• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 128 TAHUN 2017 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 128 TAHUN 2017 TENTANG"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

1

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

NOMOR : KP. 128 TAHUN 2017 TENTANG

PROGRAM DAN TATA CARA PENGAWASAN DAN INVESTIGASI KESELAMATAN PENGANGKUTAN BARANG BERBAHAYA DENGAN PESAWAT UDARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan lampiran bab 12 butir 12.2 dan butir 12.10 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 90 Tahun 2013 tentang Keselamatan Pengangkutan Barang Berbahaya Dengan Pesawat Udara, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara tentang Program dan

Tata Cara Pengawasan dan Investigasi Keselamatan

Pengangkutan Barang Berbahaya Dengan Pesawat Udara;

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956);

2. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

3. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);

4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 90 Tahun 2013 tentang Keselamatan Pengangkutan Barang Berbahaya Dengan Pesawat Udara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1368) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 58 Tahun 2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 740);

5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 30

Tahun 2015 tentang Pengenaan Sanksi Administratif Terhadap Pelanggaran Peraturan Perundang-undangan di Bidang Penerbangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 286);

(2)

2

6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 59

Tahun 2015 tentang Kriteria, Tugas, Dan Wewenang Inspketur Penerbangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 409) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 142 Tahun 2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1684);

7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 189

Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1844) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 86 Tahun 2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1012);

8. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 623 Tahun 2015 tentang Prosedur dan Mekanisme Pengenaan Sanksi Administratif Terhadap Pelanggaran Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Penerbangan;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG PROGRAM DAN TATA CARA PENGAWASAN DAN INVESTIGASI KESELAMATAN PENGANGKUTAN BARANG BERBAHAYA DENGAN PESAWAT UDARA.

Pasal 1

(1) Untuk menjamin keselamatan pengangkutan barang berbahaya dengan pesawat udara, Unit Penyelenggara Bandar Udara, Badan Usaha Bandar Udara, Badan Usaha Angkutan Udara, Perusahaan Angkutan Udara Asing, Penyedia Jasa Pengamanan Kargo dan Pos, Penyedia Jasa Pendidikan dan Pelatihan Keselamatan Pengangkutan Barang Berbahaya, Penyedia Jasa Penunjang Kegiatan Penerbangan, Pengelola Gudang Kargo, Pengelola Terminal Kargo dan Badan Usaha lainnya yang mempunyai tanggung

jawab terhadap keselamatanpengangkutan barang

berbahaya harus dilakukan pengawasan pengangkutan barang berbahaya secara berkelanjutan.

(2) Pengawasan pengangkutan barang berbahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan Program dan Tata Cara Pengawasan dan Investigasi Keselamatan Pengangkutan Barang Berbahaya dengan Pesawat Udara.

(3) Program dan Tata Cara Pengawasan dan Investigasi Keselamatan Pengangkutan Barang Berbahaya dengan Pesawat Udara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termuat dalam lampiran I dan II peraturan ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

(3)

3

Direktur Keamanan Penerbangan dan Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan ini.

Pasal 3

Pada saat keputusan ini mulai berlaku, Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 573 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pengawasan Pengangkutan Barang Berbahaya Dengan Pesawat Udara, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Pasal 4

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : JAKARTA Pada tanggal : 05 MEI 2017

____________________________________________ DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

ttd

Dr. Ir. AGUS SANTOSO, M.Sc Salinan Surat Peraturan ini disampaikan kepada Yth. :

1. Menteri Perhubungan;

2. Sekretaris Jenderal KementerianPerhubungan; 3. Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan; 4. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;

5. Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; 6. Para Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara;

7. Para Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara; 8. Direktur Utama PT. Angkasa Pura I (Persero);

9. Direktur Utama PT. Angkasa Pura II (Persero);

10. Para Direktur Badan Usaha Angkutan Udara;

(4)

4

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara

Nomor : KP. 128 TAHUN 2017

Tanggal : 05 MEI 2017

PROGRAM DAN TATA CARA PENGAWASAN DAN

INVESTIGASI KESELAMATAN PENGANGKUTAN

BARANG BERBAHAYA DENGAN PESAWAT UDARA

(5)

5

KETENTUAN UMUM 1.1 Definisi

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Barang Berbahaya (Dangerous Goods) adalah barang atau bahan yang dapat membahayakan kesehatan, keselamatan, harta benda dan lingkungan.

2. Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas Keselamatan dan Keamanan Penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.

3. Pesawat Udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat terbang di atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan bumi yang digunakan untuk penerbangan.

4. Kecelakaan (Accident) Barang Berbahaya adalah suatu kejadian yang terkait dengan keselamatan pengangkutan barang berbahaya dengan pesawat udara yang menyebabkan kecelakaan fatal atau serius terhadap orang atau menyebabkan kerusakan parah terhadap harta benda.

5. Kejadian (Incident) Barang Berbahaya adalah suatu kejadian (tidak termasuk accident barang berbahaya) yang terkait dengan keselamatan pengangkutan barang berbahaya yang tidak terjadi dalam pesawat udara yang mengakibatkan kerugian orang, kerusakan harta benda, kebakaran, patah, tumpahan kebocoran cairan atau radiasi atau kejadian lain terkait paket yang tidak ditangani dengan benar.

6. Kejadian Serius (Serious Incident) adalah setiap kejadian terkait dengan pengangkutan barang berbahaya yang mana secara serius membahayakan pesawat udara atau penumpang.

7. Audit adalah pemeriksaan yang terjadwal, sistematis, dan mendalam terhadap prosedur, fasilitas, personel, dan dokumentasi organisasi penyedia jasa penerbangan untuk melihat tingkat kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku.

8. Inspeksi adalah pemeriksaan sederhana terhadap pemenuhan standar suatu produk akhir objek tertentu.

9. Pengamatan (Surveillance) adalah kegiatan penelusuran yang mendalam atas bagian tertentu dari prosedur, fasilitas, personel, dan dokumentasi organisasi penyedia jasa penerbangan dan pemangku kepentingan lainnya untuk melihat tingkat kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku.

(6)

6

10. Investigasi adalah sistematika pencarian dan dokumentasi terhadap fakta yang relevan dengan suatu kejadian atau dugaan pelanggaran, yang mana hal tersebut digunakan untuk mencapai suatu keputusan untuk mengambil tindakan yang tepat.

11. Kepatuhan (Compliance) adalah kondisi sesuai dengan syarat yang ditetapkan dalam peraturan.

12. Inspektur adalah personel yang diberi tugas, tanggung jawab dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pengawasan keselamatan pengangkutan barang berbahaya.

13. Pengawasan adalah kegiatan kendali mutu berkelanjutan untuk melihat pemenuhan peraturan pengangkutan barang berbahaya.

14. Unit Penyelenggara Bandar Udara adalah lembaga pemerintah di bandar udara yang bertindak sebagai penyelenggara bandar udara, yang memberikan jasa pelayanan kebandarudaraan untuk Bandar Udara yang belum diusahakan secara komersial.

15. Badan Usaha Bandar Udara adalah badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau koperasi yang kegiatan utamanya mengoperasikan bandar udara untuk pelayanan umum.

16. Badan Usaha Angkutan Udara adalah badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau koperasi, yang kegiatan utamanya mengoperasikan pesawat udara untuk digunakan mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos dengan memungut pembayaran.

17. Perusahaan Angkutan Udara Asing adalah perusahaan angkutan udara niaga yang telah ditunjuk oleh negara mitrawicara berdasarkan perjanjian bilateral dan/atau multilateral dan disetujui oleh Pemerintah Republik Indonesia.

18. Objek Pengawasan adalah Unit Penyelenggara Bandar Udara, Badan Usaha Bandar Udara, Badan Usaha Angkutan Udara, Perusahaan Angkutan Udara Asing, Penyedia Jasa Pengamanan Kargo dan Pos, Penyedia Jasa Pendidikan dan Pelatihan Bidang Keselamatan pengangkutan barang berbahaya, Penyedia Jasa Penunjang Kegiatan Penerbangan, Pengelola Gudang Kargo, dan Badan usaha lainnya yang mempunyai tanggung jawab terhadap keselamatan pengangkutan barang berbahaya.

19. Otoritas Bandar Udara adalah lembaga pemerintah yang diangkat oleh Menteri dan memiliki kewenangan untuk menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjamin keselamatan, keamanan, dan pelayanan penerbangan.

(7)

7

22. Direktur adalah Direktur yang membidangi pengangkutan barang berbahaya.

23. Direktorat adalah Direktorat yang membidangi pengangkutan barang berbahaya.

24. Kepala Kantor adalah Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara.

1.2 Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Program dan Tata Cara Pengawasan dan Investigasi Keselamatan Pengangkutan Barang Berbahaya Dengan Pesawat Udara meliputi:

1.2.1 semua objek pengawasan yang terkait dengan pelaksanaan keselamatan pengawasan pengangkutan barang berbahaya dengan pesawat udara yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal, Otoritas Bandar Udara dan Objek Pengawasan;

1.2.2 tanggung jawab dan wewenang pelaksanaan pengawasan keselamatan pengangkutan barang berbahaya dengan pesawat udara.

