuali luar wilayah provinsi yang kegiatannya dilakukan pada 2 (dua) atau lebih Instansi yang sifatnya penting dan sangat mendesak, diberikan uang harian maksimal 5 (lima) hari.

(9) Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Calon pegawai Negeri Sipil, Anggota DPRD dan Personil Non PNSD yang ditugaskan menjadi Instruktur/nara sumber dan atau tugas lainnya, apabila biaya ditanggung oleh penyelenggara, maka tidak diberikan biaya perjalanan dinas.

Pasal 15

(1) Perjalanan dinas dalam rangka pemeriksaan oleh Auditor atau Inspektorat Kabupaten, diberikan uang harian maksimal 10 (sepuluh) hari.

(2) Apa bila pelaksanan perjalanan dinas membutuhkan batas waktu maksimal yang diberikan sebagaimana dimaksud ayat (1), dapat ditambah uang harian 5 (lima) hari.

(3) Penambahan diberikan setelah Pemeriksa/Auditor kembali dari melaksanakan perjalanan dinas, dengan mengajukan permohonan penambahan jumlah hari dari batas waktu maksimal, kepada pejabat berwenang dengan melampirkan Surat Keterangan yang menyatakan pelaksanaan pemeriksaan benar-benar belum selesai oleh kepala satuan kerja obyek pemeriksaan.

(4) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah atau obyek yang diperiksa, hanya boleh memberikan surat keterangan sebagaimana dimaksud pada.ayat (3), apabila pemeriksaan telah melampaui batas maksimal SPPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(13)

Pasal 16

(1) Perjalanan dinas yang dilaksanakan selain sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 dan pasal 15, diberikan uang harian maksimal 5 (lima) hari.

(2) Batas waktu maksimal yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat ditambah apabila pelaksanaan perjalanan dinas membutuhkan waktu lebih dari batas waktu maksimal hari perjalanan dinas.

(3) Penambahan jumlah uang harian dari batas waktu maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberikan setelah Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Calon Pegawai Negeri Sipil, Anggota DPRD dan Personil Non PNSD kembali dari melaksanakan perjalanan dinas, dengan mengajukan permohonan penambahan jumlah hari dari batas waktu maksimal kepada pejabat berwenang dengan melampirkan :

a. Surat Keterangan yang menyatakan bahwa pelaksanaan perjalanan dinas benar membutuhkan waktu lebih dari jumlah batas waktu maksimal oleh pihak penyelenggara atau.

b. Undangan, telegram, melaksanakan perintah atasan atau surat yang dikirim oleh pihak penyelenggara/ pelaksana dengan mencantumkan jumlah hari lebih batas waktu maksimal.

Pasal 17

Perjalanan dinas yang dilaksanakan oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri sipil, Anggota DPRD dan Personil Non PNSD dari luar wilayah Kabupaten Bulungan dalam rangka memenuhi undangan dan atau permintaan dalam melaksanakan tugas di Kabupaten Bulungan yang dibebankan pada APBD Kabupaten Bulungan, dapat diberikan uang harian sesuai dengan jumlah hari/waktu pelaksanaan tugas ditambah 1 (satu) hari sebelum dan sesudah waktu pelaksanaan perjalanan dinas.

Pasal 18

Perjalanan dinas yang dilaksanakan dalam rangka Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT), penjenjangan struktural dan fungsional diatur tersendiri.

BAB VII

PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI

Pasal 19

Perjalanan Dinas Luar Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Anggota DPRD Kabupaten Bulungan dilaksanakan setelah mendapat persetujuan/Izin perjalanan dinas dari Menteri Dalam Negeri atau Sekretaris Jendral Kementrian Dalam Negeri.

(14)

Pasal 20

Kegiatan Perjalanan Dinas Luar Negeri dilakukan dalam rangka antara lain; a. Kerjasama pemerintah daerah dengan pihak luar negeri;

b. Pendidikan dan Pelatihan; c. Studi banding;

d. Seminar/lokakarya/konfrensi atau sejenisnya; e. Promosi potensi daerah;

f. Kunjungan persahabatan/kebudayaan; g. Pertemuan Internasional; dan/atau

h. Penandatanganan Perjanjian Internasional;

Pasal 21

Tata cara administrasi perjalanan dinas luar negeri sebagai berikut :

(a) Bupati mengajukan surat permohonan bagi Pejabat Negara, pegawai Negeri Sipil dan Anggota DPRD kepada Sekretaris Jendral melalui Gubernur Kalimantan Timur;

(b) Surat pemohonan sebagaimana dimaksud pada huruf (a) memuat : 1. Nama dan Jabatan;

2. NIP bagi PNS;

3. Tujuan kegiatan perjalanan dinas luar negeri; 4. Manfaat;

5. Kota/ Negara yang dituju; 6. Waktu pelaksanaan; dan 7. Sumber pembiayaan.

Pasal 22

Surat permohonan untuk kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2011.

Pasal 23

(1) Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 diterima oleh Sekretaris Jendral selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum keberangkatan kecuali untuk hal-hal yang sangat mendesak, untuk mendapat rekomendasi perjalanan dinas ke luar negeri.

(2) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai pertimbangan untuk memperoleh izin pemerintah.

(15)

Pasal 24

(1) Perjalanan dinas luar negeri yang dilakukan secara rombongan paling banyak 5 (lima) orang termasuk pimpinan rombongan atau sesuai dengan yang dikeluarkan oleh Sekretaris Jendral dan sesuai dengan dokumen pendukung. (2) Perjalanan dinas luar negeri secara rombongan dapat dilakukan lebih dari 5

(lima) orang dalam hal: a. Pendidikan dan pelatihan;

b. Perundingan dalam rangka kerjasama dengan pihak luar negeri; dan c. Delegasi kesenian dalam rangka promosi potensi daerah;

Pasal 25

Jangka waktu pelaksanaan perjalanan dinas paling lama 7 (tujuh) hari, kecuali untuk hal-hal yang penting dan tidak memungkinkan untuk ditinggalkan.

Pasal 26

Pembayaran perjalanan dinas luar negeri bersumber dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; dan c. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

Pasal 27

(1) Perjalanan dinas tidak dapat dibiayai oleh pihak swasta kecuali ditetapkan dalam dokumen pendukung.

(2) Biaya perjalanan dinas disesuaikan dengan standarisasi yang berlaku.

Pasal 28

Tata cara pelaksanaan perjalanan dinas luar negeri sebagai berikut :

a. ST dan SPPD diproses melalui Bagian Umum setelah ada persetujuan penugasan keluar dari Menteri Dalam Negeri atau Sekretaris Jendral.

b. ST dan SPPD Bupati/Wakil Bupati ditandatangani oleh Bupati. apabila Bupati berhalangan ST dan SPPD ditandatangani oleh Wakil Bupati.

c. ST Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPRD ditandatangani oleh Ketua, apabila berhalangan ditandatangani oleh Wakil Ketua atas nama ketua.

d. SPPD Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPRD ditandatangani oleh Sekretaris Dewan, apabila behalangan SPPD ditandangani oleh Kepala Bagian Umum. e. ST dan SPPD Pegawai Negeri Sipil ditandatangani oleh Bupati/Wakil Bupati,

dalam hal Bupati/Wakil Bupati berhalangan, ST dan SPPD ditandatangani oleh Sekretaris Daerah atas nama Bupati.

(16)

Pasal 29

Pejabat Negara Pegawai Negeri Sipil dan Anggota DPRD yang melakukan perjalanan dinas luar negeri diwajibkan menyampaikan laporan secara tertulis selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja kepada Menteri Dalam Negeri dan kepada pejabat yang memberi perintah perjalanan dinas, sejak kedatangan di Indonesia (ditempat kedudukan).