1.2.3 kriteria inspektur keselamatanpengangkutan barang berbahaya; 1.2.4 jenis-jenis kegiatan pengawasan keselamatan pengangkutan barang

berbahaya dengan pesawat udara; dan

1.2.5 tahapan dalam proses pengawasan keselamatan pengangkutan barang berbahaya dengan pesawat udara.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Program Pengawasan dan Investigasi Keselamatan Pengangkutan Barang Berbahaya Dengan Pesawat Udara

1.3.1.1 Sebagai pedoman dalam pengawasan terhadap penerapan peraturan keselamatan pengangkutan barang berbahaya dengan pesawat udara.

1.3.1.2 Sebagai petunjuk dalam pelaksanaan dan pengalokasian tanggunng jawab pengawasan.

1.3.1.3 Sebagai pengawasan yang berkelanjutan untuk melihat tingkat pemenuhan peraturan keselamatan pengangkutan barang berbahaya dengan pesawat udara.

1.3.1.4 Untuk melakukan tindakan korektif dan penegakan hukum

terhadap penyimpangan pemenuhan peraturan

keselamatan pengangkutan barang berbahaya dengan pesawat udara.

1.3.1.5 Untuk melakukan evaluasi terhadap efektifitas

pelaksanaan peraturan keselamatan pengangkutan barang berbahaya dengan pesawat udara.

1.3.2 Tujuan Tata Cara Pengawasan dan Investigasi Keselamatan Pengangkutan Barang Berbahaya Dengan Pesawat Udara

1.3.2.1 Memberikan pemahaman kepada inspektur keselamatan pengangkutan barang berbahaya mengenai proses dan jenis pengawasan termasuk investigasi yang dilakukan sesuai ketentuan.

(8)

8

1.3.2.2 Memberikan petunjuk teknis kepada inspektur keselamatan barang berbahaya dalam perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, tindakan korektif dan tindak lanjut hasil pengawasan keselamatan pengangkutan barang berbahaya. 1.3.2.3 Memberikan petunjuk dan tata acara pentahapan kegiatan dalam pengawasan keselamatan pengangkutan barang berbahaya.

1.3.2.4 Memberikan standar bentuk pengawasan keselamatan pengangkutan barang berbahaya.

1.3.2.5 Memberikan panduan dalam penilaian buku manual pengangkutan barang berbahaya (Dangerous Goods Handling Manual) dan pedoman penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan (Training Procedure Manual) objek pengawasan.

1.4 Sasaran

1.4.1 standarisasi kinerja inspektur keselamatanbarang berbahaya.

1.4.2 Penerapan kegiatan pengawasan keselamatan pengangkutan barang berbahaya secara efektif dan efisien.

1.4.3 Penerapan buku manual pengangkutan barang berbahaya (Dangerous Goods Handling Manual) dan pedoman penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan (Training Procedure Manual) objek pengawasan secara menyeluruh efektif dan efisien.

1.4.4 Pemenuhan peraturan keselamatan pengangkutan barang

berbahaya, standar dan rekomendasi praktis ICAO dengan mempertimbangkan keselamatan, keteraturan, serta efesiensi penerbangan.

(9)

9

PEMBAGIAN TANGGUNG JAWAB 2.1 Direktur Jenderal

Dalam melaksanakan tanggung jawab pengawasan keselamatan

pengangkutan barang berbahaya dengan pesawat udara, Direktur Jenderal mendelegasikan kepada Direktur dan Kepala Kantor.

2.2 Direktur

2.2.1 Bertanggungjawab pada pelaksanaan pengawasan keselamatan pengangkutan barang berbahaya.

2.2.2 Berwenang untuk:

a. menyusun, melaksanakan, mengembangkan, mempertahankan dan mengevaluasi program dan tata cara pengawasan dan investigasi keselamatan pengangkutan barang berbahaya dengan pesawat udara;

b. menyusun, mengkoordinasikan dan melaksanakan program kerja pengawasan keselamatan pengangkutan barang berbahaya dengan pesawat udara;

c. memastikan inspektur memahami dan melaksanakan petunjuk teknis pengawasan dan investigasi keselamatan pengangkutan barang berbahaya dengan pesawat udara yang telah ditetapkan; d. membentuk dan menunjuk tim inspektur pelaksanaan audit atau

investigasi;

e. membangun proses pengumpulan informasi tentang identifikasi bahaya (hazard identification) dalam keselamatan pengangkutan barang berbahaya dari sumber di luar sistem pengawasan;

f. melakukan investigasi terhadap setiap kejadian (incident), kejadian serius (serious incident), dan kecelakaan (accident) keselamatan pengangkutan barang berbahaya;

g. mengevaluasi terhadap hasil kegiatan pengawasan dan investigasi keselamatan pengangkutan barang berbahaya;

h. memastikan langkah-langkah perbaikan yang harus dilakukan sesuai dengan tingkat bahaya yang telah diidentifikasi;

i. menetapkan tindakan korektif dan penegakan hukum berdasarkan hasil kegiatan pengawasan dan investigasi keselamatan pengangkutan barang berbahaya;

j. melakukan monitoring penyelesaian tindakan korektif yang dilakukan oleh objek pengawasan;

k. mengelola dan mengevaluasi jadwal kerja, catatan pelatihan dan laporan tahunan dari inspektur;

l. melakukan investigasi terhadap setiap kejadian (incident), kejadian serius (serious incident), dan kecelakaan (accident) keselamatan pengangkutan barang berbahaya;

m. melakukan penilaian terhadap laporan hasil pengawasan internal objek pengawasan;

n. mendokumentasikan laporan kegiatan pengawasan dan investigasi keselamatan pengangkutan barang berbahaya; dan

(10)

10

o. melaporkan hasil kegiatan pengawasan dan investigasi keselamatan pengangkutan barang berbahaya kepada Direktur Jenderal.

2.3 Kepala Kantor

2.3.1 Bertanggungjawab melaksanakan pengawasan keselamatan

pengangkutan barang berbahaya di wilayah kerjanya. 2.3.2 Berwenang untuk:

a. menyusun, menetapkan dan melaksanakan program kerja inspeksi dan pengamatan (surveillance);

b. menentukan dan membagi tugas pelaksanaan inspeksi, pengamatan (surveillance) dan investigasi;

c. memastikan inspektur penanganan barang berbahaya memahami petunjuk teknis tata cara pengawasan keselamatan pengangkutan barang berbahaya dengan pesawat udara;

d. membentuk dan menunjuk tim inspektur pelaksana inspeksi, pengamatan (surveillance) dan investigasi;

e. mengevaluasi hasil kegiatan inspeksi, pengamatan (surveillance) dan investigasi;

f. menetapkan tindakan korektif dan penegakan hukum berdasarkan hasil kegiatan inspeksi, pengamatan (surveillance) dan investigasi; g. melakukan monitoring penyelesaian tindakan korektif yang

dilakukan oleh objek pengawasan;

h. melakukan investigasi terhadap setiap kejadian (incident), kejadian serius (serious incident), dan kecelakaan (accident) keselamatan pengangkutan barang berbahaya;

i. menerima dan melakukan penilaian terhadap laporan hasil pengawasan dan investigasi internal objek pengawasan;

j. melaporkan hasil penilaian laporan pengawasan dan investigasi internal objek pengawasan setiap bulan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Direktur;

k. mengambil tindakan terhadap hasil penilaian laporan pengawasan dan investigasi internal objek pengawasan;

l. mengelola dan mengevaluasi jadwal kerja, catatan pelatihan, laporan bulanan dan tahunan dari inspektur;

m. mendokumentasikan laporan kegiatan inspeksi, pengamatan (surveillance) dan investigasi;dan

n. melaporkan hasil kegiatan inspeksi, pengamatan (surveillance) dan investigasi kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Direktur.

2.4 Inspektur KeselamatanBarang Berbahaya

2.4.1 Melaksanakan pengawasan kepada objek pengawasan.

2.4.2 Berwenang untuk:

a. mendapatkan akses secara penuh untuk mengambil data dan informasi pada objek pengawasan;

(11)

11

tindakan penegakan hukum terhadap objek pengawasan yang tidak patuh terhadap peraturan terkait keselamatan pengangkutan barang berbahaya dan buku manual pengangkutan barang berbahaya (Dangerous Goods Handling Manual) dan pedoman penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan (Training Procedure Manual) objek pengawasan yang telah disahkan;

d. memerintahkan objek pengawasan melakukan tindakan korektif secara langsung atas ketidakpatuhan terhadap peraturan terkait keselamatan pengangkutan barang berbahaya dan buku manual pengangkutan barang berbahaya (Dangerous Goods Handling Manual) dan pedoman penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan (Training Procedure Manual) objek pengawasan yang telah disahkan; e. melakukan audit pada Badan Usaha Angkutan Udara atau Perusahaan Angkutan Udara Asing serta bandar udara terakhir di negara lain yang memiliki penerbangan langsung menuju Indonesia;

f. memberikan klasifikasi tingkat kepatuhan terhadap hasil pengawasan sesuai dengan tingkat pelanggaran.

2.4.3 Kriteria inspektur keselamatanbarang berbahaya

a. memiliki kompetensi pendidikan dan pelatihan keselamatan pengangkutan barang berbahaya.

b. telah ditetapkan sebagai inspektur penanganan barang berbahaya oleh Direktur Jenderal.

c. untuk inspektur internal telah ditetapkan oleh pimpinan tertinggi objek pengawasan.

2.4.4 Dalam melaksanakan pengawasan, Inspektur keselamatan barang

berbahaya yang mendapatkan surat perintah tugas dari

Direktur/Kepala Kantor harus membentuk tim inspektur. 2.4.5 Tim inspektur sebagaimana dimaksud butir 2.4.4 terdiri dari:

a. ketua tim; dan b. anggota tim.

2.4.6 Ketua Tim sebagaimana dimaksud butir 2.4.5 huruf a, mempunyai tugas:

a. memastikan tahapan dalam pelaksanaan pengawasan

keselamatan pengangkutan barang berbahaya sesuai dengan tata cara pengawasan keselamatan pengangkutan barang berbahaya dengan pesawat udara;

b. memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan pengawasan; c. memastikan kegiatan pengawasan dilakukan sesuai dengan

rencana dan prosedur;

d. memastikan tim dalam melaksanakan pengawasan secara independen, profesional, tidak terpengaruh dengan konflik kepentingan, aspek operasional dan/atau komersial dan objektif; e. memastikan dan memonitor semua anggota mempunyai tanggung

jawab dan melaksanakan tugas-tugas pengawasan yang diberikan; f. mencatat dan menyimpan hasil catatan pengawasan;

g. mengidentifikasi, mengevaluasi, mendiskusikan dan memverifikasi hasil pengawasan dengan objek pegawasan;

(12)

12

h. memberikan rekomendasi kepada objek pengawasan terkait hasil pengawasan;

i. melaporkan hasil pengawasan kepada Direktur atau Kepala Kantor; dan

j. melakukan monitoring penyelesaian tindakan korektif yang dilakukan oleh objek pengawasan.

2.4.7 Anggota tim sebagaimana dimaksud butir 2.4.5 huruf b, mempunyai tugas:

a. melaksanakan persiapan sesuai dengan perencanaan kegiatan pengawasan;

b. melengkapi semua bagian kegiatan pengawasan sesuai dengan rencana dan prosedur;

c. menjalankan tugas-tugas pengawasan secara independen, profesional, tidak terpengaruh dengan konflik kepentingan, aspek operasional dan/atau komersial serta objektif;

d. menyimpan catatan yang jelas mengenai tindakan yang dilakukan selama kegiatan pengawasan atau mengumpulkan bukti yang mendukung temuan;

e. menyiapkan laporan hasil pengawasan; dan

f. mendukukung ketua tim melakukan monitoring penyelesaian tindakan korektif yang dilakukan oleh objek pengawasan.

(13)

13

PROGRAM PENGAWASAN 3.1 Gambaran Umum

3.1.1 Pengawasan keselamatan pengangkutan barang berbahaya

dilaksanakan untuk melakukan kegiatan kendali mutu yang berkelanjutan guna menilai pemenuhan penerapan standar keselamatan pengangkutan barang berbahaya yang dilakukan oleh objek pengawasan dan identifikasi bahaya (hazard identification) dalam pengangkutan barang berbahaya.

3.1.2 Pengawasan keselamatan pengangkutan barang berbahaya harus

mengacu kepada peraturan nasional terkait keselamatan

pengangkutan barang berbahaya dengan pesawat udara dan buku manual pengangkutan barang berbahaya (Dangerous Goods Handling Manual) objek pengawasan yang telah disahkan oleh Direktur Jenderal.

3.1.3 Inspektur melaksanakan pengawasan keselamatan pengangkutan barang berbahaya atas perintah Direktur Jenderal dan/atau Kepala Kantor.

3.1.4 Jenis kegiatan pengawasan pengangkutan barang berbahaya sebagaimana dimaksud pada butir 3.1.3 meliputi:

a. audit;

b. inspeksi; dan

c. pengamatan (surveillance).

3.1.5 Kegiatan pengawasan untuk penyedia jasa pendidikan dan pelatihan personel keselamatan pengangkutan barang berbahaya terdiri dari : a. audit; dan

b. inspeksi.

3.2 Audit

3.2.1 Pengawasan berupa audit bertujuan untuk:

a. memastikan bahwa seluruh ketentuan dalam peraturan keselamatan pengangkutan barang berbahaya dengan pesawat udara dilaksanakan oleh objek pengawasan;

b. memastikan pencapaian tingkat pemenuhan standar dan efektifitas pelaksanaan langkah-langkah keselamatan penerbangan;

c. mengidentifikasi pemenuhan standar dan prosedur keselamatan pengangkutan barang berbahaya; dan

d. mengidentifikasi keselamatan pengangkutan barang berbahaya yang membutuhkan perbaikan tindakan korektif dalam peningkatan keselamatan penerbangan.

3.2.2 Audit dilaksanakan sebagai berikut:

(14)

14

b. dilakukan pemberitahuan kepada objek pengawasan, untuk memberi kesempatan kepada objek pengawasan mempersiapkan dokumen dan perangkat lainnya;

c. audit oleh Direktorat Jenderal dilaksanakan dengan jangka waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun berdasarkan penilaian resiko;

d. audit internal oleh objek pengawasan dilaksanakan dengan jangka waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun; dan e. hasil audit Direktorat Jenderal disampaikan kepada objek

pengawasan.

3.3 Inspeksi

3.3.1 Pengawasan berupa inspeksi untuk:

a. memastikan bahwa 1 (satu) atau beberapa aspek dalam ketentuan keselamatan pengangkutan barang berbahaya dengan pesawat udara pada objek pengawasan dilaksanakan sesuai ketentuan; b. memastikan tingkat pencapaian dan efektifitas pelaksanaan

prosedur keselamatan pengangkutan barang berbahaya dengan pesawat udara;

c. mengidentifikasi pemenuhan standar dan prosedur keselamatan pengangkutan barang berbahaya dengan pesawat udara dan memastikan tindakan korektif;

d. mengidentifikasi kerentanan pada area yang masih perlu perbaikan/peningkatan keselamatan penerbangan; dan

e. memastikan tindakan korektif hasil audit telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.

3.3.2 Inspeksi dilaksanakan sebagai berikut:

a. berdasarkan program kerja yang telah disusun atau berdasarkan penilaian resiko;

b. pelaksanaan dapat diberitahukan atau tidak diberitahukan kepada objek pengawasan dalam setiap inspeksi; dan

c. hasil inspeksi disampaikan kepada objek pengawasan.

3.4 Pengamatan (surveillance)

3.4.1 Pengawasan berupa pengamatan untuk:

a. mengevaluasi dan mengidentifikasi terhadap efektifitas prosedur,

fasilitas, personel dan langkah-langkah keselamatan

penerbangan; dan

b. mengidentifikasi terhadap kerawanan (vulnerability) yang dapat mengganggu keselamatan penerbangan pada objek pengawasan serta sebagai masukan untuk perubahan/perbaikan kebijakan di tingkat nasional dan objek pengawasan.

3.4.2 Pengamatan dilakukan dalam hal, antara lain:

a. pembangunan, pengembangan atau penambahan fasilitas objek pengawasan;

b. adanya penambahan rute baru dan/atau perubahan tipe pesawat; dan

(15)

15

a. berdasarkan program kerja yang telah disusun atau berdasarkan penilaian resiko;

b. diberitahukan kepada objek pengawasan; dan

c. hasil pengamatan disampaikan kepada objek pengawasan.

3.5 Investigasi

3.5.1 Inspektur keselamatan barang berbahaya dapat melakukan investigasi terhadap setiap kecelakaan (accident) dan kejadian (incident) barang berbahaya.

3.5.2 Hasil investigasi sebagaimana dimaksud butir 3.5.1 dievaluasi dan dianalisa untuk dijadikan sebagai bahan informasi dan pembelajaran agar tidak terulang kejadian yang sama di masa yang akan datang.

3.5.3 Hasil investigasi disampaikan kepada obejek pengawasan.

3.5.4 Laporan investigasi yang dalam kesimpulannya menemukan unsur pelanggaran tindak pidana penerbangan dapat disampaikan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagai tindakan penegakan hukum.

(16)

16

BAB 4

TAHAPAN KEGIATAN PENGAWASAN

4.1 Perencanaan Pengawasan

4.1.1 Direktur dan Kepala Kantor menyusun rencana pengawasan tahunan dengan mempertimbangkan identifikasi bahaya (hazard identification) untuk menentukan prioritas dan frekuensi kegiatan pengawasan. 4.1.2 Hasil identifikasi bahaya(hazard identification) dapat digunakan dalam

pengambilan keputusan untuk membangun strategi guna

menghilangkan resiko dari bahaya (hazard) atau menentukan mitigasi oleh Direktur dan Kepala Kantor.