BAB VIII

PERTANGGUNGJAWABAN PERJALANAN DINAS

Pasal 30

(1) Pertanggungjawaban hasil perjalanan dinas dengan menggunakan pesawat udara, harus menyampaikan bukti berupa visum SPPD, tiket, boarding pass dan LPT.

(2) Dalam hal perjalanan dinas dengan menggunakan kapal laut/sungai dan kendaraan darat dalam wilayah Provinsi Kalimantan Timur, harus menyampaikan bukti berupa visum SPPD, tiket keberangkatan, dan atau tanda bukti carter dan LPT.

(3) Pertanggungjawaban hasil perjalanan dinas Pejabat Negara, Pegawai negeri Sipil, Personil Non PNSD dari luar wilayah Kabupaten Bulungan dengan menggunakan pesawat udara, harus menyampaikan bukti berupa ST dan SPPD yang ditandatangani pejabat yang berwenang, tiket dan boarding pass. (4) Penyampaian pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

ayat (2) dan ayat (3), disampaikan kepada pejabat yang berwenang yang mengeluarkan ST, selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari dari tanggal akhir surat tugas.

(5) LPT disampaikan kepada pejabat yang menandatangani ST dan SPPD, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dengan tembusan kepada atasan langsung selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sesudah kembali melakukan perjalanan dinas.

(6) Bagi yang melaksanakan perjalanan dinas wajib menyampaikan SPPD kepada bendahara pengeluaran/bendahara pengeluaran pembantu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah tanggal tiba kembali ketempat kedudukan dengan melampirkan tiket, boarding pass dan bukti lainnya yang sah serta LPT.

(7) Bagi yang melaksanakan Perjalanan dinas melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (6), maka dikenakan sanksi untuk perjalanan dinas selanjutnya tidak dapat diproses.

(17)

BAB IX

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 31

Perjalanan dinas yang dilakukan tidak sesuai dengan Peraturan Bupati ini, maka yang bersangkutan dikenakan sanksi berupa pengembalian pengeluaran keuangan daerah.

BAB X

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 32

(1) Bagi Pejabat Negara dan Pegawai Negeri Sipil yang berobat ke daerah lain, dapat diberikan bantuan perjalanan dinas bersifat lumpsum, setara dengan batas waktu maksimal hari perjalanan dinas.

(2) Pejabat yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang, dapat memberikan ST dan SPPD yang bersifat bantuan kepada unit dekonsentrasi di lingkungan Pemerintah Daerah, yang besarnya setara dengan waktu maksimal hari perjalanan dinas.

(3) Pemberian bantuan perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diberikan sesuai ketentuan yang berlaku sepanjang anggaran tersedia.

Pasal 33

Bagi pejabat yang diangkat dan/atau ditunjuk sebagai Pejabat Pelaksana Tugas berdasarkan Keputusan Bupati, perjalanan dinasnya diberikan sesuai dengan jabatan dalam penunjukan sebagai Pejabat Pelaksana Tugas dimaksud.

BAB XI PENUTUP

Pasal 34

Dengan ditetapkannya Peraturan Bupati ini, maka Peraturan Bupati Bulungan Nomor 22 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Perjalanan Dinas Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Personil Non PNSD di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bulungan (Berita Daerah Kabupaten Bulungan Tahun 2010 Nomor 33) dinyatakan dicabut dan tidak berlaku.

(18)

Pasal 35

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tangal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bulungan.

Ditetapkan di Tanjung Selor pada tanggal 22 Desember 2011

BUPATI BULUNGAN,

BUDIMAN ARIFIN

Diundangkan di Tanjung Selor pada tanggal 22 Desember 2011

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BULUNGAN,

S U D J A T I

(19)

Lampiran I :

Peraturan Bupati Bulungan Nomor 24 Tahun 2011

Tentang Pedoman Pelaksanaan Perjalanan Dinas

--- A. Contoh ST yang ditandatangani oleh Bupati

BUPATI BULUNGAN SURAT TUGAS NOMOR………… TAHUN …………. Dasar : Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm M E N U G A S K A N : Kepada : 1. Nama : Pangkat/gol : NIP : Jabatan : 2. Nama : Pangkat/gol : NIP : Jabatan :

Maksud Perjalanan Dinas : Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm Lamanya Perjalanan Dinas : Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm a. Berangkat Tanggal : Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm b. Kembali Tanggal : Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm Dikeluarkan di ……… Pada tanggal ……… BUPATI BULUNGAN, NAMA JELAS Tembusan : 1. Mmmmmmmmmmm 2. dst.