4.1.3 Kegiatan pengawasan sebagaimana dimaksud butir 4.1.1 dilakukan dengan tahapan seperti bagan dalam lampiran II peraturan ini.

4.2 Persiapan Pengawasan

4.2.1 Persiapan pengawasan meliputi: a. administrasi;

b. dokumen pendukung; dan c. alat kelengkapan pengawasan.

4.2.2 Persiapan administrasi sebagaimana dimaksud butir 4.2.1 huruf a meliputi :

a. pembentukan dan penetapan tim inspektur; b. pembuatan surat perintah tugas;

c. penyusunan jadwal pelaksanaan;dan

d. pembuatan dan pengiriman surat pemberitahuan ke objek pengawasan;

4.2.3 Pembentukan dan penetapan tim inspektur sebagaimana dimaksud butir 4.2.2 huruf a, dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut :

a. Direktur atau Kepala Kantor menugaskan inspektur keselamatan barang berbahaya;

b. Inspektur sebagaimana dimaksud huruf a. yang telah mendapatkan surat perintah tugas membentuk dan menetapkan tim terdiri dari ketua dan anggota;

c. ketua tim merupakan inspektur yang mempunyai level tertinggi dalam tim, apabila terdapat level yang sama maka ditunjuk yang lebih berpengalaman dan memiliki jiwa kepemimpinan atau ditunjuk berdasarkan penilaian pimpinan; dan

d. anggota tim merupakan inspektur sesuai dengan kompetensinya. 4.2.4 Anggota tim inspektur sebagaimana dimaksud butir 4.2.3 huruf d,

dapat beranggotakan inspektur internal dengan ketentuan sebagai berikut :

(17)

17

kepentingan, aspek operasional dan/atau komersial, serta objektif. 4.2.5 Surat pemberitahuan ke objek pengawasan sebagaimana dimaksud

pada butir 4.2.2 huruf d, memuat antara lain: a. jadwal pelaksanaan;

b. pelaksana pengawasan; c. lingkup pengawasan; dan

d. permintaan dokumen pendukung, antara lain; 1) profil objek pengawasan;

2) buku manual pengangkutan barang berbahaya (Dangerous Goods Handling Manual) atau pedoman penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan (Training Procedure Manual) terkait; 3) dokumentasi personel dan training record;

4) laporan pengawasan internal;

5) laporan kejadian (incident), kejadian serius (serious incident), dan kecelakaan (accident) keselamatan pengangkutan barang berbahaya;

6) dokumentasi fasilitas keselamatan pengangkutan barang berbahaya;

7) dokumen keselamatan pengangkutan barang berbahaya;

8) dokumen perizinan – perizinan di bidang keselamatan pengangkutan barang berbahaya; dan

9) dokumen lainnya.

4.2.6 Alat kelengkapan pengawasan sebagaimana dimaksud butir 4.2.1 huruf c antara lain:

a. checklist; b. kamera; c. perangkat komputer; d. printer; e. audio recording; f. alat komunikasi;

g. modem jaringan internet; h. jaket (rompi inspektur); dan

i. kartu tanda pengenal inspektur/pas bandar udara.

4.2.7 Checklist sebagaimana dimaksud butir 4.2.6 huruf a terdiri dari checklist :

a. pengawasan keselamatan pengangkutan barang berbahaya untuk Badan Usaha Angkutan Udara (BUAU) dan Perusahaan Angkutan Udara Asing (PAUA); dan

b. pengawasan penyedia jasa pendidikan dan pelatihan personel keselamatan pengangkutan barang berbahaya.

4.2.8 Checklist pengawasan keselamatan pengangkutan barang berbahaya untuk Badan Usaha Angkutan Udara (BUAU) dan Perusahaan Angkutan Udara Asing (PAUA) sebagaimana dimaksud butir 4.2.7 huruf a terdiri dari :

a. audit;

b. inspeksi; dan

(18)

18

4.2.9 Checklist pengawasan penyedia jasa pendidikan dan pelatihan personel keselamatanbarang berbahaya sebagaimana dimaksud butir 4.2.7 huruf b terdiri dari :

a. audit; dan b. inspeksi.

4.2.10 Contoh surat pemberitahuan pengawasan dan investigasi

sebagaimana dimaksud butir 4.2.5 tercantum dalam lampiran III peraturan ini.

4.2.11 Format Checklist kegiatan pengawasan sebagaimana dimaksud butir 4.2.7 tercantum dalam lampiran IV peraturan ini.

4.3 Pelaksanaan Pengawasan

4.3.1 Kegiatan pelaksanaan pengawasan, terdiri dari : a. rapat pembukaan;

b. pelaksanaan pengawasan; c. pengarahan harian;

d. penyusunan draft temuan dan rekomendasi; dan e. rapat penutupan.

4.3.2 Rapat pembukaan sebagaimana dimaksud butir 4.3.1 huruf a, melakukan kegiatan antara lain :

a. perkenalan tim inspektur;

b. penjelasan agenda dan ruang lingkup pengawasan; dan c. penjelasan metodologi pelaksanaan pengawasan.

4.3.3 Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud butir 4.3.1 huruf b menggunakan metodologi antara lain:

a. wawancara;

b. tinjauan dokumen; c. tinjauan lapangan; dan d. pencatatan temuan.

4.3.4 Pengarahan harian sebagaimana dimaksud butir 4.3.1 huruf c, antara lain :

a. pembagian tugas tim inspektur dan tim pendamping; b. mengumpulkan informasi temuan; dan

c. mengidentifikasi, mengevaluasi, mendiskusikan dan

memverifikasi hasil pengawasan dengan objek pengawasan.

4.3.5 Pada saat tinjauan lapangan sebagaimana dimaksud butir 4.3.3 huruf c, ditemukan keadaan/kondisi ketidakpatuhan yang berdampak langsung terhadap keselamatan pengangkutan barang berbahaya, inspektur harus :

a. menginformasikan kepada ketua tim untuk diteruskan kepada Direktur / Kepala Kantor;

(19)

19

pengawasan untuk mengambil langkah – langkah penanganan; dan

c. menghentikan sementara kegiatan pengangkutan barang berbahaya setelah mendapat izin Direktur/Kepala Kantor, apabila objek pengawasan tidak mengambil langkah – langkah penanganan.

4.3.6 Keadaan/kondisi ketidakpatuhan yang berdampak langsung terhadap keselamatan pengangkutan barang berbahaya sebagaimana dimaksud butir 4.3.5, antara lain keadaan/kondisi yang tidak memenuhi ketentuan terkait:

a. personel keselamatan barang berbahaya tidak memiliki lisensi; b. kelengkapan dokumen keselamatan pengangkutan barang

berbahaya;

c. prosedur dan kondisi pengemasan;

d. pemberian tanda dan label (Marking and Labeling);

e. penerimaan kiriman barang berbahaya (Dangerous Goods Acceptance);

f. keselamatandan penyimpanan barang berbahaya;

g. pemuatan dan penurunan barang berbahaya (loading and unloading); dan

h. keselamatan barang berbahaya yang dibawa oleh penumpang dan awak pesawat udara.

4.3.7 Penyusunan draft temuan dan rekomendasi sebagaimana dimaksud butir 4.3.1 huruf d, antara lain :

a. mengumpulkan dan mendiskusikan hasil pengawasan; b. menyusun draft rekomendasi;

c. memastikan bukti (evidence) setiap temuan; dan d. membuatdraft laporan akhir.

4.3.8 Rapat penutupan sebagaimana dimaksud butir 4.3.1 huruf e, antara lain :

a. memaparkan hasil pengawasan dan temuan yang berdampak langsung terhadap keselamatan pengangkutan barang berbahaya (jika ada);

b. memberikan tanggapan terhadap hasil pengawasan oleh objek pengawasan;

c. menyampaikan prosedur tindak lanjut hasil pengawasan; dan d. membuat berita acara pelaksanaan.

4.3.9 Dalam rapat pembukaan, pengarahan harian dan rapat penutupan harus dihadiri oleh pimpinan / pejabat objek pengawasan yang mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan.

4.3.10 Hasil temuan kegiatan pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud butir 3.1.4 diklasifikasikan berdasarkan tingkat kepatuhan yaitu:

a. patuh (C) : comply;

b. tidak patuh (NC) : not comply; dan

(20)

20

4.3.11 Kategori patuh (C) sebagaimana dimaksud butir 4.3.10 huruf a yaitu sudah memenuhi ketentuan peraturan di bidang keselamatan pengangkutan barang berbahaya.

4.3.12 Kategori tidak patuh (NC) sebagaimana dimaksud butir 3.4.10 huruf b yaitu tidak memenuhi ketentuan peraturan di bidang keselamatan pengangkutan barang berbahaya.

4.3.13 Kategori tidak diberlakukan ketentuan (NA) sebagaimana dimaksud butir 3.4.10 huruf c yaitu ketentuan atau prosedur tidak dapat diterapkan pada objek pengawasan.

4.3.14 Format Berita Acara pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud butir 4.3.8 huruf d tercantum dalam lampiran V peraturan ini.

4.4 Pelaporan

4.4.1 Tim Inspektur yang melaksanakan pengawasan harus membuat laporan hasil pengawasan secara tertulis dan formal kepada Direktur atau Kepala Kantor.

4.4.2 Laporan tertulis sebagaimana dimaksud butir 4.4.1 dibuat dengan jangka waktu sebagai berikut :

a. laporan audit paling lama 14 (empat belas) hari kerja; b. laporan inspeksi paling lama 7 (tujuh) hari kerja; dan

c. laporan pengamatan (surveillance) paling lama 7 (tujuh) hari kerja.

4.4.3 Laporan tertulis sebagaimana dimaksud butir 4.4.2 dapat diberikan perpanjangan waktu oleh atasan langsung dikarenakan kondisi force majeur, antara lain : inspektur sakit dan bencana alam.

4.4.4 Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud butir 4.4.1 dibuat dalam bentuk tabel hasil pengawasan.

4.4.5 Laporan tertulis sebagaimana dimaksud butir 4.4.2 yang telah disetujui oleh Direktur/Kepala Kantor harus disampaikan kepada objek pengawasan dengan tembusan Direktur Jenderal.

4.4.6 Laporan sebagaimana butir 4.4.5 dimasukkan ke dalam sistem data base.

4.4.7 Format laporan, tabel hasil pengawasan dan surat pemberitahuan kepada objek pengawasan sebagaimana tercantum dalam lampiran VI peraturan ini.

(21)

21

INVESTIGASI KESELAMATAN PENGANGKUTAN BARANG BERBAHAYA DENGAN PESAWAT UDARA

5.1 Gambaran Umum

Direktur Jenderal melaksanakan investigasi terhadap setiap kejadian (incident), kejadian serius (serious incident), dan kecelakaan (accident) keselamatanpengangkutan barang berbahaya.

5.2 Persiapan

5.2.1 Persiapan pelaksanaan investigasi meliputi : a. administrasi;

b. dokumen pendukung; dan c. alat kelengkapan investigasi. 5.2.2 Persiapan administrasi meliputi :

a. pembuatan surat perintah tugas;

b. pembentukan dan penetapan tim inspektur; c. penyusunan jadwal pelaksanaan; dan

d. pembuatan dan pengiriman surat pemberitahuan ke objek pengawasan.

5.2.3 Pembentukan dan penetapan tim inspektur sebagaimana butir 5.2.2 huruf b, dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut :

a. Direktur atau Kepala Kantor menugaskan inspektur penanganan barang berbahaya;

b. inspektur sebagaimana dimaksud huruf a. yang telah mendapatkan surat perintah tugas membentuk dan menetapkan tim terdiri dari ketua dan anggota;

c. ketua tim adalah inspektur yang mempunyai level tertinggi dalam tim, apabila terdapat level yang sama maka ditunjuk yang lebih berpengalaman dan memiliki jiwa kepemimpinan; dan

d. anggota tim adalah inspektur sesuai dengan kewenangannya.

5.2.4 Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud butir 5.2.1 huruf b meliputi :

a. dokumen peraturan terkait;

b. buku manual pengangkutan barang berbahaya (Dangerous Goods Handling Manual) terkait;

c. hasil pengawasan sebelumnya; dan d. dokumen terkait lainnya.

5.2.5 Alat kelengkapan investigasi sebagaimana dimaksud butir 5.2.1 huruf c antara lain: a. kamera; b. perangkat komputer; c. printer; d. audio recording; e. alat komunikasi;

(22)

22

g. jaket (rompi inspektur); dan

h. kartu tanda pengenal inspektur/pas bandar udara.

5.3 Pelaksanaan investigasi

5.3.1 Kegiatan pelaksanaan investigasi, terdiri dari :

a. pertemuan pembukaan dengan objek investigasi; b. pelaksanaan kegiatan investigasi;

c. penyusunan draft temuan dan rekomendasi; dan d. pertemuan penutup dengan objek investigasi.

5.3.2 Pertemuan pembukaan sebagaimana dimaksud butir 5.3.1 huruf a, antara lain :

a. perkenalan tim investigasi;dan

b. agenda dan ruang lingkup investigasi.

5.3.3 Pelaksanaan kegiatan investigasi sebagaimana dimaksud butir 5.3.1 huruf b,antara lain:

a. wawancara;

b. tinjauan dokumen; c. tinjauan lapangan; dan d. pencatatan hasil investigasi.

5.3.4 Penyusunan draft temuan dan rekomendasi sebagaimana dimaksud butir 5.3.1 huruf c, antara lain:

a. mengumpulkan dan mendiskusikan hasil investigasi; b. menyusun draft rekomendasi;

c. memastikan bukti (evidence) setiap temuan; dan d. membuat draft laporan akhir investigasi.

5.3.5 Pertemuan penutup sebagaimana dimaksud butir 5.3.1 huruf d, tim investigasi menyampaikan hasil investigasi.

5.4 Pelaporan

5.4.1 Tim investigasi yang melaksanakan investigasi harus membuat laporan hasil investigasi secara tertulis dan formal kepada Direktur atau Kepala Kantor.

5.4.2 Laporan tertulis sebagaimana dimaksud butir 5.4.1 dibuat dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja.

5.4.3 Laporan tertulis sebagaimana dimaksud butir 5.4.2 dapat diberikan perpanjangan waktu oleh atasan langsung dikarenakan kondisi force majeur antara lain : inspektur sakit dan bencana alam.

5.4.4 Laporan tertulis sebagaimana butir 5.4.2 yang telah disetujui oleh Direktur atau Kepala Kantor harus disampaikan kepada objek investigasi dengan tembusan Direktur Jenderal.

5.4.5 Laporan investigasi sebagaimana dimaksud dalam butir 5.4.1 sebagai hasil dari tindakan penegakan hukum dapat disampaikan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

(23)

23

a. menindaklanjuti laporan hasil investigasi; dan

b. menyampaikan tindak lanjut hasil investigasi kepada Direktur atau Kepala Kantor.

5.4.7 Laporan sebagaimana butir 5.4.4 dimasukkan kedalam sistem data base.

5.4.8 Format laporan hasil investigasi sebagaimana dimaksud butir 5.4.1 sebagaimana tercantum dalam lampiran VII peraturan ini.

(24)

24

BAB 6

MONITOR TINDAKAN KOREKTIF

6.1 Inspektur harus memastikan objek pengawasan menindaklanjuti hasil pengawasan.

6.2 Penyelesaian terhadap temuan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud butir 6.1 harus ditindaklanjuti dengan :

a. tindakan penyelesaian segera saat ditemukan; dan b. rencana penyelesaian tindakan korektif.

6.3 Inspektur harus memastikan objek pengawasan memberikan tanggapan dan rencana penyelesaian tindakan korektif disampaikan kepada Direktur atau Kepala Kantor paling lambat 14 (empat belas) hari kalender setelah menerima hasil pengawasan secara tertulis.

6.4 Inspektur harus memastikan rencana penyelesaian tindakan korektif sebagaimana dimaksud pada butir 6.3 memuat langkah – langkah sebagai berikut :

a. rencana tindakan dan jangka waktu penyelesaian tindakan korektif; dan b. langkah-langkan tindakan mitigasi sebelum tindakan korektif selesai. 6.5 Inspektur melakukan evaluasi dan dapat mengajukan jenis dan jangka

waktu tindakan perbaikan dan langkah-langkah penegakan aturan yang dibutuhkan terhadap area ketidakpatuhan terkait dengan tindak lanjut (follow up) penyelesaian tindakan korektif.

6.6 Apabila objek pengawasan tidak memberikan tanggapan sesuai batasan waktu sebagaimana dimaksud butir 6.3 atau penyelesaian tindakan korektif tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh objek pengawasan, maka Inspektur melaporkan kepada Direktur atau Kepala Kantor.

6.7 Direktur atau Kepala Kantor mempertimbangkan laporan inspektur sebagaimana butir 6.6 untuk ditindaklanjuti dengan memberikan surat peringatan tertulis.

6.8 Direktur dan Kepala Kantor melakukan monitoring tindak lanjut (follow up) penyelesaian tindakan korektif yang dilakukan oleh objek pengawasan untuk memastikan kesesuaian waktu penyelesaian dan aspek keberhasilan pemenuhan tindakan korektif.

6.9 Hasil monitoring sebagaimana dimaksud butir 6.8 dibuat ringkasannya.

6.10 Monitoring tindak lanjut (follow up) penyelesaian tindakan korektif dan ringkasan hasil monitoring sebagaimana tercantum dalam lampiran VIII.

6.11 Evaluasi Tindakan Korektif

6.11.1 Hasil monitoring tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada butir 6.7, dinyatakan status open atau close.