Jalan Jelarai Tanjung Selor Hilir kode pos 77212 Kalimantan Timur Telp. (0552) 23316-23334 Fax (0552) 21009

(20)

B. Contoh ST yang ditandatangani oleh Sekretaris Daerah

PEMERINTAH KABUPATEN BULUNGAN SEKRETARIAT DAERAH

Jl. Jelarai Telp. ( 0552 ) 21008 – 23316 Fax. (0552) 21009 TANJUNG SELOR SURAT TUGAS NOMOR………… TAHUN …………. Dasar : Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm mmmmmmmmmmmmmmmm M E N U G A S K A N : Kepada : 1. Nama : Pangkat/gol : NIP : Jabatan : 2. Nama : Pangkat/gol : NIP : Jabatan :

Maksud Perjalanan Dinas : Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm Lamanya Perjalanan Dinas : Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm a. Berangkat Tanggal : Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm b. Kembali Tanggal : Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm Dikeluarkan di ……… Pada tanggal ……… SEKRETARIS DAERAH, Nama Pangkat NIP. Tembusan : 1. Mmmmmmmmmmm 2. dst.

(21)

C. Contoh ST yang ditandatangani oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah

PEMERINTAH KABUPATEN BULUNGAN DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Jl. Jelarai Telp. ( 0552 ) 21008 – 23316 Fax. (0552) 21009

TANJUNG SELOR SURAT TUGAS NOMOR………… TAHUN ……… Dasar : Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm mmmmmmmmmmmmmmmm M E N U G A S K A N : Kepada : 1. Nama : Pangkat/gol : NIP : Jabatan : 2. Nama : Pangkat/gol : NIP : Jabatan :

Maksud Perjalanan Dinas : Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm Lamanya Perjalanan Dinas : Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm a. Berangkat Tanggal : Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm b. Kembali Tanggal : Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm Dikeluarkan di ……… Pada tanggal ……… KEPALA DINAS, Nama Pangkat NIP. Tembusan : 1. Mmmmmmmmmmm 2. dst. BUPATI BULUNGAN, BUDIMAN ARIFIN

(22)

Referensi

Dokumen terkait

memperhatikan hal detil; terlalu menggunakan bahasa tubuh; mendengar hanya bagian kesukaannya Penolakan S Pendengar yang baik; team player; possessive; stabil; dapat

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA.. SEMESTER

1) PIHAK KEDUA wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Petunjuk Teknis Fasilitasi Sarana Kesenian di Satuan Pendidikan Tahun 2018. 2) PIHAK KEDUA bertanggung jawab

Fasilitas kerja yang dirancang bagi operator inspeksi pada stasiun pemarutan adalah kursi kerja, meja kerja serta alat potong berdasarkan data antropometri operator

Sehubungan dengan itu kepada pemenang mohon segera menghubungi Pengguna Anggaran DINAS KOPERASI UMKM PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN Kabupaten Buol Tahun Anggaran

Keberadaan Balai Pengembangan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat di Provinsi Gorontalo sebagai Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mempunyai

Dari enam variabel penjelas terdapat lima variabel yang memengaruhi penggunaan metode kontrasepsi IUD di Indonesia tahun 2012 yaitu daerah tempat tinggal, jumlah pengetahuan

Sumber bahan adalah tanah asli pada lokasi pelaksanaan pekerjaan dan apabila tanah asli tidak mencukupi untuk menyesuaikan dengan gambar rencana maka kontraktor harus