(25)

25

penyelesaian tindakan korektif yang disertakan dengan bukti-bukti pemenuhan belum memenuhi standar atau peraturan dan akan disampaikan secara tertulis kepada objek pengawasan.

6.11.3 Apabila bukti pemenuhan sebagaimana dimaksud butir 6.11.2 diragukan, maka akan dilakukan inspeksi guna memastikan pemenuhan.

6.11.4 Status close sebagaimana dimaksud butir 6.11.1, dinyatakan apabila penyelesaian tindakan korektif yang disertakan dengan bukti-bukti pemenuhan telah memenuhi standar atau peraturan dan akan disampaikan secara tertulis kepada objek pengawasan

6.11.5 Format surat penyampaian hasil evaluasi tindakan korektif sebagaimana dimaksud butir 6.11.2 dan 6.11.4 sebagaimana tercantum dalam lampiran IX peraturan ini.

6.12 Surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud butir 6.7 terdiri dari : a. Surat Peringatan ke-1 (SP 1);

b. Surat Peringatan ke-2 (SP 2) apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kalender setelah menerima SP 1, objek pengawasan belum menindaklanjuti;

c. Surat Peringatan ke-3 (SP 3) apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kalender setelah menerima SP 2, objek pengawasan belum menindaklanjuti

6.13 Apabila objek pengawasan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kalender setelah menerima SP 3 tidak menindaklanjuti, maka Inspektur keselamatanpengangkutan barang berbahaya mengusulkan kepada

Direktur/Kepala Kantor untuk mengundang objek pengawasan

memaparkan penyelesaian tindakan korektif dan dibuatkan berita acara evaluasi pernyataan status temuan open atau close.

6.14 Pernyataan status temuan open sebagaimana dimaksud pada butir 6.13 sebagai bahan mengusulkan kepada Direktur Jenderal untuk dikenakan sanksi administratif sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku berupa pembekuan, pencabutan dan/atau denda administratif.

(26)

26

BAB 7

MANAJEMEN PENCATATAN ATAU PEREKAMAN

7.1 Direktur dan Kepala Kantor bertanggung jawab terhadap manajemen pencatatan atau perekaman.

7.2 Seluruh data kegiatan pengawasan, investigasi dan monitor tindakan korektif harus didokumentasikan berupa catatan atau rekaman.

7.3 Bentuk catatan sebagaimana dimaksud butir 7.1 antara lain berupa: a. semua lembar kerja, checklist, laporan dan surat;

b. salinan surat yang telah ditandatangani dan dikirim ke objek pengawasan; c. salinan dari semua dokumen lain yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal

mengenai kegiatan pengawasan;

d. surat elektronik (e-mail) yang berisi informasi yang terkait;

e. semua dokumen yang diperoleh dan digunakan sebagai alat bukti selama pelaksanaan kegiatan pengawasan;

f. catatan/berkas yang dibuat selama pelaksanaan kegiatan;

g. salinan asli catatan terpadu yang dibuat selama masa perencanaan, persiapan, pelaksanaan, atau penindaklanjutan kegiatan, kecuali catatan-catatan tersebut sudah disimpan dalam buku catatan-catatan yang sesuai. Jika catatan-catatan terpadu sudah disimpan dalam satu buku catatan, berkas tersebut harus disertai dengan catatan berkas yang menunjukkan bahwa catatan tersebut memang ada; dan

h. catatan tentang semua percakapan yang terkait dengan investigasi atau keputusan pelaksanaan lanjutan.

7.4 Catatan sebagaimana dimaksud butir 7.2 disimpan dalam bentuk hard copy atau soft copy.

7.5 Bentuk rekaman sebagaimana dimaksud butir 7.2 antara lain berupa: a. rekaman suara;

b. rekaman video; dan c. rekaman foto.

7.6 Catatan dan rekaman harus dikumpulkan, diberikan indeks, disimpan ditempat yang aman dan dipelihara untuk memastikan bahwa catatan permanen dapat digunakan dan dibaca jika diperlukan.

(27)

27

7.7 Catatan dan rekaman harus disimpan untuk jangka waktu 5 tahun.

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

ttd

(28)

28

Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara

Nomor : KP. 128 TAHUN 2017

Tanggal : 05 MEI 2017

BAGAN TAHAPAN KEGIATAN PENGAWASAN KESELAMATAN PENGANGKUTAN BARANG BERBAHAYA DENGAN PESAWAT UDARA

Mulai Persiapan Pelaksanaan Ada Temuan ? Tidak Ada Temuan Temuan Laporan CAP Objek Pengawasan? Penyampaian ke Objek Pengawasan 14 Hari Penerbitan SP 1, 2 atau 3 Evaluasi CAP Penyampaian ke Objek Pengawasan Ada Evidence CA Sesuai Target Waktu? Pelaksanaan CA oleh Objek Pengawasan Usulan Penerbitan SP Sudah SP 3 ? Panggil Objek Pengawasan Untuk Paparan Status Closed? Penyampaian ke Objek Pengawasan Laporan Selesai Pembekuan, Pencabutan, Denda YA Tidak Tidak Tidak Evaluasi CA YA Tidak YA YA Tidak YA Usulan Penerbitan SP Status Closed? YA 14 Hari Penerbitan SP 1, 2 atau 3 Tidak Sudah SP 3 ? YA Tidak 14 hari Sanksi administratif

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd

(29)

29

Nomor : KP. 128 TAHUN 2017

Tanggal : 05 MEI 2017

SURAT PEMBERITAHUAN PENGAWASAN

Nomor : Lokasi Kantor, (tgl/bln/thn)

Klasifikasi : Biasa/rahasia Lampiran : 1(satu) berkas

Perihal : (Audit/Inspeksi/Pengamatan)*

Keselamatan Pengangkutan K e p a d a

Barang Berbahaya

Yth. (Pimpinan Objek Pengawasan)

di

Lokasi Objek Pengawasan

1. Dalam rangka pengawasan keselamatan pengangkutan barang berbahaya sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 90 Tahun 2013 tentang Keselamatan Pengangkutan Barang Berbahaya Dengan Pesawat Udara, dengan hormat disampaikan bahwa (Direktorat Keamanan Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara/Kantor Otoritas Bandar UdaraWilayah...)* akan melaksanakan (audit/inspeksipengamatan)* keselamatan pengangkutan barang berbahaya pada (objek pengawasan) pada tanggal ... (agenda terlampir).

2. Sehubungan butir 1 (satu) di atas, untuk kelancaran kegiatan tersebut dimohon :

a. menunjuk Pejabat yang terkait untuk mendampingi Tim Inspektur (Direktorat Keamanan Penerbangan/Kantor Otoritas Bandar UdaraWilayah...)* selama kegiatan berlangsung;

b. mempersiapkan dokumen yang terkait keselamatan

pengangkutan barang berbahaya, antara lain : DGHM,data personel DG dan training record, laporan incident, serious incident, dan accident DG, fasilitas keselamatanpengangkutan barang berbahaya, dokumen keselamatanpengangkutan barang

berbahaya, dokumen perizinan pengangkutan barang

berbahaya dan dokumen pendukung lainnya.

3. Demikian disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

An. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA (Direktur Keamanan Penerbangan/

Kepala kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah....)*

... Pangkat / Gol. Ruang NIP...

Tembusan :

1. Xxxxxxxxxxxxxxxxx ;

2. ………..

(30)

30

SURAT PEMBERITAHUAN INVESTIGASI KESELAMATAN PENGANGKUTAN BARANG BERBAHAYA DENGAN PESAWAT UDARA

Nomor : Lokasi Kantor, (tgl/bln/thn)

Klasifikasi : Biasa/rahasia Lampiran :

Perihal : Investigasi Keselamatan

Pengangkutan DG K e p a d a

Yth. (Pimpinan Objek Investigasi) di

Lokasi Objek Investigasi

1. Dalam rangka investigasi terjadinya ... di lokasi (objek investigasi), dengan hormat disampaikan bahwa Direktorat Keamanan Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara / Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah ... akan melaksanakan investigasi keselamatan pengangkutan barang berbahaya pada (objek investigasi) pada tanggal ...

2. Sehubungan butir 1. (satu) di atas, untuk kelancaran kegiatan tersebut dimohon :

a. Menunjuk Pejabat yang terkait untuk mendampingi Tim Inspektur Direktorat Keamanan Penerbangan/Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah ... selama kegiatan berlangsung;

b. Mempersiapkan data dukung kebutuhan investigasi.

3. Demikian disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

An. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA DIREKTUR KEAMANAN PENERBANGAN/ KEPALA KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA

... Pangkat / Gol. Ruang NIP...

Tembusan :

1. Xxxxxxxxxxxxxxxxx ; 2. Xxxxxxxxxxxxxxxxx ;

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd

(31)

31

Lampiran IV Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara

Nomor : KP. 128 TAHUN 2017

Tanggal : 05 MEI 2017

CRITICAL ELEMENT, AREA-AREA PENGAWASAN KESELAMATAN PENGANGKUTAN

BARANG BERBAHAYA DAN CHECKLIST PENGAWASAN

I. CRITICAL ELEMENT

CE-1 : Manual pengangkutan barang berbahaya (Dangerous Goods Handling Manual/DGHM)

CE-2 : Kewenangan dan tanggungjawab CE-3 : Standar Operasi Prosedur (SOP)

CE-4 : Kualifikasi personel, pendidikan dan pelatihan (training) CE-5 : Kendali mutu (Quality Control)

CE-6 : Pelaksanaan (implementasi)

II. AREA-AREA PENGAWASAN PENGANGKUTAN BARANG BERBAHAYA

BUAU/PAUA

1. Regulasi dan Organisasi (Legislation /LEG)

a. Manual pengangkutan barang berbahaya (DGHM)

b. Penanggulangan Keadaan Darurat (Emergency Response Plan/ERP) c. SOP-SOP

d. Organisasi dan Manajemen

1) Kebijakan pengangkutan DG dan komitmen manajemen 2) Tugas dan fungsi manajemen pengangkutan DG

3) DG Koordinator Pusat dan Station 4) Unit Kendali Mutu (Unit Quality Control)

2. Pendidikan dan Pelatihan (Training/TRG)

a. Program pendidikan dan pelatihan internal b. Seleksi dan rekrutmen serta background check

c. Pendidikan dan Pelatihan untuk mendapatkan kompetensi dan lisensi (Tipe A dan B)

d. Pendidikan dan Pelatihan untuk mendapatkan kompetensi (Tipe C, D, E dan F)

e. Program pendidikan dan pelatihan penyegaran f. Materi Ajar Sesuai Tipe

3. Fungsi Kendali Mutu (Quality Control Function/QCF)

a. Program pengawasan internal

b. Pelaksanaan kegiatan pengawasan internal

c. Pelaporan dan monitoring (follow up) pengawasan internal

4. Penanganan Barang Berbahaya (Dangerous Goods Handling / HAN)

a. Pembatasan / kebijakan pengangkutan barang berbahaya b. Penerimaan barang berbahaya

c. Penyimpanan barang berbahaya

(32)

32

e. Notification To Captain (NOTOC)

f. Perlindungan barang berbahaya dari kerusakan

g. Ketentuan Penumpang dan personel pesawat udara yang membawa barang berbahaya

5. Penanggulangan Keadaan Darurat (Emergency Response Plan/ERP)

a. Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat (Emergency Response Plan/ERP)

b. Rencana Penanggulangan Darurat yang melibatkan barang berbahaya dalam penerbangan

c. Rencana Penanggulangan insiden Barang berbahaya tidak sesuai dengan PTI (Undeclared Dangerous Goods)

d. peralatan keselamatankeadaan darurat barang berbahaya

e. pelaporan insiden dan accident terkait barang berbahaya kepada Dirjen Hubud

III. AREA-AREA PENGAWASAN PENYEDIA JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

PERSONEL KESELAMATAN PENGANGKUTAN BARANG BERBAHAYA 1. Regulasi dan Organisasi (Legislation/LEG)

a. Training procedure manual b. Struktur Organisasi

1) Organisasi 2) Kebijakan diklat

3) Tugas dan fungsi manajemen

c. Ijin penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan

2. Kurikulum dan Silabus (KDS)

a. Kurikulum b. Silabus

c. Modul materi diklat

3. Sarana dan Prasarana (SDP)

a. Perkantoran

b. Fasilitas pendidikan dan pelatihan 1) Ruang kelas

2) Peralatan belajar mengajar/praktek 3) Perpustakaan

4) Fasilitas pendukung

4. Sumber daya manusia (SDM)

a. Manajemen b. Administrasi c. Instruktur d. Quality Control

5. Penyelenggaran Pendidikan dan Pelatihan (PPP)

a. Proses seleksi dan rekrutmen b. Jadwal penyelenggaran

c. On the job training d. Pengujian kompetensi

(33)

33

a. Program pengawasan internal

b. Pelaksanaan kegiatan pengawasan internal

c. Pelaporan dan Monitoring (follow up) pengawasan internal

7. Dokumentasi dan Pelaporan (DDP)

a. Manajemen pencatatan dan perekaman b. Manajemen pelaporan

(34)

34

IV. CHECKLIST PENGAWASAN KESELAMATAN PENGANGKUTAN BARANG BERBAHAYA BADAN USAHA ANGKUTAN UDARA

(BUAU)/PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA ASING (PAUA) A. AUDIT PENGANGKUTAN BARANG BERBAHAYA

1. REGULASI DAN ORGANISASI (REGULATION AND ORGANIZATION/LEG)

Nama Badan Usaha Angkutan Udara Tanggal :

Lokasi (Station) Pukul :

Ref. Per. Menhub Ref. Per. DJU CRITICAL ELEMENT

No. PQ PERTANYAAN UTAMA

(Protocol Question/PQ)

PETUNJUK PENINJAUAN/PENGAMATAN DARI PERTANYAAN UTAMA STATUS KETERANGAN PM 90/2013 11.3.1 11.4.1 CE-1 LEG 1.001

Apakah BUAU telah memiliki ijin penanganan pengangkutan barang berbahaya dari Dirjen Perhubungan Udara.

Apakah PAUA telah memiliki ijin penanganan pengangkutan barang berbahaya dari Direktorat Jenderal dan otoritas penerbangan di negara pesawat udara terdaftar?

Periksa apakah BUAU telah memiliki ijin penanganan pengangkutan barang berbahaya dari Direktorat Jenderal

Periksa apakah PAUA telah memiliki ijin penanganan pengangkutan barang berbahaya dari Direktorat Jenderal dan otoritas penerbangan di negara pesawat udara terdaftar

PM 90/2013 11.3.2 11.3.3 11.4.2 11.4.3 KP 571/2015 Pasal 4 (3c) Pasal 5 (1) CE-1 LEG 1.005

Apakah BUAU memiliki buku manual pengangkutan barang berbahaya (DGHM) yang telah disahkan Dirjen Hubud?

Periksa BUAU apakah :

1. DGHM sekurang-kurangnya memuat: a. Tujuan manual

b. Pengorganisasian fungsi dan tanggungjawab pelaksanaan DGHM

c. kebijakan Badan Usaha Angkutan Udara terhadap keselamatan pengangkutan barang berbahaya;

d. program pendidikan dan pelatihan personel;

e. prosedur penerimaan dan

keselamatanpengangkutan Barang

(35)

35

Menhub DJU ELEMENT (Protocol Question/PQ) PERTANYAAN UTAMA

Apakah PAUA memiliki buku manual pengangkutan barang berbahaya (DGHM) yang telah disahkan otoritas penerbangan di negara pesawat udara terdaftar?

f. prosedur keselamatan pengangkutan barang bawaan penumpang/kru;

g. prosedur keselamatankeadaan darurat terkait Barang Berbahaya; dan

h. pengawasan internal. i. Lampiran – lampiran

1) acceptance check list

2) Shipper Declaration

3) NOTOC

4) DG Occurrence report

2. DGHM telah disahkan Dirjen Hubud

Periksa PAUA apakah DGHM / buku manual lain yang berhubungan dengan keselamatan dan/atau pengangkutan kargo telah disahkan otoritas penerbangan di megara pesawat udara terdaftar

PM 90/2013 11.3.4.a

CE-1 LEG

1.010

Apakah BUAU memelihara dan mengevaluasi DGHM secara berkala

1. Periksa daftar amandemen dalam DGHM apakah telah sesuai dengan :

a. Regulasi terkini b. Organisasi BUAU, dan c. Operasional BUAU

2. Amandemen telah disahkan oleh Dirjen Hubud PM

90 / 2013 11.3.4.a

CE-2 LEG

1.015

Siapa yang bertanggung jawab menyusun, mengembangkan

dan mempertahankan

efektifitas DGHM BUAU?

Periksa apakah isi DGHM memuat

penanggungjawab untuk menyusun,

mengembangkan dan mempertahankan efektifitas DGHM BUAU KP 571/2015 Pasal 4 CE-2 LEG 1.020

Siapa yang bertanggungjawab

dalam keselamatandan

pengangkutan barang

berbahaya sesuai dengan ketentuan?

Periksa apakah isi DGHM menjelaskan nama dan jabatan sebagai DG koordinator di kantor pusat dan station

(36)

36 Ref. Per. Menhub Ref. Per. DJU CRITICAL ELEMENT

No. PQ PERTANYAAN UTAMA

(Protocol Question/PQ)

PETUNJUK PENINJAUAN/PENGAMATAN DARI PERTANYAAN UTAMA STATUS KETERANGAN PM 90 / 2013 11.3.4.a CE-3 LEG 1.025 Apakah amandemen DGHM terkait dengan operasional telah diikuti penyesuaian prosedur di bawahnya ?

Periksa apakah terdapat SOP terkait dengan amandemen opersional DGHM telah dilakukan penyesuaian PM 90/2013 11.3.4.d, 11.3.4.e 11.4.4.a CE-1 LEG 1.030 Apakah salinan DGHM BUAU/PAUA telah

didistribusikan kepada setiap bandar udara yang diterbangi ?

Periksa apakah :

salinan DGHM(DGHM/Amandamen yang di sahkan) telah didistribusikan kepada setiap bandar udara yang diterbangi;

1. Terdapat bukti distribusi salinan DGHM; 2. Nama-nama station yang mendapat salinan

DGHM telah dicatat dalam Daftar Distribusi DGHM. PM 90/2013 11.3.4.d, 11.3.4.e 11.4.4.a CE-6 LEG 1.035 Apakah salinan DGHMBUAU/PAUA telah

didistribusikan kepada setiap bandar udara yang diterbangi?

Periksa apakah DGHM telah tersedia di Station tersebut

CATATAN TEMUAN/OBSERVASI :

Nama Pendamping Objek Pengawasan Paraf Nama Inspektur Keamanan Penerbangan Paraf

1. 2. 1. 2. 1. 2. 1. 2.

Nara Sumber Jabatan Jam Paraf

1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3.

(37)

37

Nama Badan Usaha Angkutan Udara Tanggal :

Lokasi (Station) Pukul :

Ref. Per. Menhub Ref. Per. DJU KRITIKAL ELEMEN

No. PQ PERTANYAAN UTAMA (Protocol Question/PQ)

PETUNJUK PENINJAUAN/PENGAMATAN DARI PERTANYAAN UTAMA STATUS KETERANGAN PM 90/2013 10.1.3 CE-1 TRG 2.001

Apakah BUAU/PAUA telah

menyusun dan

mengembangkan Program

Diklat keselamatan

pengangkutan barang berbahaya Internal ?

Periksa apakah BUAU/PAUA :

1. Memiliki dokumen Program Diklat Keselamatan pengangkutan barang berbahaya Internal atau dalam DGHM; 2. Program Diklat keselamatan pengangkutan barang berbahaya

paling sedikit memuat: a. Tujuan diklat;

b. Tanggung jawab penyelenggaraan dalam Diklat; c. Kurikulum silabus;

d. Penggunaan alat bantu dan referensi e. pengujian f. Sertifikasi / lisensi PM 90/2013 10.1.3 CE-2 TRG 2.005

Siapa yang bertanggung

jawab melaksanakan

Program Diklat

keselamatan

pengangkutan barang berbahaya Internal ?

Periksa dalam DGHM atau dokumen Program Diklat Keselamatan pengangkutan barang berbahaya Internal, apakah dijelaskan unit/personel yang bertanggung jawab melaksanakan Diklat internal PM 90/2013 10.1.4 CE-1 TRG 2.010 Apakah Penyelenggaraan Program Diklat Keselamatan pengangkutan barang berbahaya Internal

dilaksanakan oleh instansi /unit kerja yang melakukan kegiatan di bidang penerbangan dan badan hukum Indonesia setelah mendapat izin dari Direktur Jenderal?

Periksa apakah isi DGHM atau Program Diklat Keselamatan pengangkutan barang berbahaya Internal / DGHM menjelaskan penyelenggaraan diklat dilaksanakan dengan badan hukum Indonesia setelah mendapatizin dari Direktur Jenderal

(38)

38 Ref. Per. Menhub Ref. Per. DJU KRITIKAL ELEMEN

No. PQ PERTANYAAN UTAMA (Protocol Question/PQ)

PETUNJUK PENINJAUAN/PENGAMATAN DARI PERTANYAAN UTAMA STATUS KETERANGAN PM 90/2013 10.1.4 CE-5 TRG 2.015

Apakah BUAU memastikan Penyelenggaraan Program

Diklat Keselamatan

pengangkutan barang

berbahaya Internal

dilaksanakan oleh badan hukum Indonesia setelah mendapatizin dari Direktur Jenderal?

Periksa laporan pengawasan internal apakah memeriksa pelaksanaan diklat yang dilakukan oleh badan hukum terkait yang telah mendapat izin dari Direktur Jenderal

PM 90/2013 10.1.4 CE-6 TRG 2.020 Apakah Penyelenggaraan Program Diklat Keselamatan pengangkutan barang berbahaya Internal dilaksanakanoleh badan hukum Indonesia setelah mendapatizin dari Direktur Jenderal?

Periksa apakah Penyelenggaraan Program Diklat Keselamatan pengangkutan barang berbahaya Internal bagi personil keselamatan pengangkutan barang berbahaya telah mendapatkan izin dari Direktur Jenderal

PM 90/2013

10.1.6

CE-1 TRG

2.025

Apakah Program Diklat Keselamatan

pengangkutan barang

berbahaya Internal

ditujukan kepada semua personel terkait ?

Periksa apakah isi DGHM atau Program Diklat Keselamatan pengangkutan barang berbahaya Internal ditujukan kepada personel yang menangani :

1. pengirim dan petugas pengemas (shippers and packers); 2. petugas penerimaan kargo (cargo acceptance staff}; 3. petugas keselamatankargo (cargo handling staff};

4. petugas penerimaan barang pos (postal acceptance staff}; 5. petugas keselamatanbarang pos (postal handling staff}; 6. petugas penyimpanan kargo (warehouse staff};

7. pengawas bongkar muat kargo yang diangkut pesawatudara

(loading/unloading supervisory;

8. penerbang; 9. personel kabin;

10. personel keamanan penerbangan (aviation

securitypersonnel);

11. personel Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan 12. petugas pasasi (passenger handling staff};

13. petugas bongkar muat kargo yang diangkut pesawat udara(cargo loading/unloading staff};

(39)

39

Menhub DJU ELEMEN (Protocol Question/PQ) UTAMA

14. personel flight operation officer, dan

15. petugas penyimpanan suku cadang pesawat udara

(aircraftmaterial store staff}.;

16. Kegiatan public (CSO dan sales counter); 17. Kegiatan catering; dan

18. Kegiatan kargo dan pos. PM 90/2013 10.2.2 10.2.3 CE-1 TRG 2.030

Apakah Program Diklat Keselamatan pengangkutan barang berbahaya Internal menjelaskan untuk mendapatkan lisensi dan/atau kompetensi ?

Periksa apakah isi DGHM atau Program Diklat Keselamatan pengangkutan barang berbahaya Internal terdiri dari :

a. Pendidikan dan Pelatihan untuk mendapatkan kompetensi dan lisensi terdiri dari:

1. pendidikan dan pelatihan tipe Auntuk:

a) pengirim dan pengemas (shippers and packers); b) personel penerimaan kargo (cargo acceptance staff}; c) personel keselamatankargo (cargo handling staff}; d) personel penerimaan barang pos (postal

acceptancestaff}; dan

e) personel keselamatanbarang pos (postal handlingstaff};

2. pendidikan dan pelatihan tipe B untuk:

a) personel penyimpanan kargo (warehouse staff}; dan b) pengawas bongkar muat kargo yang diangkut

pesawatudara (loading/ unloading supervisory. b. Pendidikan dan Pelatihan untuk mendapatkan kompetensi

terdiri dari:

1. pendidikan dan pelatihan tipe C yang merupakan materiwajib (mandatory) yang bersifat rutin bagi:

a) penerbang; b) personel kabin; dan

c) personel flight operation officer.

2. pendidikan dan pelatihan tipe D yang merupakan bagian kurikulum dan silabus pelatihan kompetensinya, bagi personel keamanan penerbangan (aviation security); 3. pendidikan dan pelatihan tipe E yang bersifat

peningkatankepedulian (dangerous goods awareness) untuk:

Gambar

TABEL HASIL ( Audit/Inspeksi/Surveillance)* KESELAMATAN  PENGANGKUTAN BARANG BERBAHAYA  NAMA OBJEK PENGAWASAN  : .........................…………………………

Referensi

Dokumen terkait

“Hukum itu adalah sah (valid) apabila dibuat oleh lembaga atau otoritas yang berwenang membentuknya dan berdasarkan norma yang lebih tinggi sehingga dalam hal ini norma

Pergerakan sesar mendatar ini dapat membentuk cekungan atau zona depresi yang terbentuk karena gaya tarikan atau ekstensi dengan struktur  berupa sesar-sesar

Sedangkan variabel yang diperlukan untuk analisis data menggunakan software Res2dinV adalah Analisis Res2dinV memerlukan input data yang ditulis dalam notepad dengan jenis file

Perbandingan Komunikasi Krisis Oleh Media Massa dalam Insiden Kecelakaan Tur Penerbangan Sukhoi Superjet 100 di Indonesia (Analisis Framing Berita dalam Surat Kabar Harian

Sistematika Perubahan RPJMD Kabupaten Klaten Tahun 2016-2021 disusun mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan,

berkelanjutan melalui program yang terarah.  Penyediaan insentif bagi dosen untuk pembuatan proposal penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.  Penyediaan dana

Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah memberikan informasi dan pengetahuan tentang produk jahe instan dapat meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga di

jumlah tanaman sakit, tetapi insidensinya relatif besar (>50%) yang menunjukkan coverage bahan aktif tidak merata di seluruh permukaan daun, sehingga fungisida belum